Page 1
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Kelainan Katup Jantung
Kelainan katup jantung merupakan keadaan dimana katup jantung
mengalami kelainan yang membuat aliran darah tidak dapat diatur dengan
maksimal oleh jantung.(Sylvia &Wilson, 2006)
2.2 Jenis – Jenis Kelainan Katup Jantung
Adapun beberapa jenis kelainan katup jantung:
Syndrome Prolaps Katup Mitral
Regurgitasi Mitralis
Stenosis Mitral
Stenosis Katup Aorta
Regurgitasi Aorta
Penyakit Trikuspidalis
Penyakit Pulmonalis
2.2.1Sindrom prolaps katup mitral
- Definisi
Prolaps katup mitral (PKM) adalah suatu sindrom klinik yang
disebabkan oleh berbaliknya satu atau lebih apparatus katup mitral,
daun katup, korda tendinea, muskulus papilaris, dan anulus katup
dengan atau tanpa regurgitasi mitral (RM). Nama lain dari Prolaps
Katup Mitral adalah sindrom murmur klik sistolik, sindrom Barlow,
katup mitral miksomatosa, billowing mitral cusp syndrome, dan
redundant cusp syndrome.
- Patofisiologi
Sindrom prolaps katup mitral adalah disfungsi bilah-bilah katup
mitral yang tidak menutup dengan sempurna dan mengakibatkan
regurgitasi katup, sehingga darah merembes dari ventrikel kiri ke
atrium kiri. Sindrom ini kadang tidak menimbulkan gejala atau juga
dapat berkembang cepat dan menyebabkan kematian mendadak. Pada
3
Page 2
tahun-tahun belakangan sindrom ini semakin banyak dijumpai,
mungkin karena metode diagnostic yang semakin maju.
2.2.2 Regurgitasi Mitralis
- Definisi
Regurgitasi Katup Mitral (Inkompetensia Mitral, Insufisiensi
Mitral), (Mitral Regurgitation) adalah kebocoran aliran balik melalui
katup mitral setiap kali ventrikel kiri berkontraksi. Pada saat ventrikel
kiri memompa darah dari jantung menuju ke aorta, sebagian darah
mengalir kembali ke dalam atrium kiri dan menyebabkan
meningkatnya volume dan tekanan di atrium kiri. Terjadi peningkatan
tekanan darah di dalam pembuluh yang berasal dari paru-paru, yang
mengakibatkan penimbunan cairan (kongesti) di dalam paru-paru.
- Patofisiologi
Infusiensi mitral terjadi bila bilah-bilah katup mitral tidak dapat
menutup selama systole. Chordae tendineae memendek, sehingga bilah
katup tidak dapat menutup dengan sempurna, akibatnya terjadilah
regurgitasi atau aliran balik dari ventrikel kiri ke atrium kiri.
Pemendekan atau sobekan salah satu atau kedua bilah katup mitral
mengakibatkan penutupan lumen mitral tidak sempurna saat ventrikel kiri
dengan kuat mendorong darah ke aorta, sehingga setiap denyut, ventrikel
kiri akan mendorong sebagian darah kembali ke atrium kiri. Aliran balik
darah ini ditambah dengan darah yang masuk dari paru, menyebabkan
atrium kiri mengalami pelebaran dan hipertrofi. Aliran darah balik dari
ventrikel akan menyebabkan darah yang mengalir dari paru ke atrium kiri
menjadi berkurang. Akibatnya paru mengalami kongesti, yang pada
gilirannya menambah beban ke ventrikel kanan. Maka meskipun
kebocoran mitral hanya kecil, namun selalu berakibat terhadap kedua paru
dan ventrikel kanan.
4
Page 3
2.2.3 Stenosis Mitral
- Definisi
Stenosis katup mitral merupakan penyempitan pada lubang katup
mitral yang akan menyebabkan meningkatnya tahanan aliran darah
dari atrium kiri ke ventrikel kiri. Kelainan struktur mitral ini
menyebabkan gangguan pembukaan sehingga timbul gangguan
pengisian ventrikel kiri saat diastole.
- Patofisiologi
Stenosis mitral adalah penebalan progresif dan pengerutan bilah-
bilah katup mitral, yang menyebabkan penyempitan lumen dan
sumbatan progresif aliran darah.
Secara normal pembukaan katup mitral adalah selebar tiga jari.
Pada kasus stenosis berat terjadi penyempitan lumen sampai selebar
pensil. Ventrikel tidak terpengaruh , namun atrium kiri mengalami
kesulitan dalam mengosongkan darah melalui lumen yag sempit ke
ventrikel kiri. Akibatnya atrium akan melebar dan mengalami
hipertrofi. Karena tidak ada katup yang melindungi vena pulmonal
terhadap aliran balik dari atrium maka sirkulasi pulmonal mengalami
kongesti. Akibatnya ventrikel kanan harus menanggung beban tekanan
arteri pulmonal yang tinggi dan mengalami peregangan berlebihan,
yang berakhir dengan gagal jantung.
2.2.4 Stenosis Katup Aorta
- Definisi
Stenosis katup Aorta adalah penyempitan pada lubang katup aorta,
yang menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari
ventrikel kiri ke aorta.
- Patofisiologi
Bilah-bilah katup aorta saling menempel dan menutup sebagian
lumen diantara jantung dan aorta. Ventrikel kiri mengatasi hambatan
sirkulasi ini dengan berkontraksi lebih lambat tapi dengan energy
yang lebih besar dari normal, mendorong darah melalui lumen yang
5
Page 4
sangat sempit. Mekanisme kompensasi jantung mulai gagal dan
muncullah tanda-tanda klinis.
Obstruksi jalur aliran aorta tersebut menambahkan beban tekanan
ke ventrikel kiri, yang mengakibatkan penebalan dinding otot. Otot
jantung menebal sebagai respon terhadap besarnya obstruksi,
terjadilah gagal jantung bila obstruksinya terlalu berat.
2.2.5 Regurgitasi Aorta
- Definisi
Regugitasi Katup Aorta (Inkompetensia Aorta, Insufisiensi Aorta)
adalah kebocoran pada katup aorta yang terjadi setiap kali ventrikel
mengalami relaksasi.
- Patofisiologi
Insufisiensi aorta di sebabkan oleh lesi peradangan yang merusak
bentuk bilah katup aorta, sehingga masing-masing bilah tidak bisa
menutup lumen aorta dengan rapat selama diastole dan akibatnya
menyebabkan aliran balik darah dari aorta ke ventrikel kiri. Karena
kebocoran katup aorta saat diastole, maka sebgaian darah dalam aorta,
yang biasanya bertekanan tinggi, akan mengalir ke ventrikel kiri,
sehingga ventrikel kiri harus mengatasi keduanya yaitu mengirim
darah yang secara normal diterima atrium kiri ke ventrikel melalui
lumen ventrikel maupun darah yang kembali ke aorta. System
kardiovaskuler berusaha mengkompensasi melalui refleks dilatasi
pembuluh darah: arteri perifer melemas, sehingga tahanan perifer
turun dan tekanan diastolic turun drastic
2.2.6 Penyakit Trikuspidalis
- Definisi
Stenosis katup Trikuspidalis akan menghambat aliran darah dari
atrium kanan ke ventrikel kanan selama diastolik. Kerusakan ini
biasanya menyertai penyakit pada katup mitrlis dan aorta sekunder
dari penyakit rematik jantung yang berat. Stenosis trikuspidalis
6
Page 5
meningkatkan beban kerja atrium kanan, memaksa pembentukan
tekanan yang lebih besar untuk mempertahankan aliran melalui katup
yang tersumbat. Kemampuan kompensasi atrium kanan terbatas,
karena itu atrium mengalami dilatasi secara cepat. Peningkatan
volume dan tekanan atrium kanan mengakibatkan penimbunan darah
pada vena sistemik dan peningkatan tekanan.
- Patofisiologi
Regurgitasi Trikuspidalis yang murni biasanya disebabkan gagal
jantung kiri yang sudah lanjut atau hipertensi pulmonalis yang berat,
sehingga terjadi kemunduran fungsi ventrikel kanan. Sewaktu
ventrikel kanan gagal dan membesar, terjadilah regurgitasi fungsional
dari katup trikuspidalis.
2.2.7 Penyakit Katup Pulmonalis.
- Definisi
Insidens penyakit katup pulmonalis sangat rendah. Stenosis
pulmonalis biasanya kongenital dan bukan merupakan akibat penyakit
rematik jantung. Stenosis katup pulmonalis meningkatkan beban kerja
ventrikel kanan, mengakibatkan hipertrofi ventrikel kanan. Gejala-
gejala baru timbul bila terjadi gagal ventrikel kanan, menimbulkan
pelebaran vena sistemik dan segala sekuele klinisnya.
- Patofiologi
Regurgitasi fungsional pulmonalis dapat terjadi sebagai sekuele
disfungsi katup sebelah kiri dengan hipertensi pulmonalis kronik dan
dilatasi orifisium katup pulmonalis. Tetapi lesi ini jarang terjadi.
2 .3 Etiologi
2.3.1 Stenosis Mitral
1. Penyakit Jantung Rematik
Berdasarkan etiologinya stenosis katup mitral terjadi terutama pada orang
tua yang pernah menderita demam rematik pada masa kanak-kanak dan
mereka tidak mendapatkan antibiotik. Di bagian dunia lainnya, demam
7
Page 6
rematik sering terjadi dan menyebabkan stenosis katup mitral pada
dewasa, remaja dan kadang pada anak-anak. Yang khas adalah jika
penyebabnya demam rematik, daun katup mitral sebagian bergabung
menjadi satu.
2. Pembentukan thrombus, penumpukan kalsium, dan atrial mixoma.
2 .3. 2 Insufisiensi Mitral
Berdasarkan etiologinya insufisiensi atau regurgitasi mitral dapat dibagi
atas reumatik dan non reumatik (degenaratif, endokarditis, penyakit jantung
koroner, penyakit jantung bawaan, trauma dan sebagainya)
1) Mitral Insufisiensi Akut
Perforasi karena terjadi infeksi pada jantung
Rupture chordate tendinae
Ruptur muskulus papilaris, seiring dengan infark miokardium
2) Mitral Inssufisiensi Kronik
Penyakit jantung rematik (RHD)
Anomaly congenital
Endokarditis
Cardiomioplasty
2.3.3 Stenosis Aorta
1. Penimbunan Kalsium dan trombus
Berdasarkan etiologinya stenosis katup aorta merupakan penyakit
utama pada orang tua, yang merupakan akibat dari pembentukan
jaringan parut dan penimbunan kalsium di dalam daun katup.
2. Demam Rematik
Stenosis katup aorta juga bisa disebabkan oleh demam rematik pada
masa kanak-kanak. Pada keadaan ini biasanya disertai dengan kelainan
pada katup mitral baik berupa stenosis, regurgitasi maupun keduanya.
3. Kelainan Bawaan (Kongenital)
Pada orang yang lebih muda, penyebab yang paling sering adalah
kelainan bawaan. Pada masa bayi, katup aorta yang menyempit
8
Page 7
mungkin tidak menyebabkan masalah, masalah baru muncul pada masa
pertumbuhan anak. Ukuran katup tidak berubah, sementara jantung
melebar dan mencoba untuk memompa sejumlah besar darah melalui
katup yang kecil.
Katup mungkin hanya memiliki dua daun yang seharusnya tiga, atau
memiliki bentuk abnormal seperti corong. Lama-lama, lubang atau
pembukaan katup tersebut, sering menjadi kaku dan menyempit karena
terkumpulnya endapan kalsium.
2 .3. 4 Isufisiensi Aorta
Penyebab terbanyak adalah demam reumatik .Kelainan katub dan
kanker aorta juga bias menimbulkan isufisiensi aorta. Pada isufisiensi
aorta kronik terlihat fibrosis dan retraksi daun-daun katub, dengan atau
tanpa kalsifikasi, yang umumnya merupakan skuele dari demam
reumatik (Udji, 2010).
2 . 5 Patofisiologi
Katup jantung yang mengalami kelainan membuat darah yang seharusnya
tidak bisa kembali masuk ke bagian serambi jantung ketika berada di bilik
jantung membuat jantung memiliki tekanan yang cukup kuat untuk memompa
darah ke seluruh tubuh. Akibatnya orang tersebut tidak bisa melakukan
aktifitas dalam tingkat tertentu. Kelainan katup jantung yang parah membuat
penderitanya tidak dapat beraktifitas dan juga dapat menimbulkan kematian
karena jantung tidak lagu memiliki kemampuan untuk dapat mengalirkan
darah.( Muttaqin, 2012)
Berikut bagan patofisiologi dari beberapa etiologi kelainan katup jantung
sebagai berikut:
1) Stenosis Mitral
9
Stenosis mitral
Aliran darah ↓ dari atrium kiri ke ventrikel kiri selama fase diastolic ventrikel
Endokarditis rem Stenosis mitral atik, thrombus,
klasifikasi katup
Takikardia↓
Waktu diastolik ↓↓
Volume sekuncup ↓↓
Curah jantung ↓
Fibrilasi atrium
Dilatasi/hipertrofi
Gagal jantung kanan
Cepat lelah
Gangguan aktifitas sehari-hari
Pola napas tidak efektifHipertensi
↓Resistensi ejeksi ventrikel kanan
↓Peningkatan beban
tekanan ventrikel kanan
Peningkatan tekanan atrium kiri
↓Tekanan dalan vena
pulmonalis dan kapiler ↑↓
Kongesti paru↓
Sesak napas
Pembesaran vena sistemis, hepatomegali, edema
perifer dan asites
Page 8
2) Stenosis Aorta
10
Page 9
3) Insufisiensi Mitral
11
Page 10
4) Insufisiensi Aorta
Sumber : Muttaqin, 2012 Pengantar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Salemba: Jakarta.
BAB III
12
Page 11
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Data Dasar Pasien
1) Aktivitas/istirahat
Gejala: Kelemahan, kelelahan, pusing, rasa berdenyut, dispnea karena
kerja, palpitasi, gangguan tidur (ortopnea, dispnea paroksismal
nokturnal, nokturia, keringat malam hari).
Tanda: Takikardi, gangguan pada TD, pingsan karena kerja, takipnea,
dispnea.
2) Sirkulasi
Gejala: Riwayat kondisi pencetus, contoh demam reumatik,
endokarditis bakterial subakut, infeksi streptokokal; hipertensi, kondisi
kongenital (contoh kerusakan atrial-septal, sindrom Marfan), trauma
dada, hipertensi pulmonal, riwayat murmur jantung, palpitasi, serak,
hemoptisis, batuk dengan atau tanpa produksi sputum.
Tanda: Sistolik TD menurun (AS lambat).
Tekanan nadi: penyempitan (SA); luas (IA).
Nadi karotid: lambat dengan volume nadi kecil (SA); bendungan
dengan pulsasi arteri terlihat (IA).
Nadi apikal: PMI kuat dan terletak di bawah dan ke kiri (IM); secara
lateral kuat dan perpindahan tempat (IA).
Getaran: Getaran diastolik pada apek (SM), getaran sistolik pada dasar
(SA), getaran sistolik sepanjang batas sternal kiri; getaran sistolik pada
titik jugular dan sepanjang arteri karotis (IA).
Dorongan: dorongan apikal selama sistolik (SA).
Bunyi jantung: S1 keras, pembukaan yang keras (SM). Penurunan atau
tak ada S1, bunyi robekan luas, adanya S3, S4 (IM berat). Bunyi ejeksi
sistolik (SA).
Bunyi sistolik, ditonjolkan oleh berdiri/jongkok (MVP).
Kecepatan: takikardi (MVP); takikardi pada istirahat (SM).
Irama: tak teratur, fibrilasi atrial (SM dan IM). Disritmia dan derajat
pertama blok AV (SA).
13
Page 12
Murmur: bunyi rendah, murmur diastolik gaduh (SM). Murmur sistolik
terdengar baik pada dasar dengan penyebaran ke leher (SA). Murmur
diastolik (tiupan), bunyi tinggi dan terdengar baik pada dasar (IA).
DVJ: mungkin ada pada adanya gagal ventrikel kanan.
Warna/sianosis: kulit hangat, lembab, dan kemerahan (IA). Kapiler
kemerahan dan pucat pada tiap nadi (IA).
3) Nyeri atau kenyamanan
Gejala: Nyeri dada, angina (SA, IA), nyeri dada non-angina/tidak khas
(MVP).
4) Pernapasan
Gejala: Dispnea (kerja, ortopnea, paroksismal, nokturnal). Batuk
menetap atau nokturnal (sputum mungkin/tidak produktif).
Tanda: Takipnea, bunyi napas adventisius (krekels dan mengi), sputum
banyak dan berbercak darah (edema pulmonal), gelisah/ketakutan (pada
adanya edema pulmonal) (www.academia.edu).
3.1.2Pemeriksaan Fisik
1) Mitral Stenosis
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi: Kelainan ringan jantungnya bisa normal. Pada mitral
stenosis, ruang jantung yang membesar adalah atrium sinistrum,
akibatnya terjadi bendungan paru, akibatnya ventrikulus dexter ikut
membesar. Kalo membesar akibtanya terjadi peningkatan aktivitas
jantung kanan.
Palpasi: Kalau jantung kanan meningkat, akibatnya ictus cordis akan
bergeser ke arah lateral. Mungkin juga teraba trill diastolik di apek.
Trill itu bising jantung yang teraba di permukaan.
Perkusi: Pada keadaan ringan bisa normal. Pinggang jantung bisa
menghilang karena terjadi pembesaran atrium sinistrum. Ictus cordis
bergeser di lateral. Kalau normal, gampangannya ictus cordis berada
di papilla mammae (linea midclacvicularis sinistra di SIC V). Kalau
bergeser ke lateral berarti ada pembesaran di jantung sebelah kanan.
14
Page 13
Auskultasi: Intensitas bunyi jantung 1 meningkat, Bunyi jantung II
bisa normal atau meningkat. Mungkin terjadi opening snap.
Terdengar bising diastolk (mid diastolik murmur di apeks). Suaranya
seperti genderang. Terdapat tanda-tanda decompensasi kordis kanan.
Pemeriksaan Penunjang:
EKG: LAH (Left Atrial Hipertopi), RVH (Right Ventrikel
Hipertropi), dan Atrial fibrilasi karena atrium kiri membesar dan
ventrikel kanan membesar sehingga listrik jantung terganggu.
Foto thoraks: LAH, RVH, dan terlihat bendungan paru (apeknya
akan terlihat terangkat)
Ekokardiografi: Daun katup mitral anterior tampak doming (kayak
kubah), katup mitral posterior bergerak ke anterior waktu diastolik,
katup mitral anterior dan posterior menebal karena kalsifikasi, dapat
diukur diameter katup mitral sehingga bisa menentukan derajat MS,
mungkin terlihat trombus di LA atau LV. Kateterisasi jantung
merupakan pemeriksaan gold standar.
2) Mitral Regurgitasi
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi: Normal pada kelainan ringan. Aktifitas jantung kiri
meningkat. Akibtanya ictus cordis akan bergeser ke caudolateral.
Bisa sampaik SIC 7-SIC 6.
Palpasi: Normal pada ringan, iktus kordis bergeser ke lateral bawah,
Bisa terdengar thrill sistolik.
Perkusi: Normal atau pinggang jantung menghilang (karena atrium
kiri membesar), iktus kordis bergeser ke lateral bawah.
Auskultasi: Intensitas bunyi jantung 1 melemah. Bunyi jantung 1
terdengar karena menutupnya katup atrioventrikularis (mitral dan
tricuspidalis). Kalo katup mitralnya tidak bisa nutup sempurna
akibatnya bunyinya jadi lemah. Bunyi jantung II Normal atau
meningkat. Terdengar bunyi pan sistolik atau holo sistolik murmur
di apex yang menjalar ke aksila. Maksudnya terdengar bising selama
15
Page 14
sistolik. Tipe bisingnya adalah blowing. Terdapat tanda
dekompensasi kordis kiri.
Pemeriksaan Penunjang:
ECG: LAH, LVH, dan Atrial Fibrilasi.
Foto Thoraks: LAH, LVH. CTR membesar (cardiomegali), ictus
cordis bergeser ke caudolateral.
Ekokardiografi (mengukur bentuk jantung dari dalam dengan
elektromagnetik): LAH, LVH, fungsi LV bisa normal atau menurun,
dapat mengukur aliran regurgitan pada saat sistol di ruang LA atau
menentukan derajat MR dengan mengukur diameternya.
Kateterisasi Jantung: Mungkin tidak begitu penting di mitral stenosis
atau regurgitasi karena dengan echocardiografi sudah bisa terlihat.
3) Aorta Stenosis
Katup aorta membuka tidak sempurna. Terjadi saat sistol. Sehingga terjadi
bising sistolik. Ruang jantung yang membesar adalah ventrikel kiri.
Karena terjadi di aorta akibatnya ira-kira ictus
Gejala (Anamnesis): Pada keadaan ringan bisa tanpa keluhan atau
jarang ada keluhan. Kalau sudah berat bisa terjadi:
Nyeri dada karena arteri coronaria mendapat airan darah dari aorta.
Kalo aorta stenosis akibatnya darah yang dipompa jadi berkurang.
Akibatnya yang ngalir ke arteri coronaria juga berkurang sehingg
terjadi nyeri dada,
Sinkop terjadi karena darah yang dipompa dari jantung berkurang,
Dyspnea d’effort,
Decomp cordis,
Sudden death walaupun tidak terjadi kelainan koroner.
Pemeriksaan Fisik:
Inspeksi: normal
Palpasi: normal atau iktus kordis bergeser ke lateral bawah karena
terjadi pembesaran ventrikel kiri.
Perkusi: normal atau pinggang jantung merata (karena tidak terjadi
LAH), iktus kordis bergeser ke lateral bawah.
16
Page 15
Auskultasi: intensitas bunyi jantung normal atau menurun, bising
ejeksi sistolik di Left Sternal Border III menjalar ke leher.
Aorta di SIC 3 kanan sehingga menjalar ke leher.
Pemeriksaan Penunjang:
ECG: Normal, pada AS berat terdapat LVH, LAH, Voltase LV
meningkat.
Foto thoraks: N, pada AS berat terdapat LAH, LVH, bendungan
paru.
Ekokardiografi: dapat melihat daun katup, dimensi ruang jantung,
fungsi LV, derajat AS.
4) Aorta Regurgitasi
Pemeriksaan Fisik:
Inspeksi: Normal atau aktivitas jantung kiri meningkat.
Palpasi: Normal atau Iktus Kordis bergeser ke lateral bawah, thrill
diastolik di apeks.
Perkusi: Normal atau pinggang jantung merata, Iktus Kordis
bergeser ke lateral bawah.
Auskultasi: Intensitas bunyi jantung nornal atau menurun, early
diastolik murmur di Life Sternal Border III-IV, mid diastolik
murmur di apeks (austin flint murmur). Suaranya seperti ban kempes
(dari tekanan tinggi ke rendah).
Pemeriksaan Penunjang:
ECG: Normal, Pada AR berat terdapat LVH, LAH.
Foto thoraks: Normal, pada yang berat terdapat LAH, LVH,
bendungan paru.
Ekokardiografi: melihat daun katup, mengukur dimensi ruang
jantung, mengukur derajat AR.
3 .2 Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif b.d Kelelahan otot pernafasan d.d dyspneau
17
Page 16
2. Gangguan Pertukaran gas b.d odema paru ditandai dengan sianosis dan
dispnea.
3. Penurunan curah jantung b.d penurunan kontraktilitas ventrikel kiri
ditandai dengan aritmia dan perubahan EKG.
4. Perfusi jaringan kardiopulmonal tidak efektif b.d gangguan transport
O2.
3.3 Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa KeperawatanRencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil IntervensiPola Nafas tidak efektifberhubungan dengan: Hiperventilasi Penurunan
energi/kelelahan Perusakan/pelemahan muskulo-skeletal Kelelahan otot
pernafasan Hipoventilasi sindrom Nyeri Kecemasan Disfungsi
Neuromuskuler Obesitas Injuri tulang belakang
NOC: Respiratory status:
Ventilation Respiratory status:
Airway patency Vital sign Status
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama………..pasien menunjukkan ketidakefektifan pola nafas, dibuktikan dengan kriteria hasil:
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dg mudah, tidak ada pursed lips)
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal.
Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
NIC: Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi Pasang mayo bila perlu Lakukan fisioterapi dada
jika perlu Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara tambahan
Berikan bronkodilator Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl Lembab Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
Pertahankan jalan nafas yang paten
Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Monitor vital sign Informasikan pada pasien
dan keluarga tentang tehnik relaksasi untuk memperbaiki pola nafas.
Ajarkan bagaimana batuk efektif.
Monitor pola nafas.
18
Page 17
Gangguan Pertukaran GasBerhubungan dengan:ketidakseimbangan perfusi ventilasi perubahan membrankapiler-alveolar laman nafas abnormal
NOC: Respiratory Status: Gas
exchange Keseimbangan asam basa,
elektrolit Respiratory Status:
ventilation Vital Sign Status
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. gangguan pertukaran pasien teratasi dengan kriteria hasil: Mendemonstrasikan
peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda-tanda distress pernafasan
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
Tanda tanda vital dalam rentang normal
AGD dalam batas normal Status neurologis dalam batas
normal
NIC: Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi Pasang mayo bila perlu Lakukan fisioterapi dada
jika perlu Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara tambahan.
Berikan bronkodilator Berikan pelembab udara Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostals
Monitor suara nafas, seperti dengkur
Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus mental
Observasi sianosis khususnya membrane mukosa
Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang persiapan tindakan dan tujuan penggunaan alat tambahan (O2, Suction, Inhalasi)
Auskultasi bunyi jantung, jumlah, iramadan denyut jantung.
19
Page 18
Penurunan curah jantungb.d gangguan irama jantung,stroke volume, pre load danafterload, kontraktilitasjantung.
NOC: Cardiac Pump effectiveness Circulation Status Vital Sign Status Tissue perfusion: perifer
Setelah dilakukan asuhan selama ……… penurunankardiak output klien teratasi dengan criteria hasil: Tanda Vital dalam rentang
normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi)
Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
Tidak ada penurunan kesadaran
AGD dalam batas normal Tidak ada distensi vena leher Warna kulit normal
NIC: Evaluasi adanya nyeri dada Catat adanya disritmia
jantung Catat adanya tanda dan
gejala penurunan cardiac out put
Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
Monitor balance cairan Monitor respon pasien
terhadap efek pengobatan antiaritmia
Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
Monitor toleransi aktivitas pasien
Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
Anjurkan untuk menurunkan stress
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
Monitor jumlah, bunyi dan irama jantung
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari
20
Page 19
Perfusi Jaringan Kardio Pulmonal tidak efektif b.d gangguan transport O2
NOC: Cardiac pump Effectiveness Circulation status Tissue Prefusion: cardiac,
peripheral Vital Sign Status
Setelah dilakukan asuhan selama ……… ketidakefektifan perfusi jaringan kardiopulmonal teratasi dengan criteria hasil:
Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan
CVP dalam batas normal Nadi perifer kuat dan
simetris Tidak ada oedem perifer dan
asites Denyut jantung, AGD, ejeksi
fraksi dalam batas normal Bunyi jantung abnormal
perubahan vital sign Jelaskan pada pasien tujuan
dari pemberian oksigen Sediakan informasi untuk
mengurangi stress Kelola pemberian obat anti
aritmia, inotropik, nitrogliserin dan vasodilator untuk mempertahankan kontraktilitas jantung
Kelola pemberian antikoagulan untuk mencegah trombus perifer
Minimalkan stress lingkungan
NIC: Monitor nyeri dada (durasi,
intensitas dan faktor-faktor presipitasi)
Observasi perubahan ECG Auskultasi suara jantung
dan paru Monitor irama dan jumlah
denyut jantung Monitor angka PT, PTT
dan AT Monitor elektrolit
(potassium dan magnesium)
Monitor status cairan Evaluasi oedem perifer dan
denyut nadi Monitor peningkatan
kelelahan dan kecemasan Instruksikan pada pasien
untuk tidak mengejan selama BAB
Jelaskan pembatasan intake kafein, sodium, kolesterol dan lemak
Kelola pemberian obat-obat analgesik, anti koagulan, nitrogliserin, vasodilator dan diuretik.
Tingkatkan istirahat (batasi pengunjung, kontrol
21
Page 20
tidak ada Nyeri dada tidak ada Kelelahan yang ekstrim tidak
ada Tidak ada
ortostatikhipertensi
stimulasi lingkungan)
22
(Herdman, T. Heather. 2012. Nanda Internasional Diagnosis
Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.)
Page 24
Perfusi jaringankardiopulmonal tidakefektif b/d gangguan afinitasHb oksigen, penurunankonsentrasi Hb, Hipervolemia,Hipoventilasi, gangguantransport O2, gangguan aliranarteri dan venaDS:- Nyeri dada- Sesak nafasDO- AGD abnormal- Aritmia- Bronko spasme- Kapilare refill > 3 dtk- Retraksi dada- Penggunaan otot-otottambahan
26