7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPA Pada hakikatnya IPA merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaaan (Induktif) namun pada perkembangan selanjutnya IPA juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif) (Sulistyowati dan Wisudawati, 2015:22-30). Ada tiga istilah yang terlibat dalam hal ini, yaitu “ilmu”, “Pengetahuan”, dan “Alam”. Ilmu adalah pengetahuan yang ilmiah, pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah, artinya diperoleh dengan metode ilmiah. Dua sifat utama ilmu adalah rasional, artinya masuk akal, logis, atau dapat diterima akal sehat, dan objektif. Artinya, sesuai dengan objeknya, sesuai dengan kenyataan, atau sesuai dengan pengamatan. Dengan pengertian ini, IPA dapat diartikan sebagai pengetahuan yang sistematis yang dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala- gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan dedukasi (Trianto, 2014:136). Adapun menurut Wahyana (2014:136) mengatakan bahwa “Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala- gejala alam”. Dari berbagai pendapat yang telah dipaparkan di atas dapat dinyatakan bahwa pada hakikatnya IPA merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap siswa seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Proses pembelajaran IPA terdiri atas 3 tahap, yaitu perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil belajar.
33
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPA - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13010/2/T1... · 2.1 Hakikat IPA . Pada hakikatnya ... Karena dengan adanya pembelajaran IPA ini,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hakikat IPA
Pada hakikatnya IPA merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan
dikembangkan berdasarkan percobaaan (Induktif) namun pada perkembangan
selanjutnya IPA juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif)
(Sulistyowati dan Wisudawati, 2015:22-30). Ada tiga istilah yang terlibat dalam hal
ini, yaitu “ilmu”, “Pengetahuan”, dan “Alam”. Ilmu adalah pengetahuan yang ilmiah,
pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah, artinya diperoleh dengan metode ilmiah.
Dua sifat utama ilmu adalah rasional, artinya masuk akal, logis, atau dapat diterima
akal sehat, dan objektif. Artinya, sesuai dengan objeknya, sesuai dengan kenyataan,
atau sesuai dengan pengamatan. Dengan pengertian ini, IPA dapat diartikan sebagai
pengetahuan yang sistematis yang dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-
gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan dedukasi (Trianto,
2014:136). Adapun menurut Wahyana (2014:136) mengatakan bahwa “Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun
secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-
gejala alam”.
Dari berbagai pendapat yang telah dipaparkan di atas dapat dinyatakan bahwa
pada hakikatnya IPA merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya
secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode
ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap siswa seperti rasa ingin
tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. Proses pembelajarannya menekankan pada
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Proses pembelajaran IPA
terdiri atas 3 tahap, yaitu perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses
Tahap pengembangan ceramah mencakup memberi keterampilan
secara singkat dan jelas, mempergunakan papan tulis, menerangkan
kembali dengan menggunakan istilah atau kata-kata yang yang lebih
jelas, memperinci dan memperluas keadaan, memberikan balikan
(feed back) sebanyak-banyaknya selama berceramah, mengatur
alokasi waktu ceramah.
4. Tahap akhir ceramah
Melakukan tanya jawab dan mengadakan evaluasi untuk
mengevaluasi keberhasilan proses pembelajaran.
Berdasarkan pemaparan diatas, untuk memulai pembelajaran menggunakan
metode konvensional guru terlebih dahulu menyampaikan materi pokok, menjelaskan
materi, memberikan pertanyaan, menjawab pertanyaan siswa dan guru memberikan
tes.
21
2.3.5 Peran Guru Dalam Metode Pembelajaran Konvensional
Peran guru dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran konvensional adalah sebagai pendidik dan pengajar. Pendidik berarti
dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di kelas, guru berperan untuk
membentuk sikap dan karakter siswa. Guru berperan sebagai pengajar berarti guru
sebagai penyalur dan penyampai informasi atau materi kepada siswa. Guru harus
dapat menguasai materi pelajaran karena dengan menguasai materi ajar akan lebih
yakin dalam merumuskan tujuan belajar mengajar di kelas sehingga apa yang
dipelajari siswa setelah selesai proses pembelajaran menjadi jelas, dapat menyajikan
materi pelajaran secara sistematis dan tidak loncat-loncat sehingga tidak membuat
siswa bingung. Guru dapat lebih kreatif dan inovatif dalam menyampaikan materi
ajar. Menurut Abimanyu (2009: 6.4) dalam menggunaan metode pembelajaran
konvensional agar siswa tidak bosan dapat diselingi dengan pertanyaan-pertanyaan
yang dapat membangkitkan konsentrasi siswa, menggunakan alat peraga untuk
menarik perhatian siswa dan mempermudah siswa dalam memahami materi yang
diajarkan, menciptakan interaksi antara guru-siswa, siswa-guru, siswa-siswa dan
menggunakan gaya mengajar yang bervariasi.
2.4 Media Pembelajaran
Media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan (message), merangsang pikiran, persaan, perhatian dan
kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar (Sumiati,dkk 2009:160).
Menurut Schramm (Iswidayati, 2010: 2) mengatakan media pembelajaran adalah
teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran
dan mempengaruhi efektivitas pembelajaran. Beberapa media yang dikenal dalam
pembelajaran antara lain : media visual (gambar atau foto, sketsa, diagram,
bagan/chart, kartun, poster, peta dan globe, papan planel, papan buletin), media
audio (radio, alat perekam magnetik atau tape recorder), media proyeksi diam (film
bingkai, film rangkai, OHP (overhead projector), opaque projektor, mikrofis), media
22
proyeksi gerak dan audio visual (film gerak, film gelang atau film loop, program tv,
video), multimedia, benda.
Hamdani (2011:243) “Media pembelajaran adalah komponen yang terdiri dari
suatu yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk dijadikan bahan sumber belajar
atau wahana fisik yang mengandung materi intruksional di lingkungan siswa, yang
dapat merangsang siswa untuk belajar”. Sedangkan menurut Hamalik (2011:50-52)
dijelaskan bahwa dengan bantuan berbagai media makna pembelajaran akan lebih
menarik, menjadi konkret, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga dan dapat
menimbulkan pembelajaran lebih bermakna.
Menurut Kemp & Dayton (Arsyad, 2012:19) media pembelajaran memiliki tiga
fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan dan kelompok yang
pendengarnya dalam jumlah besar, yaitu 1) memotivasi minat atau tindakan 2)
menyajikan informasi 3) memberi instruksi.
Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan beberapa fungsi dari
media pembelajaran meliputi;
1. Menjembatani antara guru dan siswa dalam rangka menyampaikan materi bahan
ajar
2. Membantu siswa memahami bahan ajar 3. Memfasilitasi siswa melakukan kegiatan pembelajaran 4. Mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu 5. Memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di
lingkungan mereka.
Raharjo (Iswidayati, 2010: 15) menjelaskan kelebihan menggunakan media dalam pembelajaran. Adapun kelebihan media dalam pembelajaran antara lain:
1) Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga lebih jelas
dipahami siswa sehingga memungkinkan siswa menguasai tujuan
pengajaran lebih baik; 2) Metode mengajar akan lebih bervariasi; 3)
Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar; 4) Motivasi belajar
23
dari pada siswa dapat ditumbuhkan / dinaikkan; 5) Dapat mengatasi
sifat pasif dari para siswa.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka media pembelajaran merupakan
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari guru kepada
penerima (siswa), dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga
dapat meningkatkan efektifitas dalam mencapai tujuan pembelajaran.
2.5 Media Benda Konkret
Media benda konkret merupakan benda yang dapat dilihat, didengar atau
dialami peserta peserta didik sehingga memberikan pengalaman langsung kepada
peserta didik (Asyhar, 2012:55) dengan demikian guru dalam kegiatan mengajarnya
perlu secara continue menggunakan media benda konkret dalam pembelajaran.
Menurut Antoro (2011:32) dengan menggunakan media benda kongkret siswa akan
lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dan siswa lebih memahami materi pelajaran,
sehingga siswa mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa khususnya dalam
pembelajaran IPA. Hal ini sejalan dengan pendapat Jauhar (2011:85) Dengan
menggunakan media benda konkret siswa belajar lebih berorientasi pada bimbingan
dan petunjuk dari guru sehingga siswa mampu memahami konsep-konsep pelajaran
dengan baik.
Berdasarkan pendapat para ahli yang sudah dijelaskan diatas, dapat
disimpulkan bahwa media benda konkret banyak digunakan dalam proses
pembelajaran sebagai alat bantu untuk memperkenalkan subjek baru. Media konkret
mampu memberikan arti nyata kepada hal-hal yang sebelumnya hanya digambarkan
secara abstrak yaitu dengan kata-kata atau hanya visual.
Mulyani Sumantri, (2004:178) mengemukakan bahwa secara umum
media konkret berfungsi sebagai (a) Alat bantu untuk mewujudkan
situasi bejar mengajar yang efektif, (b) Bagian integral dari
keseluruhan situasi mengajar, (c) Meletakkan dasar-dasar yang
konkret dan konsep yang abstrak sehingga dapat mengurangi
pemahaman yang bersifat verbalisme, (d) Mengembangkan motivasi
belajar siswa, (e). Mempertinggi mutu pembelajaran.
24
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka media benda konkret merupakan
pembelajaran yang lebih realistis, dapat memancing siswa untuk mengamati objek
secara langsung sehingga siswa akan lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dan
pemahaman konsep siswa pada pembelajaran IPA meningkat.
2.6 Penerapan Pembelajaran Metode Discovery Learning Berbantuan Media
Benda Konkret Dalam Pembelajaran Berdasarkan Standar Proses
Berdasarkan Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang standar proses
pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan
pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam
upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun
RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan
dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap
pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. Berikut
uraian pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Permendiknas No 41 Tahun
2007 tentang standar proses:
a) Pendahuluan, pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu
pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. b) Inti, kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. c) Penutup, penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.
25
Berdasarkan uraian di atas tentang pelaksanaan pembelajaran, maka dapat
dinyatakan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran meliputi tiga tahap yang harus
dilakukan, yaitu: tahap kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, kegiatan penutup. Dalam
kegiatan pendahuluan, langkah yang harus dilakukan guru meliputi, menyiapkan
peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya
dengan materi yang akan dipelajari, menjelaskan tujuan pembelajaran atau
kompetensi dasar yang akan dicapai, menyampaikan cakupan materi dan penjelasan
uraian kegiatan sesuai silabus. Dalam kegiatan inti, harus menggunakan metode yang
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat
meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Dalam kegiatan penutup,
langkah yang harus dilakukan guru adalah bersama-sama dengan peserta didik
simpulan pelajaran, melakukan penilaian, memberikan umpan balik terhadap proses
dan hasil pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak lanjut dan menyampaikan
rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Berdasarkan langkah-langkah metode Discovery Learning, dapat di buat sintak
metode pembelajaran Discovery Learning berbantuan media benda konkret sesuai
standar proses sebagai berikut:
1. Rencana pembelajaran (persiapan), meliputi
a. merumuskan indikator yang akan dicapai .
b. merancang pembelajaran berorientasi pada pembelajaran dengan
menggunakan meetode Discovery Learning pada mata pelajaran IPA
melalui penyusunan RPP .
c. menyiapkan sumber dan bahan yang diperlukan .
d. membuat lembar observasi guru untuk melihat kondisi pembelajaran saat
tindakan berlangsung .
e. membuat lembar kerja evaluasi untuk melihat hasil belajar siswa dalam
pembelajaran
26
2. Pelaksanaan, meliputi
1. Kegiatan awal
a. Guru memeriksa kesiapan siswa pembelajaran
b. Siswa mengucapkan salam dan berdoa
c. Presensi kehadiran siswa
d. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan
dicapai.
2. Kegiatan inti
1). Eksplorasi
Fase 1 : Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
a. Guru memberikan apersepsi sesuai topik yang akan diajarkan.
b. Guru memberikan pertanyaan berpikir kepada siswa untuk merangsang
berpikir.
c. Saat siswa mampu menjawab apersepsi, guru mengajak siswa untuk
membaca materi dan memberi motivasi.
d. Guru menyajikan materi yang akan di diskusikan dengan menunjukkan
media benda konkret.
2). Elaborasi
Fase 2 : Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)
a. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok (4-5 orang)
b. Guru membagi lembar diskusi dan materi serta media benda konkret yang
sesuai dengan materi percobaan yang akan dilakukan.
c. Guru menyampaikan rumusan masalah pada setiap kelompok.
d. Guru mengajak siswa mengidentifikasi masalah dari percobaan yang akan
dilakukan.
e. Guru mengajak siswa merumuskan hipotesis percobaan.
27
Fase 3 : Data collection (pengumpulan data)
a. Guru membimbing siswa untuk aktif dalam percobaan dengan
menggunakan media benda konkret.
b. Guru mengajak siswa mengumpulkan data yang relevan dengan
menggunakan media benda konkret dalam kegiatan percobaan.
c. Guru membimbing siswa untuk mencatat hasil hasil pengumpulan data.
d. Guru mengamati dan membimbing siswa dalam kelompok.
Fase 4 : Data processing (pengolahan data)
a. Guru mengajak siswa untuk bekerja sama untuk mengolah data yang
diperoleh dengan menggunakan media benda konkret.
b. Guru membimbing siswa untuk berdiskusi dalam menafsirkan hasil data
yang diperoleh siswa.
Fase 5 : Verification (pembuktian)
a. Guru melibatkan siswa melakukan percobaan sesuai dengan langkah-
langkah kegiatan percobaan yang sudah dibagikan oleh guru dengan
benar dan menggunakan media benda konkret dengan antusias.
b. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menganalisis data
yang diperoleh dari kegiatan percobaan yang sudah dilakukan.
c. Guru melibatkan siswa dalam membuktikan hipotesis yang telah
ditetapkan.
Fase 6 : Generalization (generalisasi/menarik kesimpulan)
a. Guru memberian kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dalam
membuat kesimpulan dari data yang sudah dianalisis.
b. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan presentasi
dalam menyampaikan data atau informasi yang sudah dianalisis.
28
3). Konfirmasi
a. Guru meluruskan konsep yang deiperoleh siswa terkait dengan materi
yang dipelajari.
b. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya
mengenai materi yang belum jelas.
c. Guru memberikan umpan balik dan penguatan
3. Kegiatan penutup
a. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa untuk membuat rangkuman
atau kesimpulan materi yang telah dipelajari.
b. Guru melakukan evaluasi untuk mengetahui berhasil tidaknya dalam
pembelajaran.
2.7 Hasil Belajar
2.7.1 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Sudjana (2005:22) adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Hamalik
(2006:30) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan
tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari
tidak mengerti menjadi mengerti. Sedangkan menurut Suprijono (2014:7) adalah
perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi
kemanusiaan saja. Dalam sistem pendidikan nasional, rumusan pendidikan baik
tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional menggunakan klasifikasi hasil belajar
dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu
ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.
Hasil belajar menurut Gagne (Sumantri, 2004: 14) terdiri dari lima macam
kemampuan yaitu:
a) ketrampilan intelektual, sejumlah pengetahuan mulai dari baca, tulis,
hitung sampai kepada penalaran yang rumit. b) Strategi kognitif,
mengatur cara belajar dan berpikir seorang di dalam arti seluas-
luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah. c) Informasi
verbal, pengetahuan dalam arti informasi non fakta. d) Ketrampilan
29
motorik, menulis, mengetik, menggunakan peraga, dsb. e) Sikap dan
nilai, berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang
dimulai seseorang.
Dimyati dan Mudjiono (2008:3) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan
hasil dari interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar dan dari sis guru, tindakan
diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar sedangkan dari siswa, hasil belajar
merupakan berakhirnya pengalaman belajar. Sementara itu Hamalik (2008:36)
menyatakan bahwa “hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan
perubahan kelakuan”.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, menyatakan bahwa hasil
belajar yang diharapkan sangat bergantung pada jenis dan karakteristik materi dan
mata pelajaran yang disampaikan, ada mata pelajaran yang lebih dominan kognitif,
afektif maupun psikomotorik (Rusman 2012:126). Klasifikasi hasil belajar menurut
Bloom dalam Agus Suprijono (2009:6) secara garis besar membagi menjadi 3 ranah,
yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik:
1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual. 2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap. 3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar
keterampilan dan kemampuan bertindak.
Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam jenis perilaku
ranah kognitif, sebagai berikut:
a) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan hal yang telah dipelajari
dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan
fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode; b)
Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna
tentang hal yang dipelajari; c) Penerapan, mencakup kemampuan
menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang
nyata dan baru. d) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu
kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat
dipahami dengan baik; e) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk
suatu pola baru; f) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk
30
pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.
Menurut Arikunto (2008:8) “guru maupun pendidik lainnya perlu mengadakan
penilaian terhadap hasil belajar siswa karena dalam dunia pendidikan khususnya
dunia persekolahan penilaian hasil belajar mempunyai makna yang penting, baik bagi
siswa, guru maupun sekolah”. Menurut Krathwohl, Blom & Masia (Suprihatiningrum
jamil, 2014:39) menyatakan bahawa “Hasil belajar aspek kognitif merupakan
kemampuan yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan
masalah, seperti pengetahuan komprehensif, aplikatif, sintetis, analisis dan
pengetahuan evaluatif”.
Menurut Widoyoko (2014:51) “tes merupakan salah satu alat untuk melakukan
pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Di
antara objek tes adalah kemampuan siswa”. Dilihat dari waktu pelaksanaanya tes
dapat dibedakan menjadi: 1) pre-test dan post-test: 2) tes formatif dan tes sumatif
diuraikan sebagai berikut:
1) Pre-test dan post-test, Pre-test merupakan salah satu bentuk tes
yang dilaksanakan pada awal proses pembelajaran, dan post-test
merupakan salah satu bentuk tes yang dilaksanakan setelah kegiatan
inti; 2) Tes formatif dan tes sumatif, Tes formatif merupakan satu
bentuk tes yang dilaksanakan setelah siswa menyelesaikan satu unit
pembelajaran. Sedangkan tes sumatif merupakan tes yeng dilakukan
pada setiap akhir pembelajaran atau akhir satu satuan waktu yang
didalamnya tercakup satu pokok bahasan. (Widoyoko, 2014:51)
Berdasarkan pemaparan di atas dan halaman sebelumnya semakin jelas
bahwa hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pebelajaran. Hasil
belajar merupakan tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik yang
lebih baik dengan melakukan usaha secara maksimal yang dilakukan oleh
seseorang setelah melakukan usaha-usaha belajar. Untuk mengetahui seberapa
ketercapaian hasil belajar siswa dilakukan pengukuran atau penilaian dalam
kegiatan belajar melalui tes dan nontes. Berdasarkan waktu pelaksanaannya tes dapat
dibedakan menjadi dua yaitu pretest-postest.
31
2.7.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil perilaku yang diperoleh siswa setelah
melaksanakan kegiatan belajar (Rifa’I dan Anni 2009:85) hasil belajar dapat dikatan
sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dilakukan
tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri.
Hamdani (2011:60) menyebutkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil
belajar sebagai berikut:
1) Model pembelajaran, untuk mencapai ketuntasan hasil belajar,
diantarannya pembelajaran individu, pembelajaran kelompok, dan
tutorial. 2) Peran guru, guru harus inisiatif dalam hal menjabarkan
KD, mengajarkan materi, memonitor pekerjaan siswa, serta menilai
perkembangan sosial dalam mencapai kompetensi (kognitif, afektif,
psikomotorik), menggunakan teknik diagnosis, menyediakan alternatif
strategi pembelajaran siswa yang kesulitan belajar. 3) Peran siswa,
Siswa diberi kebebasan dalam menetapkan kecepatan pencapaian
kompetensi.
Menurut Baharuddin dan Wahyuni (2010:19) “secara umum faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal”. Berikut uraian faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar:
1.) Faktor Internal, faktor yang ada dalam individu yang sedang
belajar, meliputi: faktor fisiologis dan faktor psikologis; 2) Faktor-
faktor eksogen/eksternal, faktor yang ada di luar individu yang sedang
belajar, meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah ,dan faktor
masyarakat, faktor instrumental.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas dapat nyatakan
bahwa belajar itu merupakan proses yang cukup kompleks, artinya bahwa hasil
belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendukung, yaitu: 1) faktor