BAB II LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT A. DEFINISI Leukemia adalah keganasan organ pembuat darah, sehingga sumsum tulang didominasi oleh limfoblas yang abnormal. Leukemia limfoblastik akut adalah keganasan yang sering ditemukan pada masa anak-anak (25-30% dari seluruh keganasan pada anak), anak laki lebih sering ditemukan dari pada anak perempuan, dan terbanyak pada anak usia 3-4 tahun. Faktor risiko terjadi leukimia adalah faktor kelainan kromosom, bahan kimia, radiasi faktor hormonal,infeksi virus (Ribera, 2009). Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002 : 248 ). Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain. (Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495).
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT
A. DEFINISI
Leukemia adalah keganasan organ pembuat darah, sehingga sumsum
tulang didominasi oleh limfoblas yang abnormal. Leukemia limfoblastik akut
adalah keganasan yang sering ditemukan pada masa anak-anak (25-30% dari
seluruh keganasan pada anak), anak laki lebih sering ditemukan dari pada anak
perempuan, dan terbanyak pada anak usia 3-4 tahun. Faktor risiko terjadi
leukimia adalah faktor kelainan kromosom, bahan kimia, radiasi faktor
hormonal,infeksi virus (Ribera, 2009).
Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih
dalam sum-sum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal
(Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002 : 248 ).
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa
proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya
kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya
infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain. (Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495).
B. KLASIFIKASI
1. Leukemia secara umum
Secara sederhana leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan
maturasi sel dan tipe sel asal yaitu :
a. Leukemia Akut
Leukemia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang
berakibat terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah
abnormal (blastosit) yang disertai dengan penyebaran ke organ-organ
lain. Leukemia akut memiliki perjalanan klinis yang cepat, tanpa
pengobatan penderita akan meninggal rata-rata dalam 4-6 bulan.
1) Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA merupakan jenis leukemia dengan karakteristik adanya
proliferasi dan akumulasi sel-sel patologis dari sistem limfopoetik
yang mengakibatkan organomegali (pembesaran alat-alat dalam) dan
kegagalan organ.
LLA lebih sering ditemukan pada anak-anak (82%) daripada umur
dewasa (18%). Insiden LLA akan mencapai puncaknya pada umur 3-7
tahun. Tanpa pengobatan sebagian anak-anak akan hidup 2-3 bulan
setelah terdiagnosis terutama diakibatkan oleh kegagalan dari sumsum
tulang. (gambar 1. hapusan sumsum tulang dengan pewarnaan giemsa
perbesaran 1000x).
Gambar 1. Leukemia Limfositik Akut
2) Leukemia Mielositik Akut (LMA)
LMA merupakan leukemia yang mengenai sel stem hematopoetik
yang akan berdiferensiasi ke semua sel mieloid. LMA merupakan
leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi. LMA atau
Leukemia Nonlimfositik Akut (LNLA) lebih sering ditemukan pada
orang dewasa (85%) dibandingkan anak-anak (15%). Permulaannya
mendadak dan progresif dalam masa 1 sampai 3 bulan dengan durasi
gejala yang singkat. Jika tidak diobati, LNLA fatal dalam 3 sampai 6
bulan. (gambar 2. hapusan sumsum tulang dengan pewarnaan giemsa
menurunnya system pertahanan tubuh.Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, anak tidak akan mengalami gejala gejala infeksiKriteria Hasil:a. Bebas dari
gejala dan tanda-tanda infeksi.
b. Jumlah leukkosit dalam batas normal.
1. Tempatkan pada ruang isolasi khusus dan batasi pengunjung.
2. Lakukan protap pencucian tangan bagi setiap orang yang kontak dengan klien
3. Monitor vital sign
4. Jaga integritas kulit, luka yang terbuka dan kebersihan kulit dengan pembersih antibakteri.
5. Periksa mukosa mulut dan lakukan oral hygiene.
1. Untuk menjaga klien dari agent patogen yang dapat menyebabkan infeksi.
2. Mencegah infeksi silang
3. Progresive hipertermia sebagai pertanda infeksi atau demam sebagai efek dari pemakaian kemotherapi maupun tranfusi
4. Untuk mencegah infeksi local. (Luka biasanya tidak bernanah akibat rendahnya kadar granulosit).
5. Jaringan mukosa mulut merupakan medium bagi
2. Risiko injury:
perdarahan b.d
gangguan
pembekuan darah
Tujuan: Setelah
dilakukan tindakan
keperawatan 3x24
jam, tidak terjadi
perdarahan pada
6. Jaga kebersihan kebersihan anus dan genital.
7. Berikan asupan makanan yang adekuat yang mengandung cairan serta protein tinggi.
8. Lakukan tindakan kolaborasi:a. Blood test count : WBC dan
Neutrofil.
b. Lakukan kulture
c. Pemberian antibiotik sesuai order.
d. Review serial X-Ray
1. Lakukan tindakan yang lembut
untuk mencegah perlukaan seperti
menggunakan sikat gigi yang
lembut, kapas swab, lakukan tepid
sponge, gunakan alat cukur
elektrik.
perkembangan bakteri.
6. Untuk mencegah terjadinya infeksi anal maupun genital.
7. Untuk konservasi energi bagi perkembangan sel-sel klien dan mempertahankan daya tahan tubuh klien.
a. Penurunan WBC merupakan kesimpulan dari proses penyakit dan efek samping dari pengobatan kemoterapi.
b. Untuk mengetahui sensitivitas kuman.
c. Untuk mencegah infeksi
d. Indikator dari perkembangan kondisi klien.
1. Penekanan bone narrow
dan produksi platelet
yang rendah beresiko
menimbulkan
perdarahan yang tak
terkontrol.
Jaringan yang lemah, dan
mekanisme pembekuan
yang abnormal sering
anak.
Kriteria hasil:
a. Tidak ada
hematuria dan
hematemesis.
b. Tekanan darah
anak dalam
batas normal
sistol dan
diastole (80-
100/60 mmHg)
c. Hemoglobin
dan hematokrit
anak dalam
batas normal.
(Hb: 10-16
gr/dL; Ht: 33-
38%)
d. Anak bebas
dari
agen/penyebab
luka.
3. Gangguan rasa nyaman/nyeri b.d infiltrasi leukosit jaringan sistemik.Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, gangguan rasa
2. Laporkan setiap tanda-tanda terjadi
perdarahan (tekanan darah
menurun, denyut nadi cepat, pucat,
diaphoresis, meningkatnya
kecemasan)
3. Evaluasi kulit dan membrane
mukosa setiap hari
4. Kolaborasi:
a. Lakukan pemasangan IV
line/injeksi dengan jarum yang
kecil.
b. Monitor laboratorium Platelet,
Hb/Ct, cloting.
1. Kaji keluhan nyeri dengan skala
nyeri (0 – 10)
2. Monitor vital sign dan kaji ekpresi
nonverbal.
menjadi penyebab
perdarahan tak
terkontrol.
2. Perubahan TTV mungkin
merupakan indikasi
adanya perdarahan.
3. Kulit dan mulut rawan
terjadi perdarahan
sehingga perlu dimonitor
4. Kolaborasi
c. Mengurangi resiko
timbulnya luka yang
besar.
d. Jika platelet count <
20000/mm. Penurunan
Hb/Hct dapat
menimbulkan
perdarahan.
1. Untuk mempermudah
intervensi dan observasi
terhadap nyeri.
2. Mengetahui efektivitas
nyaman/nyeri anak hilang.Kriteria hasil:a. skala nyeri
berkurang/tidak ada.
b. Tanda-tanda vital anak dalam batas normal.
c. Anak dapat tidur sesuai kebutuhan tidurnya.
d. Anak tidak rewel/stress.
3. Jaga lingkungan agar tetap tenang
4. Kurangi stimulasi yang
meningkatkan stress.
5. Letakkan pada posisi nyaman
6. Lakukan perubahan posisi secara
periodic
7. Kolaborasi:
a. Cek Kadar asam urat
b. Pemberian analgetik
8. Kaji kelemahan tubuh klien dan ajak anak berpartisipasi untuk bermain.
9. Berikan kesempatan istirahat dan tidur yang cukup
10. Berikan makanan selingan yang
tindakan terhadap nyeri.
3. Meningkatkan
kesempatan istirahat dan
memperbaiki koping
mekanisme.
4. Mengurangi resiko
timbulnya stress
5. Mencegah rasa tidak
nyaman pada persendian
6. Meningkatkan sirkulasi jaringan dan mobilitas sendi.
7. Kolaborasia. Mengkaji efek dari
leukemia terutama pada fase pengobatan, sehingga perlu dianalisa perlu tidaknya bantuan.
b. Mengurangi nyeri.
8. Untuk mengetahui kemampuan kontrol klien terhadap nyeri
9. Mengurangi rasa cemas
4. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d
proliferative
gastrointestinal dan
efek toksik
kemoterapi.
Tujuan: Setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama
3x24 jam, tidak
terjadi
ketidakseimbangan
nutrisi pada anak.
Kriteria hasil:
a. Anak
menghabiskan
porsi makan
yang diberikan.
b. Tidak ada tanda-
tanda
malnutrisi(BB
normal,
konjunctiva
tidak anemis)
5. Hambatan
mobilitas fisik b.d
keterbatasan
cukup selama kemotherapi
1. Menginstruksikan pada anak untuk
tetap rileks pada saat makan
2. Ijinkan anak untuk memakan
makanan yang dapat ditoleransi
anak, rencanakan untuk
memperbaiki kualitas gizi pada
saat selera makan
3. Berikan makanan yang disertai
dengan suplemen nutrisi untuk
meningkatkan kualitas intake
nutrisi
4. Ijinkan anak untuk terlibat dalam
persiapan dan pemilihan makanan
1. Monitoring TTV
10. Memberi energy dan mengalihkan focus klien selama proses kemotherapi.
1. Untuk mengoptimalkan
agar anak mau makan.
2. Untuk membuat anak
berselera makan, sesuai
dengan kebutuhan gizi
nya.
3. Memberi tambahan
nutrisi bagi anak.
4. Supaya anak lebih tertarik
untuk mnghabiskan
makanan yang diberikan.
1. Mengetahui perubahan
tanda vital
rentang pergerakan
sendi.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam,
terjadi
peningkatan
toleransi aktivitas
pada anak.
Kriteria hasil:
a. Anak bisa
berpatisipasi
aktif dalam
melakukan
aktivitas fisik
sesuai dengan
umurnya.
b. Tanda-tanda
vital (Tensi,
nadi, suhu)
dalma batas
normal.
2. Kaji kemampuan pasien dalam
mobilisasi
3. Latih pasien dalam pemenuhan
kebutuhan ADL secara mandiri
sesuai kemampuan.
2. Pasien tidak melakukan
aktivitas yang berlebihan
3. Pasien tidak melakukan
ADL dengan bantuan
orang.
4. Evaluasi
a. Anak tidak akan mengalami gejala gejala infeksi
b. Tidak terjadi perdarahan pada anak.
c. Gangguan rasa nyaman/nyeri anak hilang.
d. Tidak terjadi ketidakseimbangan nutrisi pada anak.
e. Terjadi peningkatan toleransi aktivitas pada anak.
5. Discharge Planning
a. Kenali gejala yang ditimbulkan penyakit.
b. Dorong sering mengubah posisi, napas dalam dan batuk.
c. Inspeksi kulit, nyeri tekan, area eritematosus, luka terbuka. Bersihkan
kulit dengan larutan antibakterial.
d. Tingkatkan kebersihan perianal.
e. Istirahat yang cukup dan makan makanan tinggi protein (NANDA,