Top Banner
BAB I LAPORAN KASUS I.1. IDENTITAS PASIEN Nama : An. N Umur : 2 tahun 9 bulan Jenis kelamin : Perempuan Alamat : Agama : Islam Tanggal masuk : 28 Februari 2015 No.CM : 076*** DPJP : dr. Tundjungsari Ratna Utami, M.Sc, Sp.A Pasien Kelas I.2. DATA DASAR 1.2.1. Anamnesis Alloanamnesis dan autoanamnesis dilakukan pada tanggal 28 Maret 2015. Keluhan Utama : Bengkak Keluhan Tambahan : Nyeri perut, BAK warna kehitaman. Riwayat Perjalanan Penyakit: Pasien datang dengan keluhan bengkak sejak 7 HSMRS. Bengkak terutama pada wajah dan perut. Bengkak terjadi sedikit-sedikit, namun pada semua bagian tubuh. Pasien juga mengeluh nyeri perut dan BAK warna seperti 1
49

BAB I

Feb 01, 2016

Download

Documents

ped
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB I

BAB I

LAPORAN KASUS

I.1. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. N

Umur : 2 tahun 9 bulan

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat :

Agama : Islam

Tanggal masuk : 28 Februari 2015

No.CM : 076***

DPJP : dr. Tundjungsari Ratna Utami, M.Sc, Sp.A

Pasien Kelas

I.2. DATA DASAR

1.2.1. Anamnesis

Alloanamnesis dan autoanamnesis dilakukan pada tanggal 28 Maret 2015.

Keluhan Utama : Bengkak

Keluhan Tambahan : Nyeri perut, BAK warna kehitaman.

Riwayat Perjalanan Penyakit:

Pasien datang dengan keluhan bengkak sejak 7 HSMRS. Bengkak

terutama pada wajah dan perut. Bengkak terjadi sedikit-sedikit, namun pada

semua bagian tubuh. Pasien juga mengeluh nyeri perut dan BAK warna seperti

kopi. Keluhan-keluhan terjadi bersamaan dengan munculnya bengkak.

Dua minggu SMRS pasien mengeluh demam dan gatal-gatal pada kulit di

bagian hidung, berdarah dan bernanah, pasien berobat ke bidan dan diberi obat

puyer, demam dan gatal-gatalnya hilang namun keesokan harinya timbul

bengkak-bengkak.

Dua hari SMRS pasien mengeluh batuk dan pilek.

1

Page 2: BAB I

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat sakit serupa sebelumnya disangkal

Riwayat alergi disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat yang serupa dengan pasien disangkal

Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Ibu dengan P2A0

ANC : Ibu pasien rutin memeriksa kehamilan di bidan, kaki bengkak (-),

muntah-muntah berlebihan (-), trauma (-), anemia (-), perdarahan (-)

Riwayat kelahiran : Pasien anak kedua dari dua bersaudara, lahir cukup bulan,

BBL 2300 gram, lahir langsung menangis.

Riwayat kuning dan sesak setelah lahir (-).

Riwayat Nutrisi

Pasien diberi ASI eksklusif sampai usia 6 bulan. Pada usia 6 bulan baru diberikan

MPASI. Sehari-hari pasien makan nasi, lauk, sayur dan susu

Riwayat Imunisasi

Usia Vaksin

0 Hb 1

1 BCG, Polio 1

2 DPT/Hb Kombo 1, Polio 2

3 DPT/Hb Kombo 2, Polio 3

4 DPT/Hb Kombo 3, Polio 4

9 Campak

Riwayat Tumbuh Kembang

5 bulan pasien bisa tengkurap

6 bulan duduk

2

Page 3: BAB I

12 bulan mulai bisa berjalan sedikit

13 bulan sudah bisa berjalan

Kesan perkembangan (motorik kasar) pasien normal

Untuk perkembangan motorik halus pada usia 2 tahun 4 bulan ini, pasien

sudah menggambar garis di kertas, menggambar lingkaran, menunjuk mata dan

hidung, belajar makan sendiri.

Untuk perkembangan bahasa, di usia saat ini pasien sudah mampu

berhitung dan menghafal doa.

Untuk perkembangan sosial, pasien sudah mampu main bersama dengan

teman sebayanya.

I.3. PEMERIKSAAN (Obyektif)

Tanggal 28 Maret 2015

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Tampak sakit sedang, rewel

Kesadaran : Compos Mentis

Vital Sign :

Tekanan darah : 90/70 mmHg

Nadi : 100 x/menit reguler, isi dan tegangan cukup

RR : 36 x/menit, reguler

Suhu : 37,3o C, axillar

Status Gizi :

BB : 12 Kg

TB : 78 cm

Status gizi :

BB/U : 0 < SD < 2

TB/U : -3 < SD

BB/TB: 2 < SD ≤ 3

Status Generalis

3

Page 4: BAB I

Kulit : pucat (-), sianosis (-)

Kepala : ubun-ubun cekung (-)

Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung

(-/-)

Hidung : sekret (-), darah/epistaksis (-)

Mulut : sianosis (-), lidah kotor (-), bibir dan lidah terlihat agak

kering

Leher : pembesaran limfonodi (-)

Cor

- Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

- Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula sinistra

kuat angkat (-)

- Auskultasi : bunyi jantung I-II reguler, suara tambahan (-), bising (-)

Pulmo

- Inspeksi : gerak simetris (statis dan dinamis)

- Palpasi : fokal fremitus dextra=sinistra

- Perkusi : sonor seluruh lapang paru

- Auskultasi : suara dasar vesikuler +/+, rhonki (-), wheezing (-)

Abdomen

- Inspeksi : pembesaran (-)

- Auskultasi : bising usus (+)

- Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba. nyeri tekan (-)

- Perkusi : timpani (+)

- Turgor pada kulit di abdomen sedikit menurun

Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-), capillary refill <2 detik

1.4. Diagnosis Sementara

1.5. Diagnosis Banding

4

Page 5: BAB I

I.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG Tanggal 5 Februari 2015

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan

Darah Rutin

Hemoglobin 13.1 12.5 – 15,5 gr/dL

Leukosit 7.5 5 – 11 ribu

Eritrosit 4.74 4 – 5.4 juta

Hematokrit 36.9 37 – 45%

Trombosit 273 150 – 440

ribu/mm3

MCV 77.8 77 – 91 fl

MCH 27.6 24 – 30 pg

MCHC 35.5 32-36 g/dL

Hitung Jenis Leukosit

Limfosit 2.0 22 – 40%

Monosit 0.4 4 – 8%

Granulosit 5.2 2-4

Feses Rutin

Makroskopis

Warna Kuning

Konsistensi Lembek

Lendir (-) -

Darah (-) -

Mikroskopis

Leukosit (-)

Eritrosit (-) 0-1

5

Page 6: BAB I

Amoeba (-) -

Telur cacing (-)

Sisa makanan (+)

Lain-lain (-)

1.7. Diagnosis

GEA dehidrasi ringan-sedang

1.8. Resume

Pasien datang dengan keluhan buang air besar (BAB) cair sejak HMRS

yaitu tepatnya pada saat pagi hari. BAB cair timbul dengan tiba-tiba dan sudah

berlangsung ± 5x saat itu. Tinja berbentuk cair, jumlah tinja setiap kali BAB tidak

begitu banyak dengan ampas sedikit, berwarna kuning, tidak ada lendir, tidak ada

darah, berbau amis, tidak seperti minyak, dan tidak seperti air cucian beras. Selain

itu, juga disertai muntah sejak 1 hari SMRS yaitu pada selasa malam, sebanyak 4

kali sehari, muntah berisi makanan yang dimakan dan tidak ada darah. Selama

BAB cair dan muntah ibu pasien mengatakan anaknya terlihat lemas dan lebih

rewel dari biasanya, namun masih mau minum serta terlihat lebih haus dari

biasanya.

Selain buang air besar cair dan muntah, pasien juga mengalami demam

sejak HMRS yaitu pada pagi hari timbul bersamaan dengan munculnya buang air

besar cair. Demam tidak begitu tinggi, timbul secara perlahan. Demam tidak

disertai dengan menggigil.

Pada rabu pagi, pasien sempat dibawa ke bidan dan diberikan obat untuk

buang air besar (BAB) cair, muntah dan demamnya namun keluhan tidak

membaik sehingga orang tua pasien langsung membawa pasien pada siangnya ke

RSUD Ambarawa.

Pasien dilahirkan dari Ibu P1A0, lahir secara spontan, BBL 2600 gram,

hamil lebih bulan (postterm), dengan KPD (+). Pasien mendapatkan ASI hanya

sampai usia 1 minggu kemudian dilanjutkan dengan susu formula. Setelah usia 6

6

Page 7: BAB I

bulan baru diberikan MPASI. Imunisasi pada pasien sudah semua. Riwayat

tumbuh kembang normal sesuai usia dan tidak ada keterlambatan.

Pada pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan pasien tampak sakit sedang,

lemas dan rewel. Pada pemeriksaan kepala ubun-ubun cekung (-), mata cekung

(-), bibir dan lidah terlihat sedikit kering, turgor sedikit menurun, namun pasien

merasa haus dan masih mau minum banyak.

Pada pemeriksaan laboratorium, dari hasil darah rutin tidak ada hasil yang

bermakna namun ditemukan peningkatan granulosit dan juga dari hasil

pemeriksaan faeces semua masih dalam batas normal.

1.9. Tatalaksana

1. Farmakologi

Inf. KAEN 3B 12 tpm

Inj. Ondansentron 3 x 2 mg k/p

Inj. Ranitidin

L-zinc 1 x cth I

Lacto-B 2 x1 sachet

2. Non-farmakologi

Makanan tetap terus diberikan

Menjaga higienitas

Bedrest

1.10. Prognosis

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad functionam : Dubia ad bonam

Que ad santionam : Dubia ad bonam

7

Page 8: BAB I

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DIARE (GASTROENTERITIS)

Definisi

Diare adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari,

disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dari biasanya dengan atau tanpa

lendir dan darah. Diare akut adalaha diare yang berlangsung kurang dari 14 hari

(kurang dari 2 minggu), sedangkan diare kronik adalah diare yang berlangsung

lebih dari 14 hari (lebih dari 2 minggu).1, 2, 3, 4

Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air besar lebih dari 3-4

kali perhari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi masih bersifat fisiologis

atau normal. Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut tidak

tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum

sempurnanya perkembangan saluran cerna. Untuk bayi yang minum ASI secara

eksklusif definisi diare yang praktis adalah meningkatnya frekuensi buang air

besar atau konsistesinya menjadi cair yang menurut ibunya abnormal atau tidak

seperti biasanya. Kadang-kadang pada seorang anak buang air besar kurang dari 3

kali perhari, tetapi konsistesinya cair, keadaaan ini sudah dapat disebut diare. 1

Epidemiologi

Secara epidemiologi diare dapat ditemukan di seluruh dunia baik di negara

yang telah maju ataupun di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Di

negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan sosial ekonomi yang

tinggi tetapi penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan selain karena

morbiditasnya juga karena biaya perawatan kesehatannya yang cukup besar.5

Berdasarkan data dari World Gastroenterology Organisation Practice Guideline

di seluruh dunia terdapat sekitar 1,5 miliar kasus diare pertahun dengan angka

kematian 1,5-2 juta terutama pada anak usia kurang dari 5 tahun atau mencapai

angka 18% dari seluruh dunia yang berarti lebih dari 5000 anak yang menderita

diare setiap harinya, dari semua kasus yang kematian akibat diare sekitar 78%

terjadi di kawasan Afrika dan Asia Tenggara dan pada negara berkembang anak-

8

Page 9: BAB I

anak usia dibawah 3 tahun mengalami diare kurang lebih 3 kali setiap tahunnya.6,

7

Di Indonesia angka morbiditas dan mortalitas akibat diare masih tinggi.

Pada tahun 2000-2010 terlihat kecenderungan insidens yang meningkat

berdasarkan hasil survei dari Departemen Kesehatan. Pada tahun 2000 incidence

rate (IR) diare 310/1000 penduduk, tahun 2003 menjadi 374/1000 penduduk,

tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000

penduduk.8 Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi dengan

jumlah kematian yang masih tinggi.9 Diare merupakan penyebab kematian

peringkat ke-13 berdasarkan pola penyebab kematian pada semua umur,

sedangkan berdasarkan dari hasil Riskesdas tahun 2007 diare masih sebagai

penyebab kematian nomor satu pada Balita.9 Dengan keadaan tersebut masalah

diare menjadi perhatian yang cukup serius demi mancapai target millennium

development goals (MDGS) poin ke empat yaitu menurunkan angka kematian

balita.8

Klasifikasi

Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan :10, 11

1. Lama waktu diare : diare akut dan diare kronik

2. Mekanisme patofisiologis : osmotik, sekretorik, malabsorbsi, inflamasi,

infeksi, dan gangguan peristaltik

3. Berat ringannya diare : berat atau ringan

4. Penyebabnya infeksi atau tidak : diare infektif atau diare non infektif

5. Penyebabnya organik atau tidak : diare organik atau diare fungsional

Cara Penularan

Cara penularan diare pada umumnya secara fekal-oral yang berarti melalui

makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung

antara tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja

penderita diare atau secara tidak langsung melalui lalat (melalui 4F = finger, flies,

fluid, field).1

9

Page 10: BAB I

Faktor Risiko

1. Sindrom defisiensi kekebalan didapat

2. Tidak memadainya air bersih

3. Tidak memberikan air susu ibu (ASI) secara eksklusif untuk 4-6 bulan

pertama kehidupan bayi

4. Pencemaran air oleh tinja

5. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk

6. Kurangnya sarana kebersihan mandi, cuci, kakus (MCK)

7. Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higenis.1

Etiologi

Diare dapat disebabkan oleh banyak penyebab, dimana dapat dikelompokkan

menjadi :10, 11

1. Malabsorbsi : karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak terutama trigliserida

rantai panjang, dan protein seperti beta-laktoglobulin.

2. Keracunan makanan, makanan mengandung zat kimia beracun atau

makanan mengandung mikroorganisme yang mengeluarkan toksin.

3. Alergi : susu sapi Cow’s milk protein sensitive enteropathy (CMPSE), atau

makanan tertentu.

4. Imonodefisiensi. Diare akibat imunodefisiensi ini sering terjadi pada

penderita AIDS.

5. Atau infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri, virus ataupun parasit

(Gambar 1).

10

Page 11: BAB I

Gambar 1. Agen Penyebab Diare

(Sumber : World Gastroenterology Organisation Global Guidelines 2012)

Dari berbagai macam penyebab diare akut tersebut diatas, maka yang

paling sering menjadi penyebab diare akut apa anak-anak adalah infeksi virus.

Rotavirus dan adenovirus merupakan penyebab tersering diare akut pada anak

dibawah usia 2 tahun. 1

Tabel 1 Frekuensi Enteropatogen penyebab diare pada anka usia <5 tahun

11

Page 12: BAB I

Tabel 2. Tabel Enteropatogen pathogen penyebab diare yang tersering

berdasarkan umur

Patogenesis dan Patofisiologi

a. Diare osmotik : terjadi apabila ada bahan yang tidak dapat diserap yang

meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari plasma

sehingga terjadi diare. Contohnya adalah malabsorbsi karbohidrat akibat

defisiensi laktase atau akibat garam magnesium.

Diare sekretorik : terjadi bila ada gangguan transport elektrolit baik

absorbsi yang berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat

terjadi akibat toksin yang dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau

pengaruh garam empedu, asam lemak rantai pendek, atau laksatif non

osmotik. Beberapa hormon intestinal seperti gastrin vasoactive intestinal

polypeptide (VIP) juga dapat menyebabkan diare sekretorik. Misalnya

pada V. cholerae eltor, bekteri ini mengeluarkan enterotoksin yang terikat

pada mukosa usus halus, dalam 15-30 menit sesudah diproduksi,

enterotoksin ini menyebabkan kegiatan berlebihan nikotinamid adenine

dinukleotid pada dinding sel usus, sehingga meningkatkan kadar adenosin

3’5’- siklik monofosfat (siklik AMP) dalam sel yang menyebabkan sekresi

aktif anion klorida ke dalam lumen usus yang diikuti oleh air, ion

bikarbonat, kation natriu dan kalium.10, 11

b. Diare eksudatif (inflamatorik) : inflamasi akan mengakibatkan kerusakan

mukosa baik usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat

terjadi akibat infeksi bakteri atau bersifat non infeksi seperti gluten

12

Page 13: BAB I

sensitive enteropathy, inflamatory bowel disease (IBD) atau akibat

radiasi.10,11

c. Kelompok lain : akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu

tansit usus menjadi lebih cepat. Hal ini terjadi pada keadaan tirotoksikosis,

atau diabetes mellitus.10,11

Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman enteropatogen

meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan

mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu bakteri

dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat mengatasi

pertahanan mukosa usus.7

Simadibrata & Daldiyono (2009) serta Setiawan (2009) patogenesis diare

karena infeksi bakteri terdiri atas :

1. Diare karena bakeri non-invasif (enterotoksigenik)

Diare yang disebabkan oleh bakteri-bakteri non invasif disebut juga diare

sekretorik atau watery diarrhea. Pada diare tipe ini disebabkan oleh

bakteri yang memproduksi enterotoksin yang bersifat tidak merusak

mukosa. Misalnya S. aureus, C. perfringens, V cholera eltor,

Enterotoxigenic E. coli (ETEC). Misalnya pada V. cholerae eltor, bekteri

ini mengeluarkan toksin yang terikat pada mukosa usus halus, dalam 15-

30 menit sesudah diproduksi, enterotoksin ini menyebabkan kegiatan

berlebihan nikotinamid adenine dinukleotid pada dinding sel usus,

sehingga meningkatkan kadar adenosin 3’5’- siklik monofosfat (siklik

AMP) dalam sel yang menyebabkan sekresi aktif anion klorida ke dalam

lumen usus yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation natriu dan kalium.

2. Diare karena bakteri invasif (enteroinvasif)

Bakteri-bakteri yang bersifat merusak (invasif) diantaranya S. enteritidis,

S. typhimurium, S. paratyphi, S. choleraesuis, Shigella, Yersinia,

C. perfringens tipe C, Enteroinvasive E coli (EIEC). Diare disebabkan

oleh kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat diarenya

sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat tercampur lendir dan darah.

13

Page 14: BAB I

Manifestasi Klinis

Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala

lainya dapat terjadi komplikasi ekstraintestinal termasuk manifestasi neurologik.

Gejala gastrointestinal bisa berupa diare, keram perut, dan muntah. Sedangkan

manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya.1, 2

Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung

sejumlah ion natrium, klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini

bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga akan meningkat bila ada

panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik, dan hipokalemia.

Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan

hipovolemia, kolaps kardiovaskular dan kematian bila tidak diobati dengan tepat.

Dehidrasi yang terjadi menurut tonisistas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik,

dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat

dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dehidrasi

berat. 1, 2

Infeksi ekstraintestinal yang berkaitan dengan bakteri enteric pathogen

antara lain : vulvovaginitis, infeksi saluran kemih, endokarditis, osteomyelitis,

meningitis, pneumonia, hepatitis, peritonitis dan septic tromboplebitis. Gejala

neurologik dari infeksi usus bisa berupa parestesia ( akibat makan ikan, kerang,

monosodium glutamate), hipotoni dan kelemahan otot. 1, 2

Bila terdapat panas dimungkinkan karena proses peradangan atau akibat

dehidrasi. Panas badan umum terjadi pada penderita dengan inflammatory diare.

Nyeri perut yang lebih hebat dan tenesmus terjadi pada perut bagian bawah serta

rectum menunjukan terkenanya usus besar. Mual dan muntah adalah symptom

yang nonspesifik akan tetapi muntah mungkin disebabkan oleh karena

mikroorganisme yang menginfeksi saluran cerna bagian atas seperti: virus enterik,

bakteri yang memproduksi enteroroksin, giardia, dan cryptosporidium. 1, 2

Muntah juga sering terjadi pada non inflammatory diare. Biasanya

penderita tidak panas atau hanya subfebris, nyeri perut periumbilikal tidak berat,

watery diare, menunjukan bahwa saluran makan bagian atas yang terkena. Oleh

karena pasien immunocompromise memerlukan perhatian khusus, informasi

14

Page 15: BAB I

tentang adanya

imunodefisiensi atau penyakit. 1, 2

Tabel 3. Gejala linis diare akut oleh berbagai penyebab

Diagnosis

1. Anamnesis

Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut : lama diare,

frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir dan

darah. Bila disertai muntah volume dan frekuensinya. Kencing: biasa,

berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6-8jam terakhir. Makanan dan

15

Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera

Gejala klinis :

Masa Tunas

Panas

Mual, muntah

Nyeri perut

Nyeri kepala

lamanya sakit

17-72 jam

+

Sering

Tenesmus

-

5-7 hari

24-48 jam

++

Jarang

Tenesmus, kramp

+

>7hari

6-72 jam

++

Sering

Tenesmus,kolik

+

3-7 hari

6-72 jam

-

+

-

-

2-3 hari

6-72 jam

++

-

Tenesmus, kramp

-

variasi

48-72 jam

-

Sering

Kramp

-

3 hari

Sifat tinja:

Volume

Frekuensi

Konsistensi

Darah

Bau

Warna

Leukosit

Lain-lain

Sedang

5-10x/hari

Cair

-

Langu

Kuning hijau

-

anorexia

Sedikit

>10x/hari

Lembek

+

-

Merah-hijau

+

Kejang+

Sedikit

Sering

Lembek

Kadang

Busuk

Kehijauan

+

Sepsis +

Banyak

Sering

Cair

-

-

Tak berwarna

-

Meteorismus

Sedikit

Sering

Lembek

+

-

Merah-hijau

-

Infeksi sistemik+

Banyak

Terus

menerus

Cair

-

Amis khas

Seperti air

cucuian beras

-

-

Page 16: BAB I

minuman yang diberikan selama diare. Adakah panas atau penyakit lain

yang menyertai seperti: batuk, pilek, otitis media,. Tindakan yang telah

dilakukan ibu selama anak diare: memberi oralit, membawa berobat ke

puskesmas atau ke rumah sakit dan obat-obatan yang diberikan serta

riwayat imunisasinya.1,

2. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu tubuh,

frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya

perlu dicari tanda-tanda tambahan lainya: ubun-ubun besar cekung atau

tidak, mata: cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir,

mukosa mulut dan lidah kering atau basah. 1

Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asiodosis

metabolik. Bising usus yang lemah atau tidak, ada bila terdapat

hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary

refill dapat menentukan derjat dehidrasi yang terjadi. Penilaian beratnya

atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: objektif yaitu dengan

membandingkan berat badan sebelum dan sesudah diare. Subjektif dengan

menggunakan criteria WHO atau maurice king. 1

Penilaian A B C

Lihat:

Keadaan umum

Mata

Air mata

Mulut dan lidah

Rasa haus

Baik,sadar

Normal

Ada

Basah

Minum biasa,tidak haus

*Gelisah,rewel

Cekung

Tidak ada

Kering

*haus ingin minum banyak

*lesu,lunglai/tidak sadar

Sangat cekung

Kering

Sangat kering

*malas minum atau tidak

bias minum

Periksa: turgor kulit Kembali cepat *kembali lambat *kembali sangat lambat

Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/sedang

Bila ada 1 tanda* ditambah

1 atau lebih tanda lain

Dehidrasi berat

Bila ada 1 tanda* ditambah

1 atau lebih tanda lain

16

Page 17: BAB I

Terapi Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C

Tabel 4. Penetuan derajat dehidrasi menurut WHO 19951

3. Pemeriksaan laboratrium

Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya

tidak diperkukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan

misalnya penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain

selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat. Contoh:

pemeriksaan darah lengkap, kultur urine dan tinja pada sepsis atau infeksi

saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan

pada diare akut 1

darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah,

kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika

urin: urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika

tinja:

a. Pemeriksaan makroskopik

Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua

penderita dengan diare meskipun pemeriksaan labotarium tidak dilakukan.

Tinja yang watery dan tanpa mukus atau darah biasanya disebabkan oleh

enteroksin virus, protozoa, atau disebabkan oleh infeksi diluar saluran

gastrointestinal. Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa

disebabkan infeksi bakteri yang menghasilkan sitotoksin bakteri

enteroinvasif yang menyebabkan peradangan mukosa atau parasit usus

seperti : E. hystolitica, B.coli , T.trichiura. Apabila terdapat darah biasanya

bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi dengan E.hystolitica darah

sering terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi dengan Salmonella,

Giardia, Cryptosporidium dan Strongyloides. 1,

Pemeriksaan makroskopik mencakup warna tinja, konsistesi tinja,

bau tinja, adanya lendir, adanya darah, adanya busa. Warna tinja tidak

terlalu banyak berkolerasi dengan penyebab diare. Warna hijau tua

17

Page 18: BAB I

berhubungan dengan adanya warna empedu akibat garam empedu yang

dikonjugasi oleh bakteri anaerob pada keadaan bacterial overgrowth.

Warna merah akibat adanya darah dalam tinja atau obat yang dapat

menyebabkan warna merah dalam tinja seperti rifampisin. Konsistensi

tinja dapat cair, lembek, padat. Tinja yag berbusa menunjukan adanya gas

dalam tinja akibat fermentasi bakteri. Tinja yang berminyak, lengket, dan

berkilat menunjukan adanya lemak dalam tinja. Lendir dalam tinja

menggambarkan kelainan di kolon, khususnya akibat infeksi bakteri. Tinja

yang sangat berbau menggambarkan adanya fermentasi oleh bakteri

anaerob dikolon. Pemeriksaan pH tinja menggunakan kertas lakmus dapat

dilakukan untuk menentukan adanya asam dalam tinja. Asam dalam tinja

tersebut adalah asam lemak rantai pendek yang dihasilkan karena

fermentasi laktosa yang tidak diserap di usus halus sehingga masuk ke

usus besar yang banyak mengandung bakteri komensial. Bila pH tinja<6

dapat dainggap sebagai malabsorbsi laktosa. 1, 3

Pada diare akut sering terjadi defisiensi enzim lactose sekunder

akibat rusaknya mikrofili mukosa usus halus yang banyak mengandung

enzim lactase. Enzim laktsae merupakan enzim yang bekerja memecahkan

laktosa menjadi glukosa dan galaktosa, yang selanjutnya diserap di

mukosa usus halus, Salah satu cara menentukan malabsorbsi laktosa

adalah pemeriksaan clinitest dikombinasi dengan pemeriksaan pH tinja.

Pemeriksaan clinitest dilakukan dengan prinsip melihat perubahan reaksi

warna yang terjadi antara tinja yang diperiksa dengan tablet clinitest.

Prinsipnya adalah terdapatnya reduktor dalam tinja yang mengubah cupri

sulfat menjadi cupri oksida. Pemeriksaan dilakukan dengan cara

mengambil bagian cair dari tinja segar (sebaiknya tidak lebih dari 1 jam).

Sepuluh tetes air dan 5 tetes bagian cair dari tinja diteteskan kedalam gelas

tabung, kemudian ditambah 1 tablet clinitest. Setelah 60 detik maka

perubahan warna yang terjadi dicocokan dengan warna standart. Biru

berarti negatif, kuning tua berarti positif kuat (++++=2%), antara kuning

dan biru terdapat variasi warna hijau kekuningan (+=1/2%), (++=3/4%), (+

18

Page 19: BAB I

++=1%). Sedangkan terdapatnya lemak dalam tinja lebih dari 5 gram

sehari disebut sebagai steatore. 1, 3

b. Pemeriksaan mikroskopik :

Infeksi bakteri invasif ditandai dengan ditemukannya sejumlah

besar leukosit dalam tinja yang menunjukan adanya proses inflamasi.

Pemeriksaan leukosit tinja dengan cara mengambil bagian tinja yang

berlendir seujung lidi dan diberi ½ tetes eosin atau Nacl lalu dilihat dengan

mikroskop cahaya :1

bila terdapat 1-5 leukosit perlapang pandang besar disebut negatif

bila terdapat 5-10 leukosit per lapang pandang besar disebut (+)

bila terdapat 10-20 leukosit per lapang pandang besar disebut (++)

bila terdapat leukosit lebih dari ½ lapang pandang besar disebut (+

++)

bila leukosit memenuhi seluruh lapang pandang besar disebut (+++

+)

Adanya lemak dapat diperiksa dengan cara perwanaan tinja dengan

sudan III yang mengandung alcohol untuk mengeluarkan lemak agar dapat

diwarnai secara mikroskopis dengan pembesarn 40 kali dicari butiran

lemak dengan warna kuning atau jingga. Penilaian berdasarkan 3 kriteria :1

(+) bila tampak sel lemak kecil dengan jumlah kurang dari 100

buah per lapang pandang atau sel lemak memenuhi 1/3 sampai ½

lapang pandang

(++) bila tampak sel lemak dnegan jumlah lebih 100 per lapang

pandang atau sel memenuhi lebih dari ½ lapang pandang

(+++) bila didapatkan sel lemak memenuhi seluruh lapang

pandang.

19

Page 20: BAB I

Pemeriksaan parasit paling baik dilakukan pada tinja segar.

Dengan memakai batang lidi atau tusuk gigi, tinja diambil sedikit dan

diemulsikan dalam tetesan NaCl fisiologis, demikian juga dilakukan

dengan larutan Yodium. Pengambilan tinja cukup sedikit saja agar kaca

penutup tidak mengapung tetapi menutupi sediaan sehingga tidak terdapat

gelembung udara. Sediaan tak berwarna (NaCL fisiologis) diperiksa

dahulu, karena telur cacing dan bentuk trofozoid dan protozoa akan lebih

mudah dilihat. Bentuk kista lebih mudah dilihat dengan perwanaan

yodium. Pemeriksaan dimulai dengan pembesaran objekstif 10x, lalu 40x

untuk menentukan spesiesnya.1

Tata laksana

Terdapat lima pilar penting dalam tatalaksana diare yang telah ditetapkan

Departemen Kesehatan baik untuk yang dirawat dirumah maupun yang dirawat di

rumah sakit : 1, 12

1. Rehidrasi

2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

3. ASI dan makanan tetap diteruskan

4. Antibiotik selektif

5. Nasihat kepada orang tua

Tujuan pengobatan diatas dapat dicapai dengan cara mengikuti rencana terapi

yang sesuai, seperti yang tertera dibawah ini: 1, 12

1. Rencana terapi A : penanganan diare di rumah

Jelaskan kepada ibu tentang 4 aturan perawatan di rumah:

Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)

Jelaskan pada ibu:

- pada bayi muda, pemberian ASI merupakan pemberian cairan

tambahan yang utama. Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada

setiap kali pemberian.

20

Page 21: BAB I

- jika anak memeperoleh ASI eksklusif, beri oralit, atau air matang

sebagai tambahan

- jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, beri 1 atau lebih cairan

berikut ini: oralit, cairan makanan (kuah sayur, air tajin) atau air

matang

jumlah cairan yang diberikan adalah 10 ml/kgbb dan katakan pada ibu

- agar meminumkan sedikit-sedikit tetapi sering dari mangkuk/

cangkir/gelas

- jika anak muntah, tunggu 10 menit. kemudia lanjutkan lagi dengan

lebih lambat.

- lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.

Beri tablet Zinc

Pada anak berumur 2 bulan keatas, beri tablet zinc selama 10 hari

dengan dosis : 1

- umur <6 bulan : ½ tablet (10 mg) perhari

- umur >6 bulan : 1 tablet (20 mg) perhari

Lanjutkan pemeberian makanan

Kapan harus kembali

2. Rencana terapi B

Penanganan dehidrasi sedang/ ringan dengan oralit. Beri oralit di klinik

sesuai yang dianjurkan selama periode 4 jam. Jumlah oralit yang diperlukan 75

ml/kgBB. Kemudian setelah 4 jam ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali

derajat dehidrasinya, dan pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan

pengobatan. Setelah rehidrasi kebutuhan cairan yang diperlukan untuk

mencegah dehidrasi 10-20 ml/kgBB. Jika ibu memaksa pulang sebelum

pengobatan selesai tunjukan cara menyiapkan oralit di rumah, tunjukan berapa

21

Page 22: BAB I

banyak larutan oralit yang harus diberikan dirumah untuk menyelesaikan 4 jam

pertama. Beri bungkus oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambah 6

bungkus lagi sesuai yang dainjurkan. Jika anak menginginkan oralit lebih

banyak dari pedoman diatas, berikan sesuai kehilangan cairan yang sedang

berlangsung. Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu, beri

juga 100-200 ml air matang selama periode ini. Mulailah memberi makan segera

setelah anak ingin makan. Lanjutkan pemberian ASI. Tunjukan pada ibu cara

memberikan larutan oralit. berikan tablet zinc selama 10 hari. 1, 12

3. Rencana terapi C (penanganan dehidrasi berat dengan cepat)

Beri cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri oralit melalui

mulut, sementara infuse disiapkan. Beri 100 ml/kgBB cairan ringer laktat atau

ringer asetat (atau jika tak tersedia, gunakan larutan NaCl)yang dibagi sebagai

berikut. 1

Umur Pemberian pertama 30ml/kgBB

selama

Pemebrian berikut 70ml/kgBB

selama

Bayi (bibawah umur12 bulan) 1 jam* 5 jam

Anak (12 bulan sampai 5 tahun) 30 menit* 2 ½ jam

*ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tidak teraba

Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika status hidrasi belum membaik, beri

tetesan intravena lebih cepat. Juga beri oralit (kira-kira 5ml/kgBB/jam) segera

setelah anak mau minum, biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak)

dan beri anak tablet zinc sesuai dosis dan jadwal yang dianjurkan. Periksa kembali

bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam (klasifikasikan dehidrasi), kemudian

pilih rencana terapi) untuk melanjutkan penggunaan. 1, 12

Prinsip pemberian terapi cairan pada gangguan cairan dan elektrolit ditujukan

untuk memberikan pada penderita: 1, 12

1. Kebutuhan akan rumatan (maintenance) dari cairan dan elektrolit

2. Mengganti cairan kehilangan yang terjadi

22

Page 23: BAB I

3. Mencukupi kehilangan abnormal dari cairan yang sedang berlangsung.

Pada diare CRO merupakan terapi cairan utama. CRO telah 25 tahun

berperan dalam menurunkan angka kematian bayi dan anak dibawah 5 tahun

karena diare. WHO dan UNICEF berusaha mengembangkan oralit yang sesuai

dan lebih bermanfaat. Telah dikembangkan oralt baru dengan osmolalitas lebih

rendah. Keamanan oralit ini sama dengan oralit yang lama, namun efektifitasnya

lebih baik daripada oralit formula lama. Oralit baru dengan low osmolalitas ini

juga menurunkan kebutuhan suplementasi intravena dan mampu mengurangi

pengeluaran tinja hingga 20% serta mengurangi kejadian muntah hingga 30%.

Selain itu, oralit baru ini juga telah direkomendasikan WHO dan UNICEF untuk

diare akut non kolera pada anak. 1, 12

diare akut dehidrasi ringan-sedang dengan penyulit

4 jam pertama : 50 cc/KgBB

20 jam kedua : 150 cc/KgBB

diare akut dehidrasi berat dengan penyulit

4 jam pertama : 60 cc/KgBB

20 jam kedua : 190 cc/KgBB

Beberapa penyulit diare diantaranya :

KKP

Bronkopneumonia

Ensefalitis

Meningitis

Meteorismus

AKI

Impending decom cordis

PENGOBATAN DIETIK

Sebagai pegangan dalam melaksanakan pengobatan dietetik diapakai

singkatan O-B-E-S-E, sebagai singkatan Oralit, Breast feeding, Early Feeding,

Simultaneously with Education. 1, 3

23

Page 24: BAB I

Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan ditingkatkan

setelah sembuh. Tujuannya adalah memberikan makanan kaya nutrient sebanyak

anak mampu menerima. Sebagian besar anak dengan diare cair, nafsu makannya

timbul kembali setelah dehidrasi teratasi. Meneruskan pemberian makanan akan

mempercepat kembalinya fungsi usus yang normal termasuk kemampuan

menerima dan mengabsorbsi berbagai nutrient, sehingga memburuknya status gizi

dapat dicegah atau paling tidak dikurangi. Sebaliknya, pembatasan makanan akan

menyebabkan penurunan berat badan sehingga diare menjadi lebih lama dan

kembalinya fungsi usus akan lebih lama. Makanan yang diberikan pada anak diare

tergantung kepada umur, makanan yang disukai dan pola makan sebelum sakit

serta budaya setempat. Pada umumnya makanan yang tepat untuk anak diare sama

dengan yang dibutuhkan dengan anak sehat.1 Bayi yang minum ASI harus

diteruskan sesering mungkin dan selama anak mau. Peranan ASI selain

memberikan nutrisi yang terbaik, juga terdapat 0,05 IgA/hari yang berperan

memberikan perlindungan terhadap kuman patogen.12 Bayi yang tidak minum ASI

harus diberi susu yang bisa diminum paling tidak setiap 3 jam. Pengenceran susu

atau penggunaan susu rendah atau bebas laktosa mungkin diperlukan untuk

sementara bila pemberian susu menyebabkan diare timbul kembali atau bertambah

hebat sehingga terjadi dehidrasi lagi, atau dibuktikan dengan pemeriksaan terdapat

tinja yang asam (pH<6) dan terdapat bahan yang mereduksi dalam tinja>0,5%.

Setelah diare berhenti, pemberian tetap dilanjutkan selama 2 hari kemudian coba

kembali dengan susu atau formula biasanya diminum secara bertahap selama 2-3

hari.1, 12

Gejala klinis menghilang

(hari)

Susu rendah laktosa

(ml)

Susu normal (ml)

Ke 1 150 50

Ke 2 100 100

Ke 3 50 150

Ke 4 0 200

Tabel 9. Tabel panduan kembali ke susu normal ( untuk setiap 200 ml)

24

Page 25: BAB I

Bila anak berumur 4 bulan atau lebih dan sudah mendapatkan makanan

lunak atau padat, makanan ini harus diteruskan. Paling tidak 50% dari energi diet

harus berasal dari makanan dan diberikan dalam porsi kecil atau sering (6kali atau

lebih) dan anak dibujuk untuk makan. Kombinasi susu formula dengan makanan

tambahan seperti serealia pada umunya dapat ditoleransi dengan baik pada anak

yang telah disapih. Makanan padat memiliki keuntungan, yakni memperlambat

pengosongan lambung pada bayi yang minum ASI atau susu formula, jadi

memperkecil jumlah laktosa pada usus halus per satuan waktu. Pemberian

makanan lebih sering dalam jumlah kecil juga memberikan keuntungan yang

sama dalam mencernakan laktosa dan penyerapanya. Pada anak yang lebih besar,

dapat diberikan makanan yang terdiri dari:makanan pokok setempat misalnya

nasi, kentang, gandum, roti, atau bakmi. Untuk meningkatkan kandungan

energinya dapat ditambahkan 5-10 ml minyak nabati untuk setiap 100 ml

makanan. Minyak kelapa sawit sangat bagus dikarenakan kaya akan karoten.

Campur makanan pokok tersebut dengan kacang-kacangan dan sayur-sayuran,

serta ditambahkan tahu, tempe, daging atau ikan. Sari buah segar atau pisang baik

untui menambah kalium. Makanan yang berlemak atau makanan yang

mengandung banyak gula seperti sari buah manis yang diperdagangkan, minuman

ringan, sebaiknya dihindari. 1, 12

Pemberian makanan setelah diare

Meskipun anak diberi makanan sebanyak dia mau selama diare, beberapa

kegagalan pertumbuhan mungkin dapat terjadi teruatama bila terjadi anorexia

hebat. Oleh karena itu perlu pemberian ekstra makanan yang akan zat gizi

beberapa minggu setelah sembuh untuk memperbaiki kurang gizi dan untuk

mencapai serta mempertahankan pertumbuhan yang normal. Berikan ekstra

makanan pada saat anak merasa lapar, pada keadaan semacam ini biasanya anak

dapat menghabiskan tambahan 50% atau lebih kalori dari biasanya.1, 12

ZINC

Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu

makan anak. Zinc termasuk mikronutrien yang mutlak dibutuhkan untuk

memelihara kehidupan yang optimal. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam

25

Page 26: BAB I

pengobatan diare akut didasarkan pada efeknya terhadap imun atau terhadap

struktur dan fungsi saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel saluran

cerna selama diare. Pemberian zinc pada diare dapat meningkatkan absorbs air

dan elektrolit oleh usus halus meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus,

meningkatkan jumlah brush border apical, dan meningkatkan respon imun yang

mempercepat pembersihan patogen di usus. Pengobatan dengan zinc cocok

ditetapkan di negara-negara berkembang seprti Indonesia yang memiliki banyak

masalah terjadinya kekurangan zinc di dalam tubuh karena tingkat kesejahteraan

yang rendah dan daya imunitasnya yang kurang memadai. Pemberian zinc dapat

menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak. Dosis zinc untuk anak-anak: 1

- anak dibawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari

- anak diatas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari

Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut, meskipun anka telah sembuh dari

diare. Untuk bayi tablet zinc diberikan dalam air matang, ASI atau oralit. Untuk

anak lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau

oralit.1, 12

Terapi medikamentosa

Berbagai macam obat telah digunakan untuk pengobatan diare seperti

antibiotika:antibiotika, antidiare, adsorben, antiemetic, dan obat yang

mempengaruhi mikroflora usus. Beberapa obat mempunyai lebih dari satu

mekanisme kerja, banyak diantaranya mempunyai efek toksik sistemik dan

sebagian besar tidak direkomendasikan untuk anak umur kurang dari 2-3 tahun.

Secara umum dikatakan bahwa obat-obat tersebut tidak diperlukan untuk

pengobatan diare akut. 1, 12

Antibiotik

Antbiotik pada umunya tidak diperlukan pada semua daire akut oleh karena

sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak

dapat dibunuh dengan antibiotic. Hanya sebagian kecil (10-20%) yang disebabkan

26

Page 27: BAB I

oleh bakteri pathogen seperti V,cholera, Shigella, Enterotoksigenik E.coli,

Salmonella, Campilobacter, dan sebagainya,1, 12

Penyebab Antibiotik pilihan Alternatif

Kolera Tetracycline 12,5 mg/kgBB

4x sehari selama 3 hari

Erythromycin 12,5 mg/kgBB

4x sehari selama 3 hari

Shigella Disentri Ciprofloxacin 15 mg/kgBB

2x sehari selama 3 hari

Pivmecillinam 20 mg/kg BB

4x sehari selama 3 hari

Ceftriaxone 50-100 mg/kgBB

1x sehari IM selama 2-5 hari

Amoebiasis Metronidazole 10 mg/kgBB

3xs ehari selama 5 hari (10 hari pada

kasus berat)

Giadiasis Metronidazole 5mg/kgBB

3x sehari selama 5 hari

Obat Antidiare

Obat-obat ini meskipun sering digunakan tidak mempunyai keuntungan praktis

dan tidak diindikasikan untuk pengobatan diare akut pada anak. Beberapa dari

obat-obat ini berbahaya. Produk yang termasuk dalam kategori ini adalah:1, 12

Adsorben

Contoh: kaolin, attapulgite, smectite, activated charcoal, cholesteramine).

Obat-obat ini dipromosikan untuk pengobatan diare atas dasar

kemampuanya untuk mengikat dan menginaktifasi toksin abkteri atau

bahan lain yang menyebabkan diare serta dikatakan mempunyai

kemampuan melindungi mukosa usus. Walaupun demikian, tidak ada

bukti keuntungan praktis dari penggunaan obat ini untuk pengobatan rutin

diare akut pada anak.

Antimotilitas

Contoh loperamidhydrocloride, diphenoxylate dengan atropine, tincture

opiii, paregoric, codein). Obat-obatan ini dapat mengurangi frekuensi diare

27

Page 28: BAB I

pada orang dewasa akan tetapi tidak mengurangi volume tinja pada anak.

Lebih dari itu dapat menyebabkan ileus paralitik yang berat yang dapat

fatal atau dapat memperpanjang infeksi dengan memperlambat eliminasi

dari organisme penyebab. Dapat terjadi efek sedative pada dosis normal.

Tidak satupun dari obat-obatan ini boleh diberikan pada bayi dan anak

dengan diare.

Bismuth subsalicylate

Bila diberikan setiap 4 jam dilaporkan dapat mengurangi keluaran tinja

pada anak dngan diare akut sebanya 30% akan tetapi, cara ini jarang

digunakan.

obat-obat lain:

Anti muntah

Termasuk obat ini seperti prochlorperazine dan chlorpromazine yang dapat

menyebabkan mengantuk sehingga mengganggu pemberian terapi

rehidrasi oral. Oleh karena itu obat anti muntah tidak digunakan pada anak

dengan diare, muntah biasanya berhenti bila penderita telah terehidrasi

PROBIOTIK

Probiotik diberi batas sebagai mikroorganisme hidup dalam makanan yang

difermentasi yang menunjang kesehatan melalui terciptanya keseimbangan

mikroflora intestinal yang lebih baik. Pencegahan diare dapat dilakukan dengan

pemberian probiotik dalam waktu yang panjang terutama untuk bayi yang tidak

minum ASI. Kemungkinan efek probiotik dalam pencegahan diare melalui

perubahan lingkungan mikrolumen usus , kompetisi nutrient, mencegah adhesi

kuman pathogen pada enterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin efek trofik

terhadap mukosa usus melalui penyediaan nutrient dan imunomodulasi.

Mekanisme kerja probiotik untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen

dalam mukosa usus belum sepenuhnya jelas tetapi beberapa laporan mneunjukan

adanya kompetisi untuk mengadakan perlekatan dengan enterosit (sel epitel

mukosa). Enterosit yang telah jenuh dengan bakteri probiotik tidak dapat lagi

dilekati bakteri yang lain. Jadi dengan adanya bakteri probiotik di dalam mukosa

28

Page 29: BAB I

usus dapat mencegah kolonisasi oleh bakteri patogen. Lactobacillus strain pada

manusia mempunyai kemampuan melekat pada Caco-2 cells dan sel goblet HT

29-MTX pada sel epitel mukosa usus. Lactobacillus acidophilus LA1 dan LA3

mempunyai kemampuan melekat yang kuat, tidak tergantung pada calcium,

sedangkan Lactobacillus strain LA10 dan LA18 kemampuan melekatnya rendah.

Kemampuan perlekatan tersebut dapat dihilangkan dengan adanya tripsin. Strain

LA1 mempunyai kemampuan untuk mencegah perlekatan entero patogenic

Eschercia coli (EPEC) dan bakteri enteroinvasif seperti Salmonella typhymurium,

Yersinia tuberculosis. Kemampuan mencegah perlekatan strain LA1 lebih efektif

bila diberikan sebelum atau bersamaan dengan infeksi E coli daripada setelah

infeksi E coli. Disamping mekanisme perlekatan dengna reseptor pada epitel usus

untuk mencegah pertumbuhan bakteri patogen melalui kompetisi, bakteri

probiotik memberi manfaat pada pejamu oleh karena produksi substansi

antibakteri misalnya, asam organik, bacteriocin, microcin, reuterin, volatile fatty

acid, hidrogen peroksida dan ion hidrogen. 1, 13

BAB III

ANALISIS KASUS

29

Page 30: BAB I

Pada kasus ini dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang pasien didiagnosis gastroenteritis akut dehidrasi ringan-sedang. Hal-hal

yang mendasari pengambilan diagnosis tersebut diantaranya :

Gastroenteritis akut dehidrasi ringan-sedang :

Seorang anak dikatakan diare akut jika didapatkan buang air besar pada

bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja

menjadi cair dari biasanya dengan atau tanpa lendir dan darah. Diare akut adalah

diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (kurang dari 2 minggu).

Pada pasien ini didapatkan dari anamnesis dengan keluhan yaitu buang air

besar (BAB) cair sejak HMRS yaitu pada pagi hari. BAB cait timbul dengan tiba-

tiba dan berlangsung sudah ± 5x pada pagi itu. Selain itu, BAB cair ini disertai

dengan muntah ± 4x sejak 1 hari SMRS (selasa malam), muntah berisi makanan

bercampur dengan air dan tidak ada darah. Pada anamnesis didapatkan

penampilan klinis tinja yaitu berbentuk cair, berwarna kekuningan, tidak ada

lendir, tidak ada darah, tidak berbau busuk, tidak seperti minyak dan tidak seperti

air cucian beras. Selain BAB cair dan muntah, pasien juga merasakan demam

yang naik secara perlahan-lahan sejak 1 hari SMRS. Demam tidak disertai dengan

menggigil. Tidak ada riwayat mencret apabila memakan makanan tertentu atau

minum susu disangkal oleh ibu pasien menunjukkan bahwa kemungkinan

penyebab diare adalah infeksi atau dengan kata lain ini merupakan diare infeksi

yang cenderung disebabkan oleh virus.

Selama BAB cair dan muntah ibu pasien mengatakan anaknya terlihat

lemas dan lebih rewel dari biasanya, namun masih mau minum serta terlihat lebih

haus dari biasanya. Yang penting pada kasus ini adalah menilai apakah dengan

timbulnya diare dan muntah ini sudah sampai menyebabkan dehidrasi bahkan

sampai terjadi syok pada pasien ini karena kehilangan air dan elektrolit dari

diarenya dan diperburuk lagi dengan keluhan muntah pasien. Untuk menentukan

apakah terjadi dehidrasi pada pasien ini maka kita harus terlebih dahulu

melakukan penilaian untuk menentukan terjadinya dehidrasi dan dari penilaian itu

dikelompokkan apakah masuk ke dalam kelompok tanpa dehidrasi, dehidrasi

ringan-sedang dan dehidrasi berat. Beberapa keadaan pada pasien ini termasuk ke

30

Page 31: BAB I

dalam kelompok dehidrasi ringan-sedang karena berdarsarkan panduan untuk

dehidrasi ringan-sedang yaitu keadaan umum yang tampak lemah dari biasanya,

ubun-ubun cekung, mata cekung, air mata tidak ada (kering), bibir dan mulut

kering, anak merasa haus dan ingin banyak minum dan turgor kembali melambat.

Pada pemeriksaan fisik didapatka beberapa tanda yang menguatkan diare karena

infeksi dan menunjukkan adanya dehirasi ringan-sedang

Keadaan umum : tampak sakit sedang, lemas, rewel

Kesadaran : compos mentis

Tanda Vital:

Nadi : 104 x/mnt, reguler, isi dan tegangan menurun,

equal

Suhu tubuh : 37,30C aksila

Ubun-ubun : tidak cekung

Mata : kelopak mata tidak cekung

Mulut : mukosa mulut sedikit kering

Abdomen

Palpasi : turgor kulit kembali agak lambat

Pada pemeriksaan penunjang secara keseluruhan tidak ada peningkatan

yang bermakna hanya ditemukan peningkatan granulosit. Namun dalam hal untuk

mengetahui pasti penyebabnya harus dilakukan pemeriksaan feses yang meliputi

pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik feses serta kultur dan uji resistensi

bakteri agar dapat menegakkan penyabab dari diare dan tepat dalam pemberian

penatalaksanaan. Berdasarkan pemeriksaan feses tidak ditemukan adanya

penemuan yang bermakna. Serta membutuhkan pemeriksaan elektrolit untuk

mengetahui status dari elektrolit pasien agar tepat dalam memberikan

panatalaksanaan.

31

Page 32: BAB I

DAFTAR PUSTAKA

1. Subagyo, B. S. 2012. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Jilid 1,

Edisi 1. Jakarta: IDAI.

2. Behrman Richard E, Kliegman Robert, Nelson Waldo E, Vaughan

Victor C. nelson textbook of pediatrics. 17th edition. EGC. Jakarta : 2000

3. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010. Pedoman pelayanan medis. jilid 1.

Jakarta : pengurus pusat IDAI

4. Salwan, hasri. 2014. Diare Akut. Palembang. Bagian Ilmu Kesehatan Anak

RSMH

5. Lindberg, G., Salam, M., Farthing, M., Khalif, I., Lind, E. S.,

Ramakrishna, B. S., et al. 2012. Acute diarrhea in adults and children : a

global perspective. World Gastroenterology Organisation Global

Guidelines.

6. Farthing, M., Lindberg, G., Dite, P., Khalif, I., Lindo, E. S., Ramakrishna,

B. S., et al. 2008. acute diarrhea. World Gastroenterology Organisation

practice guideline.

7. Zein, U., Sagala, K. H., & Ginting, J. (2004). Diare Akut Disebabkan

Bakteri. sumatera utara: Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Bagian Ilmu

Penyakit Dalam Universitas Sumatera Utara

8. Agtini, M. D., & Soenarto, S. S. 2011. Situasi Diare di Indonesia.

Kementrian kesehatan RI.

9. Kemenkes, R. 2011. panduan sosialisasi tatalaksana diare balita.

Indonesia : kementrian kesehatan republik indonesia.

10. Setiawan, B. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (5 ed.). Jakarta:

Interna Publishing.

11. Simadibarata, M., & Daldiyono. 2009. Buku ajar ilmu penyakit dalam

(5 ed.). jakarta: interna publishing.

32

Page 33: BAB I

12. Suratmaja Sudaryat. 2007. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta:

Sagung Seto. Halaman :1-24

13. Arimbawa dkk. Peranan probiotik pada keseimbangan flora normal usus

dalam Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto.

2007:100-111

14. Rahajoe. NN, dkk. 2008. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi 1 cetakan

Pertama. Jakarta. IDAI. h.350-365

15. Latief, abdul, dkk. 2009. Pelayanan kesehetan anak di rumah sakit

standar WHO. Jakarta : Depkes

16. Yangtjik, kiagus. 2014. Bronkopneumonia. Palembang. Bagian Ilmu

Kesehatan Anak RSMH

33