8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1. Hakikat IPA SD a. Pengertian IPA menurut Triyanto (2010: 141) adalah ilmu kealaman yang mencakup dunia zat, makhluk hidup, maupun tidak hidup atau benda mati yang diamati. IPA dipahami sebagai pengetahuan yang didapatkan melalui langkah-langkah tertentu seperti observasi, perumusan masalah, membuat dugaan (hipotesis), pengujian hipotesis dengan percobaan, kemudian penarikan kesimpulan. Langkah-langkah tersebut akhirnya akan menghasilkan suatu temuan berupa teori atau konsep. Susanto (2013: 16) mengemukakan IPA adalah suatu kumpulan fakta dan konsep yang penemuannya memerlukan suatu proses berupa pengamatan, pengukuran, pengklasifikasian, dan penyimpulan. IPA sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. IPA menurut Wisudawati (2014: 22) merupakan rumpun ilmu yang memepelajari tentang fenomena alam yang nyata dan terjadi serta hubungan implikasi atau sebab akibat. IPA memiliki ciri atau karakteristik khusus yaitu IPA diperoleh melalui percobaan. IPA merupakan penyelidikan yang dilakukan secara teratur sebagai usaha untuk mencari tatanan atau keteraturan dalam alam. IPA dapat menghasilkan suatu produk berupa fakta, konsep, dan teori. Produk-produk ini didapatkan melalui suatu proses empirik yang mencakup observasi, klasifikasi, dan pengukuran (Srini, 2001: 1). Dari beberapa pendapat tersebut di atas, berarti IPA merupakan ilmu yang diperoleh melalui suatu proses atau langkah-
32
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. Hakikat IPA SD a. Pengertian...8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1. Hakikat IPA SD a. Pengertian IPA menurut Triyanto (2010: 141) adalah ilmu
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.Kajian Teori
2.1.1. Hakikat IPA SD
a. Pengertian
IPA menurut Triyanto (2010: 141) adalah ilmu kealaman yang
mencakup dunia zat, makhluk hidup, maupun tidak hidup atau benda
mati yang diamati. IPA dipahami sebagai pengetahuan yang
didapatkan melalui langkah-langkah tertentu seperti observasi,
perumusan masalah, membuat dugaan (hipotesis), pengujian hipotesis
dengan percobaan, kemudian penarikan kesimpulan. Langkah-langkah
tersebut akhirnya akan menghasilkan suatu temuan berupa teori atau
konsep. Susanto (2013: 16) mengemukakan IPA adalah suatu
kumpulan fakta dan konsep yang penemuannya memerlukan suatu
proses berupa pengamatan, pengukuran, pengklasifikasian, dan
penyimpulan.
IPA sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. IPA
menurut Wisudawati (2014: 22) merupakan rumpun ilmu yang
memepelajari tentang fenomena alam yang nyata dan terjadi serta
hubungan implikasi atau sebab akibat. IPA memiliki ciri atau
karakteristik khusus yaitu IPA diperoleh melalui percobaan.
IPA merupakan penyelidikan yang dilakukan secara teratur
sebagai usaha untuk mencari tatanan atau keteraturan dalam alam. IPA
dapat menghasilkan suatu produk berupa fakta, konsep, dan teori.
Produk-produk ini didapatkan melalui suatu proses empirik yang
mencakup observasi, klasifikasi, dan pengukuran (Srini, 2001: 1).
Dari beberapa pendapat tersebut di atas, berarti IPA
merupakan ilmu yang diperoleh melalui suatu proses atau langkah-
9
langkah ilmiah dan pada akhirnya menghasilkan suatu fakta-
fakta, konsep, dan teori tentang alam.
b. Kompetensi Dasar IPA SD
Susanto (2013: 167) menyatakan bahwa pembelajaran IPA
meliputi tiga hal, yaitu pengetahuan sains, proses ilmiah, dan sikap
ilmiah. Kompetensi dasar dalam pembelajaran IPA juga meliputi
ketiga hal tersebut. Pengetahuan sains adalah fakta-fakta dan teori
mengenai alam. Proses ilmiah merupakan ketrampilan-ketrampilan
yang digunakan dalam rangka memperoleh pengetahuan tentang alam
seperti ketrampilan mengamati, mengukur, mengklasifikasi dan
menyimpulkan. Sikap ilmiah adalah hal yang dikembangkan selama
melakukan kegiatan-kegiatan dalam pembelajaran IPA. Sikap ilmiah
meliputi sikap ingin tahu, kerja sama, bertanggung jawab, tidak putus
asa, serta disiplin.
Poedjiati (2010:78) mengemukakan bahwa ketrampilan dasar
dalam pendekatan proses adalah menghitung, observasi, mengukur,
membuat hipotesis, dan mengklasifikasi. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa ketrampilan proses dalam pembelajaran IPA di
SD meliputi ketrampilan dasar dan ketrampilan terintegrasi.
Keterampilan-ketrampilan ini dapat melatih siswa untuk menemukan
dan menyelesaikan masalah secara ilmiah untuk menghasilkan
produk-produk IPA yaitu fakta, generalisasi, konsep, hukum dan teori-
teori baru, sehingga perlu diciptakan kondisi pembelajaran IPA di SD
yang dapat membuat siswa untuk aktif dan ingin tahu.
Dari pendapat kedua ahli di atas, kemampuan yang diharapkan
dapat dicapai oleh siswa dalam pembelajaran IPA meliputi
pengetahuan sains berupa fakta dan teori IPA, kemampuan
mendapatkan pengetahuan tentang IPA melalui proses mengamati,
mengklasifikasikan, menyusun hipotesis, menganalisis data, dan
menyimpulkan, dan yang terakhir adalah memiliki sikap ilmiah seperti
10
sikap ingin tahu, kerja sama, bertanggung jawab, tidak putus asa, serta
disiplin.
c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA SD
Penelitian yang akan dilakukan meliputi standar kompetensi
dan kompetensi dasar sebagai berikut.
Tabel 2.1
Tabel Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA SD
Standar Kompetensi Kompetensi
Dasar Indikator
6. Menerapkan
sifat-sifat cahaya
melalui kegiatan
membuat suatu
karya
6.1. Mendeskripsi-
kan sifat-sifat
cahaya
6.1.1. Menyebutkan sifat-sifat
cahaya
6.1.2. Mengidentifikasi sifat-sifat
cahaya yang terdapat pada
kehidupan sehari-hari
6.1.3. Memberi contoh kegunaan
sifat-sifat cahaya yang
terdapat pada suatu alat/benda
d. Pembelajaran IPA SD
IPA merupakan hasil kegiatan manusia yang berkaitan dengan
alam. Pembelajaran IPA yang baik adalah pembelajaran yang
dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran yang
dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari akan membuat siswa berpikir
kritis dan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Banyak peristiwa
sehari-hari siswa yang dapat menumbuhkan rasa ingin tahu siswa
dengan mengaitkannya dengan pembelajaran IPA.
Menurut Triyanto (2010: 143) pembelajaran IPA sebaiknya
menekankan pada proses, sehingga siswa dapat menemukan fakta-
fakta kemudian membangun sendiri konsep, teori, serta sikap ilmiah
dari pembelajaran yang dilakukan. Keterlibatan siswa dalam
pembelajaran sangat penting. Dengan terlibat secara aktif dalam
pembelajaran siswa akan dapat menemukan dan menerapkan sendiri
ide-idenya.
11
Pembelajaran IPA mengutamakan untuk memberi pengalaman
langsung kepada siswa guna mengembangkan kemampuan dan juga
mempelajari alam sekitar dengan cara ilmiah. Pada sekolah dasar,
pembelajaran IPA sebaiknya memberikan pengalaman belajar secara
langsung kepada siswa dengan menggunakan dan mengembangkan
keterampilan proses dan sikap ilmiah. Siswa sekolah dasar harus
diberikan pengalaman serta kesempatan selama proses pembelajaran
untuk mengembangkan kemampuannya dalam berpikir dan bersikap
terhadap alam, sehingga dapat menguak rahasia dan kejadian-kejadian
yang terjadi di alam (Susanto, 2013: 170). Pembelajaran IPA pasti
selalu berhubungan dengan peristiwa alam atau kehidupan sehari-hari
siswa yang berkaitan dengan alam. Pembelajaran IPA tidak hanya
menyajikan fakta dan konsep, tetapi juga harus menyajikan hal-hal
nyata yang berhubungan dengan konsep yang dipelajari. Pembelajaran
yang menyajikan hal-hal nyata dan berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari siswa akan memberikan pemahaman yang lebih baik
kepada siswa karena siswa mengalami secara langsung dan dapat
langsung menghubungkannya dengan kehidupannya sehari-hari.
Pembelajaran IPA yang dapat memberikan pengalaman
langsung kepada siswa ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan
model pembelajaran yang mempunyai karakteristik yang sesuai
dengan pembelajaran IPA. Model-model pembelajaran seperti POE,
STM, Inquiry, Problem Based Learning dirasa berpotensi dan sesuai
untuk mengembangkan pembelajaran IPA. Model pembelajaran yang
sesuai dan mendukung terjadinya pembelajaran yang dapat
memberikan pengalaman langsung kepada siswa dan dapat
menumbuhkan rasa ingin tahu siswa. Model pembelajaran yang
berpotensi menyediakan hal-hal di atas menurut peniliti adalah model
POE dan model STM. Kedua model ini mempunyai karakteristik yang
sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA yaitu membangun
pengetahuan siswa dengan pengalaman langsung dan mengandung
12
unsur penemuan. Penjelasan mengenai model pembelajaran POE dan
STM akan dielaskan lebih lanjut pada uraian selanjutnya setelah
uraian penilaian IPA SD.
e. Penilaian IPA SD
Penilaian IPA SD tidak hanya terfokus pada hasil belajar akhir
siswa. Telah dijelaskan pada uraian sebelumnya bahwa kompetensi
IPA terdiri dari tiga hal yaitu pengetahuan sains, proses ilmiah, dan
sikap ilmiah. Jadi penilaian IPA juga meliputi ketiga kompetensi dasar
IPA tersebut.
Pembelajaran IPA melakukan penilaian terhadap pengetahuan
sains siswa berupa ulangan atau tes dan menghasilkan hasil belajar
siswa. Pembelajaran IPA juga memperhatikan proses pembelajaran.
Pembelajaran tidak hanya menyajikan suatu fakta dan konsep, tetapi
juga menyajikan bagaimana proses suatu konsep bisa terjadi melalui
pengalaman langsung. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung,
sikap siswa juga harus menjadi perhatian karena ini termasuk dalam
kompetensi sikap ilmiah yang mana sikap ini tumbuh selama kegiatan
pembelajaran.
Keadaan hasil akhir siswa dari suatu pembelajaran IPA sudah
dapat dilihat dari bagaimana siswa tersebut melakukan proses
pembelajaran. Jika siswa melalui proses ini dengan baik, maka siswa
tersebut akan berpotensi mendapatkan hasil akhir yang lebih baik
pula. Siswa akan mengikuti dan melaksanakan proses pembelajaran
dengan baik apabila siswa mempunyai antusias yang tinggi pada suatu
pembelajaran. Model pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk
aktif dan membangun pengetahuannya sendiri melalui pengalaman
langsung akan dapat membuat siswa lebih mempunyai rasa ingin tahu
dan antusiasme yang tinggi untuk mengikuti pembelajaran. Model
pembelajaran yang menyediakan hal-hal tersebut menurut peneliti
adalah POE dan STM. Penjelasan lebih lanjut mengenai model
13
pembelajaran POE dan STM akan dipaparkan pada uraian
selanjutnya.
2.1.2. Model Pembelajaran POE
a. Pengertian Model POE
Model pembelajaran POE adalah model pembelajaran yang
menerapkan teori konstruktivisme. Siswa dapat membangun
pengetahuannya sendiri mengenai suatu materi melalui model
pembelajaran POE ini berdasarkan pengetahuan awal yang telah
dimilikinya. Karakteristik khusus dalam model pembelajaran POE ini
yaitu sintaksnya yang terddiri dari tiga tahapan. Tahapan-tahapan
yang dimaksud yaitu predict atau memprediksi, observe atau
mengobservasi, dan explain atau menjelaskan (Teerasong et al,
2010:138).
Model pembelajaran POE adalah suatu model pembelajaran
yang dikembangkan dalam pendidikan sains. Menurut Wu dan Tsai
(2005: 113-114), model pembelajaran POE berlandaskan teori
pembelajaran konstruktivisme. Teori konstruktivisme ini berarti
pembelajaran akan dilakukan dengan menggali pengetahuan awal
siswa atau pengetahuan yang telah diperoleh atau dimiliki siswa
sebelumnya dan kemudian akan menggunakan pengetahuan tersebut
untuk membangun suatu pengetahuan baru.
Menurut Esra Keles (2010: 2) model pembelajaran POE
disusun berdasarkan tiga tahapan yaitu Prediction-Observation-
Explanation. Model pembelajaran POE mensyaratkan siswa untuk
menebak hasil serta alasan dari tebakan yang diungkapkan dari suatu
kejadian yang telah dipersiapkan oleh guru. Model pembelajaran POE
juga mengharuskan siswa untuk melakukan observasi atau percobaan
mengenai suatu kejadian kemudian menjelaskan keterkaitan tebakan
awal dengan hasil dari observasi yang dilakukan.
14
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas, dapat
diartikan bahwa model POE adalah model pembelajaran yang terdiri
dari tiga tahapan yaitu predict, observe, dan explain dan
dikembangkan berdasarkan teori konstruktivisme yang mana teori ini
membuat siswa membangun sendiri pengetahuan berdasarkan
pengetahuan yang telah dimilikinya.
b. Karakteristik Model POE
Karakteristik model POE sesuai dengan karakteristik
pembelajaran IPA yang berbasis teori konstruktivisme. Pembelajaran
konstruktivisme merupakan pembelajaran dengan cara membangun
pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
Tiga tahapan yang terdapat pada model pembelajaran POE yaitu
predict-observe-explain akan merangsang siswa untuk membangun
pengetahuannya sendiri. Tahap awal yaitu predict atau membuat
tebakan akan merangsang siswa untuk menggali ide dan berpikir
menentukan prediksi yang tepat mengenai suatu kejadian atau
fenomena. Tahap awal ini sudah membuat siswa mulai
mengembangkan pemikiran dan idenya dan juga menyusun
pengetahuan awal yang telah dimilikinya untuk membangun suatu
prediksi yang tepat mengenai suatu kejadian. Tahap kedua yaitu
observe atau observasi. Pada tahap ini siswa harus melakukan
observasi melalui kegiatan percobaan yang dilakukan secara
berkelompok. Siswa dapat mendapatkan pengalaman langsung
melalui percobaan yang dilakukan. Tahap observasi ini juga melatih
ketrampilan sains siswa dalam melakukan suatu percobaan.
Pengalaman langsung dan ketrampilan sains melakukan percobaan
merupakan dua hal yang ditekankan pada pembelajaran IPA. Tahap
terakhir yaitu explain yang berarti menjelaskan dapat melatih siswa
untuk menyusun pengetahuan yang telah didapatkan melalui
percobaan yang telah dilakukan ke dalam suatu gambar, tulisan, dan
sebagainya. Siswa harus menjelaskan keterkaitan apa yang telah
15
mereka prediksikan sebelumnya dengan hasil percobaan yang
sebenarnya. Hasil yang diperoleh saat percobaan tidak selalu sama
dengan prediksi awal yang dibuat oleh siswa. Mereka harus bisa
mencari tahu penyebab perbedaan dan menjelaskan alasannya. Siswa
akan berlatih menjelaskan pengetahuan yang telah mereka bangun
disertai alasan-alasan yang mendukung penjelasannya. Tahap explain
ini juga menuntut siswa untuk melakukan diskusi antar teman dan
antar kelompok. Penjelasan yang diberikan pada masing-masing
kelompok tidaklah selalu sama sehingga ini dapat memunculkan
sebuah diskusi antar kelompok. Jadi ketiga tahapan dalam model
pembelajaran POE sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA.
Teerasong,et al (2010:146) menyatakan beberapa siswa merasa
metode POE merupakan model yang tepat untuk membuat mereka
berpikir dengan lebih kritis. Mereka berusaha menggunakan
pengetahuan yang telah mereka miiki untuk menjelaskan apa yang
mereka amati. Siswa berusaha untuk membandingkan prediksi atau
tebakan awal mereka dengan hasil observasi atau pengamatan yang
dilakukan. Beberapa siswa juga menyebutkan bahwa pembelajaran
menggunakan strategi POE dapat merangsang rasa ingin tahu mereka
dan mereka menikmati pembelajaran dengan strategi atau model POE.
c. Langkah-langkah Model POE
Model pembelajaran POE terdiri dari tiga langkah yaitu:
1. Tahap predict
Tahap predict merupakan tahap awal di mana siswa akan
membuat suatu prediksi atau dugaan mengenai sebuah kejadian
yang telah dideskripsikan oleh guru. Siswa akan membuat
prediksi berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki
sebelumnya. Pada tahap ini guru menampilkan beberapa bahan
percobaan kepada siswa dan menjelaskan mengenai apa yang
akan dilakukan setelahnya, kemudian siswa akan menebak apa
16
yang akan terjadi serta membuat alasannya juga. Siswa akan
mendiskusikan prediksi yang mereka buat secara berkelompok
dan menuliskannya pada kertas yang telah disediakan oleh guru.
Jadi masing-masing kelompok mempunyai prediksi sendiri yang
mungkin berbeda dengan kelompok lainnya. Pada tahap prediksi
ini siswa diberi kebebasan untuk mengembangkan pikirannya
dalam membuat dugaan serta alasannya. Semakin banyak
gagasan yang muncul dari siswa maka akan semakin baik karena
ini membuat guru mengerti bagaimana pola pikir siswa
mengenai kejadian yang sedang dibahas.
2. Tahap observe
Pada tahap observasi, siswa akan melakukan suatu
percobaan untuk membuktikan dugaan yang telah mereka buat
sebelumnya. Siswa akan melihat dan mengalami langsung suatu
kejadian yang mereka prediksikan dengan melakukan
percobaan. Belajar dengan mengalami sendiri merupakan
komponen yang penting dalam pembelajaran IPA. Jadi
percobaan sangat penting untuk dilakukan pada tahap observasi
ini. Pada tahap ini percobaan dilakukan secara berkelompok.
Setelah melakukan percobaan siswa dapat membandingkan
dugaan atau prediksi yang telah mereka buat dengan kejadian
sebenarnya seperti apa yang mereka lihat saat melakukan
percobaan.
3. Tahap explain
Tahap explain adalah tahap di mana siswa menjelaskan
hubungan dugaan yang mereka buat dengan hasil percobaan
yang mereka lakukan. Setelah siswa melakukan suatu percobaan
dan mengalami langsung apa yang terjadi dalam percobaan yang
mereka lakukan, siswa akan mendapat suatu pengetahuan baru.
Tahap explain inilah yang menjadi tahapan untuk siswa
17
menjelaskan apa yang didapatnya setelah melakukan observasi.
Siswa akan menjelaskan hubungan dugaan yang mereka buat
dengan hasil percobaan. Dugaan dan hasil percobaan atau apa
yang terjadi dalam percobaan yang dilakukan tidak selalu sama.
Siswa harus menjelaskan alasan-alasan mengapa dugaan yang
mereka buat tidak sama dengan apa yang terjadi pada
percobaan. Pada tahap ini siswa harus menjelaskan hubungan
dugaan dengan kejadian nyata disertai dengan alasan yang
sesuai. Penjelasan siswa disusun melalui diskusi kelompok.
Setelah siswa menyusun penjelasan dalam sebuah tulisan, siswa
akan menjelaskannya dalam sebuah kesempatan yaitu diskusi
antar kelompok. Masing-masing kelompok mungkin
mempunyai penjelasan yang berbeda sehingga akan terjadi
diskusi antar kelompok dengan saling mengungkapkan alasan
atau argumentasi dari penjelasan yang dikemukakan. Jika ada
siswa yang mempunyai dugaan yang salah, maka siswa tersebut
akan mengalami pembelajaran dari sebuah kesalahan. Belajar
dari kesalahan tidak akan mudah dilupakan oleh siswa.
d. Analisis Komponen-komponen Model POE
Joyce, Weil dan Calhoun (2009:104-117) menyatakan bahwa
komponen-komponen sebuah model pembelajaran terdiri dari
komponen sintaks, komponen peran guru, komponen sistem sosial,
komponen daya dukung berupa sarana prasarana pelaksanaan model,
serta dampak instruksional yaitu berupa hasil belajar siswa setelah
pembelajaran sesuai tujuan yang hendak dicapai dan dampak
pengiring sebagai akibat dari terciptanya suasana belajar dalam model
tertentu yang mana ini tidak diajarkan oleh guru selama pembelajaran.
Dalam buku Joyce, Weil dan Calhoun memang tidak terdapat
penjelaskan khusus mengenai komponen-komponen model
pembelajaran POE, tetapi dengan mengacu pada pola umum
komponen-komponen model pembelajaran yang dikemukakan oleh
18
Joyce, Weil, dan Calhoun, dapat dijelaskan komponen-komponen dari
model pembelajaran POE adalah sebagai berikut.
1. Sintagmatik
Tahap pertama adalah pembuatan prediksi oleh siswa.
Guru memberikan suatu deskripsi mengenai apa yang akan
dilakukan dengan bahan-bahan dan alat percobaan yang telah
disediakan. Rasa ingin tahu dan penasaran siswa akan tumbuh
kemudian siswa akan membuat suatu dugaan mengenai sebuah
kejadian berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. Siswa akan
membuat prediksi secara berkelompok sehingga setiap kelompok
mempunyai sebuah dugaan serta alasan dari dugaan tersebut.
Tahap kedua adalah melakukan observasi. Pada tahap ini
siswa melakukan suatu percobaan untuk membuktikan prediksi
yang telah mereka buat. Siswa melakukan tahap observasi secara
berkelompok dan dibimbing oleh guru. Siswa akan mencocokkan
dugaan awal yang mereka buat dengan hasil percobaan yang
sebenarnya. Setelah melakukan percobaan, siswa akan
mendapatkan hasil apakah dugaan yang mereka buat sesuai atau
tidak dengan hasil percobaan yang terjadi. Siswa akan
mendiskusikan hubungan antara dugaan dengan kejadian nyata
hasil percobaan di dalam kelompok. Hasil diskusi siswa dalam
kelompok ini akan dijelaskan oleh masing-masing kelompok pada
tahap selanjutnya.
Tahap ketiga yaitu siswa melakukan penjelasan
berdasarkan diskusi yang telah dilakukan dalam kelompok. Siswa
akan menjelaskan hubungan dugaan yang mereka buat dengan
hasil percobaan. Dugaan dan hasil percobaan atau apa yang
terjadi dalam percobaan yang dilakukan tidak selalu sama. Siswa
harus menjelaskan alasan-alasan mengapa dugaan yang mereka
buat tidak sama dengan apa yang terjadi pada percobaan. Siswa
akan menjelaskannya dalam sebuah kesempatan yaitu diskusi
19
antar kelompok. Masing-masing kelompok mungkin mempunyai
penjelasan yang berbeda sehingga akan terjadi diskusi antar
kelompok dengan saling mengungkapkan alasan atau argumentasi
dari penjelasan yang dikemukakan. Guru akan mengawasi
jalannya diskusi dan meluruskan jalannya diskusi jika terjadi
kekeliruan konsep.
2. Peran Guru
Guru mempunyai beberapa peran dalam pembelajaran
menggunakan model POE. Peran guru dalam pembelajaran yaitu
sebagai pembimbing siswa. Guru membimbing siswa untuk dapat
mengembangkan pemikiran siswa dengan memberikan deskripsi
awal mengenai apa yang akan dilakukan pada pembelajaran.
Tidak hanya itu, guru juga membimbing siswa untuk melakukan
diskusi untuk membuat dugaan mengenai apa yang terjadi pada
percobaan yang akan dilakukan. Saat siswa mengalami kesulitan
seorang guru juga mempunyai peran untuk membimbing siswa
mengatasi kesulitan yang dihadapinya. Guru juga tetap
membimbing siswa saat siswa mencoba percobaan dan juga
diskusi secara berkelompok untuk menjelaskan apa yang telah
didapatkan oleh siswa.
Guru juga berperan sebagai fasilitator. Guru menyediakan
fasilitas untuk siswa melakukan observasi melaui sebuah
percobaan. Peralatan dan bahan yang diperlukan untuk melakukan
percobaan akan disediakan oleh guru. Guru memfasilitasi segala
kegiatan siswa.
Perlu adanya sosok yang memberi pengarahan kepada
siswa saat siswa melakukan kegiatan dalam pembelajaran. Ini
juga termasuk peran dari guru. Guru memberi instruksi dan
pengarahan tentang apa saja yang harus dilakukan oleh siswa dan
bagaimana siswa harus melakukannya, ini semua harus diarahkan
dengan jelas oleh guru. Guru juga berperan untuk mengarahkan
20
siswa yang tidak mengikuti pembelajaran dengan baik dengan
menegurnya.
3. Sistem sosial
Sistem sosial dalam model pembelajaran ini adalah sikap
saling menghargai antar siswa dan juga kerja sama. Kerja sama
diperlukan oleh siswa pada saat berkelompok melakukan
percobaan dan mendiskusikan dugaan awal. Saling menghargai
pendapat teman diperlukan untuk melakukan diskusi dalam
kelompok agar tidak terjadi pemaksaan kehendak dari salah
siswa. Sikap saling menghargai dan kerjasama antar siswa ini
akan meminimalisir munculnya sikap individualistis siswa.
4. Daya dukung
Siswa dan guru harus mampu memanfaatkan benda-benda
yang ada di dalam kehidupan sehari-hari untuk digunakan dalam
pembelajaran dengan model ini. Banyak benda-denda maupun
lingkungan sekitar yang memang berkaitan dengan materi cahaya
sehingga kejelian untuk mendaftar hal-hal yang diperlukan
selama pembelajaran. Daya dukung yang dibutuhkan tidak hanya
benda asli, tetapi juga bisa berupa tiruan.
5. Dampak instruksional dan dampak pengiring
Dampak instruksional yaitu berupa hasil belajar siswa
setelah pembelajaran sesuai tujuan yang hendak dicapai dengan
pengarahan oleh guru. Secara khusus dampak instruksional yang
terdapat pada pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya melalui
model POE adalah kemampuan menyebutkan sifat-sifat cahaya,
kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat cahaya yang terdapat
pada kejadian sehari-hari, dan dapat memberi contoh kegunaan
sifat-sifat cahaya yang terdapat pada suatu alat.
Dampak pengiring adalah kemampuan yang didapat siswa
sebagai akibat dari terciptanya suasana belajar dalam model
21
tertentu yang mana ini tidak diajarkan oleh guru selama
pembelajaran. Secara khusus dampak pengiring yang terdapat
pada pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya melalui model
POE adalah rasa ingin tahu, sikap kritis, kerja sama, tanggung
jawab, teliti terhadap instruksi guru dan komunikatif.
Gambar 2.1
e. Penerapan Model POE dalam Pembelajaran IPA SD
Tabel 2.2 Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan model POE.
Kegiatan Guru Tahapan
Pelaksanaan Kegiatan Siswa
1. Memberikan pretest
2. Menjelaskan kegiatan apa yang
akan dilakukan siswa
3. Memberikan apersepsi
mengenai materi yang akan
dibahas melalui pertanyaan-
pertanyaan
4. Meminta siswa berdiskusi
membuat dugaan tentang
1. Tahap
meramalkan
atau predict
1. Mengerjakan pretest
2. Mendengarkan penjelasan
dari guru mengenai apa yang
harus dilakukan
3. Berdiskusi dalam kelompok
4. Membuat dugaan mengenai
permasalahan yang
dideskripsikan guru
Kemampuan
menyebutkan sifat-sifat
cahaya
Kemampuan
mengidentifikasi sifat-
sifat cahaya yang
terdapat pada kejadian
sehari-hari
Model POE
Dampak Pengiring dan Instruksional Model Pembelajaran POE
Kemampuan memberi
contoh kegunaan sifat-
sifat cahaya yang
terdapat pada suatu
alat/benda.
Kritis
Tanggung
jawab
Teliti
Kerja sama
Komunikatif
Keterangan
Dampak Instruksional
Dampak Pengiring
Rasa ingin
tahu
22
jawaban pertanyaan yang
dikemukakan guru
5. Memberi arahan kepada siswa
tentang percobaan yang akan
dilakukan
6. Membimbing siswa apabila
mengalami kesulitan dalam
melakukan pembuktian dugaan.
2. Tahap
mengamati
atau observe
5. Mengobservasi dengan
melakukan percobaan secara
berkelompok berdasarkan
permasalahan yang dikaji
6. Mengisi lembar kerja siswa
7. Mengarahkan siswa untuk
melakukan diskusi
8. Memimpin jalannya diskusi
serta membimbing siswa
apabila mengalami kesulitan
9. Meluruskan jika ada konsep
yang salah
10. Memberikan posttest
3. Tahap
menjelaskan
atau explain
7. Berdiskusi dalam kelompok
membandingkan dugaan awal
dengan hasil percobaan
8. Menjelaskan hasil percobaan
dan hubungannya dengan
dugaan awal melalui
presentasi
9. Menanggapi penjelasan
kelompok lain
10. Mengerjakan posttest
Sintaks yang ada pada tabel diatas adalah perencanaan dari
kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran. Perlu adanya
sebuah pelaporan tentang bagaimana pelaksanaan dari rencana
tersebut untuk menjamin kualitas pembelajaran. Pelaporan
tentang bagaimana sintaks itu dilakukan akan disampaikan
melalui pengamatan. Hal-hal yang diamati adalah sebagai berikut.
Pada tahap pertama yaitu tahap memprediksi, guru
memberi soal pretest dan siswa mengerjakannya. Guru
menjelaskan kegiatan apa yang akan dilakukan siswa, siswa
mendengarkan penjelasan dari guru. Kemudian guru memberikan
apersepsi mengenai materi yang akan dibahas melalui pertanyaan-
pertanyaan, siswa membentuk kelompok kemudian
mendiskusikan dugaan awal dari pertanyaan-pertanyaan yang
dikemukakan guru.
Tahap kedua adalah pengamatan atau observasi. Pada
tahap ini guru memberi pengarahan kepada siswa tentang