TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PADA KLIEN GANGGUAN PERSEPSI : HALUSINASI 1. Latar Belakang Manusia adalah makluk sosial, yang membutuhkan orang lain untuk dapat memuhi kebutuhannya. Namun sayangnya tidak semua orang dapat berkomunikasi dengan baik. Salah satunya adalah klien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi. Halusinasi adalah merupakan persepsi sensori yang salah terhadap stimulus eksternal yang tidak mampu di identifikasi (Beck dan Wiliam, 1980). Sementara itu Stuart dan Sundeen (1984), Halusinasi merupakan adanya persepsi sensori pada individu tanpa adanya stimulus eksternal yang nyata. Seorang yang mengalami halusinasi, baik halusinasi pendengaran, pengelihatan, viseral, atau penciuman, maka dia akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. Untuk itu salah satu cara yng dapat digunakan untuk mengembalikan persepsi klien yang mengalami gangguan halusinasi adalah melalui aktivitas kelompok. Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu tindakan keperawatan untuk klien gangguan jiwa. Terapi ini adalah terapi yang pelaksanaannya merupakan tanggung jawab penuh dari seorang perawat. Oleh karena itu seorang perawat, khususnya perawat jiwa haruslah mampu melakukan terapi aktivitas kelompok secara tepat dan benar.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
PADA KLIEN GANGGUAN PERSEPSI : HALUSINASI
1. Latar Belakang
Manusia adalah makluk sosial, yang membutuhkan orang lain untuk dapat
memuhi kebutuhannya. Namun sayangnya tidak semua orang dapat
berkomunikasi dengan baik. Salah satunya adalah klien dengan gangguan persepsi
sensori: halusinasi.
Halusinasi adalah merupakan persepsi sensori yang salah terhadap
stimulus eksternal yang tidak mampu di identifikasi (Beck dan Wiliam, 1980).
Sementara itu Stuart dan Sundeen (1984), Halusinasi merupakan adanya persepsi
sensori pada individu tanpa adanya stimulus eksternal yang nyata.
Seorang yang mengalami halusinasi, baik halusinasi pendengaran,
pengelihatan, viseral, atau penciuman, maka dia akan mengalami kesulitan dalam
memenuhi kebutuhannya. Untuk itu salah satu cara yng dapat digunakan untuk
mengembalikan persepsi klien yang mengalami gangguan halusinasi adalah
melalui aktivitas kelompok.
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu tindakan keperawatan
untuk klien gangguan jiwa. Terapi ini adalah terapi yang pelaksanaannya
merupakan tanggung jawab penuh dari seorang perawat. Oleh karena itu seorang
perawat, khususnya perawat jiwa haruslah mampu melakukan terapi aktivitas
kelompok secara tepat dan benar.
Untuk mencapai hal tersebut di atas perlu dibuat suatu pedoman
pelaksanaan terapi aktivitas kelompok sebagaimana yang tercantum dalam
proposal ini.
2. Tujuan
Terapi aktivitas kelompok adalah suatu upaya untuk memfasilitasi
psikoterapis terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk memantau dan
meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota.
Secara umum tujuan terapi aktivitas kelompok adalah meningkatkan
kemampuan uji realitas melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari
orang lain, melakukan sosialisasi, meningkatkan kesadaran terhadap hubungan
reaksi emosi dengan tindakan atau perilaku denfensif, dan meningkatkan motivasi
untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif. Secara khusus tujuannya adalah
meningkatkan identitas diri, menyalurkan emosi secara konstruktif, meningkatkan
ketrampilan hubungan interpersonal atau sosial.
Di samping itu tujuan rehabilitasinya adalah meningkatkan ketrampilan
ekspresi diri, sosial, meningkatkan kepercayaan diri, empati, meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan pemecahan masalah.
3. Karakteristik Pasien
Berdasarkan latar belakang dan tujuan tersebut di atas maka karakteristik
klien yang akan dilibatkan dalam terapi aktivitas kelompok ini adalah klien
dengan masalah gangguan persepsi : halusinasi.
4. Landasan Teori
a. Model Terapi Aktivitas Kelompok
Focal conflict model. Dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak
disadari dan berfokus pada kelompok individu. Tugas leader adalah
membantu kelompok memahami konflik dan membantu penyelesaian
masalah. Misal : adanya perbedaan pendapat antar anggota, bagaimana
masalah ditanggapi anggota dan leader mengarahkan alternatif
penyelesaian masalah.
Model komunikasi. Dikembangkan berdasarkan teori dan prinsip
komunikasi, bahwa tidak efektifnya komunikasi akan membawa kelompok
menjadi tidak puas. Tujuan membantu meningkatkan ketrampilan
interpersonal dan sosial anggota kelompok. Tugas leader adalah
memfasilitasi komunikasi yang efektif antar anggota dan mengajarkan
pada kelompok bahwa perlu adanya komunikasi dalam kelompok, anggota
bertanggungjawab terhadap apa yang diucapkan, komunikasi pada semua
jenis : verbal, non verbal, terbuka dan tertutup, serta pesan yang
disampaikan harus dipahami orang lain.
Model interpersonal. Tingkah laku (pikiran, perasaan dan tindakan)
digambarkan melalui hubungan interpersonal dalam kelompok. Pada
model ini juga menggambarkan sebab akibat tingkah laku anggota
merupakan akibat dari tingkah laku anggota yang lain. Terapist bekerja
dengan individu dan kelompok, anggota belajar dari interaksi antar
anggota dan terapist. Melalui proses ini, tingkah laku atau kesalahan dapat
dikoreksi dan dipelajari.
Model psikodrama. Dengan model ini dapat memotivasi anggota
kelompok untuk berakting sesuai dengan peristiwa yang baru terjadi atau
peristiwa yang lalu, sesuai peran yang diperagakan. Anggota diharapkan
dapat memainkan peran sesuai peristiwa yang pernah dialami.
b. Metode
Kelompok didaktik
Kelompok sosial terapeutik
Kelompok insipirasi represif
Psikodrama
Kelompok interaksi bebas
c. Fokus Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi kognitif / persepsi adalah terapi
yang bertujuan untuk membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi,
menstimulasi persepsi dalam upaya memotivasi proses berpikir dan afektif
serta mengurangi perilaku mal adaptif.
Tujuan :
a. Meningkatkan kemampuan orientasi realita.
b. Memusatkan perhatian
c. Meningkatkan kemampuan intelektual
d. Mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain
e. Mengemukakan perasaannya.
Karakteristik klien :
Gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilai – nilai, menarik diri dari
realita, inisiati atau ide – ide yang negatif, kondisi fisik sehat, dapat
berkomunikasi verbal, kooperatif dan mengikuti kegiatan.
d. Tahap – tahap dalam terapi aktivitas kelompok.
Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1995, fase –
fase dalam terapi aktivitas kelompok adalah sebagai berikut :
1. Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi
leader, anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan,
proses evaluasi pada anggota dan kelompok, menjelaskan sumber-sumber
yang diperlukan kelompok seperti proyektor dan jika memungkian biaya
dan keuangan.
2. Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu orientasi,
konflik atau kebersamaan.
- Orientasi. Anggota mulai mengembangkan system social masing-
masing, dan leader mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil
kontrak dengan anggota.
- Konflik. Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai
memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran
anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yang akan terjadi.
- Kebersamaan. Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah,
anggota mulai menemukan siapa dirinya.
3. Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan engatif
dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerjasama
untuk mencapai tujuan yang telah disepakati, kecemasan menurun,
kelompok lebih stabil dan realistic, mengeksplorasikan lebih jauh sesuai
dengan tujuan dan tugas kelompok, dan penyelesaian masalah yang kreatif.
4. Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok
mungkin mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses.
e. Peran Perawat dalam terapi aktivitas kelompok.
1. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok.
2. Sebagai leader dan coleader
3. Sebagai fasilitator
4. Sebagai observer
5. Mengatasi masalah yang timbul pada saat pelaksanaan
5. Uraian Struktur Kelompok
1. Hari /Tanggal :Sabtu , 2 Mei 2015
2. Tempat : Di Ruang Parkit
3. Waktu : 08.00 s/d 08.45 WIB
4. Lama Kegiatan
- Perkenalan dan pengarahan (5 menit)
- Permainan dan diskusi (30 menit)
- Evaluasi (5 menit)
- Penutup (5 menit)
5. Jumlah peserta : 10 orang
6. Perilaku yang diharapkan dari kelompok klien
a. Klien dapat melakukan permainan
b. Klien dapat memperkenalkan dirinya (nama, usia, asal tempat tinggal)
c. Klien dapat memberikan pendapat/komentar dari permainan
d. Klien dapat berperan aktif dalam kelompok dengan cara mengungkapkan
pengalaman, hobi dan sapek positif atau kemampuan yang dimilikinya
dan memberikan dukungan kepada klien lain
e. Klien dapat mengontrol emosinya selama kegiatan berlangsung
f. Klien tidak meninggalkan kelompok pada saat permainan
6. Metode dan Media
Metode : Dinamika kelompok, diskusi, dan Tanya jawab, serta
bermain peran
Media : Buku Tulis / papan tulis dan spidol, tipe recorder berserta
kasetnya.
7. Uraian Pembagian Tugas
1. Leader
a. Membacakan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktifitas kelompok
sebelum kegiatan dimulai
b. Memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan memperkenalkan
dirinya
c. Memimpin terapi aktifitas kelompok dengan baik dan tertib
d. Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
e. Menjelaskan aturan permainan
2. Co-Leader
a. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktifitas klien
b. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang
3. Fasilitator
a. Memfasilitasi klien yang kurang aktif
b. Berperan sebagai role model bagi klien selama kegiatan
4. Observer
a. Mengobservasi jalannya proses kegiatan
b. Mencatat prilaku verbal dan non verbal klien selama kegiatan berlangsung
c. Mengatur alur permainan (menghidupkan dan mematikan tape recorder)
8. Pelaksanaan
Pelaksanaan dan uraian kegiatan terapi aktivitas kelompok dapat dilihat pada
lampiran-lampiran.
9. Penutup
Demikian proposal ini kami buat atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan
banyak terimakasih
Lamongan, 2 mei 2015
Leader
Sendiko Ady P, S.Kep
Co-Leader
Moh. Yusuf Al- Ghoz, S.Kep
Lampiran 1
STANDART OPERATING PROSEDUR
TAK STIMULASI PERSEPSI : HALUSINASI
SESSI 1
“Mengontrol Halusinasi”
A. Pengertian
TAK yang diberikan dengan memberikan stimulasi pada pasien halusinasi
sehingga pasien bisa mengontrol halusinasinya.
B. Tujuan
1. Pasien mengenal isi halusinasinya
2. Pasien mengenal waktu terjadinya halusinasinya
3. Pasien mengenal frekuensi halusinasi
4. Pasien mengenal perasaan bisa mengalami halusinasinya
C. Indikasi
Pasien halusinasi
D. Pengorganisasian
Leader : Sendiko Ady P, S.Kep
Co-Leader : Moh. Yusuf Al- Ghoz, S.Kep
Fasilitator : Nur Lathifah, S.Kep
Yenny Putri A, S.Kep
Widati, S.Kep
Observer : Hamam Rosyidi, S.Kep
E. Setting
1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran