BAB I PENDAHULUAN Epikondilitis medial maupun lateral merupakan satu jenis penyakit occupational overuse syndrome (OOS) yaitu masalah kesehatan akibat kerja yang disebabkan oleh penggunaan struktur-struktur otot-tendon dan tulang yang berlebihan sehingga menimbulkan rasa nyeri hebat yang seringkali disertai rasa kesemutan, mati rasa, rasa berat, rasa lemah. Biasanya mulai dari tempat tertentu (leher, bagian atas punggung, bahu, lengan, siku, pergelangan tangan atau tangan) yang menyebar ke satu sisi anggota badan atas atau keduanya. 1 Occupational overuse syndrome (OOS) dipengaruhi beberapa faktor seperti sikap kerja, sifat dasar pekerjaan, faktor psikologis, intensitas dan lamanya pekerjaan berlangsung, frekuensi gerakan alat gerak, kecukupan waktu istirahat, ada / tidaknya kompresi mekanik pada bagianbagian tubuh, suhu lingkungan, angkat beban, dan teknik kerja yang kurang memadai. 1 Pada tahun 1882, Morris memperkenalkan istilah “lawn tennis elbow” yang merujuk pada suatu sindroma pada siku yang ditemukan pada para pemain tenis, istilah itu kemudian dikenal “tennis elbow” yang merupakan istilah untuk epikondilitis lateral sedangkan epikondilitis medial lebih dikenal dengan “golfer’s elbow”. 2 Epikondilitis lateral terjadi tujuh sampai sepuluh kali lebih sering daripada epikondilitis medial. Epikondilitis medial terjadi 9,8% sampai 20% dari seluruh kejadian 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Epikondilitis medial maupun lateral merupakan satu jenis penyakit occupational
overuse syndrome (OOS) yaitu masalah kesehatan akibat kerja yang disebabkan oleh
penggunaan struktur-struktur otot-tendon dan tulang yang berlebihan sehingga menimbulkan
rasa nyeri hebat yang seringkali disertai rasa kesemutan, mati rasa, rasa berat, rasa lemah.
Biasanya mulai dari tempat tertentu (leher, bagian atas punggung, bahu, lengan, siku,
pergelangan tangan atau tangan) yang menyebar ke satu sisi anggota badan atas atau
keduanya.1
Occupational overuse syndrome (OOS) dipengaruhi beberapa faktor seperti sikap
kerja, sifat dasar pekerjaan, faktor psikologis, intensitas dan lamanya pekerjaan berlangsung,
frekuensi gerakan alat gerak, kecukupan waktu istirahat, ada / tidaknya kompresi mekanik
pada bagianbagian tubuh, suhu lingkungan, angkat beban, dan teknik kerja yang kurang
memadai.1
Pada tahun 1882, Morris memperkenalkan istilah “lawn tennis elbow” yang merujuk
pada suatu sindroma pada siku yang ditemukan pada para pemain tenis, istilah itu kemudian
dikenal “tennis elbow” yang merupakan istilah untuk epikondilitis lateral sedangkan
epikondilitis medial lebih dikenal dengan “golfer’s elbow”.2
Epikondilitis lateral terjadi tujuh sampai sepuluh kali lebih sering daripada
epikondilitis medial. Epikondilitis medial terjadi 9,8% sampai 20% dari seluruh kejadian
epikondilitis. Insidensi epikondilitis lateral bervariasi mulai dari 1% hingga 3% dari populasi
umum. Pria dan wanita memiliki prevalensi yang sama. Kelainan ini sering ditemukan pada
orang-orang berkulit putih, 75% terjadi pada tangan yang dominan, dan insidensinya
meningkat seiring dengan bertambahnya usia, dengan populasi puncak pada usia 40 hingga
50 tahun.2
Pada epikondilitis lateral disebabkan pembebanan yang berlebihan pada otot
ekstensor lengan bawah pada origonya di epikondilus, sedangkan traksi yang berlebihan pada
otot fleksor lengan bawah pada origonya menyebabkan epikondilitis medial. 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1
2.1 Anatomi
Sendi siku dibentuk oleh tiga potong tulang yaitu tulang humerus, ulna dan radius yang
saling berhubungan dalam satu rongga sendi yang bersama-sama. 4
Pada dasarnya di dalam sendi siku terdapat dua gerakan yakni fleksi/ekstensi dan rotasi
berupa pronasi dan supinasi.Gerakan fleksi dan ekstensi terjadi antara tulang humerus dan
lengan bawah (radius dan ulna), pronasidan supinasi terjadi karena radius berputar pada
tulang ulna, sementara itu radius juga berputar pada boros bujurnya sendiri.Sendi radioulnar
proksimal dibentuk oleh kepala radius dan incisura radialisulna dan merupakan bagian dari
sendi siku.Sendi radioulnar distal terletak dekat pergelangan tangan. 4
Sendi siku sangat stabil karena diperkuat oleh simpai sendi yaitu ligamentcollateral
medial dan lateral. Ligamentum annulare radii menstabilkan terutama kepala radius. Otot-otot
yang berfungsi pada gerakan sendi siku ialah brachioradialis, biceps brachii, otot triceps
brachii, pronator teres dan supinator. Selain otot di atas, dari siku juga berasal sejumlah otot
yang berfungsi untuk pergelangan tangan seperti otot ekstensor carpi radialis longus yang
berfungsi sebagai penggerak utama ekstensi sendi pergelangan tangan dipersarafi oleh saraf
radialis akar saraf servikal 6 - 7, otot ekstensor carpi radialis brevis,berfungsi sebagai
penggerak utama ekstensi dan abduksi sendi pergelangan tangan dipersarafi oleh saraf
radialis akar saraf servikal 6 – servikal 7. 4
Gambar 1: Gambar otot-otot pada aspek lateral elbow, yang berdekatan dengan origo tendon epikondilus lateral.CET= common extensor tendon, ECRB= extensor carpi radialis brevis, ECRL= extensor carpi radialis longus, ECU= extensor carpi ulnaris, EDC= extensor digitorum communis.5
Extensor carpi radialis brevis (ECRB), extensor digitorum communis, dan extensor
carpi ulnaris bergabung membentuk suatu tendon yang kuat, diskret, serta melekat pada aspek
menstabilkan ligamentum annular namun ligamentum ini tidak selalu bisa ditemukan. Fiber
ligamentum accesory berasal dari krista supinator, di sepanjang aspek lateral ulna. LUCL
berkontribusi dalam memberikan konstrain ligamentum guna melawan stres varus. LUCL
berasal dari epikondilus lateral sebagai persambungan dari RCL, namun LUCL berjalan di
sepanjang aspek lateral dan posterior radius lalu masuk ke tuberkel krista supinator ulna.
Gangguan pada LUCL akan menyebabkan instabilitas rotasi posterolateral elbow. 5
2.2 Definisi
Epikondilitis lateral adalah suatu kondisi terdapat nyeri pada bagian luar dari siku
yang terjadi karena cedera pada otot dan tendon pada (aspek lateral) luar siku yang dihasilkan
dari penggunaan berlebihan atau stres yang berulang. Epikondititis medial adalah suatu
keadaan nyeri pada siku bagian dalam tepatnya pada tendon otot flexor carpi radialis dan otot
pronator teres, yang disebabkan karena gerakan fleksi pergelangan tangan dan pronasi siku
yang berulang kali.3
2.3 Epidemiologi
Epikondilitis lateral terjadi tujuh sampai sepuluh kali lebih sering daripada
epikondilitis medial. Epikondilitis medial terjadi 9,8% sampai 20% dari seluruh kejadian
epikondilitis. Insidensi epikondilitis lateral bervariasi mulai dari 1% hingga 3% dari populasi
umum. Pria dan wanita memiliki prevalensi yang sama. Kelainan ini sering ditemukan pada
orang-orang berkulit putih, 75% keluhan terjadi pada tangan yang dominan, dan insidensinya
meningkat seiring dengan bertambahnya usia, dengan populasi puncak pada usia 40 hingga
50 tahun.2
2.4 Patofisiologi
Selain akibat cedera stres repetitif, tennis elbow juga dapat terjadi karena trauma
langsung.Kondisi ini sering ditemukan pada para pemain tenis, terutama pada mereka yang
tidak profesional, dan belum memiliki teknik bermain tenis yang baik. Epikondilitis lateral
terjadi karena kontraksi repetitif pada otot-otot ekstensor lengan bawah, terutama pada origo
ekstensor carpi radius brevis, yang mengakibatkan robekan mikro lalu degenerasi tendon,
perbaikan yang imatur, hingga menimbulkan tendinosis. Selain gaya mekanik yang
mengakibatkan stres varus berlebihan pada ekstensor carpi radius brevis, posisi anatomi
tendon ekstensor carpi radius brevis yang langsung berhimpitan dengan aspek lateral
capitellum menyebabkan tendon tersebut mudah mengalami abrasi berulang selama proses
4
ekstensi elbow. Sejenis tennis elbow, golfer’s elbow disebut juga medial epikondilus.
Patofisiologinya sama hanya saja yang mengalami mikro trauma adalah origo dari otot-otot
yang melakukan fleksi lengan bawah, jadi yang berorigo pada epikondilus medialis humeri.
Hipovaskularitas permukaan bawah tendon juga berkontribusi dalam proses degenerasi dan
tendinosis.6
Gambar 3: A. Gambaran histologis tendinosis angiofibroplastic ( angiofibroblastic tendinosis) pada tennis elbow, terjadi disorganisasi kolagen normal akibat invasi fibroblast. B. Tendon normal.6
Pada pemeriksaan umum, tendon yang mengalami tennis elbow akan berwarna abu-
abu dan rapuh. Awalnya, banyak yang menduga bahwa epikondilitis terjadi karena adanya
proses inflamasi yang melibatkan bursa humeral radial, synovium, dan ligamentum annular.
Pada tahun 1979, Nirschl dan Pettrone menemukan adanya disorganisasi arsitektur kolagen
normal akibat invasi fibroblast yang berhubungan erat dengan respon reparatif vaskuler yang
imatur, yang disebut juga dengan istilah “hiperplasia angiofibroplastik”. Proses itu kemudian
dikenal dengan nama “tendinosis angiofibroplastik” karena tidak ada satu pun sel radang
yang teridentifikasi. Karena inflamasi bukanlah faktor yang signifikan dalam epikondilitis,
maka istilah tendinosis merupakan istilah yang paling tepat untuk menggambarkan tennis
elbow.6
2.5 Manifestasi Klinis
Epikondilitis ditandai dengan nyeri epikondilus yang diprovokasi oleh gerak ekstensi
dan fleksi pergelangan tangan, tergantung epikondilus mana yang terkena. Pasien
mengeluhkan nyeri yang akan semakin memburuk ketika pasien beraktivitas dan membaik
setelah pasien beristirahat.3
Nyeri yang dialami oleh pasien bervariasi, mulai dari yang paling ringan (seperti rasa
mengganggu ketika melakukan aktivitas berat seperti bermain tennis atau menggunakan alat
tangan secara berulang-ulang), atau nyeri berat yang terpicu oleh aktivitas sederhana seperti
gerakan hendak mengambil dan memegang gelas kopi. Secara umum, akan mengeluhkan
penurunan kekuatan ketika melakukan gerakan seperti menggenggam, supinasi, dan ekstensi
pergelangan tangan, fleksi pergelangan tangan. Pembengkakan setempat dan teraba hangat
dapat terjadi, range of motion dapat penuh tetapi pada tahap lanjut dapat mengalami
keterbatasan (flexion contracture) pada epikondilus medial.3
2.6 Pekerjaan yang berhubungan dengan Epikondilus Lateral/Medial2,4
Kegiatan atau Olahraga Gerakkan
Bermusik
Bisnis
Pertukangan
Perlistrikan
Mekanik
Bisbol
Golf
Olahraga raketAngkat Berat
Memanah
Berlayar
Tukang kayu
Bowling
Pedagang daging
Bermain biola
Mengangkat tas yang berat
Memalu atau memutar sekrup
Memotong kabel
Gerakan repetitif
Pitching
Memegang dan mengarahkan bola golf dengan stick golf
Pukulan backhand,forehand
Mengankat beban dalam keadaan fleksi, Mengunci siku ketika dalam posisi ekstensi
Manarik dan memlepas busur panah
Mendayung
Menebang pohon
Melempar bola
Memotong daging
2.7 Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
6
a. Pemeriksaan Lateral Elbow
Nyeri maksimal dapat timbul ketika dilakukan penekanan pada daerah sekitar 1-2 cm
dari distal origo ECRB di epikondilus lateral. Apabila tanda ini tidak ditemukan, maka kita
dapat menyingkirkan diagnosis tennis elbow.
b. Tes Maudsley
Pasien diminta untuk melakukan ekstensi jari ketiga (jari tengah) tangan lalu pemeriksa
menahan ekstensi tersebut sambil mempalpasi epikondilus lateral. Hal itu akan menimbulkan
ketegangan pada otot extensor digitorum dan tendon. Hasil positif terjadi apabila pasien
merasakan nyeri pada epikondilus lateral.
c. Tes Mill
Pemeriksa meminta pasien agar memfleksikan elbow dan pergelangan tangan, sambil
memperhatikan tiap nyeri yang timbul pada epikondilus lateral. Hasil positif bila pasien
merasakan nyeri pada epikondilus lateral.
d. Tes Cozen
Pemeriksa menstabilisasi elbow dengan cara meletakkan ibu jari pada epikondilus
lateral. Lalu pasien diminta untuk mengepalkan tangan sambil mempronasikan lengan bawah
secara radial lalu pasien mengekstensikan pergelangan tangan sambil melawan tahanan yang
diberikan oleh pemeriksa. Atau pemeriksa dapat memfleksikan dan mengekstensikan lengan
bawah pasien secara pasif.
e. Tes mengangkat kursi (Chair Test)
Pasien diminta untuk mengangkat sebuah kursi dengan bahu di-adduksi, kemudian
elbow diekstensi, dan pergelangan tangan dipronasi. Tindakan seperti itu akan
mempresipitasi nyeri Jika pasien merasakan nyeri pada epikondilus lateral, berarti chair test
positif.
Selain tes-tes di atas, kita juga harus melakukan pemeriksaan ROM pada bahu, siku,
dan pergelangan tangan. Pemeriksaan ROM (range of movements) dan uji krepitus sendi
radiohumeral dilakukan untuk mengeksklusi penyakit seperti bursitis atau tosteokondritis.
Jika ditemukan penurunan ROM, maka kita dapat mempertimbangkan untuk melakukan
pemeriksaan radiologis untuk mengevaluasi sendi yang bermasalah.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. X- Ray
7
Pemeriksaan X-ray biasanya dilakukan dengan tujuan untuk mengeksklusi abnormalitas
lain. Gambaran yang dapat ditemukan dari pemeriksaan X-ray adalah deposisi kalsium
(kalsifikasi) pada daerah yang berdekatan dengan epikondilus.
b. USG
Sensitivitas USG untuk mendiagnosis tennis elbow adalah 72-88%, sedangkan
spesifisitasnya adalah 36-62,5%, namun ada juga penelitian yang melaporkan bahwa
spesifisitasnya mencapai 67-100%, terutama untuk pasien-pasien yang simptomatik.
Gambar 4: A.USG longitudinal pada tendon extensor communis pasien tennis elbow, tanda panah menunjukkan fokus hipoekoik linear yang sesuai dengan robekan intrasubstansi,B USG longitudinal pada tendon extensor communis pasien tennis elbow, tanda panah yang atas menunjukkan tendon yang mengalami kalsifikasi, sedangkan tanda panah yang bawah menunjukkan iregularitas tulang yang dekat dengan tendon extensor communis.
3. MRI
MRI memiliki sensitivitas sekitar 90-100% dalam mendiagnosis epikondilitis. Pasien
yang akan menjalani pemeriksaan MRI sebaiknya berbaring dengan tangan terabduksi, elbow
di-ekstensi, dan pergelangan tangan di-supinasi.
2.8 Penatalaksanaan
8
Gambar 5: MRI tennis elbow. (a) tanda panah menunjukkan robekan full-thickness dan retraksi ECRB yang disertai dengan edema. (b) tanda panah menunjukkan cairan peritendinosus pada origo ECRB.