BAB I PENDAHULUAN
Diare akut merupakan keluhan yang sering dijumpai pada orang
dewasa. Bila terjadi tanpa komplikasi, secara umum dapat diobati
sendiri oleh penderita. Namun, bila terjadi komplikasi akibat
dehidrasi atau toksik menyebabkan morbiditas dan mortalitas,
meskipun penyebab dan penanganannya telah diketahui dengan baik
serta prosedur diagnostiknya juga semakin baik. Meskipun diketahui
bahwa diare merupakan suatu respon tubuh terhadap keadaan tidak
normal, namun anggap bahwa diare sebagai mekanisme pertahanan tubuh
untuk mengeskresikan mikroorganisme keluar tubuh , tidak sepenuhnya
benar. Terapi kausal tentunya diperlukan pada diare akibat infeksi,
dan rehidrasi oral maupun parenteral secara simultan degan kausal
memberikan hasil yang baik terutama pada diare akut yang
menimbulkan dehidrasi sedang sampai berat. Acapkali juga diperlukan
terapi simtomatik untuk menghentikan diare atau mengurangi volume
feses, karena berulang kali buang air besar merupakan suatu
keadaan/kondisi yang menganggu aktifitas sehari-hari.Lebih dari 2
juta kasus diare akut infeksius diamerika setiap tahunnya merupakan
penyebab kedua dari morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia.
Gambaran klinis diare akut acapkali tidak spesifik. Namun selalu
berhubungan dengan hal-hal berikut : adanya traveling (domestic
atau international), kontak personal, adanya sangkaan food-borne
transmisi dengan masa inkubasi yang pendek. Jika tidak ada demam,
menunjukkan adanya proses mekanisme enterotoksin. Sebaliknya, bila
ada demam dan masa inkubasi yang lebih panjang, ini karakteristik
suatu etiologi infeksi. Beberapa jenis toksin yang dihasilkan oleh
mikroorganisme (seperti E. Coli 0157:H7) membutuhan beberapa hari
masa inkubasi.penyakit diare merupakan masalah global dengan
kesakitan dan kematian yang tinggi di berbagai Negara terutama di
Negara berkembang, dan sebgai salah satu penyebab utama tingginya
angka kesakitan dan kematian anak di dunia. Secara umum,
diperkirakan lebih dari 10 juta anak berusia kurang dari 5 tahun
meninggal setiap tahunnya, sekitar 20% meninggal karena infeksi
diare. Kematian yang disebabkan diare dapat diturunkan dengan
program rehidrasi/terapi cairan namun angka kesakitannya masih
tetap tinggi. Pada saat ini angka kematian yang disebabkan diare
adalah 3,8 per 1000 per tahun, median insidens secara keseluruhan
pada anak usia dibawah 5 tahun adalah 3,2 episode anak per
tahun.Setiap tahun diperkirakan 2,5 miliar kejadian diare pada anak
balita, dan hamper tidak ada perubahan dalam dua decade terakhir.
Diar pada balita tersebut lebih dari separihnya terjadi di Afrika
dan Asia Selatan, dapat mengakibatkan kematian atau keadaan berat
lainnya. Insidens diare bervariasi menurut musin dan umur.
Anak-anak adalah kelompok udia rentan terhadap diare, insiden diare
tertinggi pada kelompok anak usia dibawah 2 tahun, dan menurun
dengan bertambahnya usia anak.The Millenium Development Goals
(MDGs) menargetkan untuk menurunkan dua per tiga kematian anak
dalam periode 1990-2015. Diare menduduki urutan kedua penyebab
kematian pada anak, dan sebagai salah satu penyebab utama tingginya
angka kematian di dunia.Di Indonesia berdasarkan data laporan
Surveilan Terpadu Penyakit (STP) puskesmas dan rumah sakit (RS)
secara keseluruhan angka insidens Diare selama kurun waktu 5 tahun
dari tahun 2002 sampai tahun 2006 cenderung berfluktuasi dari 6,7
per 1000 pada tahun 2002 menjadi 9,6 per 1000 pada tahun 2006
(angka insiden bervariasi antara 4,5 25,7 per 1000). Dari survey
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 penyakit diare menduduki
urutan kedua dari penyakit infeksi dengan angka morbiditas sebesar
4,0 % dan mortalitas 3,8 %. Dilaporkan pula bahwa penyakit diare
menempati urutan tertinggi penyebab kematian (9,4 %) dari seluruh
kematian bayi. Dari data riset kesehatan dasar (Riseksdas)
Balitbangkes tahun 2007, dilaporkan bahwa prevalensi Diare 9,0%,
dan diantaranya 33 provinsi bervariasi antara 4,2 % - 18,9%.Adanya
kesepakatan International pada tahun 1970 dan 1980 utnuk menurunkan
angka kematian pada anak akibat Diare menggunakan Oral Rehydration
Salts (ORS), merupakan solusi yang efektif dan harga terjangkau.
Saat ini hanya 39 % anak-anak dengan diare dinegara berkembang yang
menerima ORS., diteruskan dengan tetap mendaptkan asupan
ASI/makanan. Demikian pula pencapaian MDGs dalam menurunkan angka
kematian anak, dimana dilaporkan bahwa diare merupakan salah satu
penyebab tingginya angka kematian pada anak.
BAB IIPERMASALAH
2.1. Anatomi Usus halus dan Usus besar2.1.1 Usus HalusPanjang
usus halus pada orang hidup, terbagi menjadi :1. Duodenum2.
Jejunum3. IleumDinding usus halus paling luar/lapisan serosa
dibentuk oleh perineum yang merupakan lapisan visceral dan
parietal. Peritoneum melipat dan meliputi visera abdomen dengan
hampir sempurna.Mesinterium adalah lipatan peritoneum yang lebar
menyerupai kipas menggantung jejunum dan ileum dari dinding
posterior abdomen.Omentum mayus merupakan lapisan ganda peritoneum,
menggantung dari kurvatura mayor lambunga ke bawah di depan visera
abdomen.Omentum minus yang membentang dari kurvatura minor dan
bagian atas duodenum, menuju hati membentuk ligamentum
hepatogastrikum dan ligamentum hepatoduodenale.Otot yang meliputi
usus halus ada 2 lapis:1. Lapisan luar terdiri atas serabut-serabut
longitudinal yang lebih tipis.2. Lapisan dalam terdiri atas
serabut-serabut sirkular.Lapisan mukosa dan sbumukosa usus halus
membentuk lipatan-lipatan sirlular dinamakan valvula koniventas.
Vulva koniventas merupakan tonjolan-tonjolan seperti jari-jari dari
mukosa dengan jumlah 4-5 juta dengan ukuran panjang 0.5 dampai1.5
mm. Mikromili tonjolan seperti jari dengan panjang 1 m terletak
pada permukaan luar setiap vilkus. Valvula koniventes vili dan
mikromili menambah luas permukaan absorpsi.Epitel vilus terdiri
dari 2 jenis sel :1. Sel gobet : penghasil mucus2. Sel-sel
absorptive : absorpsi bahan makanan yang telah
dicernakan.\Disekililing pili terdapat sumur kecil dinamakan kripta
lieberkuin. Duodenum diperdarahi oleh arteria gastro duodenalis dan
arteria dan kreatikoduodenalis superior. Peredaran darah kembali
lewat vena mesentrika superior yang membentuk vena porsa bersama
dengan vena lienalis.Fungsi usus halus yang utama ada 2, yaitu:1.
Pencernaan.2. Absorpsi bahan-bahan nutrisi dan air.
2.1.2. Usus BesarTabung muskular berongga dengan panjang + 5
kali, diameter + 2.5 inci. Terbagi menjadi : 1. Caecum2. Colon :
colon assenden, colon transversum, colon desenden, colon sigmoid3.
Rectum.Memiliki 2 buah kelokan yang penting yaitu kelokan tajam di
kanan (fleksura hepatica), kelokan tajam di kiri (fleksura
lienalis)Lapisan otot longitudinalnya terkumpul dalam tiga pita
dinamakan faeniakoli arteri mesenterika. Kelenjar usus
panjang-panjang dan banyak sel gobet, sel-sel absorptif dan sedikit
sel enteroendolon. Epitel pelapisnya silindris yang sel-selnya
memiliki mikromili pendek dan tidak teratur. Lapisan kemina propia
kaya akan limfosit dan limfonocluli. Muskularis dari usus besar
terdiri dari otot longitudinal dan sirkular.
2.2. DefinisiDiare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang
airbesar denagn konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa
air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau
lebih) dalam 1 hari. (Kemenkes RI, 2011)Organisasi kesehatan dunia
(WHO) mendefinisikan diar sebgai kejadian buang air besar dengan
konsistensi lebih cair dari biasanya, dengan frekuensi kali atau
lebih selama 1 hari atau lebih. Definisi ini lebih menekankan pada
konsistensi tinja dari pada frekuensinya. Jika frekuensi BAB
meningkat namun konsistensi tinja padat, maka tidak disebut sebagai
diare.2.2. Etiologi Menurut World Gastroenterology Organization
global guidelines 2005, etiologi diare akut dibagi atas empat
penyebab, yaitu :1. BakteriShigella, Salmonella, E. Coli, Gol.
Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium perfringens, Stafilokokus
aureus, Campylobacter aeromonas2. Virus Rotavirus, Adenovirus,
Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus 3. ParasitProtozoa,
Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli, Trichuris
trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongyloides stercoralis4. Non
infeksimalabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas,
imunodefisiensi, kesulitan makan.
2.3. Cara penularan dan Faktor resiko Cara penularan diare
melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang
tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak
langsung melalui lalat (melalui 5F = faeces, flies, food, fluid,
finger).Faktor risiko terjadinya diare adalah : 1. Faktor perilaku
antara lain :a. Tidak memberikan Air Susu Ibu/ASI (ASI eksklusif),
memberikan Makanan Pendamping/MP ASI terlalu dini akan mempercepat
bayi kontak terhadap kuman.b. Menggunakan botol susu terbukti
meningkatkan risiko terkena penyakit diare karena sangat sulit
untuk membersihkan botol susu.c. Tidak menerapkan Kebiasaaan Cuci
Tangan pakai sabun sebelum memberi ASI/makan, setelah Buang Air
Besar (BAB), dan setelah membersihkan BAB anak. d. Penyimpanan
makanan yang tidak higienis2. Faktor lingkungan antara lain :a.
Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan
Mandi Cuci Kakus (MCK).b. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang
buruk.Disamping faktor risiko tersebut diatas ada beberapa faktor
dari penderita yang dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare
antara lain: kurang gizi/malnutrisi terutama anak gizi buruk,
penyakit imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita campak.
(Kemenkes RI, 2011).2.4. KlasifikasiTerdapat beberapa pembagian
diare, yaitu :1. Berdasarkan lamanya diare a. Diare akut, yaitu
diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.b. Diare kronik, yaitu
diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan kehilangan berat
badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive) selama
masa diare tersebut.2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik: a.
Diare sekresi (secretory diarrhea)b. Diare osmotic (osmotic
diarrhea)
2.5. Patofisiologi Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih
patofisiologi/patomekanisme dibawah ini, antara lain :1. Diare
sekretorikDiare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air
dan elektrolit dari usus, menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare
ini yaitu secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang
banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun
dilakukan puasa makan/minum. 2. Diare osmoticDiare tipe ini
disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus
yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik (antara
lain MgSO, Mg(OH), malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa
usus missal pada defisiensi disakaridase, malabsorpsi
glukosa/galaktosa.
3. Malabsorpsi asam empedu dan lemakDiare tipe ini didapatkan
pada gangguan pembentukan/produksi micelle empedu dan
penyakit-penyakit saluran bilier dan hati.
4. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di
enterositDiare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme
transport aktif NA ATPase di enterosit dan absorpsi Na+ dan air
yang abnormal.
5. Motilitas dan waktu transit usus yang abnormalDiare tipe ini
disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga
menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebabnya
antara lain : diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid.
6. Gangguan permeabilitas ususDiare tipe ini disebabkan
permeabilitas usus yang abnormal disebabkan adanya kelainan
morfologi membran epitel spesifik pada usus halus.
7. Diare inflamasiProses inflamasi di usus halus dan kolon
menyebabkan diare pada beberapa keadaan. Akibat kehilangan sel
epitel dan kerusakan tight junction, tekanan hidrostatik dalam
pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit, mukus,
protein dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk
dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan
tipe diare lain seperti diare osmotic dan diare sekretorik.
8. Diare infeksi Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab
tersering dari diare. Dari sudut kelainan usus, diare oleh bakteri
dibagi atas non-invasif dan invasif (merusak mukosa). Bakteri
non-invasif menyebabkan diare karena toksin yang disekresikan oleh
bakteri tersebut.
2.6. Manifestasi klinisInfeksi usus menimbulkan gejala
gastrointestinal serta gejala lainnya bila terjadi komplikasi
ekstra intestinal termasuk manifestasi neurologik. Gejala
gastrointestinal bisa berupa diare, kram perut, dan muntah.
Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada
penyebabnya. Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang
mengandung sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat.
Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan
kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat
menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik, dan hipovolemia.
Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat
menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila
tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut
tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi
hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut
derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan,
dehidrasi sedang atau dehidrasi berat.
2.7. Diagnosis2.7.1. AnamnesisPasien dengan diare akut datang
dengan berbagai gejala klinik tergantung penyebab penyakit
dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15 hari. Diare
karena penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air,
dan sering berhubungan dengan malabsorpsi dan dehidrasi sering
didapatkan. Diare karena kelainan kolon seringkali berhubungan
dengan tinja berjumlah kecil tetapi sering, bercampur darah dan ada
sensasi ingin ke belakang. Pasien dengan diare akut infektif datang
dengan keluhan khas, yaitu mual, muntah, nyeri abdomen, demam, dan
tinja yang sering, malabsorptif, atau berdarah tergantung bakteri
patogen yang spesifik. Secara umum, pathogen usus halus tidak
invasif, dan patogen ileokolon lebih mengarah ke invasif. Muntah
yang mulai beberapa jam dari masuknya makanan mengarahkan kita pada
keracunan makanan karena toksin yang dihasilkan.2.7.2. Pemeriksaan
FisikPada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu
tubuh, frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah.
Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda utama dehidrasi, seperti :
kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda
tambahan lainnya, seperti : ubun-ubun besar cekung atau tidak,
mata: cowong atau tidak, ada atau tidaknya air mata, bibir, mukosa
mulut dan lidah kering atau basah.
Gambar. Tanda tanda dehidrasi pada anakPernapasan yang cepat dan
dalam indikasi adanya asidosis metabolik. Bising usus yang lemah
atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas
perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat
dehidrasi yang terjadi. Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi
dapat ditentukan dengan cara: obyektif yaitu dengan membandingkan
berat badan sebelum dan selama diare. Tabel 1. Penilaian derajat
dehidrasi pada anak
2.7.3. LaboratoriumPemeriksaan laboratorium lengkap pada diare
akut umumnya tidak diperlukan, Hanya pada keadaan tertentu mungkin
diperlukan, misalnya penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada
sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan
dehidrasi berat. Pemeriksaan tinja baik makroskopik maupun
mikroskopik dapat dilakukan untuk menentukan diagnosa yang pasti.
Secara makroskopik harus diperhatikan bentuk, warna tinja, ada
tidaknya darah, lendir, pus, lemak, dan lain-lain. Pemeriksaan
mikroskopik melihat ada tidaknya leukosit, eritrosit, telur cacing,
parasit, bakteri, dan lain-lain. 2.8. Penatalaksanaan Menurut
Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah
LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh
Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi
bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki
kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan
mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk
mengobati diare. Adapun program LINTAS DIARE yaitu :1. Rehidrasi
menggunakan Oralit osmolalitas rendah2. Zinc diberikan selama 10
hari berturut-turut3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan4.
Antibiotik Selektif5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh
1. OralitOralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti
natrium klorida (NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat
hidrat, serta glukosa anhidrat. Oralit diberikan untuk mengganti
cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diar. Walaupun
air sangat penting intuk mencegah dehidrasi, air minum tidak
mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan
oralit. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit
dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diar. Untuk mencegah
terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan
memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia
berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air
matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang
baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa
mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi
penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita
tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk
mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit
didasarkan pada derajat dehidrasi (Kemenkes RI, 2011). Terapi
cairan/rehidrasi pada diare, ada 3 terapi yaitu :a. Diare tanpa
dehidrasiSatu bungkus oralit dimasukkan kedalam satu gelas air
matang (200 cc). Anak kurang dari 1 tahun diberikan 50-100 cc
cairan oralit setiap kali buang air besar. Anak lebih dari 1 tahun
diberikan 100-200 cc cairan oralit setiap kali buang air besar.
Gambar. Skema rencana terapi APenelitian menunjukkan bahwa
oralit formula baru mampu :a. Mengurangi volume tinja hingga 25%b.
Mengurangi mual-muntah hingga 30%c. Mengurangi secara bermakna
pemberian cairan melalui intervena.Anak yang tidak menjalani terapi
intravena, tidak harus dirawat di rumah sakit. Ini artinya risiko
anak terkena infeksi di rumah sakit berkurang, pemberian ASI tidak
terganggu, dan orangtua akan menghemat biaya.
Gambar . Perbedaan antara oralit lama dan baru
b. Diare dehidrasi ringan-sedang
Gambar. Skema rencana terapi Bc. Diare dehidrasi Berat
Gambar. Skema rencana terapi C2. ZincZinc merupakan salah satu
mikronutrien yang penting untuk kesehatan dan pertumbuhan tubuh.
Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase),
dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan
hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi
dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama
kejadian diare (Kemenkes RI, 2011). Pemberian Zinc selama diare
terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare,
mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja,
serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.
Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera
saat anak mengalami diare. Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF
menandatangi kebijakan bersama dalam hal pengobatan diare yaitu
pemberian oralit dan Zinc selama 10-14 hari. Hal ini didasarkan
pada penelitian selama 20 tahun (1980-2003) yang menunjukkan bahwa
pengobatan diare dengan pemberian oralit disertai zinc lebih
efektif dan terbukti menurunkan angka kematian akibat diare pada
anak-anak sampai 40%.Kemampuan zinc untuk mencegah diare terkait
dengan kemampuannya meningkatkan system kekebalan tubuh. Zinc
merupakan mineral penting bagi tubuh. Lebih 300 enzim dalam tubuh
yang bergantung pada zinc. Zinc juga dibutuhkan oleh berbagai organ
tubuh, seperti kulit dan mukosa saluran cerna. Semua yang berperan
dalam fungsi imun, membutuhkan zinc. Jika zinc diberikan pada anak
yang system kekebalannya belum berkembang baik, dapat meningkatkan
system kekebalan dan melindungi anak dari penyakit infeksi. Itulah
sebabnya mengapa anak yang diberikan zinc (diberikan sesuai dosis)
selama 10 hari berturut-turut berisiko lebih kecil untuk terkena
penyakit infeksi, diare dan pneumonia.Obat zinc merupakan tablet
dispersible yang larut dalam waktu sekitar 30 detik. Zinc diberikan
selama 10 hari berturut-turut dengan dosis sebagai berikut :a.
Balita umur < 6 bulan : tablet (10 mg)/ harib. Balita umur 6
bulan : 1 tablet (20 mg)/ hariZinc diberikan satu kali sehari
selama 10 hari berturut-turut. Pemberian zinc harus tetap
dilanjutkan meskipun diare sudah berhenti. Hal ini dimaksudkan
untuk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap kemungkinan berulang
diare pada 2-3 bulan ke depan. Cara pemberian tablet zinc :
Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah
larut berikan pada anak diare.3. Pemberian ASI/makananPemberian
makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita
terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih
sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan
lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk
bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan
yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih
sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan
selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan.Untuk anak
yang berusia kurang dari 2 tahun, anjurkan untuk mulai mengurangi
susu formula dan menggantinya dengan ASI. Untuk anak yang berusia
lebih dari 2 tahun, teruskan pemberian susu formula. Ingatkan ibu
untuk memastikan anaknya mendapat oralit dan air matang.(Kemenkes
RI, 2011)4. Pemberian antibiotika hanya atas indikasiAntibiotika
tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare
pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya
bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena
shigellosis), suspek kolera.Antibiotic hanya diberikan jika
adaindikasi, seperti diare berdarah atau diare karena kolera, atau
diare dengan disertai penyakit lain. Ini sangat penting karena
seringkali ketika diare, masyarakat langsung membeli antibiotic
seperti tetrasiklin atau Ampicillin. Selain tidak efektif, tindakan
ini berbahaya, karena jika antibiotic tidak dihabiskan sesuai dosis
akan menimbulkan resistensi kuman terhadap antibiotik.Selain bahaya
resistensi kuman, pemberian antibiotic yang tidak tepat bisa
membunuh floral normal yang justru dibutuhkan tubuh. Efek samping
dari penggunaan antibiotic yang tidak rasional adalah timbulnya
gangguan fungsi ginjal, hati dan diare yang disebabkan oleh
antibiotic. Hal ini jugaakan mengeluarkan biaya pengobatan yang
seharusnya tidak diperlukan.(Kemenkes RI, 2011)Obat-obatan anti
diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare
karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan
kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi
ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar
menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal.
Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh
parasit (amuba, giardia) (Kemenkes RI, 2011).
5. Berikan Nasihat pada ibu/pengasuh Berikan nasihat dan cek
pemahaman ibu/pengasuh tentang cara pemberian Oralit, Zinc,
ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera membawa anaknya ke petugas
kesehatan jika anak: Buang air besar cair lebih sering Muntah
berulang-ulang Mengalami rasa haus yang nyata Makan atau minum
sedikit Demam Tinjanya berdarah Tidak membaik dalam 3 hari
BAB IIIPERENCANAAN
Sebagai upaya untuk menurunkan prevalensi angka kesakitan dan
angka kematian diare pada anak maka, penulis sudah melakukan
tindakan berupa pemberian penyuluhan pada ibu-ibu yg memiliki
anak-anak yg beresiko terkena diare di posyandu dengan topic yang
diangkat adalah Bahaya yang terjadi pada anak yang diare dan
penanganan pertama yang dapat dilakukan orang tua dirumah bila anak
diare serta kapan saatnya membawa anak ke tempat pelayanan
kesehatan .Kebijakan pengendalian penyakit diare di Indonesia
bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian
karena diare bersama lintas program dan lintas sector
terkait.Kebijakan yang ditetapkan pemerintah dalam menurunkan angka
kesakitan dan kematian karena diare alah sebagai berikut :
Melaksanakan tata laksana penderita diare yang sesuai standar, baik
disarana kesehataan maupun di rumah tangga. Melaksanakan surveilans
epidemiologi dan penanggulangan kejadian luar biasa Mengembangkan
pengendalian penyakit diare Meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan petugas dalam pengelolaan program yang meliputi aspek
majerial dan teknis medis. Mengembangankan jejaring lintas sector
dan lintas program Pemmbinaan teknis dan monitoring pelaksanaan
pengendalian penyakit diare Melaksanakan evaluasi sebagai dasar
perencanaan lanjutan.Strategi pengendalian penyakit diare
dilaksanakan pemerintah adalah :1. Melaksanakan tatalaksana
penderita diare yang standar disarana kesehatan melalui langkah
tuntaskan diare (LINTAS DIARE).2. Meningkatkan tatalaksana
penderita diaredirumah tangga yang tetap dan benar3. Meningkatkan
SKD dan penanggulangan KLB diare4. Melaksanakan upaya kegiatan
pencegahan yang efektif5. Melaksanakan monitoring dan
evaluasiMelakukan pencegahan terhadap penyakit diare juga sangat
berpengaruh dan membantu dalam menurunkan angka kesakitan diare dan
tentunya juga berkesinambungan dengan turunnya angka kematian anak
penderita diare. Diharapkan kerjasama dari semua pihak untuk lebih
peduli akan tindakan pencegahan ini terutama keluarga.
BAB IVPELAKSANAANPasien ini telah didignosis sebagai Diare tanpa
dehidrasi, maka pengelolaan pada pasien ini sangat penting, untuk
menghindari keadaan memburuk menjadi diare dengan dehidrasi baik
ringan-sedang ataupun menjajdi dehidrasi berat. Disinilah letak
peranan penting bagi keluarga terutama orang tua untuk bisa
melakukan penanganan awal seperti pemberian oralit yang tepat.Untuk
mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah
tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak
tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur,
air matang. Oralit sanat ini yang beredar dipasaran sudah merupakan
oralit yang terbaru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat
mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang
terbaik bagi penderita diare untuk menggantikan cairan yang hilang.
Bila penderita tidak bisa minum segera dibawa ke sarana kesehatan
untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus.Cara pemberian dan
dosis oralit pada pasien diare tanpa dehidrasi sebagai berikut :
Satu bungkus oralit dimasukkan kedalam satu gelas air matang (200
cc). Pemberian oralit sesuai umur yaitu : Umur < 1 tahun: -
gelas setiap kali anak mencret Umur 1 4 tahun: - 1 gelas setiap
kali anak mencret Umur diatas 5 tahun: 1 1 gelas setiap kali anak
mencret
Gambar. Cara membuat oralitDehidrasi merupakan salah satu
komplikasi penyakit diare yang dapat menyebabkan kematian. Adanya
komitmen secara Internasional untuk menggunakan Oral rehydration
Salts (ORS) dalam pengendalian diare secara efektif dan harga
terjangkau, yang telah sukses menurunkan angka kematian balita
akibat diare secara global. Diare merupakan penyakit yang
disebabkan oleh infeksi mikroorganisme meliputi bakteri, virus,
parasit, protozoa, dan penularannya secara fekal-oral. Diare dapat
mengenai semua jenis umur dan berbagai golongan sosial, baik di
Negara maju maupun di Negara berkembang, dan erat hubungannya
dengan kemiskinan serta lingkungan yang tidak higienis.Di
Indonesia, diare merupakan penyakit endemis terdapat disepanjang
tahun, dan puncak tertinggi peralihan musim penghujan dan
kemarau.Dilaporkan bahwa diare berkaitan erat dengan sanitasi,
akses terhadap air bersih dan perilaku hidup sehat dan pemanfaatan
pelayanan kesehataan oleh masyarakat. Meningkatkan pengetahuan
masyarakat termasuk pengetahuan tentang hygien kesehatan dan
perilaku cuci tangan yang benar, dapat mengurangi angka kesakita
diare. Menurut Joint Monitoring Program WHO/UNICEF, akses sanitasi
disebut baik yaitu bila rumah tangga menggunakan sarana pembuangan
kotoran sendiri.Dengan demikian, beberapa pencegahan dapat kita
lakukan di lingkungan sekitar untuk menekan angka kejadian diare
itu sendiri. Pencegahan diare menurut Pedoman Tatalaksana Diare
Depkes RI (2006) adalah sebagai berikut: 1. Pemberian ASIASI adalah
makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia dalam
bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara
optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan
sampai umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama
masa ini.ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan
adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut
memberikan perlindungan terhadap diare pada bayi yang baru lahir.
Pemberian ASI eksklusif mempunyai daya lindung 4 kali lebihbesar
terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu
botol. Flora usus pada bayi-bayi yang disusui mencegah tumbuhnya
bakteri penyebab diare.(Depkes RI, 2006) Pada bayi yang tidak
diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan resiko
terkena diare adalah 30 kali lebih besar. Pemberian susu formula
merupakan cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu
formula biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga
bisa mengakibatkan terjadinya gizi buruk (Depkes RI, 2006).2.
Pemberian Makanan Pendamping ASIPemberian makanan pendamping ASI
adalah saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan
orang dewasa. Pada masa tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi
bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping ASI dapat
menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun penyakit
lain yang menyebabkan kematian (Depkes RI, 2006). Ada beberapa
saran yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan pendamping ASI
yang lebih baik yaitu : a. Memperkenalkan makanan lunak, ketika
anak berumur 4-6 bulan tetapi masih meneruskan pemberian ASI.
Menambahkan macam makanan sewaktu anak berumur 6 bulan atau lebih.
Memberikan makanan lebih sering (4 kali sehari) setelah anak
berumur 1 tahun, memberikan semua makanan yang dimasak dengan baik
4-6 kali sehari dan meneruskan pemberian ASI bila mungkin. b.
Menambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur dan
biji-bijian untuk energi. Menambahkan hasil olahan susu, telur,
ikan, daging, kacangkacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna
hijau ke dalam makanannya. c. Mencuci tangan sebelum menyiapkan
makanan dan menyuapi anak, serta menyuapi anak dengan sendok yang
bersih.d. Memasak atau merebus makanan dengan benar, menyimpan sisa
makanan pada tempat yang dingin dan memanaskan dengan benar sebelum
diberikan kepada anak (Depkes RI, 2006)3. Menggunakan air bersih
yang cukup Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan
melalui jalur fecal-oral mereka dapat ditularkan dengan memasukkan
kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja
misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam
panci yang dicuci dengan air tercemar (Depkes RI, 2006). Masyarakat
yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih
mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan
masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih (Depkes RI, 2006).
Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu
dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari
kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah
(Depkes RI, 2006). Yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah: a.
Air harus diambil dari sumber terbersih yang tersedia. b. Sumber
air harus dilindungi dengan menjauhkannya dari hewan, membuat
lokasi kakus agar jaraknya lebih dari 10 meter dari sumber yang
digunakan serta lebih rendah, dan menggali parit aliran di atas
sumber untuk menjauhkan air hujan dari sumber.c. Air harus
dikumpulkan dan disimpan dalam wadah bersih. Dan gunakan gayung
bersih bergagang panjang untuk mengambil air. d. Air untuk masak
dan minum bagi anak harus dididihkan. (Depkes RI, 2006)4. Mencuci
Tangan Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang
penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci
tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah
membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi
makanan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian
diare (Depkes RI, 2006). 5. Menggunakan JambanPengalaman di
beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai
dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit diare.
Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban, dan
keluarga harus buang air besar di jamban (Depkes RI, 2006). Yang
harus diperhatikan oleh keluarga : a. Keluarga harus mempunyai
jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh seluruh anggota
keluarga. b. Bersihkan jamban secara teratur. c. Bila tidak ada
jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air besar
sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak
dan tempat anak-anak bermain serta lebih kurang 10 meter dari
sumber air, hindari buang air besar tanpa alas kaki. (Depkes RI,
2006)6. Membuang Tinja Bayi yang BenarBanyak orang beranggapan
bahwa tinja anak bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak benar
karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan
orangtuanya. Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan benar,
berikut hal-hal yang harus diperhatikan:a. Kumpulkan tinja anak
kecil atau bayi secepatnya, bungkus dengan daun atau kertas koran
dan kuburkan atau buang di kakus. b. Bantu anak untuk membuang air
besarnya ke dalam wadah yang bersih dan mudah dibersihkan. Kemudian
buang ke dalam kakus dan bilas wadahnya atau anak dapat buang air
besar di atas suatu permukaan seperti kertas koran atau daun besar
dan buang ke dalam kakus. c. Bersihkan anak segera setelah anak
buang air besar dan cuci tangannya (Depkes RI, 2006)7. Pemberian
Imunisasi CampakDiare sering timbul menyertai campak sehingga
pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare oleh karena
itu beri anak imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan
(Depkes RI, 2006). Anak harus diimunisasi terhadap campak secepat
mungkin setelah usia 9 bulan. Diare dan disentri sering terjadi dan
berakibat berat pada anak-anak yang sedang menderita campak dalam 4
mingggu terakhir. Hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan
tubuh penderita. Selain imunisasi campak, anak juga harus mendapat
imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG untuk mencegah
penyakit TBC, imunisasi DPT untuk mencegah penyakit diptheri,
pertusis dan tetanus, serta imunisasi polio yang berguna dalam
pencegahan penyakit polio (Depkes RI, 2006). Pencegahan terhadap
diare atau pencarian terhadap pengobatan diare pada balitatermasuk
dalam perilaku kesehatan. Adapun perilaku kesehatan menurut
Notoatmodjo (2007) adalah suatu respon seseorang (organisme)
terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta
lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok : 1. Perilaku pemeliharaan
kesehatan (health maintanance).Adalah perilaku atau usaha-usaha
seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit
dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. 2. Perilaku pencarian
atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan (health seeking
behavior)Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan
seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. 3.
Perilaku kesehatan lingkungan4. Adalah apabila seseorang merespon
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan
sebagainya. Untuk menilai baik atau tidaknya perilaku kesehatan
seseorang, dapat dinilai dari domain-domain perilaku. Domain-domain
tersebut adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan. Dalam penelitian
ini domain sikap tidak dinilai, karena merupakan perilaku tertutup
(convert behavior). Perilaku tertutup merupakan persepsi seseorang
terhadap suatu stimulus, yang mana persepsi ini tidak dapat diamati
secara jelas. Sementara tindakan termasuk perilaku terbuka, yaitu
respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Hal ini dapat secara jelas diamati oleh orang lain.
(Notoadmodjo, 2003). Serta dapat dilakukan upaya pencegahan yang
dikelola secara bersama guna meningkatkan kesehatan lingkungan
seperti :1. Penyediaan air bersihMengingat bahwa ada beberapa
penyakit yang dapat ditularkan melalui air antara lain adalah
diare, kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit, penyakita mata
dan berbagai penyakit lainnya, maka penyediaan air bersih baik
secara kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan dalam memenuhi
kebutuhan air sehari hari termasuk untuk menjaga kebersihan diri
dan lingkungan. Untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut,
penyediaan air bersih yang cukup disetiap rumah tangga harus
tersedia. Disamping itu perilaku hidup bersih harus dilaksanakan.2.
Pengelolaan sampahSampah merupakan sumber penyakit dan tempat
berkembang biaknya vector penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus,
kecoa, dsb. Selain itu sampah dapat mencemari tanah dan menimbulkan
gangguan kenyamanan dan estetika seperti bau yang tidak sedap dan
pemandangan yang tidak enak dilihat. Oleh karena itu pengelolaan
sampah sangat penting, untuk mencegah penularan penyakit tersebut.
tempat sampah harus disediakan, sampah harus dikumpulkan setiap
hari dan dibuang ke tempat penampungan sementara. Bila tidak
terjangkau oleh pelayanan pembuangan sampah ketempat pembuangan
akhir dapat dilakukan pemusnahan sampah dengan cara ditimbun atau
dibakar.3. Sarana pembuangan air limbahAir imbah baik limbah pabrik
atau limbah rumah tangga aharus dikelola sedemikian rupa agar tidak
menjadi seumber penularan penyakit.Sarana pembuanga air limbah yang
tidak memenuhi syarat akan menimbulkan ba, mengganggu estetika dan
dapat menjadi tempat perindukan nyamuk bersarangnya tikus, kondidi
ini dapat berpotensi menularkan penyakit leptospirosis, filariasis
untuk daerah yang endemis filariasi. Bila ada saluran pembuangan
air limbah dihalaman, secara rutin harus dibersihka, agar aair
limbah dapat mengalir, sehingga tidak menimbulkan bau yang tidak
sedap dan tidak menjadi tempat perindukan nyamuk.
BAB VMONITORING DAN EVALUASI
5.1. Monitoring dan EvaluasiMonitoring yang dapat dilakukan pada
pasien diare adalah memonitor pemberian cairan oralit di rumah
apakah sudah sesuai dengan apa yg dijelaskan kepada keluarga atau
tidak. Selain itu juga dapat dimonitor pemberian zinc yang tepat
dan berapa lama pemberiannya, kemudian asupan makanan yang sesuai
untuk anak dan menjaga hygien makanan dan minuman yang diberikan
kepada anak.Hasil evaluasi yang diharapakan adalah mencegah
terjadinya dehidrasi pada anak yang merupakan komplikasi paling
ditakutkan pada pasien diare, dan diharapkan edukasi yang diberikan
kepada keluarga dapat menjadi bekal kelak kedepannya bisa mencegah
terjadinya diare kembali.5.2. Kesimpulan 1. Penyakit diare
merupakan masalah global dengan kesakitan dan kematian yang tinggi
di berbagai Negara terutama di Negara berkembang, dan sebgai salah
satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian anak di
dunia.2. The Millenium Development Goals (MDGs) menargetkan untuk
menurunkan dua per tiga kematian anak dalam periode 1990-2015.
Diare menduduki urutan kedua penyebab kematian pada anak, dan
sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka kematian di
dunia.3. Kematian yang disebabkan diare dapat diturunkan dengan
program rehidrasi/terapi cairan namun angka kesakitannya masih
tetap tinggi.
DAFTAR PUSTAKA