Top Banner
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini akan membahas kajian teori yang berisi tentang dua bahasan. Bahasan yang pertama akan dijelaskan secara rinci pengertian LKS, fungsi dan kegunaan LKS, jenis-jenis LKS, syarat-syarat penulisan LKS, dan langkah- langkah penyusunan LKS. Bahasan yang kedua berisi tentang pembelajaran tematik terintegrasi, pembelajaran saintifik di SD, serta LKS dengan konsep tematik terintegrasi. Selain kajian teori bab ini berisi kajian hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis pengembangan berkenaan dengan pengembangan bahan ajar LKS yang akan peneliti susun. 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori akan membahas pengertian dari LKS, pembelajaran dengan konsep tematik terintegrasi, pendekatan saintifik, dan bagaimana pengembangan LKS. Pembahasannya akan dijabarkan sebagai berikut. 2.1.1 LKS 2.1.1.1 Pengertian LKS Dalam pencapaian keberhasilan suatu pembelajaran khususnya di SD, banyak faktor pendukung yang harus dimiliki dan digunakan guru maupun siswa, baik berupa metode, media pembelajaran, dan bahan ajar, baik berupa cetak maupun non cetak. Salah satu sumber pembelajaran cetak yang paling banyak digunakan untuk membantu pencapaian pembelajaran adalah LKS. Terdapat beberapa pandangan dan pendapat mengenai pengertian LKS. Sebagaimana diungkap dalam Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar (Diknas, 2004) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Suatu tugas yang diperintahkan dalam Lembar Kerja Siswa harus jelas kompetensi dasar yang harus dicapai. LKS yang baik dan sesuai dengan tuntutan kebutuhan pendidikan di era ini, merupakan LKS yang dapat mengembangkan pemikiran dan kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah, maupun menemukan hal yang baru dalam pemantapan dan pemahaman materi ajar. Pernyataan ini sesuai dengan
25

BAB II KAJIAN PUSTAKA...mandiri oleh siswa diharapkan dapat menumbuhkan pemikiran yang aktif dan kretif, melalui rangkuman dan latihan soal yang terdapat di dalam LKS. 2.1.1.2 Fungsi

Jan 28, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    Bab ini akan membahas kajian teori yang berisi tentang dua bahasan.

    Bahasan yang pertama akan dijelaskan secara rinci pengertian LKS, fungsi dan

    kegunaan LKS, jenis-jenis LKS, syarat-syarat penulisan LKS, dan langkah-

    langkah penyusunan LKS. Bahasan yang kedua berisi tentang pembelajaran

    tematik terintegrasi, pembelajaran saintifik di SD, serta LKS dengan konsep

    tematik terintegrasi. Selain kajian teori bab ini berisi kajian hasil penelitian yang

    relevan, kerangka pikir, dan hipotesis pengembangan berkenaan dengan

    pengembangan bahan ajar LKS yang akan peneliti susun.

    2.1 Kajian Teori

    Pada kajian teori akan membahas pengertian dari LKS, pembelajaran

    dengan konsep tematik terintegrasi, pendekatan saintifik, dan bagaimana

    pengembangan LKS. Pembahasannya akan dijabarkan sebagai berikut.

    2.1.1 LKS

    2.1.1.1 Pengertian LKS

    Dalam pencapaian keberhasilan suatu pembelajaran khususnya di SD,

    banyak faktor pendukung yang harus dimiliki dan digunakan guru maupun siswa,

    baik berupa metode, media pembelajaran, dan bahan ajar, baik berupa cetak

    maupun non cetak. Salah satu sumber pembelajaran cetak yang paling banyak

    digunakan untuk membantu pencapaian pembelajaran adalah LKS. Terdapat

    beberapa pandangan dan pendapat mengenai pengertian LKS. Sebagaimana

    diungkap dalam Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar (Diknas, 2004) LKS

    adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik.

    Suatu tugas yang diperintahkan dalam Lembar Kerja Siswa harus jelas

    kompetensi dasar yang harus dicapai.

    LKS yang baik dan sesuai dengan tuntutan kebutuhan pendidikan di era

    ini, merupakan LKS yang dapat mengembangkan pemikiran dan kemampuan

    siswa dalam memecahkan suatu masalah, maupun menemukan hal yang baru

    dalam pemantapan dan pemahaman materi ajar. Pernyataan ini sesuai dengan

  • 8

    yang dikemukakan oleh Muslimin Ibrahim (dalam Trianto (2011:244) yang

    menyatakan bahwa LKS digunakan untuk mengaktifkan siswa, membantu siswa

    dalam menemkan dan mengembangkan konsep, melatih siwa menemukan konsep,

    menjadi alternative cara penyajian materi pelajaran yang menekanan keaktifan

    siswa, serta dapat memotivas siswa.

    Dari beberapa pendapat ahli yang sudah diuraikan dapat didefinisikan

    bahwa, pada dasarnya LKS merupakan sekumpulan ringkasan dari materi

    pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dan pembelajaran yang sudah

    didapat siswa, serta terdapat latihan untuk siswa yang disusun secara terstruktur

    langkah demi langkah secara teratur dan sistematis, sehingga siswa dapat

    mengikutinya dengan mudah. Oleh karena itu, LKS yang dikerjakan secara

    mandiri oleh siswa diharapkan dapat menumbuhkan pemikiran yang aktif dan

    kretif, melalui rangkuman dan latihan soal yang terdapat di dalam LKS.

    2.1.1.2 Fungsi dan Kegunaan LKS

    LKS yang disesuaikan dengan materi dan pembelajaran yang didapat

    siswa, akan menunjang serta mempermudah pemahaman siswa dalam penguasaan

    materi. Hal ini sesuai yang disampaikan oleh Andi Prastowo (2011: 205-207)

    menyatakan bahwa LKS sangat penting dalam pembelajaran, yang tidak lepas dari

    pengkajian tentang fungsi, tujuan, dan kegunaan LKS itu sendiri. Berikut adalah

    penjabaran dari masing-masing kajian tersebut.

    Terdapat empat fungsi dari LKS sebagai berikut.

    a) Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun

    lebih mengaktifkan peserta didik;

    b) Sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk memahami

    materi yang diberikan;

    c) Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih; serta

    d) Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.

    Dalam hal ini paling tidak ada empat poin yang menjadi tujuan

    penyusunan LKS, yaitu :

    a) Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk

    berinteraksi dengan materi yang diberikan;

  • 9

    b) Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan peserta didik

    terhadap materi yang diberikan;

    c) Melatih kemandirian belajar peserta didik; dan

    d) Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik.

    Sehingga dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa, LKS disusun untuk

    mempermudah guru maupun siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran,

    menuntun siswa untuk bekerja dan memecahkan masalah secara mandiri.

    Sehingga secara tidak langsung akan membentuk karakter yang pekerja keras,

    tidak mudah menyerah yang ditunjukkan dalam memecahkan suatu masalah

    melalui pengerjaan tugas secara mandiri. Serta LKS juga berguna untuk melatih

    siswa dalam mengembangkan pemikirannya untuk lebih aktif dan kreatif.

    Mengenai kegunaan LKS bagi kegiatan pembelajaran tentu saja ada cukup

    banyak kegunaan. Bagi pendidik misalnya, melalui LKS meraka mendapat

    kesempatan untuk memancing peserta didik agar secara aktif terlibat dengan

    materi yang dibahas. Salah satu metode yang biasa diterapkan untuk mendapatkan

    hasil yang optimal dari pemanfaatn LKS adalah metode “SQ3R” atau Surey,

    Question, Read, Recite, and Review (menyurvei, membuat, pertanyaan, membaca,

    meringkas, dan mengulang). Adapun penjelasan masing-masing tahap itu adalah

    sebagai berikut.

    Pertama, tahap survey. Pada kegiatan ini, peserta didik diminta untuk

    membaca secara sepintas keseluruhan materi, termasuk membaca ringkasan

    materi jika diberikan. Kedua, taham question. Pada kegiatan ini, peserta didik

    diminta untuk menuliskan beberapa pernyataan yang harus merka jawab sendiri

    pada saat membaca materi yang diberikan.

    Ketiga, tahap read. Pada kegiatan ini, peserta didik dirangsang untuk

    memperhatikan pengorganisasian materi dan membubuhkan tanda tangan khusus

    pada matiri yang diberikan. Contohnya, peserta didik diminta untuk

    membubuhkan tanda kurung pada ide utama, menggarisbawahi rincian yang

    menujang ide utama, dan menjawab pertanyaan yang sudah kita siapkan pada

    tahap question.

  • 10

    Keempat, tahap recite. Pada kegiatan ini, peserta didik, diminta untuk

    menguji diri merka sendiri pada saat membaca, kemudian diminta untuk

    meringkas materi menggunakan kalimat mereka sendiri. Kelima, tahap reviw.

    Pada tahap ini, peserta didik diminta sesegera mungkin untuk melihat kembali

    materi yang sdah selesai dipelajari sesaat setelah selesai mempelajri materi

    tersebut.

    Jadi dalam penggunaan dan pemanfaatkan LKS yang sudah dijabarkan,

    dapat disimpulkan bahwa, siswa tidak serta merta hanya mengerjakan soal-soal

    dan latihan yang tersaji didalamnya saja. Namun sebelum itu juga mereka harus

    melalui proses berupa pengamatan dan pemahaman materi secara menyeluruh

    sesuai dengan petunjuk-petunjuk pengerjaan LKS. Dengan demikian apabila

    siswa sudah mampu melalui langkah demi langkah untuk pemahaman dan

    pengerjaan tugas dalam LKS secara mandiri, diharapkan kedepannya mereka bisa

    menerapkan proses ilmiah yang terdapat dalam LKS untuk diterapkan pada

    pemecahan suatu masalah pembelajaran lainnya.

    2.1.1.3 Jenis-jenis LKS

    Sama halnya dengan bahan ajar yang memilki banyak variasi, seperti

    macam-macam komik pembelajaran, dan modul. LKS pun juga memilki berbagai

    jenis yang memilki fungsi yang bergam, seperti yang dijabarkan oleh

    (Muhammad Rohman, 2013), mengenai jenis-jenis LKS dan berikut

    penjelasannya:

    a. LKS yang Membantu Siswa Menemukan Suatu Konsep

    LKS ini menyajikan suatu fenomena sederhana baik itu yang terjadi di

    lingkungan sosial anak maupun fenomena-fenomena alam yang berkaitan dengan

    materi ajar. Siswa diminta untuk mengamati fenomena tersebut. Selama proses

    mengamati ini, aktivitas mental siswa berlangsung berupa menalar, menganalisis,

    dan sebagainya. Proses ini merupakan proses mengonstruksi ilmu pengetahuan

    yang ada dalam otak siswa dan menghubungkan dengan pengetahuan baru yang

    didapatnya. Setelah proses konstruksi ini maka siswa akan mendapatkan atau

    menemukan konsep baru berkaitan dengan materi yang dipelajarinya. Penemuan

    konsep baru ini tidak lepas dari bimbingan guru berupa penyajian pertanyaan-

  • 11

    pertanyaan analisis untuk membantu siswa mengaitkan fenomena yang diamati

    dengan konsep baru yang akan dibangun siswa dalam benaknya.

    b. LKS yang Membantu Siswa Menerapkan dan Mengintegrasikan Suatu

    Konsep yang Telah Ditemukan

    Setelah siswa berhasil menemukan konsep, siswa dilatih untuk

    menerapkan konsep yang telah dipelajari tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

    Contoh LKS yang membantu siswa menerapkan dan mengintegrasikan suatu

    konsep yang telah ditemukan yaitu LKS tentang gaya dan gerak yang dapat

    melatihkan kemampuan merancang dan melaksanakan percobaan bagi siswa.

    Konsep gaya dan gerak ini dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dan

    berada di lingkungan sekitar siswa.

    c. LKS yang Berfungsi Sebagai Penuntun Belajar

    LKS ini berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya ada di dalam buku

    pelajaran. Siswa tidak akan dapat mengerjakan LKS ini dengan benar jika tidak

    membaca buku pelajaran terlebih dahulu, sehingga fungsi utama LKS ini adalah

    membantu siswa menghafal dan memahami materi pembelajaran yang terdapat di

    dalam buku. LKS jenis ini juga sesuai dengan keperluan remidi.

    d. LKS yang Berfungsi Sebagai Penguatan

    LKS ini diberikan setelah siswa selesai mempelajari topik tertentu. LKS

    jenis ini hampir sama dengan LKS yang berfungsi sebagai penuntun belajar,

    namun materi pembelajaran yang dikemas di dalam LKS ini lebih mengarah pada

    pendalaman dan penerapan materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku

    pelajaran. LKS jenis ini cocok untuk pengayaan.

    e. LKS yang Berfungsi Sebagai Petunjuk Praktikum.

    LKS jenis ini umumnya terdapat pada pembelajaran sains. Mengacu

    kepada Meril Physcal Science: Laboratory Manual dalam Muhammad Rohman

    (2013), isi petunjuk praktikum diorganisasikan adalah (a) pengentar berisi uraian

    singkat dari materi pelajaran berupa konsep-konsep yang berkaitan dengan

    praktikum; (b) tujuan berisi kompetensi atau indikator yang ingin dicapai oleh

    siswa berkaitan dengan permasalahan yang diungkapkan pada pengantar atau

    berkaitan dengan unjuk kerja siswa; (c) alat dan bahan yang diperlukan untuk

  • 12

    praktikum; (d) prosedur kegiatan berisi instruksi kepada siswa untuk melakukan

    kegiatan secara terstruktur atau terurut; (e) data hasil pengamatan berisi tabel atau

    grafik kosong untuk diisi siswa sesuai hasil praktikum; (f) analisi yang berisi

    bimbingan untuk melakukan analisis data pengamatan; (g) kesimpulan berisi

    pertanyaan-pertanyaan yang dirancang guru untuk menghasilkan jawaban berupa

    kesimpulan dari siswa; (h) langkah selanjutnya yaitu berisi kegiatan perluasan,

    proyek, atau telaah pustaka untuk membantu siswa belajar lebih lanjut berkaitan

    dengan materi pelajaran atau materi praktikum yang telah dilakukan serta

    penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

    Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan tersebut, dapat diidentifikasi

    bahwa LKS digunakan untuk memantapkan dan memperdalam konsep siswa

    dalam memahami suatu materi. Selain melalui latihan soal dan pengerjaan tugas,

    ada pula LKS yang ditujukan untuk menuntun siswa untuk memperkuat konsep

    melalui percobaan yang langkah dan caranya dituangkan di dalam LKS. Jadi LKS

    bukan hanya dapat digunakan untuk pengerjaan soal latihan saja, namun juga

    dapat dimanfaatkan untuk mencari menarik kesimpulan pada sebuah konsep yang

    dipelajari melalui percobaan yang dapat dilakukan , baik secara mandiri maupun

    berkelompok.

    2.1.1.4 Kriteria Penulisan LKS

    Setelah mengetahu tujuan, fungsi dan jenis-jenis LKS. Penulis akan

    menjabarkan apa saja syarat-syarat penulisannya, LKS yang disusun harus

    memenuhi kriteria-kriteria tertentu agar menjadi LKS yang berkualitas, sesuai

    yang diungkapkan oleh Muslimin Ibrahim dalam (Trianto 2011:224). Terdapat

    empat kriteria yang harus dipenuhi, sebagai berikut.

    a. Mengacu pada kurikulum

    b. Mendorong siswa untuk belajar dan bekerja

    c. Bahasa yang digunakan mudah untuk dipahami

    d. Tidak dikembangkan untuk menguji konsep-konsep yang sudah diujikan guru

    dengan cara duplikasi.

  • 13

    2.1.1.5 Pengembangan LKS

    Pada dasarnya sebuah LKS yang digunakan dalam pembelajaran,

    merupakan sumber belajar siswa yang tidak hanya memuat ringkasan materi saja,

    namun juga terdapat langkah-langkah penemuan suatu konsep baru maupun tugas

    yang dapat menumbuhkan keaktifan dan kreatifitas siswa dalam kegiatan

    pembelajaran. Agas LKS pembelajaran dapat difungsikan secara baik, maka perlu

    mengetahui syarat dalam mengembangkan LKS pembelajaran sesuai yang

    diungkapkan oleh Muslimin Ibrahim (dalam Trianto (2011:244-245) yaitu

    terdapat tiga persyaratan yang harus dipenuhi dalam mengembangkan LKS, yaitu

    persyaratan pedagogic, persyaratan konstruksi, dan teknis. Persyaratan pedagogik:

    LKS harus mengikuti asas-asas pembelajaran yang efektif, seperti memberi

    tekanan pada proses penemuan konsep atau sebagai petunjuk mencari tahu dan

    mempertimbangkan perbedaan individu, sehingga LKS menggunakan berbagai

    strategi. Persyaratan konstruksi: menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat

    perkembangan siswa, menggunakan struktur kalimat yang sederhana, pendek, dan

    jelas tidak berbelit, memiliki tata urutan yang sistematik, memiliki tujuan belajar

    yang jelas, memiliki identitas untuk memudahkan pengadministrasisan.

    Persyaratan teknis: mencakup tulisan, gambar, dan tampilan. Tulisan

    menggunakan huruf tebal yang agak besar untuk topic, bukan huruf biasa yang

    diberi garis bawah, jumlah kata dalam satu baris tidak lebih dari 10 kata. Gambar

    harus bisa menyampaikan pesan atau isi secara efektif. Gambar harus cukup besar

    dan jelas detailnya. Tampilan disusun sedemikain rupa sehingga ada harmonisasi

    antara gambar dan tulisan, tampilan harus menarik dan menyenangkan untuk

    meningkatkan motivasi.

    Dari pendapat ahli yang telah diuraiakan, dapat ditarik kesimpulan bahwa

    pengembangan LKS harus disesuaikan dengan tingkat berfikir dan karakeristik

    siswa SD pada umumnya. Sehingga LKS yang dikembangkan nantinya, akan

    mudah dimengerti dan dapat ditelaah siswa walaupun dikerjakan secara mandiri.

    2.1.1.6 Langkah-langkah Penyususnan LKS

    Pada dasarnya pembelajaran dapat dikatakan lengkap apabila guru dapat

    mengembangkan bahan ajar khususnya LKS, supaya siswa dapat berperan aktif

  • 14

    dalam kegiatan belajar mengajar. LKS yang dikembangkanpun harus sesuai

    dengan tuntutan kurikulum yang berlaku dan karaktareristik pembelajaran.

    Pengembangan LKS memerlukan persiapan yang matang dalam

    perencanaan materi (isi) dan tampilan untuk mendapatkan hasil yang optimal.

    Materi LKS harus diturunkan dari Standar Kompetensi dan kompetensi Dasar

    yang telah ditetapkan, dan tampilan (desain) dikembangkan untuk memudahkan

    siswa berinteraksi dengan materi yang diberikan. Adapun langkah-langkah dalam

    pembuatan LKS menurut Diknas dalam Prastowo 2012 (212:215) adalah sebagai

    berikut:

    a. Melalukan Analisis Kurikulum

    Analisis kurikulum merupakan langkah pertama dalam penyusunan LKS.

    Langkah ini dimaksdukan untuk menentukan materi-materi mana yang

    memerlukan bahan ajar LKS. Pada umumnya, dalam menentukan materi, langkah

    analisisnya dilakukan dengan cara melihat materi pokok, pengalaman belajar,

    serta materi yang akan diajarkan. Selanjutnya kita harus mencermati kompetensi

    yang mesti dimiliki oleh peserta didik. Jika semua langkah tersebut telah

    dilakukan, maka kita harus bersiap untuk memasuki langkah berikutnya, yaitu

    menyusun peta kebutuhan LKS.

    b. Menyusun Peta Kebutuhan LKS

    Peta kebutuhan LKS diperlukan guna mengetahui jumlah LKS yang harus

    ditulis dan sekuensi atau urutan LKS-nya. Sekuens LKS diperlukan dalam

    menentukan prioritas penulisan yaitu diawali dengan analisis kurikulum dan

    analisis sumber belajar

    c. Menentukan Judul-Judul LKS

    Judul LKS ditentukan atas dasar Kompetensi Dasar (KD). Materi-materi

    pokok atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurilkulum. Satu KD dapat

    dijadikan sebagai judul LKS apabila kompetensi itu tidak terlalu besar, sedangkan

    besarnya KD dapat dideteksi antara lain dengan cara apabila diuraikan ke dalam

    Materi Pokok (MP) mendapatkan maksimal empat (4) MP, maka kompetensi itu

    telah dapat dijadikan sebagai satu judul LKS. Namun apabila diuraikan menjadi

    lebih dari empat (4) MP, maka perlu dipikirkan kembali apakah perlu dipecah

    menjadi dua judul LKS. Jika judul LKS telah ditentukan, maka langkah

  • 15

    selanjutnya yaitu mulai melakukan penulisan.

    d. Penulisan LKS

    Untuk menulis LKS, langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai

    berikut.

    1) Merumuskan KD dan Indikator

    Rumusan KD pada suatu LKS langsung diturunkan dari dokumen BSNP.

    Kesesuaian materi dengan kompetensi dasar sesuai dengan prinsip-prinsip dalam

    pemilihan materi pembelajaran.

    2) Menentukan Alat Penilaian

    Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja siswa. Karena

    pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah kompetensi, dimana

    penilaiannya didasarkan pada penguasaan kompetensi maka penilaian melalui

    proses dan hasilnya.

    3) Menyusun Materi

    Materi LKS tergantung pada KD yang akan dicapai. Materi LKS dapat

    berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi

    yang akan dipelajari. Materi dapat diambil dari berbagai sumber seperti buku,

    majalah, internet, dan jurnal hasil penelitian. Agar pemahaman siswa terhadap

    materi lebih kuat, maka dalam LKS harus ditunjukkan referensi yang dapat

    digunakan agar siswa dapat membaca lebih jauh materi tersebut. Selain itu, tugas

    yang diberikan kepada siswa juga harus jelas.

    4) Memperhatikan Struktur LKS

    Langkah terakhir dalam penyusunan LKS, adalah memahami bahwa

    struktur LKS terdiri dari 6 komponen yaitu judul, petunjuk belajar, kompetensi

    yang akan dicapai, informasi pendukung tugas dan langkah kerja, serta penilaian.

    Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan, penulis menyesuaikan langkah

    pembuatan LKS dengan tahapan pengembangan ADDIE. Pada tahap

    pengembangan penulis menggunakan langkah-langkah pembuatan LKS dengan

    konsep tematik terintegrasi dan pendekatan saintifik sebagai berikut. Pertama

    ialah mengumpulkan referensi materi, kedua menyusun kerangka LKS, ketiga

    ialah merancang pembelajaran sesuai tujuan pembuatan LKS, keempat menyusun

    LKS sesuai kerangka dan alur pembelajaran, kelima yaitu melengkapi unsur LKS

  • 16

    sesuai kerangka, dan yang terakhir adalah merancang tampilan.

    2.1.2 Pembelajaran Tematik Terintegrasi

    Dalam kurikulum terbaru pendidikan di Indonesia, yaitu kurikulum 2013.

    Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran tematik

    terintegrasi. Hal ini sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh(

    Permendikbud No: 57 th 2014), dengan pengertian pembelajaran tematik

    merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk

    mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman

    bermakna bagi peserta didik. Pembelajaran terpadu didefinisikan sebagai

    pembelajaran yang menghubungkan berbagai gagasan, konsep, keterampilan,

    sikap, dan nilai, baik antar mata pelajaran maupun dalam satu mata

    pelajaran.Pembelajaran tematik memberi penekanan pada pemilihan suatu tema

    yang spesifik yang sesuai dengan materi pelajaran, untuk mengajar satu atau

    beberapa konsep yang memadukan berbagai informasi.

    Pembelajaran dengan menggunakan model tematik terpadu akan

    membentuk pemikiran yang aktif dan kretif pada diri siswa, seperti yang

    diungkapkan oleh bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu

    yang menekankan keterlibatan siswa dalam pembelajaran, sehingga siswa aktif

    terlibat dalam proses pembelajaran dan pemberdayaan dalam memecahkan

    masalah, sehingga hal ini menumbuhkan kretivitas sesuai dengan potensi dan

    kecenderungan mereka yang berbeda satu dengan yang lain. Sekaligus dengan

    diterapkannya pembelajaran tematik, siswa diharapkan dapat belajar dan bermain

    dengan kreaivitas yang tinggi.

    Pembelajaran tematik berdasar pada filsafat konstruktivisme yang

    berpandangan bahwa pengetahuan yang dimiliki peserta didik merupakan hasil

    bentukan peserta didik sendiri. Peserta didik membentuk pengetahuannya

    melalui interaksi dengan lingkungan, bukan hasil bentukan orang lain. Proses

    pembentukan pengetahuan tersebut berlangsung secara terus menerus sehingga

    pengetahuan yang dimiliki peserta didik menjadi semakin lengkap. Pembelajaran

    tematik menekankan pada keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses

    pembelajaran, sehingga peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung

  • 17

    dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang

    dipelajarinya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt,

    termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan

    berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Pembelajaran tematik lebih

    menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning

    by doing).

    Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar

    yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar peserta didik. Pengalaman

    belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses

    pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari

    akan membentuk skema, sehingga peserta didik akan memperoleh keutuhan dan

    kebulatan pengetahuan. Selain itu, penerapan pembelajaran tematik di sekolah

    dasar akan sangat membantu peserta didik dalam membentuk pengetahuannya,

    karena sesuai dengan tahap perkembangannya peserta didik yang masih melihat

    segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik). Pembelajaran tematik memiliki

    ciri khas, antara lain:

    1. Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan

    kebutuhan anak usia sekolah dasar;

    2. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik

    bertolak dari minat dan kebutuhan peserta didik;

    3. Kegiatan belajar dipilih yang bermakna dan berkesan bagi peserta didik

    sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama;

    4. Memberi penekanan pada keterampilan berpikir peserta didik;

    5. Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan

    permasalahan yang sering ditemui peserta didik dalam lingkungannya; dan

    6. Mengembangkan keterampilan sosial peserta didik, seperti kerjasama, toleransi,

    komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

    Tujuan dari pembelajaran tematik adalah:

    a. Menghilangkan atau mengurangi terjadinya tumpang tindih materi.

    b. Memudahkan siswa untuk melihat hubungan-hubungan yang bermakna.

  • 18

    c. Memudahkan siswa untuk memahami materi/konsep secara utuh sehingga

    penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.

    Pada dasarnya langkah-langkah pembelajaran tematik sama dengan

    langkah-langkah pada model pembelajaran lainnya seperti pada model

    pembelajaran langsung, model pembelajaran kooperatif, atau model pembelajaran

    berdasarkan masalah. Secara umum terdapat tiga tahap pada pembelajaran yaitu

    tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. (Prabowo dalam

    Trianto, 2012: 63).

    Berikut ini tahapa dalam pembelajaran tematik yang dikemukakan oleh

    Trianto (2012: 64) sebagai berikut.

    a.Tahap Perencanaan

    Dalam tahap perencanaan ini, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan,

    diantaranya: (1) menentukan jenis mata pelajaran dan jenis keterampilan yang

    dipadukan; (2) memilih kajian materi, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan

    indikator; (3) menentukan sub keterampilan yang dipadukan; (4) merumuskan

    indikator hasil belajar; dan (5) menenntukan langkah-langkah pembelajaran.

    b.Tahap Pelaksanaan

    Pada tahap pelaksanaan pembelajaran tematik mengikuti skenario langkah-

    langkah pembelajaran yang telah dirancang pada tahap perencanaan. Dalam

    pelaksanaannya, guru berperan sebagai fasilitator yang menyediakan lingkungan

    belajar bagi siswa dan memberikan kemudahan-kemudahan untuk siswa selama

    berlangsaungnya kegiatan pembelajaran sehingga siswa aktif sebagai pebelajar

    mandiri. Perlu adanya kejelasan dalam memberikan tanggung jawab baik kepada

    individu maupun kelompok sehingga menuntut kerjasama kelompok. Selain itu

    juga guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang muncul di luar perkiraan atau di

    luar perencanaan.

    c.Tahap Evaluasi

    Tahap evaluasi ini diklasifikasikan ke dalam dua jenis evaluasi, yaitu

    evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Dalam tahap

    evaluasi ini perlu memperhatikan prinsip evaluasi pembelajaran terpadu, yaitu: (1)

    memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping

  • 19

    bentuk evaluasi lainnya; (2) guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi

    perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian

    tujuan yang akan dicapai.

    2.1.2.1 Karakteristik Pembelajaran Tematik Teintegrasi

    Pembelajaran tematik teintegrasi berbeda dengan pembelajaran

    konvensional yang sudah sejak lama diterapkan di sekolah. Terdapat beberapa hal

    yang menjadi ciri pembeda pembelajaran tematik dengan pembelajaran

    konvensional. Berikut ini karakteristik pembelajaran tematik yang dikemukakan

    oleh Ibnu (2013:44-45) diantaranya adalah :

    a. Berpusat pada siswa

    Dalam proses pembelajaran berbasis tematik terpadu, siswa dipandang

    sebagai subjek belajar secara aktif terlibat dalam proses belajar mengajar dan

    bukan dipandang hanya sebagai objek semata. Paradigma siswa belajar dengan

    cara DDCT (Duduk Dengar Catat dan Hafalkan) secara perlahan harus dirubah.

    Guru hanya berperan sebagai fasilitator dimana guru memberi ruang yang luas

    agar siswa dapat berekspresi sesuai dengan tema yang diajarkan.

    b. Memberikan pengalaman langsung

    Siswa dihadapkan pada pembelajaran yang konkret, bukan hanya sekedar

    mendengarkan penjelasan dari guru ataupun membaca dari buku teks pelajaran

    yang ada. Siswa dapat mengamati, meraba, merasakan, serta membayangkan

    secara nyata objek yang dipelajari. Akan sangat membantu apabila objek yang

    dipelajari berkaitan langsung dengan kehiupan siswa sehari-hari.

    c. Tidak terjadi pemisahan materi pelajaran secara jelas

    Penggabungan beberapa mata pelajaran menjadi sebuah tema bukan

    berarti menghilangkan esensi mata pelajaran sehingga mengaburkan tujuan

    pembelajaran yang diharapkan. Hal ini dimaksudkan agar siwa memahami suatu

    substansi materi secara utuh.

    d. Bersifat fleksibel

    Dalam proses belajar mengajar guru harus dapat bersikap luwes

    (fleksibel). Dalam implementasinya guru harus dapat mengaitkan suatu materi

    pelajaran dengan materi pelajaran lainnya, bahkan guru harus mampu mengaitkan

  • 20

    dengan nilai yang belaku di lingkungan sehari-hari siswa seperti nilai agama,

    kesopanan, dan lain sebagainya.

    e. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa

    Salah satu penyempurnaan pola pikir perumusan kurikulum diketahui bahwa

    standar kompetensi lulusan (SKL) kurikulum 2013 diturunkan dari kebutuhan

    siswa. Dengan kata lain materi pelajaran yang dikuasai oleh siswa merupakan

    hal yang nantinya sangat berguna, dibutuhkan, serta dapat memberikan

    pengaruh bagi perkembangan intelektual dan kehidupan siswa.

    f. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

    Pembelajaran akan lebih hidup jika siswa merasa senang mengikuti

    kegiatannya dan tidak ada unsur keterpaksaan, sehingga materi ajar akan lebih

    mudah dipahami siswa. Oleh karena itu dalam merancang pembelajaran tematik

    perlu memperhatikan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

    g. Mengembangkan komunikasi siswa

    Pembelajaran tematik menekankan adanya interaksi dengan siswa dengan

    siswa maupun siswa dengan guru. Kemampuan berinteraksi merupakan salah satu

    indikator untuk mengukur keaktifan siswa. Kemampuan berinteraksi ini perlu

    dilatih karena tuntutan dunia kerja saat ini mengharuskan seseorang mempunyai

    kemampuan interaksi yang baik dengan orang lain agar dapat membangun team

    work yang berkompeten, bukan hanya mengandalkan kemampuan akademis

    semata.

    h. Menekankan proses daripada hasil

    Pembelajaran yang dilakukan tidak menilai keberhasilan siswa dengan

    angka, melainkan dari setiap tahapan yang dilalui siswa dalam pengalaman belajar

    mereka.

    2.1.3 Pembelajaran Saintifik di SD

    Untuk mengetahui apa itu pembelajaran berbasis sains, maka perlu

    dipahami terlebih dahulu definisi dari “pembelajaran” dan “sain”. Secara

    sederhana, pembelajaran adalah proses transfer ilmu dua arah, yakni antara guru

    sebagai pemberi informasi, dan siswa sebagai penerima informasi. Hal ini sesuai

  • 21

    dengan pendapat Mulyasa (2014:99) yang menyatakan bahwa “pendekatan yang

    dilatihkan dan diunggulkan adalah pendekatan saintifik (saintific approach).

    Pembelajaran dengan pendekatan saintifik menekankan keterlibatan siswa dalam

    berbagai kegiatan yang memungkinkan siswa aktif dalam proses mangamati,

    menanya, mencoba, menalar, mengomunikasikan, dan membangun jejaring.”

    Empat kemampuan yang disebutkan pertama dibutuhkan dalam rangka

    pembentukan kemampuan personal, sedangkan membangun jejaring merupakan

    kemampuan interpersonal. Pendekatan saintifik juga berguna untuk melatih

    kemampuan soft skill dan hard skill. Hal ini sesuai denganpendapat Imas & Berlin

    (2014:26) yang menyatakan bahwa “proses pembelajaran Kurikulum 2013

    khususnya di tingkat Sekolah Dasar dilaksanakan dengan menggunakan

    pendekatan saintifik yang menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan

    keterampilan.” Hal ini diharapkan dapat meningkatkan dan menyeimbangkan

    antara soft skill dan hard skill. Dalam pedoman pembelajaran tematik terpadu

    (Permendikbud No 57 Tahun 2014) dinyatakan bahwa dalam implementasi

    kurikulum 2013 pendekatan yang digunakan adalah pendekatan saintifik. Di

    dalam pembelajaran siswa difasilitasi untuk terlibat secara aktif mengembangkan

    potensi yang dimiliki untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Keaktifan

    siswa ini terlampir dalam lampiran I Permendikbud No 57 Tahun 2014 yang

    menyatakan bahwa “pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan

    pendekatan pembelajaran saintifik”. Lebih lanjut Hosnan (2014:34) menyatakan

    “implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik

    adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara

    aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan mengamati,

    merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis

    data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep.”

    Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis

    sains adalah proses transfer ilmu dua arah antara guru (sebagai pemberi informasi)

    dan siswa (sebagai penerima informasi) dengan metode tertentu (proses sains).

    Jadi, yang dimaksud pembelajaran berbasis sains adalah pembelajaran yang

    menjadikan sains (murni) sebagai metode atau pendekatan dalam proses

  • 22

    pembelajaran sehingga, pembelajaran menjadi lebih kreatif, dan siswa lebih aktif

    dalam proses pembelajaran.

    (Permendikbud No.103 2014) Pembelajaran adalah suatu proses

    pengembangan potensi dan pembangunan karakter setiap peserta didik sebagai

    hasil dari sinergi antara pendidikan yang berlangsung di sekolah, keluarga dan

    masyarakat. Proses tersebut memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

    mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama

    semakin meningkat dalam sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan

    keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat,

    berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Keluarga

    merupakan tempat pertama bersemainya bibit sikap (spiritual dan sosial),

    pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.

    Kurikulum 2013 menggunakan modus pembelajaran langsung (direct

    instructional) dan tidak langsung (indirect instructional). Pembelajaran langsung

    adalah pembelajaran yang mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir

    dan keterampilan menggunakan pengetahuan peserta didik melalui interaksi

    langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP. Dalam

    pembelajaran langsung peserta didik melakukan kegiatan mengamati, menanya,

    mengumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan

    mengomunikasikan.

    Pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan

    langsung, yang disebut dengan dampak pembelajaran (instructional effect).

    Pembelajaran tidak langsung adalah pembelajaran yang terjadi selama proses

    pembelajaran langsung yang dikondisikan menghasilkan dampak pengiring

    (nurturant effect). Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan

    nilai dan sikap yang terkandung dalam KI-1 dan KI-2. Hal ini berbeda dengan

    pengetahuan tentang nilai dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran

    langsung oleh mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti serta

    Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Pengembangan nilai dan sikap

    sebagai proses pengembangan moral dan perilaku, dilakukan oleh seluruh mata

    pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah, dan

  • 23

    masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran Kurikulum 2013, semua

    kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler baik yang terjadi di

    kelas, sekolah, dan masyarakat (luar sekolah) dalam rangka mengembangkan

    moral dan perilaku yang terkait dengan nilai dan sikap. Sesuai yang dicantumkan

    pada Permendikbud No. 81A, pendekatan saintifik meliputi lima pengalaman

    belajar sebagaimana tercantum dalam Tabel 1 deskripsi langkah pembelajaran

    sebagai berikut.

    Tabel 1

    Deskripsi Langkah Pembelajaran

    Langkah

    Pembelajaran

    Kegiatan Belajar Kompetensi yang

    dikembangkan

    Mengamati (observing) Membaca, mendengar,

    menyimak, melihat (tanpa

    atau dengan alat)

    Melatih kesungguhan,

    ketelitian, mencari

    informasi

    Menanya (questioning) Mengajukan pertanyaan

    tentang informasi yang tidak

    dipahami dari apa yang

    diamati atau pertanyaan

    untuk mendapatkan

    informasi tambahan tentang

    apa yang diamati (dimulai

    dari pertanyaan faktual

    sampai ke pertanyaan yang

    bersifat hipotetik)

    Mengembangkan

    kreativitas, rasa ingin

    tahu, kemampuan

    merumuskan

    pertanyaan untuk

    membentuk pikiran

    kritis yang perlu untuk

    hidup cerdas dan

    belajar sepanjang hayat

    Mengumpulkan

    informasi/mencoba

    (experimenting)

    - melakukan eksperimen

    - membaca sumber lain

    selain buku teks

    - mengamati objek/ kejadian/

    - aktivitas

    - wawancara dengan nara

    sumber

    Mengembangkan sikap

    teliti, jujur,sopan,

    menghargai pendapat

    orang lain, kemampuan

    berkomunikasi,

    menerapkan

    kemampuan

    mengumpulkan

    informasi melalui

    berbagai cara yang

    dipelajari,

    mengembangkan

    kebiasaan belajar dan

    belajar sepanjang hayat.

    Menalar/Mengasosiasi

    (associating)

    - mengolah informasi yang

    sudah dikumpulkan baik

    terbatas dari hasil kegiatan

    Mengembangkan sikap

    jujur, teliti, disiplin,

    taat aturan, kerja keras,

  • 24

    Langkah

    Pembelajaran

    Kegiatan Belajar Kompetensi yang

    dikembangkan

    mengumpulkan/eksperi men

    mau pun hasil dari kegiatan

    mengamati dan kegiatan

    mengumpulkan informasi.

    - Pengolahan informasi yang

    dikumpulkan dari yang

    bersifat menambah keluasan

    dan kedalaman sampai

    kepada pengolahan informasi

    yang bersifat mencari solusi

    dari berbagai sumber yang

    memiliki pendapat yang

    berbeda sampai kepada yang

    bertentangan

    kemampuan

    menerapkan prosedur

    dan kemampuan

    berpikir induktif serta

    deduktif dalam

    menyimpulkan .

    Mengomunikasikan

    (communicating)

    Menyampaikan hasil

    pengamatan, kesimpulan

    berdasarkan hasil analisis

    secara lisan, tertulis, atau

    media lainnya

    Mengembangkan sikap

    jujur, teliti, toleransi,

    kemampuan berpikir

    sistematis,

    mengungkapkan

    pendapat dengan

    singkat dan jelas, dan

    mengembangkan

    kemampuan berbahasa

    yang baik dan benar.

    *) Dapat disesuaikan dengan kekhasan masing-masing mata pelajaran.

    Kurikulum 2013 yang baru-baru ini diterapkan pada pembelajaran

    menekankan penerapan pendekatan saintifik dalam seluruh kegiatan belajar siswa.

    Menurut Kemendikbud, 2013. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi

    kriteria seperti berikut ini.

    a. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang

    dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira,

    khayalan, legenda, atau dongeng semata.

    b. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik

    terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran

    yang menyimpang dari alur berpikir logis.

  • 25

    c. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan

    tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan

    mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.

    d. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam

    melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi

    pembelajaran.

    e. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan,

    dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon

    substansi atau materi pembelajaran.

    f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung

    jawabkan.

    g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik

    sistem penyajiannya.

    Langkah-langkah pembelajaran yang mengacu pada pendekatan saintifik

    harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Jika

    digambarkan dalam bentuk diagram pada gambar 1 berikut ini.

    Gambar 1 Ranah Pembelajaran

    http://3.bp.blogspot.com/-_npWdDkp5I8/U6rBfLHPkXI/AAAAAAAAA54/KENSMs-EwGo/s1600/gambar1.PNG

  • 26

    1) Ranah sikap menyajikan materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.”

    2) Ranah keterampilan menyajikan materi ajar agar peserta didik “tahu

    bagaimana”.

    3) Ranah pengetahuan menyajikan materi ajar agar peserta didik “tahu apa.”

    4) Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara

    kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia

    yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard

    skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi

    sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pada intinya, hasil belajar

    melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif

    melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.

    Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana

    dimaksud dalam kurikulum 2013 meliputi aktivitas sains berupa mengamati,

    menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata

    pelajaran. Jika digambarkan dalam bentuk bagan seperti gambar 2 sebagai berikut.

    Gambar 2 Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach)

    Langkah-langkah pembelajaran Saintifik sesuai dengan pendapat Imas

    Kurniasih 2014 (26-45) sebagai berikut.

    a. Mengamati

    Kegiatan mengamati ini mengutamakan kebermaknaan proses

    pembelajaran (meaningfull learning). Keunggulan dari kegiatan ini yaitu dengan

    http://3.bp.blogspot.com/-hM9dfrYyG8Y/U6rB1hEJsvI/AAAAAAAAA6A/9lm9kKDzxXs/s1600/gambar2.PNG

  • 27

    menyajikan obyek secara nyata kepada siswa, maka siswa akan merasa tertantang

    untuk mengetahui lebih lanjut tentang obyek tersebut, sehingga siswa merasa

    senang selama proses pembelajaran.

    Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu

    siswa, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan

    metode observasi, siswa menemukan fakta keterhubungan antara obyek yang

    dianalisis dengan materi pembelajaran yang disajikan oleh guru.

    b. Menanya

    Siswa yang aktif salah satunya terlihat dari intensitas mengajukan

    pertanyaan berkaitan dengan materi pelajaran yang sedang dipelajari. Agar siswa

    aktif bertanya, guru perlu menstimulasinya dengan mengajukan beberapa

    pertanyaan yang dapat mendorong siswa agar mau mengungkapkan pikiran dan

    ide-idenya. Berbeda dengan penugasan yang mengharuskan tindakan nyata dari

    siswa, pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah

    “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, dapat juga dalam bentuk

    pernyataan, dengan catatan keduanya memperoleh tanggapan verbal dari siswa.

    c. Menalar

    Menalar merupakan proses berfikir logis dan sistematis terhadap fakta-

    kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa

    pengetahuan. Penalaran yang dimaksudkan dalam kurikulum 2013 yaitu

    berhubungan dengan proses asosiasi. Menurut kamus besar bahasa indonesia

    asosiasi bermakna pembentukan hubungan atau pertalian antara gagasan, ingatan,

    atau kegiatan pancaindra. Berangkat dari pengertian tersebut, istilah asosiasi

    dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokan beragam ide dari

    peristiwa atau fenomena yang terjadi dan menghubungkannya dengan ide atau

    gagasan yang telah tersimpan dalam memori siswa sebelumnya sehingga

    terbentuklah gagasan baru yang tercipta dari proses asosiasi tersebut. Proses ini

    dikenal sebagai proses menalar.

    d. Mencoba

    Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik

    harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi pembelajaran

  • 28

    yang sesuai. Dengan kegiatan mencoba ini maka pembelajaran akan lebih

    bermakna bagi siswa karena siswa diberi kesempatan secara langsung berinteraksi

    dengan peristiwa, fenomena, dan lingkungan nyata. Proses ini diharapkan dapat

    mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar siswa, yaitu ranah kognitif, afektif,

    dan psikomotor.

    e. Membentuk Jejaring

    Jejaring dalam pendekatan saintifik ini berkaitan dengan pembelajaran

    kolaboratif. Kolaboratif atau kolabirasi merupakan istilah dari kerja sama.

    Sehingga pembelajaran kolaboratif ini diartikan sebagai penciptaan situasi kerja

    sama baik antara siswa dengan guru maupun antara siswa dengan siswa

    (kelompok). Dalam pembelajaran kolaboratif ini guru berperan sebagai fasilitator

    yang membimbing siswa belajar secara berkelompok.

    Berdasarkan pendapat ahli diatas, penulis merangkum pembelajaran

    saintifik dalam tahap 5M yaitu dengan Mengamati, Menanya, Mengumpulkan

    Informasi, Mengasosiasi, dan Mengkomunikasikan. Tahapan tersebut dipilih

    karena disesuiakan dengan kebutuhan siswa dan karakteristik siswa sesuai dengan

    buku guru dan siswa yang diterbitkan pemerintah.

    2.1.4 LKS dengan Konsep Tematik Terintegrasi

    Berdasarkan uraian mengenai LKS, model pembelajaran tematik

    terpadu, dan pendekatan saintifik dapat diketahui bahwa LKS yang akan

    dikembangkan merupakan bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan

    menggabungkan beberapa materi pelajaran menjadi satu kesatuan tema yang utuh

    dengan menggunakan pendekatan saintifik.

    Fakta di lapangan yang mengungkapkan bahwa masih terdapat

    permasalahan terkait dengan materi pelajaran pada buku siswa masih berdiri

    sendiri serta masih kurang sesuainya silabus, KD, serta substansi materi pada

    buku pegangan siswa, maka dapat diidentifikasi karakter bahan ajar modul yang

    akan peneliti susun adalah sebagai berikut:

    1. Dikemas sesuai dengan karakteristik siswa

    2. Menggunakan bahasa yang komunikatif sesuai dengan tingkat pengetahuan dan

    pemahaman siswa

  • 29

    3. Menggunakan pendekatan saintifik

    4. LKS dibuat dalam lingkup satu subtema yang terdiri dari enam pembelajaran

    5. Memadukan aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik serta mengedepankan

    nilai religi yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

    2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

    Penelitian ini mengenai pengembangan Lembar Kerja Siswa berbasis

    pendekatan saintifik pada subtema daur air di sekolah dasar. Berdasarkna hasil

    studi literatur, peneliti menemukan beberapa tulisan atau penelitian lain yang

    berkaitan dengan penelitian ini.

    Penelitian dari Anita Saradima, Nina Kadaritna, Ila Rosilawati, yaitu

    Pengembangan LKS dengan Pendekatan Scientific pada Materi Kelarutan dan

    Hasil Kelarutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk yang dikembangkan

    layak digunakan sebagai sumber belajar lain penunjang pembelajaran. Hal ini

    didasarkan pada skor penilaian diperoleh melalui tahap uji coba yang

    menghasilkan presentase respon siswa dengan rata-rata persentase jawaban

    terhadap aspek keterbacaan dan kemenarikan termasuk dalam kriteria sangat

    tinggi, dengan 87,87% dan 86,42%.

    Kedua, penelitian dari Afifah Hidayati dkk yang berjudul “Pengembangan

    Lembar Kerja Siswa (LKS) Problem Based Learning Bermuatan Sikap Spiritual

    Sosial dengan Penilaian Autentik”. Penelitian yang dilakukan diketahui bahwa

    LKS yang dikembangkan efektif untuk meningkatkan keaktifan, hasil belajar dan

    karakter siswa. Hal tersebut ditunjukkan batas layak secara teoritis dengan

    persentase 91% (kategori: sangat layak) dan secara empiris berdasarkan

    ketuntasan indikator hasil belajar 99,31%. Hasil belajar tersebut sesuai dengan

    standar KKM yaitu 75% dapat dikatakan layak digunakan. Pengembangan LKS

    ini juga memiliki kualitas kemenarikan sangat menarik dengan kategori skor 3,55,

    kualitas kemudahan sangat mudah dengan kategori skor 3,56, kualitas

    kebermanfaatan sangat bermanfaat dengan kategori skor 3,70; dan (3) LKS

    dinyatakan efektif di- gunakan sebagai media pembelajaran ber- dasarkan

    perolehan hasil belajar siswa yang mencapai nilai rata-rata 80 dengan persen- tase

  • 30

    kelulusan sebesar 88,9 % pada uji coba pemakaian terhadap siswa kelas VII SMP

    Negeri 3 Terbanggi Besar Tahun Pelajaran 2014/ 2015.

    Wulandari 2013 melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan LKS

    Berbasis Cerita Bergambar pada Materi Sistem Pencernaan di SMP”. Berdasarkan

    penelitian yang dilakukan diketahui bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata hasil

    belajar, sesudah dan sebelum menggunakan produk yang dikembangkan. Hal ini

    dibuktikan dengan rekapitulasi hasil belajar kognitif siswa dari ketuntasan klasikal

    60 % sebelum LKS dikembangkan dan setelah LKS dikembangkan menjadi 85%

    pada kelas VIII A, namun ada 3 siswa yang tidak tuntas dikarenakan siswa tidak

    memiliki semangat belajar. Mereka tidak antusias mengikuti pembelajaran dan

    90% pada kelas VIII B, tetapi ada 2 siswa yang tidak tuntas. Hal tersebut

    menunjukkan bahwa penggunaan LKS bergambar dapat meningkatkan hasil

    belajar siswa.

    Berdasarkan beberapa penelitian relevan diatas peneliti akan melakukan

    penelitian serupa, dengan pengembangan bahan ajar LKS pembelajaran tematik

    terintegrasi subtema Bumi Bagian dari Alam Semesta dengan pendekatan saintifik

    untuk kelas 3 SD.

    2.3 Kerangka Berpikir

    1. Fakta yang ditemui

    a) Kurangnya keterkaitan pencapaian KD pada materi pembelajaran dengan

    materi yang terdapat pada LKS pada umumnya.

    b) Kecenderungan LKS yang biasa dikerjakan mandiri oleh siswa hanya copy

    paste dari rangkuman materi yang terkesan ditempel pada LKS, sehingga

    kreatifitas siswa dalam memecahkan soal sangat terbatas.

    2. Produk yang ditawarkan

    LKS yang terintegrasi dengan kompetensi yang diharapkan pada buku

    siswa dengan menggunakan pendekatan Scientific

    3. Tujuan

    a) LKS yang dapat dikerjakan secara mandiri oleh siswa

    b) Siswa lebih mendalami materi yang sudah diajarkan dengan membaca

    rangkuman dan latihan pada LKS

  • 31

    c) Meningkatkan kemampuan berfikir secara kreatif dalam memecahkan soal

    Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan Lembar Kerja Siswa (LKS)

    berbasis saintifik yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik itu

    dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Penggunaan LKS yang

    berbasis saintifik ini diharapkan dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa berupa

    keterampilan proses mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk

    jejaring sehingga pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa. Dengan

    berlandaskan pendekatan saintifik, maka pada perancangan LKS ini memasukkan

    unsur-unsur atau prinsip-prinsip dari pendekatan saintifik tersebut.

    2.4 Hipotesis Pengembangan

    Berdasarkan kajian teori, kajian hasil penelitian yang relevan, dan

    kerangka pikir yang telah dibahas, LKS dengan konsep tematik terintegrasi dan

    pendekatan saintifik untuk subtema Bumi dan Alam Semesta dapat dirumuskan

    hipotesis pengembangnnya sebagai berikut:

    1. LKS dengan konsep tematik terintegrasi dan pendekatan saintifik untuk

    siswa kelas 3 SD dapat dikembangkan dengan desain pengembangan

    ADDIE dengan langkah-langkah Analisis, Perencanaan,

    Pengembangan, Implementasi, dan Evaluasi.

    2. LKS dengan konsep tematik terintegrasi dan pendekatan saintifik untuk

    siswa kelas 3 SD valid.

    3. LKS dengan konsep tematik terintegrasi dan pendekatan saintifik untuk

    siswa kelas 3 SD efektif.