Top Banner
32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Teluk Hurun sebagai lokasi penelitian terletak di Desa Hanura Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Luas Teluk Hurun kurang lebih 5 km 2 dengan panjang 2,5 km dan lebar 2 km. Dasar perairan teluk di bagian Barat Daya dan Selatan umumnya landai dengan kedalaman kurang dari 5 m. Dasar perairan di bagian Tenggara (sekitar mulut teluk) cukup dalam yaitu sekitar 10-15 m (Kurniastuty 1989 dalam Kamali 2004). Kondisi muara teluk di bagian Utara diselimuti hutan mangrove sementara bagian Selatan terdapat beberapa tambak tradisional. Di bagian dalam teluk terdapat 3 unit Keramba Jaring Apung (KJA) milik Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung serta lepas pantai terdapat kegiatan budidaya kerang mutiara. Kedalaman rata-rata teluk sekitar 15 m (Santoso 2005). Teluk Hurun memiliki iklim tropis basah yang dipengaruhi oleh angin yang bertiup dari Samudera Indonesia. Musim tahunan di Teluk Hurun adalah musim kemarau, musim peralihan dan musim hujan. Musim hujan terjadi pada bulan Desember Maret, sedangkan musim peralihan terjadi pada bulan April Mei dan Oktober November dan musim kemarau terjadi pada bulan Juni September (Wihartoyo 1994 dalam Susanti 2001). Suhu udara di wilayah Teluk Hurun berkisar antara 24 ºC 34 ºC. Angin bertiup dari arah Barat dan Barat Laut pada bulan November Maret. Sedangkan pada bulan Juli Agustus bertiup dari arah Timur (Kurniastuty 1989 dalam Kamali 2004). 4.2 Distribusi Parameter Fisika, Kimia, dan Biologi Hasil pengukuran kualitas air di Teluk Hurun bisa dilihat pada Tabel 5.
26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_4_9824.pdf · diselimuti hutan mangrove sementara bagian Selatan terdapat

Mar 11, 2019

Download

Documents

dotuyen
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_4_9824.pdf · diselimuti hutan mangrove sementara bagian Selatan terdapat

32

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Teluk Hurun sebagai lokasi penelitian terletak di Desa Hanura Kecamatan

Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Luas Teluk Hurun kurang lebih 5 km2

dengan panjang 2,5 km dan lebar 2 km. Dasar perairan teluk di bagian Barat Daya

dan Selatan umumnya landai dengan kedalaman kurang dari 5 m. Dasar perairan

di bagian Tenggara (sekitar mulut teluk) cukup dalam yaitu sekitar 10-15 m

(Kurniastuty 1989 dalam Kamali 2004). Kondisi muara teluk di bagian Utara

diselimuti hutan mangrove sementara bagian Selatan terdapat beberapa tambak

tradisional. Di bagian dalam teluk terdapat 3 unit Keramba Jaring Apung (KJA)

milik Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung serta lepas

pantai terdapat kegiatan budidaya kerang mutiara. Kedalaman rata-rata teluk

sekitar 15 m (Santoso 2005).

Teluk Hurun memiliki iklim tropis basah yang dipengaruhi oleh angin

yang bertiup dari Samudera Indonesia. Musim tahunan di Teluk Hurun adalah

musim kemarau, musim peralihan dan musim hujan. Musim hujan terjadi pada

bulan Desember – Maret, sedangkan musim peralihan terjadi pada bulan April –

Mei dan Oktober – November dan musim kemarau terjadi pada bulan Juni –

September (Wihartoyo 1994 dalam Susanti 2001). Suhu udara di wilayah Teluk

Hurun berkisar antara 24 ºC – 34 ºC. Angin bertiup dari arah Barat dan Barat Laut

pada bulan November – Maret. Sedangkan pada bulan Juli – Agustus bertiup dari

arah Timur (Kurniastuty 1989 dalam Kamali 2004).

4.2 Distribusi Parameter Fisika, Kimia, dan Biologi

Hasil pengukuran kualitas air di Teluk Hurun bisa dilihat pada Tabel 5.

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_4_9824.pdf · diselimuti hutan mangrove sementara bagian Selatan terdapat

33

Tabel 5. Hasil pengukuran parameter fisika, kimia, dan biologi Teluk Hurun

No Latitude Longitude

Kepadatan

Fitoplankton

(sel.l-1

)

Kedalaman

(m)

Kec. Arus

(cm.detik-1

)

DO

(mg.l-1

)

Salinitas

(ppt)

Suhu

(°C)

Kecerahan

% pH

Nitrat

(mg.l-1

)

Fosfat

(mg.l-1

)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

5°31'11.5" LS

5°31'24.1" LS

5°31'21.7" LS

5°31'33.4" LS

5°32'09.2" LS

5°32'19.4" LS

5°31'28.4" LS

5°31'40.1" LS

5°32'07.7" LS

5°31'24.8" LS

5°31'41.4" LS

5°31'14.5" LS

5°31'42.0" LS

5°32'07.8" LS

5°32'19.1" LS

5°31'12.7" LS

5°31'22.1" LS

5°31'33.3" LS

5°32'09.3" LS

5°32'19.7" LS

5°31'52.3" LS

105°14'59.0" BT

105°14'57.5" BT

105°15'07.6" BT

105°15'06.6" BT

105°15'06.4" BT

105°15'06.3" BT

105°15'18.8" BT

105°15'18.1" BT

105°15'31.2" BT

105°15'53.8" BT

105°15'53.0" BT

105°15'32.3" BT

105°15'33.4" BT

105°15'51.7" BT

105°15'51.6" BT

105°16'36.8" BT

105°16'30.8" BT

105°16'32.0" BT

105°16'27.2" BT

105°16'27.2" BT

105°15'18.1" BT

38452,4

34119,5

19988,9

11314,9

12680,0

12302,3

29527,0

17525,6

6180,9

4762,9

12234,2

4013,2

1452,4

6932,8

2060,4

536,7

2567,8

5177,1

2713,6

2381,9

3069,0

7,7

7,6

10,6

13,4

5,8

4,6

8,1

10,1

16,5

17,4

17,4

1,6

15,6

20,6

20,3

23,6

22,9

23,3

23,9

24,3

17,4

12,5

13,3

14,5

15

13,5

13,5

16

16

14,5

12

13,5

12

14,3

12

16

22,5

22,5

22,5

24,5

24,5

16

5,62

4,35

5,80

6,29

4,25

5,72

5,72

5,26

5,72

5,60

5,93

5,99

4,98

5,86

4,87

5,82

5,56

5,42

5,70

5,74

4,99

30

39

30

31

31

31

31

32

32

32

32

30

32

32

32

32

32

32

32

32

32

31,0

30,9

30,5

31,0

31,0

31,0

30,9

30,8

30,7

30,6

30,2

30,7

30,4

30,8

30,5

30,2

30,3

30,3

30,4

30,3

30,4

12,99

26,32

18,87

18,66

86,20

86,96

67,90

49,50

33,34

31,61

54,60

100,00

41,67

38,83

34,48

23,31

43,67

25,75

23,01

24,71

43,10

8,06

8,07

8,05

8,13

8,11

8,06

8,12

8,09

8,08

8,12

8,15

8,07

7,94

8,09

8,11

8,11

8,14

8,15

8,10

8,12

8,09

0,013

0,012

0,012

0,054

0,032

0,091

0,099

0,025

0,011

0,020

0,034

0,040

0,008

0,017

0,011

0,012

0,010

0,011

0,022

0,036

0,022

0,078

0,074

0,062

0,092

0,062

0,086

0,081

0,071

0,069

0,075

0,041

0,043

0,048

0,041

0,045

0,052

0,051

0,085

0,058

0,050

0,071

Rata - Rata 10952,1 14,89 16,3 5,49 31 30,6 42,17 8,09 0,028 0,064

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_4_9824.pdf · diselimuti hutan mangrove sementara bagian Selatan terdapat

34

4.2.1 Kepadatan Fitoplankton

Hasil pengukuran terhadap kepadatan fitoplankton adalah 536,7 sel.l-1

sampai 38452,4 sel.l-1

(Tabel 5) dengan rata-rata 10952,1 sel.l-1

. Kepadatan

fitoplankton tertinggi terdapat pada lokasi 5°31'11.5" LS dan 105°14'59.0" BT,

dan terendah terdapat pada lokasi 5°31'12.7" LS dan 107°16'36.8" BT. Kisaran

kepadatan fitoplankton tinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu daerah disekitar dalam

teluk dan kisaran terendah pada stasiun 2 yaitu daerah sekitar bagian luar teluk.

Kepadatan yang berbeda pada bagian dalam teluk dan daerah sekitar luar teluk

diduga disebabkan oleh pola gerakan massa air berupa arus dan arah angin secara

alami (Susanti 2001). Karena fitoplankton adalah organisme renik yang hidupnya

dipengaruhi oleh pergerakan arus (Effendi 2003). Bentuk dari Teluk Hurun itu

sendiri juga menyebabkan fitoplankton yang terbawa arus masuk ke dalam teluk,

terperangkap dan menumpuk pada bagian dalam teluk.

Hasil pengamatan terhadap kelimpahannya, fitoplankton dari kelas

Dinophyceae mendominasi perairan pada koordinat titik samping 1 sampai

dengan 15 dan koordinat titik sampling 21 (Tabel 2) dan fitoplankton dari kelas

Bacillariophyceae mendominasi perairan pada koordinat titik sampling 16 sampai

20 (Tabel 2). Kelas Dinophyceae merupakan salah satu kelas yang sering

ditemukan melimpah pada perairan laut (Nybakken 1988). Selain itu kelas

Dinophyceae merupakan salah satu organisme yang memiliki kemampuan untuk

berdaptasi pada lingkungan yang ekstrim. Fitoplankton jenis ini juga dapat hidup

sebagai zooplankton sehingga memiliki daya tumbuh dan berkembang yang lebih

baik jika dibandingkan dengan kelas lainnya (Basmi 1999). Tingginya konsentrasi

silikat merupakan salah satu indikasi utama tingginya komposisi kelas

Bacillariophyceae. Jenis Diatom (Bacillariophyceae) menyukai habitat dengan

konsentrasi silikat yang tinggi (Nybakken 1988).

Interpolasi dari pengukuran data lapangan terhadap parameter fitoplankton

menghasilkan peta sebaran spatial kepadatan fitoplankton pada zona penelitian di

Teluk Hurun yang terdapat pada Lampiran 3 (a). Peta sebaran spatial tersebut lalu

diklasifikasi berdasarkan Tabel 3 sehingga menghasilkan peta tematik parameter

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_4_9824.pdf · diselimuti hutan mangrove sementara bagian Selatan terdapat

35

fitoplankton untuk kesesuaian lokasi budidaya tiram mutiara yang ditunjukkan

pada Gambar 7.

Gambar 7. Peta Tematik Kesesuaian Kepadatan Fitoplankton untuk

Lokasi Budidaya Tiram Mutiara di Teluk Hurun

Sebagai salah satu parameter untuk mengetahui kesesuaian lahan sebagai

lokasi budidaya tiram mutiara, kepadatan fitoplankton di perairan Teluk Hurun

berada pada kisaran yang mendukung kegiatan budidaya tiram mutiara,

berdasarkan matrik kesesuaian lokasi budidaya tiram mutiara (Tabel 3).

4.2.2 Kedalaman Perairan

Kedalaman perairan diukur menggunakan alat Echosounder pada tiap

lokasi titik sampling. Hasil pengukuran kedalaman perairan pada titik sampling di

sekitar Teluk Hurun berkisaran antara 1,6 m sampai dengan 24,3 m (Tabel 5)

dengan nilai rata-rata sebesar 14,89 m. Nilai kedalaman tertinggi berada pada

koordinat 5°32'19.7" LS dan 105°16'27.2" BT, sedangkan terendah berada pada

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_4_9824.pdf · diselimuti hutan mangrove sementara bagian Selatan terdapat

36

koordinat 5°31'14.5" LS dan 105°15'32.3" BT. Perbedaan kedalaman perairan

Teluk Hurun pada lokasi sampling, diduga disebabkan oleh relief dasar laut.

Dasar perairan teluk di bagian Barat Daya dan Selatan umumnya landai dengan

kedalaman kurang dari 5 m. Dasar perairan di bagian Tenggara (sekitar mulut

teluk) cukup dalam yaitu sekitar 10-15 m (Kurniastuty 1989 dalam Kamali 2004).

Menurut Wibisono (2005), relief dasar laut mepengaruhi kedalaman suatu

perairan.

Interpolasi dari pengukuran lapangan terhadap parameter kedalaman

menghasilkan peta sebaran spatial kedalaman pada zona penelitian di Teluk

Hurun yang terdapat pada Lampiran 3 (b). Peta sebaran spatial tersebut lalu

diklasifikasi berdasarkan Tabel 3. sehingga menghasilkan peta tematik parameter

kedalaman untuk kesesuaian lokasi budidaya tiram mutiara yang ditunjukkan pada

Gambar 8.

Gambar 8. Peta Tematik Kesesuaian Kedalaman Perairan untuk

Lokasi Budidaya Tiram Mutiara di Teluk Hurun

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_4_9824.pdf · diselimuti hutan mangrove sementara bagian Selatan terdapat

37

Berdasarkan Gambar 8, kedalaman perairan sebagai salah satu parameter

untuk mengetahui kesesuaian lahan untuk lokasi budidaya tiram mutiara

menunjukkan sebagian besar dari titik lokasi sampling mempunyai nilai

kedalaman yang cukup untuk dilakukan budidaya tiram mutiara, hanya beberapa

lokasi saja yang tidak memenuhi yaitu pada lokasi yang memiliki kedalaman

kurang dari 10 meter atau lebih dari 30 meter adalah kedalaman yang tidak

memenuhi syarat untuk dilakukan budidaya tiram mutiara.

4.2.3 Kecepatan Arus

Hasil pengukuran kecepatan arus di daerah penelitian pada Teluk Hurun

bervariasi antara 12 cm.detik-1

sampai dengan 24,5 cm.detik-1

dengan nilai rata-

rata sebesar 16,3 cm.detik-1

. Kecepatan arus terendah terjadi pada lokasi titik

sampling dengan koordinat 5°31'24.8" LS dan 105°15'53.8" BT ; 5°31'14.5" LS

dan 105°15'32.3" BT ; 5°32'07.8" LS dan 105°15'51.7" BT sedangkan dengan

nilai tertinggi berada pada titik sampling dengan koordinat 5°32'09.3" LS dan

105°16'27.2" BT ; 5°32'19.7" LS dan 105°16'27.2" BT.

Perbedaan kecepatan arus diduga disebabkan oleh perbedaan letak masing

– masing lokasi penelitian, lokasi yang berada di dalam teluk cenderung memiliki

arus yang kecil karena terlindung oleh gugusan tanjung. Arus yang terjadi di

sekitar Teluk Hurun diduga disebabkan oleh aktivitas pasang surut, Wibisono

(2005) mengatakan bahwa setiap proses aktivitas pasang maupun surut

menimbulkan arus. Untuk arus permanen secara faktual tidak dapat diketahui. Hal

ini disebabkan penelitian yang dilakukan dalam jangka waktu yang pendek dan

hanya sekali saja. Sehingga disimpulkan bahwa arus yang terjadi merupakan arus

lokal akibat pasang-surut.

Kecepatan arus berperan penting dalam perairan, misalnya pencampuran

massa air, pengangkatan unsur hara, transportasi oksigen. Pada saat yang sama

penting juga bagi usaha budidaya dalam hal sistem penjangkaran, re-instalasai

(pengubahan posisi keramba), dan sirkulasi air. Interpolasi dari pengukuran

lapangan terhadap parameter kecepatan arus menghasilkan peta sebaran spatial

kecepatan arus pada zona penelitian di Teluk Hurun yang terdapat pada Lampiran

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_4_9824.pdf · diselimuti hutan mangrove sementara bagian Selatan terdapat

38

3 (c). Peta sebaran spatial tersebut lalu diklasifikasi berdasarkan Tabel 3. sehingga

menghasilkan peta tematik parameter kecepatan arus untuk kesesuaian lokasi

budidaya tiram mutiara yang ditunjukkan pada Gambar 9.

Gambar 9. Peta Tematik Kesesuaian Kecepatan Arus untuk Lokasi

Budidaya Tiram Mutiara di Teluk Hurun

Berdasarkan Gambar 9, kecepatan arus sebagai salah satu parameter untuk

mengetahui kesesuaian lahan untuk lokasi budidaya tiram mutiara menunjukkan

nilai yang berada pada kisaran baik pada daerah tengah teluk dan daerah luar teluk

sedangkan untuk kisaran sedang membentang pada perairan di antara Tanjung

Pandan dan Tanjung Lahu.

4.2.4 Dissolved Oxygen (DO)

Hasil pengukuran terhadap nilai DO di zona penelitian Teluk Hurun

memperlihatkan kisaran sebesar 4,25 mg.l-1

sampai dengan yang tertinggi dengan

nilai 6,29 mg.l-1

dengan nilai rata-rata sebesar 5,49 mg.l-1

. Kandungan oksigen

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_4_9824.pdf · diselimuti hutan mangrove sementara bagian Selatan terdapat

39

terlarut terendah berada pada lokasi sampling dengan koordinat 5°32'09.2" LS dan

105°15'06.4" BT dan tertinggi pada lokasi 5°31'33.4" LS dan 105°15'06.6" BT.

Berdasarkan keputusan Menneg LH Nomor 51 tahun 2004 kadar DO untuk biota

laut baiknya lebih dari 5 mg.l-1

. Fluktuasi kadar DO antar titik sampling tidak

terlalu besar. Kadar DO di perairan dipengaruhi oleh difusi oksigen di atmosfer

dan aktifitas fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan air dan fitoplankton

(Novotny dan Olem 1994 dalam Effendi 2003). Bervariasinya kandungan oksigen

terlarut diduga juga dipengaruhi karena adanya pergerakan dan pencampuran

massa air serta siklus harian variable ini. Nilai rata-rata oksigen terlarut tersebut

tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh Santoso (2005) dengan kisaran

5,11 mg.l-1

sampai 6,66 mg.l-1

di Teluk Hurun.

Interpolasi dari pengukuran lapangan terhadap parameter DO

menghasilkan peta sebaran spatial DO pada zona penelitian di Teluk Hurun yang

terdapat pada Lampiran 3 (d). Peta sebaran spatial tersebut lalu diklasifikasi

berdasarkan Tabel 3. sehingga menghasilkan peta tematik parameter DO untuk

kesesuaian lokasi budidaya tiram mutiara yang ditunjukkan pada Gambar 10.

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_4_9824.pdf · diselimuti hutan mangrove sementara bagian Selatan terdapat

40

Gambar 10. Peta Tematik Kesesuaian Dissolved Oxygen (DO) untuk Lokasi

Budidaya Tiram Mutiara di Teluk Hurun

Gambar 10 menunjukkan, sebagian besar perairan pada zona penelitian di

Teluk Hurun memperlihatkan kisaran sedang untuk parameter Dissolved Oxygen

(DO) sebagai salah satu paramter untuk mengetahui kesesuaian lahan untuk lokasi

budidaya tiram mutiara.

4.2.5 Salinitas

Salinitas perairan di zona penelitian Teluk Hurun mempunyai kisaran

salinitas yang tidak berbeda jauh, yaitu antara 29 ‰ – 31 ‰. Faktor yang

menurunkan salinitas adalah curah hujan, masukan air tawar ke laut lewat sungai

dan yang meninggikan salinitas adalah penguapan (Ilahude 1999). Pada daerah

sekitar dalam teluk miliki salinitas yang lebih rendah, hal ini diduga karena sungai

yang bermuara pada daerah tersebut. Sedangkan sebaran salinitas dari pantai ke

arah laut terbuka relatif konstan, hal ini dipengaruhi oleh kondisi perairan teluk

hurun yang bersifat semi tertutup dan juga mempunyai hubungan terbuka dengan

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_4_9824.pdf · diselimuti hutan mangrove sementara bagian Selatan terdapat

41

perairan laut terbuka sehingga perubahan salinitas tidak terjadi terkecuali pada

bagian teluk yang berhubungan terbuka dengan daratan dalam hal ini yaitu daratan

sekitar tempat muara sungai.

Kualitas mutiara hasil budidaya tiram mutiara yang terbentuk dari tubuh

tiram dipengaruhi oleh kadar salinitas. Biasanya pada kadar salinitas yang terlalu

tinggi, warna mutiara menjadi keemasan. Sedangkan pada kadar salinitas di

bawah 14 ‰ atau di atas 55 ‰ dapat mengakibatkan kematian tiram yang

dipelihara secara massal. Interpolasi dari pengukuran lapangan terhadap parameter

salinitas menghasilkan peta sebaran spatial salinitas pada zona penelitian di Teluk

Hurun yang terdapat pada Lampiran 3 (e). Peta sebaran spatial tersebut lalu

diklasifikasi berdasarkan Tabel 3. sehingga menghasilkan peta tematik parameter

salinitas untuk kesesuaian lokasi budidaya tiram mutiara yang diperlihatkan pada

Gambar 11.

Gambar 11. Peta Tematik Kesesuaian Salinitas untuk Lokasi Budidaya

Tiram Mutiara di Teluk Hurun

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_4_9824.pdf · diselimuti hutan mangrove sementara bagian Selatan terdapat

42

Berdasarkan Gambar 11, salinitas sebagai salah satu parameter untuk

mengetahui kesesuaian lahan untuk lokasi budidaya tiram mutiara menunjukkan

nilai yang berada pada kisaran baik terletak pada daerah tengah teluk sampai luar

teluk sedangkan untuk kisaran sedang terletak pada bagian dalam teluk.

4.2.6 Suhu Perairan

Suhu perairan di zona penelitian Teluk Hurun mempunyai kisaran antara

30,2 °C sampai 31°C. Perbedaan nilai suhu pada zona penelitian tidak fluktuatif,

nilai suhu terendah pada koordinat dengan titik sampling 16 dan 11 dan nilai

tertinggi pada koordinat dengan titik sampling 1, 4, 5, dan 6 (koordinat lihat Tabel

2). Perbedaan tersebut diduga karena, adanya selisih waktu pengukuran in situ

terhadap variabel ini. Effendi (2003) mengatakan bahwa, suhu perairan

berhubungan dengan kemampuan pemanasan oleh sinar matahari, waktu dalam

hari dan lokasi. Hal ini didukung oleh Basmi (1999) dan Hutabarat (2000) yang

mengatakan bahwa, air lebih lambat menyerap panas tetapi akan menyimpan

panas lebih lama dibandingkan dengan daratan. Pada daerah yang semi atau

tertutup seperti di Teluk Hurun, umumnya akan terjadi peningkatan suhu perairan

karena tidak terjadi pergerakan massa air.

Interpolasi dari pengukuran lapangan terhadap parameter suhu

menghasilkan peta sebaran spatial suhu pada zona penelitian di Teluk Hurun yang

terdapat pada Lampiran 3 (f). Peta sebaran spatial tersebut lalu diklasifikasi

berdasarkan Tabel 3. sehingga menghasilkan peta tematik parameter suhu untuk

kesesuaian lokasi budidaya tiram mutiara yang diperlihatkan pada Gambar 12.

Berdasarkan Gambar 12, suhu sebagai salah satu parameter untuk mengetahui

kesesuaian lahan untuk lokasi budidaya tiram mutiara, secara kesuluruhan berada

pada kisaran baik.

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_4_9824.pdf · diselimuti hutan mangrove sementara bagian Selatan terdapat

43

Gambar 12. Peta Tematik Kesesuaian Suhu untuk Lokasi Budidaya

Tiram Mutiara di Teluk Hurun

4.2.7 Kecerahan

Kecerahan perairan di zona penelitian Teluk Hurun yang diukur secara in

situ dengan menggunakan secchi disk menunjukan nilai yang berkisar antara

12,99 % sampai dengan 100 % dengan rata – rata 42,17 %. Perhitungan

persentase kecerahan dihitung melalui rumus :

Keterangan :

B = Presentase kecerahan

Dsc = Kedalaman dimana secchi disk mulai tak terlihat dari permukaan laut

D = Kedalaman perairan

Nilai kecerahan tertinggi berada pada koordinat 5°31'14.5" LS dan

105°15'32.3" BT, sedangkan untuk nilai terendah terlihat pada lokasi koordinat

5°31'11.5" LS dan 105°14'59.0" BT. Adanya perbedaan kecerahan pada zona

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_4_9824.pdf · diselimuti hutan mangrove sementara bagian Selatan terdapat

44

penelitian di Teluk Hurun pada setiap lokasi pengambilan sample diduga

berhubungan dengan kedalaman lokasi dan waktu pengamatan. Hutabarat (2000)

mengatakan bahwa, cahaya akan semakin berkurang intensitasnya seiring dengan

makin besar kedalaman. Pendugaan lain dari peneliti adalah adanya perbedaan

waktu pengamatan yang dilakukan. Effendi (2003) yang mengatakan bahwa,

pemantulan cahaya mempunyai intensitas yang bervariasi menurut sudut datang

cahaya.

Pada budidaya tiram mutiara, kecerahan perairan yang terlalu tinggi tidak

terlalu dibutuhkan. Pembukaan dan penutupan cangkang tiram mutiara tergantung

pada lama penyinaran (Winanto 2002). Itulah kenapa kecerahan berada pada

faktor sekunder karena tidak berpengaruh langsung kepada pertumbuhan tiram

mutiara, kecerahan berpengaruh langsung terhadap kelimpahan fitoplankton yang

merupakan pakan alami dari tiram mutiara. Adanya cahaya matahari pada suatu

kedalaman perairan mempengaruhi komposisi fioplankton (Baksir 1999), dalam

hal ini fitoplankton memanfaatkan cahaya sebagai sumber energi untuk

melangsungkan fotosintesis.

Interpolasi dari pengukuran lapangan terhadap parameter kecerahan

menghasilkan peta sebaran spatial kecerahan perairan pada zona penelitian di

Teluk Hurun yang terdapat pada Lampiran 3 (g). Peta sebaran spatial tersebut lalu

diklasifikasi berdasarkan Tabel 3. sehingga menghasilkan peta tematik parameter

kecerahan perairan untuk kesesuaian lokasi budidaya tiram mutiara yang

diperlihatkan pada Gambar 13. Pada Gambar 13, daerah dengan kisaran angka

penilaian baik mendominasi zona penelitian di Teluk Hurun, maka dapat

dikatakan menurut parameter kecerahan perairan pada zona penelitian di Teluk

Hurun memperlihatkan nilai yang masih dianjurkan untuk dilaksanakannya

budidaya tiram mutiara.

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_4_9824.pdf · diselimuti hutan mangrove sementara bagian Selatan terdapat

45

Gambar 13. Peta Tematik Kesesuaian Kecerahan Perairan untuk Lokasi

Budidaya Tiram Mutiara di Teluk Hurun

4.2.8 pH

Pengukuran pH yang dilakukan secara in situ pada perairan zona penelitian

di Teluk Hurun memperlihatkan kisaran nilai sebesar 7,94 sampai dengan 8,15

dengan nilai rata – rata 8,09. Nilai pH terendah terdapat pada lokasi dengan

koordinat 5°31'42.0" LS dan 105°15'33.4" BT dan nilai tertinggi ada pada titik

sampling dengan koordinat 5°31'33.3" LS dan 105°16'32.0" BT. Perbedaan pH

dalam perairan diduga disebabkan oleh adanya perbedaan waktu pengukuran.

Perubahan pH dalam perairan mempunyai siklus harian. Siklus ini merupakan

fungsi dari karbodioksida. Jika perairan mengandung karbodioksida bebas dan ion

karbonat maka pH cenderung asam, dan pH akan kembali meningkat jika CO2 dan

HCO3 mulai berkurang (Effendi 2003).

Hasil pengukuran lapangan (Tabel 5) menunjukkan adanya perbedaan nilai

pH pada tiap titik sampling. Interpolasi dari pengukuran lapangan terhadap

parameter pH menghasilkan peta sebaran spatial pH pada zona penelitian di Teluk

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_4_9824.pdf · diselimuti hutan mangrove sementara bagian Selatan terdapat

46

Hurun yang terdapat pada Lampiran 3 (h). Peta sebaran spatial tersebut lalu

diklasifikasi berdasarkan Tabel 3. sehingga menghasilkan peta tematik parameter

pH untuk kesesuaian lokasi budidaya tiram mutiara yang diperlihatkan pada

Gambar 14.

Gambar 14. Peta Tematik Kesesuaian pH untuk Lokasi Budidaya

Tiram Mutiara di Teluk Hurun

Berdasarkan Gambar 14, pH sebagai salah satu parameter untuk

mengetahui kesesuaian lahan untuk lokasi budidaya tiram mutiara, secara

keseluruhan menunjukkan angka penilaian kisaran baik.

4.2.9 Nitrat

Hasil pengukuran pada variable nitrat memperlihatkan nilai yang

bervariasi antara 0,008 mg.l-1

sampai dengan 0,099 mg.l-1

dengan nilai rata – rata

sebesar 0,028 mg.l-1

. Nilai terendah terdapat pada lokasi dengan koordinat

5°31'42.0" LS dan 105°15'33.4" BT dan tertinggi terdapat pada koordinat

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_4_9824.pdf · diselimuti hutan mangrove sementara bagian Selatan terdapat

47

5°31'28.4" LS dan 105°15'18.8" BT. Nilai rata – rata dari hasil pengukuran nitrat,

cukup tinggi jika dibandingkan dengan minimal baku mutu nitrat untuk biota laut

yaitu 0,008 mg.l-1

(Meneg LH 2004).

Tingginya hasil pengukuran terhadap nitrat mengindikasikan perairan

tersebut mempunyai kesuburan yang baik yang bisa menyebabkan tingginya

tingkat produktivitas primer. Produktivitas primer yang tinggi menyebabkan

pertumbuhan fitoplankton meningkat (Surinati 2009). Fluktuasi nitrat di

permukaan dipengaruhi oleh proses biologis, nitrat di permukaan diambil untuk

proses produktivitas primer ketika fitoplankton mengasimilasi nitrat dalam proses

fotosintesis (Millero dan Sohn 1992). Nitrat bisa berasal dari buangan industri

yang menuju ke laut melalui sungai (Wibisono 2005). Effendi (2003) menyatakan

kadar nitrat di perairan bisa dipengaruhi oleh pencemaran antropogenik yang

berasal dari aktivitas manusia dan tinja hewan. Adanya keramba – keramba dari

Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung, keramba -

keramba milik swasta, serta kegiatan budidaya tiram mutiara yang telah ada yang

dilakukan oleh perusahaan swasta di daerah sekitar zona penelitian Teluk Hurun,

hal ini dapat mempengaruhi kadar nitrat. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Edward dan Tarigan (2003) bahwa tanaman dan binatang yang hidup di laut akan

mati dan tenggelam ke dasar perairan, selanjutnya akan membusuk dan nutrien

yang ada di tubuhnya akan kembali ke dalam air.

Nitrat merupakan nutrien yang diperlukan bagi tumbuhan air terutama

fitoplankton. Kadar nitrat dalam kaitannya sebagai salah satu parameter untuk

kesesuaian lokasi untuk budidaya tiram mutiara termasuk sebagai salah satu

parameter pendukung karena tidak berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan

tiram. Interpolasi dari pengukuran lapangan terhadap parameter nitrat

menghasilkan peta sebaran spatial nitrat pada zona penelitian di Teluk Hurun

yang terdapat pada Lampiran 3 (i). Peta sebaran spatial tersebut lalu diklasifikasi

berdasarkan Tabel 3. sehingga menghasilkan peta tematik parameter nitrat untuk

kesesuaian lokasi budidaya tiram mutiara yang diperlihatkan pada Gambar 15.

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_4_9824.pdf · diselimuti hutan mangrove sementara bagian Selatan terdapat

48

Gambar 15. Peta Tematik Kesesuaian Nitrat untuk Lokasi Budidaya

Tiram Mutiara di Teluk Hurun

Berdasarkan Gambar 15, kadar nitrat sebagai salah satu parameter untuk

mengetahui kesesuaian lahan untuk lokasi budidaya tiram mutiara, menunjukkan

angka penilaian yang berada pada kisaran kurang, ini didasarkan pada matriks

kesesuaian lokasi budidaya tiram mutiara. Tetapi jika kita lihat kaitannya nitrat

sebagai nutrien bagi fitoplanton, hasil pengukuran nitrat dengan variasi kisaran

0,008 mg.l-1

sampai dengan 0,099 mg.l-1

jika dibandingkan variasi kisaran

konsentrasi nitra yang disusun oleh SHARP (1983) dalam Santoso (2006) untuk

kategori beberapa wilayah perairan estuari adalah konsentrasi nitrat 0 - 0,35 mg.l-1

maka variasi kadar senyawa nitrat di Teluk Hurun masih berada dalam batas yang

aman untuk perairan laut.

4.2.10 Fosfat

Kandungan fosfat pada zona penelitian Teluk Hurun mempunyai nilai yang

bervariasi antara 0,041 mg.l-1

sampai 0,092 mg.l-1

dengan rata – rata 0,064 mg.l-1

.

Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_4_9824.pdf · diselimuti hutan mangrove sementara bagian Selatan terdapat

49

Kandungan fosfat terendah terdapat pada koordinat 5°31'41.4" LS dan

105°15'53.0" BT serta 5°32'07.8" LS dan 105°15'51.7" BT dan tertinggi berada

pada koordinat 5°31'33.4" LS dan 105°15'06.6" BT. Berdasarkan keputusan

Menneg LH Nomor 51 tahun 2004 baku mutu fosfat untuk biota laut adalah 0,015

mg.l-1

.

Fosfat berfungsi sebagai nutrien, akan tetapi tingginya kandungan fosfat di

perairan dapat berdampak pada peledakan plankton. Perbedaan kandungan fosfat

diduga disebabkan oleh masukan bahan organik berupa limbah domestik, limbah

pertanian atau pengikisan batuan fosfor oleh air. Fosfat dalam aliran sungai antara

lain berasal dari buangan domestik dan industri yang menggunakan deterjen

berbahan dasar fosfat, yaitu industri tekstil, jasa komersial pencucian, pewarnaan,

industri kosmetik, industri logam dan sebagainya (Susana dan Suyarso 2008).

Pada bagian dalam teluk yang merupakan daerah tempat bermuaranya sungai

mempunyai kandungan fosfat yang lebih besar. Daerah dalam teluk yang

didominasi oleh hutan mangrove juga diduga mempengaruhi kadar fosfat di

perairan sekitarnya. Edward dan Tarigan (2003) mengatakan bahwa fosfat dapat

berasal dari mangrove dan lamun melalui dekomposisi serasah.

Interpolasi dari pengukuran lapangan terhadap parameter fosfat

menghasilkan peta sebaran spatial fosfat pada zona penelitian di Teluk Hurun

yang terdapat pada Lampiran 3 (j). Peta sebaran spatial tersebut lalu diklasifikasi

berdasarkan Tabel 3. sehingga menghasilkan peta tematik parameter fosfat untuk

kesesuaian lokasi budidaya tiram mutiara yang diperlihatkan pada Gambar 16.

Page 19: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_4_9824.pdf · diselimuti hutan mangrove sementara bagian Selatan terdapat

50

Gambar 16. Peta Tematik Kesesuaian Fosfat untuk Lokasi Budidaya

Tiram Mutiara di Teluk Hurun

Berdasarkan Gambar 16, kadar fosfat sebagai salah satu parameter untuk

mengetahui kesesuaian lahan untuk lokasi budidaya tiram mutiara, menunjukkan

angka penilaian yang berada pada kisaran kurang, ini didasarkan pada matriks

kesesuaian lokasi budidaya tiram mutiara. Tetapi jika kita lihat kaitannya fosfat

sebagai nutrien dalam perairan, hasil pengukuran fosfat pada zona penelitian di

Teluk Hurun dengan rata-rata 0,064 mg-1

bila mengacu pada kategori kesuburan

perairan yang dikemukakan oleh Qian P.Y., Wu M.C., dan Ni Hsun I., (2001)

dalam Santoso (2006) maka rata – rata kadar fosfat sebesar 0,028 mg.l-1

di

perairan termasuk cukup subur untuk konsumsi organisme di dalamnya.

Page 20: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_4_9824.pdf · diselimuti hutan mangrove sementara bagian Selatan terdapat

51

4.3 Kesesuaian Lahan Budidaya Tiram Mutiara di Teluk Hurun

Untuk mengetahui secara garis besar berada pada kelas kesesuaian mana

zona penelitan di Teluk Hurun, dilakukan dengan merata – rata hasil dari

pengukuran tiap parameter. Dimana dari nilai rata – rata tersebut diberi angka

penilaian dan pembobotan yang disesuaikan terhadap Tabel 3, sehingga dapat

menghasilkan total skor dari nilai rata – rata tiap parameter tersebut. Totak skor

dari nilai rata – rata tiap parameter itulah yang digunakan untuk mengetahui

secara garis besar zona penelitian di Teluk Hurun itu berada pada kelas kesesuaian

S1, S2, S3 atau N. Hasil perhitungan dari nilai rata – rata tiap parameter yang

telah diskoring berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Skoring dari Nilai Rata – Rata Tiap Parameter

Parameter Rata rata Skor

Kepadatan Fitoplanton 10952,1 sel/l 9

Kedalaman 14,89 m 15

Kecepatan arus 16,3 cm/dtk 15

Dissolved Oxygen 5,49 mg/l 6

Salinitas 31 ppt 6

Suhu 30,6 °C 10

Kecerahan 42,17 % 10

pH 8,09 mg/l 5

Nitrat 0,028 mg/l 1

Fosfat 0,064 1

Total Skor 78

Tingkat Kesesuaian S2 (Cukup Sesuai)

Tabel 6 memperllihatkan nilai skor untuk lokasi budidaya tiram mutiara

sebesar 78. Evalusi terhadap nilai tersebut dengan mempergunakan kriteria pada

Tabel 4, memperlihatkan perairan pada zona penelitian Teluk Hurun secara garis

besar berada pada kelas cukup sesuai (S2) untuk budidaya tiram mutiara. Analisis

Page 21: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_4_9824.pdf · diselimuti hutan mangrove sementara bagian Selatan terdapat

52

keruangan dari kegiatan budidaya tiram mutiara pada kelas ini dicirikan dengan

adanya faktor – faktor pembatas yang agak serius untuk mempertahankan tingkat

perlakuan yang diterapkan. Parameter yang harus mendapat perhatian dalam

budidaya tiram mutiara di Teluk Hurun yaitu, kepadatan fitoplankton, kecerahan,

kandungan nitrat dan fosfat.

Parameter pertama yang harus diperhatikan adalah kepadatan fitoplankton,

fitoplankton merupakan pakan alami dari tiram mutiara. Fitoplankton hanya dapat

hidup di tempat yang mempunyai sinar matahari yang cukup, sehingga

fitoplankton hanya dijumpai pada lapisan permukaan air atau daerah yang kaya

akan nutrien (Hutabarat dan Evans 1995 dalam Kangkan 2006). Produktivitas

fitoplankton dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara nitrat dan fosfat serta

makrophyte (Boyd 1981 dalam Kangkan 2006). Fitoplankton sebagai pakan alami

bagi tiram juga mempunyai peran ganda yakni berfungsi sebagai penyangga

kualitas air dan komponen dalam rantai makanan di perairan atau yang disebut

produsen primer (Odum 1979). Nilai dari parameter kepadatan fitoplankton yang

rendah sangat dipengaruhi oleh kecerahan perairan dan kandungan nitrat dan

fosfat perairan.

Parameter kecerahan perairan dalam kegiatan budidaya tiram mutiara

memiliki dua keterkaitan, yaitu pertama terhadap pembukaan dan penutupan

cangkang pada tiram mutiara dan kedua kecerahan perairan seperti yang telah

diungkapkan di paragraf sebelumnya memiliki keterkaitan terhadap kepadatan

fitoplankton di perairan. Kecerahan pada zona penelitian di Teluk Hurun masih

tergolong ke dalam nilai yang cukup dianjurkan untuk budidaya tiram mutiara.

Saran yang dapat diberikan, nantinya dalam proses pemeliharaan tiram mutiara

yang telah dibudidaya, agar organisme ini merasa lebih nyaman maka suasan

pemeliharaan harus lebih gelap, dengan tujuan agar cangkang lebih terbuka dan

proses filtrasi pakan dapat berjalan secara maksimal. Sedangkan nitrat dan fosfat

merupakan variabel pendukung, yang tidak berhubungan langsung dengan

kegiatan budidaya tiram. Peranan nitrat dan fosfat di perairan telah dijelaskan

pada sub bab diatas.

Page 22: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_4_9824.pdf · diselimuti hutan mangrove sementara bagian Selatan terdapat

53

4.4 Pemetaan Kesesuaian Lahan Budidaya Tiram Mutiara di Teluk Hurun

Penentuan kelas kesesuaian lokasi budidaya tiram mutiara, mengacu pada

matrik kesesuaian (Tabel 3). Hasil pengukuran parameter fisika, kimia dan biologi

pada Tabel 5, yang telah dilakukan skoring berdasarkan angka penilaian dan

bobot masing – masing parameter dipergunakan sebagai input analisis matrik

kesesuaian. Skoring dari analisis tersebut, kemudian dievaluasi melalui proses

overlay dari tiap peta tematik parameter guna mendapatkan total skor sebagai

kelas kesesuaian lokasi budidaya tiram mutiara. Total skor tersebut akan

disesuaikan dengan interval kelas kesesuaian pada Tabel 4, yaitu sangat sesuai (80

– 100), cukup sesuai (60 – 80), sesuai bersyarat (40 – 60) dan tidak seusai (20 –

40). Untuk menggambarkan dan menentukan luasan daerah mana saja yang

berpotensi untuk dikembangkan budidaya tiram mutiara diperoleh dari

mengoverlay peta-peta tematik paramter fisika, kimia dan biologi perairan.

Metode overlay yang digunakan adalah union. Tahapan overlay peta peta tematik

parameter kualitas perairan bisa dilihat pada Lampiran 2. Berdasarkan skoring

yang disesuaikan oleh Tabel 3 dan total skor yang disesuaikan dengan Tabel 4

maka didapatlah tiga kelas kesesuaian yaitu S1 (Sangat Sesuai), S2 (Cukup

Sesuai), S3 (Sesuai Bersyarat). Luas wilayah zona penelitian di Teluk Hurun

adalah 6,34 km2.

Kelas S1 (Sangat Sesuai) merupakan daerah yang sangat sesuai untuk

digunakan sebagai lahan budidaya tiram mutiara. Kondisi di daerah tersebut sangat

sesuai bagi kehidupan tiram sehingga kegiatan budidaya dapat berlangsung tanpa

adanya hambatan dari keadaan lingkungan. Daerah dengan kriteria sangan sesuai ini

mempunyai luasan sebesar 1,05 km2. Daerah sangat sesuai ini sebagian besar terletak

pada bagian tengah teluk, dan sebagian kecil berada pada luar teluk tetapi masih dekat

dengan tanjung yang menjadi pembatas teluk.

Kelas S2 (cukup sesuai) mempunyai luas sebesar 4,73 km2, merupakan

keadaan dimana daerah tersebut memliki faktor pembatas yang agak serius. Kegiatan

budidaya dapat berlangsung tetapi memerlukan sedikit perlakuan agar kegiatan dapat

berlangsung dengan baik. Faktor – faktor pembatas tersebut sudah dijelaskan pada

Page 23: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_4_9824.pdf · diselimuti hutan mangrove sementara bagian Selatan terdapat

54

sub bab sebelumnya. Daerah dengan kriterian ini berada pada daerah luar teluk yang

agak terbuka dan tidak terlalu terlindung.

Kelas S3 (sesuai bersyarat) merupakan daerah yang mempunyai pembatas –

pembatas yang serius untuk mempertahankan tingkat perlakuan yang diterapkan.

Kegiatan budidaya dapat terlaksana tetapi memerlukan perlakuan yang seirus agar

kegiatan dapat berlangsung dengan baik. Faktor pembatas yang perlu diperhatikan

adalah kedalaman, karena daerah yang memiliki kelas S3 semuanya berada pada

daerah yang dekat dengan garis pantai, sehingga faktor kedalaman sangat

berpengaruh disini. Luas wilayah dengan kelas S3 (sesuai bersyarat) adalah 0,56 km2.

Sebaran kesesuaian lahan untuk budidaya tiram mutiara ini masing –

masing adalah kelas S3 (sesuai bersyarat) 0,56 km2 (8,83%), luas wilayah untuk

kelas S2 (cukup sesuai) adalah 4,73 km2 (74,61%), sedangkan untuk kelas S1

(sangat sesuai) adalah 1,05 km2 (16,56%). Peta sebaran luasan kesesuaian lahan

budidaya dapa dilihat pada Gambar 17.

Page 24: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_4_9824.pdf · diselimuti hutan mangrove sementara bagian Selatan terdapat

55

Gambar 17. Peta Tematik Kesesuaian Lahan untuk Budidaya Tiram Mutiara di Teluk Hurun

Page 25: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_4_9824.pdf · diselimuti hutan mangrove sementara bagian Selatan terdapat

56

4.5 Evaluasi Pemanfaat Lahan

Tata guna lahan (land use) wilayah Teluk Hurun hingga pesisir Tanjung

Lahu pemanfaatannya mengarah kepada kegiatan budidaya perikanan laut. Di

lokasi tersebut terdapat beberapa unit keramba jaring apung yang dioperasikan

oleh Balai Budidaya Laut (BBL) Lampung dan beberapa unit milik nelayan.

Kegiatan perikanan lainnya adalah budidaya tiram mutiara. Pada lokasi tersebut

juga ditemukan beberapa sungai yang bermuara ke perairan Teluk Hurun. Sungai-

sungai tersebut membawa limpasan limbah dari areal yang dilaluinya seperti

kegiatan budidaya tambak udang/bandeng, pertanian dan pemukiman penduduk

(Santoso 2004). Peta pemanfaatan lokasi di sekitar teluk hurun dapat dilihat pada

Lampiran 4. Jika kita melakukan overlay antara peta tematik kesesuaian lahan

untuk budidaya tiram mutiara dengan peta pemanfaatan lahan di sekitar Teluk

Hurun maka didapatkan bahwa letak kegiatan budidaya eksisting oleh P.T. Kyoko

Shiju berada pada lokasi yang sangat sesuai, hal ini terlihat pada Gambar 18.

PT. Kyoko Shinju dan PT. Hikari yang bergerak dibidang pembudidayaan

tiram mutiara telah mengkapling sebesar 40 km2 lahan di sekitar perairan Teluk

Lampung (Rizani dan Karim 2009), termasuk di dalamnya Teluk Hurun. Hal ini

bila kita kaitkan, antara P.T. Kyoko Shinju yang beroperasi pada perairan zona

penelitian di Teluk Hurun dengan peta sebaran kesesuaian lahan untuk budidaya

tiram mutiara pada zona penelitian Tuluk Hurun yang memiliki luas wilayah

untuk kelas S2 (cukup sesuai) sebesar 4,73 km2 (74,61%), sedangkan untuk kelas

S1 (sangat sesuai) sebesar 1,05 km2 (16,56%) maka bisa dianjurkan kepada PT.

Kyoko Shinju untuk lebih mengoptimalkan daerah dengan kelas S1 dan membagi

kawasan lain sehingga bisa dimanfaatkan sebagai daerah perikanan tangkap bagi

para nelayan tetapi dengan tidak menggangu kegiatan budidaya tiram mutiara.

Tentunya dalam pembagian luasan lahan tersebut juga memerlukan

pertimbangkan berdasarkan daerah potensi lahan untuk areal tangkapan. Evalusi

dan penelitian lebih lanjut diperlukan agar pemanfaatan lahan dapat terpetakan

secara optimal.

Page 26: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_4_9824.pdf · diselimuti hutan mangrove sementara bagian Selatan terdapat

57

Gambar 18. Peta Evaluasi Lahan untuk Budidaya Tiram Mutiara