Top Banner
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA Kata “IPA” merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris yaitu Natural Science, yang secara singkat disebut dengan Science. Natural artinya alamiah, atau berhubungan dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi dapat disimpulkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam, ilmu yang mempelajari tentang peristiwa- pristiwa yang terjadi dialam. Menurut kurikulum KTSP (BSNP, 2006: 161) bahwa "IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Para ahli mendefinisikan IPA sebagai berikut: Menurut Wahyana (Trianto, 2010:137) IPA adalah suatu kumpalan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala alam. IPA adalah suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh/disusun dengan cara yang khas/khusus, yaitu dengan melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait- mengkait antara antara cara yang satu dengan yang lain (Das Salirawati,2008:24). Menurut H.W. Flower (Laksmi Prihantro,1986:1.3) Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi. IPA adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang dimatikan menurut Kardi dan Nur (Triyanto, 2010:136). Robert B. Sund (Laksmi Prihantro, 1986:1.3) berpendapat bahwa IPA adalah sekumpulan pengetahuan dan juga proses. Trianto (2013:153) mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum
23

BAB II KAJIAN PUSTAKA...7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA Kata “IPA” merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan

Feb 06, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1.Kajian Teori

    2.1.1 Hakikat IPA

    Kata “IPA” merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam. Ilmu

    Pengetahuan Alam merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris yaitu Natural

    Science, yang secara singkat disebut dengan Science. Natural artinya alamiah,

    atau berhubungan dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi dapat

    disimpulkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science secara harfiah dapat

    disebut sebagai ilmu tentang alam, ilmu yang mempelajari tentang peristiwa-

    pristiwa yang terjadi dialam.

    Menurut kurikulum KTSP (BSNP, 2006: 161) bahwa "IPA berhubungan

    dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan

    hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau

    prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”.

    Para ahli mendefinisikan IPA sebagai berikut: Menurut Wahyana (Trianto,

    2010:137) IPA adalah suatu kumpalan pengetahuan yang tersusun secara

    sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala alam.

    IPA adalah suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh/disusun dengan cara yang

    khas/khusus, yaitu dengan melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan,

    penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait-

    mengkait antara antara cara yang satu dengan yang lain (Das Salirawati,2008:24).

    Menurut H.W. Flower (Laksmi Prihantro,1986:1.3) Ilmu Pengetahuan Alam

    adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan

    gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi.

    IPA adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang

    dimatikan menurut Kardi dan Nur (Triyanto, 2010:136).

    Robert B. Sund (Laksmi Prihantro, 1986:1.3) berpendapat bahwa IPA adalah

    sekumpulan pengetahuan dan juga proses. Trianto (2013:153) mendefinisikan IPA

    sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum

  • 8

    (universal), dan merupakan kumpulan data hasil observasi dan eksperimen.

    Sedangkan James B. Conant (Laksmi Prihantro, 1986:1.3) mendefinisikan IPA

    adalah suatu rangkaian konsep-konsep yang saling berkaitan dan bagian-bagian

    konsep yang telah berkembang sebagai hasil eksperimen dan observasi dan

    bermanfaat untuk eksperimen serta observasi lebih lanjut.

    Dari beberapa definisi menurut ahli diatas penulis dapat menyimpulkan

    bahwa IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari alam baik makhluk hidup

    maupun benda mati yang diproleh dengan cara menggunakan metode observasi

    dan eksperimen dan kemudian ditarik kesimpulan, sehingga dapat bermanfaat dan

    diterapkan dalam observasi dan eksperimen yang lebih lanjut.

    Hakikat ilmu pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang

    fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. IPA dipandang

    sebagai proses, sebagai produk, sebagai prosedur, menurut Marsetio

    Donosepoetro (Triyanto,2010:137). IPA dikatakan sebagai proses karena semua

    kegiatan ilmiah yang dilakukan untuk menyempurnakan penetahuan tentang alam

    maupun untuk pengetahuan yang baru. IPA sebagai produk karena IPA

    merupakan kumpulan hasil empirik dan kegiatan analitik yang dilakukan oleh

    para ilmuan dari berabad-abad. Bentuk dari ilmu pengetahuan alam sebagai

    produk adalah fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip. IPA sebagai prosedur

    maksudnya adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui suatu

    (riset pada umumnya) yang lazim disebut metode ilmiah.

    Triyanto (2013:153) menyimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat

    unsur utama, yakni :Sikap : rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam,

    makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah

    baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar, Proses : prosedur

    pemecahan masalah melalui metode ilmiah, Produk : berupa fakta, prinsip,

    teori, dan hukum, Aplikasi : penerapan metode ilmiah dan konsep IPA

    dalam kehidupan sehari- hari.

    Menurut Laksmi Prihantro dkk (1968:1.4) berpendapat bahwa hakikat IPA

    merupakan suatu produk, proses dan penerapan. IPA sebagai produk merupakan

    kumpulan pengetahuan dan kumpulan konsep-konsep dan bagan konsep yang

    merupakan hasil suatu proses tertentu. IPA sebagai proses merupakan proses yang

    dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan

  • 9

    produk-produk IPA. Penerapan teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang

    dapat memberikan kemudahan bagi kehidupan. Penerapan-penerapan IPA ini juga

    berguna untuk mengembangkan teori dan teknologi yang baru.

    Fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi

    Depdiknas 2003 (Trianto 2010: 138) adalah (1) menanamkan keyakinan

    terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) mengembangkan keterampilan, sikap,

    dan nilai ilmiah, (3) mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang

    melek sains dan teknologi, (4) menguasai konsep sains untuk bekal hidup

    di masyarakat dan melanjutkan ke jenjang lebih tinggi.

    Dari fungsi dan tujuan diatas semakin memperjelas bahwa hakikat IPA tidak

    hanya pada dimensi pengetahuan, IPA lebih menekankan pada dimensi ukhrawi,

    di mana dengan memperhatikan keteraturan di alam semesta akan semakin

    meningkatkan keyakinan akan adanya sebuah kekuatan yang maha dasyat yang

    tidak dapat dibantah lagi, yaitu kekuatan Tuhan YME.

    Menurut Laksmi Prihantro (dalam triyanto 2010:141) Merujuk pada

    hakikat IPA yang telah dijelaskan diatas, maka nilai-nilai IPA yang dapat

    ditanamkan dalam pembelajaran IPA sebagai berikut: (a) Kecakapan

    bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut langkah-langkah

    metode ilmiah, (b) Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan

    pengamatan, mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan

    masalah (c) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan

    masalah baik dalam kaitannya dengan sains maupun dalam kehidupan.

    Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu alat untuk mancapai tujuan

    pendidikan nasional, maka pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah

    memiliki tujuan tertentu.

    Menurut Laksmi Prihanto (Dalam Triyanto, 2010:142) menyatakan tujuan

    pendidikan IPA adalah sebagai berikut: (a) Memberikan pengetahuan

    kepada siswa tentang dunia tempat hidup dan bagaimana bersikap, (b)

    Menanamkan sikap hidup ilmiah, (c) Memberikan keterampilan untuk

    melakukan pengamatan, (d) Mendidik siswa untuk menangani, mengetahui

    cara kerja serta menghargai para ilmuwan penemunya, dan (e)

    Menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan

    permasalahan.

    Kardi dan Nur (Triyanto, 2010:142) melihat tujuan pendidikan yang

    dikemukakan diatas menyatakan bahwa hakikat IPA tercermin dalam tujuan

    pendidikan dan metode mengajar yang digunakan. Sehingga pembelajaran IPA

  • 10

    pada tingkat pendidikan manapun harus dikembangkan dengan memahami

    berbagai pandangan tentang makna IPA, yang dalam konteks pandangan hidup

    dipandang sebagai suatu instrumen untuk mencapai kesejahteraan dan

    kebahagiaan sosial manusia.

    Dari hakikat dan tujuan pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan

    beberapa hal, sebagai berikut: (a) Kesadaran akan keindahan dan

    keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang

    Maha Esa, (b) Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip

    dan konsep, fakta yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan, dan

    hubungan antara sains dan teknologi, (c) Keterampilan dan kemampuan

    untuk menangani peralatan, memecahkan masalah dan melakukan

    observasi, (d) Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritis, sensitive, obyektif,

    jujur terbuka, benar dan dapat bekerja sama, (e)Kebiasaan

    mengembangkan kemampuan berfikir analitis induktif dan deduktif

    dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk menjelaskan

    berbagai peristiwa alam, dan (f) Apresiatif terhadap sains dengan

    menikmati dan menyadari keindahan keteraturan perilaku alam serta

    penerapannya dalam teknologi. (Depdiknas 2003, dalam Trianto

    2010:143).

    Menurut Mulyasa (2010:111) adapan tujuan pendidikan mata pelajaran IPA

    di Sekolah Dasar berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),

    agar peserta didik mampu sebagai berikut :

    Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

    berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya, (b)

    Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

    bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (c)

    Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang

    adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

    teknologi, dan masyarakat, (d) Mengembangkan keterampilan proses untuk

    menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan,

    (e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

    menjaga dan melestarikan lingkungan alam, (f) Meningkatkan kesadaran

    untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan

    Tuhan, (g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA

    sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

    Menurut Mulyasa (2010:111) ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI

    meliputi aspek-aspek, sebagai berikut:

    1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan

    dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

  • 11

    2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya yang meliputi: benda cair,

    padat dan gas.

    3. Energi dan perubahannya yang meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,

    listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

    4. Bumi dan alam semesta yang meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan

    benda-benda langit lainnya.

    2.1.2 Pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intelectually (SAVI)

    Pendekatan SAVI diperkenalkan pertama kali oleh Dave Meier. Dave Meier

    (Ramani, 2002:90) mengemukakan bahwa manusia memiliki empat dimensi,

    yaitu: tubuh atau somantik, pendengaran atau auditory, penglihatan atau visual,

    dan pemikiran atau intelektual. Dari pendapat terebut Dave Meier kemudian

    mengajukan pembelajaran aktif atau yang biasa disingkat dengan SAVI. Menurut

    Dave Meier (Rahmani, 2002:90) pembelajaran aktif atau pembelajaran SAVI

    adalah bergerak aktif secara fisik ketika belajar, dengan memanfaatkan indra

    sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh/pikiran terlibat dalam proses

    pembelajaran. Pembelajaran SAVI merupakan suatu pembelajaran yang

    menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki

    oleh siswa, (Warta, 2010:40).

    Merut Sudarni (Wahyuni, 2013:2) menyatakan bahwa model pembelajaran

    SAVI dapat menciptakan suasana kelas yang menyenangkan bagi anak. Pelajaran

    dikemas suasana bermain dan bereksperimen.

    SAVI merupakan singkatan dari Somantik, Auditory, Visualization dan

    Intelectually. Pembelajaran SAVI merupakan mempebalajaran yang menekankan

    pemanfaatan semua indra yang dimiliki siswa. Teori yang mendukung

    pembelajaran SAVI adalah Accelerated Learning, teori otak kanan/kiri/ teori

    triune, pilihan modalitas (Visualization, auditorial dan kinestetik); teori

    kecerdasan ganda, pendidikan (holistic) menyeluruh, belajar berdasarkan

    pengalaman, dan belajar dengan symbol. Pembelajaran SAVI menganut aliran

    ilmu kognitif modern yang menyatakan bahwa belajar yang paling baik adalah

    melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap kedalaman serta

  • 12

    keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari

    bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda.

    Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran SAVI

    merupakan pembelajaran yang menekankan pada pemanfaatan semua indra yang

    dimiliki oleh tubuh siswa dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang

    berlangsung.

    Menutur Dave Maier (Rahmani, 2002:91) sesuai dengan singkatan SAVI,

    pembelajaran SAVI mempunyai empat unsur, yaitu:

    1. Somantik

    Somatic berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh- soma. Apabila

    dikaitkan dengan pembelajaran berarti belajar dengan bergerak dan berbuat. Jadi

    pembelajaran somatik berarti belajar dengan indra peraba, kinestetik, praktis-

    melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewktu-waktu.

    2. Auditori

    Belajar dengan berbicara dan mendengar. Pikiran auditory lebih kuat daripada

    apa yang kita pelajari. Tanpa kita sadari telinga kita terus-menerus menangkap

    dan menyimpan informasi auditori. Ketika kita membuat suara dengan berbicara,

    beberapa area penting di otak kita menjadi aktif. Sehingga dapat kita artikan

    bahwa dalam belajar hendaknya menyuruh mereka untuk menerjemahkan

    pengalaman mereka dengan suara, mengajak siswa berbicara tentang apa yang

    sudah dipelajari, mengajak mereka berbicara saat memecahkan masalah, membuat

    model pengumpulan informasi, membuat rencana kerja, menguasai keterampilan,

    membuat tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan makna-makna pribadi

    bagi diri mereka.

    3. Visualization

    Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Di dalam otak terdapat lebih

    banyak perangkat untuk memproses informasi visual dari pada indra yang lainnya.

    Setiap orang (terutama pembelajar visual) lebih mudah belajar jika dapat

    “melihat” apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah. Pembelajar visual

    belajar paling baik jika mereka dapat melihat contoh dunia nyata, diagram, peta

    gagasan, ikon, gambaran dari segala macam hal ketika mereka sedang belajar.

  • 13

    4. Intelectually

    Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Intelektual adalah

    pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk berpikir,

    menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan syaraf baru, dan belajar. Ia

    menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional dan tubuh untuk membuat

    makna baru bagi dirinya. Hal itu merupakan sarana yang digunakan pikiran untuk

    mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman,

    dan pemahaman menjadi keaktifan.

    Tujuan pembelajaran SAVI adalah

    1. Mengaktifkan siswa dalam suatu proses pembelajaran yang melibatkan

    seluruh indra yang dimiliki siswa.

    2. Meningkatkan hasil pembelajaran karena pembelajaran bersifat memberikan

    pengalaman belajar sehingga siswa sulit untuk melupakan.

    3. Meningkatkan cara berfikir kritis.

    Menurut Dave Maier (Sidjabat, 2009) mengajukan sejumlah prinsip pokok

    dalam belajar dengan menggunakan pendekatan SAVI, yaitu sebagai berikut:

    1. Pembelajaran melibatkan seluruh pikiran dan tubuh.

    2. Pembelajaran berarti berkreasi bukan mengkonsumsi.

    3. Kerjasama membantu proses pembelajaran.

    4. Pembelajaran berlangsung pada benyak tingkatan secara simultan.

    5. Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan umpan balik.

    6. Emosi positif sangat membantu pembelajaran.

    7. Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.

    Dalam pembelajaran SAVI terdapat kelebihan dan kelemahan. Berikut

    kelebihan dan kelemahan dalam pembelajaran SAVI.

    1. Kelebihan

    Menurut Sanjaya (2008:249) kelebihan pembelajaran SAVI adalah

    a. Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat

    menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri.

    b. Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan.

    c. Dapat membantu anak untuk merespon orang lain.

  • 14

    d. Dapat memberdayakan siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam

    belajar.

    e. Dapat meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial.

    f. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan

    pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.

    g. Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan

    kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.

    h. Dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk

    berpikir.

    2. Kelemahan

    Kelemahan pembelajaran SAVI, sebagai berikut:

    a. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu

    memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu.

    b. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan

    dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.

    c. Saat kegiatan diskusi berlangsung, ada kecenderungan memerlukan

    waktu yang cukup lama.

    Langkah-langkah pembelajaran SAVI menurut Dave Meir (Rahmani,

    2002:105) membagi tahapan pembelajaran SAVI sebagai berikut:

    1. Tahap Persiapan

    Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan pembelajar untuk belajar.

    Ini adalah langkah penting dalam belajar Tahap persiapan digunakan untuk

    menimbulkan minat para pembelajar, memberikan perasaan positif mengenai

    pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam

    situasi optimal untuk belajar.

    Tujuan mempersiapkan pembelajar adalah untuk:

    1) Mengajak pembelajar keluar dari keadaan mental yang pasif atau

    resisten.

    2) Menyingkirkan rintangan belajar.

    3) Merangsang minat dan rasa ingin tahu pembelajar.

  • 15

    4) Memberi pembelajar perasaan positif mengenai, dan hubungan yang

    bermakna dengan topik pelajaran.

    5) Menciptakan pembelajar aktifyang tergugah untuk berpikir, belajar,

    mencipta, dan tumbuh.

    6) Mengajak orang keluar dari keterasingan dan masuk ke dalam

    komunitas belajar.

    2. Tahap penyampaian materi

    Tahap penyampaian dalam siklus pembelajaran dimaksudkan untuk

    mempertemukan pembelajar dengan materi belajar yang mengawali proses

    belajar secara positif dan menarik.Tahap penyampaian materi ini membantu

    pembelajar menemukan materi belajar yang baru dengan cara yang menarik,

    menyenangkan, relevan, melibatkan panca indera, dan cocok untuk semua

    gaya belajar. Tahap penyampaian dalam belajar bukan hanya sesuatu yang

    dilakukan fasilitator, melainkan sesuatu yang secara aktif melibatkan

    pembelajar dalam menciptakan pengetahuan di setiap langkahnya.

    3. Tahap pelatihan

    Tujuan tahap pelatihan adalah membantu pembelajar mengintegrasikan dan

    menyerap pengetahuan dan keterampilan.

    4. Tahap penampilan

    Tujuan tahap penampilan adalah membantu pembelajar menerapkan dan

    memperluas pengetahuan atau keterampilan baru yang mereka miliki.

    Menurut Fitriana Ella (2012) (Rizki, 2011:12) tahap pembelajaran SAVI

    meliputi:

    1) Tahap Persiapan (Kegiatan Pendahuluan)

    Pada tahapan ini guru menggali pengetahuan siswa serta meningkatkan minat

    belajar siswa agar siswa termotivasi dalam melaksanakan kegiatan

    pembelajaran.

    2) Tahap Penyampaian (Kegiatan Inti)

    Guru melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dengan

    melibatkan semua panca indra yang dimiliki siswa berupa kegiatan

    melakukan sesuatu, mendengarkan, melihat dan berfikir yang melibatkan

  • 16

    semua modalitas belajar siswa dalam pembelajaran SAVI sehingga

    pembelajaran lebih bermakna dan membekas dibenak siswa.

    3) Tahap Pelatihan (Kegiatan Inti)

    Guru memberikan pelatihan keterampilan kepada siswa sehingga dapat terjadi

    timbal balik positif sesuai tujuan pembelajaran.

    4) Tahap Penampilan (Kegiatan Penutup)

    Adanya refleksi terhadap proses pembelajaran serta penguatan terhadap

    siswa.

    Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran Somantic Auditory Visualization

    Intellectually (SAVI) yang telah dikemukan diatas, maka penulis dapat

    menyimpulkan langkah-langkah pembelajaran Somantic Auditory Visualization

    Intellectually (SAVI) dalam kegiatan pembelajaran IPA adalah sebagai berikut :

    Tabel 2.1

    Sintak Pembelajaran Somantic Auditory Visualization Intellectually

    Langkah-

    langkah

    Keterangan Kegiatan

    Guru Siswa

    Kegiatan Awal

    (Tahap

    Persiapan)

    Mempersiapkan

    lingkungan

    belajar yang

    positif

    Guru menyiapkan

    alat dan madia

    yang digunakan

    unuk proses

    pembelajaran

    Siswa

    menyiapkan

    buku yang

    digunakan untuk

    mengikuti

    pembelajaran

    Guru

    mengkondisikan

    kelas dengan cara

    memperhatikan

    kebersihan kelas,

    kerapian kelas dan

    cara duduk siswa

    Siswa memeriksa

    kebersihan kelas,

    kerapian kelas

    dan cara duduk.

  • 17

    Melakukan

    kegiatan motivasi

    dan atau apersepsi

    Guru memberikan

    pernyataan yang

    memberi manfaat

    positif tentang

    pembelajaran IPA

    merupakan

    pembelajaran yang

    menyenangkan dan

    bermanfaat dalam

    kehidupan sehari-

    hari

    Siswa menyimak

    pernyataan guru

    yang

    memberikan

    manfaat positif

    tentang

    pembelajaran

    IPA merupakan

    pembelajaran

    yang

    menyenangkan

    dan bermanfaat

    dalam kehidupan

    sehari-hari

    Guru

    membangkitkan

    rasa ingin tahu

    siswa dengan

    mengajukan

    pertanyaan (Audio,

    intelektual)

    Siswa menjawab

    pertanyaan yang

    diajukan oleh

    guru

    Menyampaikan

    tujuan

    pembelajaran dan

    kegiatan yang

    akan dilakukan

    Guru memberikan

    tujuan

    pembelajaran dan

    menjelaskan

    kegiatan

    pembelajaran yang

    akan dilakukan

    Siswa menyimak

    penyampaian

    tujuan

    pembelajaran dan

    kegiatan

    pembelajaran

    yang akan

    dilakukan

    Guru mengajak

    siswa terlibat

    penuh dari awal

    pembelajaran

    hingga akhir

    pembelajaran

    Siswa terlibat

    penuh dalam

    proses

    pembelajaran

    dari awal hingga

    akhir

    pembelajaran

    Kegiatan Inti

    (Tahap

    Penyampaian)

    Penyampaian

    materi

    Guru berbagi

    pengetahuan

    dengan cara

    ceramah bervariasi

    Siswa menyimak

    penyampaian

    materi yang

    disampaiakan

    Membentuk

    kelompok

    heterogen setiap

    kelompok yang

    terdiri 4-5 siswa

    Guru membentuk

    kelompok

    heterogen masing-

    masing 5 anggota

    Siswa berkumpul

    sesuai

    kelompoknya

  • 18

    Bekerja kelompok

    dan

    menyelesaikan

    soal yang

    diberikan oleh

    guru

    Guru memberi

    kesempatan kepada

    siswa melakukan

    pengamatan dunia

    nyata (V)

    Siswa melakukan

    pengamatan

    tentang alat dan

    bahan yang akan

    digunakan dalam

    praktikum

    Guru melaksanakan

    kegiatan belajar

    yang melibatkan

    seluruh otak,

    seluruh tunuh

    (intelektual,

    somantik)

    Siswa melakukan

    praktikum sesuai

    dengan lembar

    kerja yang

    diberikan guru

    Guru melatih siswa

    memecahkan

    masalah (I)

    Siswa menjawab

    pertanyaan pada

    lembar kerja

    yang diberikan

    guru

    Kegiatan Inti

    (Tahapan

    Pelatihan)

    Menyampaikan

    hasil diskusi

    kelompok

    Guru memberikan

    kesempatan pada

    siswa untuk

    mempresentasikan

    hasil belajar

    Siswa

    mempresentasika

    n hasil diskusi

    kelompoknya

    kedepan kelas

    Kegiatan

    penutup

    (Tahap

    Penampilan

    Hasil)

    Merefleksikan

    kegiatan

    pembelajaran

    yang telah

    dilakukan

    Guru bersama siswa merefleksikan

    pembelajaran yang telah dilakukan

    dalam kehidupan sehari-hari

    Kesimpulan dan

    evaluasi kinerja

    Guru bersama siswa menyimpulakan

    materi pelajaran

    Guru membagiakan

    lembar evaluasi

    Siswa

    mengerjakan

    lembar evaluasi

    2.1.3 Motivasi Belajar

    Motivasi adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan

    sesuatu, Nasution (dalam Handani, 2011:142). Motivasi menurut Sadirman

    (Handani, 2011:142) adalah menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau

    ingin melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi menurut Ngalim Purwanto (dalam

    Handani, 2011:142 ) adalah segala sesuatu yang mendorong orang untuk

    melakukan sesuatu.

  • 19

    Menurut Winardi (2001:207) motivasi merupakan suatu kekuatan potensial

    yang ada pada diri seseorang manusia, yang dapat dikembangkannya sendiri, atau

    dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar. Motivasi adalah suatu pendorong

    yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktivitas nyata

    untuk mencapai tujuan tertentu (Djamarah, 2002:14). Sedangkan menurut

    Suardiman (1986:9) motivasi merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan

    kondisi-kondisi tertentu, bila ia tidak suka maka ia akan meniadakan atau

    mengelakkan perasaan tidak seka itu.

    Priyatno (1989:13) motivasi belajar adalah suatu energi yang menggerakkan

    aktivitas siswa kepada tujuan belajar. Sedangkan menurut Agus Suprijono

    (2013:163) motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah,

    dan kegigihan perilaku.

    Dari beberapa pengertian motivasi belajar menurut para ahli diatas, dapat

    disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan yang ada dalam diri

    seseorang yang dapat dipengaruhi oleh dirinya sendiri ataupun kekuatan luar yang

    dapat menimbulkan rasa senang sehingga merasa bersemangat untuk mencapai

    tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dalam pembelajaran.

    Menurut Djamarah (2002: 124) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

    belajar ada enam, yaitu:

    1. Faktor angka atau nilai

    2. Faktor hadiah

    3. Faktor kompetisi

    4. Faktor ego-involment

    5. Faktor pujian

    6. Hukuman

    Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 86) motivasi terdiri dari dua macam

    yaitu:

    1. Motivasi primer

    Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan motif-motif dasar. Motif-

    motif dasar tersebut umumnya berasal dari biologis atau jasmani manusia.

    2. Motivasi sekunder

  • 20

    Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Misalkan seseorang yang

    merasa lapar akan tertarik untuk makan tanpa belajar. Untuk memperoleh

    makanan orang tersebut harus bekerja terlebih dahulu, agar dapat bekerja dengan

    baik orang tersebut haruslah belajar bekerja dengan baik. “Belajar bekerja dengan

    baik ” merupakan motivasi sekunder.

    Selain itu, motivasi juga dibedakan menjadi dua (Dimyati, 2006: 90) adalah

    sebagai beriku:

    1. Motivasi intrinsik

    Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya tidak perlu

    ada adanya dorongan dari luar, kerena didalam diri seseorang sudah terdapat

    dorongan dari diri seseorang. Sebagai ilustrasi, seorang siswa diberi tugas untuk

    membaca oleh gurunya. Siswa tersebut akan terus membaca karena siswa ingin

    mengetahui kisah seorang tokoh yang ada didalamnya, bukan karena tugas yang

    diberikan oleh guru. Setelah siswa menyelesaikan membaca pada buku yang

    diberikan oleh guru, siswa akan mencari buku yang lain untuk memahami tokoh

    yang lain. Keberhasilan membaca sebuah buku akan menimbulkan keinginan baru

    untuk membaca buku yang baru.

    Motivasi intrinsik dapat dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya

    terdapat aktivitas belajar yang dimulai dan kemudian diteruskan berdasarkan

    dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.

    2. Motivasi ekstrinsik

    Motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada di

    luar perbuatan yang dilakukan. Orang berbuat sesuatu, karena dorongan dari luar

    seperti adanya hadiah dan menghindari hukuman. Misalnya: seorang siswa akan

    belajar dengan giat agar nilai ulangannya mendapatkan nilai yang terbaik, karena

    apabila mendapatkan nilai baik ia akan mendapatkan hadiah dari orang tuanya.

    Motivasi ekstrinsik juga dapat dikatakan sebagai bentuk motivasi yang

    didalamnya terdapat aktivitas belajar yang dimulai dan kemudian diteruskan

    berdasarkan dorongan dari luar yang secara mutlak tidak berkaitan dengan

    aktivitas belajar.

  • 21

    Ditinjau dari sudut operasionalnya, motivasi terdiri atas beberapa bentuk,

    yaitu (Hamdani, 2011: 290):

    1. Motif

    Seorang siswa yang belajar diasumsikan di dalam dirinya ada dorongan untuk

    memulai, melaksanakan, dan mengatur aktivitasnya. Dorongan tersebut tergantuk

    pada tiap diri siswa. Dalam hubungan ini dapat dilihat dua macam motif, yaitu

    motif biogenis dan motif sosiogenis. Motif biogenis adalah motif yang berasal

    dari masalah biologis, yaitu motif yang sifatnya memenuhi kebutuhan-kebutuhan

    biologis. Kebutuhan biologis ini merupakan kebutuhan fundamental. Yang artinya

    sebelum memenuhi kebutuhan-kebutuhan lain, seseorang harus memenuhi

    kebutuhan biologis terlebih dahulu. Motif sosiogenis adalah motif yang berasal

    dari segi sosial. Motif ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan hidup seseorang.

    Guru harus mengetahui adanya motif ini dalam diri setiap siswa, untuk

    dimanfaatkan dalam pencapaian belajar.

    2. Minat

    Minat mempengaruhi proses hasil belajar yang juga berpengaruh terhadap

    motivasi. Kalau seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu, maka orang

    tersebut tidak diharapkan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal itu. Minat

    seseorang terhadap suatu hal dapat dilihat dari keinginannya untuk mengetahui

    atau belajar lebih banyak.

    Menurut Hamdani (2011:292) fungsi motivasi yang berkenaan dengan proses

    belajar mengajar, antara lain sebagai berikut:

    1. Fungsi penggerak dalam motivasi

    Penggerak motivasi belajar untuk siswa dapat dilakukan melalui beberapa

    cara, antara lain:

    a. Metode penemuan (Bruner). Metode ini dimaksudkan agar siswa

    memberikan stimulan terhadap dirinya sendiri sehingga ia melakukan

    fungsi penggerak motivasinya.

    b. Motivasi kompetensi (Robert White). Motivasi kompetensi

    menggerakkan tindakan-tindakan, seperti menyelidiki, memerhatikan,

    berbicara, penalaran, dan memanipulasi.

  • 22

    c. Belajar terprogram (Bert Kersh). Kelompok belajar secara terbimbing

    berisi serangkaian pertanyaan dan jawaban yang disusun secara terhadap

    sampai pada penyelesaian masalah.

    d. Prosedur brainstorming (Torranca). Prosedur ini dimaksudkan agar siswa

    mampu memproduksi ide-ide yang berbobot tinggi, melalui diskusi dan

    kritik.

    2. Fungsi harapan

    Guru memberi harapan-harapan tersebut untuk menggugah motivasi belajar.

    Cara-cara yang dapat dilaksanakan untuk memenuhi fungsi harapan ini antara

    lain:

    a. Merumuskan tujuan instruksional sekhusus mungkin.

    b. Tujuan instruksional hendaknya dibagi menjadi tiga kategori, yaitu

    tujuan instruksional yang langsung, intermediete, dan jangka panjang.

    c. Perubahan-perubahan harapan.

    d. Tingkat aspirasi. Tingkat aspirasi dimasudkan sebagai pembangkit

    motivasi dengan berpedoman bahwa keberhasilan masa lampau

    mengkondisikan siswauntuk menambah harapan-harapan mereka.

    Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar (Dimyati,2006: 97) adalah

    sebagai berikut:

    a. Cita-cita atau aspirasi siswa

    b. Kemampuan siswa

    c. Kondisi siswa

    d. Kondisi lingkungan siswa

    e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran

    f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa

    Menurut Mulyasa (2010: 266) terdapat beberapa prinsip yang dapat

    diterapkan untuk meningkatkan motivasi peserta didik, diantaranya:

    1. Peserta didik akan belajar lebih giat kompetensi dasar yang dipelajari

    menarik, dan berguna bagi dirinya.

    2. Kompetensi dasar harus disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada

    peserta didik sehingga mereka mengetahui dengan jelas.

  • 23

    3. Peserta didik harus selalu diberitahu tentang hasil belajar dan pembentukkan

    kompetensi pada dirinya.

    4. Pemberian pujian dan hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-

    waktu hukuman juga diperlukan.

    5. Manfaatkan sikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu peserta didik.

    6. Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individu peserta didik.

    7. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dengan jalan

    memperhatikan kondisi fisiknya, memperhatikan rasa aman, menunjukan

    bahwa guru memperhatikan mereka, mengatur pengalaman belajar

    sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik pernah memperoleh kepuasan

    dan penghargaan, serta mengarahkan pengalaman belajar ke arah

    keberhasilan, sehingga mencapai prestasi dan mempunyai kepercayaan diri.

    Menurut Hamdani (2011: 294) beberapa teknik atau pendekatan untuk

    memotivasi siswa agar memiliki gairah dalam belajar, antara lain:

    1. Berikan kepada siswa rasa puas untuk keberhasilan lebih lanjut.

    2. Ciptakanlah suasana kelas yang menyenangkan.

    3. Aturlah tempat duduk siswa secara bervariasi.

    4. Pakailah metode penyampaian yang bervariasi sesuai dengan materi yang

    disajikan.

    5. Kembangkan pengertian para siswa secara wajar.

    6. Berikan komentar pekerjaan siswa.

    2.1.4 Hasil Belajar

    Menurut Reigelut (Hamzah,2007:137) Hasil belajar adalah semua efek yang

    dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode di

    bawah kondisi yang berbeda. Efek yang dimaksud bisa berupa efek yang sengaja

    dirancang, karena merupakan efek yang diinginkan dan bisa juga efek nyata

    sebagai hasil penggunaan metode pengajaran tertentu.

    Dimyati dan Mudjion (1999:250) berpendapat, hasil belajar merupakan hal

    yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi guru,

    hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Sedangkan dari sisi

  • 24

    siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik

    dibandingkan saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut

    terwujud pada jenis-jenis ranah afektif, kognitif dan psikomotor.

    Menurut Mulyono Abdurrahman (1993:31) hasil belajar adalah kemampuan

    yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar yang dimaksud

    merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu

    bentuk perubahan prilaku yang relatif menetap.

    Menurut Nasution (2003:42) hasil belajar suatu perubahan pada individu

    yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk

    kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Sedangkan

    Nana Sudjana (2004:14) berpendapat hasil belajar adalah suatu akibat dari proses

    belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun

    secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan.

    Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2009:5), hasil belajar berupa :

    a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik

    terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan

    manipulasi simbol, pemecahan masalah, maupun penerapan aturan.

    b. Ketrampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Ketrampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi,

    kemampuan analitis-sintesis, fakta-konsep dan mengembangkan prinsip –

    prinsip keilmuan. Ketrampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan

    aktivitas kognitif bersifat khas.

    c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah

    dalam memecahkan masalah.

    d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak

    jasmani.

    e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa menginternalisasi dan

    eksternalisasi nilai – nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai –

    nilai sebagai standar perilaku.

    Dari pendapat tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

    suatu proses perubahan tingkah laku seseorang yang meliputi, afektif, kognitif,

  • 25

    dan psikomotor yang merupakan hasil dari proses pembelajaran dengan

    menggunakan motode tertentu.

    Menurut Nana Sudjana(2004:39) hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi

    oleh dua faktor utama yaitu:

    1. Faktor dari dalam diri siswa,

    Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya.

    Faktor kemampuan sangat mempengaruhi hasil belajar yang dicapai oleh

    siswa. Selain faktor kemampuan juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar,

    minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi,

    faktor fisik dan praktis.

    2. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan

    Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil

    belajar di sekolah adalah kualitas pengajaran. Yang dimaksud kualitas

    pengajaran adalah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar

    mengajar dalam mencapai tujuan.

    Menurut Caroll dalam Nana Sudjana (2004: 40) hasil belajar yang dicapai

    siswa dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu:

    a. Bakat belajar

    b. Waktu yang tersedia untuk belajar

    c. Waktu yang diperlukan siswa unuk menjelaskan pelajaran

    d. Kualitas pengajaran

    e. Kemampuan individu.

    2.1.5 Hubungan Pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intelectually

    (SAVI) terhadap Motivasi dan Hasil Belajar IPA

    Pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intelectually (SAVI)

    merupakan pembelajaran yang menekankan pemanfaatan seluruh panca indra

    yang dimiliki oleh siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam

    pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intelectually (SAVI)

    menggabungkan antara pemikiran dan gerakan. Pembelajaran Somatic Auditory

    Visualization Intelectually (SAVI) dimulai dengan mengkondisikan kelas

  • 26

    sehingga terbentuk kondisi yang positif, kemudian menjelaskan tujuan, manfaat

    dan langkah kerja yang akan dipelajari siswa. Dengan seperti itu akan membuat

    siswa merasa ingin tahu materi yang akan dipelajari, sehingga siswa akan

    mengikuti pembelajaran dengan semangat. Tidak hanya itu saja, ketika siswa

    sudah mempunyai semangat untuk mempelajari materi yang akan disampaikan.

    Tetapi guru menjelaskan hanya dengan ceramah tidak membawa alat peraga,

    semangat dan rasa ingin tahu tersebut akan hilang. Pada pembelajaran Somatic

    Auditory Visualization Intelectually (SAVI) setelah dikondisikan sedemikanrupa

    dalam pembelajaran guru akan menjelaskan pembelajaran dengan prinsip akan

    memanfaatkan seluruh panca indra yang akan miliki, dalam pembelajaran tersebut

    anak dapat mendengar, berbicara, melihat dan meraba, sehingga siswa termovasi

    untuk mengikuti pembelajaran tersebut. Motivasi pada anak ketika pembelajaran

    akan terbentuk ketika anak mengetahui manfaat materi yang dipelajari dalam

    kehidupan sehari-hari dan siswa dapat melakukan percobaan sehingga

    pembelajaran menjadi konkrit tidak abstrak lagi. Ketika motivasi anak sudah

    meningkat untuk mempelajari materi tersebut pasti akan berpengaruh terhadap

    hasil belajar. Hal itu sejalan dengan hasil penelitian Walberg dkk yang

    menimpulkan bahwa motivasi mempunyai kontribusi antara 11 sampai 20 persen

    terhadap prestasi belajar. Studi yang dilakukan Suciati menyimpulkan bahwa

    kontribusi motivasi sebesar 36%, sedangkan McCelland menunjukkan bahwa

    motivasi berprestasi mempunyai kontribusi samapai 64% terhadap prestasi (Agus

    Suprijana, 2009: 162).

    Dari uraian diatas jelas bahwa ketika siswa dalam pembelajaran tersebut

    dapat menarik rasa ingin tahu siswa dan dalam pembelajaran siswa dapat melihat,

    mendengarkan, berbicara, meraba dan melakukan sesuatu, akan meningkatkan

    motivasi siswa dalam belajar. Motivasi yang meningkat tersebut dapat

    meningatkan hasil belajar terhadap mata pelajaran tersebut. Terlebih-lebih mata

    pelajaran IPA, siswa menganggap IPA itu membosankan karena harus menghafal,

    tetapi dengan penerapkan pembelajaran Somatic Auditory Visualization

    Intelectually (SAVI) siswa dalam proses pembelajaran akan diajak untuk

    memanfaatkan seluruh indra yang dimiliki anak dengan melihatkan video,

  • 27

    melakukan percobaan dan presentasi sehingga motivasi anak akan meningkat

    untuk mempelajari IPA. Anggapan IPA itu sulit dan membosankan akan hilang,

    sehingga motivasi anak meningkat dan hasil belajarnya pun dapat meningkat.

    2.2.Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

    Tomi Agus (2012), dalam skripsinya yang berjudul “Peningkatan Motivasi

    Dan Hasil Belajar IPA Menggunakan Model Pembelajaran SAVI Pada Siswa

    Kelas V SDN Salatiga 01 Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2011/2012”. Hasil

    penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran SAVI dapat

    meningkatakan motivasi dan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA.

    Hal itu dibuktikan dengan kondisi awal sebelum dikakukan tindakan total

    persentasi dengan seluruh item sebanyak adalah 3,36 (84,20%), pada siklus I

    menjadi 3,41 (85,47%), dan pada siklus II meningkat menjadi 3,49 (87,46%).

    Sehingga dapat dilihat motivasi siswa pada kondisi awal ke siklus I terjadi

    peningkatan sebanyak 0,05 (1,27%) dan siklus I ke siklus II mengalami

    peningkatan sebanyak 0,08 (1,99%). Peningkatan hasil belajar pada kondisi awal

    persentase ketuntasan hasil belajar siswa sebanyak 20,8, sedangkan setelah

    mendapatkan tindakan pada siklus I persentase ketuntasan hasil belajar siswa

    menjadi 68,75, pada siklus II persentase ketuntasan hasil belajar siswa menjadi

    91,67. Dari situ terlihat bahwa terdapat peningkatan persentase hasil belajar siswa,

    yang semula pada kondisi awal ke siklus I mengalami kenaikan sebanyak 47,95%,

    dan siklus I ke siklus II mengalami kenaikan sebanyak 22,92%. Dengan demikian

    dapat disimpulkan bahwa pembelajaran SAVI dapat meningkatakan motivasi dan

    hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA.

    Theresia Natasian (2011), dalam skripsi yang berjudul “Penerapan Model

    SAVI Untuk Meningkatkan Pembelajaran IPA Siswa Kelas IV SDN Madyopuro 1

    Kecamatan Kedungkandang Kota Malang Oleh Theresia Natasian”. Hasil

    penelitian ini adalah terjadinya peningkatan aktivitas dan hasil belajar pada mata

    pelajaran IPA. Hasil penelitian didapatkan nilai rata-rata aktivitas siswa siklus I

    pertemuan 1 69,15 termasuk kategori (rendah),dan pertemuan 2 yaitu 75,93 dan

    pada siklus II pertemuan 1 yaitu 72,30 dan pertemuan kedua 82,73 kategori

  • 28

    (tinggi) dan hasil belajar siswa siklus I pertemuan 1 60,39 termasuk kategori

    (rendah) dan pertemuan 2 hasil belajar siswa 70,65 termasuk kategori(cukup).

    Pelaksanaan tindakan siklus I pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 meningkat

    sebesar (10,26%). sedangkan siklus II pertemuan 1 hasil belajar siswa 72,79

    termasuk kategori(cukup) dan pertemuan 2 mencapai 78,37 termasuk

    kategori(tinggi). Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan 1 dan 2 mengalami

    peningkatan sebesar (5,58%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan

    pembelajaran SAVI dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

    Berdasarkan hasil-hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa pembelajaran

    SAVI dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. dengan demikian

    penelitian tersebut mendukung penelitian ini. Pada penelitian ini menekankan

    pada penerapan pembelajaran SAVI untuk meningkatkan motivasi dan hasil

    belajar siswa pada mata pelajaran IPA.

    2.3.Kerangka Berpikir

    Dalam kegiatan belajar mengajar di SD N Kebondowo 01 lebih berpusat pada

    guru, yang mengakibatkan siswa menjadi pasif. Sehingga siswa merasa bosan

    pada saat pembelajaran, rasa bosan tersebut dikarenakan siswa dalam

    pembelajaran hanya duduk, diam, dan mendengarkan saja tanpa melakukan

    sebuah kegiatan yang dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam mengikuti

    pembelajaran. Dalam sebuah proses pembelajaran terutama Ilmu Pengetahuan

    Alam diperlukan suatu pembelajaran yang dapat menumbuhkan motivasi siswa

    untuk mengikuti pembelajaran. Pembelajaran yang dapat menumbuhkan motivasi

    siswa salah satunya adalah Somatic Auditory Visualization Intelectually (SAVI).

    Pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intelectually (SAVI) merupakan

    pembelajaran yang memanfaatkan seluruh indra yang dimiliki siswa. Dalam

    proses pembelajaran ini siswa akan dijak untuk belajar secara konkrit, kegiatan

    pada awal pembelajaran adalah siswa dikondisikan pada kondisi positif untuk

    mengikuti pembelajaran, kemudian guru menjelaskan tujuan pembelajaran

    manfaat pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan

    dalam pembelajaran tersebut. Dengan demikian siswa akan merasa tertantang

  • 29

    untuk mengikuti pembelajaran dan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap mata

    pelajaran tersebut. Pada kegiatan inti dalam pembelajaran Somatic Auditory

    Visualization Intelectually (SAVI) siswa akan diajak untuk belajar secara konkrit

    dengan cara guru menjelaskan pembelajaran dengan batuan alat peraga ataupun

    video, yang kemudian anak secara berkelompok melakkan percobaan yang

    berkaitan dengan materi yang disampaikan. Setelah melakukan percobaan yang

    dilakukan secara berkelompok dan menjawab pertanyaan yang diberikan pada

    siswa, siswa akan melakukan presentasi hasil diskusi yang telah dilakukan.

    Sedangkan pada tahap akhir adalah siswa dan guru merefleksi pembelajaran yang

    telah dilakukan, menyimpulkan pembelajaran dan melakukan evaluasi. Dengan

    penerapan pembembelajaran yang demikian maka akan meningkatkan motivasi

    siswa dan materi tersebut akan lebih membekas pada ingatan siswa, karena siswa

    mengalami langsung. Motivasi siswa yang meningkat tersebut, juga akan

    berpengaruh terhadap hasil belajar anak. Motivasi yang meningkat akan

    mengingkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran khususnya IPA

    2.4.Hipotesis Tindakan

    Berdasarkan kerangka berfikir yang telah dijelaskan diatas, maka hipotesis

    untuk jawaban sementara pada penilitian ini, sebagai berikut:

    1. Pembelajaran IPA dengan menerapkan pembelajaran Somatic Auditory

    Visualization Intelectually (SAVI) dapat meningkatkan motivasi belajar IPA

    pada siswa kelas IV SD N Kebondowo 01 Kecamatan Banyubiru Kabupaten

    Semarang Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2013/2014.

    2. Pembelajaran IPA dengan menerapkan pembelajaran Somatic Auditory

    Visualization Intelectually (SAVI) dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada

    siswa kelas IV SD N Kebondowo 01 Kecamatan Banyubiru Kabupaten

    Semarang Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2013/2014.

    3. Penerapan beberapa tahapan pembelajaan Somatic Auditory Visualization

    Intelectually (SAVI) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA pada

    siswa kelas IV SD N Kebondowo 01 Kecamatan Banyubiru Kabupaten

    Semarang Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2013/2014.