6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 2.1.1 Taman Nasional Kepulauan Seribu Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (TNKpS) terletak pada posisi geografis 5°24' - 5°45 LS dan 106°25' - 106° 40' BT, terbentang seluas 107.489 ha (SK. Menteri Kehutanan Nomor: 6310/Kpts-II/2002). Kepulauan Seribu merupakan gugusan kepulauan yang terletak di sebelah utara Jakarta, tepat berhadapan dengan Teluk Jakarta. Dan secara administratif berada dalam wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Dengan memiliki 4 (empat) zona di dalam kawasannya. Kawasan ini meliputi wilayah laut hingga pasang tertinggi, termasuk kawasan barat Pulau Penjaliran Barat dan Penjaliran Timur dengan luas 39,5 ha. Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu terdiri dari pulau-pulau karang sebanyak 105 buah dengan total luas wilayah daratan sebesar 8,7 km² (BTNKpS 2007). Berdasarkan letak kontinental dan oseanografisnya, wilayah Kepulauan Seribu memiliki iklim muson laut tropis, yakni adanya pergantian arah angin tiap enam bulan yang disebut angin muson dengan kecepatan angin antara 2-4 knot/jam. Temperatur udara sepanjang tahun umumnya berkisar antara 28 o -32 o C, dengan kelembaban udara rata-rata adalah 80%, sedangkan curah hujan rata-rata mencapai 400 mm/tahun. Mata pencaharian pokok masyarakat adalah nelayan tangkap 70,99%, utamanya nelayan tangkap termasuk nelayan jaring muroami (jaring yang tidak ramah lingkungan karena merusak karang) dan sebagian kecil masih menggunakan racun potasium sianida dan atau dinamit. Berdasarkan kriteria kegiatan budidaya perikanan berupa kondisi fisik geofisik (keterlindungan, kedalaman perairan, dan substrat dasar laut), oceanografis (kecepatan arus), dan kualitas air (kecerahan dan salinitas), kapasitas Kepulauan Seribu untuk pengembangan budidaya perikanan laut seluas 904,17 ha, diantaranya 622,49 ha (66%) dalam kawasan TNKpS.
18
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080003_2_9408.pdf · terhadap adanya stimuli cahaya. Pemberian nama karang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
2.1.1 Taman Nasional Kepulauan Seribu
Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (TNKpS) terletak pada posisi
geografis 5°24' - 5°45 LS dan 106°25' - 106° 40' BT, terbentang seluas
107.489 ha (SK. Menteri Kehutanan Nomor: 6310/Kpts-II/2002). Kepulauan
Seribu merupakan gugusan kepulauan yang terletak di sebelah utara Jakarta, tepat
berhadapan dengan Teluk Jakarta. Dan secara administratif berada dalam wilayah
Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu,
DKI Jakarta. Dengan memiliki 4 (empat) zona di dalam kawasannya. Kawasan ini
meliputi wilayah laut hingga pasang tertinggi, termasuk kawasan barat Pulau
Penjaliran Barat dan Penjaliran Timur dengan luas 39,5 ha. Taman Nasional Laut
Kepulauan Seribu terdiri dari pulau-pulau karang sebanyak 105 buah dengan total
luas wilayah daratan sebesar 8,7 km² (BTNKpS 2007).
Berdasarkan letak kontinental dan oseanografisnya, wilayah Kepulauan
Seribu memiliki iklim muson laut tropis, yakni adanya pergantian arah angin tiap
enam bulan yang disebut angin muson dengan kecepatan angin antara 2-4
knot/jam. Temperatur udara sepanjang tahun umumnya berkisar antara 28o-32
o C,
dengan kelembaban udara rata-rata adalah 80%, sedangkan curah hujan rata-rata
mencapai 400 mm/tahun.
Mata pencaharian pokok masyarakat adalah nelayan tangkap 70,99%,
utamanya nelayan tangkap termasuk nelayan jaring muroami (jaring yang tidak
ramah lingkungan karena merusak karang) dan sebagian kecil masih
menggunakan racun potasium sianida dan atau dinamit. Berdasarkan kriteria
kegiatan budidaya perikanan berupa kondisi fisik geofisik (keterlindungan,
kedalaman perairan, dan substrat dasar laut), oceanografis (kecepatan arus), dan
kualitas air (kecerahan dan salinitas), kapasitas Kepulauan Seribu untuk
pengembangan budidaya perikanan laut seluas 904,17 ha, diantaranya 622,49 ha
(66%) dalam kawasan TNKpS.
7
Berdasarkan kriteria kepariwisataan berupa keindahan alam, keaslian
panorama alam, keunikan ekosistem, tidak adanya gangguan alam yang
berbahaya, dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung, kapasitas
Kepulauan Seribu untuk pengembangan pariwisata seluas 872,06 ha dengan
kapasitas pengunjung 2.318 Orang per hari, diantaranya 795,38 ha dan 1.699
Orang per hari (73%) adalah kapasitas dalam kawasan TNKpS. Penduduk
Kepulauan Seribu berjumlah 4.920 KK (660 Keluarga Pra- Sejahtera),
diantaranya 65% bermukim di Pulau Pemukiman (Pulau Panggang, Pulau
Pramuka, Pulau Kelapa, Pulau Kelapa Dua, dan Pulau Harapan) yang berada di
dalam Kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (TNKpS 2011).
Pada tahun 2009 tutupan substrat di ekosistem terumbu karang Kepulauan
Seribu didominasi oleh komponen abiotik dengan nilai tutupan sebesar 36,19%.
Tutupan karang keras hanya 34,27%. Karang lunak mencakup 16,06%.
Selebihnya adalah alga mencakup 7,06% dan biota lain sebesar 4,82%. Maka
kondisi terumbu karang di Kepulauan Seribu berada pada kategori sedang.
Dimana Pulau Bira besar merupakan salah satu stasiun pengamatan terumbu
karang yang dilakukan oleh Setyawan dkk (2011) dan termasuk ke dalam
kawasan TNKpS.
2.1.2 Pulau Bira Besar
Pulau Bira Besar termasuk ke dalam Kelurahan Pulau Harapan yang
merupakan salah satu kawasan dari TNKpS dengan luas pulau 29 ha. Pulau Bira
Besar memiliki keunikan dibandingkan Pulau-pulau lainnya di TNKpS karena
masuk ke dalam dua zona, yaitu Zona Inti pada bagian Utara dan Zona
Pemanfaatan Wisata pada bagian lainnya.
Kondisi pantai pulau Bira Besar dimulai dengan pantai berpasir halus yang
diikuti dengan campuran pasir kasar dan pecahan karang, kemudian diikuti oleh
daerah pertumbuhan alga yang didominasi oleh karang mati yang ditumbuhi
berbagai jenis alga. Pada daerah tubir didominasi oleh karang marga Porites
berukuran besar (Aziz dan Darsono 1988 dalam P2O-LIPI 2000).
8
Fasilitas yang ada di Pulau Bira Besar terbilang sangat mewah karena
tardapat langangan golf dengan hole berjumlah 9 hole, kolam renang, helipad dan
20 cottage. Namun kondisinya saat ini hampir semua dari fasilitas itu tidak lagi
terpakai, hanya 8 cottage yang berfungsi sebagai tempat penginapan bagi para
pengunjung (Jowo 2012).
2.2 Parameter Perairan Sebagai faktor Pembatas Terumbu Karang
Kondisi terumbu karang yang baik harus didukung oleh kondisi perairan
yang baik pula. Adapun parameter fisika dan kimia yang mempengaruhi
kehidupan terumbu karang yaitu:
1. Suhu, perkembangan terumbu karang yang optimal terjadi di perairan yang
rata-rata suhu tahunannya 23 - 25°C, terumbu karang dapat mentoleransi suhu
36 - 40°C. (Nybakken 1992).
2. Cahaya adalah salah satu faktor yang paling penting yang membatasi terumbu
karang, karena cahaya yang cukup harus tersedia agar fotosintesis oleh
zooxanthellae simbiotik dalam jaringan karang dapat terlaksanakan. Tanpa
cahaya yang cukup, laju fotosintesis dipastikan berkurang dan bersama dengan
itu kemampuan karang untuk menghasilkan kalsium karbonat dan membentuk
terumbu berkurang pula (Nybakken 1992).
3. Arus laut permukaan merupakan pencerminan langsung dari pola angin yang
bertiup pada waktu itu. Arus dapat berdampak positif yaitu membawa nutrient
dan bahan-bahan organik yang dibutuhkan oleh karang dan zooxanthellae serta
juga dapat berdampak negatif yaitu menyebabkan sedimentasi di perairan
terumbu karang dan menutupi permukaan karang sehingga berakibat pada
kematian karang. (Romimohtarto dan Juwana 2007).
4. Salinitas merupakan takaran bagi keasinan air laut. Satuannya adalah ppt (0/00)
dan simbol yang dipakai yaitu S0/00. Salinitas didefinisikan sebagai berat zat
padat terlarut dalam gram per kilogram air laut. Singkatnya salinitas adalah
berat garam dalam gram per kilogram air laut. Salinitas ditentukan dengan
mengukur klor yang takarannya adalah klorinitas. Secara fisiologis salinitas
mempengaruhi kehidupan hewan karang, karena adanya tekanan osmosis pada
9
jaringan karang hidup. Salinitas optimum bagi kehidupan karang berkisar
antara 30-35‰ (Romimohtarto dan Juwana 2007).
2.3 Terumbu Karang
2.3.1 Klasifikasi dan Morfologi Terumbu Karang
Terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang khas dan sangat
produktif yang terdapat di perairan pesisir daerah tropis, dengan beragam
tumbuhan dan hewan laut yang berasosiasi didalamnya. Terumbu terbentuk dari
endapan-endapan masif kalisium karbonat (CaCO3) yang dihasilkan oleh
organisme karang pembentuk terumbu dari filum Cnidaria, ordo Scleractinia yang
hidup bersimbiosis dengan zooxantellae, dan sedikit tambahan dari alga berkapur
serta organisme lain yang menyekresi kalsium karbonat (Nybakken 1992).