-
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
Untuk membedakan penelitian Upaya Meningkatkan Penguasaan
Kosakata Melalui Kegiatan Membaca Kritis Pada Siswa Kelas VIII B
SMP
Negeri 2 Kebasen Tahun pelajaran 2009-2010 dengan penelitian
sebelumnya,
maka penulis meninjau penelitian yang berjudul Pengaruh Kosakata
Bahasa
Indonesia Terhadap Kemampuan Menjawab Pertanyaan Teka-Teki
Silang (TTS)
Siswa Kelas VIIISMP Negeri 1 Slawi Tahun Pelajaran 2007-2008
hasil penelitian
dari Wuryasih, sebagai berikut.
1. Landasan teori
Landasan teori dalam penelitian, Wuryasih menggunakan salah
satu
teknik pembelajaran kosakata dengan media permainan bahasa
yaitu
permainan teka-teki silang (TTS), karena permainan adalah suatu
aktivitas
untuk memperoleh keterampilan berbahasa tertentu dengan cara
menggembirakan. Teknik pembelajaran dengan media permainan
teke-teki
silang ini sangat cocok diuji cobakan pada siswa Kelas VIII SMP
Negeri 1
Slawi yang memiliki sifat ingin tahu yang sangat besar dan
tertarik dengan hal
yang matang.
2. Metode Analisis Data Penelitian
Analisis data adalah suatu cara mengolah data yang telah
terkumpul
dari hasil penelitian di lapangan, kemudian agar dapat
diinterpretasikan secara
8 Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP
UMP, 2010
-
verbal dan uraian.dalam menganalisis data penelitian yang akan
dilaksanakan
peneliti menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif.
3. Teknik Analisis Data
Setelah data diperoleh maka langkah selanjutnya adalah
melakukan
analisis data. Langkah pertama adalah pengujian prasyarat yaitu
uji normalitas
dan uji homogenitas.
4. Rumusan Masalah
Dari berbagai faktor yang dapat mempengaruhi penguasaan
kosakata
siswa perlu membatasi masalah yang mengacu pada judul yaitu:
“Pengaruh Penguasaan Kosakata Bahasa Indonesia Terhadap
Kemampuan Menjawab Pertanyaan Teka-Teki Silang (TTS) Siswa
SMP
Negeri 1 Slawi Tahun Pelajaran 2007-2008”
5. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini
adalah
untuk mengetahui pengaruh penguasaan kosakata bahasa Indonesia
terhadap
kemampuan menjawab pertanyaan teka-teki sislang (TTS) pada siswa
kelas
VIII SMP Negeri 1 Slawi.
6. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data pembahasan hasil penelitian
maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari
penguasaan
kosakata bahasa Indonesia terhadap kemampuan menjawab pertanyaan
teka-
teki silang pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Slawi. Hal ini
berarti bahwa
Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP
UMP, 2010
-
makin tinggi penguasaan kosakata bahasa Indonesia maka hasil
permainan
teka-teki silang siswa semakin banyak.
B. Pembelajaran Bahasa
Dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang
standar
nasional pendidikan bab V standar kompetensi lulusan untuk
pelajaran bahasa
(termasuk bahasa Indonesia) menekankan pada kemampuan membaca
dan
menulis yang sesuai dengan jenjang pendidikan. Ruang lingkup
mata pelajaran
bahasa Indonesia mencakup kemampuan berbahasa yang meliputi
aspek :
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek itu
merupakan
aspek yang terintegrasi dalam pembelajaran walaupun dalam
penyajian silabus
keempat aspek itu masih sulit dipisahkan.
Bahasa merupakan sarana komunikasi, sementara bahasa dan
sastra
Indonesia seharusnya diajarkan pada siswa melalui pendekatan
yang sesuai
dengan hakikat dan fungsinya. Pendekatan pembelajaran bahasa
yang
menekankan aspek kinerja atau keterampilan berbahasa dan fungsi
bahasa adalah
pendekatan komunikatif. Dalam kehidupan sehari-hari, fungsi
utama bahasa
sebagai sarana komunikasi. Bahasa dipergunakan sebagai alat
komunikasi untuk
berbagai keperluan dan situasi pemakaian. Untuk itu, orang tidak
akan berpikir
sistem bahasa, tetapi berpikir bagaimana menggunakan bahasa itu
secara tepat
sesuai dengan konteks dan situasi. Jadi, secara pragmatik bahasa
lebih merupakan
suatu bentuk kinerja dan performasi daripada sebuah sistem
ilmu.
Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP
UMP, 2010
-
C. Keterampilan Membaca
Keterampilan membaca (reading skills) erat hubungannya
dengan
keterampilan menyimak atau mendengarkan, berbicara dan menulis.
Dalam
memperoleh keterampilan membaca biasanya melalui suatu urutan
yang teratur.
Mula-mula, pada masa kecil, kita belajar menyimak atau
mendengarkan bahasa
kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan
menulis. Menyimak
dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah, sedangkan
membaca dan
menulis dipelajari di sekolah. Keempat keterampilan tersebut
pada dasarnya
merupakan satu kesatuan yang merupakan catur tunggal (Dawson[et
al] dalam
Tarigan, 1994:2). Setiap keterampilan itu erat sekali
hubungannya dangan proses
berpikir yang mendasari bahasa. Makin terampil seseorang
berbahasa, makin
cerah dan jelas jalan pikirannya.
D. Pengertian Membaca
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan
oleh
pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan penulis
melalui
media kata-kata atau bahasa tulis. Kalau hal ini tidak
terpenuhi, maka pesan yang
tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami,
dan proses
membaca itu tidak terlaksana dengan baik (Hodgson dalam Tarigan,
1994:7).
Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian
kembali dan
pembacaan sandi (a recording and decoding process), berlainan
dengan berbicara
dan menulis yang justru melibatkan penyandian (enconding).
Sebuah aspek
pembacaan sandi (decoding) adalah hubungan kata-kata tulis
(written word)
Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP
UMP, 2010
-
dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang
mencangkup perubahan
tulisan atau cetakan menjadi bunyi yang bermakna (Anderson dalam
Tarigan,
1994:7). Menurut definisi tersebut, maka kegiatan membaca berisi
kerja yang
lebih rumit dari pekerjaan yang biasa, yaitu menggunakan semua
kemampuan
mental manusia seperti kemampuan menganalisis,
mempertimbangkan,
memecahkan masalah untuk segala masukan yang akan direkam di
dalam batin si
pembaca ataupun tidak.
Ditambahkan pula bahwa membaca dapat dianggap sebagai suatu
proses
untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat dan mengetahui
pikiran yang
terkandung dalam kata-kata yang tertulis. Dengan demikian,
hubungan antara ide
atau pesan yang hendak dikemukakan oleh penulis dan penafsir
atau interpretasi
pembaca turut menentukan ketepatan membaca. Berangkat dari
batasan membaca
yang telah dipaparkan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kemampuan membaca
seseorang dapat diartikan sebagai kesanggupan atau kecakapan
yang sudah
terlatih dengan baik dan cermat untuk memahami dan menangkap
informasi atau
pesan yang disampaikan oleh pihak lain (penulis) melalui sarana
tulisan.
Dari beberapa pengertian membaca yang telah dikemukakan
terdapat
beberapa persamaan, yaitu memahami dan menangkap gagasan atau
informasi
baik yang tersurat atau tersirat dalam bacaan atau bahasa tulis.
Jadi, yang paling
esensial dalam kegiatan membaca adalah pemahaman isi bacaan
untuk
memperoleh makna yang tepat. Untuk sampai pada tahap pemahaman
ini, tentu
saja pertama-tama pembaca harus berusaha untuk selalu mengerti
arti dari setiap
kata yang ada dalam bacaan. Kemudian pembaca berusaha untuk
mengerti
Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP
UMP, 2010
-
hubungan arti kata dalam kalimat. Selanjutnya, pembaca berusaha
untuk mengerti
hubungan arti kalimat dalam bacaan.
E. Tujuan Membaca
Tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh
informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna atau arti
erat sekali
hubungannya dengan maksud kita dalam membaca. Berikut ini
beberapa tujuan
membaca:
1. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan
yang
telah dilakukan oleh sang tokoh, apa yang telah terjadi pada
tokoh khusus,
atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang
tokoh.
Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh
perincian-
perincian atau fakta-fakta.
2. Membaca untuk , mengetahui mengapa hal itu merupakan topik
yang baik
dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang
dipelajari
atau yang dialami sang tokoh dan merangkumkan hal-hal yang
dilakukan
oleh sang tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini
disebut
membaca untuk memperoleh ide-ide utama.
3. Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada
setiap
bagian cerita, apa yang terjadi pertama, kedua, dan ketiga. Ini
disebut
membaca untuk mengetahui urutan atau susunan.
4. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para
tokoh
merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan
oleh
Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP
UMP, 2010
-
sang pengarang kepada para pembaca. Ini disebut membaca
untuk
menyimpulkan atau membaca inferensi.
F. Membaca Kritis
Membaca kritis adalah sejenis membaca yang dilakukan secara
bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta
analitis, dan bukan
hanya mencari kesalahan (Albert[et al] dalam Tarigan, 1994:89).
Membaca secara
kritis adalah cara membaca dengan melihat motif penulis dan
menilainya
(Seodarso, 1991:71).
Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang
tertulis
dengan melisankan atau hanya dalam hati (Moeliono (Ed) 1993:62),
sedangkan
kritis adalah bersifat selalu berusaha menemukan kesalahan atau
kekeliruan, tajam
dalam penganalisisan (Moeliono (Ed) 1993:466).
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca kritis
adalah
suatu kegiatan melihat atau memahami isi dari suatu bentuk
tertulis dengan
melisankan atau hanya dalam hati secara bijaksana, penuh
tenggang hati,
mendalam, evaluatif, serta analitis.
Menurut Tarigan (1994:91-92) membaca kritis menuntut pembaca
agar :
1. Memahami maksud penulis
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam membaca kritis
adalah
menentukan atau memahami maksud atau tujuan penulis. Pada
umumnya
tulisan memenuhi satu atau lebih dari keempat tujuan wacana
umum
(discourse) yaitu : memberi tahu (to infrom), meyakinkan (to
convince),
Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP
UMP, 2010
-
mengajak, mendesak, meyakinkan (to persuade), dan menghibur
(to
entertain). Sekalipun kita jarang menemui suatu pilihan bacaan
yang secara
jelas dibatasi pada salah satu dari keempat tujuan ini, tetapi
salah satu di
antaranya biasanya menonjol. Sebagai seorang pembaca yang
kritis, maka kita
harus berusaha mencari serta mendapatkan maksud yang tersembunyi
ini.
2. Memanfaatkan kemampuan membaca dan berpikir kritis.
Kemampuan membaca dan berpikir secara kritis juga menuntut
agar
kita sadar akan sikap-sikap serta prasangka-prasangka kita
sendiri, dan unsur-
unsur lain dalam latar belakang pribadi kita yang mungkin
mempengaruhi
kegiatan membaca dan berpikir kita dalam membaca.
3. Memahami organisasi dasar tulisan
Maksud penulis dalam menulis suatu artikel atau wacana
sebagian
besar menentukan sifat dan lingkup pembicaraannya, rangka
dasarnya, dan
sikap umum serta pendekatannya. Para pembaca yang teliti
mengamati
indikasi-indikasi atau petunjuk-petunjuk mengenai pilihan itu
dan bagaimana
caranya disajikan. Biasanya penyajian seorang penulis dibagi
menjadi tiga
bagian yaitu pendahuluan, isi, dan kesimpulan
a. Pendahuluan
Dalam mengkomunikasian ide-idenya secara jelas maka seorang
penulis akan mempergunakan satu atau lebih paragraf pembukaan
untuk
memperkenalkan subjeknya beserta pendekatan khusus terhadap hal
itu.
Sering pula dia menunjukkan secara singkat pokok-pokok penting
yang
akan dicakup, dan menetapkan aspek-aspek masalah apa yang
akan
Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP
UMP, 2010
-
dimasukkan ataupun dikeluarkan. Dengan kata lain, dia hendak
menyatakan ruang lingkup dan pembahasan uraiannya. Sering pula
dia
menjelaskan maksudnya dalam penulisan artikel atau wacana itu.
Dia
mungkin menyatakan maksudnya secara tidak langsung dalam
ulasan-
ulasanya mengenai pokok masalah, tema, atau ruang
lingkupnya.
Akhirnya, dia akan mempergunakan paragraf-paragraf pembukaan
untuk
menentukan nada artikel atau wacana tersebut.: berat atau
ringan, harfiah
atau satiris, serius atau humor, dan sebagainya. Pembaca yang
seksama
akan mengamati indikasi-indikasi yang serupa untuk
memudahkannya
membaca dengan pemahaman yang lebih tinggi serta mendalam,
dan
menilai karya itu secara lebih jujur.
b. Isi
Artikel atau wacana yang tertulis rapi menjelaskan di mana
pendahuluan berakhir, dan dimana pula isi artikel atau wacana
itu bermula.
Biasanya isi suatu uraian membagi dirinya sendiri menjadi dua,
tiga, atau
empat bagian utama. Kadang-kadang kita dapat menemui
petunjuk-
petunjuk tipografis mengenai bagian-bagian penting itu:
angka-angka
romawi, judul-judul dicetak tebal, atau spasi-spasi terbuka.
Kadang juga
kita menemukan kata-kata yang menunjukkan penomeran-penomeran
dan
langkah-langkah. Kata-kata seperti : pertama, kedua, lebih
lanjut,
akhirnya, dan sebaliknya menunjukkan langkah-langkah dalam
suatu
uraian yang tersusun secara logis.
Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP
UMP, 2010
-
c. Kesimpulan
Pada penutup suatu artikel atau wacana kerapkali kita
memperhitungkan bahwa penulis mengalihkan perhatiannya dari apa
yang
sedang dikatakan menuju apa yang dikatakannya. Inilah suatu
pertanda
bagi kita bahwa dia akan menutup atau menyimpulkan artikelnya
itu.
Penulis yang seksama kerapkali menegaskan apa yang telah
dikatakannya
pada paragraf-paragraf pembukaan mengenai pokok-pokok penting
dan
perkembangannya. Kita hendaknya mempergunakan
bantuan-bantuan
serupa itu yang akan menolong kita dalam meresensi atau
meninjau
kembali keseluruhan penyajian tersebut. Para pembaca yang
teliti, cermat,
bertanggung jawab, akan tetap waspada baik terhadap
indikasi-indikasi
yang eksplisit maupun yang implisit dari tema, maksud, ruang
lingkup, dan
organisasi umum sang penulis (Albert [et al] dalam Tarigan,
1994:95).
4. Menilai penyajian pengarang
Selaku pembaca yang kritis kita harus mampu menilai,
mengevaluasi
penyajian bahan sang penulis. Dalam membaca kita harus
bermodalkan
pertanyaan-pertanyaan dalam hati. Pertanyaan-pertanyaan tersebut
diajukan
dari berbagai segi antara lain:
a. Dari segi informasi
b. Dari segi logika
c. Dari segi bahasa
d. Dari segi kualifikasi
Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP
UMP, 2010
-
e. Dari segi sumber-sumber informasi yang dipergunakan oleh
sang
pengarang
5. Menerapkan prinsip-prinsip kritis pada bacaan sehari-hari
Kita sebagai warga negara yang baik dihadapkan pada bahan
bacaan
yang mengalir terus, sumber tempat mereka harus menimba serta
memperoleh
pendapat-pendapat mereka mengenai masalah politik, sosial,
keagamaam, dan
moral serta sejumlah topik lainnya yang tidak dapat mereka
abaikan begitu
saja. Bertumpuknya bahan bacaan, memperingatkan kita serta
mendorong kita
untuk menciptakan bagi kita sendiri prinsip-prinsip yang dapat
membimbing
kita dalam membaca. Pada umumnya, bacaan haruslah mencakup
hal-hal yang
harus dibaca untuk menjaga agar kita dapat mengikuti
perkembangan-
perkembangan mutakhir dalam berbagai bidang. Para pembaca yang
teliti dan
kritis terus menerus akan mengevaluasi ide-ide yang disajikan
pada mereka,
terutama sekali untuk melihat apakah ide-ide itu menarik
perhatian dan
memberikan pertimbangan, penilaian padanya dan mengambil
pendapat-
pendapat mengenai hal penting.
6. Meningkatkan minat membaca
Pada dasarnya orang yang membaca dengan baik adalah orang
yang
biasanya berpikir baik dan dia memiliki suatu dasar pendapat,
suatu batu ujian
bagi pertimbangan. Orang yang setengah buta huruf kerapkali
ditandai oleh
minat-minat yang amat terbatas dan ruang lingkup bacaan yang
terbatas.
Orang-orang yang hanya membaca ruangan olahraga, komik,
halaman
perhimpunan pada koran harian biasanya tidak sanggup
mengikutsertakan
Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP
UMP, 2010
-
dirinya kecuali dalam suatu percakapan yang sembrono. Sebagai
manusia yang
ingin menjadi anggota masyarakat yang dihormati serta yang
bertanggung
jawab maka harus mencurahkan perhatian serta usaha pada minat
baca anda.
Suatu sikap ingin tahu untuk menggali bidang-bidang pengetahuan
baru akan
menolong anda untuk meningkatkan serta memperluas minat membaca.
Orang
yang teliti selalu menemui bidang-bidang baru untuk digarap dan
diteliti.
Orang yang menghadapi apa yang telah diketahuinya saja akan
segera
menemui dirinya tertinggal jauh di belakang teman sebayanya.
Untuk
meningkatkan minat membaca maka perlu sekali kita berusaha:
a. Menyediakan waktu untuk membaca
Alasan umum untuk tidak membaca adalah kekurangan waktu.
Memang tidak perlu mengingkari bahwa terdapat banyak tuntutan
terhadap
waktu kita, tetapi kalau kita berminat pada kemajuan pribadi
maka kita pun
akan mengatur hari kita sehingga kita mempunyai sedikit waktu
yang
digunakan membaca dengan baik. Mempertimbangkan dengan baik
akan
segala nilai dan tuntutan waktu kita, pasti akan menolong kita
untuk
menentukan mana yang memberi sumbangan yang paling banyak
terhadap
perkembangan pribadi kita.
b. Memilih bahan bacaan yang baik
Menyediakan waktu untuk membaca sangat erat hubungannya
dengan salah satu aspek yang paling penting dari membaca kritis,
yaitu
mengetahui apa manfaat dari membaca. Oleh karena itu setiap
pribadi
Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP
UMP, 2010
-
harus mempunyai prinsip-prinsip sendiri yang dapat
membimbing
pilihannya terhadap apa yang harus dibaca dan apa yang harus
dilewatkan.
G. Penguasaan Kosakata
Pemahaman makna secara tepat merupakan prasyarat yang perlu
untuk
membaca agar dapat memahami maksudnya. Kosakata sangat erat
hubungannya
dengan pemahaman dan penalaran, sehingga suatu tes kosakata yang
baik dapat
secara efektif berfungsi sebagai pengukur intelegensi umum. Tes
intelegensi yang
baik mengandung banyak butir (item) kosakata. Hal utama yang
minimal harus
dimiliki agar dapat memahami bacaan adalah pemahaman arti
kata-kata yang
digunakan oleh pengarang. Pengembangan kosakata yang banyak dan
cermat
merupakan tahapan yang penting bagi pemahaman yang baik.
1. Tipe-tipe kosakata
Tipe kosakata yang pertama-tama diperoleh oleh seseorang
adalah
kosakata dasar. Kebanyakan anak kecil dapat menanggapi secara
benar kata-
kata yang diucapkan orang lain, sebelum mereka dapat menggunakan
kata-
kata tersebut untuk berbicara. Kosakata dengar lebih awal
berkembang
daripada kosakata bicara. Dalam hidup ini jumlah kata-kata yang
dapat
ditanggapi secara benar jika kata-kata tersebut didengar tetap
lebih banyak
daripada jumlah kata yang dapat digunakan dengan benar dalam
berbicara atau
menulis. Ketika anak-anak mulai membaca, mereka mulai
memperoleh
kosakata baca. Kata-kata yang mereka kenal dalam bentuk tulis
dan mereka
pahami. Jumlah kosakata bermakna yang dimiliki oleh seorang anak
adalah
Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP
UMP, 2010
-
jumlah semua kata yang dapat dipahaminya atau digunakannya
secara benar,
baik dalam mendengarkan, berbicara, membaca, atau menulis.
2. Jumlah kosakata bermakna
Sampai dengan tahun 1940-an, sebagian besar penelitian
tentang
jumlah kosakata yang dimiliki oleh anak-anak (di Amerika
Serikat)
menunjukkan bahwa rata-rata anak memasuki kelas 7-9 dengan
pengetahuan
arti kata-kata sekitar 8.500 kata di sekolah menengah pertama.
Perbedaan
antarindividu diketahui cukup besar dalam tiap umur tertentu.
Roelke dalam
Zuchdi (1993:4) menemukan bahwa dari tiga matra atau dimensi
kosakata
yang berhubungan secara signifikan dengan pemahaman yaitu:
a. Keleluasaan atau keekstensifan jumlah kata-kata yang
diketahui
sinonimnya oleh anak.
b. Kedalaman atau keintensifan jumlah makna kata yang diketahui
setiap
kata.
c. kesesuaian atau kefleksibelan pilihan makna khusus yang cocok
dalam
suatu tautan (konteks).
Dalam hal ini, kebanyakan tes kosakata hanya merupakan tes
keluasan (keekstensifan). Matra atau dimensi kosakata yang juga
signifikan
adalah derajat konsep yang diwakili oleh sebuah kata yakni
abstrak atau
konkrit. Anak-anak yang cerdas dan pembaca-pembaca yang baik
cenderung
memberikan batasan yang abstrak atau umum terhadap kata-kata,
sedangkan
anak-anak yang kurang pandai atau pembaca yang tidak baik
cenderung
memberikan batasan kata-kata dalam hal penggunaan atau
fungsinya.
Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP
UMP, 2010
-
3. Kata atau konsep
Kata adalah ujaran yang mewakili suatu konsep atau gagasan.
Kata-
kata merupakan suatu bagian dari sistem bahasa, berintegrasi
dalam pola-pola
sintaksis. Mempelajari kata-kata bukanlah merupakan kegiatan
yang terisolasi,
tetapi merupakan suatu bagian kehidupan yang berjalan terus,
suatu proses
konseptualisasi yang tak pernah berakhir (Dale [et al] dalam
Tarigan,
1985:21). Selaras dengan kematangan perkembangan anak, konsep
yang
diwakili oleh kata itu secara berangsur-angsur diketahui secara
lebih cermat.
Rentel dalam Zuchdi (1993:5) menyarankan prinsip-prinsip berikut
ini untuk
mengajarkan konsep:
a. Menciptakan nama kata yang cocok untuk suatu konsep atau
sifat
b. Menekankan ciri-ciri penting yang membedakannya dengan
konsep
atau sifat lain
c. Memberikan contoh untuk suatu konsep dalam urutan yang
cocok
d. Mendorong dan membimbing murid menemukan intisari suatu
konsep
e. Memberikan contoh penerapan konsep. Memberikan kesempatan
kepada anak-anak memahami terbentuknya konsep tidaklah
cukup.
Guru dapat menolong anak-anak mencari kesimpulan ciri-ciri
konsep,
menjelaskan dan mengkondifikasikan atau menyusun secara
teratur.
Konsep yang menyatakan benda (kata benda) atau tindakan
(kata
kerja) atau sifat yang dapat diamati (kata keadaan, kata
keterangan) termasuk
yang mudah dikembangkan, konsep yang menyatakan hubungan
(misalnya
kata penghubung dan kata depan) lebih sulit dikembangkan.
Pemahaman kata-
Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP
UMP, 2010
-
kata penghubung itu ada hubungannya dengan intelegensi dan
pemahaman
lisan dan sangat erat berkorelasi dengan pemahaman bacaan atau
wacana. Kata
ucapan yang merupakan kata tugas yang sangat penting. Foust
dalam Zuchdi
(1993:6) menggolongkan kata depan (preposisi) menjadi : penunjuk
arah,
tempat, waktu, dan menyatakan sesuatu yang abstrak. Dalam bahasa
Inggris
jumlah kata depan itu tidak banyak tetapi lebih banyak daripada
dalam bahasa
Indonesia. Namun demikian pemahaman kata depan merupakan hal
yang
penting guna pemahaman kalimat.
4. Metode mengajarkan atau mempelajari kosakata
Survai yang teliti mengenai pengajaran kosakata
menggolongkan
prosedur pengajaran kosakata menjadi dua macam yakni metode
langsung dan
metode tautan atau konteks (Herold dan Stall dalam Zuchdi,
1993:14).
Metode langsung meliputi:
a. Mempelajari daftar kata-kata. Biasanya suatu daftar kata
diberikan
untuk dicari artinya dalam kamus dan digunakan dalam
kalimat.
b. Mempelajari bagian-bagian kata, akar kata, perfiks, sufiks,
dipelajari
asal usul kata, sinonim, antonim, homonim,buku kerja,
materi-materi
terprogram, dan alat bantu pandang- dengar.
Metode tautan (konteks) meliputi:
a. Pengajaran langsung mengenai cara menggunakan tautan
(konteks).
b. Belajar secara insidental dari banyak bacaan.
c. Berbagai cara yang terkait, meliputi diskusi tentang
konotasi, denotasi,
idiom, makna ganda, asal-usul kata.
Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP
UMP, 2010
-
Salah satu tugas pokok pengajaran kosakata yang diemban oleh
guru
ialah menolong para siswa untuk melihat persamaan-persamaan
dan
perbedaan-perbedaan yang belum mereka lihat sebelumnya. Salah
satu dari
manfaat pengajaran kosakata adalah mempelajari kaidah-kaidah
bagi
perubahan kata-kata dari satu jenis ke jenis kata yang lain.
Selanjutnya bila
kita menyadari bahwa setiap bahasa memiliki kehalusan,
kepelikan, keunikan,
serta nuansa-nuansa sendiri maka wajarlah bahwa telaah kosakata
kita tidak
boleh hanya memikirkan kata baru atau kata yang terkenal saja,
tetapi yang
terpenting justru kata yang tepat. Apabila siswa dapat
mempergunakan kata-
kata yang tepat, berarti mereka telah mempunyai pilihan kata
atau diksi yang
serasi dan ini berarti bahwa “one goal in vocabulary
development” telah
tercapai. Jadi jelas terlihat bahwa antara kata-kata dan pikiran
kritis terdapat
hubungan yang erat (Tarigan, 1985:22).
5. Memahami dan membedakan kata yang bersinonim dan antonim
a. Sinonim
Kata sinonim terdiri dari syn (sama atau serupa) dan akar
kata
onoma (nama) yang bermakna sebuah kata yang dikelompokkan
dengan
kata-kata lain di dalam klasifikasi yang sama berdasarkan makna
umum
(Keraf, 1985:34). Dengan kata lain, sinonim adalah suatu istilah
yang dapat
dibatasi sebagai telaah mengenai bermacam-macam kata yang
memiliki
makna yang sama atau keadaan dimana dua kata atau lebih
memiliki
makna yang sama.
Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP
UMP, 2010
-
Sinonim tidak hanya membantu kita untuk menyampaikan
gagasan-gagasan umum tetapi juga membantu kita untuk membuat
perbedaan-perbedaan yang tajam dan tepat antara makna kata-kata
itu.
Contoh: 1) laki-laki- pria 2) mau-akan 3) datang- tiba 4) suka-
senang 5) meninggal- wafat
b. Antonim
Berkontras dengan sinonim adalah antonim. Kata antonim
terdiri
dari anti (lawan) dan akar kata onim (nama). Antonim adalah kata
yang
mengandung makna yang berbalikan atau berlawanan dengan kata
yang
lain (Keraf, 1985:39).
Seperti halnya telaah sinonim, maka telaah antonim ini pun
dapat
membantu siswa mempelajari kata-kata melalui proses
pengklasifikasian.
Contoh: 1) jantan – betina 2) utara – selatan 3) barat – timur
4) pria – wanita 5) internal – eksternal
6. Mengenal kata-kata yang berhomonim, homofon dan homograf
a. Homonim
Homonim adalah kata-kata yang bentuk dan cara pelafalannya
sama, tetapi memiliki makna yang berbeda (Kosasih, 2007:35).
Contoh : 1) bisa = ular
bisa = dapat
Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP
UMP, 2010
-
2) kali = kelipatan kali = sungai
3) basi = mangkuk besar basi = berbau/ berasa masam
4) buta= tidak dapat melihat buta= raksasa
b. Homofon
Homofon adalah suatu kata yang lafalnya sama, tetapi bentuk
tulisan dan artinya berbeda (Kosasih, 2007:36).
Contoh : 1) sanksi = hukuman
sangsi = ragu-ragu 2) tank = jenis kendaraan perang
tang = alat penjepit paku 3) massa = kelompok orang
masa = waktu 4) bang = abang, anak laki-laki
bank = tempat penyimpanan uang
c. Homograf
Homograf adalah suatu kata yang tulisannya sama, tetapi lafal
dan
artinya berbeda (Kosasih, 2007:36).
Contoh: 1) teras = pejabat
teras = serambi 2) apel = upacara
apel = nama buah 3) memerah = memeras
memerah = menjadi merah 4) kecap = cicipi
kecap = nama jenis lauk
Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP
UMP, 2010
-
7. Penggunaan kata yang mengalami penyempitan dan perluasan
makna
a. Perluasan makna
Kata yang mengalami perluasan makna adalah kata yang pada saat
ini
mempunyai makna lebih luas atau lebih umum daripada makna
dahulu
(Hamdani, 1992:29).
Contoh:
1) Bapak-bapak yang terhormat, kami persilahkan duduk
kembali.
2) Ibu-ibu PKK sedang mengadakan lomba masak.
Kata bapak-bapak dan ibu-ibu pada kalimat tersebut adalah kata-
kata yang
mengalami perluasan makna. Dahulu kata bapak dan ibu berarti
orang tua
kandung. Akan tetapi, sekarang kata bapak dan ibu lebih luas
maknanya.
Selain berarti “ orang tua kandung“juga berarti orang yang
dihormati atau
tokoh masyarakat.
b. Penyempitan makna
Kata yang mengalami penyempitan makna adalah kata yang pada saat
ini
mempunyai makna lebih khusus daripada makna dahulu (Hamdani,
1992:29).
Contoh:
Pembantu itu sangat rajin.
Kata pembantu pada kalimat tersebut mengalami penyempitan
makna.
Kata pembantu dahulu berarti orang yang memberi bantuan
sekarang
berarti “babu atau pramuwisma“.
Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP
UMP, 2010
-
8. Pembedaan dan penggunaan kata umum dan kata khusus
a. Kata umum
Kata umum adalah kata yang dipakai untuk mengungkapkan gagasan
atau
ide yang umum dan ruang lingkupnya umum (Hamdani, 1992:34).
Contoh: - memotong - kendaraan - merah - bunyi
b. Kata khusus
Kata khusus adalah kata yang digunakan untuk seluk-beluk atau
rinciannya
dan ruang lingkupnya lebih sempit (Hamdani, 1992:34).
Contoh: - menebang (pohon) - memangkas (rambut, tanaman) -
membelah (kayu, bumi) - memenggal (kepala, kalimat) - menetak
(leher) - memancung (leher, kepala) - menyayat (daging) - mengiris
(daging)
9. Menggunakan serta membedakan kata yang bermakna konotasi
dan
denotasi.
a. Kata yang bermakna konotasi
Kata yang bermakna konotasi adalah sejumlah tautan pikiran
yang
menimbulkan nilai rasa terhadap makna dasarnya (Hamdani,
1992:35).
Contoh :
- Gerombolan perampok itu lari ke dalam hutan
- Rombongan pelaut itu disambut dengan meriah
Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP
UMP, 2010
-
Kata gerombolan dan rombongan pada kedua contoh kalimat
tersebut
berkonotasi. Rombongan berkonotasi positif, sedangkan
gerombolan
berkonotasi negatif. Kata gerombolan dan rombongan merupakan
sinonim.
Kata rombongan mempunyai sejumlah tautan pikiran dan rasa
daripada
kata gerombolan.
b. Kata yang bermakna denotasi
Kata bermakna denotasi adalah kata yang mempunyai makna
menunjuk
langsung pada makna dasarnya. Makna denotasi biasanya dipakai
dalam
karangan ilmiah (Hamdani, 1992:35).
Contoh :
- Ladang itu luasnya 250 meter persegi.
- Benda itu beratnya 120 ton.
- Saya makan malam di rumah paman.
10. Pengembangan membaca frasa
Dalam perkembangannya menjadi pembaca yang baik, pembaca
mengorganisasi (menyusun) bahan bacaan menjadi satuan-satuan
yang
bermakna antara lain berupa frasa-frasa. Beberapa pembaca yang
tidak
baik tidak dapat melakukan hal ini, dan akhirnya pemahaman
mereka
sangat kurang meskipun sudah dijelaskan arti tiap kata dalam
bacaan
tersebut (Wiener dan Cromer dalam Zuchdi, 1993:24). Latihan
membaca
frasa secara khusus mungkin tidak diperlukan oleh pembaca yang
baik,
tetapi hal itu sangat menolong mereka yang tidak dapat secara
spontan
membaca frasa demi frasa (mereka yang biasa membaca kata demi
kata).
Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP
UMP, 2010
-
Pembaca akan mengalami kemajuan membaca secara normal dan
tidak
memerlukan banyak latihan secara khusus dalam membaca frasa.
Membaca kata dalam kelompok-kelompok yang bermakna
berkembang
sebagai bagian keterampilan membaca secara menyeluruh, tanpa
harus
dipisahkan untuk perhatian secara khusus.
Kebiasaan membaca kata demi kata berkembang dengan dua cara.
Membaca kata demi kata sering merupakan akibat dari
keterlambatan dan
ketidaktepatan pengenalan kata. Anak harus memusatkan hampir
semua
perhatiannya pada pengenalan (wujud) kata dan hanya sedikit
perhatian
yang tersisa untuk memahami arti. Setelah kesulitan mengenal
kata itu
dapat diatasi, membaca kata sering tetap merupakan kebiasaan.
Membaca
kata demi kata dapat juga diakibatkan oleh banyaknya praktik
membaca
nyaring yang bersifat mekanis, jika hanya sedikit bahkan tidak
ada
pembicaraan tentang makna bacaan. Beberapa cara yang berbeda
dapat
digunakan untuk mengatasi kebiasaan membaca kata demi kata
dan
mengelompokkan frasa secara salah. Beberapa di antaranya ialah
sebagai
berikut :
a. Agar anak memusatkan perhatian pada membaca frasa dan
memahami
maknanya, bacaan yang digunakan untuk latihan membaca frasa
harus
hanya mengandung kesulitan dalam pengenalan kata dan makna
kata
(yang baru).
b. Sebuah contoh membaca yang baik dapat diajarkan kepada
anak-anak.
Guru dapat membaca sebuah kalimat dengan penggalan frasa
secara
Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP
UMP, 2010
-
jelas, kemudian anak menirukannya. Membaca sejumlah kalimat
secara
bergantian antara guru dan murid juga dapat menolong
anak-anak.
Dengan cara ini banyak anak yang memperoleh manfaat yang
cukup
besar.
c. Jika suatu bahan bacaan diketik, atau ditulis tangan, cara
yang terbaik
untuk menyusun frasa ialah dengan memberikan jarak tambahan
di
antara frasa-frasa yang ada.
d. Latihan dapat diberikan dalam bentuk pengenalan frasa sebagai
satuan-
satuan dengan diperlihatkan dalam waktu yang singkat.
11. Mengajarkan penggunaan tanda baca
Beberapa anak sering ragu-ragu dalam membaca bahan bacaan
karena mereka tidak memanfaatkan pertolongan berupa tanda
baca.
Mereka tidak belajar mengenal huruf kapital sebagai tanda
permulaan
kalimat, tanda titik atau tanda tanya, tanda permulaan kalimat,
atau tanda
koma sebagai bagian-bagian kalimat. Anak-anak yang memiliki
kemampuan membaca agak tinggi mungkin memerlukan bantuan
dalam
menginterpretasikan tanda titik dua (:), titik koma (;), atau
tanda pisah (-).
Cara yang efektif untuk menekankan penggunaan tanda baca
dalam
membaca adalah dengan memberi warna yang berbeda-beda,
misalnya
pada huruf pertama suatu kalimat diberi warna hijau, koma dengan
warna
kuning, titik dengan warna merah, dan sebagainya.
Sebagai tindak lanjut pengajaran tanda baca, dapat digunakan
bahan latihan berupa bacaan tanpa tanda baca yang diperlukan.
Jika ia
Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP
UMP, 2010
-
mengalami kesulitan, ia harus disuruh membaca bahan bacaan
tersebut
dengan nyaring. Mungkin dia harus mengulanginya beberapa kali
sebelum
dapat memberikan tanda-tanda baca pada bacaan tersebut.
Kesalahan-
kesalahan mereka harus dibetulkan dijelaskan
alasan-alasannya.
H. KERANGKA PIKIR
Pada proses belajar mengajar, berhasil tidaknya seseorang
dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat
berasal dari siswa
itu sendiri atau dari luar diri siswa. Faktor yang berasal dari
diri siswa itu sendiri
misalnya tidak adanya keinginan untuk membaca wacana guna
menambah
pengetahuan kita. Seperti kita ketahui dengan membaca kita akan
memperoleh
berbagai informasi karena dalam kegiatan membaca kita akan
selalu berusaha
memahami isi wacana. Pertama-tama kita akan selalu berusaha
mengerti arti dari
setiap kata yang ada dalam wacana, selanjutnya akan berusaha
untuk mengerti
hubungan arti antar kata yang ada dalam kalimat sehingga kita
akan menemukan
hubungan arti antarkalimat didalam wacana. Faktor luar juga
berpengaruh dalam
keberhasilan pembelajaran siswa dan guru. Guru haruskah
mengetahui bagaimana
melakukan evaluasi dengan tepat kerena hal tersebut sangat
penting dalam rangka
menentukan keberhasilan suatu pembelajaran. Oleh karena itu
pemilihan mengajar
dengan menggunakan wacana dirasa sangat membantu dalam proses
mengajar
karena dilihat dari segi manfaat sangat besar keuntungannya.
Selain itu
penggunaan wacana ini akan lebih menyenangkan dan bervariasi.
Setelah siswa
Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP
UMP, 2010
-
menyenangi dan memahami materi pelajaran maka siswa diharapkan
memperoleh
nilai yang baik.
I. HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan latar belakang dan kerangka pikir, maka hipotesis
yang
diajukan adalah: Penguasaan kosakata siswa kelas VIII B SMP
Negeri 2 Kebasen
dapat ditingkatkan melalui kegiatan membaca kritis.
Upaya Meningkatkan Penguasaan…, Lutfiana Septi Susianti, FKIP
UMP, 2010