Top Banner
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Untuk membedakan penelitian Upaya Meningkatkan Penguasaan Kosakata Melalui Kegiatan Membaca Kritis Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Kebasen Tahun pelajaran 2009-2010 dengan penelitian sebelumnya, maka penulis meninjau penelitian yang berjudul Pengaruh Kosakata Bahasa Indonesia Terhadap Kemampuan Menjawab Pertanyaan Teka-Teki Silang (TTS) Siswa Kelas VIIISMP Negeri 1 Slawi Tahun Pelajaran 2007-2008 hasil penelitian dari Wuryasih, sebagai berikut. 1. Landasan teori Landasan teori dalam penelitian, Wuryasih menggunakan salah satu teknik pembelajaran kosakata dengan media permainan bahasa yaitu permainan teka-teki silang (TTS), karena permainan adalah suatu aktivitas untuk memperoleh keterampilan berbahasa tertentu dengan cara menggembirakan. Teknik pembelajaran dengan media permainan teke-teki silang ini sangat cocok diuji cobakan pada siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Slawi yang memiliki sifat ingin tahu yang sangat besar dan tertarik dengan hal yang matang. 2. Metode Analisis Data Penelitian Analisis data adalah suatu cara mengolah data yang telah terkumpul dari hasil penelitian di lapangan, kemudian agar dapat diinterpretasikan secara 8 Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP UMP, 2010
26

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustakarepository.ump.ac.id/2397/3/BAB II_LUTFIANA SEPTI SUSIANTI_PBSI… · Negeri 2 Kebasen Tahun pelajaran 2009-2010 dengan penelitian sebelumnya,

Oct 21, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Kajian Pustaka

    Untuk membedakan penelitian Upaya Meningkatkan Penguasaan

    Kosakata Melalui Kegiatan Membaca Kritis Pada Siswa Kelas VIII B SMP

    Negeri 2 Kebasen Tahun pelajaran 2009-2010 dengan penelitian sebelumnya,

    maka penulis meninjau penelitian yang berjudul Pengaruh Kosakata Bahasa

    Indonesia Terhadap Kemampuan Menjawab Pertanyaan Teka-Teki Silang (TTS)

    Siswa Kelas VIIISMP Negeri 1 Slawi Tahun Pelajaran 2007-2008 hasil penelitian

    dari Wuryasih, sebagai berikut.

    1. Landasan teori

    Landasan teori dalam penelitian, Wuryasih menggunakan salah satu

    teknik pembelajaran kosakata dengan media permainan bahasa yaitu

    permainan teka-teki silang (TTS), karena permainan adalah suatu aktivitas

    untuk memperoleh keterampilan berbahasa tertentu dengan cara

    menggembirakan. Teknik pembelajaran dengan media permainan teke-teki

    silang ini sangat cocok diuji cobakan pada siswa Kelas VIII SMP Negeri 1

    Slawi yang memiliki sifat ingin tahu yang sangat besar dan tertarik dengan hal

    yang matang.

    2. Metode Analisis Data Penelitian

    Analisis data adalah suatu cara mengolah data yang telah terkumpul

    dari hasil penelitian di lapangan, kemudian agar dapat diinterpretasikan secara

    8 Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP UMP, 2010

  • verbal dan uraian.dalam menganalisis data penelitian yang akan dilaksanakan

    peneliti menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif.

    3. Teknik Analisis Data

    Setelah data diperoleh maka langkah selanjutnya adalah melakukan

    analisis data. Langkah pertama adalah pengujian prasyarat yaitu uji normalitas

    dan uji homogenitas.

    4. Rumusan Masalah

    Dari berbagai faktor yang dapat mempengaruhi penguasaan kosakata

    siswa perlu membatasi masalah yang mengacu pada judul yaitu:

    “Pengaruh Penguasaan Kosakata Bahasa Indonesia Terhadap

    Kemampuan Menjawab Pertanyaan Teka-Teki Silang (TTS) Siswa SMP

    Negeri 1 Slawi Tahun Pelajaran 2007-2008”

    5. Tujuan Penelitian

    Sesuai dengan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah

    untuk mengetahui pengaruh penguasaan kosakata bahasa Indonesia terhadap

    kemampuan menjawab pertanyaan teka-teki sislang (TTS) pada siswa kelas

    VIII SMP Negeri 1 Slawi.

    6. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil analisis data pembahasan hasil penelitian maka

    dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari penguasaan

    kosakata bahasa Indonesia terhadap kemampuan menjawab pertanyaan teka-

    teki silang pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Slawi. Hal ini berarti bahwa

    Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP UMP, 2010

  • makin tinggi penguasaan kosakata bahasa Indonesia maka hasil permainan

    teka-teki silang siswa semakin banyak.

    B. Pembelajaran Bahasa

    Dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar

    nasional pendidikan bab V standar kompetensi lulusan untuk pelajaran bahasa

    (termasuk bahasa Indonesia) menekankan pada kemampuan membaca dan

    menulis yang sesuai dengan jenjang pendidikan. Ruang lingkup mata pelajaran

    bahasa Indonesia mencakup kemampuan berbahasa yang meliputi aspek :

    mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek itu merupakan

    aspek yang terintegrasi dalam pembelajaran walaupun dalam penyajian silabus

    keempat aspek itu masih sulit dipisahkan.

    Bahasa merupakan sarana komunikasi, sementara bahasa dan sastra

    Indonesia seharusnya diajarkan pada siswa melalui pendekatan yang sesuai

    dengan hakikat dan fungsinya. Pendekatan pembelajaran bahasa yang

    menekankan aspek kinerja atau keterampilan berbahasa dan fungsi bahasa adalah

    pendekatan komunikatif. Dalam kehidupan sehari-hari, fungsi utama bahasa

    sebagai sarana komunikasi. Bahasa dipergunakan sebagai alat komunikasi untuk

    berbagai keperluan dan situasi pemakaian. Untuk itu, orang tidak akan berpikir

    sistem bahasa, tetapi berpikir bagaimana menggunakan bahasa itu secara tepat

    sesuai dengan konteks dan situasi. Jadi, secara pragmatik bahasa lebih merupakan

    suatu bentuk kinerja dan performasi daripada sebuah sistem ilmu.

    Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP UMP, 2010

  • C. Keterampilan Membaca

    Keterampilan membaca (reading skills) erat hubungannya dengan

    keterampilan menyimak atau mendengarkan, berbicara dan menulis. Dalam

    memperoleh keterampilan membaca biasanya melalui suatu urutan yang teratur.

    Mula-mula, pada masa kecil, kita belajar menyimak atau mendengarkan bahasa

    kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Menyimak

    dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah, sedangkan membaca dan

    menulis dipelajari di sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya

    merupakan satu kesatuan yang merupakan catur tunggal (Dawson[et al] dalam

    Tarigan, 1994:2). Setiap keterampilan itu erat sekali hubungannya dangan proses

    berpikir yang mendasari bahasa. Makin terampil seseorang berbahasa, makin

    cerah dan jelas jalan pikirannya.

    D. Pengertian Membaca

    Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh

    pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan penulis melalui

    media kata-kata atau bahasa tulis. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang

    tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses

    membaca itu tidak terlaksana dengan baik (Hodgson dalam Tarigan, 1994:7).

    Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan

    pembacaan sandi (a recording and decoding process), berlainan dengan berbicara

    dan menulis yang justru melibatkan penyandian (enconding). Sebuah aspek

    pembacaan sandi (decoding) adalah hubungan kata-kata tulis (written word)

    Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP UMP, 2010

  • dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencangkup perubahan

    tulisan atau cetakan menjadi bunyi yang bermakna (Anderson dalam Tarigan,

    1994:7). Menurut definisi tersebut, maka kegiatan membaca berisi kerja yang

    lebih rumit dari pekerjaan yang biasa, yaitu menggunakan semua kemampuan

    mental manusia seperti kemampuan menganalisis, mempertimbangkan,

    memecahkan masalah untuk segala masukan yang akan direkam di dalam batin si

    pembaca ataupun tidak.

    Ditambahkan pula bahwa membaca dapat dianggap sebagai suatu proses

    untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat dan mengetahui pikiran yang

    terkandung dalam kata-kata yang tertulis. Dengan demikian, hubungan antara ide

    atau pesan yang hendak dikemukakan oleh penulis dan penafsir atau interpretasi

    pembaca turut menentukan ketepatan membaca. Berangkat dari batasan membaca

    yang telah dipaparkan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca

    seseorang dapat diartikan sebagai kesanggupan atau kecakapan yang sudah

    terlatih dengan baik dan cermat untuk memahami dan menangkap informasi atau

    pesan yang disampaikan oleh pihak lain (penulis) melalui sarana tulisan.

    Dari beberapa pengertian membaca yang telah dikemukakan terdapat

    beberapa persamaan, yaitu memahami dan menangkap gagasan atau informasi

    baik yang tersurat atau tersirat dalam bacaan atau bahasa tulis. Jadi, yang paling

    esensial dalam kegiatan membaca adalah pemahaman isi bacaan untuk

    memperoleh makna yang tepat. Untuk sampai pada tahap pemahaman ini, tentu

    saja pertama-tama pembaca harus berusaha untuk selalu mengerti arti dari setiap

    kata yang ada dalam bacaan. Kemudian pembaca berusaha untuk mengerti

    Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP UMP, 2010

  • hubungan arti kata dalam kalimat. Selanjutnya, pembaca berusaha untuk mengerti

    hubungan arti kalimat dalam bacaan.

    E. Tujuan Membaca

    Tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh

    informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna atau arti erat sekali

    hubungannya dengan maksud kita dalam membaca. Berikut ini beberapa tujuan

    membaca:

    1. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang

    telah dilakukan oleh sang tokoh, apa yang telah terjadi pada tokoh khusus,

    atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh.

    Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian-

    perincian atau fakta-fakta.

    2. Membaca untuk , mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik

    dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari

    atau yang dialami sang tokoh dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan

    oleh sang tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut

    membaca untuk memperoleh ide-ide utama.

    3. Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap

    bagian cerita, apa yang terjadi pertama, kedua, dan ketiga. Ini disebut

    membaca untuk mengetahui urutan atau susunan.

    4. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh

    merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh

    Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP UMP, 2010

  • sang pengarang kepada para pembaca. Ini disebut membaca untuk

    menyimpulkan atau membaca inferensi.

    F. Membaca Kritis

    Membaca kritis adalah sejenis membaca yang dilakukan secara

    bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan

    hanya mencari kesalahan (Albert[et al] dalam Tarigan, 1994:89). Membaca secara

    kritis adalah cara membaca dengan melihat motif penulis dan menilainya

    (Seodarso, 1991:71).

    Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis

    dengan melisankan atau hanya dalam hati (Moeliono (Ed) 1993:62), sedangkan

    kritis adalah bersifat selalu berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruan, tajam

    dalam penganalisisan (Moeliono (Ed) 1993:466).

    Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca kritis adalah

    suatu kegiatan melihat atau memahami isi dari suatu bentuk tertulis dengan

    melisankan atau hanya dalam hati secara bijaksana, penuh tenggang hati,

    mendalam, evaluatif, serta analitis.

    Menurut Tarigan (1994:91-92) membaca kritis menuntut pembaca agar :

    1. Memahami maksud penulis

    Langkah pertama yang harus dilakukan dalam membaca kritis adalah

    menentukan atau memahami maksud atau tujuan penulis. Pada umumnya

    tulisan memenuhi satu atau lebih dari keempat tujuan wacana umum

    (discourse) yaitu : memberi tahu (to infrom), meyakinkan (to convince),

    Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP UMP, 2010

  • mengajak, mendesak, meyakinkan (to persuade), dan menghibur (to

    entertain). Sekalipun kita jarang menemui suatu pilihan bacaan yang secara

    jelas dibatasi pada salah satu dari keempat tujuan ini, tetapi salah satu di

    antaranya biasanya menonjol. Sebagai seorang pembaca yang kritis, maka kita

    harus berusaha mencari serta mendapatkan maksud yang tersembunyi ini.

    2. Memanfaatkan kemampuan membaca dan berpikir kritis.

    Kemampuan membaca dan berpikir secara kritis juga menuntut agar

    kita sadar akan sikap-sikap serta prasangka-prasangka kita sendiri, dan unsur-

    unsur lain dalam latar belakang pribadi kita yang mungkin mempengaruhi

    kegiatan membaca dan berpikir kita dalam membaca.

    3. Memahami organisasi dasar tulisan

    Maksud penulis dalam menulis suatu artikel atau wacana sebagian

    besar menentukan sifat dan lingkup pembicaraannya, rangka dasarnya, dan

    sikap umum serta pendekatannya. Para pembaca yang teliti mengamati

    indikasi-indikasi atau petunjuk-petunjuk mengenai pilihan itu dan bagaimana

    caranya disajikan. Biasanya penyajian seorang penulis dibagi menjadi tiga

    bagian yaitu pendahuluan, isi, dan kesimpulan

    a. Pendahuluan

    Dalam mengkomunikasian ide-idenya secara jelas maka seorang

    penulis akan mempergunakan satu atau lebih paragraf pembukaan untuk

    memperkenalkan subjeknya beserta pendekatan khusus terhadap hal itu.

    Sering pula dia menunjukkan secara singkat pokok-pokok penting yang

    akan dicakup, dan menetapkan aspek-aspek masalah apa yang akan

    Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP UMP, 2010

  • dimasukkan ataupun dikeluarkan. Dengan kata lain, dia hendak

    menyatakan ruang lingkup dan pembahasan uraiannya. Sering pula dia

    menjelaskan maksudnya dalam penulisan artikel atau wacana itu. Dia

    mungkin menyatakan maksudnya secara tidak langsung dalam ulasan-

    ulasanya mengenai pokok masalah, tema, atau ruang lingkupnya.

    Akhirnya, dia akan mempergunakan paragraf-paragraf pembukaan untuk

    menentukan nada artikel atau wacana tersebut.: berat atau ringan, harfiah

    atau satiris, serius atau humor, dan sebagainya. Pembaca yang seksama

    akan mengamati indikasi-indikasi yang serupa untuk memudahkannya

    membaca dengan pemahaman yang lebih tinggi serta mendalam, dan

    menilai karya itu secara lebih jujur.

    b. Isi

    Artikel atau wacana yang tertulis rapi menjelaskan di mana

    pendahuluan berakhir, dan dimana pula isi artikel atau wacana itu bermula.

    Biasanya isi suatu uraian membagi dirinya sendiri menjadi dua, tiga, atau

    empat bagian utama. Kadang-kadang kita dapat menemui petunjuk-

    petunjuk tipografis mengenai bagian-bagian penting itu: angka-angka

    romawi, judul-judul dicetak tebal, atau spasi-spasi terbuka. Kadang juga

    kita menemukan kata-kata yang menunjukkan penomeran-penomeran dan

    langkah-langkah. Kata-kata seperti : pertama, kedua, lebih lanjut,

    akhirnya, dan sebaliknya menunjukkan langkah-langkah dalam suatu

    uraian yang tersusun secara logis.

    Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP UMP, 2010

  • c. Kesimpulan

    Pada penutup suatu artikel atau wacana kerapkali kita

    memperhitungkan bahwa penulis mengalihkan perhatiannya dari apa yang

    sedang dikatakan menuju apa yang dikatakannya. Inilah suatu pertanda

    bagi kita bahwa dia akan menutup atau menyimpulkan artikelnya itu.

    Penulis yang seksama kerapkali menegaskan apa yang telah dikatakannya

    pada paragraf-paragraf pembukaan mengenai pokok-pokok penting dan

    perkembangannya. Kita hendaknya mempergunakan bantuan-bantuan

    serupa itu yang akan menolong kita dalam meresensi atau meninjau

    kembali keseluruhan penyajian tersebut. Para pembaca yang teliti, cermat,

    bertanggung jawab, akan tetap waspada baik terhadap indikasi-indikasi

    yang eksplisit maupun yang implisit dari tema, maksud, ruang lingkup, dan

    organisasi umum sang penulis (Albert [et al] dalam Tarigan, 1994:95).

    4. Menilai penyajian pengarang

    Selaku pembaca yang kritis kita harus mampu menilai, mengevaluasi

    penyajian bahan sang penulis. Dalam membaca kita harus bermodalkan

    pertanyaan-pertanyaan dalam hati. Pertanyaan-pertanyaan tersebut diajukan

    dari berbagai segi antara lain:

    a. Dari segi informasi

    b. Dari segi logika

    c. Dari segi bahasa

    d. Dari segi kualifikasi

    Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP UMP, 2010

  • e. Dari segi sumber-sumber informasi yang dipergunakan oleh sang

    pengarang

    5. Menerapkan prinsip-prinsip kritis pada bacaan sehari-hari

    Kita sebagai warga negara yang baik dihadapkan pada bahan bacaan

    yang mengalir terus, sumber tempat mereka harus menimba serta memperoleh

    pendapat-pendapat mereka mengenai masalah politik, sosial, keagamaam, dan

    moral serta sejumlah topik lainnya yang tidak dapat mereka abaikan begitu

    saja. Bertumpuknya bahan bacaan, memperingatkan kita serta mendorong kita

    untuk menciptakan bagi kita sendiri prinsip-prinsip yang dapat membimbing

    kita dalam membaca. Pada umumnya, bacaan haruslah mencakup hal-hal yang

    harus dibaca untuk menjaga agar kita dapat mengikuti perkembangan-

    perkembangan mutakhir dalam berbagai bidang. Para pembaca yang teliti dan

    kritis terus menerus akan mengevaluasi ide-ide yang disajikan pada mereka,

    terutama sekali untuk melihat apakah ide-ide itu menarik perhatian dan

    memberikan pertimbangan, penilaian padanya dan mengambil pendapat-

    pendapat mengenai hal penting.

    6. Meningkatkan minat membaca

    Pada dasarnya orang yang membaca dengan baik adalah orang yang

    biasanya berpikir baik dan dia memiliki suatu dasar pendapat, suatu batu ujian

    bagi pertimbangan. Orang yang setengah buta huruf kerapkali ditandai oleh

    minat-minat yang amat terbatas dan ruang lingkup bacaan yang terbatas.

    Orang-orang yang hanya membaca ruangan olahraga, komik, halaman

    perhimpunan pada koran harian biasanya tidak sanggup mengikutsertakan

    Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP UMP, 2010

  • dirinya kecuali dalam suatu percakapan yang sembrono. Sebagai manusia yang

    ingin menjadi anggota masyarakat yang dihormati serta yang bertanggung

    jawab maka harus mencurahkan perhatian serta usaha pada minat baca anda.

    Suatu sikap ingin tahu untuk menggali bidang-bidang pengetahuan baru akan

    menolong anda untuk meningkatkan serta memperluas minat membaca. Orang

    yang teliti selalu menemui bidang-bidang baru untuk digarap dan diteliti.

    Orang yang menghadapi apa yang telah diketahuinya saja akan segera

    menemui dirinya tertinggal jauh di belakang teman sebayanya. Untuk

    meningkatkan minat membaca maka perlu sekali kita berusaha:

    a. Menyediakan waktu untuk membaca

    Alasan umum untuk tidak membaca adalah kekurangan waktu.

    Memang tidak perlu mengingkari bahwa terdapat banyak tuntutan terhadap

    waktu kita, tetapi kalau kita berminat pada kemajuan pribadi maka kita pun

    akan mengatur hari kita sehingga kita mempunyai sedikit waktu yang

    digunakan membaca dengan baik. Mempertimbangkan dengan baik akan

    segala nilai dan tuntutan waktu kita, pasti akan menolong kita untuk

    menentukan mana yang memberi sumbangan yang paling banyak terhadap

    perkembangan pribadi kita.

    b. Memilih bahan bacaan yang baik

    Menyediakan waktu untuk membaca sangat erat hubungannya

    dengan salah satu aspek yang paling penting dari membaca kritis, yaitu

    mengetahui apa manfaat dari membaca. Oleh karena itu setiap pribadi

    Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP UMP, 2010

  • harus mempunyai prinsip-prinsip sendiri yang dapat membimbing

    pilihannya terhadap apa yang harus dibaca dan apa yang harus dilewatkan.

    G. Penguasaan Kosakata

    Pemahaman makna secara tepat merupakan prasyarat yang perlu untuk

    membaca agar dapat memahami maksudnya. Kosakata sangat erat hubungannya

    dengan pemahaman dan penalaran, sehingga suatu tes kosakata yang baik dapat

    secara efektif berfungsi sebagai pengukur intelegensi umum. Tes intelegensi yang

    baik mengandung banyak butir (item) kosakata. Hal utama yang minimal harus

    dimiliki agar dapat memahami bacaan adalah pemahaman arti kata-kata yang

    digunakan oleh pengarang. Pengembangan kosakata yang banyak dan cermat

    merupakan tahapan yang penting bagi pemahaman yang baik.

    1. Tipe-tipe kosakata

    Tipe kosakata yang pertama-tama diperoleh oleh seseorang adalah

    kosakata dasar. Kebanyakan anak kecil dapat menanggapi secara benar kata-

    kata yang diucapkan orang lain, sebelum mereka dapat menggunakan kata-

    kata tersebut untuk berbicara. Kosakata dengar lebih awal berkembang

    daripada kosakata bicara. Dalam hidup ini jumlah kata-kata yang dapat

    ditanggapi secara benar jika kata-kata tersebut didengar tetap lebih banyak

    daripada jumlah kata yang dapat digunakan dengan benar dalam berbicara atau

    menulis. Ketika anak-anak mulai membaca, mereka mulai memperoleh

    kosakata baca. Kata-kata yang mereka kenal dalam bentuk tulis dan mereka

    pahami. Jumlah kosakata bermakna yang dimiliki oleh seorang anak adalah

    Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP UMP, 2010

  • jumlah semua kata yang dapat dipahaminya atau digunakannya secara benar,

    baik dalam mendengarkan, berbicara, membaca, atau menulis.

    2. Jumlah kosakata bermakna

    Sampai dengan tahun 1940-an, sebagian besar penelitian tentang

    jumlah kosakata yang dimiliki oleh anak-anak (di Amerika Serikat)

    menunjukkan bahwa rata-rata anak memasuki kelas 7-9 dengan pengetahuan

    arti kata-kata sekitar 8.500 kata di sekolah menengah pertama. Perbedaan

    antarindividu diketahui cukup besar dalam tiap umur tertentu. Roelke dalam

    Zuchdi (1993:4) menemukan bahwa dari tiga matra atau dimensi kosakata

    yang berhubungan secara signifikan dengan pemahaman yaitu:

    a. Keleluasaan atau keekstensifan jumlah kata-kata yang diketahui

    sinonimnya oleh anak.

    b. Kedalaman atau keintensifan jumlah makna kata yang diketahui setiap

    kata.

    c. kesesuaian atau kefleksibelan pilihan makna khusus yang cocok dalam

    suatu tautan (konteks).

    Dalam hal ini, kebanyakan tes kosakata hanya merupakan tes

    keluasan (keekstensifan). Matra atau dimensi kosakata yang juga signifikan

    adalah derajat konsep yang diwakili oleh sebuah kata yakni abstrak atau

    konkrit. Anak-anak yang cerdas dan pembaca-pembaca yang baik cenderung

    memberikan batasan yang abstrak atau umum terhadap kata-kata, sedangkan

    anak-anak yang kurang pandai atau pembaca yang tidak baik cenderung

    memberikan batasan kata-kata dalam hal penggunaan atau fungsinya.

    Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP UMP, 2010

  • 3. Kata atau konsep

    Kata adalah ujaran yang mewakili suatu konsep atau gagasan. Kata-

    kata merupakan suatu bagian dari sistem bahasa, berintegrasi dalam pola-pola

    sintaksis. Mempelajari kata-kata bukanlah merupakan kegiatan yang terisolasi,

    tetapi merupakan suatu bagian kehidupan yang berjalan terus, suatu proses

    konseptualisasi yang tak pernah berakhir (Dale [et al] dalam Tarigan,

    1985:21). Selaras dengan kematangan perkembangan anak, konsep yang

    diwakili oleh kata itu secara berangsur-angsur diketahui secara lebih cermat.

    Rentel dalam Zuchdi (1993:5) menyarankan prinsip-prinsip berikut ini untuk

    mengajarkan konsep:

    a. Menciptakan nama kata yang cocok untuk suatu konsep atau sifat

    b. Menekankan ciri-ciri penting yang membedakannya dengan konsep

    atau sifat lain

    c. Memberikan contoh untuk suatu konsep dalam urutan yang cocok

    d. Mendorong dan membimbing murid menemukan intisari suatu konsep

    e. Memberikan contoh penerapan konsep. Memberikan kesempatan

    kepada anak-anak memahami terbentuknya konsep tidaklah cukup.

    Guru dapat menolong anak-anak mencari kesimpulan ciri-ciri konsep,

    menjelaskan dan mengkondifikasikan atau menyusun secara teratur.

    Konsep yang menyatakan benda (kata benda) atau tindakan (kata

    kerja) atau sifat yang dapat diamati (kata keadaan, kata keterangan) termasuk

    yang mudah dikembangkan, konsep yang menyatakan hubungan (misalnya

    kata penghubung dan kata depan) lebih sulit dikembangkan. Pemahaman kata-

    Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP UMP, 2010

  • kata penghubung itu ada hubungannya dengan intelegensi dan pemahaman

    lisan dan sangat erat berkorelasi dengan pemahaman bacaan atau wacana. Kata

    ucapan yang merupakan kata tugas yang sangat penting. Foust dalam Zuchdi

    (1993:6) menggolongkan kata depan (preposisi) menjadi : penunjuk arah,

    tempat, waktu, dan menyatakan sesuatu yang abstrak. Dalam bahasa Inggris

    jumlah kata depan itu tidak banyak tetapi lebih banyak daripada dalam bahasa

    Indonesia. Namun demikian pemahaman kata depan merupakan hal yang

    penting guna pemahaman kalimat.

    4. Metode mengajarkan atau mempelajari kosakata

    Survai yang teliti mengenai pengajaran kosakata menggolongkan

    prosedur pengajaran kosakata menjadi dua macam yakni metode langsung dan

    metode tautan atau konteks (Herold dan Stall dalam Zuchdi, 1993:14).

    Metode langsung meliputi:

    a. Mempelajari daftar kata-kata. Biasanya suatu daftar kata diberikan

    untuk dicari artinya dalam kamus dan digunakan dalam kalimat.

    b. Mempelajari bagian-bagian kata, akar kata, perfiks, sufiks, dipelajari

    asal usul kata, sinonim, antonim, homonim,buku kerja, materi-materi

    terprogram, dan alat bantu pandang- dengar.

    Metode tautan (konteks) meliputi:

    a. Pengajaran langsung mengenai cara menggunakan tautan (konteks).

    b. Belajar secara insidental dari banyak bacaan.

    c. Berbagai cara yang terkait, meliputi diskusi tentang konotasi, denotasi,

    idiom, makna ganda, asal-usul kata.

    Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP UMP, 2010

  • Salah satu tugas pokok pengajaran kosakata yang diemban oleh guru

    ialah menolong para siswa untuk melihat persamaan-persamaan dan

    perbedaan-perbedaan yang belum mereka lihat sebelumnya. Salah satu dari

    manfaat pengajaran kosakata adalah mempelajari kaidah-kaidah bagi

    perubahan kata-kata dari satu jenis ke jenis kata yang lain. Selanjutnya bila

    kita menyadari bahwa setiap bahasa memiliki kehalusan, kepelikan, keunikan,

    serta nuansa-nuansa sendiri maka wajarlah bahwa telaah kosakata kita tidak

    boleh hanya memikirkan kata baru atau kata yang terkenal saja, tetapi yang

    terpenting justru kata yang tepat. Apabila siswa dapat mempergunakan kata-

    kata yang tepat, berarti mereka telah mempunyai pilihan kata atau diksi yang

    serasi dan ini berarti bahwa “one goal in vocabulary development” telah

    tercapai. Jadi jelas terlihat bahwa antara kata-kata dan pikiran kritis terdapat

    hubungan yang erat (Tarigan, 1985:22).

    5. Memahami dan membedakan kata yang bersinonim dan antonim

    a. Sinonim

    Kata sinonim terdiri dari syn (sama atau serupa) dan akar kata

    onoma (nama) yang bermakna sebuah kata yang dikelompokkan dengan

    kata-kata lain di dalam klasifikasi yang sama berdasarkan makna umum

    (Keraf, 1985:34). Dengan kata lain, sinonim adalah suatu istilah yang dapat

    dibatasi sebagai telaah mengenai bermacam-macam kata yang memiliki

    makna yang sama atau keadaan dimana dua kata atau lebih memiliki

    makna yang sama.

    Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP UMP, 2010

  • Sinonim tidak hanya membantu kita untuk menyampaikan

    gagasan-gagasan umum tetapi juga membantu kita untuk membuat

    perbedaan-perbedaan yang tajam dan tepat antara makna kata-kata itu.

    Contoh: 1) laki-laki- pria 2) mau-akan 3) datang- tiba 4) suka- senang 5) meninggal- wafat

    b. Antonim

    Berkontras dengan sinonim adalah antonim. Kata antonim terdiri

    dari anti (lawan) dan akar kata onim (nama). Antonim adalah kata yang

    mengandung makna yang berbalikan atau berlawanan dengan kata yang

    lain (Keraf, 1985:39).

    Seperti halnya telaah sinonim, maka telaah antonim ini pun dapat

    membantu siswa mempelajari kata-kata melalui proses pengklasifikasian.

    Contoh: 1) jantan – betina 2) utara – selatan 3) barat – timur 4) pria – wanita 5) internal – eksternal

    6. Mengenal kata-kata yang berhomonim, homofon dan homograf

    a. Homonim

    Homonim adalah kata-kata yang bentuk dan cara pelafalannya

    sama, tetapi memiliki makna yang berbeda (Kosasih, 2007:35).

    Contoh : 1) bisa = ular

    bisa = dapat

    Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP UMP, 2010

  • 2) kali = kelipatan kali = sungai

    3) basi = mangkuk besar basi = berbau/ berasa masam

    4) buta= tidak dapat melihat buta= raksasa

    b. Homofon

    Homofon adalah suatu kata yang lafalnya sama, tetapi bentuk

    tulisan dan artinya berbeda (Kosasih, 2007:36).

    Contoh : 1) sanksi = hukuman

    sangsi = ragu-ragu 2) tank = jenis kendaraan perang

    tang = alat penjepit paku 3) massa = kelompok orang

    masa = waktu 4) bang = abang, anak laki-laki

    bank = tempat penyimpanan uang

    c. Homograf

    Homograf adalah suatu kata yang tulisannya sama, tetapi lafal dan

    artinya berbeda (Kosasih, 2007:36).

    Contoh: 1) teras = pejabat

    teras = serambi 2) apel = upacara

    apel = nama buah 3) memerah = memeras

    memerah = menjadi merah 4) kecap = cicipi

    kecap = nama jenis lauk

    Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP UMP, 2010

  • 7. Penggunaan kata yang mengalami penyempitan dan perluasan makna

    a. Perluasan makna

    Kata yang mengalami perluasan makna adalah kata yang pada saat ini

    mempunyai makna lebih luas atau lebih umum daripada makna dahulu

    (Hamdani, 1992:29).

    Contoh:

    1) Bapak-bapak yang terhormat, kami persilahkan duduk kembali.

    2) Ibu-ibu PKK sedang mengadakan lomba masak.

    Kata bapak-bapak dan ibu-ibu pada kalimat tersebut adalah kata- kata yang

    mengalami perluasan makna. Dahulu kata bapak dan ibu berarti orang tua

    kandung. Akan tetapi, sekarang kata bapak dan ibu lebih luas maknanya.

    Selain berarti “ orang tua kandung“juga berarti orang yang dihormati atau

    tokoh masyarakat.

    b. Penyempitan makna

    Kata yang mengalami penyempitan makna adalah kata yang pada saat ini

    mempunyai makna lebih khusus daripada makna dahulu (Hamdani,

    1992:29).

    Contoh:

    Pembantu itu sangat rajin.

    Kata pembantu pada kalimat tersebut mengalami penyempitan makna.

    Kata pembantu dahulu berarti orang yang memberi bantuan sekarang

    berarti “babu atau pramuwisma“.

    Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP UMP, 2010

  • 8. Pembedaan dan penggunaan kata umum dan kata khusus

    a. Kata umum

    Kata umum adalah kata yang dipakai untuk mengungkapkan gagasan atau

    ide yang umum dan ruang lingkupnya umum (Hamdani, 1992:34).

    Contoh: - memotong - kendaraan - merah - bunyi

    b. Kata khusus

    Kata khusus adalah kata yang digunakan untuk seluk-beluk atau rinciannya

    dan ruang lingkupnya lebih sempit (Hamdani, 1992:34).

    Contoh: - menebang (pohon) - memangkas (rambut, tanaman) - membelah (kayu, bumi) - memenggal (kepala, kalimat) - menetak (leher) - memancung (leher, kepala) - menyayat (daging) - mengiris (daging)

    9. Menggunakan serta membedakan kata yang bermakna konotasi dan

    denotasi.

    a. Kata yang bermakna konotasi

    Kata yang bermakna konotasi adalah sejumlah tautan pikiran yang

    menimbulkan nilai rasa terhadap makna dasarnya (Hamdani, 1992:35).

    Contoh :

    - Gerombolan perampok itu lari ke dalam hutan

    - Rombongan pelaut itu disambut dengan meriah

    Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP UMP, 2010

  • Kata gerombolan dan rombongan pada kedua contoh kalimat tersebut

    berkonotasi. Rombongan berkonotasi positif, sedangkan gerombolan

    berkonotasi negatif. Kata gerombolan dan rombongan merupakan sinonim.

    Kata rombongan mempunyai sejumlah tautan pikiran dan rasa daripada

    kata gerombolan.

    b. Kata yang bermakna denotasi

    Kata bermakna denotasi adalah kata yang mempunyai makna menunjuk

    langsung pada makna dasarnya. Makna denotasi biasanya dipakai dalam

    karangan ilmiah (Hamdani, 1992:35).

    Contoh :

    - Ladang itu luasnya 250 meter persegi.

    - Benda itu beratnya 120 ton.

    - Saya makan malam di rumah paman.

    10. Pengembangan membaca frasa

    Dalam perkembangannya menjadi pembaca yang baik, pembaca

    mengorganisasi (menyusun) bahan bacaan menjadi satuan-satuan yang

    bermakna antara lain berupa frasa-frasa. Beberapa pembaca yang tidak

    baik tidak dapat melakukan hal ini, dan akhirnya pemahaman mereka

    sangat kurang meskipun sudah dijelaskan arti tiap kata dalam bacaan

    tersebut (Wiener dan Cromer dalam Zuchdi, 1993:24). Latihan membaca

    frasa secara khusus mungkin tidak diperlukan oleh pembaca yang baik,

    tetapi hal itu sangat menolong mereka yang tidak dapat secara spontan

    membaca frasa demi frasa (mereka yang biasa membaca kata demi kata).

    Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP UMP, 2010

  • Pembaca akan mengalami kemajuan membaca secara normal dan tidak

    memerlukan banyak latihan secara khusus dalam membaca frasa.

    Membaca kata dalam kelompok-kelompok yang bermakna berkembang

    sebagai bagian keterampilan membaca secara menyeluruh, tanpa harus

    dipisahkan untuk perhatian secara khusus.

    Kebiasaan membaca kata demi kata berkembang dengan dua cara.

    Membaca kata demi kata sering merupakan akibat dari keterlambatan dan

    ketidaktepatan pengenalan kata. Anak harus memusatkan hampir semua

    perhatiannya pada pengenalan (wujud) kata dan hanya sedikit perhatian

    yang tersisa untuk memahami arti. Setelah kesulitan mengenal kata itu

    dapat diatasi, membaca kata sering tetap merupakan kebiasaan. Membaca

    kata demi kata dapat juga diakibatkan oleh banyaknya praktik membaca

    nyaring yang bersifat mekanis, jika hanya sedikit bahkan tidak ada

    pembicaraan tentang makna bacaan. Beberapa cara yang berbeda dapat

    digunakan untuk mengatasi kebiasaan membaca kata demi kata dan

    mengelompokkan frasa secara salah. Beberapa di antaranya ialah sebagai

    berikut :

    a. Agar anak memusatkan perhatian pada membaca frasa dan memahami

    maknanya, bacaan yang digunakan untuk latihan membaca frasa harus

    hanya mengandung kesulitan dalam pengenalan kata dan makna kata

    (yang baru).

    b. Sebuah contoh membaca yang baik dapat diajarkan kepada anak-anak.

    Guru dapat membaca sebuah kalimat dengan penggalan frasa secara

    Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP UMP, 2010

  • jelas, kemudian anak menirukannya. Membaca sejumlah kalimat secara

    bergantian antara guru dan murid juga dapat menolong anak-anak.

    Dengan cara ini banyak anak yang memperoleh manfaat yang cukup

    besar.

    c. Jika suatu bahan bacaan diketik, atau ditulis tangan, cara yang terbaik

    untuk menyusun frasa ialah dengan memberikan jarak tambahan di

    antara frasa-frasa yang ada.

    d. Latihan dapat diberikan dalam bentuk pengenalan frasa sebagai satuan-

    satuan dengan diperlihatkan dalam waktu yang singkat.

    11. Mengajarkan penggunaan tanda baca

    Beberapa anak sering ragu-ragu dalam membaca bahan bacaan

    karena mereka tidak memanfaatkan pertolongan berupa tanda baca.

    Mereka tidak belajar mengenal huruf kapital sebagai tanda permulaan

    kalimat, tanda titik atau tanda tanya, tanda permulaan kalimat, atau tanda

    koma sebagai bagian-bagian kalimat. Anak-anak yang memiliki

    kemampuan membaca agak tinggi mungkin memerlukan bantuan dalam

    menginterpretasikan tanda titik dua (:), titik koma (;), atau tanda pisah (-).

    Cara yang efektif untuk menekankan penggunaan tanda baca dalam

    membaca adalah dengan memberi warna yang berbeda-beda, misalnya

    pada huruf pertama suatu kalimat diberi warna hijau, koma dengan warna

    kuning, titik dengan warna merah, dan sebagainya.

    Sebagai tindak lanjut pengajaran tanda baca, dapat digunakan

    bahan latihan berupa bacaan tanpa tanda baca yang diperlukan. Jika ia

    Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP UMP, 2010

  • mengalami kesulitan, ia harus disuruh membaca bahan bacaan tersebut

    dengan nyaring. Mungkin dia harus mengulanginya beberapa kali sebelum

    dapat memberikan tanda-tanda baca pada bacaan tersebut. Kesalahan-

    kesalahan mereka harus dibetulkan dijelaskan alasan-alasannya.

    H. KERANGKA PIKIR

    Pada proses belajar mengajar, berhasil tidaknya seseorang dapat

    dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari siswa

    itu sendiri atau dari luar diri siswa. Faktor yang berasal dari diri siswa itu sendiri

    misalnya tidak adanya keinginan untuk membaca wacana guna menambah

    pengetahuan kita. Seperti kita ketahui dengan membaca kita akan memperoleh

    berbagai informasi karena dalam kegiatan membaca kita akan selalu berusaha

    memahami isi wacana. Pertama-tama kita akan selalu berusaha mengerti arti dari

    setiap kata yang ada dalam wacana, selanjutnya akan berusaha untuk mengerti

    hubungan arti antar kata yang ada dalam kalimat sehingga kita akan menemukan

    hubungan arti antarkalimat didalam wacana. Faktor luar juga berpengaruh dalam

    keberhasilan pembelajaran siswa dan guru. Guru haruskah mengetahui bagaimana

    melakukan evaluasi dengan tepat kerena hal tersebut sangat penting dalam rangka

    menentukan keberhasilan suatu pembelajaran. Oleh karena itu pemilihan mengajar

    dengan menggunakan wacana dirasa sangat membantu dalam proses mengajar

    karena dilihat dari segi manfaat sangat besar keuntungannya. Selain itu

    penggunaan wacana ini akan lebih menyenangkan dan bervariasi. Setelah siswa

    Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP UMP, 2010

  • menyenangi dan memahami materi pelajaran maka siswa diharapkan memperoleh

    nilai yang baik.

    I. HIPOTESIS TINDAKAN

    Berdasarkan latar belakang dan kerangka pikir, maka hipotesis yang

    diajukan adalah: Penguasaan kosakata siswa kelas VIII B SMP Negeri 2 Kebasen

    dapat ditingkatkan melalui kegiatan membaca kritis.

    Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP UMP, 2010