Top Banner
6 BAB II KONSEP TEORI A. Pengertian Dialisi adalah suatu proses difusi zat terlarut dan air secara pasif melalui suatu membran berpori dari satu kompartemen cair lainnya. Hemodialisi adalah suatu mesin ginjal buatan (atau alat hemodialisis) terutama terdiri dari membran semipermeabel dengan darah di satu sisi dan cairan dialisis di sisi lain. (Price, 2005) Hemodoalisis adalah suatu dialisis eksternal terdiri dari sebuah coil yang berfungsi sebagai membran semipermeable (tembus air). Darah pasien mengalir keluar dari tubuh dan melalui coil dan kemudian kembali ke dalam tubuh. Selain coil, terdapat juga solusi hipertonic yang disebut dialysate yang menarik produk-produk buangan yang berasal dari darah melintasi membran semipermeable. (Reeves, 2001) Hemodialisa adalah suatu tindakan yang digunakan pada gagal ginjal untuk menghilangkan sisa toksik, kelebihan air, cairan, dan untuk memperbaiki keseimbangan elektrolit, dengan prinsip filtrasi, osmosis, dan difusi, dengan menggunakan sistem dialisa eksternal; terdapat beberapa tipe akses vaskular yang dapat digunakan: pirau-sementara; sambungan eksternal diantara arteri dan vena; fistula-permanen, sambungan internal atau tandur diantara arteri dan vena dilengan atau paha; jalur subklavia atau femoral-sementara, kateter eksternal pada vena besar (Turker, 1999) . Jadi dapat disimpulkan bahwa hemodialisa adalah suatu proses penyaringan kotoran dan racun dalam darah dengan menggunakan suatu alat dialisis atau ginjal buatan dengan prinsip disfusi, osmosis dan filtrasi.
36

BAB II KONSEP TEORI A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files//disk1/136/jtptunimus-gdl-fi...6 BAB II KONSEP TEORI A. Pengertian Dialisi adalah suatu proses difusi zat terlarut dan air

Oct 23, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 6

    BAB II

    KONSEP TEORI

    A. Pengertian

    Dialisi adalah suatu proses difusi zat terlarut dan air secara pasif melalui suatu

    membran berpori dari satu kompartemen cair lainnya. Hemodialisi adalah suatu mesin

    ginjal buatan (atau alat hemodialisis) terutama terdiri dari membran semipermeabel

    dengan darah di satu sisi dan cairan dialisis di sisi lain. (Price, 2005)

    Hemodoalisis adalah suatu dialisis eksternal terdiri dari sebuah coil yang

    berfungsi sebagai membran semipermeable (tembus air). Darah pasien mengalir

    keluar dari tubuh dan melalui coil dan kemudian kembali ke dalam tubuh. Selain coil,

    terdapat juga solusi hipertonic yang disebut dialysate yang menarik produk-produk

    buangan yang berasal dari darah melintasi membran semipermeable. (Reeves, 2001)

    Hemodialisa adalah suatu tindakan yang digunakan pada gagal ginjal untuk

    menghilangkan sisa toksik, kelebihan air, cairan, dan untuk memperbaiki

    keseimbangan elektrolit, dengan prinsip filtrasi, osmosis, dan difusi, dengan

    menggunakan sistem dialisa eksternal; terdapat beberapa tipe akses vaskular yang

    dapat digunakan: pirau-sementara; sambungan eksternal diantara arteri dan vena;

    fistula-permanen, sambungan internal atau tandur diantara arteri dan vena dilengan

    atau paha; jalur subklavia atau femoral-sementara, kateter eksternal pada vena besar

    (Turker, 1999) .

    Jadi dapat disimpulkan bahwa hemodialisa adalah suatu proses penyaringan

    kotoran dan racun dalam darah dengan menggunakan suatu alat dialisis atau ginjal

    buatan dengan prinsip disfusi, osmosis dan filtrasi.

  • 7

    1. Indikasi

    Price dan Wilson (1995) menerangkan bahwa tidak ada petunjuk yang jelas

    berdasarkan kadar kreatinin darah untuk menentukan kapan pengobatan harus

    dimulai. Kebanyakan ahli ginjal mengambil keputusan berdasarkan kesehatan

    penderita yang terus diikuti dengan cermat sebagai penderita rawat jalan.

    Pengobatan biasanya dimulai apabila penderita sudah tidak sanggup lagi bekerja

    purna waktu, menderita neuropati perifer atau memperlihatkan gejala klinis

    lainnya. Pengobatan biasanya juga dapat dimulai jika kadar kreatinin serum diatas

    6 mg/100 ml pada pria , 4 mg/100 ml pada wanita dan glomeluro filtration rate

    (GFR) kurang dari 4 ml/menit. Penderita tidak boleh dibiarkan terus menerus

    berbaring ditempat tidur atau sakit berat sampai kegiatan sehari-hari tidak

    dilakukan lagi.

    2. Kontra Indikasi

    Menurut Thiser dan Wilcox (1997) kontra indikasi dari hemodialisa adalah

    hipotensi yang tidak responsif terhadap presor, penyakit stadium terminal, dan

    sindrom otak organik. Sedangkan menurut PERNEFRI (2003) kontra indikasi

    dari hemodialisa adalah tidak mungkin didapatkan akses vaskuler pada

    hemodialisa, akses vaskuler sulit, instabilitas hemodinamik dan koagulasi. Kontra

    indikasi hemodialisa yang lain diantaranya adalah penyakit alzheimer, demensia

    multi infark, sindrom hepatorenal, sirosis hati lanjut dengan ensefalopati dan

    keganasan lanjut (PERNEFRI, 2003).

  • 8

    B. Anatomi dan Fisiologi

    1. Anatomi Ginjal

    Gambar 2.1. Letak ginjal

    http://nemalz88veterinerblog.blogspot.com/2009/html

    Anatomi ginjal menurut Price dan Wilson (2005) dan Smletzer dan Bare

    (2001), ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak pada

    kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan

    ginjal kiri karena tekanan ke bawah oleh hati. Katub atasnya terletak setinggi iga

    kedua belas. Sedangkan katub atas ginjal kiri terletak setinggi iga kesebelas.

    Ginjal dipertahankan oleh bantalan lemak yang tebal agar terlindung dari trauma

    langsung, disebelah posterior dilindungi oleh iga dan otot-otot yang meliputi iga,

    sedangkan anterior dilindungi oleh bantalan usus yang tebal. Ginjal kiri yang

    berukuran normal biasanya tidak teraba pada waktu pemeriksaan fisik karena dua

    pertiga atas permukaan anterior ginjal tertutup oleh limfa, namun katub bawah

    ginjal kanan yang berukuran normal dapat diraba secara bimanual.

    http://nemalz88veterinerblog.blogspot.com/2009/html

  • 9

    Ginjal terbungkus oleh jaringan ikat tipis yang dikenal sebagai kapsula

    renis. Disebelah anterior ginjal dipisahkan dari kavum abdomen dan isinya oleh

    lapisan peritoneum. Disebelah posterior organ tersebut dilindungi oleh dinding

    toraks bawah. Darah dialirkan kedalam setiap ginjal melalui arteri renalis dan

    keluar dari dalam ginjal melalui vena renalis. Arteri renalis berasal dari aorta

    abdominalis dan vena renalis membawa darah kembali kedalam vena kava

    inferior.

    Pada orang dewasa panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm (4,7-5,1

    inci) lebarnya 6 cm (2,4 inci) tebalnya 2,5 cm (1 inci) dan beratnya sekitar 150

    gram. Permukaan anterior dan posterior katub atas dan bawah serta tepi lateral

    ginjal berbentuk cembung sedangkan tepi lateral ginjal berbentk cekung karena

    adanya hilus. Gambar anatomi ginjal dapat dilihat dalam gambar. 2

    Gambar 2.2 Anatomi khusus Ginjal

    http://nemalz88veterinerblog.blogspot.com/2009/html

    http://nemalz88veterinerblog.blogspot.com/2009/html

  • 10

    Apabila dilihat melalui potongan longitudinal, ginjal terbagi menjadi dua

    bagian yaitu korteks bagian luar dan medulla di bagian dalam. Medulla terbagi-

    bagi menjadi biji segitiga yang disebut piramid, piranid-piramid tersebut

    diselingi oleh bagian korteks yang disebut kolumna bertini. Piramid-piramid

    tersebut tampak bercorak karena tersusun oleh segmen-segmen tubulus dan

    duktus pengumpul nefron. Papilla (apeks) dari piramid membentuk duktus

    papilaris bellini dan masukke dalam perluasan ujung pelvis ginjal yang disebut

    kaliks minor dan bersatu membentuk kaliks mayor, selanjutnya membentuk pelvis

    ginjal. Gambar penampang ginjal dapat dilihat pada gambar. 3

    Gambar 2.3 Penampang ginjal

    http://nemalz88veterinerblog.blogspot.com/2009/html

    Ginjal tersusun dari beberapa nefron. Struktur halus ginjal terdiri atas

    banyak nefron yang merupakan satuan fungsional ginjal, jumlahnya sekitar

    satu juta pada setiap ginjal yang pada dasarnya mempunyai struktur dan fungsi

    http://nemalz88veterinerblog.blogspot.com/2009/06/1.html

  • 11

    yang sama. Setiap nefron terdiri dari kapsula bowmen yang mengintari rumbai

    kapiler glomerulus, tubulus kontortus proksimal, lengkung henle dan tubulus

    kontortus distal yang mengosongkan diri ke duktus pengumpul. Kapsula

    bowman merupakan suatu invaginasi dari tubulus proksimal. Terdapat ruang

    yang mengandung urine antara rumbai kapiler dan kapsula bowman dan ruang

    yang mengandung urine ini dikenal dengan nama ruang bowmen atau ruang

    kapsular. Kapsula bowman dilapisi oleh sel-sel epitel. Sel epitel parielalis

    berbentuk gepeng dan membentuk bagian terluar dari kapsula, sel epitel

    veseralis jauh lebih besar dan membentuk bagian dalam kapsula dan juga

    melapisi bagian luar dari rumbai kapiler. Sel viseral membentuk tonjolan-

    tonjolan atau kaki-kaki yang dikenal sebagai pedosit, yang bersinggungan

    dengan membrana basalis pada jarak-jarak tertentu sehingga terdapat daerah-

    daerah yang bebas dari kontak antar sel epitel. Daerah-daerah yang terdapat

    diantara pedosit biasanya disebut celah pori-pori.

  • 12

    Gambar 2. 4 Anatomi nefron

    http://nemalz88veterinerblog.blogspot.com/2009/html

    Vaskilari ginjal terdiri dari arteri renalis dan vena renalis. Setiap arteri

    renalis bercabang waktu masuk kedalam hilus ginjal. Cabang tersebut menjadi

    arteri interlobaris yang berjalan diantara pyramid dan selanjutnya membentuk

    arteri arkuata yang melengkung melintasi basis piramid-piramid ginjal. Arteri

    arkuata kemudian membentuk arteriola-arteriola interlobaris yang tersusun

    oleh parallel dalam korteks, arteri ini selanjutnya membentuk arteriola aferen

    dan berakhir pada rumbai-rumbai kapiler yaitu glomerolus. Rumbai-rumbai

    kapiler atau glomeruli bersatu membentuk arteriola eferen yang bercabang-

    cabang membentuk sistem portal kapiler yang mengelilingi tubulus dan

    kapiler peritubular.

    Gambar 2. 5 : Anatomi Glomerolus

    http://nemalz88veterinerblog.blogspot.com/2009/html

  • 13

    http://nemalz88veterinerblog.blogspot.com/2009/html

    Darah yang mengalir melalui sistem portal akan dialirkan ke dalam

    jalinan vena menuju vena intelobaris dan vena renalis selanjutnya mencapai vena

    kava inferior. Ginjal dilalui oleh darah sekitar 1.200 ml permenit atau 20%-25%

    curah jantung (1.500 ml/menit).

    1. Fisiologi ginjal

    a. Fungsi ginjal

    Menurut Price dan Wilson (2005), ginjal mempunyai berbagai macam fungsi yaitu

    ekskresi dan fungsi non-ekskresi. Fungsi ekskresi diantaranya adalah :

    1) Mempertahankan osmolaritas plasma sekitar 285 mOsmol dengan

    mengubah-ubah ekskresi air.

    2) Mempertahankan kadar masing-masing elektrolit plasma dalam rentang

    normal.

    3) Mempertahankan pH plasma sekitar 7,4 dengan mengeluarkan kelebihan H+

    dan membentuk kembali HCO3

    4) Mengekresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme protein, terutama

    urea, asam urat dan kreatinin.

    Sedangkan fungsi non-ekresi ginjal adalah :

    1) Menghasilkan rennin yang penting untuk pengaturan tekanan darah.

    2) Menghasilkan eritropoetin sebagai faktor penting dalam stimulasi produksi

    sel darah merah oleh sumsum tulang.

    3) Metabolism vitamin D menjadi bentuk aktifnya.

    http://nemalz88veterinerblog.blogspot.com/2009/html

  • 14

    4) Degradasi insulin.

    5) Menghasilkan prostaglandin.

    Fungsi utama ginjal diringkas dalam boks pada hal. 134, yang menekankan

    perannya sebagai organ pengatur dalam tubuh. Vander meringkaskan fungsi

    ginjal ketika ia mengatakan “peranan sebagai pengatur ini jelas sekali berbeda

    dengan konsep ginjal yang populer yang dibayangkan sebagai suatu unit

    pembuangan sampah yang mulia, yang membebaskan tubuh dari sampah tertentu

    dan racun-racun” (Vander, 1985 dikutip dalam Price, 2005).

    Ginjal mengekskresikan bahan-bahan kimia asing tertentu (obat-obatan dan

    sebagainya), hormon-hormon dan metabolit lain, tetapi fungsinya yang paling

    utama adalah mempertahankan volume dan komposisi cairan ekstraseluler dalam

    batas-batas normal. Tentu saja ini dapat terlaksana dengan mengubah ekskresi air

    dan solut, dimana kecepatan filtrasi yang tinggi memungkinkan pelaksanaan

    fungsi ini dengan ketepatan yang tinggi. Pembentukan renin dan eritropoietin

    serta metabolisme Vitamin D merupakan fungsi non-ekskretor yang penting.

    Sekresi renin berlebihan yang mungkin penting pada etiologi beberrapa bentuk

    hipertensi. Defisiensi eritropoietin dan pengaktifan vitamin D dianggap penting

    sebagai etiologi anemia penyakit tulang pada uremia.

    Ginjal juga penting sehubungan dengan degradasi insulin dan pembentukan

    sekelompok senyawa yang mempunyai makna endrokrin yang berarti yaitu

    prostagladin. Sekitar 20 persen dari insulin yang dibentuk oleh pankreas

    didegradasi oleh sel-sel tubulus ginjal. Akibatnya penderita diabetes yang

    menderita payah ginjal mungkin membutuhkan insulin yang jumlahnya lebih

    sedikit. Prostaglandin (PG) merupakan hormon asam lemak tidak jenuh yang

    terdapat dalam banyak jaringan tubuh. Medula ginjal membentuk PGA2 dan

  • 15

    PGE2 yang merupakan vasodilator potensial. Prostagladin mungkin mempunyai

    peranan penting dalam pengaturan aliran darah ginjal, pengeluaran renin dan

    reabsorbsi Na. Kekurangan prostaglandin mungkin juga ikut berperan dalam

    beberapa bentuk hipertensi ginjal sekunder,meskipun bukti-bukti yang ada yang

    ada sekarang ini masih kurang memadai

    C. Etiologi

    Hemodialisa dilakukan kerena pasien menderita gagal ginjal akut dan

    kronik akibat dari : azotemia, simtomatis berupa enselfalopati, perikarditis, uremia,

    hiperkalemia berat, kelebihan cairan yang tidak responsive dengan diuretic, asidosis

    yang tidak bisa diatasi, batu ginjal, dan sindrom hepatorenal.

    Penyebab Lazim gagal ginjal akut sbb (Price, 2005) :

    1. Azotemia prarenal (penurunan perfusi ginjal)

    a) Deplesi volume cairan ekstrasel (ECF) absolut

    1) Perdarahan : operasi besar, trauma, pascapartum

    2) Diuresis cairan dari gastrointestinal yang berat: muntah diare

    3) Kehilanagn cairan dari gastrointestinal yang berat : muntah,

    diare

    4) Kehilanagn cairan dari ruang ketiga : lukabakar, peritonitis,

    pankreatitis

    b) Penurunan volume sirkulasi arteri yang efektif

    1) Penurunan curah jantung : infark miokardium, disritmia, gagal

    jantung kongestif, tamponade jamtung, emboli paru

    2) Vasodilatasi perifer : sepsis, anafilaksis, obat : anestesi,

    antihipertensi, nitrat

  • 16

    3) Hipoalbuminemia : sindrom nefrotik, gagal hati (sirosis)

    c) Perubahan hemodinamik ginjal primer

    1) Penghambat sintesis prostaglandin : aspirin dan obat NSAID

    lain

    2) Vasodilatasi arteriol eferen : penghambat enzim pengonversi

    angiotensis, misalnya kaptopril

    3) Obat vasokontriktor: obat alfa adrenergik (misal, norepinefrin);

    angiotensin II

    4) Sindrom hepatorenal

    d) Obstruksi vaskular ginjal bilateral

    1) Stenosis arteri ginjal, emboli, trombosis

    2) Trombosis vena renalis bilateral

    2. Azotemia pascarenal (obstruksi saluran kemih)

    a) Obstruksi uretra: katub uretra, striktur uretra

    b) Obstruksi aliran keluar kandung kemih: hipertrofi prostat, karsinoma

    c) Obstruksi ureter bilateral (unilateral jika satu ginjal berfungsi)

    1) Intraureter: batu bekuan darah

    2) Ekstraureter (kompresi): fibosis retroperitoneal, neoplasma

    kandung kemih, prostat atau serviks, ligasi bedah yang tidak

    disengaja atau cedera

    3) Kandung kemih neurogenik

    d) Kandung kemih neurogenik

    3. Gagal ginjal akut instrinsik

    a) Nekrosis tubular akut

  • 17

    1) Pascaiskemik, syok, sepsis, bedah jantung terbuka, bedah aorta

    (semua penyebab azotemia prarenal berat)

    2) Nefrotoksik

    b) Penyakit vaskular atauglomerulus ginjal primer

    1) Glomerululonefritis progresif cepat atau pascastreptokokus

    akut

    2) Hipertensi maligna

    3) Serangan akut pada gagal ginjal kronik yang terkait pembatasan

    garam atau air

    c) Nefritis tubulointerstisial

    1) Alergi : beta laktam (penisilin, sefalosporin), sulfonamid

    2) Infeksi (misal: pielonefritis akut)

    D. Patofisiologi

    1. Gagal Ginjal Akut

    Gagal ginjal akut adalah hilangnya fungsi ginjal secara mendadak dan

    hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi tubular dan

    glomeruluar. Ini dimanfestasikan dengan anuria, oliguria atau volume urin

    normal. Anuria (kurang dari 50 ml urin per hari) dan normal haluran urin

    tidak seperti oliguria. Oliguria (urin kurang dari 400 ml per hari) adalah

    situasi klinis yang umum dijumpai pada gagal ginjal akut.

    Disamping volume urin yang diekskresikan, pasien gagal ginjal akut

    mengalami peningkatan kadar nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin

    serum dan retensi produk sampah metabolik lain yang normalnya

    diekskresikan oleh ginjal.

    Tiga kategori Utama kondisi penyebab gagal ginjal akut adalah :

  • 18

    a) Prarenal (hipoperfusi ginjal)

    b) Intrarenal (kerusakan aktual jaringan ginjal)

    c) Pascarenal (obstruksi aliran urin)

    Kondisi prarenal adalah masalah aliran darah akibat hipoperfusi ginjal

    dan turunnya laju filtrasi glomerulus. Kondisi klinis yang umum adalah

    status penipisan volume (hemoragi atau kehilangan cairan melalui saluran

    gastrointestinal), vasodilatasi (sepsis atau anafilaksis) dan gangguan fungsi

    jantung (infark miokardium, gagal jantung kongestif atau syok kardiogenik).

    Penyebab intrarenal gagal ginjal akut adalah akibat dari kerusakan

    struktur glomerulus atau tubulus ginjal. Kondisi seperti rasa terbakar, cedera

    akibat benturan dan infeksi serta agens nefrotoksik dapat menyebabkan

    nekrosis tubulus akut (ATN) dan berhentinya fungsi renal. Cedera akibat

    terbakar dan benturan menyebabkan pembahasan hemoglobin dan mioglobin

    (protein yang dilepaskan dari otot ketika terjadi cedera), sehingga terjadi

    toksik renal, iskemia atau keduanya. Reaksi tranfusi yang parah juga

    menyebabkan gagal intrarenal, hemoglobin dilepaskan melalui mekanisme

    hemolisis melewati membran glomerulus dan terkonsentrasi di tubulus ginjal

    menjadi faktor pencetus terbentuknya hemoglobin. Faktor penyebab lain

    adalah pemakaian obat-obat anti inflamasi nonsteroid (NSADID), terutama

    pada pasien lansia. Medikasi ini mengganggu prostaglandin yang secara

    normal melindungi aliran darah renal, menyebabkan iskemia ginjal.

    Pascarenal yang menyebabkan gagal ginjal akut dan oliguria belum

    diketahui, namun terdapat masalah mendasar yang menjadi penyebab.

    Beberapa faktor mungkin reversibel jika diidentifikasi dan ditangani dengan

    tepat, sebelum fungsi ginjal terganggu. Beberapa kondisi berikut

    menyebabkan pengurangan aliran darah renal dan gangguan fungsi ginjal :

    a) Hipovolemia

    b) Hipotensi

    c) Penurunan curah jantung dan gagal jantung kongestif

    d) Obstruksi ginjal atau traktus urinarius bawah akibat tumor,

    bekuan darah atau batu ginjal

  • 19

    e) Obstruksi vena atau arteri bilateral ginjal

    Jika kondisi ini tidak ditangani dan diperbaiki sebelum rusak secara

    permanen, peningkatan BUN, oliguria dan tanda-tanda lain yang berhubungan

    dengan ginjal akut dapat dikurangi.

    Terdapat empat tahapan klinik dari gagal ginjal akut, periode awal,

    periode oliguria, periode diuresis dan periode perbaikan.

    Pada tahap awal dengan awitan awal dan diakhiri dengan terjadinya

    oliguria.

    Periode oliguria (volume urin kurang dari 400 ml / 24 jam) disertai

    dengan peningkatan konsentrasi serum dari substansi yang biasanya

    diekskresikan oleh ginjal (urea, kreatinin, asam urat dan kation intraseluler-

    kalium dan magnesium). Jumlah urin minimal yang diperlukan untuk

    membersihkan produk sampah normal tubuh adalah 400ml. Pada tahap ini

    gejala uremik untuk pertamakalinya muncul, dan kondisi yang mengencam

    jiwa seperti hiperkalemia terjadi.

    Pada banyak pasien hal ini dapat merupakan penurunan fungsi ginjal

    disertai kenaikan retensi nitrogen, namun pasien masih mengekskresikan urin

    sebanyak 2 liter atau lebih setiap hari. Hal ini merupakan bentuk nonoligurik

    dari gagal ginjal dan terjadi terutama setelah antibiotik nefrotoksik diberikan

    diberikan pada pasien, dapat juga terjadi pada kondisi terbakar, cedera

    traumatik dan penggunaan anestesi halogen.

    Pada tahap ketiga, periode diuresis, pasien menunjukan peningkatan

    jumlah urin secara bertahap, disertai tanda perbaikan filtrasi glomerulus. Nilai

    laboratorium berhenti meningkat dan akhirnya menurun. Meskipun haluran

    urin mencapai kadar normal atau meningkat, fungsi renal masih dianggap

    normal. Tanda uremik mungkin masih ada, sehingga penatalaksanaan medis

    dan keperawatan masih diperlukan. Pasien harus dipantau dengan ketat akan

    adanya dehidrasi selama tahap ini, jika terjadi dehidrasi, tanda uremik

    biasanya meningkat.

  • 20

    Periode penyembuhan merupakan tanda perbaikan fungsi ginjal dan

    berlangsung selama 3 sampai 12 bulan. Nilai laboratorium akan kembali

    normal. Meskipun terdapat reduksi laju filtrasi glomerulus permanen sekitar 1

    – 3 %, tatapi hal ini sacara klinin tidak signifikan. (Smeltzer, 2002)

    2. Pathways Gagal Ginjal Akut

    Etilogi:

    Prerenal

    Intra renal

    Post renal

    Iskemia Perfusi glomerulus

    Tahanan Kerusakan glomerulus

    Vaskuler

    Ginjal Filtrasi glomerulus

    Dorongan BUN (Blood Urea Nitrogen)&serum

    Starting

    Peritubular Kelemahan otot Sistem imun Saluran cerna

    Ekskresi Na Intoleransi Fungsi ginjal

    Mual,muntah,

    Oedema Aktivitas anoreksia

    PH darah Kelebihan volume cairan Resiko infeksi

    Asidosis

    Metabolic Perubahan nutrisi kurang

    Ekspirasi CO2 dari kebutuhan tubuh

    Pola nafas tidak efektif

  • 21

    (Barbara C, 1996)

    3. Gagal Ginjal Kronik

    Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang

    normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadinya

    uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan

    produk sampah, maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia

    membaik setelah dialisis.

    Gangguan klirens renal, banyak masalah muncul pada gagal ginjal

    sebagai akibat dari penurunan jumlah glomeruli yang berfungsi, yang

    menyebabkan penurunan klirens subtansi darah yang seharusnya dibersihkan

    oleh ginjal.

    Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat dideteksi dengan

    mendapatkan urin 24 jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Menurunnya

    filtrasi glomerulus (akibat tidak berfungsinya glomeruli) klirens kreatinin

    akan menurun dan kadar kreatinin serum akan meningkat. Selain itu, kadar

    nitrogen urea darah (BUN) biasanya meningkat. Kreatinin serum merupakan

    indikator yang paling sensitif dari fungsi renal karena substansi ini

    diproduksi secara konstan oleh tubuh. BUN tidak hanya dipengaruhi oleh

    penyakit renal, tetapi juga oleh masukan protein dalam diet, katabolisme

    (jaringan dan luka RBC) dan medikasi seperti steroid.

  • 22

    Retensi cairan dan natrium, ginjal juga tidak mampu untuk

    mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal pada penyakit

    ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan

    cairan dan elektrolit sehari-hari, tidak terjadi. Pasien sering menahan natrium

    dan cairan, meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif

    dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivitas aksis renin

    angiostensin dan kerjasama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron.

    (Smeltzer, 2002)

    E. Manifestasi Klinik

    Menurut Speicher & Smith dan grace & borley, 2002 gambaran klinis gagal

    ginjal akut ditandai dengan tanda-tanda dan gejala-gejala sbb :

    1. Fase oliguri

    Gagal ginjalakut biasanya disertai penurunan mendadak fungsi ginjal dan

    peningkatan kadar nitrogen urea serum (SUN) dan kreatinin (azotemia).

    Tergantung waktu pasien pertama kali di jumpai dan jenis terapi yang

    diberikan, dapat ditemukan berbagai derajat penyulit berupa gangguan asam

    basa, elektrolit dan cairan asidosis metabolik, kadar kalium, fosfat dan sulfat

    meningkat serta kadar kalsium serum menurun. Pada fase ini biasanya

    berlangsung beberapa jam, hari bahkan minggu. Yang khas pada fase ini

    adalah :

    a. Oliguria

    b. Uremia : dispnea, bingung, pusing, koma

    c. Mual, muntah, tersedak, diare

    d. Anemia : koagulopati, perdarahan saluran cerna

  • 23

    e. Retensi cairan : hipovolemia, hipertensi

    f. Hiperkalemia : disritmia

    g. Asidosis

    2. Fase poliuria (penyembuhan)

    Pada fase pemulihan ditandai dengan naiknya filtrasi glomerulus secara

    progresif dan perbaikan keseimbangan asam basa, elektrolit dan cairan ke

    tingkat normal. Pada fase ini berlangsung beberapa hari atau minggu.

    Biasanya pasien akan mengalami :

    a. Poliuria : hipovolemi, hipotensi

    b. Hiponatremia

    c. Hipokalemia

    Sedangkan pada Gagal ginjal kronik manifestasi klasik uremia (secara harfiah)

    artinya urin dalam darah kini jarang ditemukan. Gagal ginjal kronis, sesuai dengan

    definisinya, berkembang lambat dan biasanya datang dengan letargi, malaise umum,

    anoreksia dan mual. Pruritus menyeluruh sering ditemukan. Impotensi, menstruasi

    tidak teratur dan hilangnya fertilitas adalah keluhan yang umum pada pasien dengan

    usia lebih muda. Pada uremia berat terdapat bau amis yang khas, cegukan, muntah,

    pruritus berat disertai eksoriasi kulit, pigmentasi kulit, neuropati perifer dan gangguan

    sistem saraf pusat yang menyebabkan letargi, stupor dan koma disertai kejang.

    Perikarditis bisa berhubungan dengan efusi dan temponade. (Rubenstein, 2002)

    F. Penatalaksanaan

    1. Prinsip Fisologi Dialisis

  • 24

    Dialise berdasarkan tiga prinsip : difusi, osmose dan ultrafiltrasi. Difusi

    berhubungan dengan pergeseran partikel-pertikel dari daerah konsentrasi yang

    tinggi ke daerah yang lebih rendah. Didalam tubuh ini terjadi melewati membran

    semipermiabel. Difusi berhubungan dengan keperluan pembersihan bahan yang

    terlarut dari tubuh pasien ke hemodialise dan peritoneal dialise. Difusi

    menyebabkan pergeseran urea, kreatinin dan uric acid dari darah pasien ke larutan

    dialisat. Larutan mengandung lebih sedikit partikel-partikel yang harus dibuang

    dari aliran darah dan harus ditambah konsentrasi partikel-partikel yang lebih

    tinggi. Karena dialisis tidak mengandung produk sisa protein, konsentrasi dari zat-

    zat ini di dalam darah akan berkurang karena peergeseran random partikel-partikel

    lewat membran semipermiabel ke dialisat. Prinsip yang sama berlaku untuk ion-

    ion potasium. Walaupun konsentrasi sel-sel eritrosit dan protein lebih tinggi

    didalam darah, molekul-molekulnya lebih besar dan tidak bisa berdisfusi melalui

    pori-pori dari membran karena itu tidak terbuang dari darah.

  • 25

    (diambil dari

    http://www.advancedrenaleducation.com/Portals/0/JPEG/Osmosis.jpg pada 11

    Februari 2012, 23.10 WIB)

    Osmone menyangkut pergeseran cairan lewat membran semipermiabel dari

    daerah yang kadar pertikel-partikel rendah ke darah yang kadar partikel lebih

    tinggi. Osmose bertanggung jawab atas pergeseran cairan dari pasien, terutama

    pada peritoneal dialise. Pada gambar memperlihatkan bahwa glukosa telah

    dibubuhkan ke dialisat untuk meningkatkan jonsentrasi partikel-partikel lebih

    tinggi dari yang terdapat pada aliran darah pasien. Cairan kemudian akan bergeser

    lewat pori-pori dari membran dari darah pasien ke dialisat.

    Ultrafiltrasi terdiri dari pergeeseran cairan lewat membran semipermiabel

    dampak dari ramuan tekanan yang dikreasikan secara buatan. Ultrafiltrasi lebih

    efisisen dari osmose untuk menggeser cairan dan dipergunakan pada dialise untuk

    tujuan tersebut. Pada waktu dialise, osmose dan difusi atau uultrafiltrasi dan difusi

    terjadi simultan. (Long, 1996)

    2. Prosedur

    Hemodialisa mencakup shunting / pengalihan arus darah dari tubuh pasien ke

    dialisator dimana terjadi difusi dan ultrafiltrasi dan kemudian kembali ke sirkulasi

    pasien. Untuk pelaksanaan hemodialisa terjadi yang masuk ke darah pasien, suatu

    mekanisme yang mentraspor darah ke dan dari dialisator, dan dialisator (daerah

    dimana terjadi pertukaran larutan elektrolit dan produk-produk sisa berlangsung).

    Sekarang terdapat lima cara utama agar terjadi yang masuk ke aliran darah pasien.

    Ini terdiri dari yang berikut :

    http://www.advancedrenaleducation.com/Portals/0/JPEG/Osmosis.jpg

  • 26

    a. Fistula aerteriovena

    b. External arteriovenous/arus arteriorvena eksternal

    c. Kateterisasi vena femoral

    d. Kateterisasi vena subklavia

    Indikasi – indikasi dan berbagi implikasi cara memasukan ke vaskuler untuk hemodialisa

    Tipe Indikasi Keuntungan Implikas-implikasi

    Keperawatan

    Kateterisasi

    vena lemoral

    Eksternal

    shunt

    Kateterisasi

    vena

    subclavia

    Fistual dan

    graft

    arteriovena

    1. Segera masuk 2. Agara terlihat

    segera masuk

    dalam waktu

    singkat

    1. Perlu waktu lama (mingguan atau

    bulanan) untuk

    masuk ke

    vaskuler

    2. Masuk dalam beberapa jam

    1. Langsung masuk 2. Waktu pendek

    atau panjang

    1. Perlu masuk yang permanen

    1. Mudah masuk 2. Dapat segera

    dipakai

    1. Mudah masuk 2. Dapat segera

    dipakai

    1. Aktifitas klien tidak terbatas

    2. Hanya diperlukan satu

    kateter

    1. Semua tempat masuk sangat

    kurang untuk

    infeksi

    2. Setelah ada memudahkan

    untuk masuk

    1. Mengkaji klien yang sering mengenai perdarahan pada tempat masuk

    2. Harus sering dibilas dengan larutan heparin agar tetap paten

    3. Teknik steril sangat penting bila mengenai kateter.

    1. Mengkajik lien yang sering mengenai perdarahan pada tempat masuk

    2. Mengkaji kepatenan masuk yang sering dan memperhatikan aliran darah

    lewat shunt

    3. Shunt merupakan tempat potensial menjadi infeksi

    1. Mengkaji klien yang sering mengenai perdarahan pada tempat masuk

    2. Teknik sterilitas diperlukan bila mengelola kateter

    3. Perlu dibilas dengan larutan heparin untuk pemeliharaan kepatenan

    1. Pengkajian fistula atau graft depalpasi atau austkultasi bruit/bunyi arus

    2. Pesankan kepada klien agar fistula tidak tertekan oleh baju yang ketat atau

    mengangkat sesuatu dengan lengan

    dibelokkan

    3. Klien diminta untuk mengkaji fistula mengenai tanda-tanda gejala infeksi,

    terdiri dari nyeri, merah bengkak atau

    sangat panas.

    Pengobatan dialisis berlangsung 3 sampai 5 jam tergantung kepada tipe

    dialisator yang dipakai dan jumlah waktu yang yang diperlukan demi koreksi cairan,

  • 27

    elektrolit, asam basa dan masalaah produk sisa yang ada. Dialise untuk masalah yang

    akut harus dilaksanakan tiap hari atau lebih sering berdasarkan kondisi pasien yang

    masih menjamin. Hemodialisa bagi orang dengan gaggal ginjal kronik biasanya

    dikerjakan dua atau tiga kali seminggu. (Long, 1996)

    2. Perawatan Pra Dialisa

    Sebelum prosedur pasien harus merasa terbiasa dengan melihat unit dialise. Ia

    harus mendapatkan penerangan apa yang akan dikerjakan dan apa yang akan

    dirasakan pada waktu pengobatan berlangsung. Pasien biasanga ingin mengetahuhi :

    a. Bentuk rasa nyeri yang bagaimana yang akan dialami selama

    pengobatan

    b. Berapa lama dan berapa kali dialisis akan dilakukan

    c. Apakan yang dirasakn selama dan setelah pengobatan (hemodialisa)

    d. Apa yang harus dikerjakan pada waktu dialise

    e. Keluarga pasien dapat hadir pada waktu terapi.

    Kegiatan pemantauan selama pada tahap ini meliputi :

    a. Mencatat berat badan

    b. Mengetahui garis dasar gejala vital

    c. Mengakaji kebanyakan cairan (udim pada pedis, periorbital, distensi

    vena leher kelainan bunyi nafas)

    d. Pengkajian kelancaran masuk ke vaskular dan gejala infeksi

    Bahan darah diambil untuk pemeriksaan kadar elektrolit dalam serum dan

    produk sisa dan status fisik pasien dikaji.

    Harus diberitahukan kepada pasien bahwa ia akan mengalami sedikit sakit

    kepala dan mual pada waktu pengobatan dan beberapa jam sesudahnya. Sakit kepala

  • 28

    adalah dampak dari perubahan cairan, asam dan basa, dan keseimbangan produk sisa

    selama dialisis. Gejala-gejala tersebut tidak boleh parah dan harus menjadi kurang

    setelah istirahat dan tidur, analgetik ringan atau anti piretik. Hipertensi postural bisa

    juuga terjadi dialisis, sifatnya transit dan disebabkan oleh kekurangan volume

    sekunder dampak dari pergeseran.hipotensi menyebabkan pusing dan kelenger.

    Dapat disembuhkan dengan istirahat beberapa jam. Pasien harus diyakinkan bahwa

    semua gejala tersebut adalah akan mereda, seringnya dipantau pada waktu sedang

    dilakukan prosedur dapat mengendalikan tingkat perubahan yang terjadi demikian

    juga gejala-gejala tersebut. (Long, 1996)

    3. Perawatan Pada Waktu Hemodialisa

    Bila pada pasien dipasang shunt eksternal tidak akan timbul nyeri pada

    permulaan dialise. Namun rasa nyeri sedikit akan tetap terasa bila sedang dilakukan

    fungsi vena pada fistula arteriovena. Pada umumnya suka dilakukan anesthesi

    dipusat-pusat dialise sebelum memasukan jarum.

    Asuhan keperawatan terdiri dari peningkatan kenyamanana fisik. Berbaring

    tanpa gerakan meskipun berlangsung beberapa jam dapat menimbulkan ketidak

    tenangan. Pergantian posisi dapat memberi kesadaran kepada keterbatasan gerakan.

    Pasien perlu berkumur bila mual dan muntah. Karena ekstremitas atas

    dipertahankanimobilitas pada waktu dialisa pasien perlu dibantu bila ada kegiatan

    yang dilakukan pakai kedua tangan.

    Aktifitas pada waktu dialisis hanya merupakan pilihan dari pasien. Sementara

    orang terus tidur selama pengobatan, yang lain membaca atau menegerjakan sesuatu.

  • 29

    Makan sedang dialise merupakan pilihan inddividu saja. Sementara orang bisa

    menjadis sangat lapar, sedangkan yang lain jadi mual karena bau darah. Para pasien

    menghendaki makan pada waktu dialise yang pada umumnya tidak diizinkan. Dalam

    praktek yang baik mengizinkan atau memperbolehkan makan pada waktu dialise

    adalah merupakan fisiologi masing-masing unit. Karena seringnya mual dan muntah

    dan disequilibilibrium yang sering dialami pasien lebih baik untuk tidak

    memperbolehkan makan pada waktu dialise agar dapat mencegah aspirasi yang

    potensial (Long, 1996).

    G. Komplikasi

    Komplikasi dari hemodialisa menurut (jevon, 2004) adalah sebagai berikut :

    1. Hemodialisis, akibat kerusakan sel darah merah ketika melewati pompa, dapat

    menyebabkan hiperkalemia dan henti jantung. Amati adanya nyeri dada dan

    dispnea. Darah didalam sirkuit vena mungkin memiliki tampilan “port wine”

    (Adam & Obsborne 1999)

    2. Embolisme udara : amati adanya nyeri dada dan dispnea

    3. Reaksi terhadap membran : jika menggunakan cuprophane (membran dializer)

    berbahand asar selulosa, dapat menyebabkan sindrom respon inflamasi sistemik

    (Hakim 1993) yang dapat menyebabkan lambatnya pemulihan ginjal dan

    peningkatan mortalitas (Hakim et al. 1994)

    4. Diskuilibrium : komplikasi ini disebabkan oleh pengeluaran ureum dan toksin

    uremik secara tiba-tiba dan pasien dapat mengalami nyeri kepala, muntah, gelisah,

    konvulsi dan koma (Adam 7 Osborne 1999)

    5. Infeksi : perhatian yang ketat harus diberikan untuk mempertahankan kondisi

    aseptik setiap saat

  • 30

    H. Pengkajian Fokus

    Pengkajian focus keperawatan yang perlu diperhatikan pada penderita gagal

    ginjal kronik menurut Doeges (2000), long (1996), jevon (2004) dan tucker (2000)

    ada berbagai macam, meliputi :

    a. Demografi

    Lingkungan yang tercemar oleh timah, cadmium, merkuri, kromium dan sumber

    air tinggi kalsium beresiko untuk gagal ginjal kronik, kebanyakan menyerang

    umur 20-50 tahun, jenis kelamin lebih banyak perempuan, kebanyakan ras kulit

    hitam.

    b. Riwayat penyakit dahulu

    Riwayat infeksi saluran kemih, penyakit peradangan, vaskuler hipertensif,

    gangguan saluran penyambung, gangguan kongenital dan herediter, penyakit

    metabolik, nefropati toksik dan neropati obstruktif.

    c. Riwayat kesehatan keluarga

    Riwayat penyakit vaskuler hipertensif, penyakit metabolik, riwayat menderita

    penyakit gagal ginjal kronik.

    d. Pola kesehatan fungsional

    1) Pemeliharaan kesehatan

    Penggunaan obat laksatif, diamox, vitamin D, antacid, aspirin dosis tinggi,

    personal hygiene kurang, konsumsi toxik, konsumsi makanan tinggi

    kalsium, purin, oksalat, fosfat, protein, kebiasaan minum suplemen,

  • 31

    control tekanan darah dan gula darah tidak teratur pada penderita tekanan

    darah tinggi dan diabetes mellitus.

    2) Pola nutrisi dan metabolik

    Perlu dikaji adanya mual, muntah, anoreksia, intake cairan inadekuat,

    peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan

    (malnutrisi), nyeri ulu hati, rasa metalik tidak sedap pada mulut

    (pernafasan amonia), penggunanan diuretic, demam karena sepsis dan

    dehidrasi.

    3) Pola eliminasi

    Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut), abdomen

    kembung, diare konstipasi, perubahan warna urin.

    4) Pola aktivitas dan latihan

    Kelemahan ekstrim, kelemahan, malaise, keterbatsan gerak sendi.

    5) Pola istirahat dan tidur

    Gangguan tidur (insomnia/gelisah atau somnolen)

    6) Pola persepsi sensori dan kognitif

    Rasa panas pada telapak kaki, perubahan tingkah laku, kedutan otot,

    perubahan tingkat kesadaran, nyeri panggul, sakit kepala, kram/nyeri kaki

    (memburuk pada malam hari), perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah,

    penglihatan kabur, kejang, sindrom “kaki gelisah”, rasa kebas pada

    telapak kaki, kelemahan khusussnya ekstremitas bawah (neuropati

    perifer), gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian,

    ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau.

  • 32

    7) Persepsi diri dan konsep diri

    Perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan, menolak,

    ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian,

    kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja,

    mempertahankan fungsi peran.

    8) Pola reproduksi dan seksual

    Penurunan libido, amenorea, infertilitas, impotensi dan atropi testikuler.

    e. Pengkajian fisik

    1) Keluhan umum : lemas, nyeri pinggang.

    2) Tingkat kesadaran komposmentis sampai koma.

    3) Pengukuran antropometri : berat badan menurun, lingkar lengan atas

    (LILA) menurun.

    4) Tanda vital : tekanan darah meningkat, suhu meningkat, nadi lemah,

    disritmia, pernapasan kusmaul, tidak teratur.

    5) Kepala

    a) Mata: konjungtiva anemis, mata merah, berair, penglihatan kabur,

    edema periorbital.

    b) Rambut: rambut mudah rontok, tipis dan kasar.

    c) Hidung : pernapasan cuping hidung

    d) Mulut : ulserasi dan perdarahan, nafas berbau ammonia, mual,muntah

    serta cegukan, peradangan gusi.

    6) Leher : pembesaran vena leher.

  • 33

    7) Dada dab toraks : penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan dangkal

    dan kusmaul serta krekels, nafas dangkal, pneumonitis, edema pulmoner,

    friction rub pericardial.

    8) Abdomen : nyeri area pinggang, asites.

    9) Genital : atropi testikuler, amenore.

    10) Ekstremitas : capirally refill time > 3 detik,kuku rapuh dan kusam serta

    tipis, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki, foot drop,

    kekuatan otot.

    11) Kulit : ecimosis, kulit kering, bersisik, warnakulit abu-abu, mengkilat atau

    hiperpigmentasi, gatal (pruritas), kuku tipis dan rapuh, memar (purpura),

    edema.

    f. Pemeriksaan penunjang

    Pemeriksaan penunjang pada gagal ginjal kronik menurut Doenges (1999)

    adalah :

    1) Urine

    a) Volume, biasnya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine tidak

    ada.

    b) Warna, secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus,

    bakteri, lemak, pertikel koloid, fosfat atau urat.

    c) Berat jenis urine, kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan

    kerusakan ginjal berat)

    d) Klirens kreatinin, mungkin menurun

    e) Natrium, lebih besar dari 40 meq/L karena ginjal tidak mampu

    mereabsobsi natrium.

  • 34

    f) Protein, derajat tinggi proteinuria (3-4 +) secara kuat menunjukkan

    kerusakan glomerulus.

    2) Darah

    a) Hitung darah lengkap, Hb menurun pada adaya anemia, Hb biasanya

    kurang dari 7-8 gr

    b) Sel darah merah, menurun pada defesien eritropoetin seperti azotemia.

    c) GDA, pH menurun, asidosis metabolik (kurang dari 7,2) terjadi karena

    kehilangan kemampuan ginjal untuk mengeksresi hydrogen dan amonia

    atau hasil akhir katabolisme prtein, bikarbonat menurun, PaCO2

    menurun.

    d) Kalium, peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai perpindahan

    seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan)

    e) Magnesium fosfat meningkat

    f) Kalsium menurun

    g) Protein (khusus albumin), kadar serum menurun dapat menunjukkan

    kehilangan protein melalui urine, perpindahan cairan, penurunan

    pemasukan atau sintesa karena kurang asam amino esensial.

    h) Osmolaritas serum: lebih beasr dari 285 mOsm/kg, sering sama dengan

    urin.

    3) Pemeriksaan radiologik

    a) Foto ginjal, ureter dan kandung kemih (kidney, ureter dan

    bladder/KUB): menunjukkan ukuran ginjal, ureter, kandung kemih, dan

    adanya obstruksi (batu).

    b) Pielogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi

    ekstravaskuler, masa

  • 35

    c) Sistouretrogram berkemih; menunjukkan ukuran kandung kemih,

    refluks kedalam ureter dan retensi.

    d) Ultrasonografi ginjal: menentukan ukuran ginjal dan adanya masa,

    kista, obstruksi pada saluran perkemuhan bagian atas.

    e) Biopsy ginjal: mungkin dilakukan secara endoskopik, untuk

    menentukan seljaringan untuk diagnosis hostologis.

    f) Endoskopi ginjal dan nefroskopi: dilakukan untuk menentukan pelis

    ginjal (keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif).

    g) Elektrokardiografi/EKG: mingkin abnormal menunjukkan

    ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa.

    h) Fotokaki, tengkorak, kolumna spinal dan tangan, dapat menunjukkan

    demineralisasi, kalsifikasi.

    i) Pielogram intravena (IVP), menunjukkan keberadaan dan posisi ginjal,

    ukuran dan bentuk ginjal.

    j) CT scan untuk mendeteksi massa retroperitoneal (seperti penyebararn

    tumor).

    k) Magnetic Resonan Imaging / MRI untuk mendeteksi struktur ginjal,

    luasnya lesi invasif ginjal

    I. Diagnosa Keperawatan

    Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut (Doenges, 2000) adalah sbb:

    1. Risiko tinggi terhadap kehilangan akses vaskular berhubungan dengan pembekuan

    perdarahan karena terlepasnya sambungan

    2. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan ultrafiltrasi

  • 36

    3. Risiko tinggi kelebihan volume cairan berhubungan dengan pemasukan cairan

    cepat/berlebih selama dialisa

    4. Berduka yang berhubungan dengan kehilangan fungsi ginjal, perubahan dan

    pembatasan gaya hidup, dan prognosis yang mengancam hidup

    5. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

    prosedur hemodialisa, perawatan di rumah dan instruksi evaluasi dan perawatan sisi

    akses

    J. Fokus Intervensi dan Rasional

    No

    Dx

    Tujuan & Kriteria

    Hasil

    Intervensi Rasional

    1 Tuj : kehilangan akses

    vaskular tidak terjadi

    KH :

    Tidak ada

    pembekuan

    perdarahan

    Jalan masuk

    vaskular

    paten dapat

    dipertahankan

    Mandiri :

    1. Awasi potensi aliran AV internal

    pada interval sering :

    Palpasi getaran distal

    Auskultasi untuk desiran

    Perhatikan warna darah atau

    pemisahan

    Mandiri :

    1. Rasional :

    Getaran disebabkan oleh turbulen

    darah arterial tekanana aliran yang

    masuk ke sistem tekanan vena yang

    lebih rendah dan harus dipalpasi diatas

    sisi keluarnya vena

    Desiran adalah bunyi yang

    disebabkan oleh turbulen aliran darah

    masuk ke sistem vena dan harus

    terdengar dengan stetoskop, meskipun

    mungkin sangat redup

    Perubahan warna dari merah sedang

    merah gelap keunguan menunjukan

    aliran darah lembam/pembekuan dini.

  • 37

    Palpasi kulit sekitar pirau untuk

    kehangatan

    2. Beritahu dokter atau lakukan

    prosedur penghilanagn

    pembekuan bila terdapat bukti

    kehilangan patensi pirau

    3. Evaluasi keluhan nyeri,

    kesemutan, perhatikan

    pembengkakan ekstremitas distal

    pada jalan masuk

    4. Hindarai trauma pada pirau,

    contoh menangani selang dengan

    perlahan, mempertahankan

    posisi kanula. Batasi aktivitas

    ekstremitas. Hindari mengukur

    TD atau mengambil darah dan

    ekstremitas yang ada pirau.

    Instruksikan pasien tidak tidur

    atau membawa beban, buku,

    dompet pada ekstremitas yang

    sakit

    5. Perdarahan:

    Pasang dua klem kanula pada

    balutan pirau. Sediakan torniket.

    Bila kanula terpisah, klem

    pertama pada arteri kemudian

    kanula vena. Bila selang lepas

    dari vena, klem kanula yang

    masih ditempatnya lakukan

    tekanan langsung pada sisi

    perdarahan. Pasang torniket

    diatasnya atau kembangkan

    Pemisah dalam selang indikatif

    pembekuan. Darah merah gelap

    kemudian cairan kuning jernih

    menunjukan pembekuan bekuan

    lengkap

    Penurunan aliaran darah akan

    mengakibatkan “kedinginan” pada

    pirau

    2. Intervensi cepat dapat mengamankan

    jalan masuk, namun penghilanagn

    pembekuan harus dilakukan oleh

    petugas berpengalaman

    3. mengindikasikan ketidakadekuatan

    suplai darah

    4. Menurunkan risiko

    pembekuan/pemutusan

    5. mencegah kehilangan darah masif

    kanula terpisah atau pirau berubah

    posisi sambil menunggu bantuan medik

  • 38

    balon pada tekanan diatas TD

    sistolik pasien.

    6. Infeksi :

    Kaji kulit sekitar akses

    vaskular, perhatikan

    kemerahan, pembengkakan,

    hnagat lokal, eksudat, nyeri

    tekan

    Hindari kontaminasi pada sisi

    akses, gunakan teknik aseptik

    dan masker bila memberikan

    perawatan pirau mengganti

    balutan dan bila melakukan

    proses dialisa.

    Awasi suhu, perhatikan adanya

    demam,mengigil, hipotensi

    Kolaborasi :

    7. Contoh kultur sisi/darah sampel

    sesuai indikasi

    8. Berikan obat sesuai indikasi,

    contoh :

    Heparin (dosis rendah)

    Antibiotik (sistemik atau topikal)

    6. Rasional infeksi :

    Tanda infeksi lokal, dapat menjadi

    sepsis bila tak diatasi

    Mencegah introduksi organisme

    penyebab infeksi

    Tanda infeksi/sepsis yang

    memerlukan intervensi medik cepat

    Kolaborasi :

    7. Menentukan adanya patogen

    8. Rasional :

    Infus pada sisi arterial filter untuk

    mencegah pembekuan pada filtrasi

    tanpa efek samping sistemik

    Pengobatan cepat infeksi dapat

    mengamankan jalan masuk, mencegah

    sepsis

    2 Tuj : Mempertahankan

    keseimbangan volume

    cairan

    KH :

    Berat badan

    dan TD stabil

    Turgor kulit

    baik

    Membran

    mukosa

    Mandiri :

    1. Ukur semua sumber pemasukan dan

    pengeluaran. Lakukan ini setiap hari

    2. Timbang tiap hari sebelum/sesudah

    Mandiri :

    1. Membantu mengevaluasi status cairan,

    khususnya bila dibandingkan dengan

    berat badan. Catatan : haluran urine

    adalah evaluasi tidak akurat dari fungsi

    ginjal pada pasien dialisa. Beberapa

    orang menunjukan haluran urine

    dengan sedikit klirens ginjal, yang lain

    menunjukan oliguria atau anuria.

    2. Penurunan berat badan waktu

  • 39

    lembab

    Tak ada

    perdarahan

    dialisa dilakukan

    3. Awasi TD, nadi dan tekanan

    hemodinamik bila tersedia selama

    dialisa

    4. Pastikan kontinuitas kateter

    pirau/akses

    5. Lakukan balutan eksternal pirau.

    Jangan izinkan suntikan nada pirau

    6. Tempatkan pasien pada posisi

    terlentang/trandelenburg sesuai

    kebutuhan

    7. Kaji adanya perdarahan terus-

    menerus atau perdarahan besar pada

    sisi akses, membran mukosa,

    insisi/luka.

    Kolaborasi :

    8. Awasi pemeriksaan laboratorium

    sesuai indikasi :

    Hb/Ht

    Elektrolit serum dan pH

    Waktu pembekuan, contoh

    ACT, PT/PTT dan jumlah

    trombosit

    9. Berikan cairan IV (contoh garam

    faal) / volume ekspander (contoh

    albumin) selama dialisa sesuai

    indikasi.

    pengukuran dengan tepat adalah

    pengukuran ultrafiltrasi dan

    pembuangan cairan

    3. Hipotensi, takikardi, penurunan

    tekanan hemodinamik menunjukan

    kekurangan cairan

    4. Terputusnya pirau/akses terbuka akan

    memungkinkan eksanguinasi

    5. Meminimalkan stres pada pemasukan

    kanula untuk menurunkan perubahan

    posisi yang kurang hati-hati dan

    perdarahan pada sisi tersebut

    6. Memaksimalkan aliran balik vena bila

    terjadi hipotensi

    7. Heparinisasi sistemik selama dialisa

    meningkatkan waktu pembekuan dan

    menempatkan pasien pada risiko

    perdarahan, khususnya selama 4 jam

    pertama setelah prosedur.

    Kolaborasi :

    8. Rasional :

    Menurun karena anemia, hemodilusi

    atau kehilangan darah aktual

    Ketidakseimbangan dan memerlukan

    perubahan dalam cairan dialisa atau

    tambahan pengganti untuk mencapai

    keseimbangan

    Penggunaan heparin untuk mencegah

    pembekuan pada aliran darah dan

    hemofilter mengubah koagulasi dan

    potensial perdarahan aktif

    9. Cairan garam faal/dekstrosa, elektrolit

    dan NaHCO3 mungkin diinfuskan dalam

    sisi vena hemofolter CAV bila kecepatan

    ultrafiltrasi tinggi digunakan untuk

    membuang cairan ekstraselular dan

  • 40

    10. Penurunan kecepatan ultrafiltrasi

    selama dialisa sesuai indikasi

    cairan toksik. Volume ekspander

    mungkin dibutuhkan selama/setelah

    hemodialisa bila terjadi hipotensi tiba-

    tiba/nyata

    10. Menurunkan jumlah air selama

    dibuang dan dapat memperbaiki

    hipotensi/hipovolemia

    3 Tuj : Mempertahankan

    berat badan dalam

    batas normal

    KH :

    Pasien bebas

    edema

    Bunyi nafas

    jelas

    Kadar

    natrium

    dalam batas

    normal

    Mandiri :

    1. Ukur semua sumber pemasukan

    dan pengeluaran. Timbang

    dengan rutin

    2. Awasi TD, nadi

    3. Perhatikan adanya edema

    perifer/sakral, pernafasan

    gemericik, dispnea, ortopnea,

    distensi vena leher, perubahan

    EKG menunjukan hipertrofi

    ventrikel.

    4. Perhatikan perubahan mental

    Kolaborasi :

    5. Awasi kadar natrium serum.

    Batasi pemasukan natrium sesuai

    indikasi

    6. Batasi pemasukan per oral cairan

    IV sesuai indikasi, pemberian

    jangka waktu memungkinkan

    cairan sepanjang periode 24 jam

    Mandiri :

    1. Membantu mengevaluasi status cairan

    khususnya bila dibandingkan dengan

    berat badan. Peningkatan berat badan

    antara pengobatan harus tidak lebih

    dari 0,5 kg/hari

    2. Hipertensi dan takikardia antara

    hemodialisa dapat diakibatkan oleh

    kelebihan cairan dan atau gagal

    jantung

    3. Kelebihan cairan karena tidak

    efektifnya dialisa atau hipervolemia

    berulang diantara pengobatan dialisa

    dapat menyebabkan/eksaserbasi gagal

    jantung, seperti diindikasikan oleh

    tanda/gejala kongestive vena

    sistematik atau pernafasan.

    4. Kelebihan cairan/hipervolemia,

    berpotensi untuk edema serebral

    (sandrom disekuilibrium)

    Kolaborasi :

    5. Kadar natrium tinggi dihubungkan

    dengan kelebihan cairan, edema,

    hipertensi dan komplikasi jantung

    6. Hemodialisa intermiten mengakibatkan

    retensi/kelebihan cairan antara

    prosedur dan dapat memerlukan

    pembatasan cairan. Jarak cairan

    membantu mengurangi haus.

  • 41