-
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori 2. 1.1 Efektivitas
Efektivitas adalah pencapaian tujuan secara atau memilih
tujuan-tujuan
yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan
menentukan
pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektifitas bisa juga
pengukuran
keberhasilan dalam pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
Contoh jika
sebuah tugas dapat di diselesaikan dengan pemilihan cara-cara
yang sudah
ditentukan maka cara tersebut adalah cara yang efektif.
(Angraeni, 2012: 1).
Uraian diatas bisa dijadikan sebagai ukuran efektifitas hasil
belajar
yang akan dibahas dibawah. Perlu dibatasi tentang efektivitas
yang akan
dijadikan sebagai tolok ukur dalam penelitian ini adalah tujuan
hasil belajar
dari ketiga ranah yang harus dicapai dari metode inquiry dan
Pemanfaatan
KIT IPA dalam pembelajaran IPA.
Tolok ukur efektivitas adalah sebagai berikut :
1. Metode ini memiliki tujuan meningkatkan hasil belajar
kognitif
sehingga mencapai KKM dan memberikan pengaruh atau
perbedaan sebelum dan sesudah penelitian.
2. Metode ini bertujuan meningakatkan hasil belajar afektif
sesuai
dengan target yang ditentukan.
3. Metode ini bertujuan meningkatkan hasil belajar psikomotor
sesuai
dengan target yang ditentukan.
Hal tersebut yang akan menjadi tolok ukur efektivitas dalam
penelitian
ini. Teori diatas mengenai metode inquiry dan pemanfaatan KIT
IPA yang
belim jelas akan dijelaskan lebih rinci dibawah secara runtut
sesuai dengan
kajian-kajian teori yang sesuai.
-
7
2. 1.2 Metode Inquiry 2.1.2.1 Pengertian Metode
Metode berasal dari bahasa Yunani “Methodos” yang mempunyai
cara
atau jalan yang ditempuh. Menururt T. Raka Joni (dalam Siti,
2009) metode
merupakan cara kerja yang diterapkan yang sesuai untuk mencapai
tujuan
tetentu. Jadi metode merupakan suatu cara kerja untuk mencapai
tujuan yang
diinginkan.
2.1.2.2 Pengertian Metode Inquiry Metode Inquiry menurut Nanang
dan Cucu dalam (Handayani 2011)
merupakan suatu rangkaian pembelajaran yang melibatkan secara
maksimal
seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki
secara
sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan
sendiri
pengetahuan, sikap, dan ketrampilan sebagai wujud adanya
perubahan
perilaku. Gulo dalam (Trianto 2009) menyatakan bahwa strategi
inkuiri
berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatakan secara
ma ksimal
seluruh kemmpuan siswa untuk mencari, menyelidiki secara
sistematis, kritis
logis, analitis, sehinga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuan secara
secara percaya diri.
Sanjaya (2011) mengemukakan metode Inquiry adalah rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir
secara kritis
dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari
suatu
masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya
dilakukan
melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Trianto (2009)
sasaran utama
dalam pembelajaran Inquiry adalah:
1. Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses
pembelajaran
2. Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada
tujuan
pembelajaran
-
8
3. Mengembangkan sikap percayadiri siswa tentang apa yang
ditemukan dalam proses inquiri.
2.1.2.3 Macam-macam Metode Inquiry Menurut Nanang dan Cucu dalam
(Handayani 2011), metode Inquiry
dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya bimbingan yang
diberikan
guru kepada siswanya. Ketiga jenis metode itu adalah:
1. Inquiry terbimbing
Metode inquiry terbimbing merupakan metode dimana guru
membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi
pertanyaan
awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran
aktif
dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya.
Dengan
pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan
dan
petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep
pelajaran. Pada metode ini siswa akan dihadapkan pada
tugas-tugas yang
relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun
secara
individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik
suatu
kesimpulan secara mandiri.
2. Inquiry bebas
Pada metode ini, siswa diberi kebebasan untuk menentukan
sendiri
masalah yang akan dimiliki, menemukan dan menyelesaikan
masalah
secara mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah yang
akan
diperlukan.
3. Inquiry bebas yang dimodifikasi
Dalam metode ini, guru membatasi bimbingan agar siswa
berupaya
terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa
menemukan
sendiri jawaban. Namun, apabila siswa tidak dapat
menyelesaikan
-
9
masalahnya, maka bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung
yaitu
dengan cara memberikan contoh-contoh yang relevan.
2.1.2.4 Langkah-langkah Pembelajaran Dengan Metode Inquiry
Menurut Sanjaya (2011), secara umum proses pembelajaran dengan
menggunakan metode inquiry dapat mengikuti langkah-langkah
sebagai
berikut:
1. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau
iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini
mengondisikan
agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap orientasi
adalah:
a. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang
diharapkan
dapat dicapai oleh siswa.
b. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan
oleh
siswa untuk mencapai tujuan.
c. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar.
2. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah yang membawa
siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki..
Teka-teki
dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa
didorong
untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban
itulah
yang sangat penting dalam pembelajaran inquiry, oleh karena
itu
melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman
yang
sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui
proses berpikir
3. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan
yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu
diuji
-
10
kebenarannya. Salah satu cara adalah mendorong anak untuk
mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa
untuk
dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan
berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu
permasalahan
yang dikaji.
4. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam
metode
inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang
sangat
penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan
data
bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar,
akan
tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan
potensi berpikirnya. Biasanya tahap ini diisi dengan
melakukan
percobaan.
5. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh
berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti
mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya,
kebenaran
jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi,
akan
tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
6. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan
temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Untuk
mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu
menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode inquiri
merupakan sebuah metode pembelajaran yang berpusat pada siswa
yang
-
11
mampu menciptakan siswa yang cerdas, terampil dan
berpengetahuan
luas serta dapat bekerja sesuai dengan prosedur sehingga
dapat
menemukan jawaban sendiri dari masalah yang dikaji. Pengetahuan
dan
keterampilan siswa tidak diperoleh dari hasil mengingat fakta
tetapi hasil
menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya. Dengan metode
ini
siswa dilatih untuk selalu berpikir kritis karena membiasakan
siswa
memecahkan masalah sendiri. Metode ini bertujuan untuk
melatih
kemampuan siswa dalam meneliti, menjelaskan fenomena dan
memecahkan masalah secara ilmiah. Seperti langkah-langkah
pembelajaran inquiri yang dikemukan oleh para ahli diatas, mulai
dari
orientasi, kemudian siswa melakukan verifikasi dan
ekperimentasi, siswa
mengumpulkan data dari kegiatan eksperimentasi sampai dengan
menyimpulkan.. Inquiri adalah pembelajaran yang berpusat pada
siswa,
maka peranan guru adalah sebagai pembimbing, stimulator dan
fasilitator.
Menurut uraian diatas terdapat langkah-langkah metode inquiry
yang
akan dijadikan acuan sebagai langkah-langkah dalam proses
pembalajaran. Langkah-langkah yang digunakan haruslah sesuai
dengan
pembelajaran di SD sehingga dapat diperjelas supaya siswa
mengetahui.
Sehingga langkah-lagkah metode inquiry adalah sebagai
berikut:
1. Tahap orientasi berisi siswa mendengarkan tentang informasi
awal
y ang disampaikan guru.
2. Tahap merumuskan masalah berisi siswa membuat pertanyaan
tentang hal yang akan dicobakan yang belum dimengerti.
3. Tahap merumuskan hipotesis berisi siswa meramal atau
menduga
jawaban dari pertanyaan yang mereka buat dalam tahap
merumuskan merumuskan maslah.
4. Tahap mengumpulkan data berisi siswa melakuakan percobaan
berdasar langkah kerja jang diterangkan oleh guru.
-
12
5. Tahap menguji hipotesis berisi siswa menghubungkan hasil
mengumpulkan data dengan hipotesis yang mereka buat.
6. Tahap menyimpulkan berisi siswa memberikan kesimpulan
dari
semua kegiatan yang dilkukan termasuk hasil yang diperoleh
dari
percobaan.
Selain tahap dalam inquiry yang harus diperjelas walaupun
inquiry
merupakan metode yang berpusat pada siswa jenis metode yang
digunakan
juga harus inquiry terbimbing karena siswa SD belum bisa jika
diberikan
kepercayaan dan kebebasan untuk melakukan tahap-tahap inquiry
secara
mandiri.
2.1.2.5 Keunggulan dan Kelemahan Inquiry Menurut Sanjaya (2011)
metode inquiry memiliki beberapa
keunggulan dan juga kelemahan, adapun keunggulannya seperti:
a Inquiry menekankan kepada pengembangan aspek kognitif,
afektif, dan
psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui metode
ini
dianggap lebih bermakna.
b Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya
belajar
mereka.
c Merpakan metode yang dianggap sesuai dengan perkembangan
psikologi
belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan
tingkah
laku berkat adanya pengalaman.
d Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas
rata –
rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak
akan
terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Sedangkan kelemahan metode inquiry yaitu:
a Kesulitan mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
b Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur
dengan
kebiasaan siswa dalam belajar.
-
13
c Kadang – kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan
waktu
yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan
waktu
yang telah ditentukan.
d Selama kriteria keberhasilan belajar ditntukan oleh kemampuan
siswa
menguasai materi pelajaran, maka metode inquiry akan sulit
diimplementasikan oleh setiap guru.
Uraian diatas merupakan keunggulan dan kelemahan dari metode
inquiry.
Jika dilihat dari kelemahannya memang begitu banyak kelemahan
yang mengacu
pada pngelolaan kelas. Namun dari segi kelebihan inquiry cukup
banyak
diantaranya pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
secara
seimbang. Metode inquiry memang mempunyai kelemahan tetapi
dengan inquiry
terbimbing kelemahan tersebut dapat diminimalisir.
2.1.3 KIT IPA 1. Arti, jenis dan fungsi KIT IPA
Menurut Trisnoherawati (2004) KIT IPA adalah nama alat-alat
IPA yang digunakan untuk percobaan dalam pembelajaran IPA di
Sekolah Dasar.
Jenis KIT IPA antara lain :
a. KIT IPA untuk siswa yang dibutuhkan oleh
kelompok-kelompok
siswa untuk percobaan
b. KIT IPA untuk Guru yang dibutuhkan oleh guru untuk
peragaan
c. KIT IPA, daftar nama benda-benda dan bahan-bahan dari
lingkungan yang diperlukan untuk percobaan tertentu.
2. Macam-macam peraga di dalam KIT IPA
Peraga KIT IPA bermacam-macam sesuai dengan fungsinya dalam
pembelajaran IPA. KIT IPA yang ada di SD antara lain :
a. Makhluk hidup
b. Makhluk hidup yang berkembang biak
-
14
c. Pemeliharaan dan pengembangbiakan makhluk hidup
d. Populasi
e. Alat indera
f. Magnet
g. Listrik
h. Organ tubuh
i. Cahaya
j. Tata surya
k. Bentuk gerakan bumi
3. Kegunaan KIT IPA
KIT IPA merupakan media pembelajaran yang memiliki kegunaan
sebagai berikut :
a. Untuk meningkatkan mutu pengajaran dan pembelajaran IPA
di
SD
b. Untuk penekana metode –metode pembelajaran interaktif
c. Untuk mengembangkan program pengembangan sumber daya
manusia
d. Untuk memenuhi tujuan pembangunan masyarakat, ekonomi,
dan teknik di Indonesia
4. Persyaratan KIT IPA
Setiap KIT IPA harus memenuhi persaratan sebagai berikut :
a. Petunjuk pengamatan terhadap percobaan
b. Ringkasan hasil pengamatan dari hasil apa yang diamati
siswa
atau hasil pembahasan dengan siswa sebelumnya
c. Kesimpulan ditemukan oleh siswa
d. Informasi pentiny yang diberikan guru tentang topic
tertentu
e. Gambar-gambar yang membantu menjelaskan suatu masalah
-
15
5. Peranan KIT IPA di Sekolah Dasar
Peranan KIT IPA dalam pembelajaran di Sekolah Dasar memiliki
peranan sebagai berikut.
a. KIT Murid untuk percobaan yang dilaksanakan oelah siswa
sendairi dalam kelompok kecil
b. KIT Guru untuk peragaan dan percobaan yang umumnya
dilakukan oleh guru dan siswa
c. Buku panduan IPA untuk percobaan –percobaanyang dirakit
sendiri dengan mengunakan barang atau bahan yang ditemukan
di lingkungan tempat tinggal siswa.
Uraian diatas menyatakan bahwa KIT IPA merupakan seperangkat
alat-alat IPA yang digunakan untuk percobaan dalam pelajaran IPA
di
sekolah dasar, yang fungsinya adalah untuk menciptakan
pembelajaran IPA
yang lebih nyata, bermakna, interaktif dan dapat mencapai
tujuan
pembelajaran yang dimaksud.
Penelitian ini mengambil KIT IPA dalam pokok bahasan cahaya.
Pokok bahasan ini akan membahas sifat-sifat cahaya. Alat yang
digunakan
dalam pokok bahasan ini antara lain:
1. Perangkat sifat cahaya merambat lurus.
Alat yang dipakai adalah kardus, korek api, lilin, gunting
dan
pelubang.
2. Perangkat sifat cahaya menembus benda bening.
Alat yang dipakai adalah lampu senter, potongan triplek,
gelas
bening, plastik mika bening, selang plastik, kertas karton, batu
dan
kertas HVS.
3. Perangkat sifat cahaya dapat dipantulkan.
Alat yang dipakai adalah lampu senter, cermin datar, macam-
macam cermin dari datar.
4. Perangkat sifat cahaya dapat dibiaskan.
-
16
Alat yang dipakai adalah gelas bening yang berisi air bening
dan
air Teh, senter, kertas yang dilubangi,dan pensil.
5. Perangkat cahaya dapat diuraikan.
Alat yang dipakai adalah baskom, air, cermin datar, dan
kertas
HVS.
Uraian tentang alt-alat KIT IPA diatas merupakan alat yang
akan
dipakai dalam percobaan ini.
2.1.4 IPA Menurut Addullah dalam (Kriswanti 2011) IPA merupakan
pengetahuan
teoritis yang diperoleh/disusun dengan cara yang khas/khusus
,yaitu melakukan
observasi dan demikian seterusnya kait mengait antara cara yang
satu dengan
yang lainnya.
Pembelajaran IPA menurut Iskandar dalam (Handayani 2010)
didefinisikan
sebagai sebagai: (1) mengamati apa yang terjadi, (2) mencoba
memahami apa
yang diamati, (3) mempergunakan pengetahuan baru untuk
meramalkan apa
yang akan terjadi, dan (4) menguji ramalan-ramalan di bawah
kondisi-kondisi
untuk melihat apakah ramalan tersebut benar. Dengan demikian
pengajaran IPA
di kelas IV SD sudah membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin
tahu
anak didik secara ilmiah.
Secara umum, Prinsip Pembelajaran IPA Di SD adalah sebagai
berikut:
1. Prinsip Motivasi : motivasi adalah daya dorong seseorang
untuk
melakukan sesuatu kegiatan.
2. Prinsip Latar : pada hakekatnya siswa telah memiliki
pengetahuan
awal. Sehingga kegiatan belajar mengajar tidak berawal dari
suatu
kekosongan.
3. Prinsip Menemukan : pada dasarnya siswa memiliki rasa ingin
tahu
yang besar sehingga potensial untuk mencari guna menemukan
sesuatu.
-
17
4. Prinsip Belajar Sambil Melakukan (learning by doing) :
Pengalaman
yang diperoleh melalui bekerja merupakan hasil belajar yang
tidak
mudah terlupakan.
5. Prinsip Belajar sambil Bermain : bermain merupakan kegiatan
yang
dapat menimbulkan suasana gembira dan menyenangkan, sehingga
akan dapat mendorong siswa untuk melibatkan diri dalam
proses
pembelajaran.
6. Prinsip Hubungan Sosial : dalam beberapa hal kegiatan belajar
akan
lebih berhasil jika dikerjakan secara berkelompok karena siswa
tahu
kekurangan dan kelebihannya sehingga tumbuh kesadaran
perlunya
interaksi dan kerja sama dengan orang lain.
Dari prinsip-prinsip tersebut di atas disimpulkan bahwa IPA
merupakan ilmu yang menuntut pembelajarnya untuk dapat
mempelajari IPA
tidak sekedar mengerti konsep tapi juga mengetahui dan
memahami
bagaimana sesuatu terjadi dan didapatkan. Pembelajaran di SD
sebaiknya IPA
diciptakan dalam suasana pembelajaran yang membuat siswa senang
sehingga
mereka akan terlibat aktif dalam pembelajaran dan memahami
secara
langsung konsep yang di ajarkan guru. Sebagai guru baiknya kita
menerapkan
pembelajaran yang aktif dalam bentuk praktik supaya siswa
meemahami
dengan baik karena melakukan secara langsung sealain itu juga
harus
menyajikan kegiatan pembelajaran yang bervariasi sehingga tidak
membuat
siswa jenuh.
2.1.5 Hasil Belajar 2.1.5.1 Pengertian Hasil Belajar
Menurut Oemar Hamalik dalam (Handayani 2011) hasil belajar
adalah
bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku
pada orang
-
18
tersebut misalnya dari tidak tahu menjadi tahu,dari tidak
mengerti menjadi
mengerti.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2010), hasil belajar merupakan hal
yang
dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi
guru. Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang
lebih baik
bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat
perkembangan mental
tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor.
Menurut Sudjana (1987) tipe hasil belajar ada tiga yaitu bidang
kognitif
(penguasaan intelektual), bidang afektif (berhubungan dengan
sikap dan nilai)
dan bidang psikomotor (kemampuan / ketrampilan bertindak /
berprilaku)
Bidang-bidang tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Bidang kognitif
Bidang kognitif meliputi tipe hasil belajar pengetahuan,
tipe
hasil belajar pemahaman, tipe hasil belajar penerpaan. Hasil
belajar
kognitif biasanya di ukur dengan tes dan hasilnya berupa
nilai.
2. Bidang afektif
Bidang afektif meliputi rekasi yang berupa perasaan
ketertarikan yaitu sikap menyukai sesuatu yang biasanya itu
membuat mereka lebih meresa senang. Optimisme yaitu tentang
kesiapan, merasa bisa menyelesaikan sesuatu, bisa mengukur
bahwa
diri bisa melakukannya, merasa bahwa sesuatu itu mudah, dan
percaya jika dia bisa mendapatkan sesuatu yang baik.
Perubahan
karakter atau sikap yaitu tentang tertib dalam melakukan sesuatu
baik
yang di perintahkan secara langsung maupun tidak.
3. Bidang psikomotor
Bidang psikomotor meliputi kemampuan di bidang fisik
sebagai contoh yaitu, melakukan percobaan terhadap sesuatu
yang
didalamnya ada proses mengamati, melakukan, mencoba, membuat
dan terampil dalam melakukan sesuatu. Kerjasama bisa
meliputi
-
19
berkomunikasi dengan baik, cekatan dalam melakukan hal
bersama
dan saling .
Dari uraian diatas hasil belajar merupakan tingkat
perkembangan
mental yang lebih baik dengan melakukan usaha secara maksimal
yang
dilakukan oleh seseorang setelah melakukan usaha-usaha belajar.
Hasil
belajar biasanya dinyatakan dalam tiga bidang yaitu kognitif,
afekif dan
psikomotor. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa
setelah
menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai
peranan
penting dalam proses pembelajaran. Pemerolehan hasil belajar
akan
memberikan sesuatu yang lebih dari yang belum tahu menjadi tahu,
tidak
bisa menjadi bisa kemudian akan bermanfaat untuk diri sendiri
dan orang
lain. Hasil belajar disekolah salah satunya bisa dilihat dari
hasil secara
kognitif, afektif san psikomotor.
Hasil belajar dalam bidang kognitif siswa bisa diukur dengan
standar
KKM sekolah. SD N Bringin 01 sebagai subjek penelitian
menerapkan
KKM IPA adalah 7,00.
Hasil belajar afektif siswa bisa diukur menurut sikap siswa.
Siswa
dalam pembelajaran IPA bisa diamati hasil belajar afektifnya
dengan
menilai ketertarikan terhadap pembelajaran IPA dengan metode
Inquiry
dengan pemanfaatan KIT IPA, optimisme terhadap pembelajaran
IPA
dengan metode Inquiry dengan pemanfaatan KIT IPA dan sikap
terhadap
pembelajaran IPA secara keseluruhan.
Hasil belajar psikomotor siswa bisa dinilai dari aktifitas siswa
dalam
pembelajaran IPA dalam metode Inquiry dengan pemanfaatan KIT
IPA,
meliputi malakukan tiap tahap psikomotor dalam Inquiry dengan
baik,
keaktifan dalam diskusi, serta kerjasama dengan siswa lain
dalam
kelompok.
-
20
2.1.5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Menurut
Slameto (2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua. Dua
faktor
tersebut akan dijelaskan dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Faktor-faktor intern
Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri siswa.
Faktor
intern ini terbagi menjadi tiga faktor yaitu : faktor jasmaniah
, faktor
psikologis dan faktor kelelahan.
b. Faktor-faktor ekstern
Faktor eksten adalah faktor yang berasal dari luar siswa.
Faktor
ini meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor
masyarakat.
Faktor intern dan ekstern akan sangat mempengaruhi hasil
belajar, dan
untuk memperoleh hasil belajar yang baik atau memuaskan, maka
siswa
harus memperhatikan faktor-faktor intern dan ekstern dan
berkebiasaan
belajar yang baik. Penelitian ini menggunakan metode inquiry
dan
pemanfaatan KIT IPA dengan tujuan factor dari dalam siswa
secara
psikoligis dapat menambah optimisme belajar siswa, dan tujuan
yang
dilihat dari factor luar yaitu dapat memberikan metode
pembelajaran di
sekolah yang baik.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Suatu penelitian yang
akan dibuat, perlu memperhatikan penelitian lain
yang digunakan sebagai bahan kajian yang relavan. Adapun
penelitian-
penelitian yang berkaitan dengan variabel penelitian yang
dilakukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Himmah (2009) dalam skripsinya yang berjudul “Penggunaan
Metode
Inquiri Guna Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV Pada
Pembelajaran
IPA Di SD Negeri Tutup II Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora
Semester I
Tahun Ajaran 2009/2010”, menyimpulkan bahwa didalam
penelitiannya ada
-
21
peningkatan ketuntasan prestasi belajar siswa yang terjadi
secara bertahap,
dimana pada kondisi awal hanya terdapat 3 siswa (10.71 %) yang
telah tuntas
dalam belajarnya, pada Siklus I ketuntasan belajar siswa
meningkat menjadi 20
siswa (78,57 %) yang telah tuntas, dan pada Siklus II ketuntasan
belajar siswa
menjadi 100%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode
inquiri
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV Pada
Pembelajaran IPA Di
SD Negeri Tutup II Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora Semester
I Tahun
Ajaran 2009/2010. Didalam penelitiannya jumlah siswa kelas IV
ada 28 siswa,
13 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.
Supatmi (2009) dalam skripsinya yang berjudul “Upaya
Peningkatan
Hasil Belajar IPA dengan Pendekatan Inquiry pada Siswa Kelas IV
SD N
Sekaran 01 Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Tahun
Pelajaran
2009/2011”. Menyimpulkan bahwa :
1. Pendekatan Inquiry dapat meningkatkan keaktifan dalam
mengikuti
pelajaran IPA siswa kelas IV SD N Sekaran 01 dengan skor
rata-rata
keaktifan siswa mencapai 2.65, kemudian siklus II mencapai 3.03,
dan
siklus III mencapai 3,08.
2. Pendekatan Inquiry dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas IV SD
N Sekaran 01 Semarang pada mata pelajaran IPA dengan skor pada
siklus
I mencapai 58, 3 % , Siklus II : 83 % , Siklus III : 91, 6
%.
Wikaningrum (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Upaya
peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa menggunakan metode
inquiry
pembelajaran IPA dengan materi pokok pesawat sederhana di SD
Negeri 3
kaloran tahun pelajaran 2009/2010” Menghasilkan kesimpulan
sebagai berikut
1. Pembelajaran dengan menggunakan metode inquiry dapat
meningkatkan
hasil belajar dalam meteri pokok pesawat sederhana. Hal ini
dapat diihat
dari hasil belajar siswa pada pembelajaran siklus 1 dan siklus
2. Rata-rata
nilai siswa saat kondisi awal adalah 64,48. Saat siklus 1 nilai
rata-rata
meningkat sebanyak 71,53 dan siklus 2 rata-rata nilai siswa
menjadi
-
22
78,46 dan perbandingan ketuntasan siswa dari siklus 1 dan siklus
II
adalah sebanyak 39 %
2. Penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA sangat
berpengaruh
bagi hasil belajar siswa dan nilai siswa sudah memenuhi KKM.
3. Keaktifan siswa mengalami penngkatan dalam mengikuti
pembelajaran
IPA dengan menggunakan metode inkuiri. Pada pembelajaran siklus
I
masih ada beberapa siswa yang belum aktifdalam mengikuti
proses
pembelajaran, sedangkan dalam siklus II sudah meningkat sebagian
besar
siswa aktif dalam proses pembelajaran.
Handayani (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh
Pemanfaatan Metode Inquiri Terhadap Prestasi Belajar IPA Siswa
Kelas V SD
Negeri Siwal 01 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Semester
2
Tahun Pelajaran 2010/2011”. Menghasilkan kesimpulan bahwa
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah diuraikan, dapat diambil kesimpulan
bahwa
pemanfaatan metode inquiri dalam pembelajaran IPA kelas V SD
Negeri Siwal
01 pada materi Cahaya dan sifat-sifatnya dapat mempengaruhi
prestasi belajar
siswa. Pembelajaran dengan metode inquiri ini lebih efektif
daripada dengan
menggunakan metode konvensional. Prestasi siswa kelas eksperimen
pada
keadaan awal diperoleh nilai rata-rata sebesar 71,40. Nilai ini
diperoleh dari
hasil pretest. Setelah dilakukan treatmen, dan siswa diberi
postes, rata-rata kelas
menjadi 76,20. Sehingga terjadi peningkatan prestasi. Hal ini
membuktikan
bahwa pemanfaatan metode inquiri dalam pembelajaran dapat
mempengaruhi
prestasi belajar siswa.
Trisnoherawati (2010) dalam tesisnya “Pengaruh pengngunaan
KIT
IPA dalam Pembelajaran IPA terhadap Motivasi dan Prestasi
Belajar Siswa SD
N Tombokrejo I dan SD N Tombok rejo II kecamatan Purworejo
Kota
Pasuruan”. Menghasilkan kesimpulan dari sebuah table berikut
bahwa KIT IPA
dapat meningkatkan motivasi dan prestasi siswa.
-
23
Penelitian yang tersebut diatas menunjukkan sebuah hasil dari
penelitian
yang mengungkap tentang metode Inquiry dan pemanfaatan KIT IPA
dalam
pembelajaran, walaupun berbeda akan tetapi masih berhubungan
dengan
penelitian ini. Sehingga penelitian di atas mendukung penelitian
ini. Pada
penelitian ini menekankan penggunaan metode Inquiri dengan KIT
IPA dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa.
2.3. Kerangka Berfikir Efektifitas adalah pengukuran
keberhasilan dalam pencapaian tujuan
yang telah ditentukan. Tolok ukur efektifitas dari metode
inquiry dan
pemanfaatan KIT IPA terhadap hasil belajar adalah sebagai
berikut :
1. Metode ini memiliki tujuan meningkatkan hasil belajar
kognitif
sehingga mencapai KKM dan memberikan pengaruh atau
perbedaan sebelum dan sesudah penelitian.
2. Metode ini bertujuan meningakatkan hasil belajar afektif
sesuai
dengan target yang ditentukan.
3. Metode ini bertujuan meningkatkan hasil belajar
psikomotor
sesuai dengan target yang ditentukan.
Metode Inquiry merupakan sebuah metode pembelajaran yang
berpusat pada siswa yang mampu menciptakan sisw terampil dan
berpengetahuan luas serta dapat bekerja sesuai dengan prosedur
sehingga
-
24
dapat menemukan jawaban sendiri dari masalah yang dikaji.
Pengetahuan dan
keterampilan siswa tidak diperoleh dari hasil mengingat fakta
tetapi hasil
menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya. Selain itu metode
inquiry
bertujuan juga untuk melatih kemampuan siswa dalam meneliti,
menjelaskan
fenomena dan memecahkan masalah secara ilmiah mulai dari
orientasi,
kemudian siswa melakukan verifikasi dan ekperimentasi, siswa
mengumpulkan data dari kegiatan eksperimentasi sampai dengan
menyimpulkan, dan tidak lupa sedikit bimbingan dari guru karena
siswa SD
belum bisa melakukan tahap-tahap inquiry secara mandiri.
Metode Inquiry diselaraskan dengan pembelajaran IPA. IPA
merupakan
ilmu yang menuntut pembelajarnya untuk dapat mempelajari IPA
tidak
sekedar mengerti konsep tapi juga mengetahui dan memahami
bagaimana
sesuatu terjadi dan didapatkan. Pembelajaran di SD sebaiknya IPA
diciptakan
dalam suasana pembelajaran yang membuat siswa terlibat aktif
dalam
pembelajaran dan memahami secara langsung konsep yang di ajarkan
guru
dan tidak lupa selalu dibuat menyenangkan. Sebagai guru baiknya
kita
menerapkan pemblajaran yang aktif dalam bentuk praktik supaya
siswa
memahami dengan baik karena melakukan secara langsung juga
tidak
membuat siswa jenuh. Inquiry merupakan salah satu motode yang
sesuai,
namun inquiry juga mempunyai kelemahan yaitu tentang aktifitas
kelas yang
tidak terkontrol. Kelemahan tersbut dapat diminimalisir dengan
menggunakan
inquiry model terbimbing supaya metode inquiri dapat efektif
terhadap hasil
pembelajaran yang akan dicapai.
KIT IPA merupakan seperangkat alat-alat IPA yang digunakan
untuk
percobaan dalam pelajaran IPA di sekolah dasar, yang fungsinya
adalah untuk
menciptakan pembelajaran IPA yang lebih bermakna interaktif dan
dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang dimaksud. KIT IPA bertujuan
membantu
siswa supaya lebih dalam memahami apa yang terjadi secara
langsung dan
mereka alami.
-
25
Metode Inquiry dalam pelaksanaan mata pelajaran IPA dengan
media
KIT IPA diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar sesuai
dengan kajian
penelitian yang telah ada. Hasil belajar merupakan pemerolehan
yang didapat
seteleh melakukan usaha dalam belajar atau bisa juga dikatakan
sebuah
perkembangan mental. Hasil belajar dapat dilihat dari tiga ranah
yaitu
kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar dipengaruhi oleh
2 faktor yaitu
intern dan ekstern. Supaya mendapat hasil belajar yang baik
siswa harus
memperhatikan faktor-faktor intern dan ekstern . Faktor intern
yang
digunakan dengan faktor psikologis siswa yang harus membuat
siswa
nyaman, bersemangat dan menyukai hal yang dilkukan, sementara
faktor
ekstern yang penulis ambil untuk meningkatkan hasil belajar yang
ada
hubungannya dengan sekolah. Jadi di sekolah didesain sebuah
pembelajaran
khususnya dalam mata pelajaran IPA supaya hasil belajar
kognitif, afektif dan
psikomotor siswa meningkat.
Berdasarkan uraian diatas, maka pelaksanaan pembelajaran IPA
dengan
menerapkan model pembelajaran Inquiry dan pemanfaatan media KIT
IPA
pada dasarnya adalah untuk mengetahui keefektifan seperti yang
telah di
uraiakan diatas tentang penerapan metode Inquiri terhadap hasil
belajar
kognitif, afektif dan psikomotor IPA pada siswa kelas V SD N
Bringin 01
Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012.
-
26
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir
2.4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dirumuskan suatu
hipotesis.
Menurut Sugiyono (2009:64) mengemukakan Hipotesis merupakan
jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan
masalah
penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan
Hipotesis akan diuji di dalam penelitian dengan pengertian bahwa
uji
statistik selanjutnya yang akan membenarkan atau menolaknya.
Adapun
hipotesis dalam penelitian ini yaitu :
Kognitif (Siswa dapat mencapai target nilai yang
ditentukan)
METODE INQUIRY 1. Orientasi
2. Merumuskan masalah
3. Merumuskan Hipotesis
4. Mengumpulkan data
5. Menguji hipotesis
6. Merumuskan kesimpulan
KIT IPA
a. Interaktif
b. Media yang nyata
Hasil belajar
Afektif (ketertarikan,
optimisme dan sikap sesuai target)
Psikomotor (melakukan percobaan,
menyimpulkan dan kerjasama sesuai target)
-
27
1. Metode Inquiry dan pemanfaatan KIT IPA efektif tehadap hasil
belajar
kognitif siswa kelas V SD.
Efektivitasnya diukur dengan:
a. Hasil µ1 > µ2
b. Ho : µ2 = µ1 ( Tidak ada perbedaan hasil rata-rata
posttest dengan hasil rata-rata hasil pretest ).
Ha : µ2 ≠ µ1 ( Ada perbedaan hasil nilai rata-rata
posttest tidak sama dengan hasil nilai rata-rata pretest ).
2. Metode Inquiry dan pemanfaatan KIT IPA efektif terhadap hasil
belajar
afektif siswa kelas V SD dengan hasil angket ≥ 13 (kategori
baik).
3. Metode Inquiry dan pemanfaatan KIT IPA efektif terhadap hasil
belajar
psikomotor siswa kelas V SD dengan hasil penilaian unjuk kerja ≥
43
(kategori baik).
Keterangan:
µ1 : rata-rata nilai pretest
µ2 : rata-rata nilai posttest