1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai macam suku, budaya, etnis, dan agama dan golongan. Keanekaragaman ini di satukan dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda. Semboyan ini dapat dikatakan bahwa Indonesia adalah suatu bangsa yang mencerminkan jati diri bangsa yang besar dan kaya akan sumber daya budaya yang berbeda-beda dari berbagai macam etnis suku, agama, ras dan golongan masyarakat namun tetap bersatu dalam negara kesatuan Indonesia. Akan tetapi di satu sisi lain dari keberagaman suku bangsa, agama, ras dan antar golongan ini sebenarnya menyimpan satu potensi konflik yang dapat memcah belah persatuan dan kesatuan Indonesia. Karena dari keberagaman ini dapat memicu sutau konflik yang melibatkan perpecahan atau kerusuhan massal antar etnis suku bangsa, antar agama, ras dan antar golongan SARA. Sesuai seperti apa yang dikatakan oleh najwan (2009 : 196) dari keberagaman budaya, etnis, agama dan multi golongan ini dari satu sisi secara teori multi budaya merupakan potensi budaya yang dapat mencerminkan jati diri bangsa yang besar, akan tetapi dari sisi lain juga berpotensi menimbulkan konflik yang dapat mengecam integrasi bangsa karena konflik antar budaya dapat menimbulkan pertikaian antar etnis, antar agama, ras dan golongan SARA yang bersifat sensitif dan rapuh yang menjurus kearah disintegrasi bangsa Indonesia. Kondisi dan situasi seperti ini merupakan suatu kewajaran sejauh perbedaan ini di sadari keberadaannya. Namun, ketika perbedaan ini di sadari keberadaannya dan dihayati perbedaan tersebut mengemuka dan menjadi ancaman untuk kerukunan hidup. Perbedaan tersebut menjadi masalah yang harus diselesaikan. Masyarakat Indonesia yang multikultur memiliki potensi yang besar untuk terjadinya konflik sara antar kelompok, ras, agama, dan suku bangsa. Indikasi ke arah itu terlihat dari tumbuh suburnya berbagai organisasi
23
Embed
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44190/2/jiptummpp-gdl-hairuzzadi-46924-2-babi.pdf · dijadikan bingkai-bingkai politik untuk kepentingan-kepentingan tertentu,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai macam suku,
budaya, etnis, dan agama dan golongan. Keanekaragaman ini di satukan
dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda.
Semboyan ini dapat dikatakan bahwa Indonesia adalah suatu bangsa yang
mencerminkan jati diri bangsa yang besar dan kaya akan sumber daya budaya
yang berbeda-beda dari berbagai macam etnis suku, agama, ras dan golongan
masyarakat namun tetap bersatu dalam negara kesatuan Indonesia. Akan tetapi
di satu sisi lain dari keberagaman suku bangsa, agama, ras dan antar golongan
ini sebenarnya menyimpan satu potensi konflik yang dapat memcah belah
persatuan dan kesatuan Indonesia. Karena dari keberagaman ini dapat memicu
sutau konflik yang melibatkan perpecahan atau kerusuhan massal antar etnis
suku bangsa, antar agama, ras dan antar golongan SARA. Sesuai seperti apa
yang dikatakan oleh najwan (2009 : 196) dari keberagaman budaya, etnis,
agama dan multi golongan ini dari satu sisi secara teori multi budaya
merupakan potensi budaya yang dapat mencerminkan jati diri bangsa yang
besar, akan tetapi dari sisi lain juga berpotensi menimbulkan konflik yang
dapat mengecam integrasi bangsa karena konflik antar budaya dapat
menimbulkan pertikaian antar etnis, antar agama, ras dan golongan SARA
yang bersifat sensitif dan rapuh yang menjurus kearah disintegrasi bangsa
Indonesia.
Kondisi dan situasi seperti ini merupakan suatu kewajaran sejauh
perbedaan ini di sadari keberadaannya. Namun, ketika perbedaan ini di sadari
keberadaannya dan dihayati perbedaan tersebut mengemuka dan menjadi
ancaman untuk kerukunan hidup. Perbedaan tersebut menjadi masalah yang
harus diselesaikan. Masyarakat Indonesia yang multikultur memiliki potensi
yang besar untuk terjadinya konflik sara antar kelompok, ras, agama, dan suku
bangsa. Indikasi ke arah itu terlihat dari tumbuh suburnya berbagai organisasi
2
kemasyarakatan, profesi, dan organisasi lainnya. Selain itu, muncul juga
berbagai macam aliran keagamaan.1
Salah satu koflik yang bernuansa SARA di Indonesia terjadi di
berbagai daerah, termasuk peristiwa penembakan empat mahasiswa Trisakti
pada 12 Mei 1998 ternayata berbuntut panjang dan menyulut emosi warga.
Akibatnya, keesokan hari jakarta menjadi lautan aksi massa yang terjadi di
beberapa titik, penjarahan dan pembakaran tidak bisa dihindarkan. Krisis
moneter berkepanjangan di tahun 1998 berujung pada aksi kerusuhan hebat
pada penghujung rezim Orde Baru pimpinan almarhum Soeharto. Saat itu,
Indnesia dilandasi krisis ekonomi yang sangat parah sehingga melumpuhkan
seluruh persedian ekonomi dalam negeri. Kerusuhan yang terjadi menular
pada konflik antar etnis pribumi dan etnis Tioghoa. Saat itu, banyak aset milik
etnis Tionghoa dijarah dan juga dibakar oleh massa yang kalap. Massa
pribumi juga melalukan tindak kekerasan dan pelecehan seksual terhadap para
wanita etnis Tionghoa. Konflik antar etnis itu menjadi sejarah kelam di
penghujung pemerintahan rezim Soeharto. Konflik yang berbau agama paling
tragis meledak pada tahun 1999 silam. Konflik dan pertikaian yang melanda
masyarakat Ambon-Lease sejak januari 1999, telah berkembang menjadi aksi
kekerasan brutal yang merenggut ribuan jiwa dan menghancurkan semua
tatanan bermasyarakat. Konflik tersebut kemudian meluas dan menjadi
kerusuhan hebat antara umat Islam dan Kristen yang berujung pada banyaknya
orang meregang nyawa. Kedua kubu berbeda agama ini saling serang dan
bakar membakar bangunan serta sarana ibadah. Saat itu, aparat penegak
hukum dianggap gagal menangani konflik dan merebak isu bahwa situasi
sengaja dibiarkan berlanjut untuk mengalihkan isu-isu besar lainnya.
Kerusuhan yang merusak tatanan kerukunan antar umat bergama di Ambon itu
berlangsung lama sehingga menjadi isu sensitif. Beberapa konflk terjadi di
indonesia, baik yang berdasarkan suku, agama maupun agama (SARA).
Seperti konflik agama di Poso tahun 1998, konflik etnis madura di Sambas,
Kalimantan Barat pada tahun 1999, konflik di Maluku tahun 1999-2004
(Leatemia, 2011 : 45).
1 Suryana, Yaya & Rusdiana, H. A. 2015. Pendidikan Multikultural (Suatu Upaya Penguatan Jati Diri Bansa)
Dalam suatu interaksi antara individu dengan orang lain, apakah orang
lain akan menerima atau menolak, bagaimana mereka ingin mengetahui
tentang mereka akan ditentukan oleh bagaimana individu dalam
mengungkapkan dirinya. Pengungkapan diri (self-disclouser) adalah proses
menghadirkan diri yang diwujudkan dalam kegiatan membagi perasaan dan
informasi dengan orang lain (Wrightsman, 1987).
5. Egaliter (egalitarian)
Arneson (2013) menyatakan bahwa egalitarianisme adalah tren
pemikiran dalam filsafat yang mendukung kesetaraan jenis yang sama. Orang
harus mendapatkan yang sama, atau diperlakukan sama, atau diperlakukan
setara, dalam beberapa hal. Pandangan alternatif memperluas pilihan terakhir
yang disebutkan ini: Orang harus diperlakukan sama, harus memperlakukan
satu sama lain sebagai sama, harus berhubungan dengan setara, atau
menikmati kesetaraan status sosial dari beberapa macam.
6. Empati (empathy)
Empati awalnya Einfühlung yang secara harfiah berarti "di-perasaan,"
diciptakan oleh psikolog Jerman Theodore Lipps untuk menggambarkan
apresiasi emosional perasaan orang lain. Empati telah lebih jauh digambarkan
sebagai proses memahami pengalaman subjektif seseorang dengan
(vicariously) berbagi pengalaman yang tetap menjaga sikap taat (Ioannidou
dan Konstantikaki, 2008: 119).
1.5.3 Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural telah didefinisikan dalam banyak pandangan
dan banyak latar belakang bidang keilmuan seperti antropologi, sosiologi,
filsafat, dan banyak latar belakang bidang keilmuan seperti antropologi,
sosiologi, dan psikologi. Pendidikan lahir karena ada permasalahan manusia
hanya karena perbedaan. Pendidikan multikultural itu sangat memuliakan
karena memandang semua manusia setara, dapat bekerja sama dan saling
menghormati walaupun kita berbeda budaya, ras, etnis, agama, dan cara
pandang.
14
Jamens A Bank mendefinisikan pendidikan multikultural adalah
sebuah ide, sebuah gerakan reformasi pendidikan, dan proses yang tujuan
utama adalah untuk mengubah struktur lembaga pendidikan sehingga siswa
laki-laki dan perempuan, dan mahasiswa yang tergabung dalam berbagai ras,
etnis, bahasa, dan budaya kelompok akan memiliki kesempatan yang sama
untuk mencapai akademis di sekolah/universitas.
Pendidikan multikultural sebagai proses menyiratkan bahwa itu bukan
merupakan suatu one-shot. Kesetaraan pendidikan, seperti kebebasan dan
keadilan adalah suatu ideal dalam kehidupan manusia, tetapi tidak pernah
sepenuhnya tercapai, rasisme, seksisme (prasangka berdasarkan jenis
kelamin), dan diskriminasi terhadap para penyandang cacat sulit di hilangkan
dan seberapa keras kita untuk menghilangkannya, itu merupakan sebuah
masalah sosial.
1.5.4 Encompass Indonesia
Di dalam AD/ART, Encompass Indonesia bertempat di Kota Malang,
Jawa Timur. Pada tahun 2009, diadakan bincang-bincang 118 alumnus di
Malang, Jawa Timur setelah mengikuti kegiatan Journey Of Understanding
di London (United Kingdom) yang diselenggarakan oleh Encompass Trust.
Salah satu topik perbincangannya adalah keprihatinan akan maraknya aksi
kekerasan berkedok SARA dan ancaman disintegrasi bangsa. Keprihatinan
tersebut memunculkan gagasan diantara mereka untuk mempraktekkan
sekaligus membagikan bekal ketrampilan dan pengalaman yang mereka
peroleh saat mengikuti program internasional tersebut kepada masyarakat.
Karena kegiatan yang mereka ikuti dalam program tersebut sangat relevan
dengan bentuk upaya prefentif penanggulangan konflik yang berlatar belakang
perbedaan SARA. Akhirnya disepakati untuk membentuk organisasi formal,
yaitu Encompass Indonesia wilayah Malang sebagai wadah pergerakan-
pergerakan mereka.
15
House Of Understanding atau rumah Encompass Indonesia di Kota
Malang sebuah Tempat / wahana / bangunan rumah yang tidak hanya sekedar
berfungsi sebagai Sekretariat Encompass Indonesia, namun sekaligus sebagai
tempat atau Wahana berkumpul, berinteraksi dan berkreasi antar para anggota
Encompass Indonesia maupun dengan anggota komunitas lain. Kesemua
kegiatan tersebut adalah dalam rangkaian upaya edukasi / pemahaman sikap
dan nilai-nilai multikultural.
1.5 Metode Penelitian
1.5.4 Pendekatan Penelitian
Berdasarkan pada masalah yang diangkat dalam penelitian ini maka
pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dimana
data yang dihasilkan bersifat deskriptif atau penelitian kualitatif berusaha
mengerti dan mengungkapkan makna suatu kejadian atau peristiwa dengan
mencoba berinteraksi dengan orang-orang dalam situasi atau fenomena yang
sedang dikaji. Selain itu, dalam penelitian kualitatif peneliti melakukan
berbagai tahapan penelitian dan kemudian mengolah data yang didapat selama
penelitian sampai menyimpulkan data selama proses yang berlangsung dari
awal sampai akhir kegiatan. Data yang disajikan bersifat naratif dan holistik.8
Penelitian kualitatif secara umum dapat digunakan umtuk penelitian
tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi
organisasi, aktivitas sosial. Salah satu alasan menggunakan pendekatan
kualtitatif adalah pegalaman para peneliti dimana metode ini dapat digunakan
untuk menemukan dan memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena
yang kadangkala merupakan sesuatu yang sulit umtuk dipahami secara
memuaskan.
1.6.2 Jenis Penelitian
Berdasarkan pada masalah yang diangkat dalam penelitian ini maka
jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Deskriptif
merupakan metode penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara
8 Yusuf, A. Muri. 2014. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif & Penelitian Gabungan (Cetakan ke-1).
Jakarta. Kencana. Hal. 1
16
terperinci fenomena sosial tertentu. Penelitian deskriptif juga dapat
diidentikkan sebagai penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan
suatu masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga
bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta (fact finding). Kualitatif
merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis,
yaitu apa yang dinyatakan secara tertulis atau lisan dan juga perilaku yang
nyata, teliti dan dipelajari sebagai suasana yang utuh, jadi penelitian deskriptif
kualitatif studi kasusnya mengarah kepada pendeskripsian secara rinci dan
pendalaman mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi
menurut apa adanya di lapangan studinya.9
1.6.3 Lokasi Penelitian
Uraian lokasi penelitian diisi dengan identifikasi karakteristik lokasi
dan alasan memilih lokasi serta bagaiamana peneliti memasuki lokasi tersebut.
Lokasi penelitian tempat dimana peneliti melihat langsung dengan kedaaan
yang sebenarnya. Sekretariat Encompass Indonesia Wilayah Malang di Sunan
Muria VIII, Kav. 13, Dinoyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Dengan
pemilihan lokasi ini, peneliti diharapkan menemukan hal-hal yang baru
sehingga bisa memberikan hasil penelitian yang maksimal dengan penguatan
data sekunder.
1.6.4 Subjek Penelitian
Subyek penelitian yang digunakan peneliti adalah Manager
Pengebangan (Pembina organisasi), sekretaris wilayah malang, dan pengurus
(anggota) Encompass Indonesia di Malang, adapun teknik penelitiannya
adalah menggunakan teknik Purposive Sampling adalah teknik penentuan
sample dengan pertimbangan tertentu.10. pertimbangan peneliti dalam
menentukan subyek penelitian adalah :
9 Sutopo, Habertus. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. UNS Press. Surakarta. Hal 110-112 10 Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta. Hal. 34
17
a. Subyek yang dianggap paling mengerti dan memahami tentang
pergerakan LSM Encompass Indonesia yaitu pembina atau maneger
pengembangan.
b. Sekretaris wilayah malang LSM Encompass Indonesia yang telah
memandu program-program LSM Encompass Indonesia dalam
mensosialisasikan kegiatan dan menertibkan administrasi
keroganisasian.
c. Pengurus (anggota) LSM Encompass Indonesia yang berperan aktif
sebagai pegiat dan membantu mennsosialisasikan kegiatan.
Adapun untuk memperlengkap data, peneliti menentukan
beberapa informan yang di anggap sebagai pihak pendukung dari adanya
data yang diperoleh. Maka dari itu peneliti mengambil beberapa informan
sebagai berikut:
a. Manager pengembangan (Bambang Sarasno)
b. Sekretaris Kordinator Wilayah (Dhika Kusumaranti)
c. Delapan Anggota (Pengurus) LSM Encompass Indonesia
Wilayah Malang
1.6.5 Teknik Penentuan Informan
Penelitian ini menggunakan teknik purposivse untuk menentukan
informan. Teknik purposive yaitu “teknik penentuan informan dengan
pertimbangan tertentu”. Teknik ini bisa diartikan sebagai suatu proses
penentuan informan dengan menentukan terlebih dahulu jumlah informan
yang hendak diambil, kemudian pemilihan informan dilakukan dengan
berdasarkan tujuan-tujuan dan karakteristik tertentu, asalkan tidak
menyimpang dari ciri-ciri informan yang ditetapkan.11 Dalam penelitian
informan, peneliti membaginya kedalam 2 bagian. Yakni Key informan atau
informan kunci dan juga informan yang menurut peneliti mampu mendukung
kelengkapan data yang peneliti butuhkan.
11 Nadzir, Muhammad. 1998. Ibid. Hal.63
18
Dengan demikian, karakter ciri-ciri key informan yang akan peneliti
ambil untuk memperoleh data peneliti butuhkan adalah sebagai berikut:
1. Manager Pengembangan (Pembina Organisasi)
2. Sekretaris Kordinator Wialayah Malang
3. Anggota (pengurus) Encompass Indonesia
1.6.5 Sumber Data
a. Data Primer
Data primer merupakan data penelitian diperoleh secara langsung dari
sumber asli (tidak melalui perantara). Data primer dapat diperoleh dari sumber
yang asli dan dikumpulkan secara khusus untuk menjawab penelitian. Data
primer didapat dengan melakukan observasi dan wawancara.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung atau melalui media perantara. Data sekunder
diperoleh dari melalui penelitian kepustakaan baik dengan teknik
pengumpulan dan inventarisasi buku-buku, karya-karya ilmiah, artikel-
artikel dari internet serta dokumen-dokumen yang ada hubungannya
dengan masalah yang akan dibahas dalam tulisan ini. Data sekunder juga
berupa foto atau video.
1.6.6 Teknik Pengumpulan Data
Adapun beberapa metode dalam pengumpulan data dalam penelitian
kualitatif sebagai berikut :
a. Observasi
Beberapa informamsi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang
(tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu,
dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan
gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk
membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan
pengukuran terhadap aspek terntenttu melakukan umpan balik terhadap
pengukuran tersebut. Pada observasi penulis mengadakan pengamatan
19
langsung dilapangan dengan mengamati aktifitas kegiatan LSM Encompass
Indonesia di Kota Malang baik kegiatan outdoor atau kegiatan indoor.
Observasi ini dilakukan untuk mengetahui dan mengamati kehidupan ataupun
kegiatan dilokasi penelitian.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksut tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan yang diwawancarai (Intervieew) yang memberikan jawaban
atas pertanyaan itu.12 Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat diskontruksi
makna dalam suatu topik tertentu.13Pada wawancara penulis mengadakan
tanya jawab dengan informan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan
untuk tujuan penelitian. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara
mendalam (teknik pengumpulan data yang didasarkan pada percakapan secara
intensif dengan suatu tujuan tertentu) dengan informan untuk menggali
informasi-informasi penting dan tajam seputar bagaimana peran LSM
Encompass dalam mempromosikan nilai-nilai multikultural.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, karya-karya monumental dari
seseorang. Dokumentasi yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,
sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan kebijakan.
Dokumen yang berbentuk gambar misalnya, foto, gambar hidup, sketsa dan
lain-lain. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
12 Lexy J. Moleong. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. Hal. 135 13 Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta. Hal. 82
20
1.6.7 Teknik Analisisa Data
Teknik analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi melalui cara mengorganisasikan data kedalam kategori,
menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
mengklasifikasikan hal-hal penting yang akan dipelajari, serta membuat
kesimpulann yang sudah dipahami.
Berdasarkan penelitian ini teknik analisa data yang di gunakan peneliti
adalah teknik analisa data secara kualitatif, yaitu dengan cara mengumpulkan
berbagai sumber informasi dalam data kemudian digeneralisaikan. Analisa
data merupakan langkah terakhir sebelum didapatkan satu kesimpulan. Oleh
karena itu teknik analisa data diperlukan dalam penelitian guna memperoleh
gambaran yang jelas dan terperinci tentang objek yang diteliti. Dalam
penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan analisa
deskriptif.
Setelah pengolahan data lalu dilakukan analisa data untuk
membuktikan, efektif tidaknya program kegiatan LSM Encompas Indonesia
berdasrkan jenis data kualitatif, analisas data kualitattif kata-kata dibangun
dari hasil wawancara atau pengamatan (observasi) terhadap data yang
dibutuhkan untuk mendeskripsikan kegiatan dirangkum.14 Adapun kegiatan
dalam penelitian ini meliputi:
1. Pengumpulan Data
Kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang
diperoleh dari subyek penelitian yang ada relevansinya dengan perumusan
masalah dan tujuan penelitian. Dalam pengumpulan data ini peneliti
mengumpulkan data yang terkait dengan judul penelitian. Pengumpulan
data pada penelitian kualitatif tidak memiliki segmen atau waktu
tersendiri, melainkan sepanjang penelitian yang dilakukan proses
pengumpulan data dapat dilakukan.
14 Patilima, Hamid. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Hal.88
21
2. Reduksi Data
Diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada
penyederhanaan, keabstrakan dan transformasi data awal yang muncul
dari catatan dilapangan. Peneliti mengedit data dengan cara memilih
bagian data untuk dikode, dipakai dan yang diringkas serta dimasukkan
dalam kategori yang diteliti. Reduksi data dilakukan secara terus menerus
selama penelitian dilakukan. Peneliti akan mengklasifikasikan data yang
diperoleh dari lapangan, seperti hasil wawancara, observasi, dokumentasi
terhadap program kegiatan Encompass Indonesia.
3. Penyajian Data / Display Data
Sekumpulan data yang terorganisir sehingga dapat memberi
deskripsi menuji penarikan kesimpulan. Penyajian data harus mempunyai
relevansi yang kuat dengan perumusan masalah secara keseluruhan dan
disajikan secara sistematis.
4. Penarikan Kesimpulan
Proses penarikan kesimpulan merupakan bagian penting dari
kegiatan penelitian karena merupakan kesimpulan dari penelitian. Proses
penarikan kesimpulan ini bermaksud untuk menganalisa, mencari makna
dari data yang ada sehingga dapat ditemukan permasalahan apa yang ada
dalam penelitian yang telah dilakukan.
22
Gambar 1.1 Komponen-komponen Analisis Data Interaktif Miles dan Huberman
Sumber: Miles dan Huberman (Sugiyono, 2010: 183)
1.6.8 Keabsahan Data
Mengacu pada Moleong (1994:330) untuk pembuktian validitas data
penelitian ini ditentukan oleh kredibilitas temuan dan interpretasinya dengan
mengupayakan temuan dan penafsiran yang dilakukan sesuai dengan kondisi
yang senyatanya dan disetujui oleh subyek penelitian. Kondisi di atas dapat
dipenuhi dengan cara memperpanjang observasi, pengamatan yang terus-
menerus, triangulasi, dan membicarakan hasil temuan dengan orang lain, dan
menggunakan bahan referensi. Sedangkan reabilitas dapat dilakukan dengan
pengamatan sistematis, berulang, dan dalam situasi yang berbeda.
Penelitian ini digunakan triangulasi sumber yang artinya
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian
kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan jalan :
Pengumpulan Data Penyajian Data /
Display Data
Penarikan
Kesimpulan Reduksi Data
23
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakannya secara pribadi.
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang
pemerintahan. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu