BAB I
BAB IPENDAHULUANLATAR BELAKANGCampak merupakan penyakit menular
dan menjadi salah satu penyebab kematian anak di negara berkembang,
termasuk Indonesia. Penyakit ini disebabkan virus campak yang dapat
dicegah dengan imunisasi.Tanpa imunisasi, penyakit ini akan
menyerang hampir setiap anak dan dapat mengakibatkan kematian
karena komplikasi, seperti radang paru (pneumonia); diare, radang
telinga, dan radang otak, terutama pada anak bergizi buruk.Data
yang ada menyebutkan, kematian akibat campak di dunia yang
dilaporkan pada 2002 mencapai 777.000 orang, 202.000 di antaranya
berasal dari ASEAN, serta 15 persen kematian akibat campak berasal
dari Indonesia. Setiap tahun diperkirakan 30.000 anak Indonesia
meninggal karena komplikasi yang diakibatkan campak. Guna
mengantisipasinya, Departemen Kesehatan melaksanakan imunisasi
campak gratis dipadu dengan pemberian vaksin polio dan vitamin A di
seluruh Indonesia.Suntikan imunisasi campak sendiri ditujukan bagi
semua balita 6 hingga 59 bulan, kecuali yang telah mendapat
suntikan paling lama empat minggu terkahir. Sementara, dua tetes
vaksin polio tambahan diberikan bagi balita 0-59 bulan, tanpa
melihat status imunisasi sebelumnya. Sementara, vitamin A diberikan
bagi balita mulai 6 hingga 59 bulan.Dengan jumlah kematian 30 ribu
per tahun, maka diasumsikan setiap 20 menit, seorang anak meninggal
akibat campak. Sebenarnya bukan campak yang membunuh anak-anak,
tapi penyakit komplikasi akibat campak yang ditimbulkan penurunan
daya tahan tubuh setelah mereka tertular campak. Balita dan
anak-anak yang tertular campak akan rawan terkena penyakit
komplikasi mulai dari infeksi otak, paru, diare.Anak yang tertular
campak, awalnya akan mengalami demam, pilek, mata memerah, dan
batuk yang disertai ruam atau bercak merah di kulitnya. Penyakit
itu akan menjadi berbahaya jika anak yang tertular itu mengalami
gizi buruk atau daya tubuhnya sangat lemah. Akibatnya, mereka rawan
terkena penyakit komplikasi berbahaya yang biasa menyerang anak
dengan kondisi tubuh yang lemah. Kasus campak di Indonesia, kini
menjadi perhatian dunia internasional. Pasalnya, di negara maju,
campak telah menjadi langka dan nyaris dapat dieradikasi atau
dimusnahkan. Namun, upaya itu masih terhambat oleh tingginya kasus
campak yang terjadi di negara-negara berkembang, termasuk
Indonesia. Di Indonesia sendiri, 1,2 juta anak di Indonesia belum
mendapat vaksin campak. Mereka rawan dan terular dan kemudian
menularkan virus campak melalui cairan ludahnya.1.1. TUJUAN
PENULISAN1.1.1. Tujuan Umum
Setelah mnyusun makalah ini, diharapkan maasiswa mengetahui
gambaran umum tentang penyakit campak dan proses asuhan
keperawatan.1.1.2. Tujuan khusus
1. Agar mahasiswa keperawatan dapat mengetahui campak dan asuhan
keperawatan pada campak mulai dari tahap pengkajian, diagnose,
intervensi, implementasi, dan evaluasi.
2. Untuk mengetahui tindakan keperawatan yang baik pada anak
dengan masalah campak.
3. Makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengerti asuhan
keperawatan pada anak dengan masalah campak.
1.2. MANFAAT1. Bagi mahasiswa keperawatan agar mengerti tindakan
yang akan dilakukan pada masalah anak campak.2. Dengan adanya
makalah ini, kai berharap tidak tejadi kesalahan dalam melakukan
tindakan keperawatan.3. Agar tidak terjadinya mal praktek.BAB
II
TINJAUAN TEORI2.2.DEFINISICampak adalah penyakit anak menular
yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama ringan,
ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet, pembesaran
serta nyeri limpa nadi ( ilmu kesehatan anak vol 2, nelson, EGC,
2000).
Campak adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan
3vstadium. Yaitu stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan
stadium konvalisensi, yang dimanifestasikan dengan demam,
konjungtivitis dan bercak koplik ( ilmu kesehatann anak edisi 2, th
1991. Fkui ).Campak, measles atau rubeola adalah penyakit virus
akut yang disebabkan oleh virus campak. Penyakit ini sangat
infeksius, menular sejak awal masa prodromal sampai lebih kurang 4
hari setelah munculnya ruam. Infeksi disebarkan lewat udara
(airborne). Campak adalah virus yang sangat cepat menular yang
disebarkan melalui butiran air pernapasan, menyebabkan demam, batuk
dan bintik merah mulai di wajah dan leher atas, menjadi lebih
merata. Satu dari 25 anak penderita campak menderita pneumonia
(radang paru-paru) dan 1 dari 2 000 (dua ribu) menderita
ensefalitis (radang otak). Untuk setiap 10 anak yang menderita
ensefalitis campak, satu akan mati, dan 4 akan menderita kerusakan
otak tetap. Kira-kira 1 dari 25.000 (dua puluh lima ribu) akan
menderita degenerasi otak, yang selalu fatal.Penyakit Campak adalah
satu penyakit berjangkit. Campak (Rubeola, Campak 9 hari) atau
dikenal dengan sebutan Gabagen (dalam bahasa Jawa); atau Kerumut
(dalam bahasa Banjar). Dalam istilah medisnya disebut juga dengan
Morbili, Measles.
Campak adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang
ditandai dengan demam, lemas, batuk, konjungtivitis (peradangan
selaput ikat mata/konjungtiva) dan bintik merah di kulit (ruam
kulit).2.3.ETIOLOGI dan KLASIFIKASIPenyebabnya sejenis virus yang
tergolong dalam family Paramixovirus, yaitu genus virus morbili
yang terdapat dalam secret nasofaring dan darah selama prodormal
sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak.
Cara penularannya adalah dengan droplet dan kontak langsung.
2.4.PATOFISIOLOGI (PATHWAY)Organisme (virus morbili) menular
melalui rute udara, dalam waktu 24 jam, dari awal muncul reaksi
terhadap virus morbili maka akan terjadi eksudat yang serous dan
proliferasi sel mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus di
sekitar kapiler. Kelainan ini terdapat pada kulit, selaput lendir
nasofaring, bronkus dan konjungtiva (Ngastiyah, 1997:352).Virus
campak ditularkan lewat infeksi droplet lewat udara, menempel dan
berbiak pada epitel nasofaring. Tiga hari setelah invasi, replikasi
dan kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe regional dan terjadi
viremia yang pertama. Virus menyebar pada semua sistem
retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari
infeksi awal. Adanya giant cells dan proses keradangan merupakan
dasar patologik ruam dan infiltrat peribronchial paru. Juga
terdapat udema, bendungan dan perdarahan yang tersebar pada otak.
Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan batuk,
pilek, mata merah (3 C : coryza, cough and conjuctivitis) dan demam
yang makin lama makin tinggi. Gejala panas, batuk, pilek makin lama
makin berat dan pada hari ke 10 sejak awal infeksi (pada hari
penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul ruam
makulopapuler warna kemerahan.Virus dapat berbiak juga pada susunan
saraf pusat dan menimbulkan gejala klinik encefalitis. Setelah masa
konvelesen pada turun dan hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan
ruam menjadi makin gelap, berubah menjadi desquamasi dan
hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena pada awalnya terdapat
perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit.2.4.1.PATHWAY
Adanya Mealses Virus, Genus Virus Morbili, Famili
Parayxoviridue
Kuman dalam bentuk droplet
Virus masuk melalui saluran nafas atas (epitel nasofaring) dan
air mata
Sistem imun berespon menfagosit kuman Respon imun inadekuat
Invasi, implikasi, kolonisasiInfeksi pada epitel nasofaring
Resiko penyebaran infeksi infeksi pada epitel nasofaring
domain
Penumpukan exudat
hipertermi
meluas keseluruh tubuh saluran limfe
batuk, pilek
nafsu makan menurun
ketidak efektifan jalan nafas
kulit dan epitel
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhkemerahan
dan timbul bintikbintik yg berisi purulen
2.5.MANIFESTASI KLINIK1. Panas meningkat dan mencapai puncaknya
pada hari ke 4-5, pada saat ruam keluar.2. Coryza yang terjadi
sukar dibedakan dengan common cold yang berat. Membaik dengan cepat
pada saat pans menurun.3. Conjunctivitis ditandai dengan mata merah
pada conjunctiva disertai dengan keradangan disertai dengan keluhan
fotofobia.4. Cough merupakan akibat keradangan pada epitel saluran
nafas, mencapai puncak pada saat erupsi dan menghilang setelah
beberapa minggu.5. Munculnya Kopliks spot umumnya pada sekitar 2
hari sebelum munculnya ruam (hari ke 3-4) dan cepat menghilang
setelah beberapa jam atau hari. Kopliks spot adalah sekumpulan
noktah putih pada daerah epitel bucal yang merah (a grain of salt
in the sea of red), yang merupakan tanda klinik yang pathognomonik
untuk campak.6. Ruam makulopapular semula bewarna kemerahan. Ruam
ini muncul pertama pada daerah batas rambut dan dahi, serta
belakang telinga, menyebar ke arah perifer sampai pada kaki. Ruam
umumnya saling rengkuh sehingga pada muka dan dada menjadi
confluent. Ruam ini membedakan dengan rubella yang ruamnya discrete
dan tidak mengalami desquamasi. Telapak tangan dan kaki tidak
mengalami desquamasi. Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari
(referensi lain menyebutkan sekitar 10-20 hari) setelah terinfeksi,
yaitu berupa: - nyeri tenggorokan - hidung meler - batuk - nyeri
otot - demam - mata merah - fotofobia (rentan terhadap cahaya,
silau). Namun, gejala ini tidak semuanya terjadai pada tiap
penderita tergatnung dari stamina masing-masing.
Gejala klinis dibagi menjadi 3 stadium, yakni:
1. Stadium kataral (prodromal).Stadium ini berlangsung 4-5 hari.
Demam biasanya merupakan tanda pertama dan menetap selama masa
prodromal. Panas dapat memuncak pada hari ke lima atau ke enam
yaitu pada saat puncak timbulnya erupsi. Temperatur berkisar antara
38,3 C-40 C pada saat erupsi rash mencapai puncaknya. Nyeri
tenggorok, sekret hidung dan batuk kering sering dijumpai selama
masa prodromal. Konjungtivitis nonpurulen terjadi pada akhir
prodromal dan disertai dengan fotofobia dan peningkatan lakrimasi.
Konjungtivitis akan menghilang setelah demam turun. Bercak koplik
adalah bintik-bintik putih halus dengan dasar eritematous yang
tipis, yang timbul pertama kali pada mukosa bukal yang menghadap
gigi molar dan menjelang kira-kira hari ke 3 atau ke 4 dari masa
prodromal dapat meluas sampai seluruh mukosa mulut. Bercak koplik
ini merupakan tanda patognomonis dari campak yang biasanya akan
menghilang ketika eksantema menjadi jelas.
2. Stadium timbulnya bercak (erupsi)
Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul terjadi
sekitar 2-5 hari setelah stadium awal. Ditandai dengan: demam
meningkat, bercak merah menyebar ke seluruh tubuh, disertai rasa
gatal. Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yang
mendatar) maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada
awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga
serta di leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar
ke batang tubuh, lengan dan tungkai, sedangkan ruam di wajah mulai
memudar. Selanjutnya gejala tersebut akan menghilang sekitar hari
ketiga.
Kadang disertai diare dan muntah. Pada puncak penyakit,
penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu tubuhnya
mencapai 40 Celsius. 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun,
penderita mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera
menghilang.
Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang dan merah
selama beberapa hari diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai
pada muka dan merebak ke tubuh dan ada selama 4 hari hingga 7
hari.
3. Stadium masa penyembuhan (konvalesen)
Erupsi berkurang dan meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan hilang sendiri. Selain
hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan kulit yang
bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk
campak. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema
ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Pada stadium ini suhu
menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada
komplikasi.2.6.PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Darah tepi : Pada
pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan leucopenia selama fase
prodromal dan stadium awal dari ruam. Biasanya terdapat peningkatan
yang mencolok dari jumlah leukosit apabila terjadi komplikasi.
Apabila tidak terjadi komplikasi, jumlah leukosit perlahan-lahan
meningkat sampai normal saat ruam menghilang.
2. Pemeriksaan antibodi IgM anti campak.
3. Pemeriksaan untuk komplikasi :a. Ensefalopati/ensefalitis :
dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinalis, kadar elektrolit
darah dan analisis gas darahb. Enteritis : feses lengkapc.
Bronkopneumonia : dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis gas
darah.2.7. KOMPLIKASIPada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak
jarang berakibat serius. Namun komplikasi dapat terjadi karena
penurunan kekebalan tubuh sebagai akibat penyakit Campak. Beberapa
komplikasi yang bisa menyertai campak:
1) Infeksi bakteri : Pneumonia dan Infeksi telinga tengah 2)
Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit),
sehingga pendeita mudah memar dan mudah mengalami perdarahan
3) Ensefalitis (radang otak) terjadi pada 1 dari 1,000-2.000
kasus.
4) Bronkopnemonia (infeksi saluran napas) 5) Otitis Media
(infeksi telinga) 6) Laringitis (infeksi laring)
7) Diare
8) Kejang Demam (step)2.8. PENATALAKSANAAN1. Pengobatan bersifat
suportif, terdiri dari :
a. Pemberian cairan yang cukup.b. Kalori yang sesuai dan jenis
makanan yang disesuaikan dengan tingkat kesadaran dan adanya
komplikasi.
c. Suplemen nutrisi.d. Antibiotik diberikan apabila terjadi
infeksi sekunder.e. Anti konvulsi apabila terjadi kejang.f.
Pemberian vitamin A.2. Indikasi rawat inap : hiperpireksia (suhu
> 39,00 C), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit, atau adanya
komplikasi.3. Campak tanpa komplikasi :a. Tirah baring di tempat
tidur.
b. Vitamin A 100.000 IU, apabila disetai malnutrisi dilanjutkan
1500 IU tiap hari.
c. Diet makanan cukup cairan, kalori yang memadai. Jenis makanan
disesuaikan dengan tingkat kesadaran pasien dan ada tidaknya
komplikasi.
4. Campak dengan komplikasi :
a. Ensefalopati/ensefalitis
Antibiotika bila diperlukan, antivirus dan lainya sesuai dengan
PDT ensefalitis.
Kortikosteroid, bila diperlukan sesuai dengan PDT
ensefalitis
Kebutuhan jumlah cairan disesuaikan dengan kebutuhan serta
koreksi terhadap gangguan elektrolit.
b. Bronkopneumonia
Antibiotika sesuai dengan PDT pneumonia.
Oksigen nasal atau dengan masker.
Koreksi gangguan keseimbangan asam-basa, gas darah dan
elektrolit.
5. Enteritis : koreksi dehidrasi sesuai derajat dehidrasi (lihat
Bab enteritis dehidrasi).
6. Pada kasus campak dengan komplikasi bronkhopneumonia dan gizi
kurang perlu dipantau terhadap adanya infeksi TB laten. Pantau
gejala klinis serta lakukan uji Tuberkulin setelah 1-3 bulan
penyembuhan.
7. Pantau keadaan gizi untuk gizi kurang/buruk.BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN
CAMPAK3.1. PENGKAJIANPengkajian adalah tahap awal dari proses
keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001). Data
subyektif
Data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap
suatu situasi dan kejadian (Nursalam, 2001)Data yang didapat dari
klien anak adalah :
1. Ibu klien mengatakan kulit anaknya keluar bercak-bercak
merah
2. Ibu klien mengatakan anaknya demam
3. Ibu klien mengatakan anaknya batuk-batuk Data objektif
Data yang dapat diobservasi dan diukur (Nursalam, 2001)1. Pada
stadium prodormal ditandai oleh demam ringan hingga sedang, batuk
kering ringan, coryza, fotofobia dan konjungtivitis.2. Pada masa
erupsi demam meningkat, bercak merah menyebar ke seluruh tubuh,
disertai rasa gatal. Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan
yang mendatar) maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol).3.
Batuk merupakan akibat keradangan pada epitel saluran nafas,
mencapai puncak pada saat erupsi dan menghilang setelah beberapa
minggu.3.1.1. Pengumpulan data
Merupakan upaya untuk mendapatkan data sebagai informasi
tentatang pasien. Data yang dibutuhkan tersebut mencakup data
tentang biopsikososial dan spiritual atau data yang berhubungan
dengan masalah pasien serta data tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah pasien (Hidayat, A. Aziz Alimul, 2006)a.
Identitas pasien meliputi nama pasien, tempat dan tanggal lahir,
suku/bangsa, status perkawinan, agama, pendidikan, tanggal dan
waktu datang ke Rumah sakit (Hidayat, A. Aziz Alimul, 2006 )b.
Identitas penanggung jawab: nama, umur jenis kelamin, alamat,
pekerjaan, hubungan dengan klien.
3.1.2. Riwayat keperawatan
a. Riwayat keperawatan sekarang
Riwayat keperawatan sekarang adalah faktor-faktor yang
melatarbelakangi atau hal-hal mempengaruhi atau mendahului
keluhan.
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit
yang di rasakan saat ini. Dengan adanya bintik merah, demam, klien
terbatuk-batuk, dan mata klien merah.b. Keluhan utama
Keluhan utama, apa yang menyebabkan pasien berobat atau gejala
yang pertama timbul saat pasien datang ke rumah sakit yaitu keluhan
mengenai adanya gangguan pada sistem integument seperti gatal, dan
timbul bercak-bercak merah.c. Lama keluhan
Lama keluhan, seberapa lama pasien merasakan keluhan. Pada klien
dengan campak lama keluhan bervariasi tergantung dengan stadium
yang dialami klien. Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari
(referensi lain menyebutkan sekitar 10-20 hari).d. Riwayat penyakit
saat ini
Riwayat penyakit saat ini, merupakan penyakit yang dirasakan
pasien pada saat dikaji (Hidayat, A. Aziz Alimul, 2006).Dengan
adanya bintik merah, demam, klien terbatuk-batuk, dan mata klien
merah.e. Riwayat keperawatan sebelumnya
Riwayat keperawatan sebelumnya adalah riwayat atau pengalaman
masa lalu tentang kesehatan atau penyakit yang pernah di alami
(Hidayat, A. Aziz Alimul, 2006).f. Riwayat keperawatan keluarga
Riwayat keperawatan keluarga adalah riwayat kesehatan atau
keperawatan yang dimiliki oleh salah satu anggota keluarga, apakah
ada yang menderita penyakit yang seperti dialami pasien (Hidayat,
A. Aziz Alimul, 2006).
g. Riwayat lingkunganApakah keadaan lingkungan keluarga / klien
sudah memenuhi syarat kesehatan.h. Pemeriksaan fisik :1. Mata :
Terdapat konjungtivitis, fotophobia 2. Kepala : Sakit kepala 3.
Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza,
perdarahan hidung (pada stad eripsi ).4. Mulut & bibir : Mukosa
bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit.5. Kulit :
Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler
pada leher, muka, lengan dan kaki (pada stad. Konvalensi), evitema,
panas (demam).6. Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas,
wheezing, renchi, sputum7. Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir,
Tumbuh kembang R/ imunisasi.8. Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare,
untuk mengetahui terjadi Enteritis. 9. Status Nutrisi : intake
output makanan, nafsu makanan 10 Keadaan Umum :
Kesadaran, TTV3.2. DIAGNOSA KEPERAWATANSuatu pernyataan yang
menjelaskan respons manusia (status kesehatan atau resiko perubahan
pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi,
mencegah, dan merubah (Nursalam, 2001).
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien Morbili adalah1.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi, crusta pada
kulit, ditandai dengan kulit tampak tidak utuh, tampak lesi pada
kulit yang terinveksi virus yang hampir di seluruh tubuh.2.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya
batuk.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.4. Resiko terhadap
kerusakan interaksi social behubungan dengan ketakutan akan keadaan
yang memalukan, reaksi yang negative dari orang lain ditandai
dengan klien malu untuk bergaul (keluar rumah), klien merasa rendah
diri.5. Resiko infeksi b/d sifat menular dari organisme, kontak
langsung dengan klien, kurangnya pengetahuan3.3. RENCANA
KEPERAWATAN
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi, crusta
pada kulit, ditandai dengan kulit tampak tidak utuh, tampak lesi
pada kulit yang terinveksi virus yang hampir di seluruh tubuh.
Tujuan : Gangguan integritas kulit tidak terjadi dengan criteria
:
Tidak ada lesi di kulit Kulut tampak utuh
Rencana :a. Kaji keadaan umum klienRasional : dengan mengkaji
keadaan umum klien dapat mengetahui tingkat perkembangan klien dan
dapat melakukan tindakan yang tepat.b. Anjurkan klien meningkatkan
personal hygiene kulit dengan mandi 3x sehari secara teratur dengan
air bersih dan menggunakan sabun
Rasional : mencegah penyebaran virus serta mencegah infeksi
lanjutan.c. Anjurkan klien kompres hangat atau dinginRasional :
mencegah penyebaran vasicel dan mempercepat terjadinya crusta dan
menurunkan demam.d. Anjurkan klien untuk memperbaiki satatus tubuh
dan istirahat yang cukup
Rasional : status gizi yang baik dapat membantu pertahanan tubuh
itu sendiri yang akan menumpas virus.
e. Anjurkan klien untuk tidak menggaruk kulitnya
Rasional : dapat menimbulkan keluhan gatal dan menghindari
infeksi serta erosi luka lecet.2. Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan adanya batuk.
Tujuan : Mempertahankan pola nafas yang efektif.Dengan kriteria
hasil :
Anak bernafas normal. Tidak adanya gangguan pola nafas.Rencana
:a. Mengkaji ulang status pernafasan (irama, edalaman, suara nafas,
penggunaan otot bantu pernafasan, bernafas melalui mulut) Rasional
: Pemantauan kepatenan jalan nafas penting untuk menentukan
tindakan yang perlu diambil
b. Mengkaji ulang tanda-tanda vital (denyut nadi, irama, dan
frekuensi).Rasional : Memasatikan tindakan/prosedur yang dilakukan
telah mengurangi masalah pada klienc. Memberikan posisi tempat
tidur semi fowler / fowler Rasional : memberikan kenyamanan pada
pasien saat bernafas.d. Mengajarkan anak untuk batuk efektif
Rasional : mengeluarkan secret berlebih.e. Kolaborasi dengan tim
dokter dalam memberikan obat-obatan (seperti Bronkodilator,
antikolenergik, dan anti peradangan) Rasional : meningkatkan
efektifitas jalan nafas
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.Tujuan :
Mempertahankan kebutuhan nutrisi Dengan kriteria hasil : Kebutuhan
nutrisi tercukupi. Tidak terjadi anoreksia.Rencana :a. Ijinkan anak
untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak, rencanakan untuk
memperbaiki status gizi pada saat selera makan anak
meningkat.Rasional : memenuhi status gizi pada anak selama sakit.b.
Berikan makanan yang disertai dengan supleman nutrisi untuk
meningkatkan kualitas intake nutrisi.Rasional : meningkatkan
kulaitas nutrisi klien.
c. Kolaborasi untuk pemberian nutrisi parenteral jika kebutuhan
nutrisi melalui oral tidak mencukupi kebutuhan gizi anak.Rasional :
mencukupi kebutuhan gizi klien.
d. Menilai indikator terpenuhinya kebutuhan nutrisi (berat
badan, lingkar lengan, membran mukosa)Rasional : mengetahui sejauh
mana kebutuhan nutrisi telah terpenuhi.e. Menganjurkan kepada orang
tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tapi
sering.Rasional : untuk menjaga keseimbangan nutrisi klien. f.
Mempertahankan kebersihan mulut anak.Rasional : mempertahankan
nafsu makan anak.4. Resiko terhadap kerusakan interaksi social
behubungan dengan ketakutan akan keadaan yang memalukan, reaksi
yang negative dari orang lain ditandai dengan klien malu untuk
bergaul (keluar rumah), klien merasa rendah diri.
Tujuan : Resiko trhadap kerusakan interaksi social dapat
dihindari.Dengan kriteria hasil : Klien dapat menerima keadaannya
Kien tidak malu untuk bergaul Klien tidak merasa rendah diriRencana
:
a. Kaji mekanisme koping klien
Rasional : mengetahi koping yang dipergunakan klien dalam
menghadapi masalahnya sehingga dapat menentukan tindakan yang akan
diberikan
b. Bina hubungan saling percaya dengan klien
Rasional : kepercayaan akan dapat membuat klien kooperatif atas
tindakan yang diberikan
c. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : menunjukkan penerimaan dan memudahkan belajafr dan
mengetahui keadaan psikologi kliend. Berikan motivasi pada klien
bahwa masalah kulit yang diderita akan dapat di atasi dengan
kesadaran klien utnuk berobat
Rasional : meningkatkan kepercayaan diri klien dan memotivasi
klien untuk menuntaskan pengobatan yang harus dilakukane. Berikan
alternative pemecahan masalah
Rasional : memudahkan klien utnuk beradaptasi terhadap keadaan
yang dialaminya saat ini.
5. Resiko infeksi b/d sifat menular dari organisme, kontak
langsung dengan klien, kurangnya pengetahuan
Tujuan : Potensial terhadap penularan tidak terjadi dengan
criteria :
Dengan criteria hasil :
Tidak ada anggota keluarga, masyarakat sekitar yang tertular.
Klien sadar akan penyakit yang dideritanya dan mau mengikuti
instruksi yang diberikan oleh petugas kesehatan
Rencana :
a. Identifikasi factor-faktor prediposisi terjasinya
penularan
Rasional : dengan mengetahui factor predeposisi terjadinaya
penyakit sehingga dapat dihindarib. Anjurkan klien untuk menjaga
kebersihan diri (kulit terutama daerah oral,genital,dan juga
pakaian serta lingkungannya)
Rasional : dengan menjaga kebersihan diri dapat mencegah
perkembang biakan virusc. Anjurkan klien utnuk melakukan pengobatan
dan perawatan penyakitnya secara tertur dan sampai tuntas
Rasional : pengobatan yang teratur dan tuntas dapat mencegah
kekambuhan, selain itu untuk mempercepat proses penyembuhand.
Anjurkan klien utnuk menghindari kontak langsung dengan orang lain
terutama yang menderita penyakit kulit. Mengingat penyakit yang
dideritanya adalah penyakit menular.
Rasional : mencegah terjadinya penularan.3.4. EVALUASIEvaluasi
adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan
dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk
memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan
(Brooker, 2001).
1. Tidak ada lesi di kulit
2. Kulit tampak utuh dan bersih3. Anak bernafas normal.4. Tidak
adanya gangguan pola nafas.5. Cairan dan nutrisi dalam tubuh
seimbang.6. Tubuh tidak merasa gatal.7. Orang tua / keluarga
mengerti mengenai penyakit morbili dan pencegahannya.BAB IV
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Campak adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai
dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan
atau demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi ( ilmu
kesehatan anak vol 2, nelson, EGC, 2000).
Campak adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan
3vstadium. Yaitu stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan
stadium konvalisensi, yang dimanifestasikan dengan demam,
konjungtivitis dan bercak koplik ( ilmu kesehatann anak edisi 2, th
1991. Fkui ).
Penyakit campak disebabkan oleh virus morbilli. Tanda khasnya
berupa Koplik spot di selaput lendir pipi, danrash kulit yang
muncul pada hari ke 14 setelah terpapar virus campak. Imunisasi
campak efektif untuk memberi kekebalan terhadap penyakit campak
sampai seumur hidup. Penyakit campak yang disebabkan oleh virus
yang ganas ini dapat dicegah jika seseorang mendapatkan imunisasi
campak. Jumlah pemberian imunisasi campak diberikan sebanyak 2
kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun. Dianjurkan,
pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari
ibu sudah menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnya
menyerang anak usia balita. Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan
imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus diimunisasi MMR
(Measles Mump Rubella). 5.2. SARAN
Saran kelompok kami dengan adannya makalah ini, sebagai
mahasiswa calon perawat. Diharapkan agar dapat mengerti asuhan
keperawatan pada anak dengan diagnosa campak. Dan melakukan
tindakan keperawatan dengan baik dan benar. Sehingga meminimalkan
terjadinya mal praktek dan kesalahan dalam asuhan keperawatan yang
dilakukan nantinya.DAFTAR PUSTAKA
Maldonado Y. Campak. Dalam: Wahab AS (editor). Nelson Ilmu
Kesehatan
Anak, edisi ke -15. Jakarta: EGC, 2000. 1608-71Jawetz, Melnick
JL, Adellbergs EA. Infeksi Virus Campak. Dalam: Brooks GF,
Ornston LN, Irawati (editors). Mikrobiologi Kedokteran, edisi ke
20. Jakarta:
EGC, 1996. 542-47
Wilkinson, judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan
dengan intervensi
NIC dan Kriteria Hasil NOC. EGC : Jakarta
Santosa, Budi. 2005. Panduan Dignosa Keperawatan Nanda
2005-2006. Prima
Medika : Jakarta.
Waston, Roger. 2002. Anatomi dan Fisisologi untuk Perawat.
Diterjemahkan
oleh, Sitti Syabariah. Jakarta : EGC.
Gangguan aktifitas
Gang.integritas kulit
1