6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 (2014: 4) adalah interaksi yang dilakukan antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar yang dilakukan dalam suatu lingkungan belajar. Dalam kegiatan pembelajaran guru berperan untuk membantu siswa menyalurkan atau menyampaikan pengetahuan atau informasi kepada siswa. Pembelajaran menurut Susanto (2013: 19) adalah suatu cara atau strategi yang digunakan oleh guru untuk membantu siswa agar mau belajar. Pembelajaran menurut Isjoni (2011: 11) merupakan upaya guru dalam rangka membantu siswanya melakukan kegiatan belajar. Pembelajaran menurut Sanaky (2009: 3) adalah proses komunikasi yang dilakukan antara siswa yang berperan sebagai pembelajar, guru yang berperan sebagai pebelajar dan bahan ajar. Sedangkan menurut Rahyubi (2011: 6) pembelajaran adalah interaksi atau kegiatan yang dilakukan antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Jadi dapat disimpulkan pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan interaksi yang dilakukan antara guru dengan siswa dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar untuk membantu siswa belajar. Wisudawati dan Sulistyowati (2013: 23) mengemukakan bahwa dalam IPA terdapat istilah, yaitu “ilmu”, “pengetahuan”, dan “alam”. Ilmu berarti pengetahuan yang dimiliki manusia melalui serangkaian metode ilmiah. Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh manusia. Pengetahuan alam merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh manusia tentang alam. Menurut Susanto (2013: 167) Sains atau IPA adalah suatu usaha yang dilakukan oleh manusia dengan tujuan untuk memahami alam dengan cara
28
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10851/2/T1_292012046_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di SD
Pembelajaran menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20
Tahun 2003 (2014: 4) adalah interaksi yang dilakukan antara peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar yang dilakukan dalam suatu lingkungan belajar. Dalam
kegiatan pembelajaran guru berperan untuk membantu siswa menyalurkan atau
menyampaikan pengetahuan atau informasi kepada siswa. Pembelajaran menurut
Susanto (2013: 19) adalah suatu cara atau strategi yang digunakan oleh guru untuk
membantu siswa agar mau belajar. Pembelajaran menurut Isjoni (2011: 11)
merupakan upaya guru dalam rangka membantu siswanya melakukan kegiatan
belajar. Pembelajaran menurut Sanaky (2009: 3) adalah proses komunikasi yang
dilakukan antara siswa yang berperan sebagai pembelajar, guru yang berperan
sebagai pebelajar dan bahan ajar. Sedangkan menurut Rahyubi (2011: 6)
pembelajaran adalah interaksi atau kegiatan yang dilakukan antara peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Jadi dapat
disimpulkan pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan interaksi yang
dilakukan antara guru dengan siswa dan sumber belajar dalam suatu lingkungan
belajar untuk membantu siswa belajar.
Wisudawati dan Sulistyowati (2013: 23) mengemukakan bahwa dalam IPA
terdapat istilah, yaitu “ilmu”, “pengetahuan”, dan “alam”. Ilmu berarti pengetahuan
yang dimiliki manusia melalui serangkaian metode ilmiah. Pengetahuan merupakan
segala sesuatu yang diketahui oleh manusia. Pengetahuan alam merupakan segala
sesuatu yang diketahui oleh manusia tentang alam.
Menurut Susanto (2013: 167) Sains atau IPA adalah suatu usaha yang
dilakukan oleh manusia dengan tujuan untuk memahami alam dengan cara
7
mengamati tepat sasaran, menggunakan prosedur serta dijelaskan dengan penalaran
untuk mendapatkan kesimpulan. Menurut Donosepoetro dalam Trianto (2010: 137)
IPA dipandang sebagai proses, produk, dan prosedur. IPA sebagai proses berarti
kegiatan ilmiah yang dilakukan untuk menemukan pengetahuan baru atau
menyempurnakan pengetahuan tentang alam yang sudah ada. IPA sebagai produk
berarti hasil dari kegiatan ilmiah yang dilakukan berupa pengetahuan. IPA sebagai
prosedur berarti langkah-langkah atau cara yang dilakukan untuk mendapatkan
pengetahuan yang disebut metode ilmiah.
Sedangkan menurut Prihantoro dkk dalam Trianto (2010: 137) berpendapat
bahwa IPA hakikatnya merupakan produk, proses dan aplikasi. Sebagai produk, IPA
merupakan pengetahuan. Sebagai suatu proses, IPA adalah suatu proses yang
dipergunakan untuk mempelajari, menemukan dan mengembangkan produk-produk
sains dan digunakan sebagai aplikasi, teori dalam IPA akan memunculkan teknologi
yang dapat memberi kemudahan dan keuntungan bagi kehidupan manusia.
Dari beberapa pendapat mengenai IPA dapat disimpulkan bahwa IPA
merupakan proses untuk memperoleh ilmu pengetahuan alam atau ilmu pengetahuan
yang berhubungan dengan lingkungan alam melalui suatu prosedur yang disebut
metode ilmiah. Sedangkan pembelajaran IPA merupakan interaksi yang dilakukan
antara guru dengan siswa dan sumber belajar untuk mempelajari mengenai segala
sesuatu tentang alam.
Upaya untuk mempelajari IPA dapat dilakukan dengan menggunakan model
pembelajaran yang didukung oleh media pembelajaran. Dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) siswa berpartisipasi dan aktif
untuk mencari sendiri materi atau informasi pelajaran yang akan dipelajari melalui
buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet.
2.1.2 Model Pembelajaran
Model pembelajaran menurut Suprijono (2011: 46) adalah suatu pola atau
rancangan yang akan digunakan oleh guru dalam mengajar. Model pembelajaran
8
menurut Wisudawati dan Sulistyowati (2013: 48) merupakan kerangka konseptual
yang berisi prosedur yang akan dilakukan oleh guru untuk memberikan pengalaman
belajar kepada siswa agar mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Sedangkan menurut Rahyubi (2011: 251) model pembelajaran adalah
rancangan yang digunakan sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan
pembelajaran. Berdasarkan beberapa pendapat mengenai model pembelajaran, dapat
ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran adalah sebuah rancangan
pembelajaran atau cara guru mengemas pembelajaran untuk menyampaikan materi
agar dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran menjadi pedoman bagi guru dalam melakukan kegiatan
belajar mengajar. Dengan penggunaan model pembelajaran, siswa diharapkan dapat
menerima materi pelajaran dengan mudah, siswa dapat terlibat aktif dalam kegiatan
pembelajaran dan tidak bosan dengan materi yang dipelajari karena kepandaian guru
dalam mengemas materi pembelajaran.
2.1.3 Model pembelajaran Kooperatif
Pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat memberi kemudahan bagi
peserta didik dalam menguasai materi pembelajaran yang diajarkan. Selain suka
bermain, menjadikan gurunya sebagai idola, karakter lain dari anak SD adalah suka
bekerja dalam kelompok. Anak-anak suka bekerja dalam kelompok karena mereka
dapat bekerja sama dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Model pembelajaran yang
dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok adalah model pembelajaran
kooperatif.
Menurut Slavin (2005: 24) model pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran dimana siswa akan belajar dan bekerja dalam kelompok yang
beranggotakan mulai dari 4 sampai 5 siswa tanpa membedakan jenis kelamin serta
kemampuan akademik. Menurut Suprijono (2009: 54) model pembelajaran kooperatif
adalah suatu kegiatan pembelajaran dengan membagi siswa dalam kelompok
kemudian mengerjakan tugas yang dipimpin dan diarahkan oleh guru.
9
Sedangkan menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2011: 12) model
pembelajaran kooperatif merupakan strategi atau rencana yang disusun oleh guru agar
siswa mau bekerja sama dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Selanjutnya Stahl
dalam Isjoni (2011: 12) berpendapat bahwa dalam kegiatan belajar mengajar guru
dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif agar dapat meningkatkan hasil
belajar dan tolong menolong antarsiswa.
Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif yaitu sebuah
model pembelajaran yang berpusat kepada siswa, mengajarkan kepada siswa untuk
bekerja dalam kelompok yang anggotanya bersifat heterogen dengan harapan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan rasa peduli dengan orang lain.
2.1.4 Model Pembelajaran Group Investigation (GI)
2.1.4.1 Pengertian Model Pembelajaran Group Investigation (GI)
Group Investigation (GI) merupakan salah satu tipe model pembelajaran
kooperatif yang melatih siswa untuk berpartisipasi aktif dalam mencari materi
pelajaran melalui buku ataupun internet, melatih siswa untuk berkomunikasi dengan
baik dan bekerjasama dalam kelompok. Model pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation (GI) menurut Isjoni (2011: 58) adalah model pembelajaran yang
dilakukan dengan membagi siswa yang terdapat dalam suatu kelas menjadi kelompok
belajar yang terdiri dari 4-5 siswa. Siswa diberi kebebasan untuk mencari sumber
belajar, kemudian menganalisis, menyimpulkan dan menyampaikan hasil kerja
kelompok di depan kelas. Suprijono (2009: 93) menjelaskan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dimulai dengan membagi
siswa dalam kelas menjadi kelompok-kelompok, menentukan topik, mengumpulkan
data, analisis data, sintesis, menarik kesimpulan dan presentasi hasil diskusi oleh
masing-masing kelompok. Setelah semua kelompok yang terdapat dalam kelas selesai
presentasi hasil diskusi, guru melakukan evaluasi.
Menurut Sharan dan Sharan dalam Huda (2013: 292) model pembelajaran
Group Investigation (GI) adalah suatu metode pembelajaran yang kompleks dengan
10
membagi siswa dalam kelompok yang heterogen dan menekankan pada kerjasama
dan saling membantu dengan teman. Menurut Shoimin (2014: 80) model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) adalah suatu model
pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dari awal sampai akhir dalam
kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Sedangkan menurut Narudin dalam Shoimin
(2014: 80) mengemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif Group
Investigation (GI) merupakan “salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang
menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi
(informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misal
dari buku pelajaran atau internet”. Pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI)
menurut Slavin (2005: 215) akan mencapai hasil terbaik apabila komunikasi dan
interaksi kooperatif dilakukan dalam kelompok kecil dengan tetap mempertahankan
sikap-sikap kooperatif seperti rasa sosial dari kelompok, bertukar informasi dengan
teman dan usaha yang dilakukan oleh siswa untuk memperoleh informasi dari
berbagai sumber.
Wisudawati dan Sulistyowati (2013: 67) berpendapat bahwa “ tipe Group
Investigation memiliki efek pengiring cukup banyak, antara lain meningkatkan
kemandirian peserta didik dalam menyelesaikan masalah, meningkatkan kreativitas
peserta didik, meningkatkan kemampuan interpersonal ketika bekerja sama antara
peserta didik dan meningkatkan penalaran peserta didik”. Dari beberapa pendapat
diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation (GI) adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan membagi
siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen dengan mengutamakan
kerja sama antar siswa untuk menumbuhkan sikap peduli dan memberi kebebasan
kepada siswa untuk mencari materi atau informasi dari berbagai sumber.
11
2.1.4.2 Peran Guru dalam Model Pembelajaram Group Investigation (GI)
Menurut Slavin (2005: 215) “guru bertindak sebagai nara sumber dan
fasilitator”. Guru memberikan informasi dan instruksi yang jelas, berkeliling dalam
kelompok-kelompok untuk melihat bahwa dalam kelompok tersebut bisa
mengerjakan dan mengelola tugas-tugasnya, membantu kesulitan yang dihadapi oleh
siswa, memberikan dorongan kepada siswa sehingga siswa semangat dalam belajar
serta guru berperan dalam memimpin diskusi pada pengambilan kesimpulan akhir.
Guru juga berperan dalam mengatur jalannya diskusi dalam kelas dan
bertanggung jawab untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang kondusif agar
pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan kegiatan diskusi yang dilakukan di
dalam kelas tidak menganggu kegiatan pembelajaran di kelas lain.
2.1.4.3 Sintak/ Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation (GI)
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation
(GI) menurut Huda (2013: 292) sebagai berikut:
1. Seleksi Topik
Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan 2 sampai 6
orang. Kemudian menentukan topik yang sebelumnya telah digambarkan lebih
dulu oleh guru. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik
maupun kemampuan akademik.
2. Perencanaan Kerja Sama
Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus,
tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang
telah dipilih pada langkah selanjutnya.
3. Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah
sebelumnya. Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan
dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai
sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-
menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika
diperlukan.
4. Analisis dan sintesis
Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh
pada langkah sebelumnya dan meringkasnya untuk dibacakan di depan kelas.
12
5. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyampaikan presentasi atas topik-topik yang telah
dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat. Presentasi kelompok
dikoordinir oleh guru.
6. Evaluasi
Para siswa beserta bersama guru melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap
kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat
dilakukan pada setiap siswa secara individual maupun kelompok atau keduanya.
2.1.4.4 Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI)
Dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation
(GI) terdapat kelebihan dan kelemahan. Kelebihan model pembelajaran kooperatif
tipe Group Investigation (GI) menurut Shoimin (2014: 81) antara lain:
a. Secara Pribadi
Dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas.
Memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif.
Rasa percaya diri dapat lebih meningkat.
Dapat belajar untuk memecahkan dan menangani suatu masalah.
Mengembangkan antusiasme dan rasa pada fisik.
b. Secara Sosial
Meningkatkan belajar bekerja sama.
Belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guru.
Belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis.
Belajar menghargai pendapat orang lain.
Meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan.
c. Secara Akademis
Siswa terlatih untuk mempertanggungjawabkan jawaban yang diberikan.
Bekerja secara sistematis.
Mengembangkan dan melatih ketrampilan fisik dalam berbagai bidang.
Merencanakan dan mengorganisasikan pekerjaannya.
Mengecek kebenaran jawaban yang mereka buat.
Selalu berpikir tentang cara atau strategi yang digunakan sehingga
didapat suatu kesimpulan yang berlaku umum.
2.1.4.5 Kelemahan Model Pembelajaran Group Investigation (GI)
Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI)
menurut Shoimin (2014: 82) antara lain:
Sedikitnya materi yang disampaikan pada satu kali pertemuan.
13
Sulitnya memberikan penilaian secara personal.
Tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran group investigation.
Model ini cocok untuk diterapkan pada suatu topik yang menuntut siswa
untuk memahami suatu bahasan dari pengalaman yang dialami sendiri.
Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif.
Siswa yang tidak tuntas memahami materi prasyarat akan mengalami
kesulitan saat menggunakan model ini.
2.1.5 Model Pembelajaran Konvensional
2.1.5.1 Pengertian Model Pembelajaran Konvensional
Model pembelajaran konvensional menurut Majid dan Rochman (2014: 184)
merupakan pembelajaran yang sudah terbiasa dilakukan oleh guru dan sifatnya
berpusat pada guru. Model pembelajaran konvensional dilakukan dengan
menggunakan cara tradisional atau cara yang lama, yaitu dalam penyampaian materi
pembelajaran masih mengandalkan ceramah. Ceramah menurut Rahyubi (2011: 236)
adalah sebuah metode atau cara mengajar yang dilakukan oleh guru dengan
menyampaikan materi, informasi atau pengetahuan secara lisan kepada siswa. Metode
ceramah menurut Ruminiati (2007: 2.4) merupakan metode mengajar yang digunakan
oleh guru dengan cara menjelaskan secara lisan disertai alat bantu visual. Sedangkan
ceramah menurut Abimanyu dkk (2009: 6.3) adalah “penyajian pelajaran oleh guru
dengan cara memberikan penjelasan secara lisan kepada siswa”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran konvensional merupakan
cara penyampaian materi atau informasi kepada siswa yang biasa dilakukan oleh guru
dengan menggunakan cara tradisional yaitu dengan mengutamakan ceramah. Dalam
kegiatan pembelajaran ini pengajar memegang peranan utama dalam menentukan
materi dan langkah-langkah dalam menyampaikan atau mengajarkan materi pelajaran
kepada siswa. Siswa di dalam kelas mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru,
mencatat hal-hal yang penting dan mengerjakan soal atau tugas yang diberikan oleh
guru. Hal ini menjadikan siswa pasif, bosan, terbiasa hanya menerima apa yang
diberikan oleh guru dan bergantung pada guru. Dengan menggunakan model
14
pembelajaran ini, siswa yang berani bertanya akan bertanya dan terlihat menonjol
dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sedangkan siswa yang tidak berani bertanya
akan diam saja entah diam dalam arti mengerti atau tidak mengerti.
2.1.5.2 Kelebihan Model Pembelajaran Konvensional
Kelebihan model pembelajaran konvensional menurut Ruminiati (2007: 2.4)
sebagai berikut:
1. Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas.
2. Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.
3. Lebih mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.
4. Biaya lebih murah dan dapat sekaligus untuk orang banyak.
5. Sangat tepat untuk guru yang akan memulai mengenalkan materi.
2.1.5.3 Kelemahan Model Pembelajaran Konvensional
Kelemahan model pembelajaran konvensional menurut Ruminiati (2007: 2.4)
sebagai berikut:
1. Siswa dengan karakteristik audutif (mendengar) dapat menyerap
informasi lebih mudah.
2. Apabila selalu digunakan dan terlalu lama maka pembelajaran akan
terkesan membosankan.
3. Tidak memberi kesempatan untuk bertukar pikiran dengan teman.
2.1.5.4 Peran Guru dalam Model Pembelajaran Konvensional
Peran guru dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional menurut Rahyubi (2012: 247) adalah “sebagai pendidik,
pengajar, pembimbing dan administrator”. Guru berperan sebagai pendidik berarti
guru berperan untuk membentuk sikap dan karakter siswa. Guru berperan sebagai
pengajar berarti guru sebagai penyalur dan penyampai informasi atau materi kepada
siswa. Guru harus dapat menguasai materi pelajaran karena dengan menguasai materi
ajar akan lebih yakin dalam merumuskan tujuan belajar mengajar di kelas sehingga
apa yang dipelajari siswa setelah selesai proses pembelajaran menjadi jelas, dapat
menyajikan materi pelajaran secara sistematis dan tidak loncat-loncat sehingga tidak
membuat siswa bingung. Guru dapat lebih kreatif dan inovatif dalam menyampaikan
15
materi ajar. Guru berperan sebagai administrator berarti dalam pelaksanaan
pembelajaran perlu diadministrasikan secara teliti dan baik. Menurut Abimanyu
(2009: 6.4) dalam menggunaan model pembelajaran konvensional agar siswa tidak
bosan dapat diselingi dengan pertanyaan-pertanyaan yang dapat membangkitkan
konsentrasi siswa, menggunakan alat peraga untuk menarik perhatian siswa dan
mempermudah siswa dalam memahami materi yang diajarkan, menciptakan interaksi
antara guru-siswa, siswa-guru, siswa-siswa dan menggunakan gaya mengajar yang
bervariasi.
2.1.6 Media Pembelajaran
Kata “media” berasal dari bahasa latin, merupakan bentuk jamak dari kata
“medium” yang berarti perantara atau pengantar. Media menurut Criticos dalam
Daryanto (2013: 4) merupakan “salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai
pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan”. Media menurut Trianto
(2010: 199) merupakan wadah dari pesan oleh sumber atau penyalurnya yang ingin
diteruskan kepada penerima pesan, materi yang ingin disampaikan adalah pesan
pembelajaran dan tujuan yang ingin dicapai yaitu terjadinya proses belajar.
Asra dkk (2007: 5.5) mengemukakan bahwa “media pembelajaran merupakan
wahana penyalur pesan atau informasi belajar untuk mengkondisikan seseorang untuk
belajar. Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung bahan belajar yang diterima
siswa diperoleh melalui media”. Menurut Susilana dan Riyana (2009:7) “media
pembelajaran merupakan wadah dari pesan, materi yang ingin disampaikan adalah
pesan pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai ialah proses pembelajaran”.
Sedangkan media pembelajaran menurut Sanaky (2009: 3) adalah “sebuah alat yang
berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran”.
Dari beberapa pendapat diatas mengenai media pembelajaran dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat bantu atau perantara yang
digunakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menyampaikan pengetahuan
atau informasi kepada siswa agar dapat dengan mudah dipahami oleh siswa.
16
2.1.6.1 Jenis Media Pembelajaran
Jenis media pembelajaran menurut Brets dalam Asra dkk (2007: 5.7) ada 7
yaitu:
1. Media audio visual gerak, seperti: film bersuara, pita video, film pada
televisi, televisi dan animasi.
2. Media audio visual diam, seperti: film rangkai suara, halaman suara, dan
sound slide.
3. Audio semi gerak seperti: tulisan jauh bersuara.