1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kalimat memiliki unsur-unsur atau satuan yang lebih kecil yang tersusun sesuai dengan kaidah sebuah bahasa. Unsur-unsur atau satuan dari kalimat itu tersusun secara beruntun dan memiliki fungsi masing-masing. J.W.M Verhaar dalam bukunya Asas-Asas Linguistik Umum (1996:261), menyatakan bahwa susunan beruntun adalah tata urutan segmen-segmen tuturan. Contohnya dalam kalimat bahasa Prancis (selanjutnya disebut bP) Françoise le regardait en haussant les épaules, dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia (selanjutnya disebut bI) ‘Françoise melihatnya sambil mengangkat bahu’, subjek Françoise mendahului objek le 1 , predikat dalam kalimat ini adalah regardait, sedangkan en haussant les epaules adalah keterangan. Letak masing-masing unsur dalam kalimat ini jika diacak atau ditukar dapat menyebabkan kalimat di atas tidak berterima. Menurut Drs. Abdul Chaer dalam bukunya Linguistik Umum (2007:240), unsur-unsur kalimat itu secara sintaksis atau struktur terdiri dari kata, frasa, klausa, hingga menjadi sebuah kalimat utuh. Dalam tataran morfologi, kata merupakan satuan terbesar, sedangkan dalam tataran sintaksis, kata merupakan satuan terkecil. Susunan kata akan membentuk satuan sintaksis yang lebih besar yaitu frasa. Frasa didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat non predikatif, tetapi fungsinya tidak melebihi klausa. Susunan frasa akan membentuk satuan sintaksis yang lebih tinggi yaitu klausa. Klausa memiliki tataran di atas frasa dan di 1 Dalam bP, objek langsung atau tak langsung cenderung terletak mendahului verba.
67
Embed
BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81963/potongan/introduction.pdf · Dalam tataran morfologi, kata merupakan satuan terbesar, sedangkan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap kalimat memiliki unsur-unsur atau satuan yang lebih kecil yang tersusun
sesuai dengan kaidah sebuah bahasa. Unsur-unsur atau satuan dari kalimat itu tersusun
secara beruntun dan memiliki fungsi masing-masing. J.W.M Verhaar dalam bukunya
Asas-Asas Linguistik Umum (1996:261), menyatakan bahwa susunan beruntun adalah
tata urutan segmen-segmen tuturan. Contohnya dalam kalimat bahasa Prancis
(selanjutnya disebut bP) Françoise le regardait en haussant les épaules, dan
terjemahannya dalam bahasa Indonesia (selanjutnya disebut bI) ‘Françoise melihatnya
sambil mengangkat bahu’, subjek Françoise mendahului objek le1, predikat dalam
kalimat ini adalah regardait, sedangkan en haussant les epaules adalah keterangan.
Letak masing-masing unsur dalam kalimat ini jika diacak atau ditukar dapat
menyebabkan kalimat di atas tidak berterima.
Menurut Drs. Abdul Chaer dalam bukunya Linguistik Umum (2007:240),
unsur-unsur kalimat itu secara sintaksis atau struktur terdiri dari kata, frasa, klausa,
hingga menjadi sebuah kalimat utuh. Dalam tataran morfologi, kata merupakan satuan
terbesar, sedangkan dalam tataran sintaksis, kata merupakan satuan terkecil. Susunan
kata akan membentuk satuan sintaksis yang lebih besar yaitu frasa. Frasa didefinisikan
sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat non predikatif,
tetapi fungsinya tidak melebihi klausa. Susunan frasa akan membentuk satuan
sintaksis yang lebih tinggi yaitu klausa. Klausa memiliki tataran di atas frasa dan di
1Dalam bP, objek langsung atau tak langsung cenderung terletak mendahului verba.
2
bawah kalimat. Klausa merupakan susunan sintaksis berupa runtutan kata-kata
berkonstruksi predikatif. Runtutan kata pada sebuah klausa harus disertai setidaknya
dengan satu verba agar dapat dianggap sebagai klausa. Klausa yang diakhiri dengan
tanda baca titik (.) akan menjadi sebuah kalimat. Hal yang penting atau menjadi dasar
dalam sebuah kalimat adalah konstituen dasar dan intonasi final. Pada kalimat yang
terdiri dari beberapa klausa, klausa satu dan klausa lainnya dihubungkan dengan
konjungsi atau penghubung.
Klausa dan kalimat memiliki cakupan yang sangat luas. Klausa dapat
dibedakan jenisnya berdasarkan statusnya dalam kalimat, misalnya klausa utama atau
klausa atasan, yaitu klausa yang memiliki posisi inti di dalam kalimat, dan klausa
bawahan, yaitu klausa yang merupakan bagian dari klausa utama. Kalimat dapat
dibedakan sesuai dengan klausa yang terkandung di dalamnya, menjadi kalimat
majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat dan kalimat majemuk campuran.
Berbicara lebih jauh mengenai kalimat, semua bahasa menurut J.W.M.
Verhaar memiliki sistem verbal yang biasa disebut kala, aspek, dan modus. Kala,
aspek, dan modus ini saling bekerja sama dalam sintaksis klausa. Kala menunjukkan
waktu keadaan atau tindakan yang diungkapkan oleh verba dalam hubungan dengan
saat penuturan. Aspek menunjukkan segi arti verba yang berkaitan dengan dimulainya,
berlangsungnya, terjadinya, diulang tidaknya, selesai tidaknya, atau adanya hasil atau
tidaknya dari tindakan tersebut. Modus mengungkapkan sikap penutur terhadap apa
yang dituturkannya, maksudnya sikap kepastian, kesangsian, pertanyaan,
pengingkaran, dan pandangan tentang riil tidaknya dari apa yang diungkapkan oleh
verba.
Tiap bahasa memiliki aturan kebahasaan yang berbeda-beda, misalnnya
bahasa-bahasa di Asia Tenggara yang memiliki induk bahasa melayu dan sansekerta
3
tentunya cukup berbeda dengan beberapa bahasa di Eropa yang merupakan rumpun
bahasa latin dan roman. Pada umumya bahasa Eropa merupakan bahasa verbal,
sedangkan bI merupakan bahasa non verbal. Lebih jelas melihat perbedaan bahasa
satu dengan bahasa lainnya dapat dilakukan dengan membandingkan karya sastra
terjemahan dengan teks aslinya. Penerjemahan merupakan pengubahan dari suatu
bentuk ke dalam bentuk lain, atau pengubahan dari suatu bahasa ke dalam bahasa lain,
dan sebaliknya (Kamus online Merriam-Webster Dictionary). Meskipun demikian,
perlu ditekankan bahwa penerjemahan yang baik tidak serta merta menerjemahkan
kata per kata pada bahasa sumber (selanjutnya disebut bSu) ke bahasa sasaran
(selanjutnya disebut bSa), tetapi juga harus meringkasnya dan mengungkapkan
kembali dengan bSa yang baik agar pesan yang disampaikan oleh penulis dapat
diterima oleh pembaca. Perbedaan karya sastra terjemahan dan versi aslinya mencakup
banyak hal, baik dari tataran sintaksis seperti kata, frasa, klausa, kalimat, maupun
makna atau arti. Misalnya bI tidak memiliki sistem kala secara morfologis dan bukan
merupakan bahasa verbal. Pengertian kala dalam bI terletak pada konstituen periferal
yang sesuai menurut Verhaar (Asas-Asas Linguistik Umum, 1996:241). Contohnya
dalam kalimat ‘Saya pergi ke Surabaya kemarin’ dan ‘Ayah mencuci mobil besok
pagi’, kata yang dicetak tebal menjelaskan keterangan waktu dan merupakan periperal
leksikal. BP menjelaskan kala dengan adanya konjugasi verba sesuai dengan kapan
suatu tindakan itu terjadi karena bP merupakan bahasa verbal. Contohnya kalimat Je
suis allée à Surabaya, Je vais à Surabaya, dan J’irai à Surabaya tentunya
memberikan keterangan yang berbeda, meskipun jika diterjemahkan secara kata per
kata dalam bI, je ‘saya’; suis allée, vais, irai, ‘pergi; à Surabaya, ‘ke Surabaya’
menjelaskan tindakan yang sama tanpa memperhatikan kalanya. Jika diartikan secara
keseluruhan, kalimat pertama, Je suis allée à Surabaya, menjelaskan sesuatu yang
4
telah lampau. Tindakan yang dilakukan dalam kalimat ini telah terjadi di masa lalu.
Kalimat kedua, Je vais à Surabaya, menjelaskan suatu tindakan yang terjadi saat ini
atau akan terjadi. Kalimat kedua, J’irai à Surabaya, menjelaskan sesuatu yang akan
terjadi di masa depan. Tindakan ini belum terlaksana. Meskipun tidak terdapat
keterangan kala secara periferal dalam ketiga kalimat bP itu, keterangan kala dapat
diketahui secara morfologis dari perbedaan bentuk verba ketiga kalimat itu.
Perbedaan lain bP dan bI adalah modus. Modus merupakan kategori gramatikal
dalam bentuk verba yang mengungkapkan suasana psikologis perbuatan menurut
tafsiran pembicara atau sikap pembicara tentang apa yang diucapkannya
(Kridalaksana, 2008 : 156). BP mengkategorikan modus menjadi dua, yaitu le mode
personnel (modus persona) dan le mode impersonnel (modus impersona). Le mode
personnel terdiri dari l’indicatif (modus yang menyatakan afirmasi), le subjonctif
(modus kata kerja yang menyatakan keraguan, kemauan, perasaan, dsb), l’imperatif
(bentuk suruh atau perintah), dan le conditionnel (bentuk kata kerja dalam modus
bersyarat), sedangkan le mode impersonnel terdiri dari l’infinitif, le participe, dan le
gérondif. Perbedaan dari personnel dan impersonnel adalah ada tidaknya peran subjek
atau pelaku ‘persona’ pada pembentukan modus itu. BI tidak memiliki bentuk modus
impersona. Bahkan dalam Kamus Perancis Indonesia oleh Winarsih Arifin dan Farida
Soemargono, tidak ada definisi khusus mengenai pengertian l’infinitif, le participe,
dan le gérondif. Penelitian ini akan membahas lebih lanjut mengenai modus gérondif.
Modus gérondif sering digunakan dalam bP lisan maupun tulisan. Dalam bentuk
tulisan kerap ditemukan dalam artikel surat kabar, majalah, dan karya sastra misalnya
dalam novel.
5
Bentuk gérondif adalah bentuk participe présent yang diawali dengan preposisi
en2. Participe présent merupakan bentuk kata kerja yang menjelaskan suatu tindakan
yang dilakukan subyek saat itu juga. Ciri-ciri dari participe présent adalah verba yang
diikuti dengan sufiks –ant sehingga menjadi nomina. Bentuk gérondif menyatakan dua
kegiatan atau tindakan dalam satu kalimat atau klausa. Kalimat dalam bentuk ini
merupakan bentuk kompleks. Contohnya adalah sebagai berikut :
(1) Il riait doucement en me frottant la nuque. (BT : 17)
Penempatan gérondif seperti pada kalimat (71b) dan (72b) tidak
memungkinkan karena akan menimbulkan perubahan makna atau keambiguan. Pada
kalimat (71) dan (71a), frasa à mon tour merupakan COI dan plus lentement
merupakan keterangan dari me revelai ‘bangkit’, sedangkan en regardant Anne
‘sambil menatap Anne’ merupakan tindakan lain yang dilakukan bersamaan dengan
tindakan me revelai ‘bangkit’. Jika gérondif diletakkan di antara objek dan keterangan
seperti pada kalimat (72b), maka frasa plus lentement ‘lebih lambat’ akan dikira
sebagai penjelas dari tindakan en regardant Anne ‘sambil menatap Anne’, bukan dari
tindakan utama Je me révélai ‘Aku sendiri bangkit’. Frasa plus lentement ‘lebih
lambat’ pada kalimat (72b) menjelaskan tindakan pada klausa Je me révélai à mon
tour ‘Aku sendiri bangkit’, sedangkan frasa ‘plus lentement’ ‘lebih lambat’ pada
kalimat (72c) menjelaskan tindakan pada frasa en regardant Anne ‘sambil menatap
Anne’.
1 Pada novel terjemahannya, ‘doucement’ diartikan sebagai ‘lirih’ karena menjelaskan tentang suara,
sedangkan pada (72b) kata ‘doucement’ diartikan sebagai ‘pelan-pelan’ karena verba sebelumnya adalah ‘menggosok’gosok, sehingga tidak dapat menggunakan kata ‘lirih’ yang merupakan kata sifat dari indra suara.
46
Jika kalimat (71) dan kalimat (72) diucapkan dengan bahasa lisan, maka akan
lebih mudah dimengerti dengan bantuan penekanan intonasi, tetapi jika diungkapkan
dengan bahasa tulis akan menimbulkan keambiguan. Maka dari itu perlu diberi tanda
baca koma (,) seperti kalimat (71c) dan (72c) agar tidak menimbulkan perubahan
makna.
Pada kalimat (71), Je me révélai à mon tour plus lentement en regardant Anne
‘Aku sendiri bangkit dengan lebih lambat seraya menatap Anne’, dan kalimat (72), Il
riait doucement en me frottant la nuque ‘Ia terkekeh lirih sambil menggosok-gosok
tengkukku’, menjelaskan dua tindakan dalam sebuah kalimat dan letak klausa gérondif
dapat ditukar seperti pada uraian sebelumnya. Namun apabila dalam sebuah kalimat
terdapat lebih dari dua klausa, gérondif tidak bisa serta merta ditempatkan di awal atau
di akhir kalimat. Contohnya adalah sebagai berikut.
(73) Des hirondelles passaient en poussant de petits cris, coupaient l’air au
tranchant de leur vol, et rentraient vite dans leurs nids jaunes, sous les
tuiles du larmier. (MB : 157)
‘Burung-burung layang-layang lewat dengan pekik pendek-pendek,
membelah udara dengan sayapnya, dan bergegas pulang ke sarang-sarang
kuning mereka di bawah genting talang.’ (MBt : 133)
Gérondif pada kalimat (73) menjelaskan tindakan poussant ‘pekik’ yang
dilakukan secara bersamaan dengan tindakan passaient ‘lewat’oleh oleh subjek Des
hirondelles ‘burung-burung layang-layang’. Bentuk gérondif pada kalimat (73) dapat
dipindahkan sebelum subjek dan menambahkan tanda baca koma (,) untuk
memperjelas, namun gérondif tidak memungkinkan dipindahkan di akhir kalimat atau
setelah klausa lainnya, karena maknanya akan berbeda. Perhatikan pemaparan berikut
ini.
(73a) En poussant de petits cris, des hirondelles passaient, coupaient l’air au
tranchant de leur vol, et rentraient vite dans leurs nids jaunes, sous les
Pada kalimat (77) dan (78), kata en passant ‘seraya melewatinya’ dan en se
frottant ‘sambil menggosok-gosok’ merupakan bentuk gérondif yang
diterjemahkan menjadi ‘sambil’ dan ‘seraya’ dalam bI, artinya menyatakan dua
tindakan atau lebih yang dilakukan secara bersamaan. Untuk menyatakan tindakan
yang dilakukan secara bersamaan juga dapat diungkapkan dengan kata-kata
berikut yang memiliki arti yang sama.
(77a) Elle lui sourit pendant qu’elle passait et prit son manteau.
‘Anne tersipu-sipu seraya melewatinya dan mengambil mantel.’
(78a) Charles, assis devant Emma, dit en même temps qu’il frotta les
mains d’un air heureux.
‘Charles yang duduk berhadapan dengan Emma, berkata dengan
muka bahagia sambil menggosok-gosok tangannya.’
Pada kalimat (77a) dan (78a), bentuk gérondif digantikan dengan pendant
que dan en même temps que yang memiliki arti serupa, yaitu makna ‘sambil’ atau
‘seraya’ yang menyatakan tindakan yang dilakukan bersamaan. Kata pendant que
pada kalimat (77a) diikuti dengan bentuk imparfait, yang artinya tindakan passait
berlangsung lebih lama daripada tindakan sourit ‘tersipu-sipu’ dan prit
mengambil’ yang dituliskan dalam bentuk passé simple, sedangkan pada kalimat
52
(78a), tidak ada tindakan yang melatarbelakangi atau berlangsung lebih lama
daripada tindakan lainnya karena semua tindakan dituliskan dengan passé simple.
Pada kasus-kasus tertentu, gérondif yang menyatakan makna ‘sambil’ tidak
bisa diterapkan pada semua verba atau tindakan. Beberapa tindakan tertentu tidak
bisa dilakukan secara bersamaan dengan tindakan lain, contohnya :
(79) En dansant, je respirai son parfum familier d’eau de Cologne, de
chaleur, de tabac. (BT : 46)
‘Seraya berdansa, aku menghirup wanginya yang akrab, campuran
eau de cologne, panas tubuhnya dan tembakau.’ (LK : 49)
(79a) En dormant, je respirai son parfum familier d’eau de Cologne, de
chaleur, de tabac.
‘Seraya tidur, aku menghirup wanginya yang akrab, campuran eau
de cologne, panas tubuhnya, dan tembakau.’
(79b) En nageant, je respirai son parfum familier d’eau de Cologne, de
chaleur, de tabac.
‘Seraya berenang, aku menghirup wanginya yang akrab, campuran
eau de cologne, panas tubuhnya, dan tembakau.’
Dari ketiga kalimat di atas, kalimat (79), (79a), dan (79b), secara struktur,
susunannya tidak ada yang salah, namun hanya kalimat (79) saja yang berterima
atau dipahami maksudnya, karena pada kalimat (79a) dan (79b) tindakan dormant
‘tidur’ dan nageant ‘berenang’ tidak dapat dilakukan secara bersamaan tindakan
lainnya. Ketika manusia tidur, manusia kehilangan kesadaran sepenuhnya.
Meskipun manusia tetap menghirup udara atau bernafas ketika tidur, tetapi
manusia tidak bisa menyadari aroma apa yang ia hirup ketika tidur. Tindakan itu
dapat dilakukan ketika manusia telah terbangun. Begitu juga dengan ketika
berenang. Berenang merupakan tindakan yang dilakukan dengan kesadaran
penuh, tetapi berenang merupakan salah satu kegiatan olahraga yang dilakukan di
dalam air dimana manusia tidak menghirup dan mendefinisikan aroma parfum
ketika di dalam air.
53
2. Menyatakan Makna ‘Sebab’
Bentuk gérondif juga dapat diartikan sebagai pernyataan ‘sebab’, misalnya :
(80) Je pensai tristement qu’elle n’était descendue qu’en entendant la
voiture. (BT : 24)
‘Dengan murung kupikir, ia turun karena mendengar deru mobil.’ (LK
: 25)
(81) Dans son exaspération, M. Bovary père, brisant une chaise contre les
pavés, accusa sa femme d’avoir fait le malheur de leur fils en
l’attelant à une haridelle semblable, dont les harnais ne valaient pas
la peau. (MB : 43)
‘Karena jengkelnya, Tuan Bovary tua membanting kursi ke ubin
sampai patah berkeping-keping, menuduh istrinya telah mencelakakan
anak mereka karena dijadikan pasangan dari kuda tua bangka
semacam itu, yang seluruh abah-abahnya belum senilai kulitnya.’
(MBt : 30)
Pada kalimat (80) dan (81), gérondif memiliki arti ‘karena’ yang dalam bI,
digunakan untuk menyatakan ‘sebab’. Sebagai pembanding, bentuk gérondif
dalam kedua kalimat tersebut juga dapat diungkapkan dengan kata lain yang
memiliki makna yang sama, yaitu :
(80a) Je pensai tristement qu’elle était descendue parce qu’elle entendit
la voiture.
‘Dengan murung kupikir, ia turun karena ia mendengar deru
mobil.’
(LK : 25)
(81a) Dans son exaspération, M. Bovary père, brisant une chaise contre
les pavés, accusa sa femme d’avoir fait le malheur de leur fils
parce qu’elle l’attela à une haridelle semblable, dont les harnais
ne valaient pas la peau.
‘Karena jengkelnya, Tuan Bovary tua membanting kursi ke ubin
sampai patah berkeping-keping, menuduh istrinya telah
mencelakakan anak mereka karena ia menjadikan mereka pasangan
dari kuda tua bangka semacam itu, yang seluruh abah-abahnya
belum senilai kulitnya.’
Kata parce que digunakan untuk menyatakan ‘sebab’ karena memiliki arti
‘karena’ dan dapat menggantikan gérondif pada kalimat (80) dan (81), namun kata
54
parce que diikuti dengan struktur yang lebih kompleks, yaitu subjek dan predikat,
tidak seperti gérondif. Gérondif pada kata di atas diterjemahkan menjadi makna
‘sebab’ karena terdapat klausa yang menyatakan sebab dan klausa yang
menyatakan akibat. Klausa yang mengandung gérondif dalam kalimat menyatakan
sebab, sedangkan klausa lainnya menyatakan akibat. Contohnya pada kalimat
(80), Je pensai tristement qu’elle n’était descendue qu’en entendant la voiture
‘Dengan murung kupikir, ia turun karena ia mendengar deru mobil’ klausa ber-
gérondif yang digaris bawahi menyatakan sebab dari klausa sebelumnya. Peran
klausa ber-gérondif sebagai tindakan ‘sebab’ dalam kalimat yang menyatakan
sebab-akibat tidak dapat diganggu gugat. Apabila klausa pada kalimat (80) yang
mengandung bentuk gérondif dimaknai sebagai tindakan akibat, maka arti kalimat
ini menjadi berbeda. Terjemahan asli kalimat di atas dalam novel LK menjelaskan
subyek ‘ia’ turun disebabkan oleh suara deru mobil. Apabila posisi sebab-
akibatnya dibalik menjadi ‘Dengan murung kupikir, karena ia turun, ia mendengar
deru mobil’ maka artinya adalah karena subjek ia turun, maka ia mendengar deru
mobil. Jika ia tidak turun, maka kemungkinan besar ia tidak mendengar deru
mobil.
Selain parce que dan bentuk gérondif, kalimat sebab-akibat dapat
dinyatakan dengan comme dan car. Penggunaan kata comme diletakkan di awal
kalimat, misalnya Comme elle entendait la voiture, elle est descendué, dan kata
car ‘Karena ia mendengar deru mobil, ia turun’ dapat digunakan di awal ataupun
di tengah, tetapi hanya digunakan pada ragam tulis.
3. Menyatakan Makna ‘Waktu’
Bentuk gérondif dapat digunakan untuk menyatakan keterangan waktu,
contohnya adalah sebagai berikut.
55
(82) Enfin, je la compris et je me sentis aussi froide, aussi impulsante
qu’en la lisant pour la première fois. (BT : 64)
‘Alhasil aku memahaminya, dan aku merasa sedingin, setakberdaya
saat membacanya pertama kali.’ (LK : 69)
(83) Vus de si près, ses yeux lui paraissaient agrandis, surtout quand elle
ouvrait plusieurs fois de suite ses paupières en s’éveillant ; (MB :
61)
‘Kalau dilihat sedekat itu, mata Emma jadi tampak makin besar
olehnya, apalagi apabila pelupuk matanya berkedip-kedip pada
waktu bangun.’ (MBt : 47)
Pada kalimat (82) dan (83), bentuk gérondif diterjemahkan menjadi ‘saat’
dan 'pada waktu’ yang menunjukkan keterangan waktu dalam bI. Kedua kata itu
memiliki sinonim dengan ketika. Penerjemahan ini cukup tepat karena ada frasa
atau klausa sebelum atau sesudahnya yang mendukung, misalnya pada kalimat
(82) terdapat frasa pour la premiere fois ‘pertama kali’ yang merupakan
keterangan waktu dan kata quand ‘pada’ yang mengawali klausa quand elle
ouvrait plusieurs fois de suite ses paupières en s’éveillant ‘apalagi apabila
pelupuk matanya berkedip-kedip pada waktu bangun’ pada kalimat (83). Gérondif
pada kalimat (82) dan (83) di atas dapat digantikan dengan kata quand seperti
dalam kalimat berikut yang memiliki arti yang sama.
(82a) Enfin, je la compris et je me sentis aussi froide, aussi impulsante que
la premiere fois quand je la lisa.
‘Alhasil aku memahaminya, dan aku merasa sedingin, setakberdaya
saat pertama kali membacanya.’
(83a) Vus de si près, ses yeux lui paraissaient agrandis, surtout quand elle
ouvrait plusieurs fois de suite ses paupières quand elle s’éveillait.
‘Kalau dilihat sedekat itu, mata Emma jadi tampak makin besar
olehnya, apalagi apabila pelupuk matanya berkedip-kedip pada
waktu ia bangun.’
Perbedaan dari gérondif pada kalimat (82) dan (83) dengan kalimat (82a)
dan (83a) adalah, kata quand diikuti dengan subjek dan predikat. Kata quand
56
biasanya digunakan untuk menyatakan tindakan atau peristiwa yang menjadi latar
belakang, contohnya pada kalimat En me retournant vers elle, je reçus un choc,
klausa yang digaris bawahi menyatakan tindakan yang melatarbelakangi tindakan
je reçus un choc. Namun, ada pula gérondif yang menyatakan makna quand dan
menjelaskan beberapa tindakan atau peristiwa yang berdurasi sama, misalnya :
(84) Emma se sentait faible en marchant …(MB : 133)
Emma merasa lemah waktu berjalan. (MBt : 111)
Pada kalimat (84) kedua verba menjelaskan dua tindakan se sentait ‘merasa’
dan marchant ‘berjalan’. Dari kedua tindakan itu tidak ada yang menjadi latar
belakang karena tindakan ‘merasa lelah’ tidak hanya terjadi seketika, melainkan
terjadi selama ia berjalan.
4. Menyatakan Makna ‘Cara’
Bentuk gérondif dapat digunakan untuk menyatakan makna ‘cara’ atau
sarana dari sebuah tindakan yang dalam bI keterangan cara dapat diungkapkan
dengan kata secara, dengan, dan melalui. Kata sembari dan sambil juga bisa
digunakan untuk menyatakan keterangan cara. Contoh bentuk gérondif yang
menyatakan keterangan cara adalah sebagai berikut.
(85) Et qu’en épousant une femme de son âge, il échappait à cette
catégorie des hommes sans date de naissance dont il faisait partie.
(BT : 98)
‘Dan dengan menikahi wanita sepantarannya, Ayah terusir dari
kategori pria-pria tanpa tanggal lahir.’ (LK : 104)
(86) Emma, de temps à autre, se rafraichissait les joues en y appliquant
la paume de ses mains, qu’elle refroidissait après cela sur la pomme
de fer des grands chenets. (MB : 47)
‘Emma, sesekali, menyejukkan pipinya dengan telapak tangannya
yang sesekali didinginkannya kembali pada tombol besi tempat kayu
bakar perapian.’ (MBt : 33)
57
Gérondif pada kalimat (85) dan (86) menyatakan ‘cara’ yang bermakna
‘dengan’. Penerjemahan gérondif menjadi keterangan cara di atas cukup tepat,
didukung dengan adanya klausa yang menyatakan hasil pada kalimat (85), il
échappait à cette catégorie des hommes sans date de naissance dont il faisait
partie ‘Ayah terusir dari kategori pria-pria tanpa tanggal lahir’ dan adanya benda
yang berfungsi sebagai alat pada kalimat (86), yaitu la paume de ses mains
‘dengan telapak tangannya’. Dalam bP dapat digunakan kata avec untuk
menyatakan ‘cara’, tetapi kata avec diikuti dengan kata benda atau kata sifat,
bukan kata kerja atau verba. Contohnya pada kalimat (85) dan (86), kalimat (85)
tidak tepat jika menggunakan kata avec, menjadi avec epouser une femme de son
âge, il échappait à cette catégorie des hommes sans date de naissance dont il
faisait partie, karena tidak berterima. Kalimat (86) dapat menggunakan kata avec
dengan merubah sedikit strukturnya agar dapat berterima, tanpa merubah artinya,
menjadi Emma, de temps à autre, appliquait les joues avec la paume de ses main
pour se rafraichir, qu’elle refroidissait après cela sur la pomme de fer des grands
chenets.
5. Menyatakan Makna ‘Perlawanan’
Fungsi bentuk gérondif selain fungsi-fungsi di atas adalah menyatakan
‘perlawanan’, yang dalam bP biasa dinyatakan dengan bien que, quoique.
Konjungsi yang menyatakan ‘perlawanan’ dalam bI dinyatakan dengan kata
meskipun, walaupun, biarpun, namun, dan padahal. Pada sumber data hanya
ditemukan satu kalimat yang menyatakan ‘perlawanan’, yaitu :
(87) Si elle était devenue une fille des rues en etant née dans son milieu,
là, elle aurait eu du mérite. (BT : 43)
‘Kalau dia jadi cewek jalanan padahal lahir dari lingkungan borjouis,
itu baru patut diacungi jempol.’ (LK : 47)
58
Gérondif pada kalimat (87) dituliskan dalam kala plus-que-parfait memiliki
makna ‘padahal’ yang merupakan konjungsi untuk menyatakan pertentangan. Bentuk
gérondif di atas memiliki makna yang sama dengan kalimat berikut.
(87a) Si elle était devenue une fille des rues quoiqu’elle soit née dans son
milieu, là, elle aurait eu du mérite.
‘Kalau dia jadi cewek jalanan namun lahir dari lingkungan borjouis,
itu baru patut diacungi jempol.’
Kata quoique pada kalimat (87a) memiliki arti yang sama dengan gérondif
pada kalimat (87), hanya saja quoique diikuti dengan subjek dan predikat. Dalam
kalimat pertentangan, terdapat klausa yang menyatakan perlawanan atau hal yang
bertentangan dari klausa lainnya. Contohnya pada kalimat (87), Si elle était
devenue une fille des rues en étant née dans son milieu, là, elle aurait eu du
mérite ‘Kalau dia jadi cewek jalanan namun lahir dari lingkungan borjouis, itu
baru patut diacungi jempol’, terdapat dua klausa yang maknanya bertentangan,
yaitu klausa elle était devenue une fille des rues, ‘dia jadi cewek jalanan’ dan
klausa en etant née dans son milieu2, ‘padahal lahir dari lingkungan borjouis’
3.
Cewek jalanan tentunya bertentangan dengan lingkungan borjouis, dan subjeknya
sama, yaitu elle. Untuk menggabungkan kedua klausa yang bertentangan itu,
digunakanlah konjungsi ‘bien que’, ‘quoique’, atau dalam bI namun, meskipun,
walaupun, padahal untuk menggabungkan hal yang bertentangan atau
berlawanan.
2 Pada novel BT, diceritakan bahwa subyek ‘elle’ merupakan wanita yang berasal dari kalangan ‘borjouis’,
dituliskan dengan frasa ‘son milieu’ yang artinya tempat ia berasal. 3 Kaum borjouis berasal dari kata ‘bourgeois / bourgeoise’, adalah warga kota yang memiliki kedudukan
istimewa setelah abad pertengahan. Sedangkan sebelum abad pertengahan, kaum ini merupakan golongan rakyat berharta tetapi bukan merupakan bangsawan atau pendeta. (Kamus Perancis Indonesia)
59
Selain menyatakan makna-makna di atas seperti yang dikemukakan oleh
Olivier, pada sumber data ditemukan penerjemahan kalimat gérondif yang merupakan
kalimat majemuk juga diterjemahkan menjadi makna ‘penjumlahan’, makna
‘perurutan’, makna ‘akibat’, makna ‘syarat’, dan makna ‘pengandaian’. Penelitian ini
menggunakan teori Ramlan tentang hubungan makna antar klausa pada kalimat
majemuk. Pembahasan lanjut mengenai makna gérondif adalah sebagai berikut.
6. Menyatakan Makna ‘Penjumlahan’
Gérondif yang menyatakan makna penjumlahan menjelaskan beberapa
tindakan yang digabungkan dalam sebuah kalimat yang maknanya bisa juga
tindakan yang dilakukan secara bersamaan atau berurutan, namun pada
terjemahannya, konjugasi yang digunakan adalah kata dan, misalnya :
(88) Mon père et moi, c’eut été d’une balle dans la tête en laissant une
notice explicative destinée à troubler à jamais le sang et le sommeil
des responsable. (BT : 150)
‘Ayah dan aku pasti memilih peluru di kepala, serta meninggalkan
surat penjelasan bertujuan merecoki selamanya tidur orang-orang
yang bertanggung jawab.’ (LK : 160)
Terjemahan gérondif pada kalimat (88) menyatakan makna ‘penjumlahan'
dengan digunakannya kata konjugasi serta yang menyatakan penjumlahan,
penambahan, atau penggabungan. Sebagai buktinya, gérondif pada kalimat (88) di
atas dapat diganti dengan kata berikut.
(88a) Mon père et moi, c’eut été d’une balle dans la tête, et nous avons
laissé une notice explicative destinée à troubler à jamais le sang et
le sommeil des responsable. (BT : 150)
‘Ayah dan aku pasti memilih peluru di kepala, serta kami
meninggalkan surat penjelasan bertujuan merecoki selamanya tidur
orang-orang yang bertanggung jawab.’ (LK : 160)
60
Kata et pada kalimat (88a) memiliki arti yang setara dengan gérondif pada
kalimat (88), hanya saja setelah kata et tidak diikuti dengan participe présent dan
subjeknya ditulis. Penerjemahan kalimat (88) cukup tepat karena dalam kalimat
itu merupakan kalimat majemuk setara yang biasanya digabungkan dengan
konjungsi dan, serta, atau, dsb.
7. Menyatakan Makna ‘Perturutan’
Seperti pada pembahasan sebelumnya, makna ‘perturutan’ menjelaskan
tindakan atau keadaan yang dilakukan secara berurutan. Konjungsi yang
digunakan untuk menjelaskan makna ‘perturutan’ dalam bI adalah lalu dan
kemudian, seperti pada terjemahan kalimat berikut :
(89) Ses sanglots redoublaient. Le sud Américain se mit à pleurer aussi,
en répétant : « nous étions si heureux, si heureux ». (BT : 52)
‘Sedu-sedunya semakin menjadi-jadi. Si Amerika Serikat ikut-ikutan
meratap, terus membeo : "Betapa bahagia kita selama ini, betapa
bahagia."’ (LK : 55)
Pada kalimat (89) meskipun terjemahan gérondif dilenyapkan, gérondif
dapat diterjemahkan menjadi makna ‘perturutan’ dengan menambahkan kata lalu
atau kemudian sebelum kata terus, menjadi :
(89a) Sedu-sedunya semakin menjadi-jadi. Si Amerika Serikat ikut-ikutan
meratap, kemudian terus membeo : « Betapa bahagia kita selama ini,
betapa bahagia”.
(89b) Sedu-sedunya semakin menjadi-jadi. Si Amerika Serikat ikut-ikutan
meratap, lalu terus membeo : « Betapa bahagia kita selama ini,
betapa bahagia”.
Terjemahan pada kalimat (89a) dan (89b) tetap berterima meski dengan
menambahkan kata kemudian atau lalu. Gérondif pada kalimat (89) memiliki
makna yang setara dengan kalimat berikut.
61
(89c) Ses sanglots redoublaient. Le sud Américain se mit à pleurer aussi,
ensuite répéta : « nous étions si heureux, si heureux ».
‘Sedu-sedunya semakin menjadi-jadi. Si Amerika Serikat ikut-ikutan
meratap, kemudian terus membeo : "Betapa bahagia kita selama ini,
betapa bahagia."’
Kalimat (89c) memiliki makna yang setara dengan kalimat (89) dengan
menggunakan kata ensuite yang menggantikan gérondif, namun kata ensuite
diikuti dengan verba participe passé.
8. Menyatakan Makna ‘Akibat’
Kebalikan dengan makna ‘sebab’, makna ‘akibat’ menyatakan konsekuensi
atau hasil dari klausa yang menyatakan ‘sebab’. Dalam sumber data ditemukan
gérondif yang diterjemahkan menjadi makna ‘akibat’, yaitu :
(90) Il avança un peu le visage de sorte que nos lèvres, en venant à se
toucher, se reconnurent. (BT : 92)
‘Cyril menyorongkan wajahnya sedikit hingga bibir kami
bersentuhan, saling mengenali.’ (LK : 97)
Kalimat (90) diterjemahkan menjadi makna ‘akibat’ dengan adanya kata
hingga yang memaparkan hasil dari tindakan pada klausa sebelumnya meski tidak
terdapat kata hubung sebab seperti karena pada klausa sebelumnya. Gérondif pada
kalimat (90) memiliki makna yang setara dengan kalimat berikut.
(90a) Il avança un peu le visage de sorte que nos lèvres, vinrent à se
toucher, se reconnurent. (BT : 92)
‘Cyril menyorongkan wajahnya sedikit hingga bibir kami
bersentuhan, saling mengenali.’ (LK : 97)
Kalimat (90a) menghilangkan gérondif dan mengganti bentuk venir dari
participle présent menjadi passé simple sesuai pada kala waktu yang digunakan
pada kalimat itu. Tidak ada penambahan konjungsi yang menyatakan ‘akibat’
karena sudah terdapat frasa de sorte que yang merupakan konjungsi akibat.
62
9. Menyatakan Makna ‘Syarat’
Pernyataan makna ‘syarat’ merupakan pernyataan suatu hal dalam klausa
bawahan yang merupakan syarat dari terjadinya sebuah peristiwa pada klausa
utama. Intinya, peristiwa atau tindakan yang ada pada klausa utama tidak akan
terjadi jika tindakan pada klausa bawahan tidak terjadi. Dalam sumber data
ditemukan gérondif yang diterjemahkan menjadi makna ‘syarat’, misalnya :
(91) Les mots « faire l’amour » ont une séduction à eux, très verbale, en
les séparant de leur sens. (BT : 114)
‘Jika menilik maknanya secara umum, kata-kata faire l’amour atau
berbuat cinta memiliki pesona tersendiri yang teramat verbal.’ (LK :
121)
(92) En s’attachant M. Bovary par des politesses, c’était gagner sa
gratitude, et empêcher qu’il ne parlât plus tard, s’il s’apercevait de
quelque chose. (MB : 129)
‘Kalau Tuan Bovary dapat dipikatnya dengan segala macam sopan
santun itu, artinya budinya dapat dipupuk, maka kalau nanti ada
yang ketahuan olehnya, ia akan tercegah membuka mulut.’ (MBt :
107)
Gérondif pada kalimat (91) dan (92) menyatakan makna ‘syarat’ dengan
penggunaan kata kalau pada penerjemahannya. Gérondif pada kedua kalimat di
atas dapat diganti dengan kalimat berikut yang memiliki makna setara.
(91a) Les mots « faire l’amour » ont une séduction à eux, très verbale, si
on les separe de leur sens. (BT : 114)
‘Jika menilik maknanya secara umum, kata-kata faire l’amour atau
berbuat cinta memiliki pesona tersendiri yang teramat verbal.’ (LK :
121)
(92b) S’il put attacher M. Bovary par des politesses, c’était gagner sa
gratitude, et empêcher qu’il ne parlât plus tard, s’il s’apercevait de
quelque chose. (MB : 129)
‘Kalau Tuan Bovary dapat dipikatnya dengan segala macam sopan
santun itu, artinya budinya dapat dipupuk, maka kalau nanti ada
yang ketahuan olehnya, ia akan tercegah membuka mulut.’ (MBt :
107)
63
Pernyataan makna ‘syarat’ dapat menggunakan kata si seperti pada kalimat
(91a) dan (92b), meskipun beberapa kalimat kurang tepat jika pernyataan syarat
menggunakan kata si dan lebih tepat dengan menggunakan gérondif. Kalimat
(91a) dan (92b) memiliki makna yang sama dengan kalimat (91) dan 92), hanya
saja kata si diikuti dengan klausa yang lebih kompleks dengan subjek dan verba.
10. Menyatakan Makna ‘Pengandaian’
Kalimat pengandaian adalah kalimat yang menyatakan keinginan atau
angan-angan. Pengandaian terjadi karena beberapa sebab, yaitu keinginan atau
harapan yang ingin tercapai, keinginan yang tidak terjadi karena sesuatu, dan
penyesalan terhadap sesuatu yang telah terjadi. Keinginan atau harapan di sini
tidak selalu sesuatu positif, tetapi juga bisa kemungkinan negatif yang terjadi di
masa depan. Gérondif yang menyatakan pengandaian dalam sumber data adalah
sebagai berikut.
(93) Si nous nous étions suicidés – en admettant que nous en ayons le
courage (BT : 150)
‘Seandainya kami yang bunuh diri – taruhlah kami punya keberanian
itu.’ (LK : 160)
Kalimat pengandaian pada kalimat (93) ini merupakan kalimat pengandaian
yang tidak tercapai, artinya peristiwa dalam kalimat itu tidak terjadi. Hal ini bisa
terlihat pada penggunaan kala imparfait dalam bP, sedangkan pada peristiwa yang
belum terjadi, kalimat pengandaian diucapkan dalam kala present atau future.
64
3.3 Pergeseran Makna Gérondif dalam Terjemahan
Dalam sumber data, ditemukan penerjemahan gérondif yang mengalami
pergeseran makna. Pergeseran makna itu ada yang berupa pergeseran dalam tataran
gramatikal dan tataran leksikal. Contoh pergeseran itu adalah sebagai berikut.
3.3.1 Pergeseran Tataran Gramatikal
1. Pergeseran bentuk tunggal menjadi bentuk jamak
(94) Pour lui épargner de la dépense, sa mère lui envoyait chaque
semaine, par le messager, un morceau de veau cuit au four,
avec quoi il déjeunait le matin, quand il était rentré à l’hôpital,
tout en battant la semelle contre le mur. (MB : 31)
‘Untuk mengurangi pengeluaranya, ibunya setiap minggu
menitipkan kepada tukang pengantar sepotong daging anak sapi
yang telah dibakar di tungku. Dan Charles menyantapnya untuk
makan siang setelah pulang dari rumah sakit, sambil mengentak-
entakkan sol sepatu ke dinding.’ (MBt : 18)
(95) Quel pauvre homme ! quel pauvre homme ! disait-elle tout bas,
en se mordant les lèvres. (MB : 97)
‘"Kasihan ! Kasihan dia !" katanya pelan-pelan sambil
menggigit-gigit bibir.
Gérondif pada kalimat 94) dan (95) mengalami pergeseran bentuk
tunggal ke bentuk jamak. Kata en battant pada kalimat (94) dan en se mordant
pada kalimat (95) diterjemahkan menjadi ‘sambil mengentak-entakkan’ dan
‘sambil menggigit-gigit’. Dalam bI, kata yang diulang seperti ‘mengentak-
entakkan’ menyatakan tindakan yang dilakukan lebih berkali-kali, sehingga
pergeseran terjemahan kedua gérondif di atas masuk dalam kategori ini.
2. Pergeseran bentuk aktif menjadi kalimat pasif dalam bSa.
(96) Si bien qu’on ne crut pas au château outrepasser les bornes de
la condescendance, ni d’autre part commettre une maladresse,
en invitant le jeune ménage. (MB : 78)
‘Di kastil pun orang tidak akan menganggap ia kelewat
merendahkan diri, ataupun membuat keteledoran apabila
pasangan muda ini diundang.’ (MBt : 61)
65
(97) En s’attachant M. Bovary par des politesses, c’était gagner sa
gratitude, et empêcher qu’il ne parlât plus tard, s’il s’apercevait
de quelque chose. (MB : 129)
‘Kalau Tuan bovary dapat dipikatnya dengan segala macam
sopan santun itu, artinya budinya dapat dipupuk, maka kalau
nanti ada yang ketahuan olehnya, ia akan tercegah membuka
mulut.’ (MBt : 107)
Pada kalimat (96) dan (97), bentuk gérondif mengalami pergeseran
makna bentuk aktif menjadi bentuk pasif. Gérondif ‘en invitant’ pada kalimat
(96) dan en s’attachant pada kalimat (97) dituliskan dalam bentuk aktif, karena
tidak ada verba être yang diikuti dengan participe passé seperti pada penulisan
bentuk pasif dalam bP. Jika diartikan secara kata per kata, kata en invitant dan
en s’attachant diartikan menjadi ‘dengan mengundang’ dan ‘dengan memikat’,
namun pada terjemahannya, gérondif berubah menjadi bentuk pasif dengan
adanya prefiks4 di- pada kata terjemahannya, yaitu diundang dan dipikatnya.
- Pergeseran kala
(98) Si elle était devenue une fille des rues en étant née dans son
milieu, là, elle aurait eu du mérite. (BT : 43)
Kalau dia jadi cewek jalanan padahal lahir dari lingkungan
borjouis, itu baru patut diacungi jempol. (LK : 47)
BI adalah bahasa yang tidak memiliki sistem kala, sehingga bentuk kala
passé composé dalam bP pada kalimat (98) di atas yang dituliskan dalam
bentuk gérondif en étant née diterjemahkan dengan kata lahir saja yang
penulisannya sama baik untuk menjelaskan kejadian di masa lalu atau saat ini.
4 Prefiks adalah istilah untuk menyebut imbuhan awalan dari pembentukan kata dasar dalam bI. Selain prefiks,
juga terdapat sufiks untuk menyebut imbuhan di akhir kata, konfiks untuk menyebut imbuhan di awal dan akhir kata. serta infiks untuk menebut imbuhan yang dibubuhkan di tengah-tengah kata.
66
3.3.2 Pergeseran Kategori
1. Pergeseran struktur
(99) A table même, elle apportait son livre, et elle tournait les
feuillets, pendant que Charles mangeait en lui parlant. (MB :
92)
‘Sampai ke meja makan dibawanya bukunya, dan dibuka-
bukanya halamannya sementara Charles makan sambil
bercakap-cakap kepadanya.’ MBt : 75)
Jika diuraikan, bentuk gérondif pada kalimat (99) adalah
en+COI+verba participe présent. Terjemahan dari gérondif di atas adalah
‘sambil bercakap-cakap kepadanya’. Dalam BP, objek langsung maupun tak
langsung lebih lazim diletakkan sebelum verba, namun dalam bI, objek selalu
terletak setelah verba. Pada terjemahan ini terjadi pergeseran secara struktur.
2. Pergeseran kelas kata
(100) Aussi n’étais-je nullement tendue en l’écoutant parler. (BT :
121)
‘Jadi, aku sama sekali tidak dibuat kikuk oleh kata-kata nyonya
Webb.’ (LK : 129)
Pada kalimat (100) di atas, verba écoutant pada bentuk gérondif en
l’écoutant parler diterjemahkan menjadi ‘kata-kata nyonya Web’ yang
merupakan nomina. Pergeseran ini adalah pergeseran verba menjadi nomina
yang merupakan pergeseran kelas kata.
3. Pergeseran satuan
(101) Nastasie descendit les marches en grelottant, et alla ouvrir la
serrure et les verrous, l’un après l’autre. (MB : 35)
‘Nastasia turun tangga. Ia menggigil kedinginan. Ia membuka
kunci, dan palang pintu satu demi satu.’ (MBt : 22)
(102) Noirs à l’ombre et bleu fonce au grand jour, ils avaient comme
des couches de couleurs successives, et qui, lus épaisses dans le
fond, allaient en s’éclaircissant vers la surface de l’émail. (MB :
61)
67
‘Hitam dalam keteduhan dan biru tua di cahaya cerah, mata itu
seakan-akan terdiri dari beberapa lapisan warna yang tindih
menindih, yang mula-mula gelap di bagian dalam menjadi
makin terang dekat permukaan mata.’ (MBt : 47)
Kata grelottant pada kalimat (101) diterjemahkan mejadi ‘menggigil
kedinginan’ dan s’eclaircissant pada kalimat (102) diterjemahkan menjadi
‘menjadi makin terang’. Pergeseran ini merupakan pergeseran kata menjadi
frasa, sehingga masuk dalam kategori pergeseran satuan. Pada sumber data
terdapat contoh pergeseran frasa menjadi kata, yaitu :
(103) Elle me regarda avec ficcite un instant, puis sourit
mystérieusement en détournant la tète. (BT : 35)
Sejenak ia menatapku lekat-lekat, lantas tersenyum misterius,
melengos. (LK : 38)
Bentuk gérondif en détournant la tète merupakan frasa yang
terjemahannya berubah menjadi kata melengos. Jika diartikan secara kata per
kata, frasa en detournant la tête diartikan menjadi ‘sambil membelokkan
kepala’, namun bI memiliki kata yang menjelaskan aktivitas itu, yaitu kata
melengos. Pergeseran ini merupakan pergeseran satuan, yaitu pergeseran frasa