BAB IPENDAHULUAN
1.1Latar BelakangMemasuki abad ke- 21, banyak yang masyarakat
yang mulai menyadari bahaya keterbelakangan pendidikan di
Indonesia. Setelah kita amati, nampak jelas bahwa masalah yang
serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah
rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik
pendidikan formal maupun informal. Hal itulah yang menyebabkan
rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya
manusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi
pembangunan bangsa di berbagai bidang.Sekolah sebagai bentuk
organisasi diartikan sebagai wadah dari kumpulan manusia yang
bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu yakni tujuan
pendidikan. Keberhasilan program pendidikan dalam proses belajar
mengajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu siswa,
kurikulum, tenaga kependidikan, dana, prasarana dan sarana, dan
faktor lingkungan lainnya. Apabila faktor tersebut terpenuhi dengan
baik dan bermutu maka pada gilirannya akan menghasilkan peningkatan
mutu pendidikan di negara kita ini.Salah satu faktor yang mendukung
keberhasilan program pendidikan dalam proses pembelajaran yaitu
sarana dan prasarana. Prasarana dan sarana pendidikan adalah salah
satu sumber daya yang menjadi tolak ukur mutu sekolah dan perlu
peningkatan terus menerus seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang cukup canggih. Sarana prasarana
adalah salah satu bagian input, sedangkan input merupakan salah
satu subsistem. Sarana prasarana sangat perlu dilaksanakan untuk
menunjang keterampilan siswa agar siap bersaing terhadap pesatnya
perkembangan teknologi. Sarana prasarana merupakan bagian penting
yang perlu disiapkan secara cermat dan berkesinambungan, sehingga
dapat dijamin selalu terjadi KBM yang lancar. Dalam penyelengaraan
pendidikan, sarana prasaran sangat di butuhkan untuk menghasilkan
KBM yang efektif dan efisien.Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan yang menyangkut standar sarana
dan prasarana pendidikan secara nasional pada Bab VII Pasal 42
dengan tegas disebutkan bahwa: Setiap satuan pendidikan wajib
memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media
pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai,
serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Setiap satuan
pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang
kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata
usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja,
ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat
berolah raga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat bekreasi,
dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Hal itu tentu pas bagi Sekolah yang berada di kota, kebutuhan
akan sarana dan prasarana tentunya tercukupi dengan baik, namun
bagi SD Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) hal ini menjadi kebalikan
dari sekolah di kota. Bagaimana mutu pendidikan di Indonesia ini
akan meningkat sedangkan pemerintah masih kurang memperhatikan
fasilitas baik sarana maupun prasarana di sekolah-sekolah terpencil
yang jauh dari kota.
1.2TujuanAdapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah agar kami
dapat mengetahui tanggung jawab pemerintah untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa.
1.3Rumusan Masalah1. Bagaimana pengertian pendidikan menurut
para ahli?2. Bagaimana fungsi pendidikan secara khusus?3. Bagaimana
filosofi pendidikan yang ada di masyarakat?4. Bagaimana pembagian
pendidikan yang ada?5. Bagaimana perkembangan pendidikan di
Indonesia?6. Bagaimana masalah pendidikan yang terjadi di Indonesia
beserta penyelesaiannya?
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1Pengertian PendidikanPendidikan merupakan suatu kegiatan yang
bersifat umum bagi setiap manusia dimuka bumi ini. Pendidikan tidak
terlepas dari segala kegiatan manusia. Dalam kondisi apapun manusia
tidak dapat menolak efek dari penerapan pendidikan.Pendidikan
diambil dari kata dasar didik, yang ditambah imbuhan menjadi
mendidik. Mendidik berarti memelihara atau memberi latihan mengenai
akhlak dan kecerdasan pikiran. Dari pengertian ini didapat beberapa
hal yang berhubungan denganPendidikan.Pada dasarnya pengertian
pendidikan (UUNo.20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS) adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya dan masyarakat.Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata pendidikan berasal dari kata didik dan mendapat
imbuhan pe dan akhiran an, maka kata ini mempunyai arti proses atau
cara mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan.Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional
Indonesia), pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya
anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai
manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai
keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya, sedangkan
pengertian pendidikan menurut H. Horne, adalah proses yang terus
menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk
manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas
dan sadar kepada tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar
intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.Menurut UU No.
20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.Berdasarkan beberapa
pengertian pendidikan menurut para ahli tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang
diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai
kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan
tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.
2.2Fungsi PendidikanFungsi khusus pendidikan, yaitu: Mengurangi
kontrol orang tua. Pendidikan ini membantu orang tua untuk merawat
dan mengajar anak-anak mereka. Hanging sistem kelas sosial.
Pendidikan di sekolah diharapkan dapat memberikan sosialisasi
kepada siswa mereka untuk menerima prestise dan privilise yang
berbeda dan juga status di lingkungan. Sekolah juga diharapkan
dapat menjadi jalan mobilitas ke status sosial yang lebih tinggi.
Menjaga kehidupan remaja. Pendidikan juga dapat menghentikan
kehidupan dewasa sementara, karena siswa masih berharap kepada
orang tua mereka dalam perekonomian.
2.3Filosofi PendidikanPendidikan biasanya dimulai ketika bayi
lahir, dan hal itu terjadi terus menerus dalam kehidupan yang
panjang. Pendidikan juga dapat dimulai sebelum bayi dilahirkan,
seperti sesuatu yang banyak orang lakukan dengan memainkan alat
musik dan membaca sesuatu untuk bayi dalam rahim untuk mengajar
mereka sebelum mereka lahir.Menurut Horton dan Hunt, departemen
pendidikan memiliki keterkaitan dengan beberapa fungsi yang nyata,
yaitu: Mempersiapkan anggota lingkungan untuk mendapatkan
penghasilan. Meningkatkan kemampuan seseorang untuk mendapatkan
pribadi dan lingkungan yang memuaskan. Merawat budaya. Membangun
keterampilan untuk memberikan partisipasi untuk demokrasi.
2.4Pembagian Pendidikan2.4.1Pendidikan FormalPendidikan formal
adalah pendidikan yang diselenggarakan di sekolah. Pendidikan
formal memiliki beberapa karakteristik,yaitu: Memiliki langkah
utama. Sebagai contoh: TK, lalu SD, SMP, SMA, dan universitas.
Hasil yang siswa dapatkan memiliki tanda. Sebagai contoh: Ijazah
untuk melamar pekerjaan. Memiliki kurikulum. Memiliki sistem
struktural.
2.4.2Pendidikan Non FormalPendidikan non formal adalah
pendidikan yang diselenggarakan di lingkungan. Pendidikan non
formal yang memiliki beberapa karakteristik, yaitu: Tidak memiliki
langkah utama. Orang dari berbagai usia dapat bergabung. Dapat
mengeluarkan script. Misalnya: anak-anak yang mengikuti kursus
komputer mendapatkan script (misalnya sertifikat).
2.5Perkembangan Pendidikan di IndonesiaIndonesia berusaha
mencerdaskan kehidupan bangsa tentunya dari berbagai aspek. Cerdas
bukan hanya mampu mengetahui dan bisa melakukan sesuatu. Cerdas
lebih mengarah kepada mengetahui serta mampu memilah mana yang baik
dan benar dan mana yang buruk, dengan mengaplikasikan berupa
pemikiran-pemikiran serta tindakan-tindakan yang baik dan
menghindari pemikiran serta perbuatan-perbuatan buruk. Dengan
demikian cerdas itu tidak hanya bisa diukur dengan angka-angka
pengetahuan akademik seperti hasil Ujian Nasional yang dijadikan
tolak ukur keberhasilan di bidang pendidikan oleh Dinas
Pendidikan.Kita berharap pendidikan Indonesia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, dapat menjadikan bangsa Indonesia
yang memiliki kecerdasan untuk berkomunikasi, tunduk dan berbakti
kepada yang Maha Kuasa, cerdas untuk jujur, cerdas untuk peduli dan
mengangkat derajat sesama, cerdas untuk menghindari anarkisme,
cerdas memperbaiki citra bangsa, cerdas untuk mengolah segala
sumber daya diri dan lingkungan untuk bisa dirasakan manfaatnya
oleh seluruh bangsa.Intinya bangsa Indonesia yang sedang mengalami
krisis dalam banyak hal. Perbaikannya harus dimulai dari dunia
pendidikan. Mencerdaskan kehidupan bangsa bukan hanya diaplikasikan
untuk memberantas buta huruf tapi lebih ke dalam adalah memberantas
buta hati dan buta moral. Komitmen untuk membenahi bidang
pendidikan adalah investasi yang paling rasional dan
visioner.2.6Masalah Pendidikan di IndonesiaBerbicara pendidikan,
tentu banyak hal yang mesti kita lihat, seperti persoalan
kurikulum, kualitas dan kuantitas serta kesejahteraan tenaga
pendidik, infrastruktur atau sarana dan prasarana pendidikan, link
and match (keterkaitan) antara dunia pendidikan dengan dunia kerja,
kebijakan pemerintah, serta dukungan dari berbagai kalangan seperti
masyarakat dan pihak swasta.2.6.1Rendahnya Kualitas Sarana
FisikMinimnya infrastruktur atau sarana dan prasarana pendidikan
merupakan persoalan besar yang dialami Indonesia saat ini.
Persoalan infrastruktur tidak hanya dari segi kualitas, tetapi juga
dari segi kuantitas. Infrastruktur atau sarana dan prasarana itu
antara lain ialah kondisi dan ketersediaan gedung sekolah maupun
kampus, perpustakaan, laboratorium, media pengajaran, alat-alat
praktikum, dan lain sebagainya. Persoalan infrastruktur juga telah
melahirkan kesenjangan pendidikan antara desa dan kota. Salah satu
penyebab terjadinya permasalahan sarana dan prasarana di Indonesia
yaitu pemerataan pendidikan.Kurangnya sarana fisik misalnya, banyak
sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak,
kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan
tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian
teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih
banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki
perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.
2.6.2Rendahnya Kualitas GuruKeadaan guru di Indonesia sangat
memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang
memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal
39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan,
melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian
masyarakat.Kendati secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup
memadai, namun secara kualitas mutu guru di negara ini, pada
umumnya masih rendah. Bila diukur dari persyaratan akademis, baik
menyangkut pendidikan minimal maupun kesesuaian bidang studi dengan
pelajaran yang harus diberikan kepada anak didik, ternyata banyak
guru yang tidak memenuhi kualitas mengajar (under quality). Secara
kuantitatif, sebenarnya jumlah guru di Indonesia relatif tidak
terlalu buruk. Apabila dilihat ratio guru dengan siswa,
angka-angkanya cukup bagus yakni di SD 1:22, SLTP 1:16, dan SMU/SMK
1:12. Meskipun demikian, dalam hal distribusi guru ternyata banyak
mengandung kelemahan yakni pada satu sisi ada daerah atau sekolah
yang kelebihan jumlah guru, dan di sisi lain ada daerah atau
sekolah yang kekurangan guru. Dalam banyak kasus, ada SD yang
jumlah gurunya hanya tiga hingga empat orang, sehingga mereka harus
mengajar kelas secara paralel dan simultan.Tunjangan profesi adalah
salah satu penyebab guru seorang melalaikan tugas pokoknya untuk
mengajar. Mereka sibuk sehari-hari memikirkan bagaimana bisa
mendapatkan tunjangan profesi yang besarannya cukup menggiurkan
itu. Yang bikin kesal, ternyata banyak guru yang telah mendapatkan
tunjangan profesi, tetapi kinerjanya tidak meningkat malahan tambah
menurun. Tidak jarang, kalau kita perhatikan di tempat-tempat
tertentu di desa-desa, guru- guru honorer malah lebih berkualitas
dan lebih loyal serta penuh pengabdian dibanding mereka-mereka yang
telah disertifikasi.
2.6.3Rendahnya Kesejahteraan GuruGuru di Indonesia tidak terlalu
dihargai sebagaimana halnya di Negara maju semisal Jepang. Profesi
guru tidak dipandang begitu prestisius di negeri ini. Pandangan
masyarakat ini juga terlihat dari kebijakan pemerintah terhadap
kesejahteraan guru. Pada zaman Orde Baru, kesejahteraan guru sangat
memprihatinkan. Guru dianggap sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.
Slogan ini seolah sengaja dibuat agar guru tidak banyak menuntut
pada pemerintah.Salah satu contoh kasus yang terjadi di Indonesia
yaitu terlambatnya pembayaaran gaji seorang guru.Koordinator
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Indonesia Timur Coruption Watch,
Jasmir, mengatakan menerima pengaduan keterlambatan pembayaran gaji
sejumlah tenaga pendidik yang telah dinyatakan
bersertifikasiSekertaris Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga
(Dikpora) Kabupaten Pinrang, Amirullah, beralasan, penundaan
pembayaran gaji bersertifikasi itu karena surat keputusan (SK)
belum diterima dari pusat. Dia mengatakan, pihaknya telah mengecek
SK tersebut di pusat, namun pihaknya belum mendapatkan
kepastian.Kasus lainnya yang serupa misalnya sekitar 500 guru
bersertifikasi belum menerima gaji per triwulan yang berdasarkan
gaji pokok. Penundaan gaji tersebut terjadi sejak Desember 2012
lalu dan hingga saat ini belum mendapatkan titik terang terkait
pembayaran gaji pendidik yang telah melalui diklat dan dinyatakan
bersertifikasi.
2.6.4Rendahnya Prestasi SiswaRendahnya sarana fisik, kualitas
guru, dan kesejahteraan guru memiliki pengaruh dalam pencapaian
prestasi siswa menjadi tidak memuaskan. Sebagai misal pencapaian
prestasi fisika dan matematika Siswa Indonesia di dunia
internasional sangat rendah. Menurut Trends in Mathematic and
Science Study (TIMSS) 2003 (2004), siswa Indonesia hanya berada di
ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi matematika dan di
ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi sains. Dalam hal
ini prestasi siswa kita jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura
sebagai negara tetangga yang terdekat.Dalam hal prestasi, 15
September 2004 lalu United Nations for Development Programme (UNDP)
juga telah mengumumkan hasil studi tentang kualitas manusia secara
serentak di seluruh dunia melalui laporannya yang berjudul Human
Development Report 2004. Di dalam laporan tahunan ini Indonesia
hanya menduduki posisi ke-111 dari 177 negara. Apabila dibanding
dengan negara-negara tetangga saja, posisi Indonesia berada jauh di
bawahnya.Dalam skala internasional, menurut Laporan Bank Dunia
(Greaney,1992), studi IEA (Internasional Association for the
Evaluation of Educational Achievement) di Asia Timur menunjukan
bahwa keterampilan membaca siswa kelas IV SD berada pada peringkat
terendah. Rata-rata skor tes membaca untuk siswa SD: 75,5
(Hongkong), 74,0 (Singapura), 65,1 (Thailand), 52,6 (Filipina), dan
51,7 (Indonesia).Selain itu, anak-anak Indonesia ternyata hanya
mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit
sekali menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan
penalaran. Hal ini mungkin karena mereka sangat terbiasa menghafal
dan mengerjakan soal pilihan ganda.Selain itu, hasil studi The
Third International Mathematic and Science Study-Repeat-TIMSS-R,
1999 (IEA, 1999) memperlihatkan bahwa, diantara 38 negara peserta,
prestasi siswa SLTP kelas 2 Indonesia berada pada urutan ke-32
untuk IPA, ke-34 untuk Matematika. Dalam dunia pendidikan tinggi
menurut majalah Asia Week dari 77 universitas yang disurvai di asia
pasifik ternyata 4 universitas terbaik di Indonesia hanya mampu
menempati peringkat ke-61, ke-68, ke-73 dan ke-75.
2.6.5Kurangnya Pemerataan Kesempatan PendidikanPelaksanaan
pendidikan yang merata adalah pelaksanaan program pendidikan yang
dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga
negara Indonesia untuk dapat memperoleh pendidikan. Pemerataan dan
perluasan pendidikan atau biasa disebut perluasan kesempatan
belajar merupakan salah satu sasaran dalam pelaksanaan pembangunan
nasional. Hal ini dimaksudkan agar setiap orang mempunyai
kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan. Kesempatan
memperoleh pendidikan tersebut tidak dapat dibedakan menurut jenis
kelamin, status sosial, agama, maupun letak lokasi
geografis.Permasalahan Pemerataan dapat terjadi karena kurang
tergorganisirnya koordinasi antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah, bahkan hingga daerah terpencil sekalipun. Hal
ini menyebabkan terputusnya komunikasi antara pemerintah pusat
dengan daerah. Selain itu masalah pemerataan pendidikan juga
terjadi karena kurang berdayanya suatu lembaga pendidikan untuk
melakukan proses pendidikan, hal ini bisa saja terjadi jika kontrol
pendidikan yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah tidak
menjangkau daerah-daerah terpencil. Jadi hal ini akan mengakibatkan
mayoritas penduduk Indonesia yang dalam usia sekolah, tidak dapat
mengenyam pelaksanaan pendidikan sebagaimana yang
diharapkan.Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada
tingkat Sekolah Dasar. Data Balitbang Departemen Pendidikan
Nasional dan Direktorat Jenderal Binbaga Departemen Agama tahun
2000 menunjukan Angka Partisipasi Murni (APM) untuk anak usia SD
pada tahun 1999 mencapai 94,4% (28,3 juta siswa). Pencapaian APM
ini termasuk kategori tinggi. Angka Partisipasi Murni Pendidikan di
SLTP masih rendah yaitu 54, 8% (9,4 juta siswa). Sementara itu
layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan
pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat
pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena
itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang
tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.
2.6.6Rendahnya Relevansi Pendidikan dengan KebutuhanRendahnya
relevansi pendidikan dengan kebutuhan dapat dilihat dari banyaknya
lulusan yang menganggur. Data BAPPENAS (1996) yang dikumpulkan
sejak tahun 1990 menunjukan angka pengangguran terbuka yang
dihadapi oleh lulusan SMU sebesar 25,47%, Diploma/S0 sebesar 27,5%
dan PT sebesar 36,6%, sedangkan pada periode yang sama pertumbuhan
kesempatan kerja cukup tinggi untuk masing-masing tingkat
pendidikan yaitu 13,4%, 14,21%, dan 15,07%. Menurut data Balitbang
Depdiknas 1999, setiap tahunnya sekitar 3 juta anak putus sekolah
dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah
ketenagakerjaan tersendiri. Adanya ketidakserasian antara hasil
pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang
materinya kurang funsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan
ketika peserta didik memasuki dunia kerja.
2.6.7Mahalnya Biaya PendidikanPendidikan bermutu itu mahal.
Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang
harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan.
Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga
Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki
pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh
sekolah.Keterkaitan kemiskinan dengan pendidikan sangat besar
karena pendidikan memberikan kemampuan untuk berkembang lewat
penguasaan ilmu dan keterampilan. Pada umumnya, permasalahan
mengenai pendidikan dan kemiskinan di negara berkembang hampir
serupa. Umumnya, negara-negara ini menghadapi dilema yaitu apakah
pertumbuhan ekonomi yang lebih dahulu dipacu ataukah pendidikan
yang lebih baik. Persoalan ini sukar dijawab, sehingga ia lebih
merupakan sebuah lingkaran setan (vicious circle). Kemiskinan telah
menjadi sebuah fenomena yang tidak dapat dihindari di Indonesia.
Semenjak beberapa tahun yang lalu, angka kemiskinan terus
menggunung dari total 22.5 juta orang tergolong miskin pada tahun
1996 menjadi 49.5 juta pada tahun 1998. Akibatnya berdampak
terhadap pendidikan karena banyak orang tua yang tidak lagi mampu
membiayai anaknya ke sekolah.Sumber tahun 1978 misalnya menyebutkan
bahwa dari 58.458.893 penduduk usia sekolah, hanya 24.076.348 orang
yang dapat menikmati pendidikan, sisanya terpaksa tidak
sekolah,drop-out, atau mencari pekerjaan untuk menyambung hidup
mereka. Kenyataan ini menunjukkan bahwa dalam lingkungan sosial
yang miskin tingkat pendidikan yang mampu diraih sangat rendah.
2.6.8Tingginya Tingkat Pengangguran di IndonesiaKeterbatasan
pemerintah untuk menciptakan lapangan kerja sektor formal merupakan
salah satu penyebab tenaga kerja banyak bekerja di sektor informal.
Oleh karena itu, ajang seperti job fair maupun penyelenggaraan
bursa kerja online itu diharapkan dapat mempertemukan antara pihak
yang memerlukan tenaga kerja atau perusahaan, dengan pihak pencari
kerja.Setiap penganggur diupayakan memiliki pekerjaan yang banyak
bagi kemanusiaan artinya produktif dan remuneratif sesuai Pasal 27
Ayat 2 UUD 1945 dengan partisipasi semua masyarakat
Indonesia.Pemerintah menargetkan tingkat pengangguran pada 2013
berada di kisaran 5,8 - 6,1 persen, atau lebih rendah dibanding
tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada Februari 2012, yang
mencapai 6,32 persen atau 7,61 juta orang. Menteri Koperasi dan
UKM, Syarief Hasan, mengatakan, angka pengangguran akan terus turun
salah satunya berkat adanya Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan
berkembangnya koperasi.Beliau mengatakan, pada 2013 tercipta 2,5 -
2,7 juta angkatan kerja baru sehingga jumlah pengangguran
diharapkan turun menjadi 7,2 - 7,4 juta orang berdasarkan data BPS
tahun 2012.Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada Februari
2012, jumlah angkatan kerja di Indonesia mencapai 120,4 juta orang,
bertambah sekitar 3 juta orang dibanding angkatan kerja Agustus
2011 sebesar 117,4. Beliau optimistis target itu dapat tercapai
meskipun beberapa negara Eropa sedang mengalami krisis ekonomi
karena Indonesia tidak terpengaruh oleh krisis tersebut.Selain itu,
adanya perubahan tren dari pekerjaan di sektor informal menjadi
sektor formal di pasar kerja juga dinilai sebagai salah satu faktor
pendukung bagi penurunan jumlah pengangguran di Indonesia.
Pemerintah berambisi menekan tingkat pengangguran dari sekitar
5,92% menjadi 5,6%--5,8% pada 2014. Menteri Perencanaan
Pembangunan/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana mengatakan
pemerintah berambisi terus memangkas tingkat pengangguran.Di tengah
perlambantan pertumbuhan ekonomi, target tingkat pengangguran pada
2014 ditetapkan 5,6%--5,8%. Target tersebut lebih rendah dari
tingkat pengangguran berdasarkan survei terakhir BPS pada Agustus
2013 yang sebesar 5,92%.
2.7Solusi Pendidikan di IndonesiaMasalah-masalah pendidikan di
Indonesia, seperti rendahnya kualitas sarana fisik, rendahnya
kualitas guru, dan lain-lain seperti yang telah dijelaskan diatas,
secara garis besar ada dua solusi yaitu: Solusi sistemik, yakni
solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan
sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat
berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan
di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi
kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain
meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik,
termasuk pendanaan pendidikan. Solusi teknis, yakni solusi yang
menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan.
Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan
prestasi siswa. Solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan
kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem
pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi
solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan
membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi,
dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru.
Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan
meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan
alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.Maka
dengan adanya solusi-solusi tersebut diharapkan pendidikan di
Indonesia dapat bangkit dari keterpurukannya, sehingga dapat
menciptakan generasi-generasi baru yang berSDM tinggi,
berkepribadian pancasila dan bermartabat.
BAB IIIPEMBAHASAN
Pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh
orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya
dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya
sendiri tidak dengan bantuan orang lain.Pendidikan secara nyata
memiliki fungsi, yaitu untuk mengurangi kontrol orang tua, hanging
sistem kelas social, serta menjaga kehidupan remaja. Pendidikan
biasanya dimulai ketika bayi lahir, dan hal itu terjadi terus
menerus dalam kehidupan yang panjang. Pendidikan dibagi menjadi
dua, yaitu Pendidikan Formal dan Pendidikan Non Formal.Perkembangan
Pendidikan di Indonesia, bangsa Indonesia yang sedang mengalami
krisis dalam banyak hal. Perbaikannya harus dimulai dari dunia
pendidikan. Mencerdaskan kehidupan bangsa bukan hanya diaplikasikan
untuk memberantas buta huruf tapi lebih ke dalam adalah memberantas
buta hati dan buta moral.Masalah pendidikan yang terjadi di
Indonesia, diantaranya :A. Rendahnya Kualitas Sarana FisikB.
Rendahnya Kualitas GuruC. Rendahnya Kesejahteraan GuruD. Rendahnya
Prestasi SiswaE. Kurangnya Pemerataan Kesempatan PendidikanF.
Rendahnya Relevansi Pendidikan dengan KebutuhanG. Mahalnya Biaya
PendidikanH. Tingginya Tingkat Pengangguran di IndonesiaI. Solusi
Pendidikan di Indonesia
BAB IVSIMPULAN DAN SARAN4.1SimpulanPendidikan adalah cara
mendidik manusia dalam sikap dan tata laku sebagai usaha
mendewasakan manusia.Fungsi pendidikan secara khusus adalah untuk
mengurangi control orangtua, hanging system kelas social, dan
menjaga kehidupan remaja.Filosofi pendidikan, menurut Harton dan
Hunt, departemen pendidikan memiliki keterkaitan dengan beberapa
fungsi nyata, yaitu mempersiapkan anggota, meningkatkan kemampuan
seseorang, merawat budaya, dan membangun keterampilan.Pendidikan
dibagi menjadi dua, yaitu pendidikan formal dan pendidikan non
formal.Perkembangan pendidikan di Indonesia pada masa sekarang
mengalami krisis multidimensi karena mencerdaskan kehidupan bangsa
bukan hanya diaplikasikan untuk memberantas buta hati dan buta
moral.Masalah pendidikan di Indonesia sangatlah banyak, beberapa
diantaranya yaitu rendahnya kualitas sarana fisik, rendahnya
kualitas guru, rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya prestasi
siswa, kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan, rendahnya
relevansi pendidikan dengan kebutuhan, mahalnya biaya pendidikan,
serta tingginya tingkat pengangguran di Indonesia.Solusi pendidikan
di Indonesia bisa dilakukan dengan solusi sistematik dan solusi
teknis yang dapat menciptakan generasi-generasi baru yang
bersumberdaya manusia tinggi, berkepribadian pancasila, dan
bermartabat.
4.2SaranProgram pendidikan di Indonesia sudah sangat baik, namun
dalam pelaksanaannya masih kurang maksimal. Hal itu disebakan
karena kurangnya pengawasan dalam pelaksanaannya sehingga banyak
oknum yang memanfaatkan keadaan tersebut untuk kepentingan pribadi.
Demi mengurangi permasalahan tersebut, maka akan lebih baik jika
pengawasannya lebih diperketat.
DAFTAR PUSTAKAAlexa. Pengertian Pendidikan. [Online]. Tersedia:
http://www.gaptek.info/pengertian-pendidikan.html. [Diakses
September 2013].Alhumami, Amich. Pendidikan dan Pembangunan
Ekonomi. [Online]. Tersedia:
http://www.duniaesai.com/index.php?option=com_content&view=article&id=242:pendidikan-dan-pembangunan-ekonomi&catid=44:pendidikan&Itemid=93.
[Diakses September 2013].Aripianto. Pendidikan Dibawah Bendera
Reformasi. [Online]. Tersedia:
http://www.lensaindonesia.com/2013/02/03/pendidikan-dibawah-bendera-reformasi.html.
[Diakses September 2013].Denpasar, ISI. Kemiskinan dan Pendidikan
Berkorelasi. [Online]. Tersedia:
http://www.isi-dps.ac.id/berita/kemiskinan-dan-pendidikan-berkorelasi.
[Diakses September 2013].Dikson. Eratnya Hubungan Kemiskinan Dengan
Pendidikan. [Online]. Tersedia:
http://iqoreq.blogspot.com/2007/11/eratnya-hubungan-kemiskinan-dengan.html.
[Diakses September 2013].Fuadi, Kamal. Pendidikan danKemiskinan.
[Online]. Tersedia:
http://fuadinotkamal.wordpress.com/2009/05/13/pendidikan-dan-kemiskinan/.
[Diakses September 2013]Haryanto. Pengertian Pendidikan Menurut
Ahli. [Online]. Tersedia:
http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/.
[Diakses September 2013]Iskandar, Muhaimin. Prediksi Angka
Pengangguran Tahun 2013 Turun 5,8%. [Online]. Tersedia:
http://www.suarapembaruan.com/home/prediksi-angka-pengangguran-tahun-2013-turun-58/21547.
[Diakses September 2013]Kompasiana. Fakta Pendidikan dalam Acuan
untuk Dunia Kerja. [Online]. Tersedia:
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/03/11/fakta-pendidikan-dalam-acuan-untuk-dunia-kerja-535981.html.
[Diakses September 2013]Pusdatin. APBNP 2013: Anggaran Pendidikan
Naik Jadi Rp 345,335 Triliun. [Online]. Tersedia:
http://www.setkab.go.id/berita-9235-apbnp-2013-anggaran-pendidikan-naik-jadi-rp-345335-triliun.html.
[Diakses September 2013]Rizky, Hardy. PENYEBAB TINGGINYA ANGKA
PENGANGGURAN DI INDONESIA. [Online]. Tersedia:
http://heavenoflight.blogspot.com/2013/05/penyebab-tingginya-angka-pengangguran.html.
[Diakses September 2013]Sawali. Pendidikan Pasca-Reformasi.
[Online]. Tersedia:
http://www.ispi.or.id/2012/09/12/pendidikan-pasca-reformasi-quo-vadis/.
[Diakses September 2013]Stuart, John. Upaya Memajukan dan
Mencerdaskan Kehidupan Bangsa. [Online]. Tersedia:
http://www.mediakerincinews.com/2013/01/pendidikan-nasional-upaya-memajukan-dan.html.
[Diakses September 2013]Zuraya, Nidia. Jumlah Pengangguran di
Indonesia Berpotensi Meningkat. [Online]. Tersedia:
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/13/08/15/mrkhd2-jumlah-pengangguran-di-indonesia-berpotensi-meningkat.
[Diakses September 2013]
LAMPIRAN
Pertanyaan1. Ririn (kelompok 3)Mengapa di sekolah-sekolah masih
banyak pungutan liar, sementara sudah ada distribusi dari
pemerintah (dana BOS)?Jawaban :Untuk BOS setiap sekolah
mendapatkannya, APBN 20% per daerah. Untuk BOS SMP per orang
400rb-600rb, untuk SMA per orang 700rb. BOS memberikan kepada yang
tidak mampu dahulu, sedangkan untuk pungutan liar karena ini juga
untuk melengkapi sarana dan prasarana yang lebih baik. (Citra)
2. Haifanisa (kelompok 2)Bagaimana arti pendidikan dan apa
tujuan pendidikan formal & non formal?Jawaban:Pendidikan
memiliki arti untuk pembentukan karakter, proses pengasahan otak
untuk kemajuan negeri ini. (Ariska)Pendidikan formal dan non formal
adalah dua aspek penting, pendidikan formal berupa materi akademik
yang biasa didapat dari bangku sekolah dan pendidikan non formal
berupa organisasi di masyarakat atau ekstrakulikuler. Ini semua
untuk membudayai yang kita punyai. (Ahmad)Selain berprestasi di
bidang akademik, kita juga harus bisa meraih prestasi dalam non
formal. (Annisa P.)
3. Yunanda (kelompok 4)Bagaimana jika anggaran pendidikan
dinaikkan agar kualitas pendidikan bisa meningkat?Jawaban:Anggaran
pendidikan hampir setiap tahun nilainya bertambah, tetapi dalam
aplikasinya masih tidak efektif. Penyaluran anggaran masih dalam
pengawasan yang kurang ketat, sehingga akan lebih baik jika
pengawasannya yang diperketat sehingga anggaran tersebut dapat
digunakan dengan baik secara maksimal. (Anisa K.)Tambahan: Apabila
APBN dinaikkan, bidang lain bisa merosot ataupun menurun. (Syara,
kelompok )Setiap pemerintah sudah memperkirakan untuk anggaran.
(Citra)Untuk ke daerah atau sekolah untuk perbaikan sarana dan
prasarana, bukan kewajiban pemerintah saja, tetapi masyarakat
khususnya mahasiswa yang memiliki kewajiba untuk melakukan Tri
Dharma Perguruan Tinggi. (M. Badai)Sanggahan:Apakah sekolah swasta
diberikan dana bantuan oleh pemerintah? (Yudha, kelompok
4)Jawaban:Pemerintah memberikan dana, biasanya untuk siswa yang
kurang mampu (Aprilia)Jadi, untuk negeri 50% dari pemerintah dan
swasta tidak sepenuhnya diberi bantuan dari pemerintah karena untuk
keperluan sekolahnya sendiri yang bukan termasuk dalam kewajiban
pemerintah. (Citra)Bantuan tidak diberikan langsung untuk SPP tapi
mdalam bentuk uang. (Aprilia)
19