9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Nana Sudjana (2004:14) hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Hasil belajar siswa meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. (1) Aspek kognitif, kemampuan kognitif yang meliputi: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. (2) Aspek afektif, kemampuan afektif meliputi penerimaan, partisipasi, penilaian, dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup. (3) Aspek psikomotorik, kemampuan psikomotorik meliputi: persepsi, kesiapan, gerakan tebimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, gerakan penyesuaian dan kreativitas (Hamalik, 2003: 160). Menurut Hulgard dan Bower dalam buku Theories of Learning (1975) seperti dikutip oleh Purwanto (1998 : 84) dikemukakan bahwa “belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya: kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya)”. Menurut Slameto (2003 : 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Dalam KBM antara guru dengan siswa terjadi interaksi untuk mendapatkan hasil belajar yang baik. Siswa memperoleh hasil belajar saat diadakan evaluasi berupa tes untuk kerja diskusi dan pengamatan secara kelompok yang diberi skor oleh guru untuk mengetahui hasil belajar siswa. Hasil belajar diambil saat proses pembelajaran, ketika siswa melakukan kegiatan dengan siswa lainnya yang diberikan oleh guru.
27
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8363/2/T1_292009370_BAB II.pdf · 2.1.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar. B.F.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana (2004:14) hasil belajar adalah suatu akibat dari proses
belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara
terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan.
Hasil belajar siswa meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan
aspek psikomotorik. (1) Aspek kognitif, kemampuan kognitif yang meliputi:
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. (2) Aspek
afektif, kemampuan afektif meliputi penerimaan, partisipasi, penilaian, dan penentuan
sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup. (3) Aspek psikomotorik, kemampuan
psikomotorik meliputi: persepsi, kesiapan, gerakan tebimbing, gerakan terbiasa,
gerakan kompleks, gerakan penyesuaian dan kreativitas (Hamalik, 2003: 160).
Menurut Hulgard dan Bower dalam buku Theories of Learning (1975) seperti
dikutip oleh Purwanto (1998 : 84) dikemukakan bahwa “belajar berhubungan dengan
perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan
oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan
tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan,
kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya: kelelahan, pengaruh
obat, dan sebagainya)”.
Menurut Slameto (2003 : 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Dalam KBM antara guru dengan siswa terjadi interaksi untuk mendapatkan
hasil belajar yang baik. Siswa memperoleh hasil belajar saat diadakan evaluasi berupa
tes untuk kerja diskusi dan pengamatan secara kelompok yang diberi skor oleh guru
untuk mengetahui hasil belajar siswa. Hasil belajar diambil saat proses pembelajaran,
ketika siswa melakukan kegiatan dengan siswa lainnya yang diberikan oleh guru.
10
Hasil belajar diperoleh pada kegiatan akhir yang diisi dengan pemberian evaluasi
terhadap siswa dan dilakukan di dalam kelas. Pengambilan hasil belajar digunakan
sebagai tolok ukur keberhasilan belajar dan menunjukan kompetensi siswa melalui
pengadaan tes bagi siswa.
Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses
belajar. Selain itu hasil belajar merupakan kemampuan aktual yang diukur secara
langsung, hasil pengukuran belajar inilah akhirnya akan mengetahui seberapa jauh
tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah dicapai. Dalam belajar juga terjadi
perubahan tingkah laku yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
Wordworth (Ismihyani, 2000).
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang
disebabkan oleh pengalamannya yang berulang–ulang dalam interaksi dengan
lingkungannya sehingga terjadi suatu perubahan yang menyangkut berbagai aspek
kepribadian baik fisik maupun psikis seperti: perubahan di dalam pengertian,
pemecahan suatu masalah/berfikir, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap
atau dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses
dan pengenalan yang telah dilakukan berulang–ulang. Serta akan tersimpan dalam
jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama–lamanya karena hasil
belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai
hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berfikir serta menghasilkan
perilaku kerja yang lebih baik.
Nana Sudjana (2004: 22) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Beliau membagi hasil belajar menjadi 3
macam yaitu:
1. Keterampilan dan kebiasaan.
2. Pengetahuan dan pengertian.
3. Sikap dan cita-cita.
11
Dari beberapa pengertian hasil belajar dari para ahli di atas maka pemikiran
penulis tentang hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran lainnya, ditinjau dengan nilai tes atau angka nilai
yang diberikan oleh guru. Belajar itu sebagai suatu proses perubahan tingkah laku,
atau memaknai sesuatu yang diperoleh. Akan tetapi apabila kita bicara tentang hasil
belajar, maka hal itu merupakan hasil yang telah dicapai oleh si pembelajar.
2.1.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
B.F. Skinner dalam Nabisi Lapono (2008:5) sebagai toko teori belajar
Operant Conditioning berpendapat bahwa belajar menghasilkan perubahan
perilaku yang dapat diamati, sedang perilaku belajar diubah oleh kondisi
lingkungan. Belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor
kondisionil yang ada. Faktor itu adalah sebagai berikut:
1. Peserta didik yang belajar harus banyak melakukan banyak kegiatan,
baik kegiatan sistem saraf (seperti melihat, mendengar, merasakan dan
berpikir). Maupun kegiatan lainnya yang dilakukan untuk memperoleh
pengetahuan, sikap, kebiasaan, minat, dll.
2. Belajar memerlukan latihan dengan jalan re-learning, re-call dan re-
view agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali.
3. Belajar akan berhasil jika peserta didik merasa berhasil dan mendapat
kepuasan.
4. Peserta didik yang belajar harus mengetahui apakah ia berhasil atau
gagal dalam belajarnya.
5. Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar karena semua
pengalaman belajar secara berurutan diasosiasikan sehingga menjadi
suatu kesatuan pengalaman.
6. Pengalaman masa lampu (bahan apersepsi) dan pengertian yang telah
dimiliki peserta didik besar perannya dalam proses belajar.
7. Faktor kesiapan belajar.
12
8. Faktor minat dan usaha.
Menurut Nana Sudjana (1989:38) hasil belajar yng dicapai siswa
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal:
a) Faktor Internal
Faktor Internal adalah faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang
ditimbulkan dari dalam diri individu itu sendiri, misalnya intelegenitas,
kesehatan siswa, dan mental. Adapun yang dapat digolongkan ke dalam
faktor intern yaitu kecerdasan/intelegensi, bakat, minat, dan motivasi.
b) Faktor Eksternal
Faktor Eksternal adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu misalnya beberapa
pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya,
pengaruh teman, motivasi guru, lingkungan belajar, dan sebagainya.
Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak
memberikan paksaan kepada individu
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena
dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan
bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak ialah
sebagai peletak dasar dalam pendidikan akhlak dan pandangan hidup
keagamaan “Guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan
diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat dan mengajar.” Oleh sebab
itu guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan
memiliki metode yang tepat dalam mengajar.
Lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak,
terutama anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebayanya
merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak-anak akan terangsang
untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak disekitarnya
merupakan kumpulan anak-anak nakal tidak menentu anakpun dapat
terpengaruh pula.
13
Menurut Benyamin Bloom (dalam Nana Sudjana 1999:22-31)
klasifikasi hasil belajar dibagi dalam tiga ranah yaitu:
1. Ranah kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek,
yaitu: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
2. Ranah afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai.Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap
seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah memiliki
penguasaan kognitif tingkat tinggi. Ranah ini terdiri dari lima aspek yaitu:
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.
3. Ranah psikomotor
Berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak.
Ada enam aspek dalam ranah ini yaitu: gerakan refleks, ketrampilan
gerakan dasar, kemampuan perseptual, ketrampilan kompleks, gerakan
ekspresif dan interpretatif.
Menurut Nana Sudjana (2004:22) hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Ada lima kemampuan hasil belajar yaitu:
a. Ketrampilan-ketrampilan intelektual karena ketrampilan itu
merupakan penampilan yang ditunjukkan oleh siswa tentang operasi
intelektual yang dapat dilakukannya.
b. Penggunaan strategi kognitif karena siswa perlu menunjukkan
penampilan yang baru.
c. Berhubungan dengan sikap-sikap yang ditunjukkan oleh perilaku yang
mencerminkan pilihan tindakan terhadap kegiatan-kegiatan.
d. Dari hasil belajar adalah informasi verbal.
e. Ketrampilan motorik.
14
2.2 Tinjauan Tentang Belajar IPS di SD
2.2.1. Pembelajaran IPS
Kamarga. 1994. mengatakan, “berdasarkan fungsi pengajarannya di
sekolah, IPS terdiri dari ilmu sosial dan pendidikan sosial”. Pendidikan ilmu-
ilmu sosial biasanya dikembangkan dalam kurikulum akademik atau
kurikulum disiplin ilmu pada tingkat sekolah menengah. Sedangkan
pendidikan ilmu sosial dikembangkan untuk tingkat pendidikan dasar.
Sumantri. 2001. mengatakan bahwa IPS adalah mata pelajaran yang
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, generalisasi yang berkaitan
dengan isu sosial serta berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai,
sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan negara
indonesia. Sedangkan menurut (Sumantri, 2001: 89) IPS merupakan suatu
program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak
akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu, maupun
ilmu pendidikan.
Seperti telah disinggung diatas pada hakekatnya IPS adalah telaah
tentang manusia dan dunianya. Manusia selalu hidup bersama dengan
sesamanya, dengan berpusat pada pembahasan tentang manusia IPS
memperkenalkan kepada peserta didik bahwa manusia dalam hidup bersama
dituntut rasa tanggung jawab sosial. Berbagai cara dan teknik pembelajaran
dikaji untuk memungkinkan konsep-konsep abstrak agar mudah dipahami
oleh anak.
IPS merupakan intergrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial,
seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi,
ekonomi, ilmu polotik, dan sebagainya. Pengajaran IPS lebih bersifat
perkenalan mengenai “seni kehidupan”. Landasan pengkajian dari berbagai
aspek kehidupan ini diambil dari berbagai sumber ilmu sosial yaitu: Sosial
Budaya, Geografi, Politik, Ekonomi, Sosial, dan Sejarah. Pengajaran IPS di
15
kelas rendah disajikan dalam pendekatan tematik, sedangkan IPS pelajaran
mandiri mulai diprogram pada kelas empat keatas, oleh karena itu pengajaran
IPS lebih banyak dititik beratkan kepada dunia siswa dan lingkungannya.
IPS juga merupakan mata pelajaran di lembaga pendidikan
mempunyai peran yang sangat strategis. Melalui suatu studi IPS “Project
Synthesis”, Noris Harms mengembangkan tujuan IPS untuk pendidikan
sebagai berikut; IPS untuk memenuhi kebutuhan pribadi individu, IPS untuk
memecahkan persoalan – persoalan kemasyarakatan masa kini, IPS untuk
membantu dalam memilih karir dan IPS untuk mempersiapkan studi
mempersiapkan studi lanjutan.
Sedangkan fungsi mata pelajaran IPS antara lain:
1. Memberi bekal pengetahuan dasar, baik untuk melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinggi maupun untuk diterapkan dalam kehidupan sehari hari.
2. Mengembangkan keterampilan dalam mengembangkan konsep–konsep
IPS.
3. Menanamkan sikap ilmiah dan melatih siswa dalam menggunakan metode
ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
4. Memupuk daya kreatif dan inovasi siswa.
5. Membantu siswa memahami gagasan atau informasi baru dalam bidang
IPTEK.
6. Memupuk diri serta mengembangkan minat siswa terhadap IPS.
2.2.2. Tujuan Pembelajaran IPS
Sama halnya tujuan dalam bidang-bidang yang lain, tujuan
pembelajaran IPS bertumpu pada tujuan yang lebih tinggi. (Soewarso,
2010:6). Secara hirarki, tujuan pendidikan nasional pada tataran operasional
dijabarkan dalam tujuan institusional tiap jenis dan jenjang pendidikan.
Tujuan IPS secara praktis operasional dijabarkan dalam tujuan instruksional
atau tujuan pembelajaran. Sub bahasan ini dibatasi pada uraian tujuan bidang
16
studi IPS. Tujuan IPS yang harus dicapai sekurang-kurangnya meliputi hal-
hal berikut:
1) Membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam
kehidupan masyarakat;
2) Membekali peserta didik dengan kemapuan mengidentifikasi, menganalisa
dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam
kehidupan di masyarakat;
3) Membekali peserta didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan
sesama warga masyarakat dan dengan berbagai bidang keilmuan serta
berbagai keahlian;
4) Membekali peserta didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif, dan
keterampilan terhadap lingkungan hidup yang menjadi bagian
kehidupannya yang tidak terpisahkan; dan
5) Membekali peserta didik dengan kemampuan mengembangkan
pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembagan kehidupan,
perkembangan masyarakat, dan perkembangan ilmu dan teknologi.
Kelima tujuan di atas harus dicapai dalam pelaksanaan kurikulum IPS
di berbagai lembaga pendidikan dengan keluasan, kedalaman dan bobot yang
sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan yang dilaksanakan. Selain itu
pembelajaran IPS dimaksudkan untuk menyiapkan peserta didik menjadi
warga Negara yang baik.
Adapun beberapa tujuan lainya, menurut (Somantri. 2001) adalah:
a. Mengenal konsep- konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat
dan lingkungannya
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir secara logis dan kritis, rasa
ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampailan dalam
kehidupan sosial
17
c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai- nilai sosial dan
kemanusiaan
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional dan global.
Tujuan pembelajaran IPS yang termuat dalam Standart Isi yang
ditetapkan oleh pemerintah adalah agar siswa memiliki kemampuan
mengenalkonsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya, memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis,
rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam
kehidupan sosial, memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial
dan kemanusiaan (Permendiknas No. 22, 2006).
2.2.3. Fungsi Pembelajaran IPS
Ilmu pengetahuan sosial dibelajarkan di sekolah dasar, dimaksudkan
agar siswa menjadi manusia dan warga negara yang baik, seperti yang
diharapkan oleh dirinya, orang tua, masyarakat, dan agama (Somantri, 2001).
Pembelajaran IPS di SD menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan
pemahaman, nilai-moral, dan keterampilan-keterampilan sosial pada siswa.
Untuk itu, penekanan pembelajarannya bukan sebatas pada upaya mencekoki
atau menjejali siswa dengan sejumlah konsep yang bersifat hafalan belaka,
melainkan terletak pada upaya menjadikan siswa memiliki seperangkat
pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan agar mereka mampu menjadikan
apa yang telah dipelajarinya sebagai bekal dalam memahami dan ikut serta
dalam melakoni kehidupan masyarakat lingkungannya, serta sebagai bekal
bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Disinilah sebenarnya penekanan misi dari pembelajaran IPS di sekolah dasar.
18
2.2.4. Pendekatan Pembelajaran IPS
Wahyu dan Kriswandani (2010:45) mengemukakan “Pendekatan
pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap
proses pembelajaran, yang merajuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih umum”. Pemilihan pendekatan dan stategi
pembelajaran merupakan bagian yang cukup terpenting dalam merencanakan
proses pembelajaran IPS sebab didalam pendekatan pembelajaran mewadahi,
menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoritis tertentu. Wahyu dan Kriswandani (2010:46) memberikan
pendapat bahwa pendekatan dalam pembelajaran dibedakan atas dua jenis
yaitu:
1. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada peserta
didik (student centered apporoach).
2. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru
(teacher centered approach).
Pemilihan pendekatan dalam pembelajaran sebaiknya berangkat dari
perumusan tujuan yang jelas agar pembelajaran menjadi efisien dan efektif.
Kriteria yang lain adalah memilih pendekatan pembelajaran yang dapat
melibatkan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Kegiatan
pembelajaran peserta didik dituntut untuk terlibat aktif dalam proses
pembelajaran. Pendekatan dalam pembelajaran IPS sangat dipengaruhi oleh
pandangan guru terhadap IPS dan peserta didik dalam pembelajaran.
Pendekatan cooperative learning dalam pembelajaran IPS bukan hanya
memindahkan IPS dari guru ke peserta didik tetapi tempat untuk peserta didik
menemukan kembali ide dan konsep IPS melalui eksplorasi dalam kehidupan
sehari-hari.
19
2.2.5. Ruang Lingkup IPS
Sariningsih (2007: 28), membagi ruang lingkup IPS mata pelajaran
IPS meliputi aspek- aspek sebagai berikut :
1. Manusia, tempat dan lingkungan.
2. Waktu, keberlanjutan dan perubahan.
3. Sistem sosial dan budaya.
4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.
2.2.6. Pembelajaran IPS di SD
1. Kajian pokok.
Ilmu pengetahuan sosial yang diajarkan di SD terdiri atas dua
bahan kajian pokok, yaitu pengetahuan sosial dan sejarah. Bahan
kajian pengetahuan sosial mencakup lingkungan sosial dan ilmu bumi,
ilmu ekonomi dan pemerintahan. Bahan kajian seharah meliputi,
perkebangan masyarakat Indonesia sejak masa lampau hingga masa
kini. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993:151)
2. Fungsi
Pengajaran IPS di SD berfungsi mengembangkan pengetahuan dan
ketrampilan dasar untuk melihat kenyataan sosial yang dihadapi siswa
dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pengajaran sejarah berfungsi
menumbuhkan rasa kebangsaan dan bangga terhadap perkebangan
masyrakat Indonesia sejak masa lampau hingga masa kini.
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993:151).
2.2.7. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS
Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan
untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian. Adapun standar kompetensi dan
20
kompetensi dasar kelas 5, semester II mata pelajaran IPS di sekolah dasar
adalah sebagai berikut (KTSP, 2006) :
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas 5 Sekolah
Dasar Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Menghargai peranan tokoh
pejuang dan masyarakat
dalam mempersiapkan dan
mempertahankan
kemerdekaan Indonesia.
1. Mendeskripsikan perjuangan para
tokoh pejuang pada penjajahan
Belanda dan Jepang.
2.3 Pengertian Pembelajaran Cooperative
Pembelajaran Cooperative merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran cooperative berasal dari kata
“cooperative” yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling
membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau tim. Menurut Johnson
(Isjoni, 2010:15) pembelajaran cooperative mengandung pengertian bekerja sama
demi mencapai tujuan bersama.
Menurut Slavin (1995:30), pembelajaran cooperative adalah suatu metode
pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok–kelompok kecil
secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen.
Pembelajaran cooperative merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaiaan
strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar
bekerja sama selama proses pembelajaran. Pembelajaran cooperative dapat
meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap tolong menolong
dalam perilaku sosial (Isjoni 2010:12). Jonhson & Johnson (Isjoni, 2010: 17)
21
mengatakan bahwa pembelajaran cooperative adalah mengelompokkan siswa di
dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan
kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam
kelompok tersebut.
Pembelajaran cooperative adalah strategi belajar dengan membagi siswa ke
dalam kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda-beda dengan tujuan
setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk
memahami materi pelajaran dan menyelesaikan tugas kelompoknya. Oleh sebab itu,
pembelajaran cooperative sangat baik untuk dilaksanakan karena siswa dapat bekerja
sama dan saling tolong menolong mengatasi tugas yang dihadapi.
Belajar dengan metode cooperative dapat diterapkan untuk memotivasi siswa
berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan saling
memberikan pendapat (sharing ideas). Selain itu dalam belajar biasanya siswa
dihadapkan pada latihan soal-soal atau pemecahan masalah. Oleh sebab itu,
pembelajaran cooperative sangat baik untuk dilaksanakan karena siswa dapat bekerja
sama dan saling tolong menolong mengatasi tugas yang dihadapinya.
Metode pembelajaran cooperative, tidak hanya unggul dalam membantu siswa
memahami kosep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman. Dalam pembelajaran
cooperative, siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan
dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat
memotivasi siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya.
2.3.1 Unsur-Unsur Pembelajaran Cooperative
Unsur – unsur dalam pembelajaran cooperative menurut Lungdren
(dalam Isjoni 2010:13) sebagai berikut:
a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau
berenang bersama”.
22
b. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta
didik lainnya dalam kelompoknya, selain tanggung jawab, terhadap diri
sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
c. Para siswa harus memiliki pandangan bahwa mereka semua memiliki
tujuan yang sama.
d. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab diantara para
anggota kelompok.
e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut
berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
ketrampilan bekerjasama selama belajar.
g. Setiap siswa diminta mempertanggung-jawabkan secara individual materi