BAB II KAJIAN LITERATUR A. KAJIAN TEORI MUSEUM 1. Pengertian Museum Menurut International Council of Museums ( ICOM ), museum adalah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh, merawat, menghubungkan, dan memamerkan artefak-artefak perihal jati diri manusia dan lingkungannya untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan rekreasi. (Sutaarga, Moh. Amir. 1997/1998) Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1995 Pasal 1 ayat (1), museum adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. Menurut KBBI edisi IV, museum adalah gedung yang digunakan sebagai tempat pameran benda-benda yang patut mendapatkan perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu, dan juga tempat menyimpan barang kuno. 2. Sejarah Singkat Museum Secara etimologis, museum berasal dari kata Yunani, Μουσεῖον atau mouseion, yang sebenarnya merujuk kepada nama kuil untuk sembilan Dewi Muses, anak-anak Dewa Zeus yang melambangkan ilmu dan kesenian. Bangunan lain yang diketahui berhubungan dengan sejarah museum adalah bagian kompleks perpustakaan yang dibangun khusus untuk seni dan sains, terutama filsafat dan riset di Alexandria oleh Ptolemy I Soter pada tahun 280 SM. Museum berkembang seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan manusia semakin membutuhkan bukti-bukti otentik mengenai catatan sejarah kebudayaan.
29
Embed
BAB II KAJIAN LITERATUR A. KAJIAN TEORI MUSEUM 1. · Dilihat dari status kepemilikannya, Museum Gula Gondang ... d. Sistem keamanan yang baik, baik dari segi konstruksi, spesifikasi,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
KAJIAN LITERATUR
A. KAJIAN TEORI MUSEUM
1. Pengertian Museum
Menurut International Council of Museums ( ICOM ), museum
adalah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani
masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh,
merawat, menghubungkan, dan memamerkan artefak-artefak perihal jati
diri manusia dan lingkungannya untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan
rekreasi. (Sutaarga, Moh. Amir. 1997/1998)
Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1995 Pasal 1 ayat (1),
museum adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan,
dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta
alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan
pelestarian kekayaan budaya bangsa.
Menurut KBBI edisi IV, museum adalah gedung yang digunakan
sebagai tempat pameran benda-benda yang patut mendapatkan perhatian
umum, seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu, dan juga tempat
menyimpan barang kuno.
2. Sejarah Singkat Museum
Secara etimologis, museum berasal dari kata Yunani, Μουσεῖον
atau mouseion, yang sebenarnya merujuk kepada nama kuil untuk
sembilan Dewi Muses, anak-anak Dewa Zeus yang melambangkan ilmu
dan kesenian. Bangunan lain yang diketahui berhubungan dengan sejarah
museum adalah bagian kompleks perpustakaan yang dibangun khusus
untuk seni dan sains, terutama filsafat dan riset di Alexandria oleh Ptolemy
I Soter pada tahun 280 SM.
Museum berkembang seiring berkembangnya ilmu pengetahuan
dan manusia semakin membutuhkan bukti-bukti otentik mengenai catatan
sejarah kebudayaan.
Di Indonesia, museum yang pertama kali dibangun adalah Museum
Radya Pustaka. Selain itu dikenal pula Museum Gajah yang dikenal
sebagai yang terlengkap koleksinya di Indonesia, Museum Wayang,
Persada Soekarno, Museum Tekstil serta Galeri Nasional Indonesia yang
khusus menyajikan koleksi seni rupa modern Indonesia.
Pada awalnya, museum bermula sebagai tempat untuk menyimpan
koleksi milik individu, keluarga atau institusi kaya. Benda-benda yang
disimpan biasanya merupakan karya seni dan benda-benda yang langka,
atau kumpulan benda alam dan artefak arkeologi.
3. Jenis-Jenis Museum
Museum di Indonesia dapat dibedakan melalui beberapa jenis,
yaitu :
a. Jenis museum berdasarkan kepemilikan, yaitu terdapat dua jenis :
Museum Pemerintah, adalah museum yang dibiayai oleh
pemerintah dan semua keperluan disediakan dari anggaran tahinan
pemerintah lokal.
Museum Swasta, adalah museum yang didirikan oleh pihak swasta,
dikelola langsung oleh pihak swasta itu sendiri. Biasanya pihal
swasta berupa yayasan atau perseorangan namun tetap dalam
pengawasan direktorat permuseuman atas nama pemerintah.
Dilihat dari status kepemilikannya, Museum Gula Gondang
Winangoen merupakan Museum Pemerintah, karena berada dibawah
pengelolaan Pabrik Gula Gondang Winangoen.
b. Jenis museum berdasarkan koleksi yang dimiliki, yaitu terdapat dua
jenis :
Museum Umum, merupakan museum yang koleksinya terdiri dari
kumpulan bukti materiil manusia dan atau lingkungannya yang
berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu, dan
teknologi.
Museum Khusus, merupakan museum yang koleksinya terdiri dari
kumpulan bkti materiil manusia atau lingkunganny dengan satu
cabang seni, satu cabang ilmu atau satu cabang teknologi.
Di lihat berdasarkan koleksi yang dimiliki, Museum Gula
Gondang Winangoen merupakan Museum Khusus dengan benda
koleksi terdiri dari satu cabang keilmuan yaitu mengenai gula.
c. Jenis museum berdasarkan ruang lingkup wilayah, terdapat empat
jenis:
Museum Nasional, merupakan museum yang koleksinya terdiri
dari benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti
material manusia dan atau lingkungannya dari seluruh wilayah
Indonesia yang bernilai nasional.
Museum Propinsi, merupakan museum yang koleksinya terdiri dari
kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan
bukti material manusia dan atau lingkungannya dari wlayah
propinsi dimana museum berada.
Museum Lokal, merupakan museum yang koleksinya terdiri dari
kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan
bukti material manusia dan atau lingkungannya dari wilayah
kabupaten atau kotamadya dimana museum tersebut berada.
Museum Lapangan Terbuka, merupakan museum yang merupakan
satu komplek luas yang terdiri atas model-model bangunan rumah
adat, baik yang asli dan telah dipindahkan dari asal daerah semula,
maupun tiruan sebagai koleksi pelengkap dengan tujuan
memelihara dan melestarikan keaslian, seni bangunan dan
teknologinya.
Dilihat berdasarkan ruang lingkup wilayah, Museum Gula
Gondang Winangoen merupakan Museum Lokal, karena berada di
wilayah Kabupaten Klaten serta benda koleksinya berasal dari daerah
tersebut.
d. Jenis museum berdasarkan bentuk bangunan, terdapat tiga jenis :
Museum Terbuka, merupakan museum yang benda-benda
koleksinya diletakan pada ruang terbuka atau diluar bangunan
museum namun masih dalam lingkup kawasan museum, seperti
taman.
Museum Tertutup, merupakan museum yang benda-benda
koleksinya diletakan di dalam ruang atau bangunan museum.
Museum Kombinasi, merupakan museum yang benda-benda
koleksinya diletakan pada di dalam maupun diluar bangunan
museum.
Dilihat berdasarkan bentuk bangunan, Museum Gula Gondang
Winangoen merupakan Museum Kombinasi, karena terdapat beberapa
benda koleksi yang tidak memungkinkan dimasukan di dalam
bangunan museum, sehingga peletakannya di letakan disekitaran diluar
bangunan museum.
4. Fungsi Dan Tugas Museum
a. Fungsi Museum
Museum mempunyai fungsi yang positif bagi masyarakat Indonesia,
terutama mengenai pengetahuan sejarah. Adapun dilihat dari fungsinya
museum bisa dibagi menjadi beberapa bagian.
1) Tempat Menyimpan Warisan Budaya Leluhur
Museum merupakan salah satu tempat yang tepat untuk
menyimpan sekaligus mengamankan warisan budaya yang ada di
Indonesia. Warisan budaya semisal keris, baju adat kerajaan masa
lalu, dll. Dengan adanya warisan budaya leluhur, maka museum
pun harus menjadi bahan yang representatif buat para
pengunjungnya.
2) Pusat Dokumentasi dan Penelitian Ilmiah
Masa lalu tidak akan bisa kita selami tanpa adanya
dokumentasi yang didapat pada zamannya. Adanya naskah-naskah
kuno menjadi salah satu dokumentasi yang bisa dijadikan
penelitian untuk diaplikasikan pada zaman sekarang.
3) Pusat Penyaluran ilmu untuk umum
Tidak saja kalangan peneliti yang harus mengetahui semua
kebudayaan masa lalu, tetapi hasil penelitian tersebut di sebarkan
kepada masyarakat. Salah satu fungsi museum adalah sebagai alat
untuk penyebaran ilmu tersebut.
4) Pusat perkenalan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa
Di museum kita akan bisa melihat warisan budaya masa
lampau dari berbagai kawasan, khususnya di Indonesia. Bila kita
datang ke museum nasional, maka warisan dari tiap daerah hampir
semuanya ada di tempat tersebut.
5) Visualisasi Budaya dan Warisan Masa Lalu
Ini fungsi yang paling penting dari museum. Kita tidak
akan bisa kembali ke tahun di mana warisan dan budaya itu
terbentuk. Museum sebagai salah satu alat untuk mnggambarkan
masa-masa tersebut.
6) Cermin untuk Masa Datang
Kita bisa melihat bagaimana adanya peradaban sekarang.
Bentuk yang ada sekarang sebenarnya terbentuk dari masa lalu.
Karena bisa dikatakan sejarah adalah sebagai salah satu cermin
untuk kehidupan yang akan datang.
7) Menambah Keimanan pada Tuhan Yang Maha Esa
Museum juga akan menjadikan kita merasa kagum akan
kekayaan budaya masa lampau. Bagaimana kebudyaan tersebut
merupakan sebuah daya cipta Tuhan Yang Maha Esa.
8) Obyek wisata
Museum juga dapat berfungsi sebagai objek wisata yang
edukatif.
b. Tujuan Museum
Tujuan museum dilihat dari sudut pandang nasional adalah
demi terwujudnya dan terbinanya nila-nilai budaya nasional untuk
memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri dan
kebangsaan serta memperkuat jiwa kesatuan nasional. Tujuan museum
juga sebagai sarana pendidikan dan rekreasi, masyarakat disadarkan
akan tingginya nilai yang dikandung dalam koleksi museum dan
memberi mereka kesempatan untuk memperluas wawasan.
5. Acuan Hukum Pendirian Museum
Pendirian sebuah museum memiliki acuan hukum, yaitu:
a. Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya
b. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993 tentang Pelaksanaan
Undang - undang RI Nomor 5 Tahun 1992
c. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995 tentang Pemeliharaandan
Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum
d. Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor
KM.33/PL.303/MKP/2004tentang Museum
6. Persyaratan Museum
Pendirian dan penyelanggaraan museum tidak hanya berdiri begitu
saja tanpa adanya acuan-acuan khusus. Adapun pendirian dan
penyelenggaraan museum memiliki persyaratan khusus dan umum. Antara
lain :
1. Persyaratan Umum
Secara garis besar terdapat beberapa acuan atau syarat dalam
pendirian dan penyelenggaraan museum, antara lain :
Letak museum di bagian kota yang tepat
Gedung museum dapat menjamin keamanan koleksi, penataan
koleksi, sirkulasi koleksi, personil dan pengunjung.
Pembagian ruang yang sesuai dengan fungsi-fungsi museum.
Perencanaan pengadaan koleksi.
Perencanaan dan pengadaan sarana dan fasilitas untuk koleksi,
perkantoran, dan personil serta pengunjung museum.
Perencanaan pengadaaan dan latihan jabatan personil yang sesuai
dengan fungsi-fungsi museum. (Sutarga, Moh Amir, 1997/1998)
Selain itu, adapun beberapa persyaratan perencanaan dan
perancangan bangunan museum, antara lain :
Bangunan museum dipisahkan berdasarkan fungsi dan
aktivitasnya, ketenangan dan keramaian, serta keamanannya.
Pintu masuk utama (Main Entrance) adalah untuk pengunjung
museum.
Pintu masuk khusus (Service Entrance) untuk lalu lintas koleksi,
bagian pelayanan, perkantoran, rumah jaga, serta ruang-ruang
pada bangunan khusus.
Area publik terdiri dari, antara lain : bangunan utama ( Ruang
Pamer Tetap dan Pamer Temporer ), Auditorium, pos jaga/
kemanan, Lobby dan Ruang Istirahat, Ticketing dan Penitipan
Barang, Toilet, Taman dan tempat parker.
Area Semi Publik terdiri dari Bangunan Administrasi ( termasuk
perpustakaan dan ruang rapat ).
Area Private terdiri dari Laboratorium Konservasi, Studio
Reparasi, Storage dan Ruang Studi Koleksi.
2. Persyaratan Khusus
Bangunan Utama ( Ruang pamer tetap dan temporer ) haruslah :
a. Memuat benda-benda koleksi yang akan dipamerkan.
b. Mudah dicapai baik dari luar maupun dalam.
c. Merupakan bangunan penerima yang memiliki daya tarik
sebagai bangunan pertama yang dikunjungi oleh pengunjung
museum.
d. Sistem keamanan yang baik, baik dari segi konstruksi,
spesifikasi, ruang untuk mencegah rusaknya benda-benda
secara alami (cuaca, dll) maupun kriminalitas.
Bangunan Auditorium haruslah :
a. Mudah di capai oleh umum
b. Dapat dipakai untuk ruang pertemuan, diskusi, dan ceramah.
Bangunan Khusus terdiri dari : Laboratorium konservasi, Studio
reparasi, Storage, dan studio koleksi haruslah :
a. Terletak pada daerah tenang
b. Mempunyai pintu masuk khusus
c. Memiliki sistem keamanan yang baik ( baik terhadap
kerusakan, kebakaran, dan kriminalitas ) yang menyangkut
segi-segi konstruksi maupun spesifikasi ruang.
Bangunan Administrasi haruslah :
a. Terletak strategis baik terhadap pencapaian umum maupun
bangunan-bangunan lain.
b. Mempunyai pintu masuk khusus.
(Buku Pedoman Pendirian Museum, 1992/1993)
7. Standarisasi Museum
Sebuah perancangan yang baik memiliki standarisasi khusus yang
menjadi pedoman dalam perancangan tersebut. Dalam perancangan
museum gula ini beberapa ketentuan standarisasi ditentukan agar
bangunan museum nyaman untuk dikunjungi. Hal tersebut antara lain
mengenai ruangan-ruangan dalam museum, ruang pameran untuk
karya seni dan ilmu pengetahuan umum, ruang tersebut haruslah
memenuhi syarat sebagai berikut :
a. terlindung dari gangguan, pencurian, kelembaban, kering, dan
debu.
b. Mendapatkan cahaya yang terang, merupakan bagian dari pameran
yang baik.
1) Di dalam kuliah lukisan (tembaga,gambar tangan, dan lain-
lain). Map didimpan dalam lemari yang dalamnya 80cm dan
tingginya 60cm.
2) Sesuatu yang khusus untuk publik (lukisan-lukisan minyak,
lukisan dinding pameran yang berubah-ubah)
Suatu pameran yang baik harus dapat dilihat publik tanpa rasa
lelah. Penyusunan ruangan dibatasi dan perubahan dan kecocokan
dengan bentuk ruang. Penyusunan setiap kelompok lukisan yang
berada dalam satu dinding menyebabkan ruang menjadi lebih kecil.
Bagian dinding dinding dalam perbandingan bidang dasar sebagai
ukuran besar merupakan hal penting terutama untuk lukisan-lukisan
karena besar ruang tergantung pada besarnya lukisan. Sudut pandang
normal adalah 54° atau 27° terdapat pada sisi bagian dinding lukisan
yang diberikan cahaya yang cukup dari 10m = 4.9m (gambar no.6) di
atas mata kira-kira 70cm. Lukisan kecil tergantung di titik beban
(gambar no.9). Kebutuhan tempat lukisan 3-5m² tempat hiasan
gantung. Kebutuhan tempat material lukisan 6-10m² bidang dasar
lukisan. Kebutuhan tempat 400 uang logam 1m² luas lemari pakaian.
Pencahayaan museum haruslah baik (gambar no.5)
Tempat untuk menggantung lukisan yang menguntungkan
adalah antara 30° dan 60° pada ketinggian ruangan 6,70m² dan 2,13m
untuk lukisan yang panjangnya 3,04 samapai 3,65m (gambar no.10).
Pada instalasi gabungan tidak ada lorong memutar melainkan jalan
masuk dari bagian samping. Ada bagian untuk pengepakan,
pengiriman barang administrasi, bagian pencahayaan lukisan, bengkel
untuk pembuatan lukisan, dan ruang ceramah (untuk sekolah tinggi).
Terutama untuk obyek-obyek historis untuk gedung-gedung dan
bingkai-bingkai yang cocok untuk itu disebut museum modern. (
Neufert,Ernst. 2002)
Gambar 2.1 Standarisasi Museum
(Sumber : Neufert,Ernst. 2002)
Program Kegiatan Museum
Program kegiatan dalam sebuah tata pelaksanaan pada museum
sangatlah penting. Hal ini ditujukan selain untuk mempromosikan kepada
masyarakat tentang museum itu sendiri, juga untuk membagikan wawasan
kepada masyarakat melalui kegiatan-kegiatan yang diadakan.
Penyajian koleksi merupakan pokok dari program-program yang
diadakan oleh museum. Koleksi museum merupakan salah satu bentuk
komunikasi yang penting dalam upaya menarik minat masyarakat untuk
berkunjung ke museum. Dalam penyajian koleksi museum harus
memperhatikan nilai estetika, artistik, edukatif dan informatif. Berkaitan
dengan pengunjung museum, dalam penyajian koleksi harus
memperhatikan kebebasan bergerak bagi pengunjung, sirkulasi
pengunjung museum, kenyamanan pengunjung museum, dan keamanan
koleksi museum. Informasi yang disampaikan kepada pengunjung juga
harus bersifat komunikatif dan edukatif, yaitu sekurang-kurangnya
memuat nama benda, asal temuan, periode dan umur, serta fungsi
koleksi.Penyajian koleksi dapat dilakukan dalam tiga jenis pameran, yaitu:
a. Pameran tetap, yaitu pameran yang diselenggarakan dalam jangka
waktu 3 – 5 tahun. Tema pameran sesuai dengan jenis, visi dan misi
museum. Idealnya koleksi yang disajikan 25 – 40 % merupakan
koleksi museum
b. Pameran khusus atau temporer, merupakan pameran koleksi museum
yang diselenggarakan selama 1 minggu hingga 3 bulan
c. Pameran keliling, merupakan pameran koleksi yang diselenggarakan di
luar lingkungan museum. Sebaiknya pameran keliling menggunakan
replika koleksi, untuk menghindari kerusakan dan kehilangan koleksi.
Adapun beberapa program yang dapat dilakukan di antaranya
adalah publikasi dengan membagi-bagikan brosur atau booklet mengenai
isi dan manfaat museum kesekolah-sekolah atau kelompok-kelompok
masyarakat. Dapat juga pengelola museum melakukan aksi jemput bola
dengan bekerjasama dengan pihak sekolah untuk menjadikan kunjungan
ke museum sebagai bagian dari proses belajar di luar kelas yang bisa juga
di masukkan dalam kurikulum muatan lokal.
Bentuk-bentuk aktivitas yang dapat dilakukan di museum
bermacam-macam. Bagi siswa sekolah dapat berupa paket edukasi
(teaching kit), koleksi keliling (traveling study collections), kelas budaya
(cultural class), bercerita (story telling), slide berseri (slides series), taman
bermain yang berhubungan dengan koleksi (collections playground), atau
aktivitas khusus untuk para guru (educators program). Sedangkan untuk
masyarakat umum dapat berupa aktivitas yang diperuntukkan bagi
keluarga (family workshop atau family day), bagi perorangan maupun
kelompok (community workshop atau open house)
Setiap museum dapat membuat aktivitas-aktivitas yang mendidik
seperti contoh di atas.Tetapi, materi perlu dirancang sebaik mungkin,
desain materi harus berupa aktivitas yang menumbuhkan rasa ingin tahu,
dengan kata lain, materi yang diberikan dapat mengarahkan siswa untuk
bertanya, mencari jawaban atas pertanyaannya, dan menciptakan
pertanyaan baru serta memperoleh pengetahuan baru.Aktivitas tersebut
selayaknya dilakukan tanpa meninggalkan unsur bermain.
Jika hal ini dilakukan secara konsekuen serta ada komitmen dari
pihak sekolah untuk turut memajukan museum, tentunya museum-museum
kita akan ramai dikunjungi siswa-siswa sekolah. Dengan ramainya
pengunjung museum, tentunya hal ini akan meningkatkan pendapatan
museum yang nantinya dapat digunakan untuk merawat dan menambah
kolesi museum.
Cara lain yang perlu dicoba adalah pengelola museum dapat
merekrut pelajar atau mahasiswa untuk menjadi guide di museum. Dengan
keberadaan guide, tentunya pengunjung akan merasakan suasana yang
lebih dinamis dan hidup, pengunjung merasa ditemani dan di-orang-kan,
serta akan menjadikan pengunjung lebih aktif berdialog mengenai koleksi
museum, sehingga pengunjung akan lebih kerasan dan kembali lagi di lain
hari. Selain itu, untuk pelajar dan mahasiswa yang dilibatkan sebagai
pemandu akan mengetahui seluk beluk museum sehingga mereka akan
mengetahui bagaimana museum itu sebenarnya.
Untuk lebih mendekatkan museum dengan masyarakat, pengelola
dapat melakukan kombinasi kemasan seperti cafe museum yang menyatu
dengan gedung museum. Meskipun oleh beberapa orang konsep ini
dianggap agak berlebihan tetapi dengan cara ini para pengunjung cafe
dapat sekaligus mendapatkan informasi tentang museum serta dapat
meningkatkan nilai jual museum.
8. Sistem Pelayanan Museum
Pelayanan museum merupakan salah satu aspek penting dalam
kegiatan museum. Pelayanan museum diharapkan mampu memenuhi
keinginan dan kebutuhan pengguna museum, seperti halnya pengunjung
yang datang untuk mendapatkan informasi, menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai benda-benda koleksi dalam museum. Dengan
pelayanan museum seperti pemandu museum dapat sangat membantu
pengunjung dalam memudahkan mendapatakan informasi.
9. Ruang Lingkup Perancangan Museum
Bangunan museum harus memiliki kelengkapan bangunan yang
dapat menunjang aktivitas penggunanya, antara lain :
1. Area / Ruang Lobby
2. Area / Ruang Pameran Tetap
3. Area / Ruang Kantor
4. Area / Ruang Karyawan
5. Area / Ruang Meeting
6. Area / Ruang Perawatan koleksi
7. Area / Ruang Pemeliharan Koleksi
8. Area / Ruang Perpustakaan
9. Area / Ruang Cafe
10. Area / Ruang Candyland / Tempat bermain anak
11. Area / Ruang Toilet
12. Area Gudang
B. KAJIAN TEORI GULA
1. Sejarah Gula Indonesia Dan Perkembangan Industri Gula Indonesia
Pada awalnya gula tebu dikenal oleh orang-orang Polinesia,
kemudian menyebar ke India. Pada tahun 510 Sebelum Masehi, ketika
menguasai India, Raja Darius dari Persia menemukan ”batang rerumputan
yang menghasilkan madu tanpa lebah”. Seperti halnya pada berbagai
penemuan manusia lainnya, keberadaan tebu sangat dirahasiakan dan
dijaga ketat, sedangkan produk olahannya diekspor dan untuk
menghasilkan keuntungan yang sangat besar.
Rahasia tanaman tebu akhirnya terbongkar setelah terjadi ekspansi
besar-besaran oleh orang-orang Arab pada abad ketujuh sebelum sesudah
masehi. Ketika mereka menguasai Persia pada tahun 642 mereka
menemukan tanaman tebu yang sedang tumbuh dan kemudian
mempelajari cara pembuatan gula. Selama ekspansi berlanjut mereka
mendirikan pengolahan-pengolahan gula di berbagai daratan lain yang
mereka kuasai, termasuk di Afrika Utara dan Spanyol.
Gula dikenal oleh orang-orang barat Eropa sebagai hasil dari
Perang Salib pada abad ke-11. Para prajurit yang pulang menceritakan
keberadaan “rempah baru” yang enak ini. Gula pertama diketahui tercatat
di Inggris pada tahun 1099. Abad-abad berikutnya merupakan periode
ekspansi besar-besaran perdagangan barat Eropa dengan dunia timur,
termasuk di dalamnya adalah impor gula. Sebagai contoh, dalam sebuah
catatan pada tahun 1319 harga gula di London sebesar “dua shilling tiap
pound”. Nilai ini setara dengan beberapa bulan upah buruh rata-rata,
sehingga dapat dikatakan gula sangatlah mewah pada waktu itu.
Orang-orang kaya menyukai pembuatan patung-patung dari gula
sebagai penghias meja-meja mereka. Ketika Henry III dari Perancis
mengunjungi Venice, sebuah pesta diadakan untuk menghormatinya
dengan menampilkan piring-piring, barang-barang perak, dan kain linen
yang semuanya terbuat dari gula.
Karena merupakan barang mahal, gula seringkali dianggap sebagai
obat. Banyak petunjuk kesehatan dari abad ke-13 hingga 15 yang
merekomendasikan pemberian gula kepada orang-orang cacat untuk
memperkokoh kekuatan mereka.
Pada abad ke-15, pemurnian gula Eropa umumnya dilakukan di
Venice. Venice tidak bisa lagi melakukan monopoli ketika Vasco da Gama
berlayar ke India pada tahun 1498 dan mendirikan perdagangan di sana.
Meskipun demikian, penemuan orang-orang Amerika lah yang telah
mengubah konsumsi gula di dunia.
Dalam salah satu perjalanan pertamanya, Columbus membawa
tanaman tebu untuk ditanam di kawasan Karibia. Iklim yang sangat
menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman tebu menyebabkan
berdirinya sebuah industri dengan cepat. Kebutuhan terhadap gula yang
besar bagi Eropa menyebabkan banyak kawasan hutan di kepulauan
Karibia menjadi hampir seluruhnya hilang digantikan perkebunan tebu,
seperti misalnya di Barbados, Antigua dan separuh dari Tobago. Tanaman
tebu dibudidayakan secara massal. Jutaan orang dikirim dari Afrika dan
India untuk bekerja di penggilingan tebu. Oleh karenanya, produksi gula
sangat erat kaitannya dengan perdagangan budak di dunia barat.
Secara ekonomi gula sangatlah penting sehingga seluruh kekuatan
Eropa membangun atau berusaha membangun jajahan di pulau-pulau kecil
Karibia dan berbagai pertempuran terjadi untuk menguasai pulau-pulau
tersebut. Selanjutnya tanaman tebu dibudidayakan di berbagai perkebunan
besar di kawasan-kawasan lain di dunia (India, Indonesia, Filipina dan
kawasan Pasifik) untuk memenuhi kebutuhan pasar Eropa dan local.
Pada tahun 1750 terdapat 120 pabrik pemurnian gula yang
beroperasi di Britania dengan hanya menghasilkan 30.000 ton per tahun.
Pada tahap ini gula masih merupakan sesuatu yang mewah dan memberi
keuntungan yang sangat besar sehingga gula dijuluki “emas putih”.
Keadaan ini juga berlaku di negara-negara Eropa Barat lainnya.
Para pemerintah menyadari keuntungan besar yang didapat dari
gula dan oleh karenanya mengenakan pajak yang tinggi. Akibatnya gula
tetap merupakan sebuah barang mewah. Keadaan ini terus bertahan sampai
dengan akhir abad ke-19 ketika kebanyakan pemerintahan mengurangi
atau menghapus pajak dan menjadikan harga gula terjangkau untuk warga
biasa
2. Fungsi Gula
Fungsi gula dalam teknologi pangan tidak hanya berfungsi sebagai
pemanis alami saja, berikut adalah manfaat gula dalam pengolahan
pangan, antara lain :
a. Gula Pasir juga berfungsi sebagai pengawet.
Sama hal nya dengan garam, sifat gula pasir adalah higroskopis atau
menyerap air sehingga sel-sel bakteri akan dehidrasi dan akhirnya
mati. Jika larutan gula atau garam mempunyai kepekatan yang tinggi
atau sekitar 25%. Kebanyakan bakteri atau jamur tidak dapat mampu
bertahan hidup pada larutan gula atau garam yang pekat.
b. Membantu meningkatkan fermentasi
Dengan menambah sedikit gula pada ragi maka akan dapat
mempercepat peragian adonan. Namun demikian setelah melewati
batas tertentu, penambah gula justru dapat memperlambat peragian.
Gula berfungsi seperti pupuk pada tanaman. Ragi dapat berfermentasi
dengan adanya gula namun apabila gula berlebihan maka ragi justru
akan mati. Pada tanaman pun, apabila pemberian pupuk berlebihan,
hasilnya justru akan mati. Saat mana gula justru mulai menghambat
kegiatan ragi tergantung pada tepung yang digunakan dan prosedur
pengolahannya, baik pada pembuatan secara langsung (straight dough)
atau secara sponge (sponge dough). Gula juga berhubungan erat
dengan mikroba yang berperan dalam fermentasi.
c. Membantu dalam pembentukan warna
Gula yang dilumeri bila dipanaskan bersama protein akan bereaksi
membentuk gumpalan-gumpalan berwarna gelap yang disebut
melanoidin menyerupai caramel dalam hal warna, bau, dan rasa. Bila
terus dipanaskan maka gumpalan-gumpalan menjadi hitam dan tidak
dapat larut. Sukrosa tidak akan bereaksi dengan protein. Pada
umumnya fructose dan dekstrose paling aktif dalam reaksi browning.
Pada semua jenis gula, kecuali sukrosa, reaksi browning dapat
dipercepat dengan meningkatkan pH. Pengulalian dan browning
memiliki peranan penting dalam penentuan warna hasil produksi,
terutama pada kulitnya.
d. Menambah mutu produk
Pemberian gula akan mengempukan hasil produksi karena gula akan
mengubah susunan, volume, dan simetri pada produk yang dihasilkan.
3. Jenis Gula
Jenis-jenis gula antara lain :
• Brix (derajat): suatu pengukuran yang digunakan untuk menentukan
jumlah gula dalam sebuah larutan, berdasarkan pada pembiasan cahaya.
Terutama digunakan dalam industri minuman ringan dan minuman
buah.
• Dekstrosa : Istilah bahasa Inggris untuk glukosa.
• Fruktosa (padanan kata levulosa, gula buah): gula yang agak manis (1,7
kali lebih manis dari gula biasa) umumnya didapat dari buah-buahan
dan madu.
• Galaktosa: suatu gula yang tidak umum dijumpai dalam makanan,
kecuali sebagai bagian dari jenis gula yang lain, seperti laktosa (gula
susu) dan raffinosa (gula dalam kacang-kacangan). Seringkali
merupakan bagian dari komponen dinding sel tanaman.
• Glukosa (padanan kata dekstrosa): gula yang terdapat pada berbagai
tanaman, juga dalam darah. Sumber energi yang utama bagi tubuh.
Kurang manis dibandingkan sakarosa.
• Gula: umumnya digunakan sebagai padanan kata untuk sakarosa.
Secara kimiawi gula identik dengan karbohidrat.
• Gula anggur : padanan kata dari glukosa.
• Gula Barbados : gula tebu yang berwarna coklat.
• Gula Barley : bukan termasuk gula, melainkan permen Amerika yang
keras dan memiliki citarasa jeruk lemon, terbuat dari cairan barley
dengan penambahan gula.
• Gula batu : tidak semanis gula granulasi biasa, gula batu diperoleh dari
kristal bening berukuran besar berwarna putih atau kuning kecoklatan.
Kristal bening dan putih dibuat dari larutan gula jenuh yang mengalami
kristalisasi secara lambat. Gula batu putih memiliki rekahan-rekahan
kecil yang memantulkan cahaya. Kristal berwarna kuning kecoklatan
mengandung berbagai karamel. Gula ini kurang manis karena adanya
air dalam kristal.
• Gula Bit : gula kristal putih (sakarosa) yang diperoleh dari tanaman bit.
• Gula bubuk : Gula granulasi (gula pasir) bubuk, juga dikenal sebagai
gula „confectionary'. Gula ini didapat dari penghancuran secara mekanis
sehingga tidak ada cristal-kristal yang tertinggal. Terkadang gula ini
dicampur dengan sedikit pati atau bahan anti kempal untuk mencegah
penggumpalan.
• Gula Castor : Gula castor atau caster adalah nama dari gula pasir yang
sangat halus, terdapat di Britania. Dinamai demikian karena ukuran
butirannya sangat kecil sehingga dapat ditaburkan dari wadah
berlubang-lubang kecil. Karena kehalusannya, gula ini lebih cepat larut
dibandingkan gula putih pada umumnya, dan oleh karenanya gula ini
secara khusus bermanfaat dalam pembuatan „meringues' dan cairan
dingin. Gula ini tidaklah sehalus gula bubuk yang dihaluskan secara
mekanis (dan biasanya dicampur dengan sedikit pati untuk menghindari
penggumpalan).
• Gula Coklat : gula yang ditambah dengan sedikit molase (tetes) untuk
memberikan citarasa dan warna.
• Gula Dekorasi : lihat gula sdaning.
• Gula Gelatin (padanan kata gula gel, gula selai/ jam): campuran dari
gula granulasi dan pektin. Digunakan dalam pembuatan selai dan
„marmelade'.
• Gula Granulasi (Gula pasir) : Kristal-kristal gula berukuran kecil yang
pada umumnya dijumpai dan digunakan di rumah (gula pasir).
4. Cara Pembuatan Gula Tebu
Tanaman tebu dapat tumbuh hingga 3 meter di kawasan yang
mendukung dan ketika dewasa hampir seluruh daun-daunnya mengering,
namun masih mempunyai beberapa daun hijau. Sebelum panen, jika
memungkinkan, seluruh tanaman tebu dibakar untuk menghilangkan daun-
daun yang telah kering dan lapisan lilin. Api membakar pada suhu yang
cukup tinggi dan berlangsung sangat cepat sehingga tebu dan kandungan
gulanya tidak ikut rusak.
Di beberapa wilayah, pembakaran areal tanaman tebu tidak
diijinkan karena asap dan senyawa-senyawa karbon yang dilepaskan dapat
membahayakan penduduk setempat. Meskipun demikian, tidak ada
dampak lingkungan, karena CO2 yang dilepaskan sebenarnya memiliki
proporsi yang sangat kecil dibandingkan dengan CO2 yang terikat melalui
fotosintesis selama pertumbuhan. Besarnya areal tanam dan jumlah
tanaman tebu dapat dikurangi jika ekstraksi gula dapat dilakukan semakin
baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan gula dunia.
Pemanenan dapat dilakukan baik secara manual dengan tangan
ataupun dengan mesin. Pemotongan tebu secara manual dengan tangan
merupakan pekerjaan kasar yang sangat berat tetapi dapat mempekerjakan
banyak orang di area di mana banyak terjadi pengangguran.Tebu dipotong
di bagian atas permukaan tanah, dedauan hijau di bagian atas dihilangkan
dan batang-batang tersebut diikat menjadi satu. Potongan-potongan batang
tebu yang telah diikat tersebut kemudian dibawa dari areal perkebunan
dengan menggunakan pengangkut-pengangkut kecil dan kemudian dapat
diangkut lebih lanjut dengan kendaraan yang lebih besar ataupun lori tebu
menuju ke penggilingan.
Pemotongan dengan mesin umumnya mampu memotong tebu
menjadi potongan pendek-pendek. Mesin-mesin hanya dapat digunakan
ketika kondisi lahan memungkinkan dengan topografi yang relatif datar.
Sebagai tambahan, solusi ini tidak tepat untuk kebanyakan pabrik gula
karena modal yang dikeluarkan untuk pengadaan mesin dan hilangnya
banyak tenaga kerja kerja.
Ekstraksi
Tahap pertama pengolahan adalah ekstraksi jus atau sari tebu. Di
kebanyakan pabrik, tebu dihancurkan dalam sebuah serial penggiling putar
yang berukuran besar. Cairan tebu manis dikeluarkan dan serat tebu
dipisahkan, untuk selanjutnya digunakan di mesin pemanas (boiler). Di
lain pabrik, sebuah diffuser digunakan seperti yang digambarkan pada
pengolahan gula bit. Jus yang dihasilkan masih berupa cairan yang kotor:
sisa-sisa tanah dari lahan, serat-serat berukuran kecil dan ekstrak dari daun
dan kulit tanaman, semuanya bercampur di dalam gula.