BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Teori Kemiskinan Suryawati (2005) menjelaskan kemiskinan yang digambarkan dengan kondisi kekurangan harta dan barang untuk memastikan kelangsungan hidup layak, dan kemiskinan merupakan sutau permasalahan yang bersifat multidimensional. Hidup dalam kemiskinan tidak hanya diartikan sebagai kondisi kekurangan harta dan barang saja, namun juga kekurangan akan pelayanan kesehatan, tingkat pendidikan yang rendah, kesukaran dalam mencari pekerjaan, tempat tinggal yang tidak layak, ketidak adilan hukum, rentan dengan tindakan kriminal, dan tidak berdaya menghadapi kekuasaan serta tidak berdaya dalam menentukan kehidupan yang lebih baik. Kemudian Supriatna dalam Kadji (2012) menjelaskan kemiskinan sebagai bentuk keadaan serba dalam keterbatasan yang tidak diinginkan oleh individu atau kelompok yang bersangkutan. Individu atau kelompok dikatakan miskin jika dicirikan dengan rendahnya tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, produktivitas, pendapatan, dan kesejahteraan hidup. Selain itu terdapat beberapa kriteria penduduk miskin yaitu, mereka tidak mempunyai faktor produksi sendiri, keterbatasan kepemilikan sumber daya, tingkat pendidikan yang rendah, dan tidak mempunyai keterampilan yang memadai. 8
14
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Teori ...media.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150023_2_3617.pdf · diri, budi pekerti yang luhur, kecerdasan, akhlak mulia, serta
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teoritis
2.1.1 Teori Kemiskinan
Suryawati (2005) menjelaskan kemiskinan yang digambarkan dengan
kondisi kekurangan harta dan barang untuk memastikan kelangsungan hidup layak,
dan kemiskinan merupakan sutau permasalahan yang bersifat multidimensional.
Hidup dalam kemiskinan tidak hanya diartikan sebagai kondisi kekurangan harta
dan barang saja, namun juga kekurangan akan pelayanan kesehatan, tingkat
pendidikan yang rendah, kesukaran dalam mencari pekerjaan, tempat tinggal yang
tidak layak, ketidak adilan hukum, rentan dengan tindakan kriminal, dan tidak
berdaya menghadapi kekuasaan serta tidak berdaya dalam menentukan kehidupan
yang lebih baik.
Kemudian Supriatna dalam Kadji (2012) menjelaskan kemiskinan sebagai
bentuk keadaan serba dalam keterbatasan yang tidak diinginkan oleh individu atau
kelompok yang bersangkutan. Individu atau kelompok dikatakan miskin jika
dicirikan dengan rendahnya tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, produktivitas,
pendapatan, dan kesejahteraan hidup. Selain itu terdapat beberapa kriteria
penduduk miskin yaitu, mereka tidak mempunyai faktor produksi sendiri,
keterbatasan kepemilikan sumber daya, tingkat pendidikan yang rendah, dan tidak
mempunyai keterampilan yang memadai.
8
9
Lebih lanjut Woyanti (2016) menjelaskan kemiskinan adalah suatu
permasalahan yang bersifat multidimensional yang ditandai dengan
ketidaksanggupan individu atau kelompok dalam memenuhi kebutuhan hidup layak
atas tiga permasalahan. Pertama, permasalahan dalam menyanggupi kebutuhan
pokok seperti pangan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan, dan kesehatan. Kedua,
permasalahan pada kebutuhan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan dalam
berkontribusi di masyarakat. Ketiga, permasalahan dalam kepemilikan harta dan
rendahnya tingkat pendapatan.
Todaro & Smith (2011) menjelaskan penduduk yang termasuk golongan
miskin sulit mendapatkan akses ke layanan publik, seperti pendidikan. Jika
penduduk miskin tidak mampu memperbaiki pendidikan, maka keturunannya akan
terus menerus mendapatkan pendidikan yang rendah, dengan pendidikan yang
rendah dapat dikatakan produktivitas kerja rendah. Kemudian tingkat pendapatan
yang didapatkan penduduk miskin akan rendah, sehingga harta yang dimiliki sangat
terbatas dan tidak mampu mewariskan banyak harta kepada keturnanya, dan
keturunanya akan mewariskan hal yang sama kepada keturunan selanjutnya.
Kondisi ini disebut dengan jebakan kemiskinan (poverty trap), dan dapat dikatakan
penduduk miskin memiliki kemungkinan besar terjebak dalam kondisi ini. Namun,
jika penduduk miskin mendapatkan akses pendidikan yang berkualitas, yang
kemudian meningkatkan kemampuan dan produktivitas mereka, maka penduduk
miskin memiliki kemungkinan untuk keluar dari poverty trap.
10
2.2 Faktor-Faktor Penentu Kemiskinan
Pada bagian ini akan membahas faktor-faktor yang diduga mempengaruhi
kemiskinan. Faktor-faktor tersebut adalah upah minimum, pendidikan, dan
kesehatan.
2.2.1 Upah Minimum
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 7 tahun
2013 menjelaskan upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari
upah pokok termasuk tunjangan tetap yang ditetapkan oleh gubernur sebagai jaring
pengaman. Kaufman & Hotchkiss dalam Sunarya (2018) menjelaskan tujuan
diberlakukannya kebijakan upah minimum adalah untuk mencukupi standar hidup
layak pekerja, seperti kesehatan dan kesejahteraan pekerja yang kemudian akan
berdampak pada penurunan kemiskinan.
Kebijakan upah minimum dapat berpengaruh negatif ataupun positif
terhadap kemiskinan pada setiap negara. Menurut Neumark & Wascher (2002)
menjelaskan peningkatan upah minimum dapat meningkatkan probabilitas keluarga
miskin keluar dari kemiskinan, dan adanya kemungkinan keluarga yang
sebelumnya tidak miskin dapat menjadi miskin. Kemudian Devereux (2005)
menjelaskan kebijakan upah minimum merupakan kebijakan yang bersifat
kontroverisal. Kebijakan ini bertujuan untuk mengurangi penduduk miskin dengan
cara meningkatkan upah pekerja, akan tetapi disisi lain kenaikan upah minimum
dapat menyebabkan pengangguran khususnya di negara berkembang dengan sektor
informal yang besar dan lemahnya admisnistrasi publik.
11
Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan Lemos (2009) menemukan
bukti bahwa upah minimum bisa menjadi kebijakan yang efektif dalam pengentasan
kemiskinan dan ketimpangan di Brazil, tanpa membuat pekerja dirugikan karena
kehilangan pekerjaan. Dan menurut Stevans & Sessions (2001) berdasarkan
penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat pada 1984-1998 peningkatan upah
minimum akan menurunkan tingkat kemiskinan secara signifikan.
Hubungan antara upah minimum dengan kemiskinan menurut Stevans &