1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu bentuk dari karya sastra adalah puisi. Puisi merupakan gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman hidup serta membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus (KBBI, 2011:1112). Puisi berupa ungkapan bahasa yang bersifat lirik lagu (Luxemburg et al., 1989:175). Lirik lagu merupakan ragam suara berirama yang dituangkan melalui susunan kata sebagai wujud ungkapan jiwa penciptanya. Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa terdapat hubungan dan kesamaan ciri puisi dengan lirik lagu. Hubungan dan kesamaan ciri puisi dengan lirik lagu cukup signifikan karena menjadi tolak ukur keduanya dalam berkolaborasi menjadi suatu objek penelitian sastra. Hal-hal yang cukup signifikan mengenai hubungan dan kesamaan ciri puisi dengan lirik lagu antara lain sebagai berikut. Pertama, puisi dan lirik lagu menggunakan bahasa sebagai media dalam menyampaikan makna; kedua, puisi dan lirik lagu merupakan sarana pengarang dalam memaknai pengalaman hidup dan pengalaman batin; dan ketiga, puisi dan lirik lagu intensif dalam hal diksi. Diksi merupakan pilihan kata yang tepat dan selaras untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (KBBI, 2011:328). Kata-kata dalam puisi
31
Embed
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83372/potongan/S1-2015...dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Salah satu bentuk dari karya sastra adalah puisi. Puisi merupakan gubahan
dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga
mempertajam kesadaran orang akan pengalaman hidup serta membangkitkan
tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus (KBBI,
2011:1112). Puisi berupa ungkapan bahasa yang bersifat lirik lagu (Luxemburg et
al., 1989:175). Lirik lagu merupakan ragam suara berirama yang dituangkan
melalui susunan kata sebagai wujud ungkapan jiwa penciptanya. Dari uraian di
atas, dapat dilihat bahwa terdapat hubungan dan kesamaan ciri puisi dengan lirik
lagu. Hubungan dan kesamaan ciri puisi dengan lirik lagu cukup signifikan karena
menjadi tolak ukur keduanya dalam berkolaborasi menjadi suatu objek penelitian
sastra.
Hal-hal yang cukup signifikan mengenai hubungan dan kesamaan ciri puisi
dengan lirik lagu antara lain sebagai berikut. Pertama, puisi dan lirik lagu
menggunakan bahasa sebagai media dalam menyampaikan makna; kedua, puisi
dan lirik lagu merupakan sarana pengarang dalam memaknai pengalaman hidup
dan pengalaman batin; dan ketiga, puisi dan lirik lagu intensif dalam hal diksi.
Diksi merupakan pilihan kata yang tepat dan selaras untuk mengungkapkan
gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (KBBI, 2011:328). Kata-kata dalam puisi
2
dan lirik lagu sama-sama bersifat konotatif, artinya memiliki kemungkinan makna
yang lebih dari satu. Oleh karena itu, diksi dalam puisi dan lirik lagu memang
dipilih secara cermat oleh pengarang karena kata-kata yang digunakan harus
dipertimbangkan maknanya. Selain selektif dalam pemilihan kata yang tepat
makna, kata-kata dalam puisi dan lirik lagu dipilih yang puitis, artinya memiliki
efek keindahan. Efek keindahan tersebut bersifat estetis. Keestetisan dalam hal ini
menurut Pradopo (2010:13) dapat diperoleh secara menyeluruh dengan
kepuitisan. Kepuitisan dapat dicapai dengan berbagai cara, misalnya dengan
bentuk visual: tipografi dan susunan bait; dengan bunyi: persajakan, asonansi,
aliterasi, kiasan bunyi, lambang rasa, dan orkestrasi; dengan pemilihan kata
(diksi), bahasa kiasan, sarana retorika, unsur-unsur ketatabahasaan, gaya bahasa,
dan sebagainya. Dalam mencapai kepuitisan tersebut, pengarang menggunakan
banyak cara sekaligus secara bersamaan untuk mendapatkan jaringan efek puitis
yang sebanyak-banyaknya (Altenbernd dalam Pradopo, 2010:13).
Puisi dan lirik lagu terbukti memiliki hubungan dan kesamaan ciri yang
cukup signifikan, tetapi perlu diperhatikan pula bahwa lirik lagu memiliki ciri
khusus yang tidak terdapat pada puisi. Dalam hal ini, lirik lagu merupakan bagian
yang melekat dari sebuah lagu sebagai produk musikal. Namun, perlu
diperhatikan pula bahwa ketika unsur musikal dalam lirik lagu ditanggalkan maka
lirik lagu menjadi suatu puisi dan dapat dipahami secara terpisah dari unsur-unsur
musikalnya (Herwin, 2012:4–5). Dengan demikian, meskipun terdapat sedikit ciri
yang berbeda di antara keduanya, tetapi hal itu tidak terlalu signifikan dalam hal
lirik lagu sebagai puisi.
3
Dewasa ini, lirik lagu sebagai puisi terkategori dalam ranah sastra populer.
Hal ini karena lirik lagu merupakan salah satu genre sastra populer yang lahir dari
dan memiliki ciri-ciri puisi populer (Faruk dan Sayuti, 1997). Sastra populer tidak
bisa lepas dari unsur perdagangan (Dewojati, 2010:7). Lirik lagu diciptakan
seperti halnya sastra populer yang terikat pada unsur perdagangan. Hal tersebut
berarti bahwa selalu terdapat suatu gambaran keuntungan pada setiap peluncuran
sastra populer di tengah-tengah masyarakat. Selain hal tersebut, sastra populer
menyediakan jendela untuk melihat dunia orang kebanyakan (Damono dalam
Dewojati, 2010:11). Sastra populer dapat memberikan gambaran mengenai
konsep relatively unlettered (Dewojati, 2010:5). Relatively unlettered merupakan
konsep berpikir dan merasa masyarakat, sikap dan nilai-nilai yang diyakini
masyarakat, serta cara-cara masyarakat memandang kehidupan (Damono dalam
Dewojati, 2010:5–6). Sastra populer membentuk citra mental pribadi pengarang
sebagai anggota atau bagian dari masyarakat. Citraan itu berupa kesan atau
gambaran visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frasa, atau kalimat, dan
merupakan unsur dasar yang khas dalam karya sastra puisi (KBBI, 2011:270).
Sastra populer berdedikasi untuk perkembangan sastra Indonesia modern dengan
membawa unsur-unsur sastra baru, tetapi dengan tidak semata-mata menghapus
unsur-unsur sastra yang telah ada sebelumnya. Salah satu bentuk dedikasi tersebut
adalah melalui kajian sastra populer mengenai lirik lagu sebagai puisi. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa sastra populer menjadi penting karena seperti
dalam penelitian ini yaitu membuka peluang besar bagi bidang seni di luar sastra
seperti seni musik yang berupa lirik lagu untuk dikolaborasikan dengan ciri serta
4
hakikat puisi lalu dibedah dengan pisau analisis sastra sehingga dengan hal ini
mampu merangsang juga lahirnya kajian-kajian mutakhir dalam bentuk lain yang
bersifat kolaboratif atau multidisipliner. Hal tersebut tentu memberikan faedah
bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Lirik lagu merupakan bagian yang melekat dari sebuah lagu sebagai produk
musikal beraliran pop. Musik pop adalah musik dengan irama yang sederhana
sehingga mudah dikenal dan disukai orang banyak (KBBI, 2011:943). Musik pop
dibawakan oleh kalangan profesional dan dikonsumsi oleh masyarakat secara luas
karena disebarkan melalui media massa seperti media elektronik (internet, film,
album rekaman, radio, dan televisi) dan media cetak (koran, majalah, buku musik,
dan sampul album rekaman) (Danesi, 2011:196). Musik pop secara dinamis
memasuki kehidupan masyarakat seiring dengan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang semakin pesat berkembang. Dengan adanya kemajuan-kemajuan tersebut,
musik pop menjadi suatu barang industri yang mudah diakses, dibeli, dan
dinikmati oleh berbagai kalangan masyarakat. Kesimpulannya, musik pop
merupakan jenis genre musik yang ringan karena berirama sederhana, menjadi
merk komersial karena menjadi salah satu aspek dari budaya industri, serta
memiliki daya tarik tersendiri bagi khalayak ramai karena berlirik lagu khas atau
puitis. Lirik lagu yang puitis membuat musik pop menjadi lebih hidup serta lebih
dapat dijiwai sehingga mampu mempertajam kesadaran orang akan pengalaman
hidup dan membangkitkan tanggapan khusus seperti halnya efek yang diberikan
oleh puisi.
5
Musik pop dapat memberikan berbagai-bagai kesan dan pesan mengenai
makna dari kisah romantika percintaan maupun kisah persahabatan kepada
masyarakat melalui lirik lagu yang puitis seperti yang terdapat pada lirik-lirik lagu
karya Jikustik. Lirik-lirik lagu Jikustik merupakan objek dalam penelitian ini.
Jikustik merupakan grup musik beraliran sweet-pop yang berasal dari kota
Yogyakarta. Lirik-lirik lagu Jikustik dipilih sebagai objek penelitian karena telah
ditinjau dari aspek sifat fungsi seni, kepadatan, dan ekspresi tidak langsung.
Ketiga aspek tersebut merupakan hakikat puisi (Pradopo, 2007:315). Aspek sifat
fungsi seni lirik-lirik lagu Jikustik ialah meskipun lirik-lirik lagu Jikustik berasal
dari sebuah lagu sebagai produk musikal beraliran pop, tetapi ketika unsur
musikalnya ditanggalkan maka lirik-lirik lagu Jikustik menjadi suatu puisi. Aspek
kepadatan lirik-lirik lagu Jikustik ialah lirik-lirik lagu Jikustik bercerita tentang
suatu peristiwa melalui inti cerita yang bersifat emosional sehingga mampu
membawa pembaca pada penghayatan makna. Aspek ekspresi tidak langsung
lirik-lirik lagu Jikustik ialah bahwa lirik-lirik lagu Jikustik menyatakan sesuatu,
tetapi dengan maksud yang lain serta menyimpan tanda-tanda suatu makna. Oleh
karena itu, lirik-lirik lagu Jikustik dapat dijadikan objek penelitian sastra.
Grup musik Jikustik memulai debut karirnya pada tahun 1996 dengan
susunan personil sebagai berikut. Stefanus Pongki Tri Barata ‘Pongki’ sebagai
vokalis, Carolus Liberianto ‘Carlo’ pada drum, Ardhi Nurdin ‘Dadik’ pada gitar
melodi, Mohammad Aji Mirza Ferdinan Hakim ‘Icha’ pada gitar bas, dan Ivan
Ramadhan ‘Ivan’ pada keyboard. Grup musik yang di awal debut karirnya
bernama G-coustic ini telah resmi berganti nama menjadi Jikustik pada tahun
6
2000. Pada tahun 2000 itu juga, Jikustik untuk pertama kali mengalami pergantian
personil pada keyboard dan digantikan oleh Adhitya Bhagaskara ‘Adhit’.
Jikustik termasuk grup musik yang produktif karena hampir setiap tahun
sejak grup musik ini berdiri selalu menghasilkan album. Terdapat sepuluh album
yang telah dilahirkan oleh grup musik ini. Dengan dukungan Radio Geronimo
Yogyakarta, Jikustik yang pada saat itu masih bernama G-coustic meluncurkan
album Bulan di Djogja pada tahun 1999 sebagai album rekaman independen.
Berawal dari album rekaman independen tersebut, Jikustik semakin melebarkan
sayap dengan karya-karya lagunya menjadi grup musik profesional yang lebih
diakui dalam industri musik Indonesia. Lagu “Adinda”, “1000 Tahun Lamanya”,
“Separuh Hati”, dan “Berdua Lagi” yang terdapat di dalam album Bulan di Djogja
(1999) masih dapat ditemukan di dalam album Jikustik berikutnya yaitu album
Seribu Tahun (2000). Berbeda dengan keempat lagu di atas, lagu “Rie....”,
“Bersanding Denganmu”, “Menunggumu Pulang”, dan “Didera Hujan” tidak
dapat ditemukan lagi di dalam album Jikustik berikutnya yaitu album Seribu
Tahun (2000). Pada saat itu, album rekaman independen Bulan di Djogja (1999)
hanya diluncurkan dalam jumlah dan skala yang kecil.
Urutan album-album Jikustik yang telah beredar luas di pasaran setelah
album rekaman independen Bulan di Djogja (1999), antara lain, sebagai berikut.
Seribu Tahun (2000), Seribu Tahun Repackage (2001), Perjalanan Panjang
(2002), Sepanjang Musim (2003), Pagi (2004), Kumpulan Terbaik Jikustik
(2005), Siang (2006), Malam (2008), Kembali Indah (2011), dan Live Acoustic
(2014). Album Seribu Tahun (2000) di-remake pada tahun 2001 dengan
7
menambahkan lagu “Jangan Pernah Kau Layu” dan “Setia” yang sempat menjadi
hits di tangga lagu musik Indonesia saat itu. Strategi repackaging album ini
menghasilkan angka penjualan di atas satu juta kopi. Di dalam album Kumpulan
Terbaik Jikustik (2005) terdapat empat belas lagu yang terdiri dari kompilasi
sebelas lagu pilihan terbaik dan tiga tambahan lagu baru yaitu “Aku Datang
Untukmu”, “Merasa Sepi”, dan “Sudah Kehendak-Nya”. Album Pagi (2004)
memiliki dua versi album, yaitu dalam bentuk CD dan kaset. Masing-masing versi
berisi dua belas lagu, tetapi terdapat dua lagu yang berbeda dari masing-masing
versi album. Pada album Pagi (2004) versi CD terdapat dua lagu yang tidak
terdapat pada album Pagi (2004) versi kaset yaitu lagu “Aku Percaya Padamu”
dan “Lagu Sedih”. Album Malam (2008) merupakan album Jikustik yang berhasil
mendapat penghargaan sebagai album musik dengan produksi dance terbaik tahun
2008 di ajang AMI Awards dan sekaligus merupakan album terakhir Jikustik
bersama ‘Pongki’ sebagai vokalis (http://www.newsmusik.co/news/jikustik).
Setelah itu, Jikustik memulai langkah barunya dengan meluncurkan album
Kembali Indah (2011) bersama Brian Prasetyo Adi ‘Brian’ sebagai vokalis
Jikustik yang baru. Jikustik terus berjuang mempertahankan prestasi dan
eksistensinya melalui lagu-lagu yang baru, tetapi dengan tidak meninggalkan
lagu-lagu lamanya yang telah menjadi legenda dalam permusikan di Indonesia.
Pada album Kembali Indah (2011), grup musik ini secara eksplisit menggunakan
kata ‘cinta’. Sebuah kata yang dengan sengaja tidak pernah digunakan dalam lirik
lagu pada album-album Jikustik sebelumnya, sekalipun lirik-lirik lagu Jikustik
didominasi oleh kisah romantika percintaan. Diksi yang seakan out of the box atau
8
keluar dari kebiasaan Jikustik pada album ini adalah dengan pilihan kata ‘juwita’
yang mana pada album-album sebelumnya selalu menggunakan kata ‘bunga’
dalam menyatakan personifikasi wanita (http://singolion.wordpress.com/jikustik-
sampai-samudra-mengering). Satu tahun setelah Jikustik melahirkan album
Kembali Indah (2011), Icha pada gitar bas memutuskan untuk hengkang dari
Jikustik. Jikustik semakin mendapatkan tantangan baru untuk tidak pernah
berhenti berkarya di tengah pasang surut yang terjadi. Tidak lama berselang,
Jikustik menemukan personil baru pada gitar bas yaitu Abadi Bayu ‘Bayu’.
Babak baru seakan semakin ditampakkan oleh grup musik Jikustik pada
album kesepuluhnya yaitu Live Acoustic. Album Live Acoustic resmi dirilis pada
tanggal 15 Juli 2014. Album ini merupakan album mini berisi lima lagu dengan
memformulasi empat lagu lama secara akustik dan direkam secara langsung (live)
sehingga menjadi sedikit berbeda dengan album-album Jikustik yang terdahulu.
Lima lagu dalam album Live Acoustic (2014) terdiri dari empat lagu lama yaitu