VI - 1 Final Report Review Desain Bendungan Logung 6.1. KETERSEDIAAN DATA Data hidrometeorologi yang tersedia di wilayah rencana bendungan Logung adalah sebagai berikut: Dalam data yang sudah ada pada Kecamatan Dawe Dalam Angka memiliki curah hujan sekitar 2.205 mm/tahun. Di sekitar lokasi rencana bendungan Logung terdapat 3 stasiun hujan, yaitu Sta. Gembong, Sta. Tanjung Rejo dan Sta. Rahtawu. Data hujan yang digunakan untuk analisis hidrologi berasal dari stasiun hujan : 1. Stasiun Hujan Gembong tahun pencatatan Th. 1970 – 2009 2. Stasiun Hujan Tanjung Rejo tahun pencatatan Th. 1970 – 2009 3. Stasiun Hujan Rahtawu tahun pencatatan Th. 1970 – 2009 Peta lokasi stasiun hujan yang berpengaruh pada DAS Logung disajikan pada Lampiran. Data iklim dari stasiun klimatologi Colo, Kabupaten Kudus meliputi data: temperatur, kelembaban udara, kecepatan angin dan penyinaran matahari. Untuk temperatur udara dilakukan penyesuaian akibat beda elevasi dengan persamaan sebagai berikut: T' = T ± 0.006 AH, di mana T adalah suhu di wilayah kerja, T suhu di stasiun terdekat, dan AH adalah beda ketinggian antara kedua lokasi. Data klimatologi dari stasiun Colo ditampilkan pada Lampiran. Pada kurang lebih 250 m di hulu rencana bendungan Logung terdapat pos pencatat muka air sungai otomatis (Automatic Water Level Recorded/AWLR) dengan tahun pencatatan 1990 - 2009. Data debit sungai Logung dari pencatatan AWLR terdapat pada lampiran.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
VI - 1
Final ReportReview Desain Bendungan Logung
6.1. KETERSEDIAAN DATA
Data hidrometeorologi yang tersedia di wilayah rencana bendungan Logung adalah sebagai berikut:
Dalam data yang sudah ada pada Kecamatan Dawe Dalam Angka memiliki curah hujan sekitar 2.205 mm/tahun. Di sekitar lokasi rencana bendungan Logung terdapat 3 stasiun hujan, yaitu Sta. Gembong, Sta. Tanjung Rejo dan Sta. Rahtawu.
Data hujan yang digunakan untuk analisis hidrologi berasal dari stasiun hujan :
1. Stasiun Hujan Gembong tahun pencatatan Th. 1970 – 2009
2. Stasiun Hujan Tanjung Rejo tahun pencatatan Th. 1970 – 2009
3. Stasiun Hujan Rahtawu tahun pencatatan Th. 1970 – 2009
Peta lokasi stasiun hujan yang berpengaruh pada DAS Logung disajikan pada Lampiran.
Data iklim dari stasiun klimatologi Colo, Kabupaten Kudus meliputi data: temperatur, kelembaban udara, kecepatan angin dan penyinaran matahari. Untuk temperatur udara dilakukan penyesuaian akibat beda elevasi dengan persamaan sebagai berikut:
T' = T ± 0.006 AH, di mana T adalah suhu di wilayah kerja, T suhu di stasiun terdekat, dan AH adalah beda ketinggian antara kedua lokasi. Data klimatologi dari stasiun Colo ditampilkan pada Lampiran.
Pada kurang lebih 250 m di hulu rencana bendungan Logung terdapat pos pencatat muka air sungai otomatis (Automatic Water Level Recorded/AWLR) dengan tahun pencatatan 1990 - 2009. Data debit sungai Logung dari pencatatan AWLR terdapat pada lampiran.
VI - 2
Final ReportReview Desain Bendungan Logung
Stasiun Hujan : Sta. Gembong 2, Sta. Tanjung Rejo, Sta. RahtawuDAS : Logung
Luas : 43,81 Km2
1 1970 108
2 1971 151
3 1972 118
4 1973 135
5 1974 129
6 1975 117
7 1976 121
8 1977 131
9 1978 82
10 1979 72
11 1980 91
12 1981 139
13 1982 81
14 1983 74
15 1984 113
16 1985 201
17 1986 103
18 1987 84
19 1988 100
20 1989 75
21 1990 84
22 1991 89
23 1992 63
24 1993 78
25 1994 75
26 1995 59
27 1996 76
28 1997 85
29 1998 98
30 1999 124
31 2000 67
32 2001 85
33 2002 74
34 2003 100
35 2004 128
36 2005 72
37 2006 112
38 2007 96
39 2008 162
40 2009 143
No Tahun Rmaks
Tabel 6.1.DATA HUJAN HARIAN MAKSIMUM (mm)
6.2. CURAH HUJAN RANCANGAN
Besarnya curah hujan rancangan dihitung dengan menggunakan data curah hujan harian maksimum. Data curah hujan rata-rata harian maksimum untuk stasiun curah hujan Gembong, Tanjungrejo dan Rahtawu diperlihatkan pada gambar grafik berikut.
VI - 3
Final ReportReview Desain Bendungan Logung
CURAH HUJAN RATA-RATA HARIAN MAKSIMUM DAS LOGUNG
0
50
100
150
200
250
1970
1971
1972
1973
1974
1975
1976
1977
1978
1979
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
TAHUN
CURA
H H
UJA
N (m
m)
Gambar 6.1. Grafik Curah Hujan Rata-Rata Harian Maksimum DAS Logung
6.2.1. Analisis Frekuensi
Besarnya hujan rencana dihitung dengan beberapa analisis frekuensi curah hujan, yaitu Gumbel, Pearson tipe III, Log Normal, dan Log Pearson Type III dengan persama umum sebagai berikut :
RT = + K x SX
Di mana:
RT = hujan rencana untuk periode ulang T tahun (mm)
= Curah hujan maksimum rerata (mm)
SX = Standar deviasi
K = Faktor frekuensi, dihitung berdasarkan metode masing-masing
A. Metode Gumbel
RT = + K x SX
K =
Di mana Sn dan Yn adalah dapat dilihat pada tabel yang disajikan dalam Lampiran, sedangkan Yt dihitung dengan persamaan :
Yt = -(0,834 + 2,303 Log )
B. Metode Pearson Type III
RT = + K x SX
Nilai K dapat dilihat pada tabel yang disajikan dalam Lampiran.
C. Metode Log Normal
Nilai K untuk Log Normal berdasarkan nilai Cv dapat dilihat pada tabel yang disajikan dalam Lampiran.
VI - 4
Final ReportReview Desain Bendungan Logung
D. Metode Log Pearson III
Nilai K berdasarkan nilai Cs untuk Log Pearson III dapat dilihat dalam tabel pada Lampiran.
6.2.2. Perhitungan Hujan Harian Maksimum Rancangan
Untuk menentukan kemungkinan terjadinya banjir maksimum (PMF = Probability Maximum Flood) digunakan analisis hujan maksimum rencana (PMP = Probability Maximum Precipitation) yang diperoleh dengan menggunakan metode Herschfield dengan rumus sebagai berikut :
PMP = + k x Sdev
Di mana :
= rata - rata curah hujan maksimum
k = koefisien Herschfield yang bergantung pada
Sdev = simpangan baku curah hujan maksimum
6.2.3. Analisis Reliabilitas
Untuk menentukan jenis sebaran yang akan digunakan untuk analisis selanjutnya dilakukan pengujian dengan Uji Chi (Chi test); di mana sebaran yang memiliki nilai chi terkecil akan digunakan untuk perhitungan selanjutnya. Rumus chi test adalah sebagai berikut :
Hasil perhitungan analisis frekuensi dan PMP dengan nilai Chi terkecil diperoleh dari distribusi Pearson Type III, disajikan pada Tabel 6.2. berikut ini.
Tabel 6.2. Curah Hujan Rancangan Metode Pearson Type III (mm)
T G G.S ln Xi + G.S Rt
2 -0,066 -0,0188 4,5696 96,4631
5 0,816 0,2319 4,8203 123,9342
10 1,317 0,3742 4,9626 142,8926
20 1,599 0,4542 5,0426 154,7904
25 1,880 0,5342 5,1226 167,6788
50 2,261 0,6425 5,2308 186,8485
100 2,615 0,7430 5,3314 206,6188
200 2,949 0,8379 5,4263 227,1862
1000 3,670 1,0428 5,6312 278,8342
6.3. EVAPOTRANSPIRASI
VI - 5
Final ReportReview Desain Bendungan Logung
Evapotranspirasi potensial bulanan dihitung dengan metode Penman (modifikasi FAO), untuk daerah genangan dan daerah pengaliran. Data klimatologi yang diperlukan adalah antara lain :
Temperatur udara,
Kelembaban relatif,
Penyinaran matahari,
Kecepatan angin, dan
Radiasi matahari.
Persamaan Penman modifikasi FAO, dirumuskan sebagai berikut :
ETo = [ W Rn + (l - w) - f(u) - (ea - ed) ]
Di mana :
ETo = evapotranspirasi tanaman, mm/hari
W = faktor temperatur
Rn = radiasi bersih, mm/hari
F(u) = faktor kecepatan angin
ea - ed = perbedaan antara tekanan uap air pada temperatur rata-rata dengan tekanan uap jenuh air, mbar
c = faktor perkiraan dari kondisi musim
Dengan :
W = / ( + )
Rn = Rns - Rnl
Rns = (1 - ) Rs
Rs = (0.29 + 0.59 n/N) Ra
Rnl = f . f (ed). f (n/N) Ra
ed = ea. Rh
ea = 7.01 x 1.062T
Nilai fungsi-fungsi :
f (u) = 0.27 ( 1 + u/100)
f (T) = 11.25 . 1.0133T
f (ed) = 0.38 - 0.044
f (n/N) = 0.1 + 0.9 n/N
Reduksi pengurangan temperatur karena ketinggian elevasi daerah pengaliran diambil menurut rumus:
T = (X - 0.006H) C
Di mana :
T = temperatur udara dari daerah yang dicari
X = temperatur udara stasiun yang ada
H = perbedaan tinggi elevasi
VI - 6
Final ReportReview Desain Bendungan Logung
Perhitungan evapotranspirasi Metode Penman selengkapnya ditampilkan pada Tabel 6.3.
Perhitungan Evaporasi Potensial Metode Penman
No Data & Perhitungan Unit J an Feb Maret April Mei J uni J uli Agust Sept Okt Nov Des1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Input Data
1 t Suhu Udara 0C 23,09 23,15 23,49 23,78 23,74 23,34 22,94 23,16 23,90 24,56 24,36 23,58
Dalam analisis debit andalan (low flow) besarnya debit dihitung dengan menggunakan model simulasi NRECA. Prinsip NRECA adalah memperkirakan besarnya debit aliran sungai akibat hujan yang jatuh dalam Catchment Area dengan mempertimbangkan kondisi tanah dan topografi catchment tersebut.
Dalam model NRECA terdapat 2 (dua) macam tampungan, yaitu tampungan kelengasan (moisture storage) dan tampungan air tanah (groundwater storage).
Tampungan kelengasan ditentukan oleh hujan dan evapotranspirasi aktual, sedangkan tampungan air tanah ditentukan oleh kelebihan kelengasan (excess moisture). Secara skematis, diagram dari model hujan-limpasan NRECA disajikan pada gambar berikut.
VI - 7
Final ReportReview Desain Bendungan Logung
Gambar 6.2. Struktur Model NRECA
Input yang diperlukan dari model hujan - lmpasan NRECA adalah sebagai berikut :
Hujan rata-rata dari suatu DPS (P)
Evapotranspirasi potensial DPS (PET)
Kapasitas tampungan kelengasan (NOM); dapat diperkirakan : NOM = 100 + 0,2 x hujan rata-rata tahunan di mana nilai c = 0,2 untuk DPS yang hujan turun sepanjang tahun dan c < 0,2 untuk DPS yang mempunyai tipe hujan musiman.
Persentasi limpasan yang keluar dari DPS di subsurface / infiltrasi (PSUB), dengan nilai berkisar antara 0,3 sampai dengan 0,9.
Persentasi limpasan tampungan air tanah menuju ke sungai (GWF) yang berkisar antara 0,2 sampai dengan 0,8
Nilai awal dari tampungan kelengasan tanah (SMSTOR)
Nilai awal dari tampungan air tanah (GWSTOR)
Faktor tanaman (Cf), bila data evapotranspirasi yang dimasukkan adalah evapotranspirasi standar (ETo), dimana PET = Cf x ETo
VI - 8
Final ReportReview Desain Bendungan Logung
Gambar 6.3. Diagram Alir Model NRECA
Perhitungan limpasan model NRECA dibagi menjadi 2 bagian, yaitu perhitungan limpasan langsung (direct runoff) dan air tanah yang menuju ke sungai (groundwater).
Urutan langkah perhitungan untuk limpasan bulanan adalah sebagai berikut:
Perhitungan hujan wilayah dan evapotrasnpirasi standar di DPS (P dan Eto)
Menentukan parameter model: NOM, PSUB, GWF, SMSTOR, dan GWSTOR yang akan digunakan dalam proses kalibrasi
Perhitungan angka tampungan tiap bulan (Storage Ratio) :
SR = SMSTOR/NOM
Di mana untuk bulan pertama SMSTOR = angka awal tampungan dan untuk bulan selanjutnya SMSTOR(n) = SMSTOR(n-1) + S(n-1).
S(n-1) adalah perubahan tampungan pada bulan sebelumnya.
Perhitungan angka perbandingan antara hujan dan evapotranspirasi potensial : R = P/PET
Perhitungan evapotranspirasi aktual (AET) dengan menggunakan rumus AET = k1 x PET, di mana k1 adalah koefisien evapotranspirasi yang bergantung pada nilai R dan SR dengan persamaan regresi sebagai berikut :
VI - 9
Final ReportReview Desain Bendungan Logung
K1 = P/PET (1 - 0,5 x Sr) + 0,5 x Sr, yakni bila R<1 dan Sr<2
K1 = 1 yakni bila P/PET > 1 atau Sr > 2
Menghitung ratio kelebihan kelengasan (exrat),
Untuk Sr _< 0, maka exrat = 0
Untuk Sr > 0, maka exrat = 0,5 x [ 1 + tanh(x)]
X = (Sr-1)/0,52
Tanh = [exp(x) - exp(-x)] / [exp(x) + exp(-x)]
Perhitungan kelebihan kelengasan (excm), perubahan tampungan (S) dan perkolasi (rech) dengan menggunakan rumus berikut:
Excm = exrat (P - AET)
S = P-AET - excm
Rech = PSUB x excm
Perhitungan angka awal dan akhir tampungan air tanah (BSG dan ESG): untuk bulan ke-l, BSG = GWSTOR, untuk bulan berikut BSG(n) = ESG(n-1) -GF(n-1)
ESG = rech + BSG
GF = limpasan air tanah (base flow)
Perhitungan limpasan, dibagi menjadi 2 bagian yaitu limpasan langsung (DRF) dan limpasan air tanah (GF) :
DRF = excm - rech
GF = GWF x ESG
Q = GF + DRF (mm) Q adalah total limpasan tiap bulan.
Debit Setengah Bulanan Hasil Analisis NRECA dapat diperiksa pada tabel 6.4. berikut ini.
September Oktober Nopember DesemberMei Juni Juli AgustusJanuari Pebruari Maret April
VI - 10
Final ReportReview Desain Bendungan Logung
6.4.2. Debit Andalan
Debit andalan sungai Logung dihitung berdasarkan data debit setengah bulanan yang disusun bendasarkan urutan atau ranking mulai dari urutan besar hingga kecil. Debit setengah bulanan yang diambil adalah hasil dari NRECA selama tahun pengamatan (1988 - 2009).
Data debit andalan 80 % terlampaui disajikan pada Tabel 6.5. sebagai berikut :
6.5.1. Perhitungan Debit Banjir dengan Metode Gama I
VI - 11
Final ReportReview Desain Bendungan Logung
Satuan hidrograf sintetik Gama I dibentuk oleh tiga komponen dasar yaitu waktu naik (TR), debit puncak (Qp) dan waktu dasar (TB) dengan uraian sebagai berikut.
Waktu Naik
TR = 0,43 + 1,0665 SIM + 1,2775
Dengan,
TR = waktu naik (jam)
L = panjang sungai (km)
SF = faktor sumber yaitu perbandingan antara jumlah panjang sungai tingkat 1 dengan jumlah panjang sungai semua tingkat
SIM = faktor simetri ditetapkan sebagai hasil kali antara faktor lebar (WF) dengan luas relatif DAS sebelah hulu (RUA)
WF = faktor lebar adalah perbandingan antara lebar DPS yang diukur dari titik di sungai yang berjarak ¾ L dan lebar DPS yang di-ukur dari titik yang berjarak ¼ L dari titik tempat pengukuran
Debit Puncak
Qp = 0,1836 A0,5886 JN0,2381TR-0,4008
Dengan,
TR = waktu naik (jam)
JN = jumlah pertemuan sungai
Waktu Dasar
TB = 27,4132 TR0,1457 S-0,0956 SN0,7344 RUA0,2574
Dengan,
TB = waktu dasar (jam)
S = landai sungai rata-rata
SN = frekuensi sumber yaitu perbandingan antara jumlah segmen sungai-sungai tingkat 1 dengan jumlah sungai semua tingkat
TR = waktu naik (jam)
RUA = luas DPS sebelah hulu (km2)
A
X
UWL
WU CAU
X – A 0,25 L
X – U 0,75 L
WF
RUA
VI - 12
Final ReportReview Desain Bendungan Logung
Sketsa Penetapan WF Sketsa Penetapan RUA
Gambar 6.5. Hidrograf Satuan Metode Gama I
Hujan efektif didapat dengan cara metode indeks yang dipengaruhi fungsi luas DPS dan frekuensi sumber SN dirumuskan sebagai berikut.
= 10,4903 – 3,589.10-6 A2 + 1,6985.10-13 (A/SN)4
Dengan,
= indeks (mm/jam)
A = luas DPS (km2)
SN = frekuensi sumber
Aliran dasar dapat didekati sebagai fungsi luas DPS dan kerapatan jaringan sungai yang dirumuskan sebagai berikut.
QB = 0,4751 A0,6444A D0,9430
Dengan,
QB = aliran dasar (m3/det)
A = luas DPS (km2)
D = kerapatan jaringan sungai (km/km2)
Waktu konsentrasi atau lama hujan terpusat dirumuskan sebagai berikut.
t = 0,1 L0,9 i-0, 3
Dengan,
t = waktu konsentrasi / lama hujan terpusat (jam)
L = panjang sungai (km)
i = kemiringan sungai rata-rata
6.5.2. Perhitungan Debit Banjir dengan Metode Rasional
Metode perhitungan ini dapat diperkirakan dengan menggunakan Metode Rasional dengan urutan sebagai berikut.
Data berupa hujan harian maksimum tahunan yang dirata-ratakan (Rm) dan hari hujan badai (M) yang lebih besar dari 10 mm per hari.
Waktu yang dibutuhkan oleh limpasan untuk melalui jarak terjauh di daerah tadah hujan yaitu di suatu titik di hulu sampai ke titik tinjau paling akhir. Kondisi ini dihitung dengan menggunakan rumus Kirpich dan Giandotti sebagai berikut.
TR
Qp
TB
Q
(m3/det)
t (jam)
VI - 13
Final ReportReview Desain Bendungan Logung
Rumus Kirpich
tc = 0,945
Dimana,
tc = waktu konsentrasi (jam)
L = panjang sungai utama (km)
D = perbedaan tinggi lokasi dengan titik tertinggi daerah tadah hujan (m)
Rumus Giandotti
tc =
Dimana,
tc = waktu konsentrasi (jam)
A = luas daerah tadah hujan (ha)
L = panjang sungai utama (km)
h = perbedaan tinggi rata-rata daerah tadah hujan dengan tinggi lokasi (m)
Waktu Konsentrasi
tc = ½ (tcKirpich + tcGiandotti)
Durasi curah hujan diambil sebesar waktu konsentrasi (tc), untuk waktu curah hujan dengan durasi 5 - 120 menit dengan kala ulang 2 – 100 tahun digunakan rumus
RtT = R60
2 (0,35 lnT + 0,76)(0,54 tc0,25 – 0,5)
Dengan,
RtT = hujan (mm) untuk durasi t menit yang sama dengan waktu
konsentrasi tc untuk kala ulang T tahun.
R602 = hujan untuk durasi 60 menit dengan kala ulang 2 tahun
R602 dihitung dengan rumus Bell yang telah dimodifikasi Puslitbang Pengairan dan berlaku
secara umum untuk seluruh daerah semi kering di Indonesia.
R602 = 0,17 Rm M0,33
Dengan,
R602 dan Rm dalam mm
M dalam hari
M antara 0 – 50 R antara 80 – 115
Sementara untuk menghitung curah hujan dengan durasi atau tc lebih besar dari 120 menit dengan kala ulang 2 – 100 tahun digunakan rumus sebagai berikut.
Koefisien limpasan dalam metode ini diperoleh dengan memperhatikan faktor iklim dan fisiografi yaitu dengan menjumlahkan beberapa koefisien C sebagai berikut.
C = Ci + Ct + Cp + Cs + Cc
dengan :
Ci = komponen C oleh intensitas hujan yang bervariasi
Ct = komponen C oleh kondisi topografi
Cp = komponen C oleh tampungan permukaan
Cs = komponen C oleh infiltrasi
Cc = komponen C oleh penutup lahan
Tabel 6.6. Harga Komponen C oleh Faktor Intensitas Hujan
Tabel 6.7. Harga Komponen Ct oleh Faktor Topografi
Tabel 6.8. Harga Komponen Ct oleh Faktor Tampungan
Tabel 6.9. Harga Komponen Cs oleh Faktor Infiltrasi
Tabel 6.10. Harga Komponen Cc oleh Faktor Penutup Lahan
Debit Puncak Banjir (QT)
VI - 15
Final ReportReview Desain Bendungan Logung
QT =
dengan :
QT = debit puncak banjir untuk periode ulang T tahun (m3/det)
C = koefisien run off total
iT = besar hujan untuk periode ulang T tahun (mm/jam)
A = luas daerah tadah hujan (km2)
6.5.3. Analisis Banjir FSR Jawa Sumatera
Metode ini merupakan suatu cara sederhana untuk memperdiksikan puncak banjir yang dirumuskan dalam penelitian selama dua tahun oleh suatu tim gabungan dari staf Direktorat Penyelidikan Masalah Air (DPMA) dan staf Institute of Hydrology England yang tersaji dalam Flood Design Manual for Java and Sumatera/IOH/DPMA tahun 1983.
Parameter yang berpengaruh dalam menentukan perhitungan adalah sebagai berikut :
a. Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan variabel AREA (km2)
b. Rerata curah hujan maksimum tahunan terpusat selama 24 jam, PBAR (mm) dengan melihat peta isohyet Jawa Tengah yang paling aktual.
c. Faktor reduksi areal sebagai fungsi DAS, AFR (lihat tabel)
d. Jarak terbesar dari tempat pengamatan sampai batas terjauh di DAS diukur sepanjang sungai, MSL (km)
e. Beda tinggi antara titik pengamatan dengan ujung sungai, H (m)
f. Indeks kemiringan, SIMS (m/km)
SIMS = H/MSL
g. Indeks danau, LAKE (tampungan dengan proporsi dari DAS)
LAKE = luas DAS di tas waduk/AREA
h. Eksponen AREA, V
V = 1,02 – 0,0275 log (AREA)
i. Rata-rata curah hujan maksimum tahunan, APBAR
APBAR= PBAR x ARF
j. Debit maksimum rata-rata tahunan, MAF (m3/det)
MAF = 8 . 10-6 x AREAV x APBAR2,445 x SIMS0,117 x (1 + LAKE)-0,85
k. Growth Factor, GF (T.AREA) lihat tabel
l. Debit banjir, Q1
Q1 = GF (T.AREA) . MAF
6.5.4. Analisis Debit Banjir Metode der Weduwen
Analisis metode ini hampir sama dengan Metode Haspers hanya saja rumusan koefisiennya yang berbeda
Qn = C . . q . A
1. Koefisien Aliran (C) dihitung dengan rumus
VI - 16
Final ReportReview Desain Bendungan Logung
C =
dengan, = koefisien reduksi
2. Koefisien Reduksi () dihitung dengan rumus
=
dengan, = koefisien reduksi
t = waktu konsentrasi (jam)
A = luas DAS (km2)
3. Modul banjir maksimum menurut der Weduwen dirumuskan
q =
dengan t = waktu konsentrasi / lama hujan terpusat (jam)
4. Waktu konsentrasi (t) dihitung dengan
t = 0,25 L Qn-0,125 i-0,25
dengan i = kemiringan sungai rata-rata
L = panjang sungai (km)
Metode ini harus dihitung dengan trial and error sehingga ketepatan antara waktu konsentrasi dengan debit sama atau mendekati sama. Hasil kali dari Qn dengan hujan rencana kala ulang T tahun (RT) merupakan debit banjir yang dicari.
6.5.5. Rekapitulasi dan Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan baik dengan data debit maupun data curah hujan dengan menggunakan berbagai metode ternyata didapatkan besaran debit rencana yang berbeda-beda. Hasil perhitungan dengan berbagai metode tersebut ditampilkan pada tabel ini :
Tabel 6.11. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Debit Banjir Rencana (m3/dt)
KONTROL KECEPATAN DI SALURAN PENGARAH DAN KAPASITAS PELIMPAH
QOutflow = 702,654 m3/ dt
Lebar pengarah = 50,00 m
Elevasi puncak pelimpah = 88,50 m
Elevasi muka air maksimum = 91,99 m
Tinggi air = 3,486 m
Kecepatan maksimum = 4,0 m/ dt
Kecepatan yang terjadi = 4,0 m/ dt
Kontrol kecepatan = MEMENUHI
Kapasitas Pelimpah 89,13 %
VI - 19
Final ReportReview Desain Bendungan Logung
PENELUSURAN BANJ IR BENDUNGAN LOGUNG Q PMF
050
100150200250300350400450500550600650700750800850
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
Debit Inflow (m3/detik) Debit Outflow (m3/detik)
Gambar 6.6. Grafik Penelusuran Banjir QPMF
6.6. SEDIMENTASI
Penelitian dan pengukuran langsung kandungan sedimen di Kali Logung (DTA Bendungan Logung) belum ada. Untuk keperluan perencanaan bendungan Logung, laju sedimentasi di DAS Logung diprediksi dengan menggunakan metode USLE oleh Weischmeier dan Smith dengan data dan nilai parameter berdasarkan referensi dan standar yang berlaku. Metode USLE - Weischmeier dan Smith dapat dijelaskan sebagai berikut ini :
(i) Erosivitas Hujan.
Erosi lempeng sangat tergantung dari sifat hujan yang jatuh dan ketahanan tanah terhadap terpaan butir-butir hujan serta sifat gerakan aliran air di atas permukaan tanah sebagai limpasan permukaan (over land flow). Untuk menghitung besarnya indeks erosivitas hujan digunakan rumus empiris sebagai berikut :
dimana :
(ii) Erodibilitas Tanah
Erodibilitas merupakan ketidakmampuan tanah untuk menahan terpaan butir-butir hujan yang jatuh di atas permukaan tanah. Tanah yang mudah tererosi pada saat diterpa oleh butir-butir hujan mempunyai erodibilitas yang tinggi. Erodibilitas dapat
VI - 20
Final ReportReview Desain Bendungan Logung
dipelajari hanya kalau terjadi erosi. Erodibilitas dari berbagai macam tanah hanya dapat diukur dan dibandingkan pada saat terjadi hujan.
Tanah yang mempunyai erodibilitas tinggi akan tererosi lebih cepat, bila dibandingkan dengan tanah yang mempunyai erodibilitas rendah. Erodibilitas tanah merupakan ukuran kepekaan tanah terhadap erosi, dan hal ini sangat ditentukan oleh sifat tanah itu sendiri, khususnya sifat fisik dan kandungan mineral liatnya.
Faktor kepekaan tanah juga dipengaruhi oleh struktur dan teksturnya. Semakin kuat bentuk agregasi tanah dan semakin halus butir tanah, maka tanahnya tidak mudah lepas satu sama lain sehingga menjadi lebih tahan terhadap terpaan air hujan.
Karena untuk mendapatkan nilai K dengan cara pengukuran erosi dan hujan di lapangan memerlukan waktu, biaya dan tenaga yang besar, maka Wischmeier (1969) membuat suatu cara pendugaan faktor erodibilitas tanah (K) dengan menggunakan parameter-parameter di bawah ini:
1. Tekstur tanah meliputi :
• Fraksi debu (ukuran 2 - 50 p m)
• Fraksi pasir sangat halus (50 - 100 p m)
• Fraksi pasir (100 - 2000 p m)
2. Kadar bahan organik yang dinyatakan dalam %.
3. Permeabilitas dinyatakan sebagai :
• Sangat lambat(< 0,12 cm/jam)
• Lambat (0,125 - 0,5 cm/jam)
• Agak lambat (0,5 -2,0 cm/jam)
• Sedang (2,0 - 6,25 cm/jam)
• Agak cepat (6,25 - 12,25 cm/jam)
• Cepat (>12,5 cm/jam)
4. Struktur dinyatakan sebagai :
• Granular sangat halus : tanah liat berdebu (very fine granular)
• Granular halus : tanah liat berpasir (fine granular)
• Granular sedang : lempung berdebu (coarse granular)
Dari penelitian-penelitian yang pernah dilakukan, dapat diketahui bahwa proses erosi dapat terjadi pada lahan dengan kemiringan lebih besar dari 2%. Derajat kemiringan lereng sangat penting, karena kecepatan aliran air dan kemampuan untuk memecah / melepas dan mengangkut partikel-partikel tanah tersebut akan bertambah besar secara eksponensial dari sudut kemiringan lereng.
Secara matematis dapat ditulis :
Kehilangan tanah = c . Sk
Di mana :
c = konstanta
VI - 21
Final ReportReview Desain Bendungan Logung
k = konstanta
S = kemiringan lereng dalam %
Pada kondisi tanah yang sudah dibajak tetapi tidak ditanami, eksponen K berkisar antara 1,10 sampai dengan 1,20. Selanjutnya menurut Weischmeier dengan kawan-kawan di Universitas Purdue (Hudson 1976) menyatakan bahwa nilai faktor LS dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
• Untuk kemiringan lereng lebih kecil 20% :
Dalam sistem metrik rumus tersebut berbentuk :
LS = (1,38 + 0,965 S + 0,138 S2)
Di mana :
L = panjang lereng dalam meter
S = kemiringan lereng daiam %
• Untuk kemiringan lereng lebih besar dari 20% :
Di mana :
L = panjang lereng (m)
S = kemiringan lereng dalam %
Nilai faktor LS = 1 jika panjang lereng 22 meter dan kemiringan lereng 9%. Dari persamaan tersebut dapat dibuat grafik kombinasi anatara panjang lereng dan persen (%) kemiringan lereng seperti disajikan pada grafik berikut ini.
Gambar 6.4. Kombinasi panjang lereng dengan faktor kemiringan
Panjang lereng dapat diukur pada peta topografi, tetapi untuk menentukan batas awal dan ujung dari lereng tersebut tidak mudah. Atas dasar pengertian bahwa erosi dapat terjadi karena adanya overland flow maka panjang lereng dapat diartikan sebagai panjang lereng overland flow.
(iv)Faktor Pengawetan Tanah dan Pengelolaan Tanaman
1. Faktor Pengawetan Tanah (Land Management), Faktor P
Faktor pengawetan tanah (Faktor P) adalah ratio antara besarnya erosi pada tanah dari lahan yang diberi perlakuan pengawetan, terhadap besarnya erosi pada tanah tanpa pengawetan.
Pada tabel di bawah ini disajikan besarnya nilai Faktor P sebagai referensi.
VI - 22
Final ReportReview Desain Bendungan Logung
Tabel 6.13. Nilai Faktor P Beberapa Macam Pengawetan Tanah
2. Faktor Pengelolaan Tanaman (Crop Management), Faktor C
Faktor pengelolaan tanaman (Faktor C), merupakan angka perbandingan antara erosi di lahan yang ditanami sesuatu jenis tanaman dan pengelolaan tertentu dengan erosi pada lahan serupa dalam kondisi dibajak tetapi tidak ditanami.
Tabel 6.14. Nilai Faktor C beberapa tanaman (Roose, 1977)
No. Tanaman Nilai C1 Tanah tanpa tanaman 1,0
2 Hutan rapat atau tanaman dengan mulsa jerami tebal
0,001
3 Savana dan padang rumput 0,014 Tanaman penutup (pertumbuhan lambat)
3. Faktor Pengelolaan Tanaman Dan Faktor Pengawetan Tanah (Faktor CP)
Jika Faktor C dan P tidak bisa dicari sendiri, maka Faktor C dan P digabung menjadi Faktor CP.
(v) Pendugaan Laju Erosi Potensial (EPot).
Erosi potensial adalah erosi maksimum yang mungkin terjadi di suatu tempat dengan keadaan permukaan tanah gundul sempurna, sehingga terjadinya proses erosi hanya disebabkan oleh faktor alam (tanpa adanya keterlibatan manusia maupun faktor penutup permukaan tanah, seperti tumbuhan dan sebagainya), yaitu iklim, khususnya curah hujan, sifat-sifat internal tanah dan keadaan topografi tanah.
Dengan demikian, maka erosi potensial dapat dinyatakan sebagai hasil ganda antara faktor-faktor curah hujan, erodibilitas tanah dan topografi (kemiringan dan panjang lereng). Pendugaan erosi potensial dapat dihitung dengan pendekatan rumus berikut :
Epot = R x K x LS x A
Di mana :
Epot = Erosi potensial (ton/tahun) LS = Faktor panjang dan kemiringan lereng
R = Indeks erosivitas hujan A = Luas daerah aliran sungai (Ha)
K = Erodibilitas tanah
VI - 23
Final ReportReview Desain Bendungan Logung
(vi)Pendugaan Laju Erosi Aktual (Fakt).
Erosi aktual terjadi karena adanya campur tangan manusia dalam kegiatannya sehari-hari, misalnya pengolahan tanah untuk pertanian dan adanya unsur-unsur penutup tanah, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang dibudidayakan oleh manusia.
Penutupan permukaan tanah gundul dengan tanaman, akan memperkecil terjadinya erosi, sehingga dapat dikatakan bahwa laju erosi aktual selalu lebih kecil dibanding dengan laju erosi potensial. Ini berarti bahwa adanya keterlibatan manusia, misalnya dengan usaha pertanian, akan selalu memperkecil laju erosi potensial. Dapat dikatakan bahwa erosi aktual adalah hasil ganda antara erosi potensial dengan pola penggunaan lahan tertentu, sehingga dapat dihitung dengan rumus Weischmeier dan Smith, 1958 sebagai berikut :
Eakt = EPot x CP
Di mana :
Eakt = Erosi aktual di DAS (ton/ha/th)
Epot = Erosi potensial (ton/ha/th)
CP = Faktor tanaman dan pengawetan tanah
(vii) Pendugaan Laju Sedimentasi Potensial
Sedimentasi potensial adalah proses pengangkutan sedimen hasil dari proses erosi potensial untuk diendapkan di jaringan irigasi dan lahan persawahan atau tempat-tempat tertentu.
Tidak semua sedimen yang dihasilkan erosi aktual menjadi sedimen, dan ini tergantung dari nisbah antara volume sedimen hasil erosi aktual yang mampu mencapai aliran sungai dengan volume sedimen yang bisa diendapkan dari lahan di atasnya (SDR = Sedimen Delivery Ratio). Nilai SDR ini tergantung dari luas DAS, yang erat hubungannya dengan pola penggunaan lahan. Dan dapat dirumuskan dalam suatu hubungan fungsional, sebagai berikut :
SDR = = + 0,08683 A-2018
Di mana :
SDR = Nisbah Pelepasan Sedimen, nilainya 0 <SDR<1
A = Luas DAS (Ha)
S = Kemiringan lereng rata-rata permukaan DAS dalam %
N = Koefisien kekasaran Manning
Pendugaan laju sedimen potensial yang terjadi di suatu DAS dihitung dengan persamaan Weischmeier dan Smith, 1958, sebagai berikut :
(viii) Laju Sedimen Daerah Tampungan Air Bendungan Logung
Dengan data dan parameter berdasarkan referensi dan standar yang berlaku, perhitungan pendugaan laju sedimen di DTA Bendungan Logung disajikan pada laporan pendukung Hidrologi, dan diperoleh nilai laju sedimentasi sebesar 2,30 mm/tahun.
DAS Logung hampir seluruhnya tertutup vegatasi hutan, sehingga besarnya laju sedimentasi untuk perencanaan bendungan Logung dipakai 2,30 mm/tahun.
6.7. STUDI OPERASI
Studi operasi dimaksudkan untuk menetapkan kapasitas bendungan berdasarkan hasil simulasi pengoperasian waduk untuk berbagai kebutuhan sebagaimana yang direncanakan, seperti air irigasi dan air baku penduduk dan lain-lain. Dengan demikian maka dalam simulasi ini perlu diketahui jumlah ketersediaan air berupa tampungan bendungan dan inflow serta kebutuhan air yang meliputi air baku penduduk, air irigasi dan lain-lain.
VI - 25
Final ReportReview Desain Bendungan Logung
6.7.1. Rencana Pemanfaatan Air Bendungan Logung
Bendungan Logung diprioritaskan untuk kebutuhan air irigasi di hilir bendungan yaitu DI. Logung dan pemenuhan kebutuhan air baku penduduk untuk wilayah pada desa-desa di kecamatan Dawe kabupaten Kudus.
Sesuai dengan peruntukannya, maka setelah bendungan ini selesai dibangun, diharapkan area irigasi yang terdapat di wilayah ini dapat terairi. Demikian pula akan kebutuhan air bersih, di wilayah ini diharapkan dapat tercukupi.
Untuk memenuhi kebutuhan air baku penduduk pada desa-desa di kecamatan Dawe yang dapat disuplesi secara gravitasi dari bendungan Logung. Jumlah penduduk yang akan dilayani sejumlah 130.909 jiwa untuk prediksi tahun 2043 dengan estimasi besarnya kebutuhan air adalah 100 liter/jiwa/hari.
Pola pelayanan air bersih dapat menggunakan sistem Sambungan Rumah (SR) dan Kran Umum (KU). Kriteria pelayanan yang digunakan adalah 1 (satu) SR dapat melayani 1 (satu) KK dengan 5 - 7 anggota keluarga, sedangkan 1 (satu) KU untuk melayani 50 - 100 anggota keluarga. Kran Umum dipasang di sekolah, masjid, kantor kecamatan / kelurahan dengan asumsi di setiap desa ada 3 Kran Umum dengan kapasitas pelayanan untuk 75 orang. Sistem pengambilan dari bendungan Logung dapat direncanakan dengan bangunan Intake di sungai Logung di hilir saluran pelepas dari Konduit.
Data daerah manfaat potensial untuk area irigasi serta jumlah penduduk untuk pemenuhan kebutuhan air baku adalah sebagai berikut :
Tabel 6.16. Data Daerah Manfaat Potensial
N0. NAMA DAERAH MANFAAT SUNGAI/KECAMATAN
KETERANGAN
I IRIGASI1 DI. Logung Eksisting Logung/Dawe 1.200 Ha2 DI. Logung Pengembangan Logung/Dawe 982 Ha
Jumlah 2.182 HaII AIR BAKU1 Kecamatan Dawe dan Kota Kudus Dawe dan Kota Kudus 130.909
jiwaSumber Data : Studi Th. 2004 dan analisa konsultan
6.7.2. Kapasitas Tampungan Bendungan
Kapasitas tampungan bendungan diperoleh dari grafik hubungan antara elevasi vs luas genangan dan volume bendungan yang disajikan dalam Gambar 6.5. sebagai berikut :
Elevasi muka air maksimum = + 91,91 m
Volume maksimum (elv. +88,50) = 18.720.000 m3
Volume efektif (elv. +88,50) = 13.720.000 m3
Luas genangan (elv. +91,91) = 144,06 Ha
VI - 26
Final ReportReview Desain Bendungan Logung
Gambar 6.7. Grafik Lengkung Kapasitas dan Luas Genangan Bendungan Logung
Tampungan mati atau dead storage adalah volume genangan pada suatu elevasi yang direncanakan; yaitu pada dasar pintu pengambilan. Fungsi dead storage adalah untuk :
Menampung sedimentasi bendungan selama umur efektif
Meredam arus air banjir yang dapat terjadi tiba-tiba di musim kemarau
Sebagai cadangan air minum jika terjadi musim kemarau panjang.
Besarnya volume dead storage sama dengan besarnya volume endapan sedimen selama umur efektif bendungan, yaitu 30 tahun.
Pada umumya tidak semua volume erosi tertangkap dan mengendap dalam genangan, karena itu prosentasi sedimen yang tertangkap ditaksir dengan rumus :
Y = 100 x (1 – )n
VI - 28
Final ReportReview Desain Bendungan Logung
Di mana :
Y = prosentase sedimen yang tertangkap
X = perbandingan kapasitas bendungan dengan inflow rata-rata tahunan,
a = konstanta, diambil 100
n = konstanta, diambil 1,50
Berdasarkan hasil perhitungan perkiraan sedimentasi DTA S. Logung dan referensi studi terdahulu, juga dengan pertimbangan luas DAS Logung dan kondisi vegetatifnya, maka digunakan besaran laju erosi permukaan DAS Logung diestimasi sebesar 2,30 mm/tahun Perhitungan volume sedimentasi disajikan pada halaman berikut, dengan kesimpulan pada tabel berikut :
Tabel 6.18. Resume Perhitungan Tampungan Mati
No. Uraian Volume (x 1000 m) Elevasi (m)1 Tampungan total 25.540.000 + 93,202 Tampungan normal 18.720.000 + 88,503 Tampungan mati 6.430.000 + 62,464 Tampungan efektif 13.720.000 + 88,50
PERHITUNGAN DEAD STORAGE
Bendungan Logung di Kabupaten Kudus
a. Data
EL. MUKA AIR MAKS : + 91,91 m
TAMPUNGAN MAKS : 24.050.000 m3
DEBIT RERATA TAHUNAN : 1,531 m3/s
INFLOW TAHUNAN : 48.300.525 m3
TINGKAT EROSI (asumsi) : 2,30 mm/tahun
LUAS DAS : 43,81 km2
VOLUME SEDIMEN/TAHUN : 100.910 m3
EL. DEAD STORAGE : +62,46 m
b. Rumus
Y = S (1 – 1/(I +ax))n
Y = prosentase sedimen yang tertangkap
S = volume sedimen yang terjadi
x = perbandingan kapasitas waduk dengan inflow rata-rata tahunan
a, n = konstanta empiris yang ditetapkan
a = 100
n = 1.5
c. Resume
VOLUME OF DEAD STORAGE : 6.430.000 m3
VOLUME OF LIVE STORAGE : 13.720.000 m3
6.7.4. Debit Inflow
Debit inflow yang digunakan dalam studi operasi adalah debit andalan Q80% yang diambil dari data sintetik yang cukup panjang yaitu 40 tahun (1970 s/d 2009) hasil perhitungan model NRECA sebagaimana dibahas dalam Bab sebelumnya.
VI - 29
Final ReportReview Desain Bendungan Logung
6.7.5. Analisis Kebutuhan Air
1. Kebutuhan Air Baku Penduduk
Dalam perencanaan bendungan ini, kebutuhan air baku penduduk diambil sebesar 100 l/jiwa/hari. Walaupun umur layanan bendungan diperhitungkan untuk 50 tahun, jumlah penduduk dihitung untuk 50 tahun yang akan datang dengan asumsi setelah beroperasi 50 tahun maka investasi untuk sarana air bersih perlu dilakukan. Jumlah penduduk pada tahun 2040 di prediksi menggunakan rumus sebagai berikut :
P = P'(1 + r)n
Di mana:
P = jumlah penduduk tahun 2013
P' = jumlah penduduk tahun 2053
r = laju pertambahan penduduk = 1,16 % (Kecamatan Dawe dan Kota)
n = jumlah tahun = 50 tahun
Untuk penduduk kecamatan Dawe dan kecamatan Kota Kudus yang meliputi desa-desa dengan jumlah 130.909 jiwa (prediksi tahun 2053) di daerah layanan, kebutuhan air baku per tahunnya diperlihatkan pada Lampiran.
2. Kebutuhan Air Irigasi
Kebutuhan air irigasi tergantung dari beberapa variabel, di antaranya : pola tanam, hujan efektif, evapotranspirasi aktual, perkolasi, kecepatan pertumbuhan tanaman, penggolongan, prosentase luasan tanaman dalam pola tertentu.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam pemanfaatan air bendungan Logung ini, maka analisis kebutuhan air, khususnya air irigasi dilakukan beberapa alternatif pola tanam dan jadwal tanam. Untuk rencana bendungan Logung, dipilih alternatif pola tanam yang paling optimum yang diprioritaskan untuk padi dan palawija. Kebutuhan air padi dan palawija untuk alternatif yang dipilih selengkapnya disajikan pada Lampiran.
Tabel 6.19. Kebutuhan Air Irigasi DI Logung
Rencana Pola Tata Tanam DI Logung (2865.5 ha) untuk 3 golongan di saluran primer
Uraian SatuanI II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
Sumber : Desain Partisipatif R/U JIWMP Paket RU-1 (DI Logung) Kabupaten Kudus tahun 2001
Jun Jul Aug SepFeb Mar Apr MayOct Nov Dec Jan
6.7.6. Simulasi
Simulasi dilakukan dengan kondisi kebutuhan air baku maksimum dan luas lahan irigasi yang dapat terairi dengan beberapa variasi pola tanam, dengan maksud untuk memastikan bahwa kapasitas tampungan bendungan yang direncanakan dapat mencukupi volume tampungan yang diperlukan.
Beberapa ketentuan yang digunakan dalam analisis ini adalah sebagai berikut :
VI - 30
Final ReportReview Desain Bendungan Logung
• Luas lahan irigasi yang diperhitungkan adalah 2.182 ha terdiri luas eksisting 1.200 ha, dan perluasan atau pengembangan areal baru 982 ha.
• Debit andalan yang digunakan adalah debit bulanan dengan tingkat keyakinan 80% hasil perhitungan NRECA yang dihitung tahunan selama 40 tahun (1970 - 2009).
• Debit kebutuhan mencakup kebutuhan air irigasi, air baku dan pemeliharaan.
• Debit utuk pemeliharaan sungai dialokasikan sebesar 10 l/det, dialirkan pada bulan kering yaitu bulan Mei, Juni, Juli, Agustus dan September.
Simulasi terhadap pola tanam, diperoleh volume tampungan bendungan yang diperlukan adalah : Pd (100%) - Pd (100%) - Pw (70%). Tabulasi simulasi ditampilkan pada Lampiran.
Luas Lahan Irigasi Yang ada 1.200,0 ha MT I (Padi) ha 2.412,5 100%Luas Lahan Pengembangan 1.212,5 ha MT II (Padi) ha 2.412,5 100%Luas Lahan Irigasi Total 2.412,5 ha MT III (Palawija) ha 2.412,5 100%
Total (Pd-Pd-Plwija) 7.237,4 300%
AirBulan Periode Konservasi Total
l/dt/ha l/dt m3/dt l/dt m3/dt m3/dt m3/dt
Maret I 0,112 269,45 0,269 200,00 0,200 0,010 0,479II 0,000 0,00 0,000 200,00 0,200 0,010 0,210
April I 1,536 3705,18 3,705 200,00 0,200 0,010 3,915II 0,520 1253,78 1,254 200,00 0,200 0,010 1,464
Mei I 0,652 1573,51 1,574 200,00 0,200 0,010 1,784II 0,260 627,03 0,627 200,00 0,200 0,010 0,837
Juni I 0,898 2165,88 2,166 200,00 0,200 0,010 2,376II 1,183 2853,19 2,853 200,00 0,200 0,010 3,063
Juli I 1,027 2476,89 2,477 200,00 0,200 0,010 2,687II 0,178 429,57 0,430 200,00 0,200 0,010 0,640
Agustus I 0,269 647,92 0,648 200,00 0,200 0,010 0,858II 0,422 1017,43 1,017 200,00 0,200 0,010 1,227
September I 0,372 897,80 0,898 200,00 0,200 0,010 1,108II 0,396 954,50 0,954 200,00 0,200 0,010 1,164
Oktober I 0,000 0,00 0,000 200,00 0,200 0,010 0,210II 0,000 0,00 0,000 200,00 0,200 0,010 0,210
November I 0,000 0,00 0,000 200,00 0,200 0,010 0,210II 1,598 3855,45 3,855 200,00 0,200 0,010 4,065
Desember I 1,805 4353,63 4,354 200,00 0,200 0,010 4,564II 0,297 717,58 0,718 200,00 0,200 0,010 0,928
Januari I 0,279 672,92 0,673 200,00 0,200 0,010 0,883II 0,000 0,00 0,000 200,00 0,200 0,010 0,210
Februari I 0,210 506,15 0,506 200,00 0,200 0,010 0,716II 0,000 0,00 0,000 200,00 0,200 0,010 0,210
rata2 0,500 1,207AIR BAKU : 4,354Jumlah Penduduk 130.909 jiwaKebutuhan air per orang 100,00 l/hari/orangEfisiensi 0,76 %Kebutuhan air baku 200,00 lt/dt
Air Irigasi Air Baku
Tabel L.6-6. Perkiraan Usia Guna Waduk Logung
VI - 34
Final ReportReview Desain Bendungan Logung
Inflow tahunan = 64.529.161 m3/ th
Laju sedimentasi = 100.910 m3/ th
Vol. Tampungan mati = 6.430.000 m3 67,81 th 73,81 m
Elevasi Vol.tamp. Inflow C/I Efisiensi Sedimen Sedimen yg. Usia Guna