1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guru sebagai tenaga profesional memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mewujudkan sumber daya manusia Indonesia cerdas dan kompetitif (Daryanto dan Tasrial, 2015: 69). Maknanya adalah bahwa profesi guru harus dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat. Dalam pasal 4 Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dinyatakan bahwa guru merupakan tenaga profesional yang bermartabat dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional. Pengembangan profesi guru memerlukan suatu sistem pembinaan dan pengembangan terhadap profesi guru yang terprogram dan berkelanjutan. Upaya pengembangan SDM guru antara lain melalui pemberlakuan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Permen tersebut menyatakan bahwa Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) merupakan salah satu kegiatan untuk mewujudkan terbentuknya guru yang profesional (Bab I pasal 1). PKB merupakan salah satu
17
Embed
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang2017. 12. 14. · Modul pelatihan karya tulis ilmiah hasil PTK berbasis andragogi berbantuan. CMS Moodle. dikembangkan sebagai sebuah produk penelitian
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Guru sebagai tenaga profesional memiliki peran
yang sangat strategis dalam upaya mewujudkan
sumber daya manusia Indonesia cerdas dan kompetitif
(Daryanto dan Tasrial, 2015: 69). Maknanya adalah
bahwa profesi guru harus dikembangkan sebagai
profesi yang bermartabat. Dalam pasal 4 Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen dinyatakan bahwa guru merupakan tenaga
profesional yang bermartabat dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Pengembangan profesi guru memerlukan suatu sistem
pembinaan dan pengembangan terhadap profesi guru
yang terprogram dan berkelanjutan.
Upaya pengembangan SDM guru antara lain
melalui pemberlakuan Peraturan Menteri Negara
Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Permen
tersebut menyatakan bahwa Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (PKB) merupakan salah satu
kegiatan untuk mewujudkan terbentuknya guru yang
profesional (Bab I pasal 1). PKB merupakan salah satu
2
unsur utama selain kegiatan pembelajaran/
pembimbingan dan tugas tambahan lain yang relevan
dengan fungsi sekolah/madrasah yang diberikan angka
kredit untuk pengembangan karir guru khususnya
dalam kenaikan pangkat/jabatan fungsional guru.
Melalui kegiatan PKB akan terwujud guru
profesional yang bukan hanya sekedar memiliki ilmu
pengetahuan yang kuat, tuntas dan tidak setengah-
setengah, tetapi tidak kalah pentingnya juga memiliki
kepribadian yang matang, kuat dan seimbang.
Mengimplementasikan PKB dalam menjalankan
profesinya sebagai guru, hakikatnya adalah meniti
jenjang kariernya sendiri. PKB ini diarahkan untuk
dapat memperkecil jarak antara pengetahuan,
keterampilan, kompetensi sosial dan kepribadian yang
mereka miliki dengan tuntutan profesinya. Kegiatan
PKB ini dikembangkan atas dasar profil kinerja guru
sebagai perwujudan hasil Penilaian Kinerja Guru (PKG)
yang didukung dengan hasil evaluasi diri
(Kemendiknas, 2010: 2).
Berdasarkan kebijakan PKB maka guru dituntut
untuk memiliki kompetensi agar dapat membuat karya
tulis ilmiah. Kompetensi itu mencakup: (1)
pengetahuan dasar tentang penulisan ilmiah; (2)
kemampuan menggunakan bahasa tulisan dengan baik
dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku;
(3) memiliki wawasan yang luas mengenai pendidikan,
3 3
pengajaran, bimbingan dan konseling, baik praktek
maupun teori melalui buku atau referensi kependidikan
serta pengalaman profesional sebagai tenaga guru dan
tenaga kependidikan lainnya; (4) pengetahuan
mengenai metode penelitian dengan cara mempelajari
buku-buku penelitian, membaca hasil penelitian orang
lain, diskusi dengan rekan sejawat; (5) menguasai
materi keilmuan atau materi mata pelajaran yang
menjadi spesialisasinya (Kemendiknas, 2010: 1).
Pada tataran empirik, ada dugaan bahwa
implementasi kebijakan PKB sebagai sarana
pemecahan masalah rendahnya tingkat keprofesionalan
guru belum berjalan dengan baik. Setidaknya jika
dilihat dari jenjang kenaikan jabatan fungsional serta
pangkat dan golongan ruang guru yang mengalami
kemandegan. Fakta di lapangan menunjukkan
fenomena mandegnya jenjang karier guru pada tataran
jabatan fungsional Guru Madya, pangkat dan golongan
ruang Pembina IV/a (Suara Merdeka, 12 Mei 2012).
Mulai tahun 2014 ke depan dengan
pemberlakuan Permenneg PAN dan RB Nomor 16
Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan
Angka Kreditnya, dikawatirkan karier guru akan
berhenti pada golongan/ruang III/B karena permen itu
mengisyaratkan golongan/ruang III/B harus membuat
KTI. Sementara banyak pakar meyebutkan penyebab
4
berhentinya karier guru disebabkan oleh karena
kompetensi guru dalam memenuhi komponen publikasi
ilmiah yang masih sangat rendah (Sujianto, 2013;
Sunardi, 2013; BKD Magelang, 2015).
Banyaknya masalah yang terjadi di berbagai
daerah, juga terjadi di jajaran UPTD Dikdas dan LS
Kecamatan Wonosegoro sebagaimana ditunjukkan hasil
studi dokumen terhadap mandegnya karier guru. Hasil
studi dokumentasi rekapitulasi laporan bulanan SD
pada bulan Mei 2016 UPTD Dikdas dan LS Kecamatan
Wonosegoro-Boyolali mengenai pangkat/golongan dan
Tanggal Mulai Tugas (TMT) golongan. Secara visual
tabel 1.1 menunjukkan rekapitulasi laporan tersebut.
Tabel 1.1 Rekapitulasi Laporan Bulanan SD pada
Bulan Mei 2016 UPTD Dikdas dan LS Kec.
Wonosegoro-Boyolali
Gol TMT Jumlah
0-4 5 – 8 9-12 > 12
III A 40 1 41
III B 5 4 9
III C 3 1 4
III D 3 1 4
IV A 9 29 25 6 69
IV B 3 3
Jumlah 63 35 25 7 130
Sumber: Dokumen rekapitulasi laporan bulan SD pada
bulan Mei 2016 UPTD Dikdas dan LS Kecamatan
Wonosegoro-Boyolali, diolah
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa karier guru
berhenti di golongan III B – IV A, fenomena tersebut
5 5
ditunjukkan dari 130 guru ada 67 guru yang mandeg
jenjang kariernya, dengan rincian (1) III A ada 1 guru;
(2) III B ada 4 guru; (3) III C ada 1 guru; (4) III D ada 1
guru; (4) ada 60 guru mandeg di IV A. Penyebab dari
mandegnya karier guru tersebut disebabkan guru tidak
mampu membuat karya tulis ilmiah sebagaimana
disyaratkan dalam PKB.
Sesungguhnya pihak UPTD Dikdas dan LS Kec.
Wonosegoro-Boyolali telah melakukan upaya untuk
mengatasi permasalahan yang telah berlangsung lama
dengan mengadakan bimbingan teknik penulisan dan
pempublikasian karya tulis ilmiah yang diikuti oleh 114
guru yang diadakan pada bulan September – Oktober
2014. Hasil pelatihan sangat memprihatikan dari 114
peserta, hanya 20 guru yang mampu menghasilkan
karya ilmiah yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah.
Hasil wawancara dengan 1 Pengawas Sekolah, 1
Kepala sekolah dan 3 guru menunjukkan bahwa
kegagalan dalam pelatihan dikarenakan : (a) guru
mengalami keterbatasan buku/sumber belajar, (b)
kurang waktu untuk mengikuti pelatihan dikarenakan
sibuk dengan tugasnya sebagai guru, (c) rendahnya
kompetensi guru dalam menulis karya tulis ilmiah hal
ini ditunjukkan guru belum menghasilkan hasil
penelitian, (d) metode pelatihan yang diadakan belum
efektif, hal ini dikarenakan jumlah peserta pelatihan
6
terlalu banyak, waktu pertemuan terbatas dan harus
berkumpul dalam satu tempat dan satu ruang yang
sama. Sedangkan guru yang sudah menghasilkan
karya tulis ilmiah juga mengalami kendala yaitu
kurangnya referensi bacaan atau sumber serta
keterbatasan waktu dalam mengikuti pelatihan.
Fenomena tersebut menunjukkan bahwa
pelatihan yang diselenggarakan selama ini belum
dilakukan secara efektif, ini terlihat dari guru masih
mengandalkan pelatih padahal seharusnya guru harus
mampu belajar mandiri tanpa tergantung dari pelatih
selain itu metode pelatihan belum dilakukan secara
berkesinambungan. Keadaan ini akhirnya berdampak
pada kompetensi guru SD dalam menulis karya tulis
ilmiah. Oleh karena itu penulis ingin menutup
kelemahan pelatihan yang selama ini dilakukan yaitu
melalui model atau metode pelatihan yang dapat
mengaktualisasi diri peserta pelatihan.
Hasil studi tentang materi pelatihan yang
digunakan selama ini adalah menggunakan modul
pelatihan yang diberikan saat pelatihan sehingga guru
harus berkumpul bersama untuk mengikuti pelatihan
tanpa memberikan kesempatan pada guru untuk
mengaktualisasi diri dan memilih materi sesuai dengan
kebutuhan hal itu menyebabkan guru bosan sehingga
materi tidak dapat diterima oleh guru secara maksimal.
7 7
Studi pendahuluan juga menemukan model
pengembangan materi modul pelatihan PTK yang
dikembangkan oleh Kemendikbud (2016) melalui portal
guru pembelajar (https://gurupembelajar.id/) namun
kontennya hanya bersifat pengetahuan saja. Meskipun
diakhir pembelajaran guru diberikan latihan atau tugas
namun itu sebatas mengukur penguasaan teori, yang
seharusnya adalah guru diajak untuk mengaplikasikan
pengetahuan tersebut melalui penulisan karya tulis
ilmiah.
Berpijak pada kesenjangan dan kebutuhan di
atas maka penulis untuk mengurangi kesenjangan dan
menjawab kebutuhan ialah dengan membuat produk
pengembangan modul pelatihan karya ilmiah hasil PTK
berbasis andragogi berbantuan internet. Produk ini
akan membantu guru untuk mempraktikan
pemahaman yang dikuasai itu dan melalui latihan atau
tugas yang diberikan pada akhir pembelajaran selain
itu guru juga diberikan tes untuk mengukur
penguasaan pengetahuannya.
Guru merupakan orang dewasa yang sedang
belajar sehingga pembelajaran yang dilakukan haruslah