Top Banner
II-1 BAB II PEMBAHASAN II.1. Lithologi Dan Stratigrafi Dearah Pengamatan merupakan wilayah Baturaja, Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan. Secara umum daerah pengamatan memiliki luasan + 87400350 m 2 terletak pada koordinat 4 0 03’06,56” LS – 4 o 17’18,97” LS dan 104 o 01’28,81” BT- 104 o 19’26,98” BT.
16

BAB II

Jan 20, 2016

Download

Documents

Pradhana Arli
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II

II-1

BAB II

PEMBAHASAN

II.1. Lithologi Dan Stratigrafi

Dearah Pengamatan merupakan wilayah Baturaja, Ogan Komering Ulu,

Sumatera Selatan. Secara umum daerah pengamatan memiliki luasan +

87400350 m2 terletak pada koordinat 4003’06,56” LS – 4o17’18,97” LS dan

104o01’28,81” BT- 104o19’26,98” BT.

GAMBAR 2.1

PETA INDEKS DAERAH PENGAMATAN

Page 2: BAB II

II-2

Pengamatan dilakukan dengan membandingkan kenampakan pada google

earth, data DEM dan Peta Geologi daerah pengamatan (melalui media software

berupa Global Mapper, dan Google Earth) untuk mendapatkan informasi

berupa lithologi/stratigrafi, struktur geologi, dan geomorfologi daerah tersebut.

GAMBAR 2.2

PETA GEOLOGI DAERAH PENGAMATAN

A. Lithologi Dan Stratigrafi :

Lithologi Dan stratigrafi dapat diketahui melalui kenampakan pada

peta geologi (gambar1). Pengamatan dilakukan terhadap formasi yang

terekam pada peta geologi daerah pengamatan.

Daerah pengamatan terdiri atas formasi batuan sebagai berikut :

Formasi Kikim terdiri dari breksi gunung api, tuf padu, tuf,

lava, batu pasir dan batu lempung.

Page 3: BAB II

II-3

Formasi Talang Akar terdiri dari batu pasir kuarsa mengandung

kayu terkersikkan, batu pasir konglomeratan dan batu lanau

mengandung moluska.

Formasi Batu Raja terdiri dari batu gamping terumbu,

kalkarenit dengan sisipan serpih gampingan dan napal.

Formasi Gumai terdiri dari serpih gampingan, napal,batu

lempung dengan sisipan batu pasir tufan dan batu pasir

gamping.

Formasi Air Benakat terdiri dari batu lempung dengan sisipan

batu lempung tufan napal, batu pasir dan serpih.

Formasi Muara Enim terdiri atas batu lempung, batu lanau,

batu pasir, tufan dengan sisipan batubara.

Formasi Kasai terdiri atas konglomerat dan batu pasir kuarsa,

batu lempung tufan mengandung kayu terkesikan dengan

sisipan tuf batu apung dan lignit.

1. Umur Batuan :

a. Formasi Kikim : Formasi Batuan volkanik Berumur paleosen

hingga oligosen.

b. Formasi Talang akar : Formasi batuan sedimen berumur oligosen

hingga miosen awal.

c. Formasi Baturaja : Formasi batuan sedimen Berumur miosen

awal.

d. Formasi Gumai : Formasi batuan sedimen berumur miosen awal

hingga miosen tengah .

e. Formasi Air Benakat : Formasi batuan sedimen berumur miosen

tengah hingga miosen akhir.

f. Formasi Muara Enim : Formasi batuan sedimen berumur miosen akhir

hingga pliosen.

Page 4: BAB II

II-4

g. Formasi Kasai : Formasi batuan sedimen berumur Pliosen

hingga plestosen.

2. Lingkungan Pengendapan :

a. Formasi Talang Akar: Formasi yang lingkungan pengendapannya pada

batuan sedimen zone palembang yang

keterdapatan pengendapannya menyisip di

antara formasi baturaja, gumai dan moluska.

b. Formasi Batu Raja: Formasi baturaja merupakan formasi yang

lingkungan pengendapannya pada batuan

sedimen zone palembang dan formasi ini

menempel pada formasi gumai dan juga

penyebarannya ada di mana mana, tetapi dalam

sekala kecil dan dimana ada formasi gumai

maka akan ditemiukan formasi Batu Raja.

c. Formasi Gumai : Pada formasi gumai lingkungan pengendapannya

sam seperti formasi kasai, muara enim, air

benakat, yaitu lingkungan pengendapan batuan

sedimen zone palembang, Penyebaran

lingkungan pengendapannya bertumpuk dalam

sekala besar tidak begitu terpisah pisah.

d. FormasiAirBenakat: Lingkungan pengendapan formasi Air Benakat

sama seperti formasi kasai dan muara enim

yaitu sama sama pada lingkungan batuan

sedimen zone palembang, akantetapi pada

formasi air benakat ini tidak begitu dominan

lingkungan pengendapan batuan sedimen zone

palembang, masih lebih dominan formasi kasai

Page 5: BAB II

II-5

dan juga pada .air benakat ini penyebarannya

tidak begitu merata.

e. Formasi Muara Enim:Lingkungan pengendapannya sama seperti

formasi Kasi yaitu pada lingkungan batuan

sedimen pada zone palembang, tetapi pada

pengamatan lingkungan pengendapan formasi

muara enim tidak begitu dominan dan

keterdapatannya ini menyebar secara tidak

merata. Lebih dominan pada formasi kasai.

f. Formasi Kasai : Lingkungan pengendapannya pada batuan sedimen

(zone Palembang), pada wilayah pengamatan

pengendapan pada lingkungan sedimen ini

khusunya zone palembang sangat di dominasi.

3. Sejarah

Pada awalnya daerah batu raja merupakan laut, kemudian karena

terpengaruh oleh pergerakan tektonik lempeng dalam kurun waktu

geologi keluar permukaan tertentu mengakibatkan laut dangkal ini

terekspose keluar menjadi permukaan yang baru, sedangkan pada bagian

sumatra yang lain terbentang bukit barisan barisan hingga baturaja. Hal

ini dimungkinkan karena tatanan geologi sumatera selatan yang terletak

pada pertemuan lempeng tektonik. Sebagai indikasi nya adalah

keterdapatan batu gamping yang dapat mencapai ketebalan 85 meter pada

wilayah tertentu, dimana batu gamping hanya dapat terbentuk pada

daerah lautan yang mengalami karst.

Karst adalah sebuah bentukan di permukaan bumi yang pada

umumnya dicirikan dengan adanya depresi tertutup (close depression),

drainase permukaan, dan gua. Daerah ini terbentuk terutama oleh

pelarutan batuan, kebanyakan batu gamping.

Page 6: BAB II

II-6

II.2. Struktur Geologi

Struktur geologi yang mendominasi daerah ini adalah lipatan berupa

sinkline dan antiklin diamati melalui peta geologi daerah pengamatan (gambar

2.1).

GAMBAR2.3

KENAMPAKAN KELURUSAN STRUKTUR GEOLOGI (SESAR) DAERAH PENGAMATAN PADA CITRA LANDSAT

Sinkline lebih mendominasi dibanding antikline, sinkline berupa

cekungan yang memperlihatkan batuan pada formasi baturaja yang didominasi

oleh batu gamping terumbu, kalkarenit dengan sisipan serpih gampingan dan

napal, merupakan formasi batuan sedimen berumur miosen awal hingga miosen

tengah.

Melaui citra landsat dapat di interpretasikan kelurusan struktur geologi

berupa beberapa sesar yang berarah dari tenggara (SE) menuju timur laut (NW)

Page 7: BAB II

II-7

seperti pada gambar 2.1 diatas. Daerah ini memiliki kecenderungan tanah yang

tidak stabil, sehingga dimungkinkan terjadinya longsor pada daerah tersebut.

Pada struktur geologi berupa antikline terindikasi adanya perlipatan pada

formasi batuan kikim dan baturaja. Dari penampang melintang (cross section)

(gambar 2.3) daerah penelitian diketahui bahwa perlipatan berupa antiklin pada

formasi batuan kikim (Tpok) juga memperlihatkan intrusi batuan vulkanik yang

terdiri atas breksi gunung api, tuf padu, tuf, lava, batu pasir dan batu lempung

GAMBAR 2.4

CROSS SECTION (PENAMPANG MELINTANG) DAERAH PENGAMATAN

II.3. Morfologi

A. Topografi

Secara umum daerah pengamatan memiliki luasan + 87.400.350 m2

terletak pada koordinat 4003’06,56” LS – 4o17’18,97” LS dan 104o01’28,81”

BT- 104o19’26,98” BT memiliki kontur yang tidak terlalu beragam dengan

ketinggian antara 20m – 180 mdpl seperti yang terlihat pada peta kontur

(gambar b.1 dan gambar b.2). Daerah pengamatan dilihat dari kenampakan

pada google earth merupakan daerah pemukiman penduduk dan perkotaan

dilihat banyaknya fasilitas umum, perumahan, dan tempat perindustrian

(salah satunya PT. Semen Baturaja). Berdasarkan kenampakan peta geologi

dan citra landsat bagian barat dan selatan daerah pengamatan terdiri atas

perbukitan yang bergelombang sedangkan bagian utara dan timur daerah

Page 8: BAB II

II-8

pengamatan lebih di dominasi oleh dataran rendah dengan ketinggian sekitar

20 m – 80 m.

Selain itu dari peta geologi dan citra landsat didapat bahwa daerah

penelitian memiliki kontur tertinggi yaitu 200 m sedangkan kontur

terendahnya adalah 20 m ( beda tingginya 180 m ) dengan kemiringan

lerengnya adalah sekitar 15o – 20o, dan dari data tersebut berdasarkan

klasifikasi lereng menurut Van Zuidam (1983) pada Tabel II.1 maka daerah

penelitian termasuk kedalam satuan relief berbukit bergelombang atau

miring ( beda tinggi 75 – 200 m dan kemiringan lereng 14o – 20o ).

TABEL II.1

KLASIFIKASI RELIEF MENURUT VAN ZUIDAM (1983)

Sumber : Van Zuidam (1983)

Terdapat pengaruh struktur geologi berupa sinkline dan antiklin pada

daerah pengamatan. Sebagian besar daerah pengamatan didominasi dataran

rendah. Terdapat aliran sungai didaerah pengamatan dan sebuah bukit (Bukit

Balau), pada daerah dataran rendah di sepanjang aliran sungai inilah terdapat

perkotaan dan permukiman penduduk

Page 9: BAB II

II-9

B. Sistem Sungai

Dilihat dari pola alirannya berdasarkan klasifikasi yang dibuat oleh

Arthur Davis Howard (1967) sungai pada peta geologi daerah pengamatan

(gambar 2.4) yang mengalir pada daerah pengamatan merupakan pola sungai

dengan jenis dendritik seperti percabangan pohon, percabangan tidak teratur

dengan arah dan sudut yang beragam. Berkembang di batuan yang homogen

dan tidak terkontrol oleh struktur, umunya pada batuan sedimen dengan

perlapisan horisontal, atau pada batuan beku dan batuan kristalin yang

homogen.

GAMBAR 2.5

POLA ALIRAN SUNGAI DAERAH PENGAMATAN MELALUI PETA GEOLOGI

Page 10: BAB II

II-10

TABEL II.2

KLASIFIKASI POLA ALIRAN MENURUT ARTHUR DAVIS HOWARD, 1967

Pola Aliran Pengertian Bentuk

Dendritik

Seperti percabangan pohon, percabangan tidak teratur dengan arah dan sudut yang beragam. Berkembang di batuan yang homogen dan tidak terkontrol oleh struktur, umunya pada batuan sedimen dengan perlapisan horisontal, atau pada batuan beku dan batuan kristalin yang homogen.

Paralel

Anak sungai utama saling sejajar atau hampir sejajar, bermuara pada sungai-sungai utama dengan sudut lancip atau langsung bermuara ke laut. Berkembang di lereng yang terkontrol oleh struktur (lipatan monoklinal, isoklinal, sesar yang saling sejajar dengan spasi yang pendek) atau dekat pantai.

Trellis

Percabangan anak sungai dan sungai utama hampir tegak lurus, sungai-sungai utama sejajar atau hampir sejajar. Berkembang di batuan sedimen terlipat atau terungkit dengan litologi yang berselang-seling antara yang lunak dan resisten.

Rectanguler

Aliran rectangular merupakan pola aliran dari pertemuan antara alirannya membentuk sudut siku-siku atau hampir siku-siku. Pola aliran ini berkembang pada daerah rekahan dan patahan.

Page 11: BAB II

II-11

Radial

Sungai yang mengalir memusat dari berbagai arah. Berkembang di kaldera, karater, atau cekungan tertutup lainnya.

Anular

Sungai utama melingkar dengan anak sungai yang membentuk sudut hampir tegak lurus. Berkembang di dome dengan batuan yang berseling antara lunak dan keras.

Multibasinal

Percabangan sungai tidak bermuara pada sungai utama,melainkan hilang kebawah permukaan. Berkembangan pada topografi karst.

Pinnate

Pola aliran sungai yang mana muara anak sungai membentuk susut lancip dengan sungai induk. Biasa terdapat pada bukit dengan lereng terjal.