BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tentang stabilitas bangunan yang terjadi dan lokasi yang berbeda yang terkait dengan penelitian yang dilakukan, maka dalam hal ini mencoba melakukan penelitian berdasarkan studi pustaka terhadap hasil penelitian yang ada, dan beberapa literatur yang berkaitan dengan topik yang akan dilakukan. Zain (2013), dalam skripsi dengan judul Analisis Pengaruh Bangunan Intake Terhadap Satabilitas Bendung (Studi Kelayakan Bendung PLTMH di Zeelandia). Bendung merupakan salah satu dari komponen bangunan sipil pembangkit listrik tenaga mikrohidro yang berfungsi untuk menaikkan elevasi muka air sungai sehingga dapat dialihkan kedalam intake. Tujuan dari penelitian ini adalah merencanakan bendung yang tepat dan aman terhadap stabilitas bendungnya dengan beberapa kombinasi tipe mercu, tipe intake dan peredam energi pada bendung pembangkit listrik tenaga mikrohidro di Zeelandia, Jember. Setelah itu dilakukan analisis stabilitas bendung dengan cara menganalisis gaya – gaya yang bekerja pada bendung saat kondisi normal dengan Q = 1,5 m 3 /s dan saat kondisi banjir dengan Q = 25,65 m 3 /s. Kemudian 4
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tentang stabilitas
bangunan yang terjadi dan lokasi yang berbeda yang terkait dengan penelitian
yang dilakukan, maka dalam hal ini mencoba melakukan penelitian berdasarkan
studi pustaka terhadap hasil penelitian yang ada, dan beberapa literatur yang
berkaitan dengan topik yang akan dilakukan.
Zain (2013), dalam skripsi dengan judul Analisis Pengaruh Bangunan
Intake Terhadap Satabilitas Bendung (Studi Kelayakan Bendung PLTMH di
Zeelandia). Bendung merupakan salah satu dari komponen bangunan sipil
pembangkit listrik tenaga mikrohidro yang berfungsi untuk menaikkan elevasi
muka air sungai sehingga dapat dialihkan kedalam intake. Tujuan dari penelitian
ini adalah merencanakan bendung yang tepat dan aman terhadap stabilitas
bendungnya dengan beberapa kombinasi tipe mercu, tipe intake dan peredam
energi pada bendung pembangkit listrik tenaga mikrohidro di Zeelandia, Jember.
Setelah itu dilakukan analisis stabilitas bendung dengan cara menganalisis
gaya – gaya yang bekerja pada bendung saat kondisi normal dengan Q = 1,5 m3/s
dan saat kondisi banjir dengan Q = 25,65 m3/s. Kemudian melakukan kontrol
terhadap stabilitas bendung dengan syarat – syarat keamanan terhadap bahaya
guling, bahaya geser dan daya dukung tanah. Berdasarkan perhitungan nilai
Froude didapatkan nilai sebesar 2,008, sehingga dipilih tipe peredam energi bak
tenggelam.
Hasil dari analisis stabilitas pada pemilihan kombinasi tipe mercu, tipe
intake dan peredam energi didapatkan kombinasi tipe mercu ogee dengan intake
samping dan peredam energi bak tenggelam didapatkan nilai terhadap gaya geser
SF = 6,016 > 1,5 dan terhadap gaya guling SF = 1,914 >1,5 pada saat kondisi air
normal dan pada saat kondisi air banjir menunjukkan nilai gaya terhadap guling
SF = 2,345 > 1,25 dan gaya terhadap geser SF = 1,759 > 1,25 serta memenuhi
persyaratan daya dukung tanah dengan σmaks = 5,095 < σijin = 5,179 dan σmin =
2,562 > 0. Perencanaan bendung pembangkit listrik tenaga mikro hidro di
4
Zeelandia menggunakan kombinasi mercu ogee, intake samping dan peredam
energi bak tenggelam, karena aman terhadap stabilitasnya.
Robydiansyah (2012), dalam skripsi telah melakukan penelitian tentang
Kajian Ulang Stabilitas Geser Dan Guling Parafet Di Sungai Grindulu Kabupaten
Pacitan. Banjir adalah sesuatu yang tidak bisa diramalkan masyarakat setempat,
sehingga rasa khawatir selalu terbayang dalam menjalankan aktifitas sehari-hari
mereka. Salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk meminimalkan bahaya
banjir adalah dengan membangun tanggul penahan banjir (parafet) yang dibangun
di bantaran sungai Grindulu. Agar bengunan ini dapat berfungsi dengan baik,
maka stabilitas bangunan harus baik pula. Maka dilakukan analisis stabilitas
parafet terhadap bahaya guling dan geser.
Metode observasi dan metode dokumentasi merupakan metode yang
digunakan dalam penyusunan Proyek Akhir ini. Metode observasi bertujuan untuk
mencari data-data yang diperlukan dengan datang langsung ketempat parefet
dibangun, mengamati aliran sungai, mencocokan gambar kerja dengan keadaan di
lapangan, mengamati proses pembangunan parafet dan mengamati hasil akhir
bangunan. Metode dokumentasi bertujuan untuk mencari data-data yang
diperlukan dalam perhitungan, seperti gambar kerja,data-data tanah dan data
lainya.
Berdasarkan analisis dan perhitungan, maka hasil yang didapat adalah
sebagai berikut : parafet tidak aman terhadap bahaya guling dan geser, karena
angka keamanan kurang dari angka aman yang disyaratkan. Tetapi terdapat dua
penyangga disetiap titik yang dapat menahan penggulingan dan penggeseran yang
diakibatkan banjir.
Sarsin (2012), dalam skripsi telah melakukan penelitian tentang Kontrol
Stabilitas Groundsill Bantar di Kali Progo Kabupaten Bantul. Aliran arus Kali
Progo yang deras dan penambangan pasir di daerah hulu jembatan Bantar sungai
Progo dapat membahayakan beberapa bangunan yang ada di sekitar sungai
tersebut, terutama asset nasional seperti jalan raya dan jembatan. Salah satu
pembangunan yang dilaksanakan adalah pembangunan sebuah groundsill di hilir
Jembatan Bantar. Agar bangunan dapat berfungsi dengan baik maka stabilitas
5
bangunan tersebut juga harus baik. Berdasarkan hal tersebut, penulis mencoba
untuk menganalisis keamanan stabilitas groundsill yang dipasang di hilir
Jembatan Bantar.
Metode yang digunakan dalam penyusunan Proyek Akhir ini adalah dengan
menggunakan metode observasi dan dokumentasi. Metode dokumentasi bertujuan
untuk mencari data-data yang diperlukan dalam perhitungan, seperti gambar kerja,
data tanah, dan data-data lainnya yang diperlukan dalam proses kajian stabilitas
groundsill. Metode observasi dilaksanakan dengan mengamati secara langsung
keadaan aliran yang ada di Kali Progo, mengamati keadaan tebing di sekitar
bangunan groundsill, mencocokan gambar dengan kondisi di lapangan,
mengamati bangunan-bangunan yang dilindungi dengan pembangunan groundsill
tersebut, dan menyaksikan penambangan pasir di hulu jembatan Bantar. Setelah
data yang dibutuhkan terpenuhi, maka analisis dilaksanakan dengan menggunakan
rumus-rumus dalam teori yang ada.
Hasil yang didapatkan berdasarkan analisis yang dilakukan adalah sebagai
berikut: Groundsill Bantar aman terhadap rembesan (piping) karena pada nilai
weight creep ratio hitung lebih besar dari nilai weight creep ratio untuk tanah
jenis pasir halus, dihitung menggunakan Metode Lane. Groundsill Bantar aman
terhadap gaya guling pada saat debit banjir ditinjau dari besarnya nilai Momen
Tahan lebih besar dari Momen Guling dan lebih ari batas minimum angka aman.
Groundsill Bantar ditinjau dari gaya geser masih aman pada saat debit banjir.
Groundsill Bantar aman terhadap daya dukung tanah, karena tegangan maksimum
dan minimum masuk dalam batas aman.
Djauhari (2012), dalam skripsi telah melakukan penelitian tentang
Perencanaan Bendung Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro Di Kali Jompo.
Bendung merupakan salah satu dari komponen bangunan sipil pembangkit listrik
tenaga minihidro yang berfungsi untuk menaikkan elevasi muka air sungai
sehingga dapat dialihkan kedalam intake. Tujuan dari penelitian ini adalah
merencanakan bendung yang tepat dan aman terhadap stabilitas bendungnya
dengan biaya yang paling rendah diantara beberapa kombinasi bendung pada
pembangkit listrik tenaga minihidro di Kali Jompo. Langkah-langkah yang
6
dilakukan dalam penelitian ini adalah merencanakan hidrolik bendung dengan
memilih kombinasi dari tipe mercu, tipe intake dan tipe peredam energi yang
tepat.
Setelah itu dilakukan analisis stabilitas bendung dengan cara menganalisis
gaya-gaya yang bekerja pada bendung saat kondisi air normal dan banjir.
Kemudian dikontrol stabilitasnya sesuai dengan syarat-syarat keamanan terhadap
bahaya guling, bahaya geser, daya dukung tanah, dan piping. Selanjutnya
dilakukan perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB) untuk mengetahui biaya
yang dibutuhkan.
Hasil analisis stabilitas pada bendung dengan kombinasi tipe mercu, tipe
intake dan tipe peredam energi pada kondisi air normal diketahui bahwa semua
kombinasi bendung aman terhadap stabilitasnya. Hasil analisis stabilitas pada
kondisi air banjir diketahui bahwa semua kombinasi bendung aman terhadap
stabilitasnya kecuali pada bendung yang menggunakan kombinasi peredam energi
tipe USBR IV tidak aman terhadap daya dukung tanahnya.
2.2. Tanah
Tanah di alam terdiri dari campuran-campuran butiran mineral dengan atau
tanpa kandungan bahan organic. Butiran –butiran dengan mudah dipisahkan satu
sama lainya dengan kocokan air. Tanah berasal dari pelapukan batuan yang
prosesnya dapat secara fisik atau kimia.sifat-sifat teknis tanah kecuali dipengaruhi
oleh sifat dari induk batuanya juga dipengaruhi oleh unsur-unsur luar yang
menjadi penyebab terjadinya pelapukan batuan tersebut. (Hardiyatmo. 2006).
2.2.1. Identifikasi Tanah
Tanah berbutir kasar dapat diidentifikasi berdasarkan ukuran butiran.
Menurut Massachusetts of Institute Technology (MIT) butiran-butiran yang
berdiameter lebih besar dari 2 mm diklasifikasikan sebagai kerikil. Jika butiran
dapat dilihat oleh mata, tetapi ukuranya kurang dari 2 mm, disebut pasir.
Tanah pasir kasar jika diameter berkisar antara 2-0,6 mm, pasir sedang jika
diameter antara 0,6-0,2 mm, dan pasir halus bila diameter antara 0,2-0,06 mm
(Hardiyatmo. 2006).
7
2.2.2.Sifat-sifat Teknis Tanah
1) Tanah Granuler
Tanah-tanah Granuler, seperti pasir, kerikil, batuan dan campuranya,
mempunyai sifat-sifat teknis yang sangat baik. Sifat-sifat tanah tersebut,
antara lain :
a) Merupakan material yang baik untuk mendukung bangunan dan badan
jalan, karena mempunyai kapasitas dukung yang tinggi dan penurunan
kecil, asalkan tanahnya relatife padat. Penurunan terjadi segera setelah
penerapan beban. Jika dipengaaruhi getaran pada frekuensi tinggi,
penurunan yang besar dapat terjadi pada tanah yang tidak padat.
b) Merupakan material yang baik untuk tanah urug pada dinding
penahan tanah, struktur bawah tanah dan lain-lain, karena
menghasilkan tekanan lateral yang kecil. Mudah dipadatkan dan
merupakan material untuk drainasi yang baik karena lolos air.
2) Tanah Kohesif
Tanah kohesif seperti lempung, lempung berlanau, lempung berpasir
atau berkerikil yang sebagian besar butiran tanahnya terdiri dari butiran
halus. Kuat geser tanah jenis ini ditentukan terutama dari kohesinya.
Tanah-tanah kohesif, umumnya mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a) Bila basah bersifat plastis dan mudah mampat ( mudah turun )
b) Menyusut bila kering dan mengembang bila basah
c) Berkurang juat gesernya bila kadar airnya bertambah
d) Berkurang kuat gesernya biala struktur tanahnya terganggu
e) Berubah volumenya dengan bertambahnya waktu akibat rangkak
(creep) pada beban yang konstan
f) Merupakan material kedap air
g) Material yang jelek untuk tanah urug, karena menghasilkan tekanan
lateral yang tinggi.
3) Tanah-tanah Lanau dan loess
Lanau adalah material yang butiran-butiranya lolos saringan no. 200.
Peck, dkk (1987), membagi tanah ini menjadi 2 kategori, yaitu lanau
8
yang dikarakteristikkan sebagai tepung batu yang tidak berkohesi dan
tidak plastis dan lanau yang bersifat plastis. Sifat-sifat teknis lanau
tepuung batu lebih cenderung mendekati sifat pasir halus. Loess adalah
material lanau yang diendapkan oleh angin dengan diameter butiran kira-
kira 0,06 mm. Partikel-partikelnya biasnya mempunyai rekatan karena
adanya kalsium karbonat. Akibat dari pengaruh prosses pembentukanya,
sifat loess sangat berbeda dengan lanau. Karakteristik loess umumnya
merupakan endapan yang tidak padat dengan berat volume kira-kira 10
kN/m3. Bila mengandung material pengikat (lempung atau kapur) pada
kondisi kering tanah ini mempunyai kapasitas dukung sedang sampai
tinggi. Akibat penjenuhan, loess kehilangan sifat rekatanya dan dapat
mengalami peenurunan yang tingggi. Loess bisa digali pada tebing yang
mendekati vertical.
4) Tanah Organik
Sembarang tanah yang mengandung bahan organic, yang
mempengaruhi sifat-sifat teknis tanah disebut tanah organic. Bahan-
bahan organik terdiri tumbuh-tumbuhan atau binatang. Jumlah bahan
organic dinyatakan dalam istilah kadar organic, yaitu nilai banding
antara berat bahan organic terhadap contoh tanah yang kering oven.
(McFarland., dalam Robydiansah 2012) menyatakan berat bahan organik
dapat ditentukan dengan memanaskan contoh tanah untuk membakar
bahan organiknya.
2.2.3. Kadar Air, Angka Pori, Porositas, dan Berat Volume Tanah
Tanah terdiri dari tiga komponen yaitu: udara, air, dan bahan padat. Udara
dianggap tidak mempunyai pengaruh teknis, sedang air sangat mempengaruhi
sifat-sifat teknis tanah. Ruang diantara butiran-butiran dapat terisi oleh air atau
udara. Bila rongga tersebut terisi air maka tanah dapat dikatakan dalam kondisi
jenuh. Bila rongga terisi oleh udara dan air maka tanah dalam kondisi jenuh
sebagian. Sedangkan tanah yang tidak mengandung air sama sekali atau kadar
airnya nol disebut tanah kering. Hubungan antara kadar air, angka pori, porositas,
9
berat volume dan lainnya tersebut sangat diperlukan dalam praktik (Hardiyatmo,
2006).
Sumber : Hardiyatmo, 2006.
Gambar 2.1. Diagram fase tanah
Keterangan Gambar :W = beratV = volumeWa= berat udara, dianggap sama dengan nolWw= berat airWs = berat butiran padatVa = volume udaraVw= volume airVs = volume butiran padatVv = volume rongga pori = Va + Vw
Hubungan-hubungan antar parameter tanah tersebut di atas adalah sebagai
berikut:
Kadar air (w), yakni perbandingan antara berat air (Ww) dengan berat
butiran (Ws) dalam tanah tersebut, dinyatakan dalam persen.