6 BAB II KONSEP DASAR I. Konsep Penyakit A. Pengertian Tifus abdominalis adalah penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh salmonella thypii, yang dapat ditularkan melalui makanan, mulut atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman salmonella thypii. ( Hidayat, 2006 ) Demam thypoid adalah infeksi demam sistemik akut yang nyata pada fogosit mononuclear dan membutuhkan tatanama yang terpisah (Smeltzer, 2001). Demam enterik adalah sindrom klinis sitemik yang dihasilkan oleh organisme salmonella tertentu. ( Nelson, 1999 ). Thypoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari tujuh hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran ( Mansjoer, 1999 ) B. Fisiologi Fungsi primer saluran pencernaan adalah menyediakan suplai terus - menerus pada tubuh akan air, elektrolit dan zat gizi. Sistem pencernaan dimulai pada saat makanan masuk kedalam mulut dan di hancurkan oleh gigi. Penglihatan, penciuman dan pengecap makanan
35
Embed
BAB II KONSEP DASAR I. Konsep Penyakit A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-shanandber... · Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis ( bakteremia
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
6
BAB II
KONSEP DASAR
I. Konsep Penyakit
A. Pengertian
Tifus abdominalis adalah penyakit infeksi yang terjadi pada usus
halus yang disebabkan oleh salmonella thypii, yang dapat ditularkan
melalui makanan, mulut atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman
salmonella thypii. ( Hidayat, 2006 )
Demam thypoid adalah infeksi demam sistemik akut yang nyata
pada fogosit mononuclear dan membutuhkan tatanama yang terpisah
(Smeltzer, 2001). Demam enterik adalah sindrom klinis sitemik yang
dihasilkan oleh organisme salmonella tertentu. ( Nelson, 1999 ).
Thypoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari tujuh hari,
gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran ( Mansjoer, 1999 )
B. Fisiologi
Fungsi primer saluran pencernaan adalah menyediakan suplai
terus - menerus pada tubuh akan air, elektrolit dan zat gizi. Sistem
pencernaan dimulai pada saat makanan masuk kedalam mulut dan di
hancurkan oleh gigi. Penglihatan, penciuman dan pengecap makanan
7
mencetuskan saliva oleh reflek saraf. Saliva melumaskan makanan dan
memungkinkan makanan untuk diubah menjadi massa yang lunak atau
bolus. Sebagian makanan dihancurkan kemudian dapat lebih
menstimulasi reseptor-reseptor pengecap. Selain fungsi ini saliva juga
mengandung enzim ptialin yang memulai pemecahan karbohidrat
menjadi gula sederhana. Saliva di sekresi oleh 3 kelenjar utama yaitu :
a. Kelenjar parotis yang menghasilkan saliva yang banyak mengandung
air.
b. Kelenjar sublingual.
c. Kelenjar submandibular yang menghasilkan saliva berair dan
berlendir ( Mansjoer, 1999 ).
C. Etiologi
Tifus abdominalis disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella
paratyphi A, salmonella paratyphi B, salmonella paratyphi C
( Mansjoer, 1999 ).
Salmonella typhosa, merupakan basil gram negatif yang bergerak
dengan bulu getar, tidak berspora. Mempunyai sekurang - kurangnya tiga
macam antigen yaitu :
a. Antigen O ( Ohne Hauch ) yaitu somatic antigen ( tidak menyebar ),
terdiri dari zat kompleks lipopolisakarida.
b. Antigen H ( Hauch / menyebar ) terdapat pada flagella.
c. Antigen Vi merupakan polisakarida kapsul verilen.
8
Ketiga jenis antigen tersebut didalam tubuh manusia akan
menimbulkan pembentukan tiga macam antibody yang lazim disebut
aglutinin.
D. Patofisiologi
Kuman salmonella typhosa masuk kedalam saluran cerna,
bersama makanan dan minuman, sebagian besar akan mati oleh asam
lambung HCL dan sebagian ada yang lolos ( hidup ), kemudian kuman
masuk kedalam usus ( plag payer ) dan mengeluarkan endotoksin
sehingga menyebabkan bakterimia primer dan mengakibatkan
peradangan setempat, kemudian kuman melalui pembuluh limfe akan
menuju keorgan RES terutama pada organ hati dan limfe.
Diorgan RES ini sebagian kuman akan difagosif dan sebagian
tidak difagosif akan berkembang biak dan akan masuk kedalam
pembuluh darah sehingga menyebar keorgan lain, terutama usus halus
sehingga menyebabkan peradangan yang mengakibatkan malabsorbsi
nutrient dan hiperperistaltik usus sehingga terjadi diare. Pada
hipotalamus akan menekan termoregulasi yang mengakibatkan demam
remiten dan terjadi hipermetabolisme tubuh akibatnya tubuh menjadi
mudah lelah.
Selain itu endotoksin yang masuk kepembuluh darah kapiler
menyebabkan roseola pada kulit dan lidah hipermi. Konstipasi bisa
menyebabkan komplikasi intestinal ( perdarahan usus, perfarasi,
9
peritonitis ) dan ekstra intestinal ( pneumonia, meningitis ).
Endotoksi salmonella typhi membatu terjadiya proses inflamasi
lokal pada jaringan tempat salmonella typhi berkembang biak. Namun
pada typhi di sebabkan karena salmonella typhi dan endotoksinya
merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada
jaringan yang meradang dalam perkembangbiakan kuman dapat
mengakibatkan hipertropi splenomegali terjadi penekanan pada usus
menyebabkan nyeri ( Mansjoer, 1999 ).
E. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik demam typoid pada anak biasanya lebih ringan
dari pada orang dewasa. Masa tunas: 10 - 20 hari. Yang tersingkat 4 hari
jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman
yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala
prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala., pusing
dan tidak bersemangat, nafsu makan kurang. Menyusul manifestasi klinik
yang biasa ditemukan ialah :
1. Demam
Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris
remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu
tubuh berangsur - angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada
pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam
minggu kedua pasien terus berada dalam keadaan demam; pada
10
minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali pada akhir
minggu ketiga.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan
pecah-pecah. Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue),
ujung dan tepinya iemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen
ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa
membesar disertai nyeri perabaan. Biasanya sering terjadi konstipasi
tetapi juga dapat diare atau normal.
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walapun tidak berapa dalam,
yaitu apatis sampai somnolen, jarang sopora koma atau gelisah
(kecuali penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan ).
Disamping gejala – gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya.
Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola, yaitu
bintik – bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit
yang dapat ditemukan pula bradikardia dan epistaksis pada anak
besar
11
F. Komplikasi
Dapat terjadi :
1. Pada usus halus
a. Pendarahan usus.
Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja
dengan benzidin. Jika perdarahan banyak terjadi melena, dapat
disertai nyeri perut dengan tanda – tanda ranjatan.
b. Perforasi usus
Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi
pada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritontis
hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di rongga peritoneum
c. Peritonitis
Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi
usus. Ditemukan gejala abdomen akut, nyeri perut yang hebat,
dinding abdomen tegang (defense muscular) dan nyeri tekan.
2. Di luar usus
Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis ( bakteremia ),
yaitu meningtis, kolesistitis, ensefolopati. Terjadi karena infeksi
sekunder yaitu bronkopneumonia
12
G. Penatalaksanaan
Pengobatan demam thypoid terdiri atas 3 bagian yaitu:
1. Perawatan
Pasien demam thypoid perlu dirawat di rumah sakit untuk
isolasi, observasi dan pengobatan. Pasien harus tirah baring absolut
sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14
hari. Maksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadi komplikasi
perdarahan usus atau perforasi usus. Mobilisasi pasien dilakuakan
secara bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
Pasien dengan kesadaran yang menurun, posisi tubuhnya
harus di ubah - ubah pada waktu - waktu tertentu untuk menghindari
komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus. Defekasi dan buang
air kecil perlu diperhatikan, karena kadang terjadi obstipasi dan
retensi air kemih
2. Diet
Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi
protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak
merangsang dan tidak menimbulkan gas. Susu 2 gelas sehari. Bila
kesadaran menurun diberikan makanan cair melalui sonde lambung.
Jika kesadaran dan nafsu makan baik dapat juga di berikan makanan
lunak. Beberapa penelitian manunjukan bahwa pemberian makanan
padat dini, yaitu nasi dengan lauk- pauk rendah selulosa (pantang
sayuran dengan serat kasar ) dapat di berikan dengan aman.
13
3. Obat.
Obat – obat anti mikroba yang sering dipergunakan ialah:
a. Kloramfenikol.
Belum ada obat anti mikroba yang dapat menurunkan demam
lebih cepat dibandingkan dengan kloramfenikol. Dosis untuk
orang dewasa 4 x 500 mg sehari oral atau intravena sampai 7
hari bebas demam. Dengan penggunan kloramfenikol, demam
pada demam tifoid turun rata - rata setelah 5 hari.
b. Tiamfenikol.
Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada demam thypid sama
dengan kloramfenikol komplikasi pada hematologis pada
penggunan tiamfenikol lebih jarang dari pada kloramfenikol.
Dengan tiamfemikol demam pada demam tifoid turun setelah
rata - rata 5 - 6 hari.
c. Ko-trimoksazol ( kombinasi dan sulfamitoksasol ).
Dosis itu orang dewasa, 2 kali 2 tablet sehari, digunakan sampai
7 hari bebas demam ( 1 tablet mengandung 80 mg trimitropin
dan 400 mg sulfametoksazol ). Dengan kontrimoksazol demam
pada demam tifoid turun rata - rata setelah 5 - 6 hari.
d. Ampicillin dan Amoksisilin.
Indikasi mutlak pengunaannya adalah pasien demam thypid
dengan leokopenia. Dosis yang dianjurkan berkisar antara 75 -
150 mg / kg berat badan sehari, digunakan sampai 7 hari bebas
14
demam. Dengan ampicillin dan amoksisilin demam pada demam
tifoid turun rata - rata setelah 7 - 9 hari.
e. Sefalosforin generasi ketiga.
Beberapa uji klinis menunjukan sefalosporin generasi ketiga
amtara lain sefiperazon, seftriakson dan cefotaksim efektif untuk
demam thypoid, tatapi dan lama pemberian yang oktimal belum
diketahui dengan pasti.
f. Fluorokinolon.
Fluorokinolon efektif untuk untuk demam thypoid, tetapi dosis
dan lama pemberian yang optimal belum diketahui dengan pasti.
Obat-obat Simtomatik:
1. Antipiretika
Antipiretika tidak perlu diberikan secara rutin pada setiap pasien
demam thypoid, karena tidak dapat berguna.
2. Kortikosteroid
pasien yang toksik dapat diberikan kortikosteroid oral atau
parenteral dalam dosis yang menurun secara bertahap ( Tapering
off ) selama 5 hari. Hasilnya biasanya sangat memuaskan,
kesadaran pasien menjadi jernih dan suhu badan cepat turun
sampai normal. Akan tetapi kortikosteroid tidak boleh diberikan
tanpa indikasi, karena dapat menyebabkan perdarahan intestinal
dan relaps.
15
H. Pathways
Makanan terkontaminasi salmonella
Mulut
HCL ( Lambung )
Hidup Tidak hidup
Usus terutama plag peyer
Kuman meneluarkan endotoksin
Bakteriema primer
Difogosit Tidak difogosit
Mati Bakteriema sekunder
Pembuluh darah usus halus Hipotalamus Hepar
Kapiler peradangan menekan Hipotasplenom
Procesia Tidak Mal absorbsi termoreguler endotoksin
pada kulit hiperemi nutrien Hipertermi merusak hepar
Hiperperistaltik cepat lelah
Perubahan nutrisi Usus Intoleransi SGOT / SGPT
Kurang dari Diare aktifitas
Kebutuhan tubuh bedrest
reinterkasi usus
Intestinal komplikasi ekstraintestinal
- perdarahan usus - pneumonia
- peritonitis - meningitis
16
I. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d arbsorpsi nutrisi
2. Hipertermi b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada
hipotalamus
3. Resiko tinggi kurang volume cairan b/d kehilangan cairan sekunder