Top Banner
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah pilar penyangga lembaran masa depan. Pendidikan Non Formal mempunyai peran penting yang sama besar dengan pendidikan formal dalam membangun kejayaan bangsa dan negara. Karena pendidikan non formal menyumbangkan ilmu, pengetahuan, keterampilan dan pembentukan karakter anak bangsa melalui kursus dengan menciptakan pribadi yang berahlak mulia, tangguh, cerdas, terampil dan mandiri. Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1983 dicantumkan sebagai berikut: “ Pendidikan merupakan faktor penting dalam menunjang kelangsungan hidup manusia yaitu untuk meningkatkan taraf hidup, kecerdasan, dan kesehatan seluruh rakyat Indonesia yang adil dan merata serta meletakkan dasar yang semakin kokoh untuk membangun generasi berikutnya “. Selanjutnya dalam Undang-Undang no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa “ Satuan Pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, non formal dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan “. Untuk merealisasikan hal tersebut, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Permata Kota Magelang memberikan kursus tata boga sebanyak 6 kali pertemuan dari tanggal 13 – 18 Maret 2014, dengan materi kue tradisional inovasi dari kulit ketela. Hal itu karena peserta kursus belum memiliki keterampilan membuat inovasi kue tradisional dari kulit ketela.Tempat kursus berada di Jalan Perintis Kemerdekaan no 9, Desa Sanden, Kelurahan Kramat Kecamatan Magelang Utara dengan jumlah peserta kursus sebanyak 10 orang yang kesemuanya perempuan. Peserta kursus mengalami kesulitan dalam menciptakan lapangan pekerjaan, maka penulis memilih materi ini dengan harapan penulis dapat menumbuhkan home industry dan mengangkat kue tradisional dengan sentuhan inovasi kulit ketela ke mata dunia melalui media internet. Bahan makanan ini dipilih dengan pertimbangan di sekitar Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Permata Kota
26

BAB I-IV fix

Jan 19, 2016

Download

Documents

rochimsmk3mgl
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB I-IV fix

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah pilar penyangga lembaran masa depan. Pendidikan Non

Formal mempunyai peran penting yang sama besar dengan pendidikan formal

dalam membangun kejayaan bangsa dan negara. Karena pendidikan non formal

menyumbangkan ilmu, pengetahuan, keterampilan dan pembentukan karakter

anak bangsa melalui kursus dengan menciptakan pribadi yang berahlak mulia,

tangguh, cerdas, terampil dan mandiri. Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara

(GBHN) tahun 1983 dicantumkan sebagai berikut: “ Pendidikan merupakan faktor

penting dalam menunjang kelangsungan hidup manusia yaitu untuk meningkatkan

taraf hidup, kecerdasan, dan kesehatan seluruh rakyat Indonesia yang adil dan

merata serta meletakkan dasar yang semakin kokoh untuk membangun generasi

berikutnya “. Selanjutnya dalam Undang-Undang no. 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa “ Satuan Pendidikan adalah

kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur

formal, non formal dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan “.

Untuk merealisasikan hal tersebut, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

Permata Kota Magelang memberikan kursus tata boga sebanyak 6 kali pertemuan

dari tanggal 13 – 18 Maret 2014, dengan materi kue tradisional inovasi dari kulit

ketela. Hal itu karena peserta kursus belum memiliki keterampilan membuat

inovasi kue tradisional dari kulit ketela.Tempat kursus berada di Jalan Perintis

Kemerdekaan no 9, Desa Sanden, Kelurahan Kramat Kecamatan Magelang Utara

dengan jumlah peserta kursus sebanyak 10 orang yang kesemuanya perempuan.

Peserta kursus mengalami kesulitan dalam menciptakan lapangan pekerjaan,

maka penulis memilih materi ini dengan harapan penulis dapat menumbuhkan

home industry dan mengangkat kue tradisional dengan sentuhan inovasi kulit

ketela ke mata dunia melalui media internet. Bahan makanan ini dipilih dengan

pertimbangan di sekitar Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Permata Kota

Page 2: BAB I-IV fix

2

Magelang banyak terdapat pabrik ceriping ketela, pabrik slondok, pabrik pothil ,

dan pabrik gethuk yang menghasilkan limbah kulit ketela. Biasanya kulit ketela

yang menumpuk hanya dimanfaatkan sebagai makanan ternak sapi maupun

kambing.

Peserta kursus belum memiliki produk unggulan dalam merintis usahanya.

Dengan inovasi, kulit ketela ini bisa dirubah menjadi makanan yang lezat, murah,

bergizi dan unik sekalipun tidak lazim. Semua makanan yang berasal dari tanah

mengandung mineral, begitu juga dengan ketela merupakan bahan makanan yang

mengandung unsur gizi yang lengkap seperti karbohodrat, lemak, protein,

vitamin, kalsium, zat besi, kalium, fosfor, magnesium, seng, tembaga, mangan

dan lemak. Sedangkan kulit ketela mengandung protein, karbohidrat, lemak,

kalsium, fosfor dan asam sianida. Sehingga tidak perlu ada kekhawatiran dalam

mengkonsumsi ketela dan kulitnya sebagai kue tradisioanl. Meskipun ada racun

HCN namun hal itu bisa dihilangkan dengan perendaman di air mengalir atau di

air yang tidak mengalir namun harus sering diganti selama 15 menit sekali dalam

waktu kurang lebih 1 jam. Dengan penanganan yang benar kulit ketela dapat

dibuat kue tradisional yang inovatif sehingga bisa menambah khasanah kuliner

khas kota magelang sebagai salah satu daya tarik dalam mengundang wisatawan

lokal maupun manca negara untuk berkunjung ke kota Magelang.

Peserta kursus selama ini belum memanfaatkan media internet sebagai sarana

promosi dan pemasaran produk. Maka perlu adanya pelatihan cara mengakses

internet untuk memperluas jaringan penjualan hasil karya peserta kursus, seperti

facebook, blog maupun website.

Perlu penerapan strategi pembelajaran yang tepat untuk inovasi kue dari kulit

ketela di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Permata Kota Magelang tahun 2014.

Basic pendidikan peserta kursus bervariasi mulai dari lulusan SMP, SMA atau

SMK dan mereka belum memiliki pekerjaan yang tetap. Peserta kursus rata-rata

belum memiliki keterampilan mengolah kue tradisional dari kulit ketela, belum

memiliki kemampuan berwira usaha sehingga tidak tahu bagaimana cara

menghitung harga pokok, menentukan harga jual dan memperkirakan rugi laba

dari produk yang dipasarkan. Selain itu juga cara mengemas, menjaga mutu

Page 3: BAB I-IV fix

3

produk, memasarkan produk, memikat pelanggan , bersaing dipasaran, merupakan

faktor penting yang harus dikuasai peserta kursus sebagai bekal menapaki dunia

business yang keras dan memerlukan mental prima. Di era yang serba canggih,

komputer dan internet sudah menjadi kebutuhan. Maka peserta kursuspun harus

bisa mengoperasikan hal tersebut sabagai sarana untuk mengenalkan kue

tradisional di mata dunia sehingga tidak hanya dijual di pasar-pasar tradisional,

toko-toko lokal tetapi dapat dipesan secara on line.

Kendala yang dihadapi dalam melaksanakan karya nyata adalah belum

tersedianya sarana dan prasana yang lengkap sebagai penunjang kelancaran

pelaksanaan progran kursus, kesulitan mendapatkan modal usaha untuk memulai

home industry, belum adanya kerjasama dengan dunia industri, kurangnya rasa

percaya diri dan belum memanfaatkan media internet sebagai sarana promosi dan

pemasaran produk.

Adapun faktor-faktor pendukung pelaksanaan karya nyata adalah letak

geografis Kota Magelang yang strategis, banyak pabrik/home industry yang

menghasilkan limbah kulit ketela, banyak obyek wisata yang menarik, semangat

peserta kursus untuk maju ditunjang dengan dukungan Pemerintah Kota

Magelang dan udara di Kota Magelang sejuk sehingga membuat perut mudah

lapar.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat kulit

ketela sebagai bahan subtitusi dalam berinovasi membuat kue tradisional dan

menanamkan teori serta jiwa wira usaha dalam upaya menumbuhkan home

industry, dan mengenalkan media internet sebagai wahana untuk memperluas

pemasaran dengan strategi Hibrid di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Permata

Kota Magelang Tahun 2014.

A. Masalah Dan Tujuan

Berdasar pada latar belakang masalah tersebut maka dapat diidentifikasi

masalah sebagai berikut.

1. Peserta kursus belum memiliki keterampilan membuat inovasi kue

tradisional dari kulit ketela.

Page 4: BAB I-IV fix

4

2. Peserta kursus mengalami kesulitan dalam menciptakan lapangan

pekerjaan.

3. Peserta kursus belum memiliki produk unggulan.

4. Peserta kursus belum memanfaatkan media internet sebagai sarana

promosi dan pemasaran produk.

5. Perlu diterapkan strategi pembelajaran untuk inovasi kue dari kulit ketela

di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Permata Kota Magelang tahun 2014.

Tujuan karya nyata adalah :

1. Memberikan keterampilan pembuatan inovasi kue tradisional dari kulit

ketela.

2. Membantu menciptakan lapangan pekerjaan dengan menumbuhkan home

industry.

3. Mengarahkan peserta kursus untuk memiliki produk unggulan.

4. Membimbing penggunaan media internet sebagai sarana promosi dan

pemasaran produk.

5. Menerapkan strategi Hibrid sebagai metode dalam pembelajaran inovasi

kue dari kulit ketela di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Permata Kota

Magelang tahun 2014.

B. Strategi Pemecahan Masalah

1. Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah (teoritis)

Strategi Pembelajaran Hibrid merupakan salah satu metode pembelajaran

yang dikembangkan oleh Guillermo dan rekan-rekannya pada tahun 1999 di

Universitas Tecnica Fedrico Santa Maria Valpariso, Chili. (Huda, 2013:261).

Ada 3 tipe pembelajaran Hibrid, yaitu Traditional Classes-Real Workshop

(TC-RW), Traditional Classes-Virtual Workshop (TC-VW), Traditional

Classes-Real Workshop-Virtual Workshop (TC-RW-VW).

Pembelajaran Traditional Classes ialah cara pembelajaran tradisional

dengan metode ekspositori. Pembelajaran ini meliputi 3 tahap yaitu:

Page 5: BAB I-IV fix

5

a. Instruktur menyampaikan informasi, menerangkan materi kursus dengan

cara ceramah dan demonstrasi, peserta kursus mendengarkan,

memperhatikan dan menanyakan hal-hal yang belum jelas.

b. Instruktur membimbing peserta kursus dalam melakukan praktek, peserta

kursus mempraktekkan inovasi kue dari kulit ketela untuk menumbuhkan

home industry.

c. Instruktur memeriksa pekerjaan peserta kursus sedangkan peserta kursus

melakukan aktifitas sesuai arahan instruktur.

Pembelajaran Real Workshop ialah pembelajaran dengan bantuan media

komputer sebagai sarana pembelajaran. Pembelajaran dengan media ini

dikembangkan sesuai materi bahan ajar yang akan disampaikan. Informasi

yang ada dalam komputer dibuat untuk memancing aktifitas peserta kursus

dalam menanggapi materi yang diajarkan. Dalam pembelajaran ini, fungsi

komputer memainkan peran penting dalam interaksi pembelajaran untuk

menayangkan gambar makanan, resep dan video pembuatan berbagai kue

tradisional sehingga merangsang kreatifitas dalam berinovasi mengolah kue

dari kulit ketela.

Pembelajaran dengan Virtual Workshop adalah pembelajaran dengan

menggunakan jaringan internet. Peserta kursus diberi kebebasan untuk

mengakses informasi yang dibutuhkan, belajar membuat website dan face

book sebagai sarana mempromosikan dan memasarkan hasil produknya

sehingga bisa mendunia.

Menindak lanjuti hal tersebut Fadiati (2013:18) menyampaikan bahwa

home industry kue tradisional termasuk dalam take away service yaitu suatu

usaha komersial dibidang boga dengan cara pelanggan membeli makanan

yang dikemas atau dibungkus untuk dibawa pergi atau dibawa pulang dan

tidak dinikmati ditempat. Sejalan dengan hal tersebut fungsi pembungkus

sangat penting untuk melindungi kue yang dibungkus dan sebagai tempat

promosi yang menarik. Bungkus yang bagus menaikkan citra dari makanan

yang dijajakan sehingga pelanggan terhipnotis untuk membeli.

Page 6: BAB I-IV fix

6

Dalam membuka usaha dibidang boga Widaningsih dan Samsul Rizal

(2013:30) mengatakan untuk melayani pelanggan, wira usahawan harus

memiliki pikiran yang positif, sehat, logis dan responsif terhadap selera

pelanggan. Karena kepuasan pelanggan menjadi target utama dari seorang

produsen.

Sejalan dengan hal tersebut Hendro (2013:73) menjelaskan bahwa untuk

memulai suatu usaha kecil diperlukan kemampuan dalam mengelola fasilitas,

bahan, sumber daya manusia, proses produksi, keungan, administrasi dan cara

memasarkan suatu produk. Faktor sumber daya manusia meliputi soft skill

dan hard skill. Soft skill yang harus dikembangkan adalah sikap dan sifat yang

ulet, jujur, percaya diri, ramah, luwes, supel, siap menghadapi kesulitan dan

tahan terhadap setiap cobaan yang menghadang. Hard skill yang perlu diasah

adalah ketrampilan, kecekatan, kecepatan, kreatifitas dan kepiawaian dalam

mengemas suatu produk supaya bisa menarik minat pelanggan.

Di era persaingan global seperti sekarang kue tradisional tetap eksis dan

menjadi primadona. Hal itu karena kue tradisional memiliki cita rasa yang

khas dan unik sehingga berpotensi untuk diangkat dari kue unggulan daerah

menjadi kue populer yang mendunia. Selaras dengan hal tersebut Mulyawati

(2013:3) memberikan pendapatnya bahwa makanan tradisional bisa dibuat

dari bahan-bahan yang mudah didapat didaerah dan kulit ketela merupakan

pilihan bijak untuk mencoba berbagai inovasi kue tradisional yan cantik, lezat

dan bergizi. Aneka rasa kue tradisional bisa disesuaikan dengan usia

pelanggan seperti untuk balita lebih tepat dibuatkan kue dengan rasa manis,

remaja lebih menyakai rasa pedas dengan level yang bertingkat mulai dari

level 1, 2, dan 3 bahkan sampai level tujuh sesuai tingkat kepedasannya.

Sedangkan untuk dewasa kue gurih dan manis menjadi pilihan yang banyak

dicari dipasaran. Maka sebagai produsen harus selalu menyesuaikan

keinginan pelanggan sehingga tidak salah sasaran. Dengan demikian

pelanggan akan ketagihan untuk mencari produk yang menjadi andalan, dan

target awal dalam memulai usaha akan bisa terwujud.

Page 7: BAB I-IV fix

7

Dari semua uraian diatas maka Hibrid diputuskan menjadi strategi yang

dipilih dalam mengajarkan pembuatan kue tradisional inovasi dari kulit

ketela, untuk menumbuhkan home industry di Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat Permata Kota Magelang Tahun 2014. Dengan tumbuhnya home

industry diharapkan masalah kemiskinan dan pengangguran di kota Magelang

dapat sedikit teratasi.

2. Diskripsi Strategi Pemecahan Masalah.

Strategi pemecahan masalah yang penulis pilih dalam pembuatan inovasi

kue tradisional dari kulit ketela untuk adalah strategi Hibrid. Menurut Huda

(2013:71) strategi yaitu cara yang efektif untuk melakukan suatu tindakan.

Sedangkan Hibrid adalah strategi pembelajaran yang menggabungkan cara

tradisional dengan modern yaitu menggunakan media komputer/laptop dan

jaringan internet. Jadi strategi Hibrid adalah cara yang efektif untuk

mengajarkan suatu materi kepada peserta kursus dengan ekspositori, dengan

bantuan media komputer/laptop dan ijaringan internet. Sebagai gambaran,

langkah- langkah yang dilakukan dalam menerapkan strategi Hibrid di Pusat

Kegiatan Belajar Masyarakat Permata Kota Magelang tahun 2014 antara lain:

a. Instruktur menyampaikan tujuan pembuatan inovasi kue dari kulit ketela

disertai teori kewiusahaan.

b. Instruktur mempersiapkan peserta kursus dengan mengatur tempat duduk,

memberikan apresepsi, mengecek kehadiran dan menumbuhkan motivasi

belajar, dan menyampaikan materi inovasi dari kulit ketela melaui media

komputer/laptop.

c. Instruktur mendemonstrasikan cara penanganan kulit ketela, proses

pembuatan kue tradisional dari tersebut lengkap dengan penyajian,

pengemasan dan pemasarannya.

d. Instruktur membimbing pelatihan cara pengolahan inovasi dari kulit

ketela.

e. Menghitung harga pokok, harga jual serta laba yang diinginkan, dan

mengecek pemahaman peserta kursus dengan observasi, memberikan

Page 8: BAB I-IV fix

8

umpan balik dengan memberikan kesempatan bertannya dan menanyakan

kesulitan-kesulitan yang dialami baik dalam pembuatan kue tradisional,

penyajian maupun pengemasannya sebagai bekal dalam menumbuhkan

home industry.

f. Instruktur mengarahkan penggunaan internet sebagai sarana promosi dan

pemasaran produk.

g. Instruktur mengevaluasi pelaksanaan kursus mulai dari pemahaman

peserta kursus, keterampilan mengolah, menghias, menyajikan, mengemas

sampai dengan belajar memasarkan produk.

Kegiatan yang dilakukan peserta kursus dalam mengikuti pelatihan

pembuatan inovasi kue tradisional dari kulit ketela dan usahanya dalam

menumbuhkan home industry adalah sebagai berikut:

a. Peserta kursus merespon tujuan pembelajaran yang disampaikan instruktur

boga dalam pembuatan inovasi kue tradisional dari kulit ketela, dan

menanyakan jika ada hal yang dirasa belum jelas.

b. Peserta kursus menempati tempat duduk sesuai dengan arahan instruktur,

mendengarkan apresepsi, merespon kehadiran dan memotifasi diri untuk

maju, tumbuh dan berkembang sesuai arahan instruktur dan

memperhatikan tayangan melalui media komputer/laptop.

c. Peserta kursus memperhatikan demonstrasi cara penanganan singkong dan

kulitnya, teknik pembuatan kue tradisional, plating, pengemasan dan

prosedur pemasaran.

d. Peserta kursus mempraktekkan cara pembuatan kue tradisional dari

singkong dan kulitnya dengan bimbingan instruktur dilanjutkan belajar

cara menghitung harga pokok, harga jual dan laba yang diharapkan.

e. Peserta kursus menanyakan berbagai hal terkait dengan materi kue

tradisional baik secara teori maupun praktek untuk memperjelas

pemahaman yang didapat.

f. Peserta kursus berlatih dirumah memproduk kue tradisional inovasi dari

kulit ketela sebagai langkah awal dalam menciptakan home industry yang

Page 9: BAB I-IV fix

9

inovatif, dan berlatih mengakses internet sebagaai media promosi dan

pemasaran produk secara on line.

g. Peserta kursus menyimak evaluasi yang diberikan sebagai cambuk untuk

memperbaiki diri demi kemajuan komunitas sanggar permata Kota

Magelang pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Sejalan dengan hal diatas Supardi (2013:42) mengatakan bahwa

keberhasilan proses pembelajaran tampak pada meningkatnya kualitas peserta

didik baik secara akademik, kepribadian, sosial maupun individualnya. Maka

seperti sudah dicantumkan dalam latar belakang masalah, kompetensi yang

diberikan kepada peserta kursus bersifat menyeluruh baik dari segi ilmu

pengetahuan secara teori, keterampilan maupun kepribadian dalam upaya

untuk membentuk manusia tangguh yang sanggup bersaing dipasar global.

Hal ini menjadi salah satu indikator keberhasilan proses pembelajaran.

Kelebihan strategi Hibrid dalam pembuatan inovasi kue dari kulit ketela:

a. Membangun kerja sama antar peserta kursus pada saat pelatihan maupun

praktek nyata sebagai kelanjutan dari proses pembelajaran.

b. Menumbuhkan gairah berwira usaha sebagai langkah awal dalam

mengurangi pengangguran dan menciptakan lapangan pekerjaan baik bagi

peserta kursus maupun warga sekitar.

c. Memberikan keterampilan dalam pengolahan kue tradisional dari kulit

ketela.

d. Melatih kecekatan, kecepatan, kerapihan baik dalam mengolah,

mengemas, menyajikan, maupun memasarkan produk.

e. Menanamkan semangat dan rasa percaya diri dalam menghadapi

persaingan dipasar global.

f. Mengenalkan media internet sebagai sarana promosi dan pemasaran

produk secara on line.

g. Mengarahkan peserta kursus untuk selalu berinovasi supaya tidak

ditinggalkan oleh pelanggan.

Sedangkan kelemahan dari strategi Hibrid menurut penulis hampir tidak

ada. Yang penting seorang instruktur harus menguasai materi, menguasai

Page 10: BAB I-IV fix

10

medan, menguasai pengoperasian komputer/laptop dan bisa mengakses

internet serta mempersiapkan diri sehingga bisa mengatasi kesulitan yang

dihadapi. Selain itu seorang instruktur harus menguasai teknik-teknik

komunikasi seperti yang disampaikan oleh Endang, R & Mulyani dan Suyetti

(2013:8). Dengan penguasaan teknik komunikasi yang baik penyampaian

materi teori maupun praktek akan lebih mudah dipahami oleh peserta kursus.

Selain itu juga perlu diajarkan cara berkomunikasi dengan pelanggan supaya

dapat menarik minat untuk membeli produk yang ditawarkan.

Keramahtamahan, keluwesan, senyum yang tulus, kesabaran dan keikhlasan

dalam melayani pelanggan merupakan modal dasar dalam memasarkan

produk secara face to face, sedangkan penguasaan teknologi merupakan

pengembangan dan perluasan promosi dan pemasaran melalui media internet.

Daya juang yang tinggi dalam mempertahankan mutu produk, menjalankan

roda home industry dan memajukan usaha diperlukan sebagai motivasi untuk

berkreasi, berinovasi, berimajinasi dan selalu menggali inspirasi.

Di era global yang serba mendunia diperlukan intuisi yang tajam dalam

menembus pasar yang semakin luas. Selalu ikuti perkembangan jaman,

kemauan selera pasar dan trend-trend paling up to date adalah cara efektif

untuk bersaing dengan dunia kuliner yang semakin marak. Menggali potensi

lokal seperti penggunaan kemasan etnik tradisional dengan keranjang-

keranjang bambu unik dan menarik bisa menjadi salah satu alternatif dalam

memikat pelanggan. Bungkusan dari pelepah jagung, daun pisang, daun

bambu, janur dan setting yang tidak lazim dan berbeda dari produk yang

sudah ada akan memberikan kesan yang mendalam bagi pelanggan.

Dengan strategi Hibrid semua itu dapat dilaksanakan karena strategi ini

merupakan penggabungan dari cara tradisional (tradisional classes) dengan

karya nyata (real work ) dan cara modern menggunakan media internet

(virtual work) dapat menjadi solusi dalam pembelajaran inovasi kue dari kulit

ketela di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Kota Magelang tahun 2014.

Page 11: BAB I-IV fix

11

BAB II

PEMBAHASAN

A. PROSEDUR PELAKSANAAN KARYA NYATA

Prosedur pelaksanaan karya nyata di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

Permata Kota Magelang dimulai dari observasi dan perkenalan dengan peserta

kursus dari Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Permata Kota Magelang,

dilanjutkan dengan mengajar kursus sebanyak 6 kali pertemuan. Observasi

dilakukan untuk mengetahui materi kursus apa yang dibutuhkan peserta kursus

sehingga kegiatan yang dilakukan tepat sasaran. Tempat kursus beralamatkan di

Jalan Perintis Kemerdekaan No 9 Sanden, Kelurahan Kramat, Kecamatan

Magelang Utara, Kota Magelang dengan jumlah peserta kursus sebanyak 10 orang

yang semuanya teridiri dari perempuan.

Kursus dimulai pada hari Senin, tanggal 13 Maret 2014, pukul 14.00-17.00

Waktu Indonesia Bagian Barat dan berakhir hari Sabtu, tanggal 18 Maret 2014.

Materi kursus berupa inovasi kue dari kulit ketela. Macam kue tradidional tersebut

terdiri dari 5 kue kering dan 5 kue basah. Kue kering yang diajarkan terdiri dari

kue semprong rasa manis dengan teknik dioven, manggar rasa asin dengan teknik

di goreng, sagon rasa manis dengan teknik di panggang, onde-onde mekrok dan

cipir rasa manis dengan teknik di goreng. Sedangkan kue basah terdiri dari madu

mongso, dan jenang lot, krasikan rasa manis dengan teknik direbus sampai kental,

kue bolu kukus gula merah dan moci rasa manis dengan teknik dikukus. Kue

tersebut dibuat dari tepung kulit ketela sebagai bahan subtitusi pembuatan adonan,

isi dan taburan (toping) dengan campuran bahan-bahan lain. Teknik pembuatan

makanan, rasa, warna dan bentuk dibuat bervariasi dengan sentuhan inovasi

sehingga menimbulkan rasa penasaran bagi penikmatnya.

Materi kue tradisional inovasi kulit ketela diberikan pada hari Kamis,

tanggal 13 Maret 2014 sampai dengan Rabu, 26 Maret 2014. Pertemuan dimulai

dengan perkenalan dan penyampaian materi secara teori baik pengetahuan tentang

umbi-umbian, teknik pengolahan makanan maupun teori kewirausahaan. Pada

hari berikutnya dilanjutkan dengan praktek pembuatan kue tradisional dari inovasi

Page 12: BAB I-IV fix

12

kulit ketela. Selain proses pengolahan dan penanganan kulit ketela juga diberikan

teori tentang administrasi kewiurausahaan untuk menumbuhkan home industry

dilingkungan tempat kursus, pengenalan komputer dan internet sebagai sarana

promosi dan pemasaran produk. Supaya lebih jelas dapat dilihat dari tabel sebagai

berikut :

Tabel 1. Jadwal Tatap Muka Kursus Pembuatan Inovasi Kue Dari Kulit

Ketela.

No Hari Tanggal Kegiatan

1. Kamis 13-3-2014 Pembukaan, penjelasan materi

2. Jum’at 14-3-2014 Praktek kue kereng, madu mongso

3. Senin 18-3-2014 Praktek kue manggar, jenang lot

4. Selasa 19-3-2014 Praktek kue sagon, moci

5. Rabu 20-3-2014 Praktek onde-onde mekrok, krasikan

6. Kamis 21-3-2014 Praktek kue cipir, bolu kukus gula merah

Penjabaran yang lebih rinci tentang proses pembelajaran kursus kue

tradisional dari kulit singkong dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Perencanaan

Hal yang dilakukan pada tahap perencanaan yaitu :

a. Merencanakan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam bentuk

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

b. Menyusun pedoman observasi dan catatan pengamatan.

c. Mengembangkan format penilaian praktek dan lembar kerja peserta kursus

(porto folio).

Page 13: BAB I-IV fix

13

d. Membagi kelompok yang terdiri dari 5 kelompok dengan jumlah anggauta

2 orang setiap kelompokknya.

e. Memberi tugas belanja secara berurutan dimulai dari kelompok 1,

dilanjutkan kelompok berikutnya pada hari-hari kemudian.

2. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, hal yang dilakukan adalah menerapkan strategi Hibrid

dengan cara:

a. Menyampaikan tujuan pembuatan kue tradisional inovasi dari kulit ketela

beserta teori penanganannya. Jenis kue tradisional yang akan dipraktekkan

yaitu kue kering berupa kue kereng, manggar, sagon, onde-onde mekrok

dan cipir. Sedangkan kue basah yang akan dibuat adalah madu mongso,

jenang lot, moci, krasikan dan bolu kukus gula merah.

b. Mengatur tempat duduk peserta kursus, menyampaikan apresepsi dengan

menanyakan pengetahuan awal tentang kue tradisional dari kulit ketela.

Dilanjutkan dengan mengecek kehadiran peserta kursus. Mengenali

karakteristik peserta kursus sehingga memudahkan dalam membimbing

dan mengarahkan selama pelatihan kue tradisional dari kulit ketela.

c. Menjelaskan materi tentang kue tradisional, kandungan gizi bahan kue

termasuk kulit ketela beserta manfaatnya. Pejelasan melalui media

komputer, menggunakan LCD dengan menayangkan gambar-gambar dan

foto yang menarik.

d. Mendemonstrasikan cara penanganan kulit ketela sebagai bahan subtitusi

untuk kue kereng, manggar, sagon, onde-onde mekrok, cipir, madu

mongso, jenang lot, moci, krasikan dan bolu kukus, yang kesemuanya

menggunakan bahan kulit ketela ditambah dengan bahan-bahan lain.

Selain itu juga mendemonstrasikan cara penyajian, pengemasan pemasaran

baik dengan menitipkan di toko-toko roti, rumah makan maupun pusat

oleh-oleh. Cara menyajikan makanan dipiring (platting) merupakan

langkah penting sebagai finishing dalam rangkaian kegiatan pengolahan

Page 14: BAB I-IV fix

14

makanan. Diperlukan cita rasa seni yang tinggi untuk bisa menampilkan

kue tradisional yang menarik dan merangsang selera makan.

e. Instruktur bersama kolaborator membimbing peserta kursus dalam

menangani kulit ketela, membuat kue kering dan basah berupa kereng,

sagon, manggar, onde-onde mekrok, cipir, madu mongso, jenang lot, moci,

krasikan, dan bolu kukus gula merah. Selain itu juga diberikan teori

tentang kandungan gizi kulit ketela dan racun yang terdapat pada ketela

serta bagaimana cara menghilangkan racun tersebut.

f. Mengecek pemahaman peserta kursus terhadap materi yang diberikan baik

teori maupun praktek dengan menanyakan kesulitan yang dihadapi peserta

kursus dan berkeliling mengamati praktek yang dilakukan oleh peserta

kursus. Peserta didik leluasa menyampaikan ide-ide kreatifnya untuk

menampilkan kue tradisional yang selain leat juga unik, dan menojolkan

ciri khas daerah kota Magelang.

g. Mengajarkan cara pengoperasian komputer dan cara mengakses internet

sabagi media promosi dan pemasaran produk secara on line. Diperlukan

teknik mengajar yang tepat untuk menghadapi peserta kursus yang hampir

semuanya terdiri dari ibu rumah tangga dengan usia yang bervariasi.

Kesabaran dan ketelatenan menjadi faktor penting yang menunjang

kelancaran pelaksanaan kursus. Karena peserta kursus harus diperlakukan

dengan pendekatan yang lebih permisif, tidak menggurui dan banyak

dilontarkan humor-humor segar supaya kegiatan kursus tidak

membosankan.

3. Latihan Lanjutan

a. Instruktur bersama kolaborator membimbing pembuatan administrasi

keuangan. Administrasi yang dilakukan antara lain buku kas, buku

penjualan, buku inventaris alat. Selain itu juga mengajarkan cara

menghitung harga pokok, harga jual dan laba yang diinginkan, serta kiat-

kiat pembukuan yang tertib dan teratur.

Page 15: BAB I-IV fix

15

b. Memberi kesempatan latihan lanjutan dalam memproduksi kue tradisional

yang sudah dipraktekkan di rumah masing-masing dan menunjukkan

hasilnya dihari berikutnya serta mencoba untuk menitipkan diwarung-

warung terdekat serta mencoba memberanikan diri untuk menawarkan

ditempat yang lebih luas seperti dipusat oleh-oleh, cake shop, kavetaria,

pusat jajan selera rakyat (puja sera) maupun restoran-restoran yang

memajang aneka kue tradisional.

c. Memasarkannya melalui media internet secara online. Media ini terbukti

ampuh dan efektif untuk mengenalkan produk-produk baru kepada

masyarakat luas tidak hanya di negeri sendiri tapi bisa menjelajah ke

seantero dunia.

d. Mengevaluasi hasil praktek, pembuatan administrasi dan lembar kerja

peserta kursus, (porto folio). Porto folio ini sebagai bukti fisik kerja /

praktek dan sebagai acuan dalam menyusun praktek berikutnya.

e. Memberikan umpan balik dan saran serta masukan yang membangun dan

menyemangati peserta kursus untuk tetap semangat dalam melakukan

latihan berwira usaha. Sebagai pemula pasti akan menemui banyak

kesulitan dan kendala dalam menjalankan usahanya, namun dengan

semangat pasti akan ada jalan.

f. Memotivasi peserta kursus untuk selalu kerja keras dan disiplin sebagai

kunci menuju keberhasilan. Bagi pemula tentu memulai sesuatu yang baru

memerlukan keberanian yang lebih sehingga perlu didorong untuk dapat

merealisasikan usahanya.

g. Memonitor pelaksanaan praktek dan memberikan saran, masukan untuk

kemajuan usaha peserta kursus. Ada salah satu peserta kursus yang pernah

menjalankan usaha di bidang kuliner tetapi jatuh karena persaingan yang

ketat sehingga perlu diberikan kiat-kiat agar dapat bertahan dalam

menghadapi goncangan bisnis.

h. Membantu mencari solusi dari kesulitan yang dihadapi dalam memulai

usaha dengan komunikasi dua arah. Dengan komunikasi dapat di temukan

akar permasalahan yang membelit dan menjadi kendala dalam melakukan

Page 16: BAB I-IV fix

16

suatu kegitan. Prosedur pelaksanaan karya nyata dapat diringkas dalam

gambar seperti berikut ini:

Gambar 1. Prosedur Pelaksanaan Karya Nyata

Berikut adalah sebagian gambar yang menunjukkan aktifitas peserta

kursus dalam pelatihan pembuatan kue tradisional dari kulit ketela.

Gambar 2. Penjelasan Materi Oleh Instruktur, Dan Pembuatan Porto Folio.

HOME INDUSTRY

PERENCANAAN:

- Menyusun RPP

& pedoman observasi.

-Mengembangkan format penilaian.

- Membentuk kelompok.

- Pembagian tugas.

PELAKSANAAN:

- Menyampaikan tujuan & apresepsi.

- Demonstrasi.

- Membimbing pelatihan.

- Mengecek pemahaman.

Latihan lanjutan:

- Pembuatan administrasi keuangan.

- Praktek wira usaha.

- Memasarkan melalui media

internet.

- Evaluasi

Page 17: BAB I-IV fix

17

Gambar 3. Aktifitas Peserta Kursus, Platting Kue

Gambar 4. Pengemasan Hasil Praktek, Evaluasi

Kereng, Sagon, Manggar

Onde-Onde Mekrok, Cipir

Gambar 5. Kue kering tradisional inovasi kulit ketela

Page 18: BAB I-IV fix

18

Jenang Lot, Madu Mongso

Krasikan, Bolu Kukus Gula Jawa, Moci

Gambar 6. Kue basah tradisional inovasi kulit ketela.

Gambar 7. Pengenalan Media Internet.

Page 19: BAB I-IV fix

19

B. HASIL ATAU DAMPAK YANG DICAPAI

Hasil atau dampak yang dicapai dalam melaksanakan strategi Hibrid

sebagai strategi yang dipilih untuk memberikan kursus pembuatan kue tradisional

dari kulit ketela bagi peserta kursus di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Permata

adalah sebagai berikut:

1. Menambah pengetahuan tentang ketela, cara penanganan ketela dan

kulitnya, pemilihan ketela sampai cara penyimpanan ketela supaya tahan

lebih lama.

2. Memiliki keterampilan aneka teknik pengolahan, penyajian dan

pengemasan kue tradisional dari kulit ketela.

3. Kompeten dalam pembuatan administrasi keuangan.

4. Menjalin kerjasama yang lebih erat antar warga kursus dan masyarakat.

5. Menumbuhkan rasa percaya diri dalam memulai usaha industi rumahan

(home industry).

6. Memperluas cakrawala business sebagai bekal membuka usaha baru di

bidang kuliner.

7. Menghidupkan pertumbuhan ekonomi.

8. Menaikkan pedapatan individu, keluarga dan masyarakat.

9. Meningkatkan kesejahteraan keluarga yang berdampak pada kesejahteraan

masyarakat.

10. Mengangkat citra Kota Magelang sebagi kota budaya, kota harapan dan

kota sejuta bunga yang memiliki jati diri.

Dari uraian diatas dapat diketahui hasil atau dampak dari penggunaan

strategi Hibrid dalam pembuatan kue tradisional dari kulit ketela bagi peserta

kursus pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Tunas-tunas industri

rumahan akan bermuculan bagikan jamur di musim hujan. Hal ini tentu

menggeliatkan perputaran roda perekonomian sehingga dapat mengangkat harkat

hidup orang banyak. Masyarakat tidak hanya diberi umpan tetapi diberi pancing

untuk mengail rejeki dengan cara yang bermartabat. Dengan pelatihan ini

diharapkan tidak ada lagi kemiskinan apalagi kekurangan gizi yang melanda

warga Kota Magelang dan sekitarnya. Berikut ini adalah nilai yang diperoleh

Page 20: BAB I-IV fix

20

peserta kursus selama mengikuti pelatihan, meliputi persiapan, proses dan

berkemas. Persiapan meliputi kelengkapan alat, bahan, dan fort folio. Penilaian

proses meliputi teknik memasak, kecekatan, rupa, rasa dan tekstur. Berkemas

meliputi kebersihan dan kerapihan.

Tabel 2. Rekap Nilai Pembuatan Kue Tradisional InovasiKulit Ketela

NO NAMA PESERTA SCORE

1. Mujiasri 87

2. Melur Nirmala 85

3. Sri Wahyuni 86

4. Suhartati 88

5. Wularsih 86

6. Ayik Setyati 85

7. Endang Tugi Rahayu 85

8. Gunarsih 87

9. Aulia Catur Dewanti 86

10 Lestari 88

Gambar 8. Diagram pencapaian nilai peserta kursus.

83,5

84

84,5

85

85,5

86

86,5

87

87,5

88

Diagram Pencapaian Nilai Peserta Kursus

Page 21: BAB I-IV fix

21

C. KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI

Kendala yang dihadapi dalam melaksanakan strategi yang dipilih untuk

memberikan kursus pembuatan kue tradisional dari kulit ketela adalah sebagai

berikut :

1. Belum semua peserta kursus memiliki peralatan masak yang lengkap

sehingga ada keterbatasan dalam memberikan teknik pengolahan yang

bervariasi.

2. Modal yang diperlukan dalam memulai usaha sebagai dasar pembentukan

home industry.

3. Belum memiliki hubungan kerjasama dengan toko makanan, restoran,

kavetaria, pusat oleh-oleh ataupun tempat-tempat kuliner lain sehingga

dibutuhkan keberanian lebih dalam menembus industri tersebut.

4. Kurangnya rasa percaya diri sebagai pemula dalam memulai suatu usaha

dibidang kuliner.

5. Belum terbiasa menggunakan media internet sebagai wahana promosi dan

pemasaran produk.

Dengan adanya kendala-kendala tersebut dibutuhkan uluran tangan dari

Pemerintah baik dalam bentuk spirit maupun modal untuk memulai usaha

menumbuhkan home industry bagi peserta kursus pada khususnya dan masyarakat

Kota Magelang pada umumnya. Kendala bukanlah halangan untuk maju tetapi

menjadi tantangan yang harus dihadapi. Semangat saja tidak cukup karena itu

harus dibarengi dengan upaya dalam mencapai suatu target dengan ilmu

pengetahuan, keterampilan, kerja keras dan menanamkan jiwa enteurpreunership.

Seperti firman Allah bahwa “ Sesudah kesulitan akan datang kemudahan “.

Pengentasan kemiskinan merupakan kewajiban setiap warga negara, dan

Pemerintah sebagai fasilitator. Meskipun kemiskinan merupakan masalah besar

bagi bangsa tetapi upaya mengatasinya bisa dilakukan dengan memulai hal-hal

kecil, yang dimulai dari diri sendiri. Inovasi kue tradisional dari kulit singkong

setidaknya dengan strategi Hibrid menjadi jawaban atas permasalahan diatas,

sekecil apapun sumbangannya.

Page 22: BAB I-IV fix

22

D. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG

Faktor-faktor yang mendukung pembuatan kue tradisional dari kulit ketela

untuk menumbuhkan home industry dengan strategi Hibrid di Pusat Kegiatan

Belajar Masyarakat Permata adalah sebagai berikut:

1. Letak geografis Kota Magelang diantara persimpangan Purworejo,

Temanggung, Semarang dan Yogyakarta membuat Kota Magelang sebagai

kota jasa sehingga menjadi pusat pertemuan antar pedagang. Hal itu

merupakan peluang yang besar bagi pelaku usaha kuliner untuk

mengembangkan inovasi dan kreatifitas dibidang boga.

2. Banyak home industry yang memproduksi ceriping singkong sehingga

menghasilkan limbah kulit singkong. Limbah ini bisa dimanfaatkan

sebagai bahan baku kue tradisional yang lezat dan bergizi.

3. Di Kota Magelang banyak terdapat obyek wisata yang menarik seperti

Taman Kyai Langgeng, Gunung Tidar, Arung Jeram Sungai Progo,

Museum Jenderal Soedirman dan Museum Diponegoro sehingga kuliner

menjadi kebutuhan pokok baik untuk dinikmati di tempat maupun dibawa

pulang ( take away service ) sebagai oleh-oleh.

4. Semangat peserta kursus dalam mengikuti pelatihan, arahan, bimbingan

maupun petunjuk dari instruktur sehingga memudahkan transfer ilmu

pengetahuan dan keterampilan.

5. Dukungan dari Pemerintah Kota melalui Dinas Pendidikan khususnya

Pendidikan Non Formal dengan program-programnya yang memihak

kepentingan masyarakat.

6. Udara di Kota Magelang yang sejuk membuat perut mudah lapar sehingga

memuluskan usaha di bidang kuliner sebagai obat lapar yang setiap saat

dapat ditemukan di sudut-sudut Kota Magelang.

E. TINDAK LANJUT / RENCANA DESIMINASI

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan kursus pembuatan kue tradisional kulit

ketela dan upaya pertumbuhan home industry maka perlu di adakan diseminasi di

PKK dan Dasa Wisma disekitar area Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Permata

Page 23: BAB I-IV fix

23

Kota Magelang. Hal ini untuk menyebar luaskan pengetahuan dan keterampilan

yang sudah diberikan peserta kursus kepada masyarakat dengan harapan dapat

merangsang ide-ide kreatif dan inofatif untuk kemajuan bersama.

Desiminasi dilaksanakan di dusun Paten Gunung RT O1 / RW 12

Kelurahan Rejo Winangun Selatan Kota Magelang pada pertemuan PKK dan

Dasa Wisma. Pertemuan dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 30 Maret 2014

pukul 15.00-17.00 Jumlah peserta sebanyak 45 ibu-ibu PKK dan anggauta Dasa

Wisma. Kemudian pada hari Minggu tanggal 20 April 2014 pada pukul 10.00-

12.00 WIB desiminasi di desa Timo kerep, Tuntang, Salatiga dengan jumlah

peserta kurang lebih 100 orang.

Materi desiminasi yaitu paparan pembuatan kue tradisional dari kulit

ketela dengan strategi Hibrid untuk menumbuhkan home industry. Kebetulan di

Dusun Paten Gunung juga merupakan desa vokasi dan banyak terdapat home

industry, sehingga dengan adanya desiminasi ini diharapkan dapat memunculkan

home industry-home industry baru. Jika hal itu terwujud maka perekonomian di

Kota Magelang akan semakin bergairah. Masyarakat Paten Gunung dan Timo

kerep sangat antusias mengikuti proses desiminasi dan sangat berminat untuk

mengikuti pelatihan bila ada kesempatan. Apalagi letak Dusun Paten Gunung

sangat dekat dengan pasar Rejo Winangun, sehingga peluang untuk membuka

usaha dibidang kuliner sangat terbuka. Disamping itu juga dekat dengan Pasar

Pagi Gotong Royong yang banyak menjual beragam makanan tradisional di pagi

buta sekitar jam 03.00 dini hari. Dengan peluang yang sangat besar menjadi

motivasi tersendiri bagi pelaku usaha baik pemula maupun yang sudah

berpengalaman.

Selain tindak lanjut yang berupa desiminasi juga dilakukan monitoring

yang berkelanjutan terutama dari pihak Pendidikan Non Formal bagi peserta

kursus di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Permata Kota Magelang supaya

tetap konsisten. Jangan sampai ilmu, pengetahuan dan keterampilan yang sudah

diberikan hanya terbuang sia-sia dan menjadi moment sesaat yang tidak berbekas.

Segala upaya, kerja keras, inovasi dan kreatifitas yang sudah dilakukan hendaknya

Page 24: BAB I-IV fix

24

menjadi inspirasi positif untuk menekan angka kemiskinan dilingkungan kursus

pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Tiada gading yang tak retak. Tentu selama proses kegiatan kursus

berlangsung banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan. Namun kekurangan

menjadi cambuk yang melecut dan melesatkan harapan. Dan harapan adalah

nyawa dari sebuah upaya yang selalu memberi nafas dalam setiap kehidupan.

Maka jangan takut melangkah, dan tidak perlu cemas jatuh selama kita masih

memiliki kekuatan untuk bangkit dan berlari mengejar mimpi dan harapan.

Gambar berikut adalah aktifitas saat desiminasi di dusun Paten Gunung Rt 01/ Rw

12 yang dihadiri oleh anggauta PKK dan Dasa Wisma dan desiminasi di desa

Timo kerep, Tuntang, Salatiga.

Gambar 9. Desiminasi hasil pembuatan kue tradisional dari kulit ketela.

Page 25: BAB I-IV fix

25

BAB III

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN

Dengan strategi Hibrid dapat :

1. Memberikan keterampilan dalam pembuatan inovasi kue tradisional dari

kulit ketela.

2. Membantu menciptakan lapangan pekerjaan.

3. Mengarahkan peserta kursus untuk memiliki produk unggulan.

4. Membimbing peserta kursus untuk memanfaatkan media internet sebagai

sarana untuk promosi dan pemasaran produk.

5. Melakukan inovasi kue dari kulit ketela di Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat Permata Kota Magelang tahun 2014.

B. REKOMENDASI

1. Mutu pelatihan sangat ditentukan oleh ketepatan instruktur dalam

memilih, merancang dan menerapkan strategi pembelajaran dengan

karakteristik materi kursus dan kondisi peserta kursus. Karena itu

instruktur harus cerdas dan bijak dalam melakukan proses pelatihan yang

menarik.

2. Salah satu alternatif dalam upaya meningkatkan mutu pelatihan inovasi

kue tradisional dari kulit ketela adalah dengan strategi Hibrid.

3. Strategi ini dapat diterapkan oleh instruktur lain dalam memberikan

pelatihan pada peserta kursus.

4. Perlu kelengkapan sarana dan prasarana untuk kelancaran kursus terutama

peralatan masak yang memadai baik dalam jumlah maupun jenisnya.

5. Usia bisa menjadi pertimbangan dan syarat peserta kursus dalam

mengikuti pelatihan di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Permata Kota

Magelang tehun 2014.

Page 26: BAB I-IV fix

26

DAFTAR PUSTAKA

Fadiati, Ari. 2013. Mengelola Usaha Jasa Boga Yang Sukses. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Widaningsih dan Samsul Rizal. 2013. Melaksanakan Pelayanan Prima. Jakarta: Erlangga.

Mulyawati, Wahyuni dan Ilse. 2013. Sajian Tradisional Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Hendro. (2012). Kewirausahaan. Jakarta: Erlangga.

Huda, Miftakhul. 2013. Model-Model Pengajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Supardi.2013. Publikasi Ilmiah Non Penelitian Dan Karya Inofatif. Yogyakarta: Andi Offset.

Endang R, Mulyani dan Suyetty.2013. Mengaplikasikan Keterampilan Komunikasi. Jakarta: Erlangga.

Erwin, Lilly T. 2013. Hidangan Ramadhan & Lebaran. Jakarta: Erlangga Hayati,Rufus A.L Tobing. 2014. Masakan Indonesia. Jakarta: Buana Printing. Liana Marliana. 2013. Aneka Kue Kukus.Jakarta: Dunia Kreasi Yasa Boga. 2014. Kue-kue Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.