Top Banner
3 BAB II TINJAUAN INDUSTRI FARMASI 2.1 Industri Farmasi Berdasarkan aturan BPOM 34 Tahun 2018 tentang CPOB, Sekolompok orang dan modal yang memiliki usaha serta izin yang telah menyesuaikan pada persyaratan undang undang dalam melaksanakan aktivitas produksi bahan obat dan obat disebut dengan industri farmasi. Tiap tiap badan usaha yang mendirikan Industri Farmasi diwajibkan mendapatkan izin dari Direktur Jenderal. 2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik Berdasarkan Perarturan BPOM 34 Tahun 2018 mengenai CPOB, merupakan Pedoman yang memiliki tujuan dalam penjaminan obat agar diproduksi selalu konsisten, memenuhi kententuan yang sudah tetap serta penggunaannya memiliki tujuan yang sesuai disebut juga dengan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Ruang lingkup CPOB mulai dari aspek quality control serta produksi. Saat proses produksi obat, pengawasan keseluruhan sangat berpengaruh dalam penjaminan konsumen mendapatkan obat yang memiliki kualitas tinggi. Dilarang memproduksi produk secara sembarangan karena dipergunakan sebagai penyelamatan jiwa, ataupun meyembuhkan ataupun menjaga kesehatan. Dalam panduan tersebut bertujuan dipergunakan untuk asas dalam mengembangkan peraturan didalam perusahaan sesuai kebutuhan di perusahaan obat. 2.3 Aspek CPOB Dalam pabrikasi obat, jika produk jadi semata-mata lulus saja dalam rangkaian uji itu tidak cukup, namun yang sangat berpengaruh adalah kualitas yang wajib terbentuk didalam suatu produk. Kualitas produk bergantung oleh bahan pengemas, bahan awal, pengendalian mutu, dan proses produksi, bangunan, personalian yang turut terlibat dan peralatan yang digunakan. 2.3.1 Manajemen Mutu Dalam pemenuhan ketentuan yang ditetapkan pada registrasi (dokumen izin edar), Industri farmasi diwajibkan memproduksi obat sesuai dengan tujuan
24

BAB II TINJAUAN INDUSTRI FARMASI 2 - eprints.umm.ac.id

Nov 21, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN INDUSTRI FARMASI 2 - eprints.umm.ac.id

3

BAB II

TINJAUAN INDUSTRI FARMASI

2.1 Industri Farmasi

Berdasarkan aturan BPOM 34 Tahun 2018 tentang CPOB, Sekolompok orang

dan modal yang memiliki usaha serta izin yang telah menyesuaikan pada

persyaratan undang – undang dalam melaksanakan aktivitas produksi bahan obat

dan obat disebut dengan industri farmasi. Tiap tiap badan usaha yang mendirikan

Industri Farmasi diwajibkan mendapatkan izin dari Direktur Jenderal.

2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik

Berdasarkan Perarturan BPOM 34 Tahun 2018 mengenai CPOB, merupakan

Pedoman yang memiliki tujuan dalam penjaminan obat agar diproduksi selalu

konsisten, memenuhi kententuan yang sudah tetap serta penggunaannya memiliki

tujuan yang sesuai disebut juga dengan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).

Ruang lingkup CPOB mulai dari aspek quality control serta produksi. Saat proses

produksi obat, pengawasan keseluruhan sangat berpengaruh dalam penjaminan

konsumen mendapatkan obat yang memiliki kualitas tinggi. Dilarang memproduksi

produk secara sembarangan karena dipergunakan sebagai penyelamatan jiwa,

ataupun meyembuhkan ataupun menjaga kesehatan. Dalam panduan tersebut

bertujuan dipergunakan untuk asas dalam mengembangkan peraturan didalam

perusahaan sesuai kebutuhan di perusahaan obat.

2.3 Aspek CPOB

Dalam pabrikasi obat, jika produk jadi semata-mata lulus saja dalam

rangkaian uji itu tidak cukup, namun yang sangat berpengaruh adalah kualitas yang

wajib terbentuk didalam suatu produk. Kualitas produk bergantung oleh bahan

pengemas, bahan awal, pengendalian mutu, dan proses produksi, bangunan,

personalian yang turut terlibat dan peralatan yang digunakan.

2.3.1 Manajemen Mutu

Dalam pemenuhan ketentuan yang ditetapkan pada registrasi (dokumen izin

edar), Industri farmasi diwajibkan memproduksi obat sesuai dengan tujuan

Page 2: BAB II TINJAUAN INDUSTRI FARMASI 2 - eprints.umm.ac.id

4

keguanaannya serta meminimalisir risiko yang berbahaya bagi pengguna sebab

tidak efektif, tidak terjamin ataupun kualitas rendah. Aspek dasar manajemen

kualitas yaitu prasarana atau sistem kualitas merupakan sistem organisasi, prosedur,

proses dan sumber daya. Gerakan terorganisir perlu dilaksanakan agar memperoleh

pemastian dengan tingkat kepercayaan tinggi, maka produk (atapun pelayanan jasa)

hasilnya senantiasa memenuhi syarat yang sudah ditentukan.

2.3.2 Personalia

Kewajiban industri farmasi dalam menyediakan personil yang memiliki

kualifikasi serta jumlah yang memadai dalam pelaksanakan tanggung jawab serta

peran masing-masing berbeda sesuai dengan porsinya. Tugas khusus serta

wewenang dari personil yang menjabat sebagai penanggungjawab sebaiknya

dicantumkan pada rincian tugas yang ditulis, Semua personilia sebaiknya paham

mengenai aspek CPOB wajib diberi training. Cakupan key person (personil kunci)

adalah pemimpin departemen Produksi, pemimpin departemen Pengawasan Mutu

dan pemimpin departemenManajemen Mutu (Pemastian Mutu). Struktur

organisasi pabrikasi obat sebaiknya terbentuk dari bagian produksi, manajemen

mutu (pemastian mutu), dan pengawasan mutu. Ketiga departemen tersebut tidak

dikepalai oleh hanya satu orang tetapi dengan pemimpin yang berbeda, sehingga

memiliki ranah kewajiban masing - masing. Tiap personil sebaiknya diberikan

kewenangan serta fasilitas yang cukup agar tugas dilaksanakan dengan baik.

Specific training sebaiknya disediakan untuk karyawan yang melaksanakan kerja

pada bagian cemaran yang berbahaya,

2.3.3 Bangunan dan Fasilitas

konstruksi serta sarana dalam produksi obat sebaiknya mempunyai struktur,

bangunan serta posisi yang layak, dan menyesuaikan keadaannya serta dipelihara

dengan baik untuk mempermudah penerapan kegiatan yang teratur. Posisi serta

skema ruangan wajib terbuat semirip mungkin agar meminimalisir risiko

terbentuknya kesalahan, cemaran silang serta kekeliruan lainnya, mempermudah

bersih-bersih, sanitasi serta pemeliharaan yang efisien buat menjauhi penimbunan

debu ataupun kotoran, serta akibat lain yang bisa merendahkan kualitas obat.

Page 3: BAB II TINJAUAN INDUSTRI FARMASI 2 - eprints.umm.ac.id

5

Aktivitas penerimaan bahan, karantina barang datang, penyimpanan bahan

awal serta bahan pengemas, penimbangan serta penyerahan bahan ataupun produk,

pengolahan, pencucian perlengkapan, penyimpanan perlengkapan, penyimpanan

produk ruahan, pengemasan, karantina produk jadi saat sebelum mendapatkan

pelulusan akhir, pengiriman produk, serta laboratorium pengawasan kualitas

sebaiknya dicoba di bagian tertentu.

1. Area penimbangan

Perkiraan hasil produk nyata dengan penimbangan bahan awal harus

dilaksanakan pada area penimbangan terpisah serta dirancang spesifik untuk

aktivitas tersebut. Area ini dapat menjadi bagian dari area produksi ataupun area

penyimpanan.

2. Area produksi

Meminimalisir risiko kontaminasi sangat diperlukan maka perlu disediakan

tempat yang khusus dan self-contained untuk produksi obat tertentu seperti produk

yang memiliki sensitasi tinggi. Produk tertentu dengan bahan aktif yang sangat

efektif, produk biologis, dan produk non-medis harus diproduksi di gedung

terpisah. Permukaan dinding, ubin (lantai) dan atap (langit-langit) dengan bahan

baku utama serta bahan kemas yang terekspos (terpapar) ke tengah area atau ruang

dalam ruangan untuk produk curah hendaknya halus, tdak ada retak dan

sambungannya dibuka, bebas partikel, dan mudah dibersihkan secara efektif.

Ventilasi harus pada area produkbsi memiliki sistem kontrol udara efektif. Sistem

kontrol udara harus mencakup saringan udara memiliki efisiensi energi tertentu dan

bisa meminimalisir polusi limbah. Hendaknya besarnya memadai, serta

tempatkontrol harus didesain serta terdapat saluran udara yang tepat untuk

meminimalisir arus kembali. Perlu diakukan pengaturan suhu dan kelembaban yang

tepat selama aktivitas produksi. Harus ada penerangan yang memadai di area

produksi, terutama di mana pemantauan visual dilakukan selama proses

berlangsung. Pintu yang digunakan sebagai penghalang kontaminasi silang di area

produksi harus selalu ditutup jika tidak digunakan.

Page 4: BAB II TINJAUAN INDUSTRI FARMASI 2 - eprints.umm.ac.id

6

3. Area Penyimpanan

Mempunyai daya muat yang mencukupi pada area penyimpanan diperlukan

untuk meletakkan barang sehingga tertata dengan baik. Beragam bahan serta

produk seperti bahan awal serta bahan pengemas, produk ruahan, produk jadi, serta

produk antara. produk dalam status karantina, produk yang sudah diloloskan,

produk yang ridak lolos, produk pengembalian ataupun produk yang ditarik dari

peredaran sebaiknya bersih, kering serta mendapat penerangan yang pas dan juga

dijaga pada batasan temperatur yang ditentukan. Jika keadaan penyimpanan

spesifik (misal temperatur, humiditas) diperlukan, keadaan itu sebaiknya

dipersiapkan, diatur, diperiksa serta dicatat saat dibutuhkan. Area penerimaan serta

pengiriman benda sebaiknya bisa melindungi bahan serta produk terhadap kondisi

cuaca.

Jika status karantina ditentukan dengan penyimpanan di tempat yang tidak

sama (terpisah), sehingga bagian itu wajib diberikan label yang tepat serta

menjangkau ke bagian itu hanya untuk personel yang memiliki kewenangan. Sistem

lain untuk mengganti sistem karantina benda secara wujud sebaiknya diberikan

pengamanan yang sama.

4. Area Pengawasan Mutu

Bagian produksi dan Laboratorium pengendalian mutu sebaiknya terpisah.

Selain itu diperlukan pemisahan bagian pengujian biologi, mikrobiologi serta

radioisotop satu sama lainnya. Pemberian ruang penyimpanan ukuran yang

mencukupi untuk sampel, baku pembanding (apabila diperlukan keadaan

temperatur terkontrol), pereaksi, pelarut, serta dokumentasi. Satu ruang yang

berbeda (terpisah) bisa jadi dibutuhkan untuk melindungi instrumen jika terjadi

kendala listrik, getaran, kelembaban yang melampaui batas serta kendala lainnya,

atau bila perlu untuk mengisolasi instrumen. Struktur laboratorium sebaiknya juga

diperhatikan kesesuaian material pembangunan yang digunakan, ventilasi serta

penangkalan terhadap asap. Pasokan udara ke ruang pengujian sebaiknya terpisah

Page 5: BAB II TINJAUAN INDUSTRI FARMASI 2 - eprints.umm.ac.id

7

dari pemasokan ke bagian produksi. Sebaiknya dipasangkan alat mengatur udara

yang dipisah pada tiap- tiap laboratorium mikrobiologi, radioisotop serta biologi.

5. Sarana Pendukung

Departemen produksi serta laboratorium kendali mutu terpisah dengan tempat

istirahat serta kantin. Fasilitas yang memadai untuk mengganti pakaian kerja,

membersihkan diri dan toilet harus disediakan dan mudah dijangkau. Toilet tidak

dianjurkan bersentuhan secara directly (langsung) dengan bagian produksi ataupun

penyimpanan. Ruang ganti juga harus terpisah dengan area produksi, tetapi harus

ditempatkan secara terpisah. Bengkel perbaikan peralatan harus sedapat mungkin

dipisahkan dari tempat produksi. Jika onderdil, aksesoris mesin serta peralatan

pabrik disimpan di area produksi, harus diberikan ruang ataupun kabinet spesifik

untuk menyimpan. Fasilitas perawatan hewan harus dipisah dari tempat lainnya dan

ditambakan jalur hewan independen dan perangkat kontrol udara.

2.3.4 Peralatan

Peralatan yang dipakai untuk produksi obat harus memiliki konstruksi dan

struktur yang benar, skala dan posisi penempatan yang sesuai, serta memenuhi

syarat untuk memastikan bahwa mutu obat terjamin sesuai dengan keseragaman

desain dan batch, serta mudah dibersihkan dan dirawat.

1. Desain Dan Konstruksi

Desain dan konstruksi peralatan hendaklah memenuhi persyaratan sebagai

berikut: peralatan hendaklah didesain dan dikonstruksikan sesuai dengan tujuannya.

Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau

produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorbsi yang dapat

memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di luar batas yang ditentukan. Bahan

yang diperlukan untuk pengoperasian alat khusus, misalnya pelumas atau pendingin

tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang sedang diolah sehingga tidak

memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian bahan awal, produk antara ataupun

produk jadi. Peralatan tidak boleh merusak produk akibat katup bocor, tetesan

pelumas dan hal sejenis atau karena perbaikan, perawatan, modifikasi dan adaptasi

yang tidak tepat. Peralatan hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah

Page 6: BAB II TINJAUAN INDUSTRI FARMASI 2 - eprints.umm.ac.id

8

dibersihkan. Peralatan tersebut hendaklah dibersihkan sesuai prosedur tertulis yang

rinci serta disimpan.

2. Pemasangan Dan Penempatan

Penempatan peralatan harus meminimalkan kemungkinan kontaminasi silang

antar material di bagian yang sama. Metode pemasangan peralatan harus

menghindari risiko kesalahan atau kontaminasi. Jarak yang cukup harus dijaga

antara peralatan untuk menghindari penyumbatan dan memastikan tidak ada

kebingungan dan kebingungan produk. Semua sabuk mekanis dan katrol terbuka

harus dilengkapi dengan sabuk pengaman. Air, uap dan udara tekan atau vakum dan

saluran lainnya harus dipasang sehingga dapat dengan mudah diakses pada setiap

tahap proses. Isi dan arah aliran harus ditandai dengan jelas pada pipa. Setiap

peralatan utama harus ditandai dengan jelas dengan nomor identifikasi. Nomor ini

disertakan dalam semua catatan pesanan dan bets untuk menerangkan unit atau

peralatan yang dipakai untuk produksi bets, kecuali jika peralatan tersebut hanya

dipakai untuk satu macam produk. Jika memungkinkan, peralatan yang rusak harus

dikeluarkan dari bagian produksi dan kendali kualitas, ataupun setidaknya harus

ditandai dengan jelas.

3. Perawatan

Perlengkapan sebaiknya dirawat sesuai jangka waktu yang ditentukan untuk

menghindari malfungsi ataupun cemaran yang bisa memngganggu identitas,

kualitas ataupun kadar murni produk. Aktivitas perbaikan serta perawatan

sebaiknya tidak memunculkan resiko terhadap kualitas produk. Bahan pendingin,

pelumas serta bahan kimia lain semacam cairan perlengkapan penguji temperatur

sebaiknya dinilai serta diverifikasi dengan proses formal. Prosedur tertulis untuk

perawatan perlengkapan hendak digunakan serta dipatuhi. Penerapan perawatan

serta penggunaan suatu perlengkapan utama hendak ditulis didalam logbook

perlengkapan yang menampilkan tanggal, waktu, produk, kekuatan serta no tiap

bets ataupun lot yang diolah dengan perlengkapan tersebut. Catatan untuk

perlengkapan yang dipakai spesifikuntuk satu produk saja bisa ditulis dalam catatan

bets.

Page 7: BAB II TINJAUAN INDUSTRI FARMASI 2 - eprints.umm.ac.id

9

2.3.5 Sanitasi dan Higiene

Aapek yang tercakup dalam sanitasi dan higiene yaitu personel, sarana dan

prasarana, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi dan wadah, serta zat apapun

yang dapat menyebabkan kontaminasi produk. Setiap prosedur sanitasi harus

ditulis.

1. Setiap personil diberikan pelatihan penerapan higiene

Untuk personil masuk ke area produksi diwajibkan menggunakan pakaian

pelindung. Pada saat perekrutan, semua personel harus menjalani pemeriksaan

fisik. Setelah pemeriksaan kesehatan awal, pemeriksaan kesehatan kerja dan

personel harus dilakukan secara teratur. Untuk orang yang menderita penyakit,

tangan operator harus dihindarkan dari kontak langsung dengan bahan awal,

produk setengah jadi dan produk ruahan terbuka, dan bagian peralatan yang

bersentuhan dengan produk juga harus dihindari.

2. Sanitasi bangunan dan fasilitas

Fasilitas toilet harus memiliki saluran udara yang baik dan area

pembersihan, yang nyaman untuk dikunjungi oleh karyawan dari area produksi,

dan pakaian serta loker personel harus disimpan dengan benar di lokasi yang

sesuai. Penyiapan, penyimpanan dan konsumsi makanan dan minuman

sebaiknya dibatasi pada area khusus, seperti kantin. Fasilitas ini harus memenuhi

standar sanitasi dan dan tidak ada penumpukan sampah.

3. Pembersihan Dan Sanitasi Peralatan

Jika sudah digunakan, peralatan hendaknya dirapikan dan bersih secara

internal dan eksternal disesuaikan dengan prosedur yang ditentukan dan

dipelihara kebersihannya. Cara vacuum ataupun pembersihan basah lebih

dianjurkan. Udara bertekanan dan sikat harus digunakan secara berhati - hati

serta harus dihindari sebisa mungkin karena meningkatkan risiko kontaminasi

produk.

4. Validasi Prosedur Pembersihan Dan Sanitasi

Page 8: BAB II TINJAUAN INDUSTRI FARMASI 2 - eprints.umm.ac.id

10

Prosedur pembersihan, validasi dan evaluasi sanitasi dan higiene harus

dilakukan secara teratur untuk memastikan efektivitas program memenuhi

persyaratan.

2.3.6 Produksi

Aktivitas produksi harus mengikuti langkah-langkah yang ditentukan dan

sudah penuhi ketentuan CPOB untuk memastikan bahwa CPOB terus memberikan

produk yang telah penuhi ketentuan kualitas dan penuhi persyaratan izin produksi

dan izin edar (registrasi). aturan produksi yang diatur oleh CPOB meliputi

pembelian bahan baku yaitu bahan baku dan bahan pengemas; dan verifikasi proses;

pencegahan kontaminasi silang; sistem penomoran batch / batch; penimbangan dan

pengolahan; Tindakan terhadap bahan dan produk yang dipulangkan; karantina dan

pengiriman produk jadi; catatan pengendalian pengiriman obat; penyimpanan

bahan prematur, bahan pengemas, produk antara, produk curah dan produk jadi,

serta transportasi dan transportasi

Klasifikasi Kebersihan Ruang Pembuatan Obat

Kelas A, B, C, dan D adalah tingkat kebersihan ruangan yang digunakan untuk

menghasilkan produk steril. Kelas E adalah kelas ruangan bersih yang digunakan

untuk pembuatan produk nonsteril.

Tabel II. 1 Rekomendasi sistem tata udara untuk tiap kelas kebersihan

Kelas

kebers

ihan

Ventilasi

bagian

ruangan suhu

Kelambapan

Nisbi

Efesiensi Saringan Udara

akhir Keterangan

A

dibawah

aliran

udara

laminer

16-25 45-55 99,995%

- Pengolahan dan

pengisian aseptis

- Pengisian salep mata

steril

- Pengisian bubuk

steril

- Pengisian suspensi

steril

B ruang

steril 16-25 45-55 99,995%

Lingkungan latar

belakang zona kelas A

untuk pengolahan dan

pengisian aseptis

C ruang

steril 16-25 45-55 99,95%

- Pembuatan larutan

bila ada risiko di luar

kebiasaan

Page 9: BAB II TINJAUAN INDUSTRI FARMASI 2 - eprints.umm.ac.id

11

- Pengisian produk

yang akan mengalami

sterilisasi akhir

- Pembuatan larutan

yang akan disaring

kemudian pengisian

secara aseptis

dilakukan di kelas A

dengan latar belakang

kelas B

D bersih 20-27 40-60

75% atau 90% Bila

menggunakan sistemsingle

pass (100 % fresh air) Pembuatan obat steril

dengan sterilisasi

akhir 99,95 % Bila menggunakan

sistem resirkulasi ditambah

make - up air (10 - 20 %

fresh air )

E umum 20-27 Maks 70

75% atau 90% Bila

menggunakan sistemsingle

pass (100 % fresh air) Ruang pengolahan

dan pengemasan

primer obat nonsteril,

pembuatan salep

kecuali salep mata

99,95 % Bila menggunakan

sistem resirkulasi ditambah

make - up air (10 - 20 %

fresh air )

khusus 20-27 Maks 40

75% atau 90% Bila

menggunakan system single

pass (100 % fresh air) Pengolahan bahan

higroskopis 99,95 % Bila menggunakan

sistem resirkulasi ditambah

make - up air (10 - 20 %

fresh air )

F

Pengemas

an

sekunder

20-28 TD TD

ruang

masuk

karyawan

suhu

kamar TP TP

G

gudang suhu

kamar TP TP

ruang

ganti

suhu

kamar TP TP

ruang

istirahat

suhu

kamar TD TD

kantin suhu

kamar TP TP

kamar

mandi

suhu

kamar TP TP

toilet suhu

kamar TP TP

dsb

*TD: Tidak Diklasifikasikan

*TP: Tidak perlu

2.3.7 Pengawasan Mutu

Page 10: BAB II TINJAUAN INDUSTRI FARMASI 2 - eprints.umm.ac.id

12

Quality Control adalah area yang khusus dari CPOB agar pemastian obat

dihasilkan selalu memiliki kualitas yang sesuai dengan tujuan penggunaan.

Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang berkepentingan dalam seluruh

rangkaian pembuatan adalah mutlak untuk mencapai sasaran mutu yang ditetapkan

mulai dari awal pembuatan sampai distribusi obat jadi. Pengawasan Mutu

mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian serta 13 termasuk

pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa semua

pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai

atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah dibuktikan memenuhi

persyaratan. Pengendalian kualitas tidak hanya pada kegiatan pengujian, tetapi juga

harus ikut serta dalam semua keputusan yang berkaitan dengan mutu produk.

Kontrol kualitas harus mencakup semua aktivitas analitis. Ketidaktergantungan

Pengawasan Mutu dari Produksi dianggap hal yang fundamental agar Pengawasan

Mutu dapat melakukan kegiatan dengan memuaskan.

Cara Berlaboratorium Pengawasan Mutu Yang Baik

1. Bangunan dan Fasilitas

Sarana dan prasarana laboratorium kendali mutu hendaknya telah penuhi

ketentuan umum dan spesifik untuk kendali mutu yang disebutkan dalam bab

Gedung dan Fasilitas. Skala laboratorium sebaiknya sesuai dengan macam (jenis)

serta banyak kegiatan, banyaknya peralatan dan personel laboratorium. Atur tata

letak laboratorium sesuai jenis kegiatan untuk mencegah kontaminasi

2. Personil

Personel kendali mutu harus telah penuhi ketentuan umum yang diuraikan

dalam Bab 2 "Personel". Setiap petugas kendali mutu juga hendaknya terkualifikasi

yang tercakup pada penjelasan tugas masing pihak.

3. Peralatan

Peralatan Pengawasan Mutu harus sudah penuhi ketentuan umum yang

dijelaskan di seksi peralatan.

Page 11: BAB II TINJAUAN INDUSTRI FARMASI 2 - eprints.umm.ac.id

13

4. Pereaksi & Media Perbenihan

Penerimaan atau produksi reagen dan media benih harus didokumentasi.

Reagen serta media kultur benih yang disiapkan di laboratorium harus mengikuti

langkah kegiatan dituliskan serta memiliki penandaan yang sesuai. Pada label

hendaklah dicantumkan konsentrasi, faktor standardisasi, masa simpan, tanggal

standardisasi ulang dan kondisi penyimpanan. Label hendaklah ditandatangani dan

dibubuhi tanggal oleh petugas yang membuat pereaksi tersebut. Baik kontrol positif

maupun kontrol negatif hendaklah digunakan untuk memastikan kesesuaian media

perbenihan. Konsentrasi inokulum dalam kontrol positif hendaklah disesuaikan

dengan kepekaan pertumbuhan yang diinginkan.

5. Baku Pembanding

Baku pembanding harus menjadi tanggung jawab personel yang ditunjuk. Baku

pembanding harus digunakan sesuai dengan uraian dalam monograf yang relevan.

Setelah melakukan pengujian yang sesuai dan inspeksi rutin untuk mengoreksi

penyimpangan dan memastikan keakuratan hasil, baku pembanding sekunder atau

baku pembanding kerja dapat disiapkan dan digunakan. Semua baku pembanding

harus disimpan dan ditangani dengan benar agar tidak mempengaruhi kualitasnya.

Jika perlu, kadar, tanggal pembuatan, tanggal kedaluwarsa, dan tanggal pembukaan

tutup wadah untuk pertama kalinya harus dicantumkan pada label bahan acuan.

6. Penandaan

Tanggal penerimaan setiap bahan (seperti reagen dan bahan pembanding) yang

digunakan untuk kegiatan pengujian harus dicantumkan pada wadah. Penggunaan

dan instruksi penyimpanan harus diikuti. Dalam beberapa kasus, perlu dilakukan

uji identifikasi dan / atau uji lain pada reagen setelah diterima atau sebelum

digunakan.

Page 12: BAB II TINJAUAN INDUSTRI FARMASI 2 - eprints.umm.ac.id

14

7. Hewan Pengujian

Jika diperlukan, hewan yang dipakai untuk menguji komponen, bahan atau

produk harus diisolasi sebelum digunakan. Hewan seperti itu harus disimpan dan

dikendalikan dengan cara yang memastikan kesesuaian untuk tujuan

penggunaannya. Hewan harus diidentifikasi dan catatan yang memadai harus

disimpan dan dipelihara untuk membuktikan sejarah penggunaan.

8. Spesifikasi dan Prosedur Pengujian

Hendaknya ada ketentuan untuk seluruh bahan awal, bahan pengemas, produk

antara, produk curah serta produk jadi, termasuk spesifikasi dan prosedur pengujian

untuk identitas, kemurnian, kualitas dan grade / potensi.

Program Stabilitas

Setelah dipasarkan, stabilitas produk jadi hendaklah dipantau menurut program

berkesinambungan yang sesuai, yang memungkinkan pendeteksian semua masalah

stabilitas (misalnya, perubahan tingkat impuritas atau profil disolusi). Tujuan dari

program stabilitas on-going adalah untuk memantau produk selama masa edar dan

untuk menentukan bahwa produk tetap, atau dapat diprakirakan akan tetap,

memenuhi spesifikasinya selama dijaga dalam kondisi penyimpanan yang tertera

pada label. Hal ini berlaku untuk sediaan yang dikemas dan sudah dipasarkan,

pencakupan dalam program bagi produk ruahan. Misalnya, jika produk ruahan akan

disimpan untuk jangka waktu yang lama sebelum dikemas dan / atau diangkut dari

lokasi produksi ke lokasi pengemasan, dampak kondisi lingkungan sekitar terhadap

stabilitas produk yang dikemas harus dievaluasi dan dievaluasi. Selain itu, produk

antara yang disimpan dan digunakan setelah jangka waktu yang lebih lama harus

dipertimbangkan. Studi stabilitas produk pascarekonstitusi dilakukan selama

pengembangan produk dan tidak memerlukan pemantauan yang berbasis on-going.

Namun, apabila relevan, stabilitas produk pascarekonstitusi dapat juga dipantau.

Page 13: BAB II TINJAUAN INDUSTRI FARMASI 2 - eprints.umm.ac.id

15

2.3.8 Inspeksi Diri, Audit Mutu, dan Audit & Persetujuan Pemasok

Sebagai penilaian diseluruh bagian produksi dan kendali mutu di perusahaan

obat yang telah penuhi persyaratan CPOB yang ditetapkan merupakan tujuan dari

inspeksi mandiri. Prosedur investigasi mandiri harus didesain untuk menemukan

kekurangan didalam implementasi CPOB serta menentukan perlakuan korektif

yang dibutuhkan. Investigasi diri harus dilaksanakan dengan mandiri oleh

supervisor perusahaan, serta instruksi secara detail harus diberikan. Pemeriksaan

mandiri harus dilakukan didalam kondisi khusus rutin, seperti pengembalian

produk ataupun produk yang ditolak berulang. Catatan serta prosedur inspeksi diri

harus dicatat, serta rencana kegiatan kelanjutan yang efisien harus ditetapkan. .

Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu

mencakup inspeksi dan evaluasi terhadap Seluruh ataupun beberapa bagian

manajemen, dan tujuannya khusus adalah menaikkan kualitas. Audit kualitas

biasanya dilakukan oleh pakar eksternal, pakar mandiri, ataupun team yang

berpengaruh dibentuk dari manajemen perusahaan untuk tujuan ini.

2.3.9 Penanganan Keluhan Terhadap Obat, Penarikan Kembali, dan Obat

Kembalian

Seluruh masalah serta informasi lain berhubungan dengan adanya kerusakan

produk harus ditinjau ulang dan dicermati disesuaikan dengan prosedur yang

tertulis. Untuk dapat menyelesaikan seluruh keadaan darurat, sistem harus dibuat,

Bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat

dari peredaran secara cepat dan efektif. Pengembalian obat bisa dalam bentuk satu

ataupun lebih bets, ataupun semua bets obat tertentu di semua peredaran

pendistribusi. Prosedur tertulis harus ditetapkan dan inspeksi berkala harus

dilakukan untuk mengontrol tindakan penarikan kembali. Tindakan penarikan

kembali produk hendaklah dilakukan segera setelah diketahui ada produk yang

cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi yang merugikan. Dokumentasi

dan tulisan laporan pengembalian obat harus dicatat dengan benar.

Page 14: BAB II TINJAUAN INDUSTRI FARMASI 2 - eprints.umm.ac.id

16

2.3.10 Dokumentasi

Suatu hal penting dari sistem jaminan kualitas serta kiat agar memenuhi

persyaratan CPOB yaitu pendokumentasi yang sahih. Bermacam dokumentasi serta

hal lain yang dipakai harus seluruhnya ditentukan didalam manajemen mutu.

Bentuk dokumen bisa bermacam-macam, termasuk lembar kertas, elektronik atau

media fotografi. Tujuan utama dari sistem dokumen yang digunakan adalah untuk

menetapkan, mengontrol, memeriksa, serta menulis semua aktivitas secara direct

maupun indirectly mempengaruhi seluruh aspek mutu produk. Manajemen mutu

perusahaan obat harus menjelaskan secara detail tentang pengertian dasar

ketentuan, dan menyediakan catatan proses dan evaluasi yang memadai dari setiap

hasil pengamatan sehingga penerapan persyaratan secara terus menerus dapat

ditunjukkan. Untuk referensi lain tentang penerapan praktik pendokumentasian

yang apik, agar dapat memastikan kepercayaan pada dokumen serta tulisan,

merujuk ke "Guidance on Good Data and Record Management Practices" WHO

atau standar internasional lain yang relevan.

2.3.11 Kualifikasi dan Validasi

Salah satu hal yang berpengaruh dalam sistem jaminan kualitas terdaftar pada

ketentuan dalam CPOB untuk perusahaan obat yaitu kualifikasi dan validasi. Pada

CPOB mewajibkan perusahaan obat agar menentukan validasi dibutuhkan untuk

membuktikan pengendalian atas aspek-aspek kunci dari proses telah dilaksanakan.

Fasilitas utama, peralatan serta perubahan kegiatan yang bisamempengaruhi

kualitas obat harus diverifikasi. Metode evaluasi risiko hendaknya diaplikasikan

agar bisa mengetahui ruang lingkup bvalidaso. Semua kegiatan vharus

direncanakan. Isi utama dari rencana validasi harus didefinisikan dengan jelas dan

dicatat dalam rencana validasi induk (RIV) atau dokumen yang setara. RIV harus

merupakan dokumen yang ringkas, akurat dan jelas. RIV hendaklah mencakup

sekurangkurangnya data sebagai berikut: kebijakan validasi; struktur organisasi

kegiatanvalidasi; ringkasan fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan

divalidasi; format dokumen: format protokol dan laporan validasi, perencanaan dan

jadwal pelaksanaan pengendalian perubahan; dan acuan dokumen yang digunakan.

Page 15: BAB II TINJAUAN INDUSTRI FARMASI 2 - eprints.umm.ac.id

17

Validasi diklasifikasikan menjadi tiga, yakni validasi pembersihan, validasi metode

analisis dan validasi proses. Kualifikasi diklasifikasikan menjadi empat, yaitu

kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional dan kualifikasi

kinerja.

2.4 Peran dan Fungsi Apoteker

2.4.1 Departemen Quality Assurance (QA)

Penjaminan mutu adalah semua kegiatan sistematis dan terencana yang

diperlukan, dan harus ada kepercayaan yang cukup untuk membuat produk dan

layanan memuaskan sesuai dengan persyaratan mutu. Apoteker di departemen QA

bertugas dan bertanggungjawab atas sistem mutu, termasuk dalam hal ini:

1. Memastikan penerapan (dan jika perlu, dibuat) sistem mutu;

2. Berpartisipasi dalam atau memprakarsai pembuatan manual mutu

perusahaan;

3. Memprakarsai dan mengawasi audit internal atau inspeksi diri secara

teratur;

4. Mengawasi fungsi departemen kendali mutu;

5. Memprakarsai dan berpartisipasi dalam pelaksanaan audit eksternal

(audit pemasok);

6. Memprakarsai dan berpartisipasi dalam rencana validasi;

7. Memastikan kepatuhan terhadap persyaratan teknis dan / atau regulasi

Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) terkait kualitas

produk jadi untuk mengevaluasi kualitas produk dan proses produksi

secara berkala.

8. Memastikan bahwa personel departemen terus dilatih sesuai kebutuhan

setiap orang.

2.4.2 Departemen Quality Control (QC)

Pengawasan Mutu (Quality Control) ini adalah aspek manajemen mutu yang

saling terkait. Konsep-konsep ini dijelaskan di sini untuk menekankan hubungan

dan pentingnya elemen-elemen ini dalam produksi dan pengendalian obat.

Apoteker di departemen QC bertugas dan bertanggung jawab dalam pengawasan

mutu, termasuk dalam hal ini:

Page 16: BAB II TINJAUAN INDUSTRI FARMASI 2 - eprints.umm.ac.id

18

1. Menyetujui spesifikasi, instruksi pengambilan sampel, metode pengujian

dan prosedur kendali mutu lainnya;

2. Memastikan bahwa semua pengujian yang diperlukan telah dilakukan;

3. Menyetujui dan mengawasi semua analisis berdasarkan kontrak;

4. Memastikan bahwa departemen produksi kendali mutu melakukan

kualifikasi dan pemeliharaan fasilitas dan peralatan;

5. Memastikan verifikasi yang tepat telah dilakukan;

6. Memastikan pelatihan awal dan berkelanjutan untuk personel departemen

sesuai kebutuhan; dan

7. Menyetujui atau menolak bahan baku, bahan pengemas, produk antara,

produk curah dan produk jadi berdasarkan hasil evaluasi

2.4.3 Departemen Produksi

Apoteker di departemen produksi bertugas dan bertanggung jawab dalam

produksi obat, termasuk dalam hal ini:

9. Memastikan obat yang diproduksi dan disimpan sesuai dengan prosedur

untuk memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan

10. Menyetujui prosedur yang terkait dengan aktivitas produksi dan

memastikan penerapan prosedur ini secara ketat

11. Pastikan bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan ditandatangani

oleh personel yang berwenang

12. Memastikan bahwa departemen produksi melakukan kualifikasi dan

pemeliharaan fasilitas dan peralatan

13. Memastikan bahwa verifikasi yang tepat telah dilakukan; dan

14. Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkelanjutan untuk personel

departemen dilakukan sesuai kebutuhan..

2.5 Sejarah Perkembangan PT. Otsuka Indonesia

Pada tahun 1921 perusahaan bernama Otsuka didirikan oleh putra seorang

petani yang bertempat tinggal di Tokushima bernama Busaburo Otsuka, ia

mendirikan perusahaan pabrik kimia di Tokushima, Jepang. Perusahaan ini kian

Page 17: BAB II TINJAUAN INDUSTRI FARMASI 2 - eprints.umm.ac.id

19

berkembang dan pada tahun 1946, Otsuka mulai memproduksi dan menjual set

infus. Setahun kemudian, Masahito Otsuka, putra tertua Busaburo, memimpin

perusahaan.

Kemudian pada Tahun 1974 PT. Otsuka Indonesia didirikan sebagai joint

venture (perusaan patungan) yang berkiprah di perusahaan obat antara Otsuka

Pharmaceutical Co, Jepang dengan pihak Indonesia, perusahaan ini didirikan di

tanah sebesar 40.000 M² tepatnya di kecamatan Lawang, daerah Jawa Timur,

Perusahaan tersebut mempabrikasi serta menjual empat macam sediaan farmasi,

yakni: sediaan bentuk oral, inhaler, sediaan nutrisi dan cairan intravena (infus),

peralatan medik, dan peralatan IV Set.

Awalnya berjalan perusahaan, PT. Otsuka Indonesia tidak memproduksi

produknya sendiri tetapi semua produk ini diimpor dari Jepang. Namun, untuk

pemenuhan kebijakan peraturan pemerintah, tentang pentingnya memproduksi

obat-obatan lokal di dalam negeri, sehingga PT. Otsuka Indonesia memutuskan

mulai memproduksi semua di dalam negeri.

Sesudah dilakukan penelitian serta investigasi yang cermat dan mendalam,

ditemukan sumber air alami yang bersih dibawah Gunung Arjuna daerah Jawa

Timur, yang terbukti menjadi fondasi ideal untuk produk cair. PT sebagaimana

wujud konsistensi dalam pengembangan teknologi dan sumber daya manusia.

Otsuka Indonesia terus memperbarui standar ISO. Setelah memperoleh ISO 9001:

2000 pada tahun 2003 untuk memenuhi permintaan pelanggan akan produk

berkualitas tinggi PT. Otsuka Indonesia juga telah memperoleh sertifikasi ISO

14001: 2004 sebagai tanggung jawab perusahaan untuk mengurangi dampak

lingkungan yang merugikan.

Produk cair berhasil memasuki pasar farmasi dan menikmati reputasi terbaik

di Indonesia. Keberhasilan ini mendorong PT. Otsuka Indonesia semakin

berkembang pada perusahaan obat ini melalui produksi sediaan nutrisi, obat

teurapetik, serta peralatan medis. Setelah sukses perusahaan berhasil memperoleh

sertifikat ISO 22000: food safety / HACCP untuk produk nutrisi klinis, ISO 13485

untuk produk alat kesehatan, dan sertifikasi CPOB / cGMP yaitu standarisasi proses

manufaktur yang baik.

Page 18: BAB II TINJAUAN INDUSTRI FARMASI 2 - eprints.umm.ac.id

20

Proses verifikasi usaha yang dilaksanakan perusahaan bukan di Indonesia

saja, tapi terus berkembang. Perusahaan obat ini sudah meluaskan produksi

sediaannya melalui ekspor produk ke berbagai wilayah, antara lain Timor Leste,

Singapura, Sri Lanka, Hong Kong, Malaysia, Vietnam, Papua Nugini, Fiji,

Myanmar, Tonga, Samoa, Oman, Taiwan, imor Leste dan Australia.

Semasa beberapa dekade, Perusahaan ini masih bisa mendominasi pasar

infus, serta tetap berdiri kokoh, PT. Otsuka Indonesia selalu menghadapi tantangan

agar selalu berinovasi membuat sediaan farmasi terbaru untuk memenuhi

kebutuhan pelanggannya, dengan motonya:

“Otsuka People Creating New Products for Better Health Worldwide.”

Bentuk lingkaran besar pada logo Otsuka melambangkan langit yang berarti

keterbukaan, kebebasan, dan kepandaian serta masa depan. Sedangkan lingkaran

kecil melambangkan fokus pada energi, dan sumber mata air. Bentuk dari dua

lingkaran yang diposisikan seimbang dan jenis tulisan yang ramah dan terbuka, dari

secara keseluruhan logo Otsuka memberikan makna bahwa Otsuka memiliki

komitmen untuk menyebarkan kebahagiaan dengan meningkatkan kesehatan di

kalangan masyarakat.

Gambar 2.1 Logo PT. Otsuka Indonesia

2.6 Visi dan Misi PT. Otsuka Indonesia

2.2.1 Visi

Visi PT. Otsuka Indonesia adalah Menjadi perusahaan paling

unggul dalam sumbangsihnya untuk kesehatan manusia yang

lebih baik

2.2.2 Misi

1. Menjalankan kegiatan perusahaan dengan standar etika yang

tinggi dengan kejujuran dan integritas.

Page 19: BAB II TINJAUAN INDUSTRI FARMASI 2 - eprints.umm.ac.id

21

2. Memenuhi kebutuhan pelanggan dengan selalu menyediakan

produk yang berkualitas tinggi dan andal.

3. Menyediakan informasi ilmiah yang akurat dan berharga, oleh

tenaga-tenaga ahli yang terlatih, demi pemahaman yang lengkap

dan benar oleh para pelanggan.

4. Menyediakan sarana berkarya untuk para karyawan dalam

suasana kerja yang profesional, sejahtera dan secara individu

bermartabat.

5. Berkerja dengan penuh tanggung jawab terhadap masyarakat

dan lingkungan tempat berusaha.

6. Menyediakan hasil usaha dan keuntungan yang layak serta

berkelanjutan kepada para pemegang saham perusahaan.

2.7 Lokasi PT. Otsuka Indonesia

2.3.1 Head Office

Head Office PT. Otsuka Indonesia berlokasi di 18 Office Park,

Tower A, Lt. 9 Jl. Letjend. TB. Simatupang No, 18, Jakarta, 12520.

2.3.2 FactoryFactory PT. Otsuka Indonesia berlokasi di Jalan Sumber

Waras No. 25, Lawang, Malang, Jawa Timur, 6521

Page 20: BAB II TINJAUAN INDUSTRI FARMASI 2 - eprints.umm.ac.id

22

2.8 Struktur Organisasi PT. Otsuka Indonesia

President Director

Vice President Director

Plant Director

Deputy Plant Director

Technical Operation QMS

QC

MPD QA Complience Production 1 Production 2 Engineering

SVP

LVP Softbag

Enteral Nutrition

LVP Plabottle

Medical Device

Theraupetical Drug

Mech & Electrical

Supporting

Phys & Chem

Biological

Laboratory & Doc

Parenteral

Non Parenteral

Registration

Compliant Handling

GMP & Doc

Supply Chain

Logistic

Warehouse

HRD & GA

Recr. & Train, Dev; IR

General Service & HSE

HR Alignment (Fact&HO)

Finance & Acct.

Accounting

Finance

IT

Audit

Validation

IMS

Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT. Otsuka Indonesia

Keterangan:

QMS :Quality Management System

QC :Quality Control

MPD :Manufacturing Product Development

IMS :Integrated Management System

Page 21: BAB II TINJAUAN INDUSTRI FARMASI 2 - eprints.umm.ac.id

23

PT. Otsuka Indonesia, dipimpin oleh seorang President Director

dengan Head Office yang berkedudukan di Jakarta. Pabrik dari PT. Otsuka

Indonesia berlokasi di Jalan Sumber Waras No. 25, Lawang, Jawa Timur.

Plant Director membawahi dua Divisi yaitu Divisi Technical Operation dan

QMS (Quality Management System). Divisi Technical Operation

membawahi Departemen Produksi dan Departemen Engineering. Sedangkan

Divisi QMS membawahi Departemen Quality Assurance (QA), dan

Departemen Quality Control (QC). Selain departemen diatas, di pabrik PT.

Otsuka Indonesia juga terdapat Departemen HRD & GA serta Departemen

Supply Chain (SC) dan Finance and Accounting. Integrated Management

System (IMS) menggabungkan semua aspek sistem, proses, dan Standar

organisasi ke dalam satu sistem cerdas. Penggabungan ini memungkinkan

bisnis untuk merampingkan manajemennya, menghemat waktu dan

meningkatkan efisiensi dengan menangani semua elemen sistem manajemen

secara keseluruhan.

2.9 Produk PT. Otsuka Indonesia

Produk PT Otsuka Indonesia dibedakan menjadi 5, yaitu produk LVP

(Large Volume Parenteral) dalam bentuk 2 macam kemasan yaitu botol

plastik dan soft bag. Selain itu terdapat SVP (Small Volume Parenteral) yang

berbentuk ampul, Medical Equipment, Therapeutic Drug, dan Enteral

Nutrition. Namun, Secara garis besar produknya terbagi dua yaitu parenteral

(LVP, SVP, Soft bag) dan non parenteral (Medical Equipment, enteral

nutrition, theraupeutic drug.) Sediaan parenteral dosis kecil (SLV)

didefinisikan sebagai obat steril yang dikemas dalam wadah kurang dari 100

ml. Biasanya, bersiaplah untuk infeksi. Obat parenteral dosis besar (LVP)

adalah sediaan cairan steril, yang mengandung obat dalam wadah 100 ml atau

lebih, dan telah terbukti dapat digunakan oleh manusia, tetapi biasanya

merupakan sediaan infus. Berikut produk-produk yang diproduksi oleh

Otsuka tersaji pada tabel 2.1 :

Page 22: BAB II TINJAUAN INDUSTRI FARMASI 2 - eprints.umm.ac.id

24

Tabel II.2 Jenis produk yang diproduksi oleh PT. Otsuka Indonesia

Plastic bottle

No Nama Produk

1 Otsu-NS (100, 500, 1000mL)

2 Otsu-D5 (100, 500mL)

3 Otsu-D10 (500mL)

4 Otsu-D2.5,1/2NS (500mL)

5 Otsu-D5,1/4NS (500mL)

6 Otsu-D5,1/2NS (500mL)

7 Otsu-D10,1/2NS (500mL)

8 KA-EN 1B (500mL)

9 KA-EN 3A (500mL)

10 KA-EN 3B (500mL)

11 KA-EN 4A (500mL)

12 KA-EN MG3 (500mL)

13 Otsu-Salin3 (500mL)

14 Otsu-RS (500mL)

15 Otsu-RLD5 (500mL)

16 Asering (500mL)

17 Asering5 (500mL)

18 Otsutran70 (500mL)

19 Otsutran40 (500mL)

20 Martos-10 (500mL)

21 Potacol-R (500mL)

22 Otsu-manito20 (250, 500mL)

23 Sterile Water For Irrigation USP (1000mL)

Ampoule

No Nama Produk

1 Plastic ampoule

2 Otsu-NS (25mL)

Page 23: BAB II TINJAUAN INDUSTRI FARMASI 2 - eprints.umm.ac.id

25

3 Otsu-WI (25mL)

4 Otsu-D40 (25mL)

5 Otsu-KCL7.46 (25mL)

6 Otsu-MGSO4 (25mL)

7 Meylon84 (25mL)

Soft bag

No Nama Produk

1 Aminoleban INJ (500mL)

2 Aminovel 600 (500mL)

3 Amiparen INJ (500mL)

4 Kidmin (200, 500mL)

5 Pan Amin G (500mL)

6 Asering (500mL)

7 KA-EN 1B (500mL)

8 KA-EN 3A (500mL)

9 KA-EN 3B (500mL)

10 Aminofluid (500, 1000mL)

Therapeutic Drug Product Rang

No Nama Produk

1 Abilify

2 Acuatim

3 Futaful

4 Pletaal (tab)

5 Mucosta (tab)

6 Meptin (tab, Syrup, SH)

7 Meptin & Obucort Swinghaler

Enteral Nutrition

No Nama Produk

1 Proten

2 Pan-Enteral

3 Neo-Mune

Page 24: BAB II TINJAUAN INDUSTRI FARMASI 2 - eprints.umm.ac.id

26

4 Aminoleban oral

Medical Devices

No Nama Produk

1 Firebird

2 Firebird-2

3 Tango

4 Mustang

5 Jesper Coil

IV Set

No Nama Produk

1 Bloodset

2 OtsuCath