8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SD Menurut Jujun Suriasumantri dalam Trianto (2010:136), science sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saja, walaupun pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan etimologi. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) RI No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi, agar peserta didik dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Sekolah Dasar (SD) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat
22
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8230/2/T1_292010350_BAB II.pdf · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Deskripsi Teori
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Teori
2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SD
Menurut Jujun Suriasumantri dalam Trianto (2010:136), science sering
diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saja,
walaupun pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan etimologi. Dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) RI No. 22 tahun 2006
tentang Standar Isi menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan
dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA
diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri
dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di
dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi, agar peserta didik dapat
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Mata
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Sekolah Dasar (SD) bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat
9
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Berdasarkan Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006 tentang SI, ruang
lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut.
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan
interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas
3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya
dan pesawat sederhana
4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda
langit lainnya.
Trianto (2011: 136-137) menyatakan pada hakikatnya IPA dibangun atas
dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Dalam sumber yang sama
dinyatakan juga bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis,
penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang
melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah
seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. Dengan demikian, IPA pada
hakikatnya adalah ilmu untuk mencari tahu, memahami alam semesta secara
sistematik dan mengembangkan pemahaman ilmu pengetahuan tentang gejala alam
yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip, dan hukum yang teruji kebenarannya.
10
Namun, IPA bukan hanya merupakan kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep,
prinsip, melainkan suatu proses penemuan dan pengembangan. Oleh karena itu untuk
mendapatkan pengetahuan harus melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode
ilmiah serta menuntut sikap ilmiah. Dalam pengelolaan pembelajaran IPA di sekolah,
guru harus dapat memberikan pengetahuan peserta didik mengenai konsep yang
terkandung dalam materi IPA tersebut. Selain konsep, hendaknya guru dapat
menanamkan sikap ilmiah melalui model-model pembelajaran yang dilakukannya.
Jadi pelajaran IPA tidak hanya bermanfaat dari segi materinya namun bermanfaat
juga terhadap penanaman nilai-nilai yang terkandung ketika proses pembelajarannya.
Untuk belajar IPA diperlukan cara khusus yang disebut dengan metode ilmiah.
Metode ilmiah ini menekankan pada adanya masalah, adanya hipotesa, adanya
analisa data untuk menjawab masalah atau membuktikan hipotesa, dan diakhiri
dengan adanya kesimpulan atau generalisasi yang merupakan jawaban resmi dari
masalah yang diajukan. Jadi pembelajaran IPA untuk menanamkan sikap ilmiah pada
siswa dan nilai positif melalui proses IPA dalam memecahkan masalah. Siswa akan
selalu tertarik dengan lingkungan dan siswa akan mengenal serta dapat
memanfaatkan teknologi sederhana dari aplikasi IPA.
IPA merupakan salah satu pelajaran wajib di Sekolah Dasar. Dengan belajar
IPA siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan IPA
menekankan pada pemberian pemahaman lagsung dan kegiatan praktis untuk
mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam
sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk “mencari tahu dan berbuat”
sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam tentang alam sekitar.
IPA merupakan terjemahan kata – kata dalam Bahasa Inggris yaitu natural
science artinya IPA. Berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam,
science itu pengertiannya dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang
mempelajari peristiwa – peristiwa yang terjadi di alam ini (Samatowa, 2010:3).
11
Menurut Wahyana dalam Trianto (2010:136) bahwa IPA adalah suatu
kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara
umum terbatas pada gejala – gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai
oelh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah dan sikap
ilmiah. Menurut Trianto (2010:141) dalam bukunya Model Pembelajaran Terpadu
dijelaskan bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala –
gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun
atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun
atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip dan teori yang berlaku secara
universal. Jadi hakikat IPA pada dasarnya adalah ilmu yang mempelajari segala
sesuatu yang ada dialam yang dibangun atas dasar sikap ilmiah yang dipandang dari
segi proses, produk dan pengembangan sikap.
Pembelajaran IPA dapat diartikan sebagai segala aktivitas yang dilakukan
guru untuk memotivasi siswa mau melakukan proses belajar tentang prinsip-prinsip
dan proses yang dapat menumbuhkan sikap ilmiah. Prihantoro Laksmi (Trianto,
2012: 142) menyebutkan ada beberapa nilai-nilai yang ditanamkan dalam
pembelajaran IPA adalah sebagai berikut:
1. Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut langkah-
langkah metode ilmiah.
2. Ketrampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, mempergunakan
alat-alat eksperimen dalam memecahkan masalah.
3. Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam pemecahan masalah.
Pembelajaran IPA di SD memuat konsep-konsep yang masih terpadu, karena
belum dipisahkan secara sendiri-sendiri, seperti misalnya kimia, biologi dan fisika.
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu penerapannya dalam masyarakat
12
membuat pendidikan IPA menjadi sangat penting. Pembelajaran IPA dan
keterampilan proses IPA untuk siswa hendaknya dimodifikasi sesuai taraf
perkembangan kognitif siswa, karena struktur kognitif anak-anak tidak dapat
dibandingkan dengan struktur kognitiff ilmuwan. Oleh karena itu siswa, perlu diberi
kesempatan untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA sehingga
diharapkan akhirnya mereka berfikir dan memiliki sifat ilmiah (Trianto, 2010:135).
Tujuan pembelajaran IPA diberikan kepada peserta didik, agar peserta didik
memiliki kompetensi tertentu. Kompetensi tersebut dituangkan dalam standar
kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD), yang secara rinci disajikan melalui
tabel 2.1 berikut ini.
13
Tabel 2.1
Standar Kompetensi (SK) Dan Kompetensi Dasar (KD) IPA SD Kelas IV Semester II
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Energi dan Perubahannya
7. Memahami gaya dapat mengubah gerak
dan/atau bentuk suatu benda
7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya
(dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak
suatu benda
7.2 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya
(dorongan dan tarikan) dapat mengubah bentuk
suatu benda
8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara
penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari
8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang
terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-
sifatnya
8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara
penggunaannya
8.3 Membuat suatu karya/model untuk menunjukkan
perubahan energi gerak akibat pengaruh udara,
misalnya roket dari kertas/baling-
baling/pesawat kertas/parasut
8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi melalui
penggunaan alat musik
Bumi dan Alam Semesta
9. Memahami perubahan kenampakan permukaan
bumi dan benda langit
9.1 Mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi
9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan
bumi dari hari ke hari
10. Memahami perubahan lingkungan fisik dan
pengaruhnya terhadap daratan 10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan
lingkungan fisik (angin, hujan, cahaya matahari,
dan gelombang air laut)
10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan
fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan
longsor)
10.3 Mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan
lingkungan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor)
11. Memahami hubungan antara sumber daya alam
dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat 11.1 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam
dengan lingkungan
11.2 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam
dengan teknologi yang digunakan
11.3 Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam
terhadap pelestarian lingkungan
Sumber : Peraturan Pemerintah RI No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi
14
2.1.2 Model Pembelajaran STAD (Student Teams Achivement Divison)
Model pembelajaran tipe STAD yang di kembangkan oleh Robert Slavin ini
merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan
interaksi antara peserta didik untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam
menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal (Isjoni,
2009:51dalam Tukiran, dkk. 2011:64). Pembelajaran STAD menurut Slavin (2010: 8)
yaitu “Pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok belajar
beranggotakan empat sampai enam siswa yang merupakan campuran dari
kemampuan akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa
yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras
dan etnis atau kelompok sosial lainnya”. Dalam pembelajaran dengan menggunakan
model STAD mengharuskan setiap siswa mampu menguasai materi yang telah
diberikan oleh guru, dimana penguasaan materi tersebut berdasarkan kerjasama setiap
siswa dalam kelompoknya untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan kepada
mereka, pada pembelajaran ini siswa dilatih untuk bekerjasama dan bertanggung
jawab terhadap tugas mereka. Jadi keberhasilan dalam pembelajaran STAD
ditunjukkan oleh tercapainya kompetensi yang dimiliki siswa dari belajar kelompok
atau kelompok belajar. Hasil tersebut berupa keberhasilan setiap anggota kelompok
untuk mampu menguasai materi pelajaran dan menyelesaikan tugas yang diberikan
kepada kelompoknya dengan baik, dalam hal ini hasil yang dicapai juga dapat berupa
hasil belajar siswa dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Model pembelajaran STAD menurut Miftahul Huda (2012:201) merupakan
salah satu strategi pembelajaran kooperatif, yang didalamnya terdapat beberapa
kelompok kecil siswa dengan level kemampuan akademik yang berbeda-beda, saling
bekerja sama untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut
Warsono dan Hariyanto (2013:197) STAD merupakan aktivitas yang dapat
mendorong siswa untuk terbiasa bekerja sama dan saling membantu dalam
15
menyelesaikan suatu masalah, tetapi pada akhirnya bertangung jawab secara mandiri.
Fokus dari pembelajaran STAD adalah keberhasialn individu berpengaruh terhadap
keberhasilan kelompok begitu pula keberhasilan kelompok juga berpengaruh terhadap
keberhasilan individu peserta didik dalam kelompok. Jadi dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran STAD merupakan strategi pembelajaran kooperatif yang terdiri
dari beberapa kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama secara mandiri untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran STAD menurut Agus Suprijono (2012:133) dapat
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 siswa secara heterogen
(berdasarkan prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lain).
2. Guru menyajikan pelajaran.
3. Guru memberikan tugas/lembar kerja kepada tiap anggota kelompok.
Siswa berdiskusi untuk menyelesaikan tugas. Anggota yang sudah
mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota
dalam kelompok itu mengerti.
4. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada semua siswa. Pada saat menjawab
kuis tidak boleh saling membantu
5. Guru memberi evaluasi
6. Kesimpulan
Ada sedikit perbedaan dalam melaksanakan pembelajaran model STAD.
Menurut Mifatul Huda (203:201) langkah-langkah pembelajaran STAD sebagai
berikut:
1. Siswa dibentuk dalam kelompok heterogen masaing-masing terdiri dari 4-
5 anggota (campuran berdasarkan nilai awal yang didapat)
16
2. Guru menyajikan materi atau memberi pengajaran pada siswa
3. Guru membagikan lembar kerja pada tiap anggota kelompok
4. Siswa melakukan kerja kelompok untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh guru sesuai materi ajar yang di sampaikan guru
5. Diadakan tes individu yaitu siswa mengerjakan kuis untuk mengecek
pemahaman siswa setelah melaksanakan diskusi
6. Rekognisi atau pemberian penghargaan pada tim yang mendapat hasil
belajar yang baik
Langkah-langkah pembelajaran STAD juga berbeda dengan yang dilakukan
oleh Warsono dan Hariyono (2013:197) yang menyatakan langkah-langkah
pembelajaran STAD sebagai berikut:
1. Guru membentuk kelompok heterogen yang isinya sekitar 4-6 siswa
(campuran siswa yang cepat belajar, lembar belajar, rata-rata, ada siswa
laki-laki dan ada siswa yang perempuan, dari berbagai suku dan ras)
2. Guru melakukan penyajian pembelajaran atau menjelaskan materi
pembelajaran
3. Guru memberi tugas pada kelompok
4. Guru membolehkan siswa yang cepat belajar untuk mengajari siswa yang
lambat belajar sampai akhirnya semua siswa dapat memahami materi
pembelajaran
5. Guru memberi kuis/soal, ketika mengerjakan kuis, siswa tidak boleh
saling membantu.
6. Guru melakukan evaluasi dan refleksi
Dengan demikan, langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran
STAD adalah sebagai berikut:
1. Membentuk tim yang masing-masing timterdiri dari 5 siswa
2. Siswa menyimak materi pembelajaran
17
3. Siswa menerima tugas dari guru
4. Siswa mengerjakan tugas dengan diskusi
5. Siswa yang lebih tahu, memberi penjelasan kepada teman yang belum
tahu dalam tim
6. Siswa mengerjakan kuis secara individual (lesan)
7. Siswa mengerjakan tes tertulis
8. Tim yang berprestasi menerima penghargaan
9. Refleksi
Menurut Trianto (2009:96–97) pembelajaran STAD mempunyai kelebihan
dan kelemahan sebagai suatu model pembelajaran. Kelebihan dari model
pembelajaran STAD adalah:
1. Mengembangkan serta menggunakan keterampilan berpikir kritis dan
kerjasama kelompok;
2. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama;
3. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan
kelompok;
4. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam
berpendapat.
Kelemahan dari model pembelajaran STAD adalah:
1. Sejumlah murid mungkin bingung karena belum terbiasa dengan perlakuan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe STAD;
2. Membutuhkan waktu yang lama dalam pelaksanaannya;
3. Pada permulaan penerapan model pembelajaran ini, guru akan merasa
kesulitan dalam pengelolaan kelas.”
Solusi untuk mengatasi kekurangan model pembelajran kooperatif tipe STAD
antara lain:
18
1. Dalam memilih masalah mempertimbangkan aspek kemampuan dan
perkembangan anak didik.
2. Siswa terlebih dahulu dibekali pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan.
3. Bimbingan secara kontinu dan persediaan alat-alat/sarana pengajaran yang
perlu diperhatikan.
4. Berusaha dengan sungguh-sungguh agar dapat terampil dalam menerapkan
model ini.
Dari kelebihan – kelebihan yang ada pada pembelajaran berdasarkan masalah
ini, semakin memberikan optimisme untuk keberhasilan penelitian ini. Dengan
disajikan masalah yang ada di sekitar siswa, siswa akan mudah untuk mendefinisikan
hingga nanti mampu menemukan pemecahannya. Meminimalkan perilaku guru yang
terlalu menekankan penguasaan konsep belaka kepada siswanya, karena dalam model
ini konsep hanya diberikan sesuai dengan kebutuhan. Bukan tentang banyaknya
konsep yang dapat diterima oleh siswa, tetapi seberapa tingkat pemahaman siswa
mengenai konsep tersebut. Dengan tujuan utama dapat menemukan pemecahan
masalah, tentu model ini mampu meningkatkan kemampuan siswa untuk
memecahkan masalah dengan pengetahuan yang dimilikinya. Persiapan pembelajaran
yang kompleks menjadi kelemahan dari model pembelajaran ini, baik persiapan alat
maupun masalah yang relevan. Selain itu juga sulit mencari masalah yang relevan
dengan materi pembelajaran yang akan diajarkan. Pembelajaran dengan model ini
juga membutuhkan waktu yang cukup lama, karena kemampuan siswa yang berbeda
– beda dalam menemukan pemecahan masalah.
2.1.3. Hasil Belajar
Dalam setiap pembelajaran, guru tidak hanya menstransfer materi kepada
peserta didik, namun juga harus ada hasil belajar dari setiap pembelajaran yang di
lakukan. Menurut Wardani Naniek Sulistya (2010: 2.) hasil belajar adalah besarnya
19
skor yang diperoleh melalui pengukuran pada saat proses belajar (non tes) dan
pengukuran pada hasil belajar (tes). Pengukuran proses belajar dapat dilakukan ketika
proses pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran dan pengukuran hasil
belajar dapat diperoleh dari tes yang di lakukan. Menurut Darmansyah (2006:13)
hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam
bentuk angka. Jadi hasil belajar merupakan besarnya skor yang diperoleh siswa
melalui pengukuran proses belajar dan hasil belajar. Hasil belajar digunakan guru
sebagai ukuran atau kriteria keberhasilan pembelajaran. Setiap proses pembelajaran
keberhasilannya dapat diukur melalui pengukuran.
Menurut Wardani Naniek Sulistya, dkk (2012:47) pengukuran adalah kegiatan
atau upaya yang di lakukan untuk memberi angka-angka pada suatu gejala atau
peristiwa atau benda. Sedangkan menurut Anas Sudijono (2008:4) pengukuran adalah
kegiatan yang dilakukan untuk mengukur sesuatu. Hamzah (2008:93) menyatakan
bahwa mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan ukuran tertentu dan bersifat
kuantitatif. Peristiwa mengukur objek yang sama, akan memberikan hasil ukur yang
sama, misalnya pengukuran panjang, berat suatu benda. Jadi pengukuran adalah suatu
kegiatan yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu objek atau
peristiwa dengan kriteria tertentu. Alat yang digunakan dalam pengukuran untuk
menetapkan angka disebut instrumen.
Pengukuran berhubungan dengan asesmen dan penilaian. Menurut Wardani
Naniek Sulistya (2012:50) menyatakan bahwa asesmen adalah proses pengambilan
dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa, kemudian
informasi atau data tersebut diolah untuk dapat menentukan pencapaian hasil belajar
peserta didik. Arikunto (1987) dalam Asep dan Haris (2013:54) menyatakan bahwa
untuk dapat melakukan penilaian perlu melakukan pengukuran terlebih dahulu,
sedangkan pengukuran tidak akan mempunyai makna yang berarti tanpa dilakukan
penilaian. Menurut Grondlund dalam Jihad dan Haris (2013:54) penilaian sebagai
20
proses sistematik pengumpulan, penganalisisan dan penafsiran informasi untuk
menentukan sejauh mana siswa mencapai tujuan. Menurut Sudjana (2012:3) penilaian
merupakan proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu,
sedangkan menurut Warsono dan Hariyanto (2012:264) penilaian mencakup semua
metode yang digunakan untuk menilai unjuk kerja individu peserta didik atau
kelompok nilai unjuk kerja, yang diperoleh selama pembelajaran berlangsung.
Hasil belajar dapat diketahui melalui pengukuran. Pengukuran untuk proses
belajar dapat dilakukan melalui unjuk kerja siswa. Menurut Wardani Naniek Sulistya
(2012:73) unjuk kerja adalah suatu pengukuran yang dilakukan melalui pengamatan
aktivitas peserta didik dalam melakukan sesuatu berupa tingkah laku atau interaksi
dalam pembelajaran, sedangkan pengukuran hasil dapat di peroleh melalui tes. Jadi
untuk melakukan penilaian didahului dengan pengukuran dan asesmen. Fungsi
penilaian dalam pembelajaran menurut Wardani Naniek Sulistya (2012:56) yaitu:
1. Penilaian formatif
Penilaian formatif dilaksanakan setiap akhir RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran). Penilaian formatif bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan
siswa terhadap materi tertentu.
2. Penilaian sumatif
Penilaian sumatif dilakukan pada akhir satuan program tertentu (catur wulan,
semester, atau akhir tahun ajaran). Tujuan dari penilaian sumatif adalah untuk
mengetahui prestasi yang dicapai peserta didik selama satu program. Hasilnya
merupakan nilai tertulis dalam raport dan penentuan kenaikan kelas. Untuk
mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar peserta didik dapat dilakukan
dengan beragam teknik yang berhubungan dengan proses belajar maupun hasil
belajar. Secara umum dalam penilaian terdapat 2 teknik yaitu teknik tes dan non
tes.
21
1. Teknik tes
Menurut Asep dan Haris (2013:67) tes merupakan himpunan pertanyaan yang
harus dijawab harus ditanggapi atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang
di tes. Menurut Wardani Naniek Sulistya (2012:14) tes adalah alat ukur indikator atau
kompetensi tentu untuk pemberian angka yang jelas dan spesifik, sehingga hasilnya
relative ajeg bila dilakukan dalam kondisi yang relative sama. Menurut Nana
Sudjana(2012:35), tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes
lisan), dalam bentuk tulisan (tes tertulis) atau dalam bentuk pembuatan (tes tindakan).
Jadi tes adalah suatu alat penilaian yang digunakan untuk mengukur indikator atau
kompetensi tertentu untuk memberikan angka yang jelas sehingga hasilnya relative
ajeg bila dilakukan dalam kondisi yang sama. Berikut ini adalah teknik tes menurut
Jihad dan Haris(2013:68)
1. Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan
a. Tes tertulis
Tes atau soal yang harus dikerjakan siswa secara tertulis
b. Tes lisan
Tes berupa sekumpulan soal atau tugas pertanyaan yang diberikan pada
siswa dan dilaksanakan dengan tanya jawab.
c. Tes perbuatan
Tugas yang pada umumnya berupa kegiatan praktek atau kegiatan yang
mengukur keterampilan
1) Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya
a. Tes objektif meliputi soal tes pilihan ganda, isian, benar salah,
menjodohkan serta jawaban singkat.
b. Tes uraian meliputi uraian terbatas dan uraian bebas.
22
2.) Teknik non tes
Menurut Jihad dan Haris(1013:69) teknik non tes merupakan prosedur yang
dilalui untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik minat, sifat, dan
kepribadian. Menurut Endang Poerwati(2008) macam-macam teknik non tes
adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu observasi formal dan
informal. Observasi formal menggunakan instrumen yang dirancang
untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar peserta didik.
Sedangkan informal dilakukan pendidik tanpa menggunakan instrumen.
b. Wawancara
Cara untuk memperoleh informasi mendalam yang diberikan secara
lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau aspek kepribadian
peserta didik.
c. Angket
Suatu objek yang dipergunakan untuk memperoleh informasi yang
berupa angket sikap
d. Analisa sampel kerja
Digunakan untuk mengkaji respon yang benar dan tidak benar yang di
buat siswa dalam pekerjaannya dan hasilnya berupa informasi mengenai
kesalahan atau jawaban benar yang sering dibuat siswa berdasarkan
jumlah, tipe, pola, dan lain-lain.
e. Analisa tugas
Dipergunakan untuk menentukan komponen utama tugas dan menyusun
skill dengan urutan yang sesuai dan hasilnya berupa daftar komponen
tugas dan daftar skill yang diperlukan
f. Checklist dan rating scale
Dilakukan untuk mengumpulkan informasi dalam bentuk semi
terstruktur, yang sulit dilakukan dengan teknik lain dan data yang
23
dihasilkan bisa kuantitatif, atau kualitatif, tergantung format yang
digunakan.
g. Portofolio
Kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam karya tentu
yang diorganisasi untuk mengetahui minat, perkembangan belajar dan
prestasi siswa.
h. Presentasi
Perseta didik menyajikan karya-karyanya
i. Proyek individu kelompok
Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta dapat di gunakan
untuk individu maupun kelompok.
Hasil belajar yang diharapkan dicapai siswa pada ranah kognitif yaitu siswa
dapat mengetahui atau menyebutkan konsep, misalnya dari menghitung luas dan
menggunakannya dalam masalah yang berkaitan dengan luas. Pada ranah afektif yaitu
siswa dapat mengembangkan karakter yang diharapkan (tekun, kerjasama, dan
tanggung jawab), siswa juga dapat berpikir kreatif dan berlatih berkomunikasi. Pada
ranah psikomotor yaitu siswa mampu menggunakan alat peraga dan memecahkan
aktivitas pemecahan masalah menggunakan alat peraga. Jadi ketiga ranah menurut
taksonomi Bloom tersebut, kesemuanya harus dapat dicapai oleh siswa setelah
mendapatkan pembelajaran. Jika ketiga ranah tersebut telah tercapai, dapat dikatakan
bahwa siswa telah berhasil dalam belajarnya.
Hasil pengukuran akan memperoleh skor (angka), skor ini akan bermakna,
jika ada pedoman penilaiannya. Pedomen penilaian dibedakan menjadi dua yakni
Pedoman Acuan Norma (PAN) yaitu penilaian yang mendasarkan pada norma atau
kedudukan siswa dalam kelas, dan Pedoman Acuan Patokan (PAK) yaitu penilaian
yang mendasarkan pada patokan atau criteria tertentu, seperti Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM).
24
2.1.4 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Nur Jamil Musthofa (2011 ) berjudul
Penerapan Pendekatan Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Tentang Operasi Hitung Pecahan Siswa Kelas 4 SDN Yosorejo
Giringsing Batang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan pembelajaran kooperatif
STAD dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika materi operasi hitung
pecahan. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya ketuntasan belajar siswa dari
40 siswa yang tuntas dengan KKM : 60 pada siklus 1 PTK sebanyak 27. Kemudian
diadakan siklus 2 PTK ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 35 siswa (96%).
Kelebihan yang dicapai dalam penelitian ini adalah ketercapaian ketuntasan belajar
siswa yang selalu mengalami peningkatan dari penelitian ini yaitu meningkatkan
minat siswa dalam pelajaran matematika operasi hitung pecahan. Sedangkan
kelemahannya yaitu tidak di jelaskan secara lengkap langkah-langkah pembelajaran
STAD dan dalam penelitian) masih belum biasa sepenuhnya mengaktifkan minat
siswa dalam kelompoknya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dipilih
tindakan lanjut untuk melakukan penelitian pada operasi pecahan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Umi Niswati yang berjudul “Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk meningkatkan penguasaan konsep
waktu pada mata pelajaran Matematika Kelas 1 SD Negeri Mronjo 02. Peningkatan
prestasi siswa ditunjukan dari nilai rata-rata pre-test dan post-tes, pada pre-test
dengan hasil 70%. Sedangkan pada post tes meningkat menjadi 95%. Jadi penerapan
model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar
matematika pada penguasaan konsep perhitungan waktu jam secara bulat.
Dari penelitian yang telah dilakukan Sasmita yang berjudul “ Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran Matematika kelas V Negeri Cimurid Cianjur ” (http : / digilib. upi.
Edu/ pasca/available / etd-0621106-1242541). 5,29. Diberi tindakan pada Siklus I,
Siklus II dan Siklus III dengan menggunakan metode Kooperatif Tipe STAD. Rata-
25
rata nilai pada siklus I : 5,79. Rata-rata nilai pada Siklus II : 6,58 dan rata-rata nilai
pada Siklus III : 7,95. Data tersebut telah diolah dengan cara memprosentasikan
jumlah nilai seluruh siswa dibagi jumlah siswa. Ada peningkatan dari setiap Siklus
dengan Siklus sebelumnya. Hal ini berarti bahwa pelajaran menggunakan metode
Kooperatif Tipe STAD memberikan peningkatan terhadap hasil belajar.
Penelitian Rahmawati (2011) yang berjudul Penggunaan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Tentang
Pecahan Siswa Kelas 4 Semester Ganjil Tahun Ajaran 2011/2012. Hasil penelitian
menunjukan bahwa setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD, hasil
belajar siswa pada materi pelajaran penjumlahan dan pengurangan pecahan semakin
meningkat. Hal ini ditunjukan dengan sebelum pelaksanaan tindakan, siswa yang
mencapai KKM sejumlah 11 siswa atau 45,83% dari 24 siswa dan rata-rata kelas
70,83. Sedangkan pada siklus 2 siswa yang mencapai KKM sejumlah 21 siswa atau
87,50% dari 24 siswa dan rata-rata kelas 83,08. Keunggulan dari penelitian ini yaitu
meningkatkan hasil belajar pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan.
Sedangkan kelemahannya yaitu harus saling bekerja sama, padahal anak sulit untuk
bekerja sama dengan anggota kelompok lain dan selalu ada salah satu dari anggota
kelompok yang mendominasi. Berdasrkan hasil penelitian tersebut maka dipilih
tindak lanjut untuk melakukan penelitian dengan memperhatikan hal-hal yang
berkaitan pelaksanaan tindakan terutama persiapan guru. Sebaiknya guru mempelajari
dengan baik tahapan-tahapan pelaksanaan STAD.
Dapat dilihat perbedaan yang cukup jelas, diantaranya oleh Alfera Bekti
Susani (2011) Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar dengan Penerapan Dienes
Games dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Sifat-sifat Bangun
Ruang Kelas 5 Semester 2. Oleh Nur Jamil Musthofa (2011 ) yang berjudul
Penerapan Pendekatan Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Kualitas Hasil
Belajar Matematika Tentang Operasi Hitung Pecahan Siswa Kelas 4 SDN Yosorejo
26
Gringsing Batang. Oleh Rahmawati (2011) yang berjudul Penggunaan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
Tentang Pecahan Siswa Kelas 4 Semester Ganjil Tahun Ajaran 2011/2012. Dari
penelitian yang relevan diatas jelas sekali perbedaan dengan penelitian yang
dilakukan saat ini, perbedaannya adalah pada variabel penelitian tindakan kelas
dimana penelitian terdahulu belum memasukan variabel keaktifan belajar siswa dan
pada mata pelajaran yang diteliti yakni mata pelajara IPA juga obyek sekolah yang
berbeda.
2.1.5 Kerangka Berpikir
Dalam mengajarkan pelajaran IPA terutama materi Energi Panas dan Energi
Bunyi. Dibutuhkan konsep dasar teori yang tepat dalam menyampaikan pelajaran
tersebut. Konsep dasar teori yang dipilih harus sesuai dan cocok serta harus
disesuaikan dengan kebutuhan siswa, terutama dalam penyampaian materi IPA.
Sebab dalam pelajaran IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada
dipermukaan Bumi, serta sikap ulet dan percaya diri dan ingin tau dalam mempelajari
makhluk hidup maupun benda mati. Dalam penerapan model STAD proses
pembelajaran mempunyai keungulan dan dipastikan dapat meningkatkan hasil
belajar, keunggulannya; siswa bekerjasama dalam mencatat tujuan dengan
menjunjung norma-norma kelompok, siswa aktif membantu dan memotivasi
semangat untuk berhasil bersama, aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk
meningkatkan keberhasilan kelompok, interaksi antar siswa seiring dengan
peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.
Pembelajaran model STAD siswa sangat dilibatkan dalam proses
pembelajaran, siswa lebih mudah menemukan dan memahami materi- materi yang
diangap sulit apabila mereka saling bekerjasama dengan temannya untuk
menyelesaikan masalah. Melalui kerjasama akan terjalin rasa kebersamaan,
komunikasi, mereka saling berbagi pengetahuan yang dimiliki mereka masing-
27
masing sehingga terjadi pemahaman yang sama dalam persoalan-persoalan yang
mereka diskusikan. Ini akan membawa dampak pada peningkatkan hasil belajar.
Langkah-langkah pembelajaran dengfan menggunakan model pembelajaran
STAD adalah sebagai berikut:
1. Membentuk tim yang masing-masing tim terdiri dari 5 siswa
2. Menyimak materi energi panas
3. Menerima LKS (Lembar Kerja Siswa) tentang energi panas
4. Mengerjakan LKS dengan diskusi
5. Memberi penjelasan kepada teman yang belum tahu dalam tim
6. Mengerjakan kuis secara individual (lesan)
7. Tim yang berprestasi menerima penghargaan
8. Refleksi pembelajaran
28
Pendekatan pembelajaran
konvensional/ceramah
Model Pembelajaran
STAD
Hasil belajar
siswa < KKM
Observasi
Skor tes
Skor Non Tes
Hasil belajar
siswa > KKM
65
Menunjukkan/tidak
menerima/tidak
Mengerjakan
/tidak
Mebgerjakan/tida
k
Member
ipenjelasan/tidak
Membentuk/tidak Membentuk tim 5 siswa
Menerima LKS Energi panas dan energy
bunyi
Memberi penjelasan kepada teman yang
belum tahu dalam tim
Menyimak materi energi panas
Mengerjakan LKS dengan
diskusi
Refleksi
Mengerjakan kuis
Gambar 2.1.
Skema Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Model Pembelajaran STAD
29
2.1. 6 Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar IPA dapat
diupayakan melalui model pembelajaran STAD siswa kelas IV SD Negeri
Randuacir 01 Salatiga semester II tahun 2013/2014.