30 BAB II ASPEK HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM PENGGUNAAN VISUALISASI PRODUK SUSU KENTAL MANIS OLEH PELAKU USAHA DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG – UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Tinjauan Pustaka mengenai Perlindungan Konsumen 1. Tinjauan mengenai Perlindungan Konsumen Perlindungan hukum adalah perlindungan akan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari keseawenangan atau sebagai kumpulan peraturan atau kaidah yang akan dapat melindungi suatu hal dari hal lainnya. Berkaitan dengan konsumen, berarti hukum memberikan perlindungan terhadap hak-hak pelanggan dari sesuatu yang mengakibatkan tidak terpenuhinya hak- hak tersebut. 23 Menurut Setiono, perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia. 24 23 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm. 22 24 Ibid, hlm. 44
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
30
BAB II
ASPEK HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM
PENGGUNAAN VISUALISASI PRODUK SUSU KENTAL MANIS OLEH
PELAKU USAHA DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG – UNDANG
NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
A. Tinjauan Pustaka mengenai Perlindungan Konsumen
1. Tinjauan mengenai Perlindungan Konsumen
Perlindungan hukum adalah perlindungan akan harkat dan
martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang
dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari
keseawenangan atau sebagai kumpulan peraturan atau kaidah yang
akan dapat melindungi suatu hal dari hal lainnya. Berkaitan dengan
konsumen, berarti hukum memberikan perlindungan terhadap hak-hak
pelanggan dari sesuatu yang mengakibatkan tidak terpenuhinya hak-
hak tersebut.23
Menurut Setiono, perlindungan hukum adalah tindakan atau
upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang
oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk
mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan
manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia.24
23 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, PT. RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 2005, hlm. 22 24 Ibid, hlm. 44
31
Pengertian perlindungan menurut ketentuan Pasal 1 butir 6
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi
dan Korban menentukan bahwa perlindungan adalah segala upaya
pemenuhan hak dan pemberian bantuan untuk memberikan rasa aman
kepada Saksi dan/atau Korban yang wajib dilaksanakan oleh LPSK
atau lembaga lainnya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini.
Keadilan dibentuk oleh pemikiran yang benar, dilakukan
secara adil dan jujur serta bertanggung jawab atas tindakan yang
dilakukan. Rasa keadilan dan hukum harus ditegakkan berdasarkan
Hukum Positif untuk menegakkan keadilan dalam hukum sesuai
dengan realitas masyarakat yang menghendaki tercapainya masyarakat
yang aman dan damai. Keadilan harus dibangun sesuai dengan cita
hukum (Rechtidee) dalam negara hukum (Rechtsstaat), bukan negara
kekuasaan (Machtsstaat). Hukum berfungsi sebagai perlindungan
kepentingan manusia, penegakkan hukum harus memperhatikan 4
unsur :
a. Kepastian Hukum (Rechtstaat)
b. Kemanfaatn Hukum (Zeweckmassigkeit)
c. Keadilan Hukum (Gerechtigkei)
d. Jaminan hukum (Doelmatigkeit).25
Hukum berfungsi sebagai pelindungan kepentingan manusia,
agar kepentingan manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan
25 Ishaq, Dasar-dasar Ilmu Hukum, Jakarta, Sinar Grafika, 2009 hlm. 43
32
secara profesional. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung normal,
damai, dan tertib. Hukum yang telah dilanggar harus ditegakkan
melalui penegakkan hukum. Penegakkan hukum menghendaki
kepastian hukum, kepastian hukum merupakan perlindungan
yustisiable terhadap tindakan sewenang-wenang. Masyarakat
mengharapkan adanya kepastian hukum karena dengan adanya
kepastian hukum masyarakat akan tertib, aman dan damai. Masyarakat
mengharapkan manfaat dalam pelaksanaan penegakkan hukum.
Hukum adalah untuk manusia maka pelaksanaan hukum harus
memberi manfaat, kegunaan bagi masyarakat jangan sampai hukum
dilaksanakan menimbulkan keresahan di dalam masyarakat.
Masyarakat yang mendapatkan perlakuan yang baik dan benar akan
mewujudkan keadaan yang tata tentrem raharja. Hukum dapat
melindungi hak dan kewajiban setiap individu dalam kenyataan yang
senyatanya, dengan perlindungan hukum yang kokoh akan terwujud
tujuan hukum secara umum: ketertiban, keamanan, ketentraman,
kesejahteraan, kedamaian, kebenaran, dan keadilan.
Aturan hukum baik berupa undang-undang maupun hukum
tidak tertulis, dengan demikian, berisi aturan-aturan yang bersifat
umum yang menjadi pedoman bagi individu bertingkah laku dalam
hidup bermasyarakat, baik dalam hubungan dengan sesama maupun
dalam hubungannya dengan masyarakat. Dengan demikian, kepastian
hukum mengandung dua pengertian, yaitu pertama, adanya aturan
33
yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa
yang boleh atau tidak boleh dilakukan dan dua, berupa keamanan
hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan
adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa
saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap
individu. Kepastian hukum bukan hanya berupa pasal dalam undang-
undang, melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan hakim
antara putusan hakim yang satu dengan putusan hakim yang lainnya
untuk kasus serupa yang telah diputuskan.26
Peran pemerintah dan pengadilan dalam menjaga kepastian
hukum sangat penting. Pemerintah tidak boleh menerbitkan aturan
pelaksanaan yang tidak diatur oleh undang-undang atau bertentangan
dengan undang-undang. Apabila hal itu terjadi, pengadilan harus
menyatakan bahwa peraturan demikian batal demi hukum, artinya
dianggap tidak pernah ada sehingga akibat yang terjadi karena adanya
peraturan itu harus dipulihkan seperti sediakala.27
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa
perlindungan hukum adalah segala bentuk upaya pengayoman
terhadap harkat dan martabat manusia serta pengakuan terhadahak
asasi manusia di bidang hukum. Prinsip perlindungan hukum bagi
rakyat Indonesia bersumber pada Pancasila dan konsep Negara
26 Peter Mahmud Marzuki. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta. Kencana. 2008. hlm. 157-
158 27 “Beberapa Teori Perlindungan Hak-Hak Konsumen Dalam E-Commerce” at
http://ejournal.uajy.ac.id/319/4/2MIH01712.pdf, diunduh 2 Januari 2019.
34
Hukum, kedua sumber tersebut mengutamakan pengakuan serta
penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia. Sarana
perlindungan hukum ada dua bentuk, yaitu sarana perlindungan
hukum preventif dan represif.
Menurut Sri Handayani konsumen (sebagai alih bahasa dari
consumen), secara harfiah berarti" seseorang yang membeli barang
atau menggunakan jasa'' atau ''seseorang atau sesuatu perusahaan yang
membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu'' juga
''sesuatu atau seseorang yang menggunakan suatu persediakan atau
sejumlah barang", ada pula yang memberikan arti lain yaitu konsumen
adalah ''setiap orang yang menggunakan barang atau jasa dalam
berbagai perundang-undangan negara”.
Sejalan dengan Sri Handayani, Az. Nasution juga menjelaskan
beberapa batasan tentang konsumen, yakni :
a. Konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang atau
jasa digunakan untuk tujuan tertentu;
b. Konsumen antara adalah setiap orang yang mendapatkan
barang dan/jasa untuk digunakan dengan tujuan membuat
barang/jasa lain atau untuk diperdagangkan (tujuan komersial);
c. Konsumen akhir adalah setiap orang alami yang mendapat dan
menggunakan barang dan/atau jasa untuk tujuan memenuhi
35
kebutuhan hidupnya pribadi, keluarga dan atau rumah tangga
dan tidak untuk diperdagangkan kembali (nonkomersial).28
Sedangkan dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang
Perlindungan Konsumen (UUPK) pengertian konsumen adalah “setiap
orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat,
baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun
makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”.
Hukum Perlindungan Konsumen menurut Az. Nasution adalah
hukum konsumen yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah yang
bersifat mengatur, dan juga mengandung sifat yang melindungi
kepentingan konsumen. Adapun hukum konsumen diartikan sebagai
keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur
hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan
dengan barang dan/atau jasa konsumen di dalam pergaulan hidup.29
Hukum perlindungan konsumen timbul karena adanya posisi
konsumen yang sangat lemah, sehingga perlu mendapat perlindungan
hukum. Salah satu sifat, sekaligus tujuan hukum ini adalah
memberikan perlindungan dan pengayoman kepada masyarakat.
Hukum perlindungan merupakan bagian dari hukum konsumen yang
memuat asas-asas dan kaidah-kadiah, dan bersifat mengatur dan juga
mengandung sifat melindungi konsumen.
28 Erman Rajagukguk, Hukum Perlindungan Konsumen, Mandar Maju, Bandung, 2000
,hlm. 7.
29 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen, Grasindo, Jakarta, 2000, hlm. 9
36
Hukum perlindungan konsumen tidak dapat berdiri sendiri
sebagai suatu sistem, tetapi harus terintegrasi ke dalam sistem
perekonomian, yang didalamnya terlibat para pelaku usaha. Dalam
sistem perekenomian yang makin kompleks, akan berdampak pada
perubahan konstruksi hukum dalam hubungan antara produsen dan
konsumen.
Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen adalah segala
upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi
perlindungan kepada konsumen.30
Mengingat lemahnya kedudukan konsumen pada umumnya
dibandingkan dengan kedudukan produsen yang relatif lebih kuat
dalam banyak hal misalnya dari segi ekonomi maupun pengetahuan,
mengingat produsen lah yang memproduksi barang, sedangkan
konsumen hanya membeli produk yang telah tersedia dipasaran.
Perlindungan terhadap konsumen sangatlah penting, mengingat
makin lajunya ilmu pengetahuan dan tekonologi yang merupakan
motor penggerak bagi produktifitas dan efisiensi produsen atas barang
dan/atau jasa yang dihasilkannya dalam rangka mencapai sasaran
usaha. Dalam rangka mengejar dan mencapai kedua hal tersebut, baik
30 Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,
2013, hlm. 21.
37
langsung atau tidak langsung maka konsumenlah yang pada umumnya
merasakan dampaknya.31
2. Landasan Hukum Perlindungan Konsumen
Setiap undang-undang yang dibuat, biasanya dikenal sejumlah
asas atau prinsip yang mendasari ditertibkannya undang-undang itu.
Asas-asas hukum merupakan fondasi suatu undang-undang dan
peraturan-peraturan pelaksanaannya. Bila asas-asas dikesampingkan,
maka runtuhlahbangunan undang-undang itu dan segenap peraturan
pelaksanaannya. Demikian pula upaya perlindungan konsumen di
Tanah Air didasarkan pada sejumlah asas dan tujuan yang telah
diyakini bisa memberikan arahan dalam implementasinya di tingkatan
praktis. Dengan adanya asas dan tujuan yang jelas, hukum
perlindungan konsumen memliki dasar pijakan yang benar-benar
kuat32.
Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Perlindungan
Konsumen, sebagaimana dijelaskan dalam undang-undang tersebut,
perlindungan konsumen diselenggarakan sebagai usaha bersama
berdasarkan 5 (lima) asas yang relevan dalam pembangunan nasional,
yaitu: 33
31 Husni Syawali dan Neni Sri Imaniyati, Hukum Perlindungan Konsumen, Mandar
Maju, Bandung, 2000 hlm. 23. 32 Ibid hlm 30 33 Mariam Darus Badrulzaman, Aspek-aspek Hukum Perlindungan Konsumen, Binacipta,
Bandung, 1986, hlm. 56
38
a. Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa
segala upaya dalam menyelenggarakan perlindungan
konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya
bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara
keseluruhan.
b. Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat
dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan
kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk
memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya
secara adil.
c. Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan
keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha,
dan pemerintah dalam arti materiil dan spiritual.
d. Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan
untuk diberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan
kepada konsumen dalam penggunaan, dan pemanfaatan
barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.
e. Asas kepastian hukum dimaksudkan agar pelaku usaha
maupun konsumen menaati hukum dan memperoleh
keadilan dalam menyelenggarakan perlindungan konsumen,
serta negara menjamin kepastian hukum.
Berdasarkan kelima asas perlindungan konsumen tersebut
dapat dikatakan bahwa tampaknya Pembentukan Undang-Undang
39
menyadari bahwa perlindungan konsumen ibarat sekeping uang logam
yang memiliki dua sisi yang berbeda, satu sisi merupakan sisi
konsumen, sedangkan sisi yang lainnya pelaku usaha dan tidak
mungkin hanya menggunakan satu sisi tanpa menggunakan kedua
sisinya sekaligus.34
Masing-masing undang-undang memiliki tujuan khusus.
Adapun tujuan perlindungan konsumen diatur dalam Pasal 3 Undang-
Undang Perlindungan Konsumen, meliputi:
a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian
konsumen untuk melindungi diri;
b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarinya dari ekses negatif pemakaian barang
dan/atau jasa;
c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih,
menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai
konsumen;
d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang
mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan
informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;
e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai
pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh
sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha;
34 Ibid, hlm. 58
40
f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa, kesehatan,
kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.
Pasal 3 Undang-Undang Perlindungan Konsumen ini,
merupakan isi pembangunan nasional sebagaimana disebutkan dalam
Pasal 2 sebelumnya, karena tujuan perlindungan konsumen yang ada
itu merupakan sasaran akhir yang harus dicapai dalam pelaksanaan
pembangunan dibidang hukum perlindungan konsumen.35
3. Hak dan Kewajiban Konsumen
Hak adalah kepentingan hukum yang dilindungi oleh hukum.
kepentingan sendiri berarti tuntutan yang diharapkan untuk dipenuhi,
sehingga dapat dikatan bahwa hak adalah suatu tuntutan yang
pemenuhannya dilindungi oleh hukum.36
Pada dasarya hak didasari oleh tiga hal yaitu:
a. Hak manusia karena kodratnya;
Yaitu hak yang kita peroleh sejak lahir. Seperti hak untuk
hidup dan hak untuk bernafas. Hak ini tidak boleh diganggu
gugat oleh negara, dan bahkan negara wajib menjamin
pemenuhannya. Hak inilah yang disebut hak asasi.
b. Hak yang lahir dari hukum;
35 Ibid, hlm. 59 36 Sidabalok Janus, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2006, hlm.68
41
Yaitu hak-hak yang diberikan oleh hukum negara kepada
manusia dalam kedudukannya sebagai warga negara/warga
masyarakat.
c. Hak yang lahir dari hubungan hukum antara seseorang dan
orang lain melalui sebuah kontrak/perjanjian.
Yaitu hak yang didasarkan pada perjanjian/ kontrak antara
orang yang satu dengan yang lain. Contohnya peristiwa jual
beli. Hak pembeli adalah menerima barang, sedangkan hak
penjual adalah menerima uang.37
Dengan demikian, hak-hak konsumen itu terdiri dari:
1) Hak konsumen sebagai manusia (yang perlu hidup);
2) Hak konsumen sebagai subyek hukum dan warga negara
(yang bersumber dari undang-undang atau hukum); dan
3) Hak konsumen sebagai pihak-pihak dalam kontrak (dalam
hubungan kontrak dengan konsumen-pelaku usaha).38
Menurut Pasal 4 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, hak konsumen adalah:
a. Hak atas kenyaman, keamanan dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/ atau jasa;
b. Hak untuk memilih dan mendapatkan barang dan/ atau jasa
sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang