Top Banner
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kredit Bermasalah Kredit bermasalah merupakan pengingkaran kesepakatan dari peminjam dengan melakukan penundaan, pengurangan atau tidak membayar sama sekali kewajibannya, baik yang berupa kredit induk dan atau bunga pinjaman. Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengertian kredit dan pembahasan mengenai kredit bermasalah. 2.1.1. Pengertian Kredit Lembaga keuangan terdiri dari bank dan non bank. Menurut Silvanita (2009:14) bank merupakan suatu lembaga keuangan yang sangat dominan, sehingga bank mempunyai kemampuan mengumpulkan dan mengalokasikan dana dalam jumlah besar. Bank dalam melakukan kegiatan usahanya harus mempunyai dana, agar dapat mempunyai dana untuk kegiatan usahanya bank akan menarik dana masyarakat dengan bentuk simpanan kepada bank. Kegiatan setelah mengumpulkan dana, dana akan disalurkan ke pihak yang yang defisit pendanaan, penyaluran kembali dananya dalam bentuk pinjaman atau kredit. Arti kredit secara umum adalah suatu kepercayaan, Kredit dalam bahasa latin yaitu ”credere” yang mempunyai arti percaya, percaya disini ialah pemberi kredit percaya bahwa penerima kredit akan mengembalikan kredit sesuai dengan kepercayaan. sementara Percaya bagi penerima kredit yaitu penerima kredit menerima kepercayaan dan mempunyai kewajiban untuk mengembalikan sesuai dengan kesepakatan.
19

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kredit Bermasalah 2.1.1.€¦ · BAB II . LANDASAN TEORI . 2.1. Kredit Bermasalah . Kredit bermasalah merupakan pengingkaran kesepakatan dari peminjam dengan

Feb 11, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1. Kredit Bermasalah

    Kredit bermasalah merupakan pengingkaran kesepakatan dari peminjam

    dengan melakukan penundaan, pengurangan atau tidak membayar sama sekali

    kewajibannya, baik yang berupa kredit induk dan atau bunga pinjaman. Berikut ini

    akan dijelaskan mengenai pengertian kredit dan pembahasan mengenai kredit

    bermasalah.

    2.1.1. Pengertian Kredit

    Lembaga keuangan terdiri dari bank dan non bank. Menurut Silvanita

    (2009:14) bank merupakan suatu lembaga keuangan yang sangat dominan, sehingga

    bank mempunyai kemampuan mengumpulkan dan mengalokasikan dana dalam

    jumlah besar. Bank dalam melakukan kegiatan usahanya harus mempunyai dana, agar

    dapat mempunyai dana untuk kegiatan usahanya bank akan menarik dana masyarakat

    dengan bentuk simpanan kepada bank. Kegiatan setelah mengumpulkan dana, dana

    akan disalurkan ke pihak yang yang defisit pendanaan, penyaluran kembali dananya

    dalam bentuk pinjaman atau kredit. Arti kredit secara umum adalah suatu kepercayaan,

    Kredit dalam bahasa latin yaitu ”credere” yang mempunyai arti percaya, percaya disini

    ialah pemberi kredit percaya bahwa penerima kredit akan mengembalikan kredit

    sesuai dengan kepercayaan. sementara Percaya bagi penerima kredit yaitu penerima

    kredit menerima kepercayaan dan mempunyai kewajiban untuk mengembalikan sesuai

    dengan kesepakatan.

  • Pengertian kredit menurut UU No 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU

    Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Pasal 1 ayat 11 yaitu penyediaan dana atau

    piutang yang dapat dipersamakan dengan uang, didasarkan pada persepakatan

    terjadinya pinjaman kepada bank oleh peminjam, dan adanya kewajiban dari pihak

    peminjam untuk melunasi pinjaman disertai dengan pemberian bunga dalam batasan

    waktu tertentu. Sedangkan pengertian kredit menurut Kasmir (2007:92) yaitu

    pembiayaan yang berwujud uang atau pembiayaan yang bisa diperhitungkan dengan

    uang. Dari beberapa pengertian kredit bisa diambil pengertian kredit adalah

    kesepakatan pinjam meminjam dalam ikatan perjanjian antara bank dan pihak lain

    yang berwujud uang atau pembiayaan yang bisa diperhitungkan dengan uang, dimana

    peminjam mempunyai kewajiban membayar tagihan sesuai jangka waktu dengan

    pemberian bunga.

    2.1.2. Kredit bermasalah

    Berbicara mengenai kredit akan selalu berorientasi untuk masa yang akan

    datang, sehingga diperlukan kemampuan dalam menyusun suatu perencanaan yang

    terkait dengan kredit. Dalam pemberian kredit bank akan dihadapkan pada sebuah

    resiko yang cukup besar yaitu tidak diterimanya dana yang dipinjamkan beserta bunga

    pinjaman seperti dalam kesepakatan dalam perjanjian. Dalam perjalanannya

    pengembalian kredit ada yang tidak sesuai dengan kesepakatan, hal ini akan

    berdampak pada kerugian finansial pada bank pemberi kredit. Untuk itu pentingnya

    suatu kebijakan penanganan kredit agar bank terhindar dari kerugian, sehingga kredit–

    kredit yang telah diberikan kepada peminjam bisa kembali tepat waktu sesuai harapan.

  • Bank agar bisa terhindar dari kerugian dapat melakukan analisis penyebab

    kredit bermasalah, dengan melakukan analisis ini sebagai dasar membuat sebuah

    kebijakan tentang penanganan kredit bank, menurut Fahmi (2014:103) kegagalan

    dalam pembayaran kredit oleh peminjam tidak sesuai kesepakaan bisa disebabkan dari

    berbagai hal, baik sisi bank dan sisi peminjam maupun sisi eksternal. Sisi eksternal

    tersebut seperti faktor inflasi, krisis moneter dan kudeta

    Jangka waktu perkreditan yang cukup lama, bank akan dihadapkan pada hal-

    hal yang serba tidak pasti di masa yang akan datang, sehingga bank dituntut memiliki

    kemampuan untuk bisa membuat perkiraan kemungkinan yang akan terjadi, terutama

    faktor eksternal, diantaranya berkaitan dengan ketentutan perundang-undangan,

    kebijakan pemerintah yang sering berubah-ubah, terjadinya inflasi yang fluktuatif

    sehingga tidak memberikan kepastian dalam perekonomian nasional, suku bunga yang

    fluktuatif, terjadinya krisis moneter bahkan perkreditan sangat terpengaruh dengan

    arus politik yang sedang berkuasa. Semuanya harus dirumuskan secara cermat sebagai

    pedoman bank. Deteksi dini kredit bermasalah Menurut Suhardjono (2002:470) dapat

    dilakukan sejak awal dengan melakukan sistem “pengenalan dini”, yakni dengan

    membuat kumpulan masalah atau tanda-tanda penyebab sebuah pinjaman bisa

    berkembang menjadi kredit bermasalah, baik dari sisi bank maupun sisi nasabah.

    Pentingnya manajemen kredit untuk membuat pedoman deteksi dini atas kredit

    bermasalah sebagai tindakan atisipatif dan proaktif untuk penanganan kredit

    bermasalah. Agar kondisi yang di takuti oleh pihak bank karena adanya kredit yang

    bermasalah bisa terhindari sebab akan menyebabkan menurunnya pendapatan dari

  • bank dan akan menimbulkan turunnya laba bank, serta bila rasio kredit bermasalahnya

    tinggi akan berdampak terhadap penilaian terhadap kinerja usaha bank tidak bagus.

    Sebelum keputusan pemberian kredit dikeluarkan oleh bank, bank akan melakukan

    analisis kredit sebagai dasar pembuatan keputusan pemberian kredit. Hal ini dilakukan

    agar bank yakin bahwa peminjam bisa dipercaya dan bank akan merasa yakin atas

    kredit yang diberikan akan aman, menurut Suhardjono (2002:250) bank melakukan

    pencarian informasi peminjam dari berbagai sumber, bank akan mengunakan

    penunjang analisis dan evaluasi dengan analisis 5 C yaitu Character (analisis watak),

    Capacity (kemampuan), Capital (modal), Condition (kondisi/prospek usaha) dan

    Collateral (Agunan).

    Bank dalam memberikan kredit tanpa melakukan analisis akan membahayakan

    bank sendiri, karena peminjam dapat memberikan data yang tidak benar, agar dapat

    menerima pinjaman dari yang seharusnya tidak layak terima pinjaman. Akibat dari

    salah analisis, kredit yang telah di berikan akan sulit untuk di tagih. Setiap kredit akan

    mempunyai risiko default yang tinggi, menurut Sivlvanita (2009:28) risiko kredit

    merupakan risiko suatu pinjaman tidak kembali sesuai kesepakatan, seperti ditunda

    atau dikuranginya kewajiban membayar dan bahkan tidak melakukan pembayaran

    oleh peminjan.

    Pada saat kredit telah disalurkan ke masyarakat bank melakukan perputaran

    piutang, dengan perputaran piutang tersebut bank mempunyai kajian mutu kredit.

    Berdasarkan keputusan Direksi BI No. 31/147/KEP/DIR tanggal 12 Nopember 1998

    mutu kredit akan diperingkat menurut ukuran peluang usaha, keadaan pendanaan

  • ditekankan pada di arus kas debitur serta kapasitas memenuhi kewajiban. Dengan

    kriteria tersebut mutu kredit dapat dikategorikan lancar, dalam perhatian khusus,

    kurang lancar, diragukan dan macet. Secara umum ada dua jenis kredit berdasarkan

    kualitasnya yaitu:

    1. Kredit tidak bermasalah (Performingloan) kategori lancar dan dalam

    perhatian khusus

    2. Kredit bermasalah (Non performingloan) kategori kurang lancar,

    diragukan, macet.

    Dari kebijakan perputaran piutang akan nampak debitur yang tidak lancar

    membayar kewajibannya dengan tepat waktu atau tidak, atau masuk dalam ketegori

    kredit bermasalah. Kredit bermasalah menurut Sutoyo (2008:13) yaitu debitur

    melakukan pengingkaran terhadap janji untuk membayar kredit induk dan atau bunga

    yang sudah harusnya dibayar, hal ini mengakibatkan keterlambatan dalam melakukan

    pembayaran bahkan tidak melakukan pembayaran. Sementara kredit bermasalah

    menurut Suhardjono (2002:462) yaitu suatu kondisi dimana nasabah tidak mempunyai

    kesanggupan untuk melalukan pembayaran sebagian dan atau keseluruhan kewajiban

    kepada pihak bank sesuai dalam perjanjian.

    Dari beberapa pengertian kredit bermasalah diambil kesimpulan pengertian

    kredit bermasalah adalah pengingkaran kesepakatan dari debitur dengan melakukan

    penundaan, pengurangan atau tidak membayar sama sekali kewajibannya. Tingginya

    kredit bermasalah berpotensi dan/atau menimbulkan kerugian bagi bank. Kredit

    bermasalah akan menunjukkan kinerja bank yang kurang bagus. Sehingga adanya

  • kredit bermasalah bagi sebuah bank akan menghambat pengembangan usaha dari bank

    itu sendiri, dan keberdaan ini kredit bermasalah akan ditekan seminimal mungkin.

    2.2. Inflasi

    Inflasi merupakan faktor eksternal yang dapat diidentifikasi sebagai penyebab

    kredit bermasalah, suatu negara mengalami inflasi bila adanya kecenderungan

    kenaikan tingkat harga yang berlaku umum dan berlangsung terus, disertai

    menurunnya nilai mata uang suatu negara. Kenaikan ini tidak hanya berlaku satu dua

    barang saja dan tidak hanya sekali. Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengertian

    inflasi, Penggolongan inflasi, teori inflasi, efek inflasi, hubungan inflasi dengan kredit

    bermasalah.

    2.2.1. Pengertian Inflasi

    Peristiwa makroekonomi yang penting dan harus mendapat perhatian serta

    hampir semua negara mengalami adalah inflasi. naik turunnya inflasi akan

    berpengaruh besar terhadap perekonomian suatu negara. Pengertian inflasi Menurut

    Fahmi (2006:79) adalah keadaan dimana nilai mata uang suatu negara mengalami

    penurunan disertai naiknya harga barang-barang secara sitematis. Menurut Boediono

    (2010:161) inflasi merupakan kecenderungan kenaikan harga-harga yang berlaku

    umum dan berlangsung terus. Inflasi menurut Nopirin (2013:25) merupakan proses

    naiknya harga-harga umum barang-barang yang berlangsung terus menerus, sementara

    menurut Nanga (2001:241) tingkat inflasi merupakan persentase perubahan tingkat

    harga. Berdasarkan beberapa pengertian inflasi diatas bisa diambil kesimpulan

    pengertian inflasi ialah kecenderungan naiknya tingkat harga yang berlaku umum dan

  • berlangsung terus, disertai menurunnya nilai mata uang suatu negara. naiknya harga

    tidak dalam satu atau dua barang dan tidak hanya terjadi sekali.

    2.2.2. Penggolongan Inflasi

    Inflasi merupakan suatu keadaan yang membahayakan bagi perekonomian, dan

    bila berlangsung terus akan membahayakan perekonomian suatu negara. Menurut

    Fahmi (2013:102) pengolongan inflasi dibedakan dalam beberapa golongan

    a. Penggolongan dari asal inflasi dibedakan:

    Inflasi domestik (domesticinflation) penyebab inflasi yang terjadi

    karena faktor keadaan yang terjadi di dalam negeri

    Inflasi impor (importedinflation) penyebab inflasi karena keadaan yang

    terjadi di luar negeri.

    b. Pengolongan dari segi perpsektif skala penilaian inflasi dibedakan:

    Inflasi pertahun dibawah 10% merupakan inflasi ringan

    Inflasi pertahunnya 10% sampai 30% merupakan inflasi sedang

    Inflasi pertahunnya 30% sampai 100% merupakan inflasi berat

    Inflasi pertahunnya diatas 100% merupakan Hiperinflasi.

    c. Penggolongan dari sebab musabab awal terjadinya inflasi bedakan:

    Inflasi yang timbulnya disebabkan biaya produksi mengalami kenaikan,

    ini disebut cost push inflation.

    Inflasi karena permintaan berbagai barang dari masyarakat sangat kuat,

    ini di sebut demand full inflation.

  • 2.2.3. Teori Inflasi

    Tiga macam teori tentang inflasi, setiap teori hanya menekankan unsur-unsur

    tertentu saja dari proses inflasi dan tiap-tiap teori tidaklah teori yang merangkum

    keseluruhan unsur-unsur proses naiknya harga-harga. Untuk mengunakannya kita

    harus melihat fakta yang terjadi dari proses inflasi yang sedang terjadi atau kombinasi

    dari teori yang sesuai, menurut Boediono (2010:167) teori dari tersebut:

    a. Teori Kuantitas merupakan teori yang paling tua dan sudah disempurnakan

    sehingga masih bisa digunakan untuk masa sekarang ini utamanya untuk

    negara yang sedang berkembang. Teori ini mengupas peranan dalam proses

    inflasi dari:

    1) Banyaknya uang yang sedang beredar mempengaruhi inflasi, jika jumlah

    uang ditambah dalam peredarannya maka akan terjadi inflasi. Tetapi bila

    uang yang beredar tidak ada penambahan inflasi akan terhenti. Walau

    apapun penyebab naiknya harga-harga.

    2) Laju inflasi sangat ditentukan oleh pertambahan jumlah uang. Psikologi

    (harapan masyarakat) mengenai kenaikan harga-harga (expectations),

    laju inflasi ditentukan oleh laju pertumbuhan jumlah uang yang beredar

    dan harapan masyarakat mengenai naiknya harga-harga pada masa

    mendatang sebesar laju inflasi.

    b. Teori Keynes didasarkan atas teori makronya, dalam teori ini dijelaskan karena

    adanya suatu masyarakat yang mempunyai keinginan yang sudah diluar

    batasan kemampuan ekonominya maka akan menyebabkan inflasi. Kelompok-

  • kelompok masyarakat itu berebut bagian agar mendapatkan yang lebih besar

    daripada yang tersedia oleh masyarakat tersebut. Proses inflasi akan terus

    berlangsung selama jumlah permintaan efektif dari semua golongan

    masyarakat melebihi jumlah output yang bisa dihasilkan masyarakat, inflasi

    bisa terhenti bila permintaan efektif secara keseluruha tidak melebihi, pada

    tingkat harga yang berlaku, jumlah output yang tersedia.

    c. Teori Strukturalis merupakan teori inflasi yang mencari faktor apa saja yang

    menyebabkan inflasi dalam jangka yang panjang. Teori ini menekankan pada

    ketegaran dari struktur perekonomian negara berkembang. Dalam teori ini ada

    dua ketegaran utama didalam perekonomian negara berkembang yang bisa

    menyebabkan inflasi yaitu:

    1) Ketegaran dalam ketidak-elastisan dalam pendapatan ekspor, dimana

    pertumbuhan jumlah ekspor yang sangat lamban bila diperbandingkan

    dengan pertumbuhan sektor yang lainnya.

    2) Ketegaran dalam ketidak-elastisan dari penyediaan atau hasil produksi

    bahan pangan dari dalam negeri, jadi hasil produksi bahan pangan dari

    dalam negeri tidak sebanding dengan bertambahnya jumlah penduduk

    dan pendapatan perkapita.

    Proses inflasi tarjadi yang disebabkan kedua faktor dalam kenyataanya tidak

    bisa dipisahkan karena keduanya saling berhubungan erat.

  • 2.2.4. Efek Inflasi

    Efek kejadian inflasi dalam suatu negara, akan berpengaruh terhadap tidak

    meratanya pendapatan, alokasi faktor produksi serta produk nasional, menurut Nopirin

    (2013:106) efek tersebut adalah:

    a. Efek terhadap pendapatan

    Inflasi berdampak pada pemerataan terhadap pendapatan, terjadinya inflasi ada

    pihak yang dirugikan ada pula yang diuntungkan, pihak yang dirugikan dengan

    terjadinya inflasi adalah orang yang memperoleh pendapatan tetap dan orang

    yang mempunyai pinjaman di bank, hal ini akan berdampak pada kemampuan

    melaksanakan kewajiban membayar tagihan dan pemberian bunga sesuai

    jangka waktu yang telah di sepakati. Demikian juga pemberi pinjaman yang

    akan mendapatkan bunga pinjaman lebih rendah dari laju inflasi. Sementara

    yang akan diuntungkan dengan inflasi adalah yang punya kekayaan yang tidak

    dalam wujud uang sebab nilainya akan naik dengan prosentase lebih besar dari

    laju inflasi atau orang yang pendapatannya naik lebih besar dari laju inflasi.

    b. Efek terhadap alokasi faktor produksi (Efficiencyeffects)

    Alokasi faktor produksi bisa diubah dengan adanya inflasi, naiknya permintaan

    terhadap berbagai macam barang akan mendorong perubahan produksi

    terhadap barang tersebut, jadi karena terjadi inflasi akan mendorong naiknya

    produksi suatu barang hal ini disebabkan permintaan barang tersebut

    mengalami kenaikan pesat bila dibandingakan barang lain.

  • c. Efek terhadap produk nasional (Output Effects)

    Efek equity dan efficiency dalam analisisnya mengunakan anggapan bahwa

    keluaran produk tetap, akan lain dengan output effek karena akan

    mengakibatkan naik atau turunnya output.

    2.2.5. Hubungan Inflasi dengan Kredit Bermasalah

    Hubungan inflasi dengan kredit bermasalah, bisa dilihat dari peningkatan

    inflasi akan memberikan sinyal negatif bagi pelaku usaha, efek terjadinya inflasi bagi

    pelaku usaha ada dua yaitu pendapatan bisa meningkat dan biaya juga bisa naik, jika

    naiknya pendapatan lebih rendah daripada naiknya biaya produksi akan membawa

    dampak negatif bagi pelaku usaha, hal ini akan menurunkan profitabilitasnya.

    Menurunnya kemampuan menghasilkan laba usaha yang dialami pelaku usaha, akan

    mengakibatkan pelaku usaha menagalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban atas

    pinjaman dan membayar suku bunga sesuai dengan kesepakatan.

    Suatu negara bila inflasi dalam keadaan naik terus akan berakibat buruk bagi

    perekonomian. Masyarakat akan kehilangan kemampuan daya beli, karena terjadi

    penurunan nilai mata uang dalam negari. Hal ini yang akan membawa pengaruh

    negatif bagi dunia usaha yang berakibat debitur tidak mampu membayar kewajibannya

    sesuai dengan kesepakatan yang ada sehingga kredit bermasalah akan meningkat.

  • 2.3. Tingkat Suku Bunga

    Tingkat suku bunga merupakan faktor eksternal yang di identifikasi sebagai

    penyebab kredit bermasalah, Tingkat suku bunga merupakan harga yang harus dibayar

    oleh bank kepada pemilik simpanan dan harga yang harus dibayar oleh penerima

    pinjaman untuk suatu jangka waktu tertentu. Berikut ini akan dijelaskan pengertian

    tingkat suku bunga, teori tingkat suku bunga, hubungan Tingkat suku bunga dengan

    kredit bermasalah.

    2.3.1. Pengertian Tingkat Suku Bunga

    Salah satu aspek penting dalam pasar uang adalah tingkat suku bunga.

    Pengertian bunga menurut Kasmir (2001:121) merupakan suatu harga yang menjadi

    kewajiban bank untuk dibayarkan kepada pemilik simpanan dan harga yang menjadi

    kewajiban untuk dibayar oleh penerima pinjaman. menurut Samuelson dan Nordhaus,

    (1988;174) adalah harga yang harus dibayar. Sementara menurut Boediyono (2010:75)

    Pengertian Tingkat Bunga adalah harga yang dinyatakan dalam bentuk persen karena

    menggunakan uang untuk suatu kurun waktu.

    Dari beberapa pengertian tingkat suku bunga diatas akan ditarik kesimpulan.

    Pengertian tingkat suku bunga adalah harga yang wajib di bayarkan oleh bank kepada

    pemilik simpanan dan harga yang harus di bayarkan oleh penerima pinjaman serta

    dinyatakan dalam persen untuk suatu jangka waktu. Jadi tingkat bunga sebagai harga

    karena terjadi pertukaran satu rupiah sekarang dengan satu rupiah nanti semisal

    setahun.

  • Pengertian suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI rate adalah suku bunga

    kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan

    oleh bank Indonesia kepada publik. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain

    dalam perekonomian BI pada umumnya akan menaikan BI Rate apabila inflasi ke

    depan di perkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan. Sebaliknya, BI akan

    menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah yang

    ditetapkan.

    2.3.2. Teori Tingkat Suku Bunga

    Teori tingkat bunga secara garis besar ada dua macam teori yaitu teori klask

    dan teori kuantitas uang menurut Nopirin (2015:70) yaitu:

    a. Teori Klasik tentang Tingkat Bunga

    Tabungan menurut teori klasik adalah fungsi dari tingkat bunga. Makin tinggi

    tingkat bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung,

    artinya pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan terdorong untuk

    mengorbankan/mengurangi pengeluarannya untuk konsumsi guna menambah

    tabungan. Investasi juga tergantung/merupakan fungsi dari tingkat bunga,

    makin tinggi tingkat bunga, keinginan untuk melakukan investasi juga makin

    kecil, makin rendah tingkat bunga, maka pengusaha akan lebih terdorong untuk

    melakukan investasi, sebab biaya pengunaan dana makin kecil. Menurut paham

    klasik uang tidak mempunyai pengaruh terhadap sektor riil, tidak ada

    pengaruhnya terhadap tingkat bunga, kesempatan kerja atau pendapatan

    nasional. Pendapatan nasional akan ditentukan oleh jumlah dan kualitas

  • daripada tenaga kerja, jumlah daripada modal yang dipakai serta teknologi,

    tanpa perubahan dari faktor-faktor produksi, maka pendapatan nasional tidak

    akan berubah.

    b. Teori Kuantitas Uang

    Uang pengaruhnya hanyalah terhadap harga-harga barang, bertambahnya uang

    beredar akan mengakibatkan kenaikan harga saja. Jumlah output yang

    dihasilkan tidak berubah, inilah yang sering disebut classical dichotomy,

    merupakan pemisah sektor moneter dengan sektor riil, sektor moneter tidak

    ada hubungannya dengan sektor riil. Menurut teori kuantitas uang perubahan

    jumlah uang yang beredar akan mengakibatkan perubahan harga secara

    proposional, artinya kalau jumlah uang naik dua kali, maka harga akan naik

    dua kali juga.

    2.3.3. Hubungan Tingat Suku Bunga dengan Kredit Bermasalah (NPL)

    Hubungan antara suku bunga dengan kredit bermasalah, terjadi pada saat Bank

    Indonesia sebagai otoritas moneter melakukan beberapa kebijakan. Salah satunya

    kebijakan suku bunga Kredit. Pada kebijakan menaikan dan menurunkan suku bunga

    kredit bertujuan untuk mengendalikan angka penyaluran kredit yang berlaku di

    masyarakat. Persoalan akan timbul jika ternyata meminjam pada suku bunga kredit

    yang murah namun pada pengunaan dana tersebut terjadi pada saat kondisi ekonomi

    sedang tidak kondusif atau mengalami kelesuan dengan jangka waktu yang lama,

    disinilah menimbulkan kredit bermasalah.

  • Tingkat Suku bunga yang berfluktuatif juga akan menimbulkan kondisi

    ketidakpastian dalam perekonomian nasional, menyulitkan analisis perkembangan

    keadaan ekonomi yang akan datang. Persoalan akan timbul adalah kenaikan suku

    bunga kredit akan berimplikasi terhadap meningkatnya jumlah kredit bermasalah. Jadi

    terjadinya kenaikan pada rasio kredit bermasalah ini bisa di sebabkan oleh

    ketidakmampuan kreditur untuk mengembalikan pinjaman yang diberikan oleh

    perbankan, jika dihubungkan dengan aktifitas pemakaian dana kredit dengan

    pengunaan dana kredt untuk memberikan keuntungan (profit).

    2.4. Hasil Penelitian Yang Relevan

    Linda, Megawati, dan Deflinawati (2015) dalam “Pengaruh Inflasi, Kurs dan

    Tingkat Suku bunga terhadap Non PerformingLoan Pada PT. Bank Tabungan Negara

    (PERSERO) Tbk Cabang Padang” menganalisis Pengaruh inflasi, kurs, dan tingkat

    suku bunga terhadap Non PerformingLoan. Variabel Dependennya Non

    PerformingLoan, dan variabel independennya Inflasi, Kurs, dan Tingkat Suku Bunga.

    Hasil penelitian ini inflasi, dan tingkat suku bunga secara individual berpengaruh

    signifikan terhadap non performingloan pada PT Bank Tabungan Negara (Persero)

    Cabang Padang, sedangkan kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap non

    performingloan pada PT Bank Tabungan Negara (Persero)Cabang Padang.

    Yulita (2014) dalam “Analisis Pengaruh Faktor Makroekonomi terhadap

    Tingkat Kredit Bermasalah pada Bank Umum di Indonesia”. Menganalisis Pengaruh

    BI rate, Nilai Tukar, dan Pertumbuhan total kredit terhadap kredit bermasalah pada

    bank umum. Variabel dependennyaTingkat kredit bermasalah, variabel independenya

  • BI rate, Nilai tukar, dan pertumbuhan total kredit. Hasil penelitian ini menunjukkan

    adanya pengaruh positif yang signifikanantara BI rate terhadap NPL dan nilai tukar

    terhadap NPL, sedangkanpertumbuhan total kredit berpengaruh secara signifikan

    negatif terhadap NPL.Hasil estimasi regresi menunjukkan kemampuan prediksi model

    69,9% sedangkan 30,1% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain di luar model yang belum

    tercakup.

    Persamaan Penelitian ini dengan penelitian yang relevan terletak pada subjek

    penelitiannya yakni pengaruh faktor ekternal dari bank terhadap kredit bermasalah.

    Sedangkan perbedaannya dengan penelitian yang relevan terletak pada subjek

    penelitianya dua peneliti terdahulu dilakukan di Bank Umum, sedang penelitian ini

    dilakukan di Bank Perkriditan Rakyat (BPR).

    2.5. Kerangka Berpikir

    Kerangka dasar penelitian menggambarkan variabel yang digunakan dalam

    penelitian maupun model hipotesis yang digunakan. Kerangka berfikir Kredit

    bermasalah disebabkan oleh faktor eksternal dari bank, menurut Suhardjono

    (2002:473) Faktor-faktor ekternal yang dapat di identifikasikan sebagai penyebab

    kredit bermasalah, antara lain: meningkatnya suku bunga pinjaman, resesi, devaluasi,

    inflasi, deflasi dan kebijakan moneter lainnya. Dalam penelitian ini akan

    memfokuskan pada seberapa besar pengaruh inflasi dan tingkat suku bunga terhadap

    kredit bermasalah.

    Kejadian inflasi di suatu negara bila dalam keadaan naik terus akan berakibat

    buruk bagi perekonomian. Masyarakat akan kehilangan kemampuan daya beli, karena

  • terjadi penurunan nilai mata uang dalam negari. Hal ini yang akan membawa pengaruh

    negatif bagi dunia usaha yang berakibat debitur tidak mampu membayar kewajibannya

    sesuai dengan kesepakatan yang ada sehingga kredit bermasalah akan meningkat.

    Tingkat Suku bunga yang berfluktuatif juga akan menimbulkan kondisi

    ketidakpastian dalam perekonomian nasional, menyulitkan analisis perkembangan

    keadaan ekonomi yang akan datang. Persoalan akan timbul adalah kenaikan suku

    bunga kredit akan berimplikasi terhadap meningkatnya jumlah kredit bermasalah. Jadi

    terjadinya kenaikan pada rasio kredit bermasalah ini bisa di sebabkan oleh

    ketidakmampuan kreditur untuk mengembalikan pinjaman yang diberikan oleh

    perbankan, jika dihubungkan dengan aktifitas pemakaian dana kredit dengan

    pengunaan dana kredit untuk memberikan keuntungan (profit).

    Kerangka berpikir penelitian dapat digambarkan dengan model hipotesis

    seperti berikut ini:

    Gambar 2.1

    Kerangka Hipotesis

    Pengaruh Inflasi Dan Tingkat Bunga Terhadap Kredit Bermasalah

    (Non PerformingLoan) pada Bank Perkreditan RakyatSecara Nasional

    ( X1 )

    ( Y )

    ( X 2 )

  • Keterangan :

    1. X1 : Inflasi

    2. X2 : Tingkat suku bunga

    3. Y : Kredit bermasalah (NPL)

    4. Pengaruh variabel X terhadap Y

    2.6. Hipotesis Penelitian

    Hipotesis Menurut Sugiyono (2015:96) merupakan jawaban sementara

    terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan

    dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berd𝑎𝑠arkan permasalahan yang ada, maka

    perumusan hipotesis sebagai berikut:

    a. Hipotesis pengaruh inflasi terhadap kredit bermasalah (NPL) Bank Perkreditan

    Rakyat (BPR) secara nasional pada tahun 2007-2017.

    Hipotesis kerja : Inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

    kredit bermasalah (NPL) pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) secara

    nasional pada tahun 2007-2017.

    Hipotesis statistik

    Ho : ß1 = 0

    Ha : ß1> 0

    b. Hipotesis pengaruh tingkat suku bunga terhadap kredit bermasalah pada Bank

    Perkreditan Rakyat secara nasional pada tahun 2007-2017.

  • Hipotesis kerja : Tingkat suku bunga berpengaruh positif dan signifikan

    terhadap kredit bermasalah (NPL) pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

    secara nasional pada tahun 2007-2017.

    Hipotesis statistik

    Ho : ß2= 0

    Ha : ß2>0

    c. Hipotesis pengaruh inflasi dan Tingkat suku bunga terhadap kredit bermasalah

    (NPL) pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) secara nasional pada tahun 2007-

    2017.

    Hipotesis kerja : inflasi dan tingkat suku bunga berpengaruh positif dan

    signifikan terhadap kredit bermasalah (NPL) pada Bank Perkreditan

    Rakyat (BPR) secara nasional pada tahun 2007-2017.

    Hipotesis statistik

    Ho : ß1ß2= 0

    Ha : ß1ß2>0