BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Sugeng Ardian Yuliantoro dkk (2009) tentang “ Sistem Akuisisi dan Komunikasi Data Multi Node untuk Monitoring ”. Pada penelitian ini besaran yang dimonitoring adalah tegangan dan suhu pada trafo distribusi. Proses pengambilan data pengukuran tegangan dan suhu dari sistem sensor dilakukan oleh mikronode dengan event dan schedule yang dikehendaki dengan jarak terjauh antar node yang ada pada Gardu Trafo Tiang (GTT) adalah ± 200 meter dalam kondisi outdoor dan line of sight, selanjutnya data yang didapatkan akan dikirim ke server oleh mikroserver menggunakan SMS Gateway. Penelitian juga dilakukan oleh Dadang Iskandar (2010) tentang “ Sistem Informasi Gardu Induk dan Gardu Distribusi PLN ”. Pada penelitian ini besaran yang diukur adalah tegangan, arus dan suhu pada trafo. Sensor yang digunakan adalah trafo step down sebagai sensor tegangan, 5
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Sugeng Ardian Yuliantoro dkk (2009)
tentang “ Sistem Akuisisi dan Komunikasi Data Multi Node untuk Monitoring ”. Pada
penelitian ini besaran yang dimonitoring adalah tegangan dan suhu pada trafo
distribusi. Proses pengambilan data pengukuran tegangan dan suhu dari sistem sensor
dilakukan oleh mikronode dengan event dan schedule yang dikehendaki dengan jarak
terjauh antar node yang ada pada Gardu Trafo Tiang (GTT) adalah ± 200 meter dalam
kondisi outdoor dan line of sight, selanjutnya data yang didapatkan akan dikirim ke
server oleh mikroserver menggunakan SMS Gateway.
Penelitian juga dilakukan oleh Dadang Iskandar (2010) tentang “ Sistem
Informasi Gardu Induk dan Gardu Distribusi PLN ”. Pada penelitian ini besaran yang
diukur adalah tegangan, arus dan suhu pada trafo. Sensor yang digunakan adalah trafo
step down sebagai sensor tegangan, tang amper bekas sebagai sensor arus dan LM35
sebagai sensor suhu. Setelah proses pengambilan data didapatkan kemudian dikirim
melalui jaringan LAN dan diteruskan ke web server. Hasil informasi telah dikirim ke
web server kemudian ditampilkan menggunakan software interface.
Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Moch Harun Arrosyid dkk (2010)
tentang “ Implementasi Wireless Sensor Network Untuk Monitoring Parameter Energi
Listrik”. Pada penelitian ini parameter yang dimonitoring adalah tegangan, arus,
frekuensi dan beda phase. Untuk memperoleh data tersebut menggunakan beberapa
5
6
sensor yaitu trafo tegangan (step down), trafo arus, zero crossing detector dan gerbang
exor sebagai pendeteksi beda phase. Data parameter energi listrik pada sensor node
dikirimkan secara nirkabel menggunakan RF Module (Xbee PRO) ke gateway. Pada
sisi gateway akan terkoneksi gprs menggunakan modem gprs (sim300c) dan mengirim
paket-paket data ke web database. Konsumen dapat mengakses data-data tersebut
melalui telepon genggam ke web yang terkoneksi database. Pada web tersebut akan
ditampilkan data-data nilai energi sesuai waktu dan wilayah yang diinginkan.
2.2 Wireless Sensor Network (WSN)
Wireless sensor network adalah sebuah jaringan komunikasi sensor yang
terhubung secara wireless untuk memonitor kondisi fisis atau kondisi lingkungan
tertentu pada lokasi yang berbeda antar sensor dan pemrosesan datanya. Beberapa
penggunaan WSN adalah otomasi industri, kontrol dan managemen energi, monitoring
mesin-mesin kesehatan, monitoring lingkungan untuk keperluan kesehatan,
monitoring arus lalu lintas, monitoring bencana alam (pencatatan gempa), monitoring
polusi, monitoring hewan liar, monitoring parameter energi listrik dan lain-lainnya.
Beberapa karakteristik dari wireless sensor network ini diantaranya:
1. Dapat digunakan pada daya yang terbatas
2. Dapat ditempatkan pada kondisi lingkungan yang ekstrim
3. Dapat digunakan untuk kondisi dan pemrosesan data secara mobile
4. Mempunyai topologi jaringan yang dinamis, dengan sistem node yang
heterogen
5. Dapat dikembangkan untuk skala yang besar
7
2.3 Trafo Distribusi ( Distribution Transformer )
Distribution transformer atau yang lebih dikenal dengan trafo distribusi
merupakan alat yang memegang peran penting dalam sistem distribusi kelistrikan.
Trafo distribusi berfungsi untuk mengubah tegangan menengah menjadi tegangan
rendah. Trafo distribusi yang umum digunakan adalah transformator step-down
20KV/400V. Bentuk umum trafo distribusi bisa dilihat pada gambar 2.1 berikut ini.
Gambar 2.1 Trafo Distribusi (www.centradoprima.com)
Prinsip kerja trafo distribusi pada umumnya hampir sama dengan jenis trafo
lainnya yakni pada kumparan primer akan mengalir arus jika kumparan primer
dihubungkan ke sumber tegangan bolak-balik, sehingga pada inti trafo yang terbuat
dari bahan ferromagnet akan terbentuk sejumlah garis-garis gaya magnet (fluks = Φ).
Karena arus yang mengalir merupakan arus bolak-balik, maka fluks yang terbentuk
pada inti akan mempunyai arah dan jumlah yang berubah-ubah. Jika arus yag mengalir
berbentuk sinusoidal, maka fluks yang terjadi akan terbentuk sinusoidal pula. Karena
fluks tersebut mengalir melalui inti yang mana pada inti tersebut terdapat belitan
primer dan sekunder, maka pada belitan primer dan sekunter tersebut akan timbul ggl
(gaya gerak listrik) induksi, tetapi arah ggl induksi primer berlawanan dengan arah ggl
induksi sekunder. Sedangkan frekuensi masing-masing tegangan sama dengan
frekuensi sumbernya. Berikut ini adalah gambar 2.2 gardu trafo tiang.
8
Gambar 2.2 Gardu Trafo Tiang (GTT)
2.4 Komponen Utama Sistem
2.4.1 Trafo Step Down
Trafo step down adalah alat yang berfungsi untuk menurunkan tegangan. Trafo
step down ini akan digunakan sebagai sensor tegangan dimana tegangan output trafo
distribusi akan diturunkan menjadi 3V AC. Berikut ini adalah gambar 2.4 yaitu bentuk
umum trafo step down.
9
Gambar 2.3 Trafo Step Down
Prinsip kerjanya hampir sama dengan trafo distribusi yakni, jika kumparan
primer dihubungkan dengan sumber tegangan AC, maka pada kumparan primer akan
timbul medan magnet yang berubah-ubah. Perubahan medan magnet dari kumparan
primer ini menginduksi kumparan sekunder sehingga pada kumparan sekunder timbul
gaya gerak listrik (GGL). Simbol trafo step down dapat dilihat pada gambar 2.4
berikut ini.
Gambar 2.4 Simbol Trafo Step Down
Dengan memilih jumlah lilitan yang sesuai untuk tiap kumparan maka dapat
dihasilkan GGL kumparan sekunder yang berbeda dengan GGL kumparan primer.
Hubungan GGL atau tegangan primer (Vp), tegangan sekunder (Vs), jumlah lilitan
kumparan primer (Np) dan jumlah lilitan kumparan sekunder (Ns) dapat dinyatakan
dengan rumus :
10
(2.1)
Persamaan diatas biasa disebut dengan perbandingan transformasi. Dengan
memperhatikan perbandingan transformasi diatas maka dapat diketahui jenis dari trafo
yang digunakan.
2.4.2 Sensor ACS712ELCTR-05B-T
ACS712ELCTR-05B-T merupakan sensor arus yang dapat mengukur arus
listrik hingga 5A baik AC maupun DC. Sensor ini memiliki pembacaan dengan
ketepatan yang tinggi, karena didalamnya terdapat rangkaian low-offset linear hall
dengan satu lempengan konduktor yang terbuat dari tembaga.bentuk umum sensor
ACS712 dapat dilihat pada gambar 2.5 berikut ini.
Gambar 2.5 Sensor ACS712ELCTR-05B-T (www.famosastudio.com)
Cara kerja sensor ini adalah arus yang dibaca mengalir melalui lempengan
konduktor yang terdapat didalamnya yang menghasilkan medan magnet yang
ditangkap oleh Integrated Hall IC dan diubah menjadi tegangan DC yang proposional
terhadap arus yang diukur. Ketelitian dalam pembacaan sensor dioptimalkan dengan
pemasangan komponen Bi CMOS Hall IC yang ada didalamnya antara penghantar
yang menghasilkan medan magnet dengan hall tranducer secara berdekatan.
Tegangan primerTegangansekunder
= Jumlah lilitan primerJumlah lilitan sekunder
VpVs
=NpNs
11
Konfigurasi pin pada sensor ACS712 dapat dilihat pada gambar 2.6 dan tabel 2.1
berikut ini.
Gambar 2.6 Pin ACS712ELCTR-05B-T (datasheet)
Tabel 2.1 Konfigurasi Pin ACS712ELCTR-05B-T
Pin Nama Keterangan
1 dan 2 IP + Input arus yang akan diukur
3 dan 4 IP - Output arus yang akan diukur
5 GND Ground
6 FILTER Filter Eksternal
7 VIOUT Vout sensor
8 VCC Catu daya
Karakteristik sensor ACS712ELCTR-05B-T
Jalur sinyal analog yang low-noise
Dapat membaca perubahan arus dalam waktu 5 mikrodetik (µs)
Bandwidth 80 kHz
Pada suhu 25° C total error keluaran 1,5 %
Resistansi internal 1,2 mΩ
Catu daya 5V DC
Sensitivitas keluaran 66-185 mV/A
Tegangan offset yang sangat stabil
Histeresis magnetic hampir mendekati nol
12
Keluaran ratiometric diambil dari sumber daya
Sensor ini pada saat tidak ada arus yang terdeteksi atau pada kondisi 0
ampere , maka keluaran sensor adalah 2,5V. Dan saat arus mengalir dari IP+ ke IP-,
maka keluaran akan >2,5V. Sedangkan ketika arus listrik mengalir terbalik dari IP- ke
IP+, maka keluaran akan <2,5V. Berikut ini adalah gambar 2.7 perbandingan arus
yang diukur output sensor.
Gambar 2.7 Grafik keluaran sensor terhadap arus yang diukur (datasheet)
2.4.3 Mikrokontroller AVR ATMega 16
AVR ATMega 16 merupakan seri mikrokontroller low power CMOS 8 bit
buatan Atmel, berbasis arsitektur RISC (Reduced Instruction Set Computer). Hampir
semua instruksi dieksekusi dalam satu siklus clock. Bentuk fisik ATMega 16 dapat
dilihat pada gambar 2.8 berikut ini.
13
Gambar 2.8 ATMega 16 (www.klinik_robot.indonetwork.co.id)
AVR ini mempunya 32 register general-purpose, timer/counter fleksibel
dengan mode compare, interrupt internal, serial UART, progammable Watchdog
Timer, dan mode power saving, ADC dan PWM internal. AVR juga mempunyai In-
System Progammable Flash on-chip yang mengijinkan memori program untuk
diprogram ulang dalam sistem menggunakan hubungan serial SPI.ATMega 16.
ATMega 16 mempunyai throughput mendekati 1 MIPS per MHz membuat
disainer sistem untuk mengoptimasi konsumsi daya versus kecepatan proses.
Konfigurasi pin-pin pada ATMega 16 dapat dilihat pada gambar 2.9.