BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangSeiring berjalannya waktu, proses penuaan
memang tidak bisa dihindarkan. Keinginan semua orang adalah
bagaimana agar tetap tegar dalam menjalani hari tua yang
berkualitas dan penuh makna. Hal ini dapat dipertimbangkan
mengingat usia harapan hidup penduduk yang semakin meningkat.
Menjadi tua adalah suatu proses naturnal dan kadang-kadang tidak
tampak mencolok. Penuaan akan terjadi pada semua sistem tubuh
manusia dan tidak semua sistem akan mengalami kemunduran pada waktu
yang sama. Meskipun proses menjadi tua merupakan gambaran yang
universal, tidak seorangpun mengetahui dengan pasti penyebab
penuaan atau mengapa manusia menjadi tua pada saat usia yang
berbeda-beda.Banyaknya orang usia lanjut mempunyai akibat terahdap
berbagai bidang selain medis misalny sosial ekonomis pilitik dan
agama. Usia tua berbeda beda ukuranya di berbagai negara mulai dari
usia 57,60,62,65, dan 70 atau dasawarsa 60-70 tahun Sekarang ada
berpuluh-puluh juta orang tua dan makin banyak keluarga 4 generasi
orang-orang tua menderita bnayak penyakit sekaligus sedangkan
tiap-tiap penyakit melibatkan berbagai organ dan sistem. Dibawah 29
tahun biasanya orang menderita satu pennyakit, antara 30-49 tahun
2-3 penyakit, diatas 50 tahun 46 penyakit dan diatas 70 tahun 69
penyakit. Sebaliknya unimorbilitas dikalangan usia lanjut hanya 5,8
% padahal di kalangan muda 47 % (Hardywinoto, 2005). Ada beberapa
kompleks kejadian yang perlu diperhatikan oleh orang tua yaitu
kardiovaskuler, respiratory, cerebrovaskuler, neuroendokrin,
muskuloskeletal, neoplastis seperti mamma, prostat, uterus,
paru-paru, urogenetal, psikosomatis, imunologi.
Menua bukanlah suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari
suatu proses kehidupan dengan berkurangnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun
demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang
sering menghinggapi kaum lanjut usia dengan penurunan kualitas
hidup sehingga status lansia dalam kondisi sehat atau sakit.
B. Rumusan Masalah1. Bagaimana fenomena demografi di
Indonesia?2. Bagaimana fenomena bio-psico-sosio-spiritual dan
penyakit lansia di Indonesia?3. Apa saja penyakit yang sering
dialami lansia?4. Apa saja masalah kesehatan yang terjadi pada
lansia?5. Bagaimana upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia?6.
Bagaimana Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan
Lansia?
C. Tujuan Penulisan1. Untuk mengetahui fenomena demografi 2.
Untuk mengetahui fenomena bio-psico-sosio-spiritual dan
karakteristik penyakit lansia3. Untuk mengetahui penyakit pada
lansia4. Untuk mengetahui masalah kesehatan gerontik5. Untuk
mengetahui Upaya Pelayanan Kesehatan terhadap Lansia6. Untuk
mengetahui Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan
Lansia
BAB IIISI
A. Fenomena Demografi Secara demografi berdasarkan sensus
penduduk tahun 1971, jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas
sebesar 5,3 juta (4,5%) dari jumlah penduduk di Indonesia.
Selanjutnya pada tahun 1980, jumlah ini meningkat menjadi 11,3 juta
(6,4%). Pada tahun 2000 diperkirakan meningkat sekitar 15,3 juta
(7,4%) dari jumlah penduduk, dan pada tahun 2005 jumlah ini
diperkirakan meningkat menjadi 18,3 juta (8,5%). Dan pada tahun
2005-2010, jumlah lanjut usia akan sama dengan jumlah balita, yang
sekitar 19,3 juta (9,0%) dari jumlah penduduk. Bahkan pada tahun
2020-2025, Indonesia akan menduduki peringkat negara dan struktur
dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC (Republik Rakyat
China), India, Amerika Serikat dengan umur harapan hidup diatas 70
tahun. Dan menurut Biro Pusat Statistik, pada tahun 2005 di
Indonesia terdapat 18.238.107 penduduk lansia. Jumlah ini akan
meningkat hingga 33 juta orang lansia 12% dari total penduduk
(Wahjudi, 2008).
Perkembangan lanjut usia di IndonesiaTAHUNUMUR HARAPAN
HIDUPJUMLAH USILA (JUTA)
198052,27,998 (5,45%)
199059,811.277 (6,29%)
200064,514,440 (7,18%)
201070,623,993 (9,77%)
20147228,823 (11,34%)
Sumber : BPS
B. Fenomena Bio-Psico-Sosio-Spiritual Lansia Menurut Maryam dkk
(2011) fenomena Bio-psico-sosio-spiritual lansia yaitu1. Penurunan
fisika. Sel : Jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh
menurun dan cairan intra seluler menurun.b. Kardiovaskuler: Kantup
Jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah menurun
(menurunnya kontraksi dan volume), elastisitas pembuluh darah
menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
sehingga tekanan darah meningkat.c. Respirasi : Otot-otot
pernafasan kekuatannya menurun dan kaku, elastisitas paru menurun,
kapasitas residu meningkat sehingga menarik nafas lebih berat,
alveoli melebar dan jumlahnnya menurun, kemampuan batuk menurun,
serta terjadi penyempitan pada bronkus.d. Persyarafan : Saraf panca
indera mengecil, sehingga fungsinya menurun serta lambat dalam
merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan
stres. Berkurang atau hilangnya lapisan myalin akson, sehingga
menyebabkan berkurangnya respon motorik dan reflek.e.
Muskuloskeletal : Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh
(osteoporosis), bungkuk (kifosis), persendian membesar dan menjadi
kaku (atrofi otot), kram, tremor, tendon mengerut, dan mengalami
sklerosis.f. Gastrointestinal : Esofagus melebar, asam lambung
menurun, lapar menurun, peristaltik menurun sehiingga daya absorpsi
juga menurun. Ukuran lambung mengecil serta fungsi organ aksesori
menurun sehingga menyebabkan berkurangnya produksi hormon dan enzim
pencernaan.g. Genitourinaria : Ginjal mengecil, aliran darah ke
ginjal menurun, penyaringan glomerulus menurun, dan fungsi tubulus
menurun sehingga kemampuan mengonsentrasi urine ikut menurun.h.
Vesika urinaria : Otot-otot melemah, kapasitas menurun, dan retensi
urin. Prostat hipertrofi pada 70% lansia.i. Vagina : Selaput lendir
mengering dan sekresi menurun.j. Pendengaran : Membran timpani
atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran. Tulang-tulang
pendengaran mengalami kekakuan.k. Penglihatan : respon terhadap
sinar menurun, adaptesi terhadap gelap menurun, akomodasi menurun,
lapang pandang menurun, dan katarak.l. Endokrin : Produksi hormon
menurunm. Kulit : Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis.
Rambut dalam hidung dan telinga menebal. Elastisitas menurun,
vaskularisasi menurun, rambut memutis (uban), kelenjar keringat
menurun, kuku keras dan rapuh, serta kuku kaki tumbuh berlebihan
seperti tanduk.2. Perubahan PsikologisPerubahan psikologis pada
lansia meliputi short term memory, frustasi, kesepian, takut
kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan
keinginan, depresi, dan kecemasan. Dalam psikologi perkembangan,
lansia dan perubahan dialaminya akibat proses
penuaan.Masalah-masalah umum yang sering dialami oleh lansia:a.
Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga bergantung pada orang
lain.b. Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup beralasan
untuk melaksanakan berbagai perubahan besar dalam pola hidupnya.c.
Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status
ekonomi dan kondisi fisik.d. Mencari teman baru untuk menggantikan
suami atau istri yang telah meninggal atau pergi jauh dan atau
cacat.e. Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang yang
semakin bertambah.f. Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah
besar sebagai orang dewasa.g. Mulai terlibat dalam kegiatan
masyarakat yang secara khusus direncanakan untuk orang dewasa.h.
Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai untuk lansia
dan memiliki kemauan untuk mengganti kegiatan lama yang berat
dengan yang lebih cocok.i. Menjadi sasaran atau dimanfaatkan oleh
para penjual obat, buaya darat, dan kriminalitas karena mereka
tidak sanggup lagi untuk mempertahankan diri.3. Perubahan Sosiala.
Peran: Post power syndrome, single women dan single parent.b.
Keluarga : Kesendirian, kehampaan.c. Teman : Ketika lansia lainnya
meninggal, maka muncul perasaan kapan akan meninggal atau sadar
akan kematian.d. Abuse : Kekerasan berbentuk verbal dan non verbal
e. Masalah hukum : Berkaitan dengan perlindungan aset dan kekayaan
pribadi yang dikumpulkan sejak masih muda.f. Pensiun: Kalau menjadi
PNS akan ada tabungan (dana pensiun). Kalau tidak, anak dan cucu
yang akan memberi uang.g. Ekonomi : Kesempatan untuk mendapatkan
pekerjaan yang cocok bagi lansia dan income security.h. Rekreasi :
Untuk ketenangan batin.i. Keamanan : Jatuh, terpeleset.j.
Transportasi : Kebutuhan akan sistem transportasi yang sesuai
dengan lansia.k. Politik : Kesempatan yang sama untuk terlibat dan
memberikan masukan dalam sistem politik yang berlaku.l. Pendidikan
: Berkaitan dengan pengentasan buta aksara dan kesempatan untuk
tetap belajar sesuai dengan hak asasi manusia.m. Panti jompo :
Merasa dibuang atau diasingkan.4. Perubahan SpiritualPada lansia
agama atau kepercayaan makin terintograsi dalam kehidupannya
(Maslow, 1970). Menurut Murray dan Zenter (1987) lansia makin matur
dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berfikir dan
bertindak dalam kehidupan sehari-hari.Faktor yang menyebabkan matur
dalam kehidupan agamannya adalah kesadaran bahwa semakin mendekati
kematian, ingin mengumpulkan bekal/pahala untuk alam selanjutnya
dan menghadapi kematian dengan tenang.Karakteristik Penyakit pada
Lansia:1. Penyakit sering multiple,yaitu saling berhubungan satu
sama lain.2. Penyakit bersifat degeneratif yang sering menimbulkan
kecacatan.3. Gejala sering tidak jelas dan berkembang secara
perlahan.4. Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial.5.
Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut.6. Sering terjadi
penyakit iatrogenik.
C. Penyakit Yang Sering Terjadi Pada Lansia Penyakit yang sering
terjadi pada lansia antara lain:1. Osteo Artritis (OA)OA adalah
peradangan sendi yang terjadi akibat peristiwa mekanik dan biologik
yang mengakibatkan penipisan rawan sendi, tidak stabilnya sendi,
dan perkapuran. OA merupakan penyebab utama ketidakmandirian pada
usia lanjut, yang dipertinggi risikonya karena trauma, penggunaan
sendi berulang dan obesitas.2. OsteoporosisOsteoporosis merupakan
salah satu bentuk gangguan tulang dimana masa atau kepadatan tulang
berkurang. Terdapat dua jenis osteoporosis, tipe I merujuk pada
percepatan kehilangan tulang selama dua dekade pertama setelah
menopause, sedangkan tipe II adalah hilangnya masa tulang pada usia
lanjut karena terganggunya produksi vitamin D.3.
HipertensiHipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah
sistolik sama atau lebih tinggi dari 140 mmHg dan tekanan diastolik
lebih tinggi dari 90mmHg, yang terjadi karena menurunnya
elastisitas arteri pada proses menua. Bila tidak ditangani,
hipertensi dapat memicu terjadinya stroke, kerusakan pembuluh darah
(arteriosclerosis), serangan/gagal jantung, dan gagal ginjal.4.
Diabetes MellitusSekitar 50% dari lansia memiliki gangguan
intoleransi glukosa dimana gula darah masih tetap normal meskipun
dalam kondisi puasa. Kondisi ini dapat berkembang menjadi diabetes
melitus, dimana kadar gula darah sewaktu diatas atau sama dengan
200 mg/dl dan kadar glukosa darah saat puasa di atas 126 mg/dl.
Obesitas, pola makan yang buruk, kurang olah raga dan usia lanjut
mempertinggi risiko DM. Sebagai ilustrasi, sekitar 20% dari lansia
berusia 75 tahun menderita DM. Beberapa gejalanya adalah sering
haus dan lapar, banyak berkemih, mudah lelah, berat badan terus
berkurang, gatal-gatal, mati rasa, dan luka yang lambat sembuh.5.
DimensiaMerupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan kehilangan
fungsi intelektual dan daya ingat secara perlahan-lahan, sehingga
mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari. Alzheimer merupakan
jenis demensia yang paling sering terjadi pada usia lanjut. Adanya
riwayat keluarga, usia lanjut, penyakit vaskular/pembuluh darah
(hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi), trauma kepala merupakan
faktor risiko terjadinya demensia. Demensia juga kerap terjadi pada
wanita dan individu dengan pendidikan rendah.6. Penyakit jantung
koronerPenyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah
menuju jantung terganggu. Gejala umum yang terjadi adalah nyeri
dada, sesak napas, pingsan, hingga kebingungan.7. KankerKanker
merupakan sebuah keadaan dimana struktur dan fungsi sebuah sel
mengalami perubahan bahkan sampai merusak sel-sel lainnya yang
masih sehat. Sel yang berubah ini mengalami mutasi karena suatu
sebab sehingga ia tidak bisa lagi menjalankan fungsi normalnya.
Biasanya perubahan sel ini mengalami beberapa tahapan, mulai dari
yang ringan sampai berubah sama sekali dari keadaan awal (kanker).
Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit
jantung. Faktor resiko yang paling utama adalah usia. Dua pertiga
kasus kanker terjadi di atas usia 65 tahun. Mulai usia 40 tahun
resiko untuk timbul kanker meningkat.D. Masalah Kesehatan
GerontikMenurut Mubarak dkk (2009), terdapat beberapa tren dan isu
pada lansia, di antaranya :1. Masalah kehidupan sexualAdanya
anggapan bahwa semua ketertarikan seks pada lansia telah hilang
adalah mitos atau kesalahpahaman. Pada kenyataannya hubungan
seksual pada suami isri yang sudah menikah dapat berlanjut sampai
bertahun-tahun. Bahkan aktivitas ini dapat dilakukan pada saat
klien sakit atau mengalami ketidakmampuan dengan cara berimajinasi
atau menyesuaikan diri dengan pasangan masing-masing. Hal ini dapat
menjadi tanda bahwa maturitas dan kemesraan antara kedua pasangan
sepenuhnya normal. Ketertarikan terhadap hubungan intim dapat
terulang antara pasangan dalam membentuk ikatan fisik dan emosional
secara mendalam selama masih mampu melaksanakan.2. Perubahan
perilakuPada lansia sering dijumpai terjadinya perubahan perilaku
diantaranya: daya ingat menurun, pelupa, sering menarik diri, ada
kecendrungan penurunan merawat diri, timbulnya kecemasan karena
dirinya sudah tidak menarik lagi, lansia sering menyebabkan
sensitivitas emosional seseorang yang akhinya menjadi sumber banyak
masalah.3. Pembatasan fisikSemakin lanjut usia seseorang, mereka
akan mengalami kemunduran terutama dibidang kemampuan fisik yang
dapat mengakibatkan penurunan pada peranan peranan sosialnya. Hal
ini mengakibatkan pula timbulnya ganggun di dalam hal mencukupi
kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantunan yang
memerlukan bantuan orang lain.4. Kesehatan mentalSelain mengalami
kemunduran fisik lansia juga mengalami kemunduran mental. Semakin
lanjut seseorang, kesibukan soialnya akan semakin berkurang dan
dapat mengakibatkan berkurangnya intregrasi dengan
lingkungannya.Masalah kesehatan gerontik lainnya yaitu:1.
Palliative care.Pemberian obat pada lansia bersifat palliative care
adalah obat tersebut ditunjukan untuk mengurangi rasa sakit yang
dirasakan oleh lansia. Fenomena poli fermasi dapat menimbulkan
masalah, yaitu adanya interaksi obat dan efek samping obat. Sebagai
contoh klien dengan gagal jantung dan edema mungkin diobatai dengan
dioksin dan diuretika. Diuretik berfungsi untu mengurangi volume
darah dan salah satu efek sampingnya yaitu keracunan digosin. Klien
yang sama mungkin mengalami depresi sehingga diobati dengan
antidepresan. Dan efek samping inilah yang menyebaban ketidaknyaman
lansia.2. Pengunaan ObatMedikasi pada lansia memerlukan perhatian
yang khusus dan merupakan persoalan yang sering kali muncul
dimasyarakat atau rumah sakit. Persoalan utama dan terapi obat pada
lansia adalah terjadinya perubahan fisiologi pada lansia akibat
efek obat yang luas, termasuk efek samping obat tersebut (Watson,
1992). Dampak praktis dengan adanya perubahan usia ini adalah bahwa
obat dengan dosis yang lebih kecil cenderung diberikan untuk
lansia. Namun hal ini tetap bermasalah karena lansia sering kali
menderita bermacam-macam penyakit untuk diobati sehingga mereka
membutuhkan beberapa jenis obat. Persoalan yang dialami lansia
dalam pengobatan adalah :a. Bingungb. Lemah ingatanc. Penglihatan
berkurangd. Tidak bias memegange. Kurang memahami pentingnya
program tersebut untuk dipatuhi dan dijalankan
E. Upaya Pelayanan Kesehatan terhadap LansiaSecara umum
pelayanan kesehatan pada lansia dapat dibagi menjadi 2, yakni; 1.
Pelayanan kesehatan lansia berbasis rumah sakit (Hospital Based
Geriatric Service) 2. Pelayanan kesehatan lansia di masyarakat
(Community Based Geriatric Service). Jenis pelayanan kesehatan
terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan, yaitu promotif,
prevention, diagnosa dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan,
serta pemulihan.1. PromotifUpaya promotif merupakan tindakan secara
langsung dan tidak langsung untuk meningkatkan derajat kesehatan
dan mencegah penyakit. Merupakan proses advokasi kesehatan untuk
meningkatkan dukungan klien, tenaga profesional dan masyarakat
terhadap praktek kesehatan yang positif menjadi norma-norma
sosial.Upaya promotif dapat berupa kegiatan penyuluhan tentang: a.
Kesehatan dan pemeliharaan kebersihan diri. b. Makanan dengan menu
yang mengandungi gizi seimbang. c. Kesegaran jasmani yang dilakukan
secara teratur dan disesuaikan dengan kemampuan lansia agar tetap
merasa sehat dan segar. d. Pembinaan mental dalam meningkatkan
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. e. Membina ketrampilan agar
dapat mengembangkan kegemaran sesuai dengan kemampuan. f.
Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat.2. Preventif Upaya
preventif bukanlah menghindari atau pencegahan proses menjadi tua,
melainkan menghindarkan sejauh mungkin penyakit-penyakit yang dapat
timbul dan mengusahakan agar fungsi tubuh selama mungkin dapat
dipertahankan. Preventif mencakup pencegahan primer, sekunder dan
tersier. a. Pencegahan primer, ditujukan kepada lansia yang sehat,
mempunyai risiko akan tetapi belum menderita penyakit. Contohnya
program imunisasi, konseling, dukungan nutrisi, exercise, keamanan
di dalam dan sekitar rumah, menejemen stres.b. Pencegahan sekunder
meliputi pemeriksaan terhadap penderita tanpa gejala yang mengidap
faktor risiko. Upaya ini dilakukan sejak awal penyakit hingga awal
timbulnya gejala atau keluhan. Jenis pelayanan pencegahan sekunder:
kontrol hipertensi, deteksi dan pengobatan kanker, skrining :
pemeriksaan rektal, mamogram, papsmear, gigi, mulut.c. Pencegahan
tersier dilakukan sesudah gejala penyakit dan cacat. Jenis
pelayanan mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilisasi
rehabilitasi, medukung usaha untuk mempertahankan kemampuan anggota
badan yang masih berfungsi.3. Diagnosa dini dan
pengobatanDilaksanakan oleh lansia, keluarga, petugas professional,
dan petugas panti. Pengobatan dijalankan terhadap gangguan sistem,
mengurangi gejala yang terjadi dan mengatasi manifestasi klinik.
Kegiatan dilaksanakan di tingkat keluarga, fasilitas pelayanan
tingkat dasar, dan fasilitas pelayanan rujukan tingkat I dan
tingkat II4. Pembatasan kecacatanKecacatan adalah kesulitan dalam
mengfungsikan kerangka, otot dan system saraf. Pengolongan
kecacatan dapat berupa kecacatan sementara (dapat dikorelasi),
kecacatan mental (tak bisa dipulihkan, akan tetapi dapat
disupsitusikan dengan alat), kecacatan progresif (tak bisa pulih
dan tak bias disubstitusikan atau di ganti). Tahap ini untuk
membatasi cacat atau penyakit yang sudah terlanjur menyerang atau
menjangkiti seseorang. Langkah-langkah yang dilakukan adalah
pemeriksaan (assesment), identifikasi masalah (problem
identification), perencanaan (planning), pelaksanaan
(implementation), dan penilaian (evaluation). Contohnya kontrol ke
rumah sakit, dokter mengunjungi pasien untuk menanyakan atau
memeriksa keadaan pasien pasca pengobatan.5. PemulihanUpaya
mengembalikan fungsi organ yang telah menurun. Upaya rehabilitasi
dapat berupa kegiatan antara lain: a. Memberikan informasi,
pengetahuan dan pelayanan tentang penggunaan bebagai alat bantu
misalnya kaca mata, alat bantu dengar dan lain-lain agar lansia
tetap b. dapat membirakan karya dan tetap merasa berguna sesuai
kebutuhan dan kemampuan. c. Mengembalikan keprcayaan pada diri
sendiri dan memperkuat mental penderita. d. Pembinaan usia lanjut
dalam hal pemenuhan kebutuhan pribadi, aktifkan didalam maupun
diluar rumah. e. Nasihat cara hidup yang sesuai dengan penyakit
yang diderita. f. Perawatan fisioterapi. (Surbakti E, 1995)
F. Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan LansiaProgram
kesehatan masyarakat yang ada di puskesmas sasarannya adalah yang
didalamnya ada keluarga lansia. Perkembangan jumlah keluarga yang
terus menerus meningkat dan banyaknya keluarga yang berisiko
tentunya menurut perawat memberikan pelayanan pada keluarga secara
professional. Tuntutan ini tentunya membangun Indonesia Sehat 2010
yang salah satu strateginya adalah Jaminan Pemeliharan Kesehatan
Masyarakat (JPKM). Dengan strategi ini diharapkan lansia
mendapatkan yang baik dan perhatian yang selayaknyaKewajiban
pemerintah tersebut tertuang jelas di dalam Undang-Undang No.13
tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia. Pada pasal 5, dituliskan
delapan hak para lansia yang harus dipenuhi pemerintah berkaitan
dengan kesejahteraan sosialnya. Diantaranya mendapatkan
perlindungan social, bantuan social dan pelayanan kesehatan.Sebagai
wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada kelompok usia
lanjut ini, pemerintah telah mencanangkan pelayanan pada lansia
melalui beberapa jenjang. Pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat
adalah Posyandu lansia, pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar
adalah Puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah
Rumah Sakit.1. Posyandu LansiaPosyandu lansia adalah pos pelayanan
terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang
sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka
bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia merupakan
pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan
bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas
dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh
masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.a.
Sasaran posyandu lansiaMenurut Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia
Lanjut Bagi Petugas Kesehatan I Kebijaksanaan Program (Depkes RI,
2000), sasaran pelaksanaan pembinaan kelompok usia lanjut dibagi
menjadi dua antara lain:1) Sasaran langsung: Pra usia lanjut (pra
senilis) 45-59 thn Usia lanjut 60-69 thn Usia lanjut risiko tinggi:
usia lebih dari 70 thn atau usia lanjut berumur 60 thn atau lebih
dengan masalah kesehatan2) Sasaran tidak langsung: Keluarga dimana
usia lanjut berada Masyarakat di lingkungan usia lanjut Organisasi
sosial yg peduli Petugas kesehatanb. Bentuk pelayanan posyandu
lansia Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi
pemeriksaan Kesehatan fisik dan mental emosional yang dicatat dan
dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih
awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah
kesehatan yang dihadapi.Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan
kepada usia lanjut di Posyandu Lansia seperti: 1) Pemeriksaan
aktivitas kegiatan sehari-hari (activity of daily living) meliputi
kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan/minum, berjalan,
mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil
dan sebagainya.2) Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini
berhubungan dengan mental emosional dengan menggunakan pedoman
metode 2 (dua ) menit.3) Pemeriksaan status gizi melalui
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat
pada grafik indeks masa tubuh (IMT).4) Pengukuran tekanan darah
menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi
selama satu menit.5) Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist,
sahli atau cuprisulfat6) Pemeriksaan adanya gula dalam air seni
sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes mellitus)7)
Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai
deteksi awal adanya penyakit ginjal.8) Pelaksanaan rujukan ke
Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada
pemeriksaan butir 1 hingga 7 dan9) PenyuluhanKegiatan lain yang
dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat yaitu:1)
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) penyuluhan sebagai contoh menu
makanan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lansia serta
menggunakan bahan makanan yang berasal dari daerah tersebut;2)
Kegiatan olahraga antara lain senam lansia, gerak jalan santai dan
lain sebagainya untuk meningkatkan kebugaran (Depkes RI, 2003).2.
Posbindu Posbindu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh masyarakat
berdasarkan inisiatif dan kebutuhan masyarakat itu sendiri,
khususnya penduduk usia lanjut. Posbindu kependekan dari Pos
Pembinaan Terpadu, program ini berbeda dengan Posyandu, karena
Posbindu dikhususkan untuk pembinaan para orang tua baik yang akan
memasuki masa lansia maupun yang sudah memasuki lansia (Depkes,
2007).Tujuan diadakannya Posbindu adalah untuk meningkatkan derajat
kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia
dan berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan
eksistensinya dalam strata kemasyarakatan. Jadi dengan adanya
Posbindu diharapkan adanya kesadaran dari usia lanjut untuk membina
kesehatannya serta meningkatkan peran serta masyarakat termasuk
keluarganya dalam mengatasi kesehatan usia lanjut. Fungsi dan tugas
pokok Posbindu yaitu membina lansia supaya tetap bisa beraktivitas,
namun sesuai kondisi usianya agar tetap sehat, produktif dan
mandiri selama mungkin serta melakukan upaya rujukan bagi yang
membutuhkan (Depkes, 2007).Tujuan pokok dari pelayanan Posbindu
adalah :a. Memperlambat angka kematian kelompok masyarakat lansia
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan kelompok masyarakat lansiac.
Meningkatkan kemampuan kelompok masyarakat lansia untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan dari kegiatan-kegiatan lain yang
menunjang kemampuan hidup sehat.d. Pendekatan dan pemerataan
pelayan kesehatan pada kelompok masyarakat lansia dalam usa
meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan pada penduduk berdasarkan
letak geografise. Meningkatkan pembinaan dan bimbingan peran serta
kelompok masyarakat lansia dalam rangka alih teknologi untuk
swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakatJenis pelayanan kesehatan
yang dapat diberikan kepada usia lanjut dikelompok sebagai
berikut:a. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari (activity of
daily living) melipui kegiatan dasar dalam kehidupan seperti
makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur,
buang air besar/kecil dan sebagainyab. Pemeriksaan status mental.
Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional dengan
menggunakan pedoman 2 menitc. Pemeriksaan status gizi melalui
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat
pada grafik Indeks Masa Tubuh (IMT)d. Pengukuran tekanan darah
dengan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi
selama 1 menitb. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist atau
Sahlia. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal
adanya penyakit gula (diabetes mellitus)b. Pemeriksaan adanya
protein dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit
ginjalc. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan
atau ditemukan kelainand. Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun
di luar kelompok dalam rangka kunjungan rumah dan konseling
kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi
oleh individu dan atau kelompok usia lanjute. Kunjungan rumah oleh
kader disertai petugas bagi anggota kelompok usia lanjut yang tidak
datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat
(public health nursing).f. Pemberian Pemberian Makanan Tambahan
(PMT), penyuluhan contoh menu makanan dengan memperhatikan aspek
kesehatan dan gizi usia lanjut serta menggunakan bahan makanan yang
berasal dari daerah tersebutg. Kegiatan olah raga seperti senam
lansia, gerak jalan santai dan lain sebagainya untuk meningkatkan
kebugaran
BAB IIIPENUTUP
A. KesimpulanJumlah penduduk lansia di Indonesia tiap tahun
makin bertambah. Setiap lansia mengalami berbagai perubahan
diantaranya fenomena penurunan fisik lansia terjadi pada berbagai
organ. Perubahan psikologis yang sering dialami lansia yaitu
kesepian,takut menghadapi kematian, perubahan keinginan, depresi.
Sedangkan perubahan sosial pada lansia terjadi pada peran,
keluarga, teman, ekonomi, dll. Untuk aspek spiritual lansia semakin
matur dan diintregasikan dalam kehidupannyaKarakteristik penyakit
lansiayaitu penyakit multiple yang berhubungan, penyakit bersifat
degeneratif, gejala sering tidak jelas. Penyakit yang sering
diderita lansia diantaranya hipetrtensi, kurang gizi atau obesitas
, katarak, rheumatik.Masalah kesehatan yang terjadi pada lansia
meliputi masalah kehidupan sexual, perubahan prilaku, pembatasan
fisik, kesehatan mental, palliative care, pengunaan obat. Sedangkan
untuk upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya
kesehatan, yaitu promotif, prevention, diagnosa dini dan
pengobatan, pembatasan kecacatan, serta pemulihan.Program
pemerintah dalam meningkatkan kesehatan lansia terdapat beberapa
jenjang. Pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat adalah Posyandu
lansia, pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar adalah Puskesmas,
dan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit.
B. Saran1.Semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi yang pembaca,
terutama mahasiswa keperawatan2.Semoga dapat menjadi bahan acuan
pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan20