Top Banner
24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisika Perairan 4.1.1 Suhu Setiap organisme perairan mempunyai batas toleransi yang berbeda terhadap perubahan suhu perairan bagi kehidupan dan pertumbuhan organisme perairan. Oleh karena itu suhu merupakan salah satu faktor fisika perairan yang sangat penting bagi kehidupan organisme atau biota perairan. Secara umum suhu berpengaruh langsung terhadap biota perairan berupa reaksi enzimatik pada organisme dan tidak berpengaruh langsung terhadap struktur dan disperse hewan air (Nontji 1984). Data rata-rata suhu di perairan PLTU Suralaya yang diambil dipetakan menggunakan Surfer 10.0 (Gambar 4). Gambar 4. Peta Rata-Rata Suhu Setiap Stasiun
21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisika …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090028_4_8057.pdf · air limbah bagi kegiatan pembangkit tenaga termal sebagai sumber

Mar 08, 2019

Download

Documents

NguyenKiet
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisika …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090028_4_8057.pdf · air limbah bagi kegiatan pembangkit tenaga termal sebagai sumber

24

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Parameter Fisika Perairan

4.1.1 Suhu

Setiap organisme perairan mempunyai batas toleransi yang berbeda terhadap

perubahan suhu perairan bagi kehidupan dan pertumbuhan organisme perairan. Oleh

karena itu suhu merupakan salah satu faktor fisika perairan yang sangat penting bagi

kehidupan organisme atau biota perairan. Secara umum suhu berpengaruh langsung

terhadap biota perairan berupa reaksi enzimatik pada organisme dan tidak

berpengaruh langsung terhadap struktur dan disperse hewan air (Nontji 1984). Data

rata-rata suhu di perairan PLTU Suralaya yang diambil dipetakan menggunakan

Surfer 10.0 (Gambar 4).

Gambar 4. Peta Rata-Rata Suhu Setiap Stasiun

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisika …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090028_4_8057.pdf · air limbah bagi kegiatan pembangkit tenaga termal sebagai sumber

25

Berikut tabel rata-rata suhu di perairan PLTU Suralaya Cilegon Banten (Tabel 3).

Tabel 3. Perbandingan Rata-Rata Suhu Perairan Dengan Baku Mutu Air

Laut Untuk Biota Laut

Stasiun Suhu Perairan (°C) Baku Mutu Suhu (°C)

St.1 29,75 30

St.2 38 30

St.3 36,5 30

St.4 33,75 30

St.5 33 30

St.6 31 30

Sumber : Kep.51/MENKLH/2004

Pada tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata suhu tertinggi 38ºC

pada Stasiun 2 yaitu outlet dari limbah bahang. Lokasi ini merupakan tempat pertama

dari keluarnya limbah bahang tersebut yang membuat suhu perairan panas, selain itu

juga merupakan tempat yang tertutup yang bisa menjadi penyebab tingginya suhu

ditempat ini. Nilai rata-rata suhu terendah berada pada Stasiun 1 yang merupakan

inlet. Pada stasiun ini merupakan air laut pertama kali masuk dan belum mendapat

pengaruh yang besar dari lingkungan sekitarnya. Kisaran suhu yang baik bagi

kehidupan organisme perairan antara 18-30°C. Berdasarkan nilai rata-rata suhu secara

keseluruhan dengan pengukuran selama 4 kali sampling, suhu pada Stasiun 1 masih

sesuai dengan Kep.51/MENKLH/2004 yaitu tentang baku mutu air laut untuk biota

laut yang menyatakan suhu yang baik berkisar antara 28-30°C. Pada Stasiun 2 dan 3

suhu perairan termasuk kedalam kategori tinggi, karena sudah melewati batas suhu

toleransi plankton, yaitu 35°C (Nybbaken 1988).

Untuk Stasiun 4 dan 5 walaupun suhu perairan masih tergolong tinggi tetapi

suhu tersebut masih dalam batas suhu toleransi untuk plankton, dan masih sesuai

dengan baku mutu tentang kegiatan pembangkit listrik tenaga termal sebagai sumber

proses utama yang sudah ditetapkan oleh Kep.08/MENKLH/2009 yaitu sebesar

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisika …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090028_4_8057.pdf · air limbah bagi kegiatan pembangkit tenaga termal sebagai sumber

26

40ºC. Suhu pada Stasiun 6 masih cukup baik dalam mendukung kehidupan plankton

karena sesuai dengan penyataan (Reynold 1990) bahwa suhu yang baik bagi

pertumbuhan plankton adalah 25-31°C. Semakin jauh titik lokasi pengambilan

sampel dari lokasi muara kanal bahang, maka suhu akan semakin rendah (Lampiran

5) dan itu akan mempengaruhi kelimpahan plankton.

4.1.2 Kecepatan Arus

Data nilai rata-rata kecepatan arus di perairan PLTU Suralaya yang diambil

digambarkan menggunakan histogram (Gambar 5).

Gambar 5. Nilai Rata-Rata Kecepatan Arus Pada Setiap Stasiun

Berdasarkan data hasil penelitian didapat bahwa rata-rata kecepatan arus

tertinggi berada pada Stasiun 3 dan kecepatan arus terendah berada pada Stasiun 1

dan Stasiun 4. Pada Stasiun 2 tidak ada pengukuran kecepatan arus, karena pada

stasiun ini terdapat arus balik dan kondisi tempat yang tidak memungkinkan untuk

dilakukan pengukuran. Faktor yang mempengaruhi tingginya kecepatan arus pada

Stasiun 3 ini diantaranya adalah tekanan air yang berasal dari Stasiun 2. Bishop

(1984) menyatakan bahwa, gaya utama yang berperan dalam sirkulasi massa air

adalah gaya gradien tekanan, gaya coriolis, gaya gravitasi, gaya gesekan, dan gaya

sentrifugal, ini diperkirakan pada Stasiun 3 terjadi gaya gradien tekanan dan gaya

gesekan yang lebih besar dibandingan dengan stasiun yang lainnya. Untuk faktor

0.2

0.8

0.2

0.3 0.3

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

Stasiun 1 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6

Kec

epa

tan

Aru

s (m

/s)

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisika …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090028_4_8057.pdf · air limbah bagi kegiatan pembangkit tenaga termal sebagai sumber

27

angin menurut (Supangat 2003) bahwa, semakin cepat kecepatan angin, semakin

besar gaya gesekan yang bekerja pada permukaan laut, dan semakin besar arus

permukaan. Dalam proses gesekan antara angin dengan permukaan laut dapat

menghasilkan gerakan air yaitu pergerakan air laminar dan pergerakan air turbulen.

Kecepatan arus yang semakin besar akan sangat mempengaruhi keberadaan dan juga

jumlah kelimpahan plankton, pada Stasiun 3 jumlah kelimpahan plankton adalah

yang terkecil jika dibandingkan dengan jumlah kelimpahan palankton pada stasiun

yang lainnya (Lampiran 2).

4.1.3 Transparansi

Data nilai rata-rata transparansi di perairan PLTU Suralaya yang diambil

digambarkan menggunakan histogram (Gambar 6).

Gambar 6. Nilai Rata-Rata Transparansi Pada Setiap Stasiun

Berdasarkan data hasil penelitian didapat bahwa rata-rata transparansi

tertinggi berada pada Stasiun 6 dan transparansi terendah berada pada Stasiun 2.

Perbedaan nilai rata-rata transparansi ini karena adanya sedimentasi yang berupa sisa-

sisa pembakaran dari batubara dan lokasi Stasiun 2 sedikit mendapat pengaruh dari

sinar matahari karena lokasinya yang berada didalam komplek PLTU Suralaya,

sedangkan pada Stasiun 6 karena lokasinya berada dilaut mendapat pengaruh

0.97

0.7

0.92

1.25 1.22

1.57

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

1.8

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6

Tra

nsp

ara

nsi

( m

)

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisika …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090028_4_8057.pdf · air limbah bagi kegiatan pembangkit tenaga termal sebagai sumber

28

langsung dari sinar matahari dan pengaruh sedimentasi rendah. American Public

Health Association (1992) menyatakan bahwa nilai kecerahan yang dinyatakan dalam

satuan meter sangat dipengaruhi oleh bahan-bahan partikel tersuspensi, partikel

koloid, kekeruhan, warna perairan, jasad renik, detritus, plankton, keadaan cuaca,

waktu pengukuran dan ketelitian orang yang melakukan pengukuran.

4.2 Parameter Kimiawi Perairan

4.2.1 Salinitas

Data nilai rata-rata salinitas di perairan PLTU Suralaya yang diambil

digambarkan menggunakan histogram (Gambar 7).

Gambar 7. Nilai Rata-Rata Salinitas Pada Setiap Stasiun

Berdasarkan data hasil penelitian didapat bahwa rata-rata salinitas tertinggi

berada pada Stasiun 6 dan salinitas terendah berada pada Stasiun 2. Rendahnya

salinitas pada Stasiun 2 diperkirakan bahwa pada Stasiun 2 adanya air limbah

domestik yang berasal dari komplek PLTU Suralaya. Pada Stasiun 1, Stasiun 4 dan

Stasiun 6 salinitasnya cukup untuk pertumbuhan plankton hal ini didukung oleh

pernyataan (Nybakken 1992) bahwa salinitas yang baik untuk pertumbuhan plankton

di laut adalah 30-35‰. Menurut (Sachlan 1972) pada kisaran salinitas diatas 20‰,

fitoplankton kelas Bacillariophyceae akan mendominasi perairan (Gambar 14).

30

25.75

28

30.25

27.75

30.5

23

24

25

26

27

28

29

30

31

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6

Sa

lin

ita

s (

‰ )

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisika …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090028_4_8057.pdf · air limbah bagi kegiatan pembangkit tenaga termal sebagai sumber

29

4.2.2 pH

Data nilai rata-rata pH di perairan PLTU Suralaya yang diambil digambarkan

menggunakan histogram (Gambar 8).

Gambar 8. Nilai Rata-Rata pH Pada Setiap Stasiun

Berdasarkan data hasil penelitian didapat bahwa nilai rata-rata pH tertinggi

berada pada Stasiun 5 dan nilai pH terendah berada pada Stasiun 2. Nilai rata-rata pH

pada setiap stasiun masih sesuai dengan Kep.08/MENKLH/2009 tentang baku mutu

air limbah bagi kegiatan pembangkit tenaga termal sebagai sumber proses utama

bahwa kadar pH perairan yang baik berkisar antara 6-9, tetapi dalam

Kep.51/MENKLH/2004 baku mutu air laut untuk biota laut nilai pH pada Stasiun 2

dan Stasiun 5 tidak memenuhi baku mutu, karena yang telah ditetapkan sebesar 7-8,5.

Banerjea dalam Lamury (1990) mengkategorikan tingkat kesuburan perairan

berdasarkan kisaran pH yaitu, pH 5,5-6,5 tidak produktif, pH 6,5-7,5 produktif, pH

7,5-8,5 sangat produktif. Sehingga berdasarkan hasil pengukuran tersebut diperoleh

bahwa nilai pH diperairan ini masih dalam kategori sangat produktif, sedangkan pada

Stasiun 2 yang berada pada outlet limbah bahang masuk dalam kategori tidak

produktif, ini diperkirakan karena adanya limbah domestik yang berasal dari komplek

PLTU Suralaya, hal ini juga berpengaruh terhadap kelimpahan plankton yang

7.6

6.3

7.9

8.8 9

8.1

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6

pH

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisika …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090028_4_8057.pdf · air limbah bagi kegiatan pembangkit tenaga termal sebagai sumber

30

termasuk kedalam kategori rendah bila di bandingkan dengan stasiun yang lainnya

(Lampiran 2). Akrimil dan Subroto (2002) dalam Johan dan Ediwarman (2011)

menyatakan bahwa derajat keasaman (pH) air merupakan salah satu sifat kimia air

yang mempengaruhi pertumbuhan tumbuh-tumbuhan dan hewan air sehingga sering

digunakan sebagai petunjuk untuk menyatakan baik buruknya suatu lingkungan air

sebagai lingkungan hidup. Derajat keasaman perairan juga mempengaruhi daya tahan

organisme, pH yang rendah akan menyebabkan penyerapan oksigen oleh organisme

laut akan terganggu.

4.2.3 Oksigen Terlarut ( DO )

Data nilai rata-rata oksigen terlarut di perairan PLTU Suralaya yang diambil

digambarkan menggunakan histogram (Gambar 9).

Gambar 9. Nilai Rata-Rata DO Pada Setiap Stasiun

Rata-rata nilai DO setiap stasiun yang diperoleh dari hasil pengukuran

berkisar antara 4,7 mg/L sampai dengan 6,7 mg/L. Kadar DO tertinggi ditunjukkan

pada Stasiun 6 dan kadar DO terendah ditunjukkan pada stasiun 1. Perbedaan DO di

setiap stasiun diakibatkan oleh perbedaan suhu pada setiap stasiun, semakin tinggi

suhu maka DO akan semakin rendah. Didalam Kep.51/MENKLH/2004 tentang baku

4.75.2 5

6.15.6

6.7

0

1

2

3

4

5

6

7

8

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6

DO

( m

g/L

)

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisika …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090028_4_8057.pdf · air limbah bagi kegiatan pembangkit tenaga termal sebagai sumber

31

mutu air laut untuk biota laut bahwa DO yang baik lebih dari 5 mg/L, tetapi jika nilai

DO kurang dari 3 mg/L akan menyebabkan kematian biota organisme. Dari data hasil

pengukuran selama dilapangan mengindikasikan bahwa perairan komplek PLTU

Suralaya berada dalam kondisi DO yang baik, karena seluruh stasiun kecuali pada

stasiun 1 mempunyai nilai rata-rata DO lebih dari 5 mg/L.

4.2.4 Silikat ( Si )

Data nilai rata-rata kandungan silikat di perairan PLTU Suralaya yang diambil

digambarkan menggunakan histogram (Gambar 10).

Gambar 10. Nilai Rata-Rata Kandungan Silikat (Si) Setiap Stasiun

Kadar silikat tertinggi ditunjukkan pada Stasiun 1 dan kadar silikat terendah

ditunjukkan pada Stasiun 2 dan Stasiun 6 . Konsentrasi kadar silikat tertinggi pada

Stasiun 1 diperkirakan bahwa faktor lingkungan perairan yang masih baik, hal ini

dibuktikan dengan kelimpahan plankton yang tinggi (Lampiran 2). Kadar silikat pada

Stasiun 2 yang rendah diperkirakan bahwa pada stasiun ini kondisi perairan yang

kurang baik karena pada stasiun ini merupakan outlet dari limbah bahang, ini

dibuktikan dengan kelimpahan plankton yang rendah (Lampiran 2).

1.1

0.4

0.80.7

0.5

0.4

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6

Sil

ika

t (

mg

/L )

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisika …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090028_4_8057.pdf · air limbah bagi kegiatan pembangkit tenaga termal sebagai sumber

32

Kemudian kadar silikat pada Stasiun 6 nilainya juga rendah, akan tetapi

kelimpahannya tinggi. Hal ini diperkirakan karena titik lokasi pada Stasiun 6 cukup

jauh dari titik lokasi Stasiun 2 yang memungkinkan kelimpahannya tinggi karena

kadar silikat yang rendah tidak menjadi faktor utama terhadap kelimpahan plankton

(Lampiran 2). Hal ini didukung oleh (Millero 1996) bahwa, konsentrasi silikat

terlarut di lapisan permukaan perairan laut umumnya lebih rendah jika dibandingkan

dengan di dasar perairan, kecuali didaerah yang mengalami upwelling. Effendi (2003)

menyatakan bahwa rendahnya konsentrasi silikat di lapisan permukaan disebabkan

lebih banyak organisme-organisme yang memanfaatkan silikat di lapisan ini, seperti

diatom yang banyak membutuhkan silikat untuk membentuk dinding selnya.

4.2.5 Nitrat

Data nilai rata-rata kandungan nitrat di perairan PLTU Suralaya yang diambil

digambarkan menggunakan histogram (Gambar 11).

Gambar 11. Nilai Rata-Rata Kandungan Nitrat Setiap Stasiun

Hasil pengukuran kadar nitrat dengan menggunakan metode analisis SNI 06-

2480 1991 didapat kadar nitrat tertinggi berada pada Stasiun 1 dan terendah Stasiun

4. Risamasu dan Prayitno (2011) menyatakan, senyawa nitrat secara alamiah berasal

dari perairan itu sendiri melalui proses-proses penguraian pelapukan ataupun

0.37

0.15

0.070.05

0.3

0.19

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

0.35

0.4

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6

Nit

rat

(mg

/L)

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisika …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090028_4_8057.pdf · air limbah bagi kegiatan pembangkit tenaga termal sebagai sumber

33

dekomposisi tumbuh-tumbuhan, sisa-sisa organisme mati dan buangan limbah baik

limbah daratan seperti domestik, industri, dan pertanian. Dalam keputusan MENLH

No.51 Tahun 2004 disebutkan bahwa baku mutu konsentrasi nitrat air laut yang layak

untuk kehidupan biota laut adalah 0,008 mg/L. Konsentrasi nitrat pada penelitian

untuk Stasiun 1, Stasiun 2, dan Stasiun 6 lebih tinggi dibanding dengan baku mutu.

Data ini mengindikasikan bahwa perairan di komplek PLTU Suralaya tengah

mengalami tekanan berupa pengkayaan nitrat. Untuk stasiun yang kadar nitratnya

rendah yaitu dibawah 0,008 mg/L diduga dipengaruhi oleh sedimen. Hal ini didukung

oleh pernyataan (Seitzinger 1988) yang menyatakan bahwa di dalam sedimen, nitrat

diproduksi dari biodegradasi bahan-bahan organik menjadi ammonia yang

selanjutnya dioksidasi menjadi nitrat.

4.2.6 Fosfat ( PO4 )

Data nilai rata-rata kandungan fosfat di perairan PLTU Suralaya yang diambil

digambarkan menggunakan histogram (Gambar 12).

Gambar 12. Nilai Rata-Rata Kandungan Fosfat (PO4) Setiap Stasiun

Hasil pengukuran kadar fosfat dengan menggunakan metode analisis

SMEWW-4500-P-D, didapat kadar fosfat tertinggi berada pada Stasiun 3,4,5 sebesar

0,006 mg/L dan kadar fosfat terendah berada pada Stasiun 1,2, dan 6 yaitu sebesar

0,005 mg/L. Berdasarkan Kep.51/MENKLH/2004 tentang baku mutu air laut untuk

0.005 0.005

0.006 0.006 0.006

0.005

0.0044

0.0046

0.0048

0.005

0.0052

0.0054

0.0056

0.0058

0.006

0.0062

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6

Fo

sfa

t (

mg

/L )

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisika …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090028_4_8057.pdf · air limbah bagi kegiatan pembangkit tenaga termal sebagai sumber

34

biota laut bahwa kadar kandungan fosfat maksimal 0,015 mg/L. Data penelitian

menunjukkan bahwa Stasiun 1 sampai dengan Stasiun 6 kadar fosfat lebih rendah dari

baku mutu 0,015 mg/L yang sudah ditentukan oleh Kep.51/MENKLH/2004.

Rendahnya kandungan fosfat diperairan PLTU Suralaya karena dasar perairan

umumnya rendah akan zat hara, baik yang berasal dari dekomposisi sedimen maupun

senyawa-senyawa organik yang berasal dari jasad flora dan fauna yang mati.

Kemudian faktor lain yang mempengaruhi kadar fosfat adalah perbedaan suhu pada

setiap stasiun, sehingga aktifitas plankton yang memanfaatkan fosfat juga tidak

seragam (Ulqodry dkk 2010).

5.1 Distribusi Spasial Plankton Di Perairan Komplek PLTU Suralaya

5.1.1 Kelimpahan Plankton

Selama hidup suhu tubuh organisme perairan sangat tergantung pada suhu air

laut tempat hidupnya. Oleh karena itu adanya perubahan suhu air akan membawa

akibat yang kurang menguntungkan bagi organisme perairan yang bisa menyangkut

kematian, menghambat proses pertumbuhan, mengganggu proses respirasi dan lain-

lain. Selain suhu yang tinggi arus juga mempengaruhi keberadaan dari organisme

plankton yang berenang bebas mengikuti arus dan sangat lemah kemampuan

berenangnya. Karena plankton mempunyai daya berenang yang sangat lemah,

organisme ini sangat dikuasai sekali oleh gerakan-gerakan air (Levinton 1982). Hasil

penelitian di perairan Komplek PLTU Suralaya pada tahun 2013, diperoleh data

fitoplankton yang terdiri dari kelas Bacillariophyceae, Chlorophyceae, Cyanophyceae

dan zooplankton terdiri dari Crustacea dan Tintinnidae. Kelas Bacillariophyceae

merupakan yang paling dominan di perairan Komplek PLTU Suralaya. Data plankton

yang diambil selama 4 kali sampling di perairan PLTU Suralaya, sebaran kelimpahan

plankton dipetakan menggunakan Surfer 10.0 (Gambar 13).

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisika …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090028_4_8057.pdf · air limbah bagi kegiatan pembangkit tenaga termal sebagai sumber

35

Gambar 13. Peta Distribusi Spasial Plankton

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisika …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090028_4_8057.pdf · air limbah bagi kegiatan pembangkit tenaga termal sebagai sumber

36

Gambar 13 menjelaskan bahwa nilai kelimpahan plankton pada setiap stasiun

berbeda. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kelimpahan dari plankton pada

setiap stasiunnya diantaranya faktor fisika dan kimiawi perairan, tetapi ada 2 faktor

yang sangat mempengaruhi kelimpahan dari plankton tersebut, yaitu suhu dan

kecepatan arus . Pada minggu 1 sampai dengan minggu 4 jika dilihat dari faktor fisika

perairan yaitu rata-rata suhu pada Stasiun 1 (inlet) masih termasuk kedalam suhu

normal perairan laut pada umumnya (Lampiran 5) dan masih termasuk kedalam

Kep.51/MENKLH/2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut. Rata-rata suhu

pada Stasiun 2 (outlet) termasuk kedalam kategori lethal (Lampiran 5). Hal ini

merupakan pengaruh yang cukup besar terhadap perbedaan kelimpahan plankton

untuk Stasiun 1 dan Stasiun 2 karena suhu toleransi plankton sampai dengan 35°C

(Nybakken 1988).

Rata-rata kecepatan arus pada Stasiun 1 tergolong rendah yaitu 0,2 m/s

(Lampiran 5) ini membuktikan bahwa kelimpahan plankton pada Stasiun 1 lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelimpahan plankton pada Stasiun 2 dan untuk

Stasiun 2 tidak ada pengukuran kecepatan arus karena terdapat arus balik dan titik

lokasi sampling yang tidak memungkinkan untuk dilakukan pengukuran. Rata-rata

salinitas pada Stasiun 1 dan 2 nilainya cukup baik yaitu diatas 20‰ (Lampiran 5).

Hal ini didukung oleh pernyataan (Sachlan 1982) yang menyatakan bahwa salinitas

yang sesuai bagi fitoplankton adalah lebih besar dari 20‰ yang memungkinkan

fitoplankton dapat bertahan hidup, memperbanyak diri, dan aktif melakukan

fotosintesis, kemudian (Nontji 1984) juga menyatakan bahwa pada umumnya kisaran

salinitas yang baik bagi kehidupan fitoplankton adalah 11-40‰, meskipun salinitas

mempengaruhi produktifitas individu fitoplankton namun peranannya tidak begitu

besar, tetapi di perairan pantai peranan salinitas mungkin lebih menentukan terjadinya

suksesi jenis pada prodktifitas secara keseluruhan. Menurut (Pescod 1973) pH yang

ideal bagi kehidupan fitoplankton pada umumnya berkisar antara 6,5-8 dan nilai rata-

rata pH pada Stasiun 1 termasuk kedalam kategori ideal, tetapi tidak untuk Stasiun 2

karena menurut Banerjea dalam Lamury (1990) nilai pH untuk Stasiun 2 termasuk ke

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisika …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090028_4_8057.pdf · air limbah bagi kegiatan pembangkit tenaga termal sebagai sumber

37

dalam kategori tidak produktif, walaupun didalam Kep.08/MENKLH/2009 nilai pH

pada Stasiun 2 masih termasuk kedalam kategori baik. Pada Stasiun 3 dan 4

kelimpahan plankton juga berbeda, faktor utama yang menyebabkan perbedaan

kelimpahan yaitu suhu dan kecepatan arus. Rata-rata suhu pada Stasiun 3 sudah

melewati batas toleransi suhu untuk plankton (Lampiran 5) dan suhu Stasiun 4 masih

masuk kedalam batas suhu toleransi plankton (Lampiran 5). Kelimpahan plankton

pada Stasiun 4 lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelimpahan plankton pada

Stasiun 3 karena suhu perairan pada Stasiun 4 lebih rendah daripada suhu perairan

pada Stasiun 2, selain itu juga rata-rata kecepatan arus pada Stasiun 3 sangat tinggi

bila dibandingkan dengan Stasiun 4 (Lampiran 5). Untuk salinitas rata-rata pada

Stasiun 3 dan 4 nilainya juga cukup baik yaitu di atas 20‰ (Lampiran 5). Menurut

(Pescod 1973) untuk pH pada Stasiun 3 masih termasuk kedalam kategori ideal

menurut dan menurut Kep.08/MENKLH/2009 nilai pH untuk Stasiun 4 masih

termasuk kedalam kategori baik.

Pada Stasiun 5 dan 6 kelimpahan plankton juga mengalami perbedaan. Faktor

yang menyebabkan perbedaan kelimpahan tersebut sama halnya dengan yang ada

pada Stasiun 1 sampai dengan Stasiun 4 yaitu suhu dan kecepatan arus, hanya saja

nilai kelimpahan pada Stasiun 6 sudah mendekati nilai kelimpahan pada stasiun 1,

karena suhu dan kecepatan arus pada Stasiun 6 tidak berbeda jauh dengan yang ada

pada Stasiun 1 (Lampiran 5). Untuk kecepatan arus rata-rata pada Stasiun 5 dan 6

tergolong rendah, hal ini memungkinkan adanya kelimpahan plankton yang tinggi

bila dibandingkan dengan Stasiun 1 sampai dengan Stasiun 4, karena dilihat dari 2

faktor utama yaitu suhu dan kecepatan arus pada Stasiun 5 dan 6 cukup baik untuk

perkembangan dan keberadaan plankton. Pada dasarnya keberadaan dari plankton

sangat bergantung kepada suhu dan kecepatan arus dan untuk faktor fisika kimiawi

perairan yang lain bisa sebagai faktor pendukung dari keberadaan serta kelimpahan

plankton tersebut.

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisika …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090028_4_8057.pdf · air limbah bagi kegiatan pembangkit tenaga termal sebagai sumber

38

Tabel 4. Tabel Hasil Pengamatan Plankton Selama 4 Kali Sampling (Sel/m3)

Stasiun

No. Taksa Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6

Fitoplankton

1. Pleurotarenium 400 100 600 1.200 1.200 1300

2. Hemiaulus 400 400 500 600 900 700

3. Cerataulina 1200 400 - - - -

4. Biddulphia 100 - - - - -

5. Nodularia 400 400 - - 400 700

6. Nitzschia - - 500 - - -

7. Rhizosolenia - - - 500 500 700

8. Pleorosygma - - - 400 - -

Zooplankton

9. Copepoda 400 - - - - -

10. Euntintinnus 300 - 400 400 - 500

Jumlah 3.200 1.300 2.000 3.100 3.000 3.900

Komposisi jumlah kelas fitoplankton yang didapat di perairan PLTU Suralaya

terdapat 3 kelas (Gambar 14).

Gambar 14. Presentasi Kelas Fitoplankton

Bacillariophyceae

54%

Cyanophyceae

13%

Chlorophyceae

33%

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisika …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090028_4_8057.pdf · air limbah bagi kegiatan pembangkit tenaga termal sebagai sumber

39

Presentasi kelas Bacillariophyceae merupakan yang terbesar ini di duga

bahwa kelas Bacillariophyceae merupakan fitoplankton yang bisa bertahan pada suhu

di atas suhu normal kemudian menurut (Sachlan 1972) kisaran salinitas di atas 20‰

fitoplankton dari kelas Bacillariophyceae akan mendominasi perairan hal ini di

dukung oleh data dilapangan bahwa salinitas pada Stasiun 1 sampai dengan Stasiun 6

menunjukan nilai salinitas di atas 20‰ (Lampiran 5), dan untuk kelas Chlorophyceae

yang termasuk ke dalam filum Cholophyta ini diduga karena kelas ini juga yang

paling dominan dalam perairan hal ini didukung oleh pernyataan Sumich dalam

Asriyana dan Yuliana (2012) yang menyatakan bahwa ada lima filum dari kelompok

besar fitoplankton yang hidup diperairan, yaitu Cyanophyta (alga biru), Cholophyta

(alga hijau), Chrysophyta (alga kuning), Pyrophyta dan Euglenophyta, dan untuk

kelas Cyanophyceae ini juga di duga hanya fitoplankton jenis Nodularia yang mampu

bertahan pada suhu perairan yang tinggi. Komposisi jumlah kelas zooplankton yang

didapat di perairan PLTU Suralaya terdapat 2 kelas (Gambar 15).

Gambar 15. Presentasi Kelas Zooplankton

Copepoda

20%

Euntintinnus

80%

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisika …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090028_4_8057.pdf · air limbah bagi kegiatan pembangkit tenaga termal sebagai sumber

40

Presentasi kelas zooplankton untuk perairan sekitar PLTU Suralaya

menunjukan kelas Euntintinus yang paling dominan ini di duga zooplankton jenis

Euntintinus yang mampu bertahan pada suhu tinggi dan untuk kelas copepoda

menurut (Nontji 2008) termasuk ke dalam kelompok yang paling umum ditemui pada

perairan pantai maupun estuaria di depan muara sampai ke perairan di tengah

samudera, dari perairan tropis hingga perairan kutub, hal ini di dukung oleh data saat

di lapangan yang mendapatkan zooplankton jenis copepoda pada Stasiun 1 (inlet).

Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisika …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090028_4_8057.pdf · air limbah bagi kegiatan pembangkit tenaga termal sebagai sumber

41

5.1.2 Indeks Dominansi

Data plankton yang diambil di perairan PLTU Suralaya, indeks dominansinya

digambarkan dengan menggunkan Surfer 10.0 (Gambar 15).

Gambar 16. Peta Indeks Dominansi Plankton

Page 19: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisika …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090028_4_8057.pdf · air limbah bagi kegiatan pembangkit tenaga termal sebagai sumber

42

Gambar 16 menjelaskan indeks dominansi plankton pada perairan PLTU

Suralaya yang digambarkan dengan menggunkan Surfer 10.0. Indeks dominansi

merupakan indeks yang digunakan untuk menilai kestabilan komunitas organisme

perairan khususnya plankton, terutama dalam hubungannya dengan kondisi suatu

perairan. Dari data yang diperoleh didapat bahwa :

Minggu 1, pada stasiun 1 termasuk kedalam kategori indeks dominansi

rendah, stasiun 2 indeks dominansi sedang, stasiun 3 indeks dominansi

sedang, stasiun 4 indeks dominansi rendah, stasiun 5 indeks dominansi

sedang, stasiun 6 indeks dominansi rendah (Lampiran 2).

Minggu 2, pada stasiun 1 termasuk kedalam kategori dominansi rendah,

stasiun 2 dominansi rendah, stasiun 3 dominansi rendah, stasiun 4 indeks

dominansi rendah, stasiun 5 indeks dominansi rendah, dan stasiun 6 indeks

dominansi rendah (Lampiran 2).

Minggu 3, pada stasiun 1 termasuk kedalam kategori indeks dominansi

rendah, stasiun 2 indeks dominansi sedang, stasiun 3 indeks dominansi

rendah, stasiun 4 indeks dominansi rendah, stasiun 5 indeks dominansi

rendah, stasiun 6 indeks dominansi rendah (Lampiran 2).

Minggu 4, pada stasiun 1 termasuk kedalam kategori indeks dominansi

rendah, stasiun 2 indeks dominansi sedang, stasiun 3 indeks dominansi

rendah, stasiun 4 indeks dominansi rendah, stasiun 5 indeks dominansi

rendah, stasiun 6 indeks dominansi rendah (Lampiran 2).

Indeks dominansi tersebut sesuai dengan pernyataan dari (Magurran 1988) yang

telah mengkategorikan nilai indeks dominansi yaitu, 0,00 < C ≤ 0,30 dominansi

rendah, 0,30 < C ≤ 0,60 dominansi sedang, dan 0,60 < C ≤ 1,00 dominansi tinggi.

Page 20: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisika …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090028_4_8057.pdf · air limbah bagi kegiatan pembangkit tenaga termal sebagai sumber

43

5.1.3 Indeks Keanekaragaman

Data plankton yang diambil di perairan PLTU Suralaya, indeks

keanekaragamannya digambarkan dengan menggunkan Surfer 10.0 (Gambar 17).

Gambar 17. Peta Indeks Keanekaragaman Plankton

Page 21: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisika …media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090028_4_8057.pdf · air limbah bagi kegiatan pembangkit tenaga termal sebagai sumber

44

Gambar 17 menjelaskan indeks keanekaragaman plankton pada perairan

PLTU Suralaya yang digambarkan dengan menggunkan Surfer 10.0. Indeks

keanekaragaman jenis dapat di identifikasikan sebagai suatu ukuran dari suatu

komposisi spesies dalam suatu ekosistem, yang dinyatakan dengan jumlah dan

kelimpahan relatif dari jenis tersebut (Odum 1971). Berdasarkan rumus Indeks

Simpson dalam Magurran (1988) diperoleh nilai yang relatif sama untuk semua

stasiun, yaitu :

Indeks keanekaragaman pada minggu 1 berkisar antara 0,62 sampai dengan

0,82.

Indeks keanekaragaman pada minggu 2 berkisar antara 0,74 sampai dengan

0,79.

Indeks keanekaragaman pada minggu 3 berkisar antara 0,67 sampai dengan

0,79.

Indeks keanekaragaman pada minggu 4 berkisar antara 0,67 sampai dengan

0,75.

Dari 6 stasiun mulai dari minggu 1 sampai dengan minggu 4 termasuk kedalam

kategori sebaran individu tidak merata dan kestabilan ekosistem tidak baik (Lampiran

2). Indeks Keanekaragaman Simpson menjelaskan bahwa, apabila nilai indeks

keanekaragaman mendekati 1 sebaran individu merata, dan apabila nilai indeks

keanekaragaman Simpson bernilai 0,6-0,8 itu artinya kestabilan ekosistem tidak baik

(Magurran 1988).