BAB5 METODE KONSER VA SI TANAH DAN AIR Tujuan utama konservasi tanah adalah untuk mendapatkan tingkat keberlanjutan produksi lahan dengan menjaga laju kehilangan tanah tetap dibawah ambang batas yang diperkenankan, yang secara teoritis dapat dikatakan bahwa laju erosi harus lebih kecil atau sama dengan laju pembentukan tanah. Karena erosi merupakan proses alam yang tidak dapat dihindari sama sekali atau nol erosi, khususnya untuk lahan pertanian, maka yang dapat dilakukan adalah mengurangi laju erosi sampai batas yang dapat diterima (maximum acceptable limit). Batas maksimum laju erosi atau tingkat toleransi kehilangan tanah bukanlah hal yang mudah untuk ditentukan, karena menyangkut keseimbangan antara laju erosi dan laju pembentukan tanah yang secara praktis tidak mungkin dapat ditentukan. Adalah hal yang sangat sulit untuk mengenali kapan kondisi keseimbangan itu tercapai, walaupun laju kehilangan tanah dapat diukur, laju pembentukan tanah berlangsung sangat lambat dan tidak mudah untuk menentukannya. Secara global, Buol, Hole, dan McCracken (1973) mengemukakan bahwa laju pembentukan tanah berkisar antara 0,01 7,7 mmlth, dengan rata-rata 0,1 mmlth (Zachar, 1982). Laju pembentukan tanah 0,1 mnith ekivalen dengan 0,12 kg/m2/th atau 1,2 t/halth, dengan menganggap rapat massa tanah 1 tIm3. Laju sebesar itu masih lebih kecil dibanding laju kehilangan tanah rata-rata lahan pertanian. Oleb karena itu, secara praktis Morgan (1986) menyatakan bahwa tingkat toleransi kehilangan tanah dapat didefinisikan sebagai nilai dimana kesuburan tanah dapat dipertahankan 20 sampai 25 tahun. Dengan demikian tiap-tiap jenis tanah perlu dinilai dan diketahui besamya tingkat toleransi kehilangan tanah sebagai dasar untuk memformulasikan intensitas tataguna dan perlakuan (lihat Tabel 4.1). Gambar 5.1 memperlihatkan strategi penyusunan rencana konservasi tanah dan air.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
metode agronomis ini merupakan 1saha untuk melindungi tanah, mekanis untuk
mengendalikan energi aliran permuaan yang erosif, dan metode kimia untuk meningkatkan
daya tahan tanah.
Metode agronomis dikombinasikan dengan manajemen tanah yang haik dapat
mempengaruhi baik terhadap pelepasan maupun pengangkutan dalam proses erosi,sementara itu metode mekanis dapat mengendalikan secara efektifpada tahap
pengangkutan, namun tidak berfungsi mencegah pelepasan material tanah (Tabel 5-1).
5.1 Konservasi Secara Agronomis
Konservasi tanah dan air secara vegetatif adalah penggunaan tanaman atau
tumbuhan dan sisa tanaman dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi laju
erosi dengan cara mengurangi daya rusak hujan yang jatuh dan jumlah daya rusak aliran
permukaan. Konservasi tanah dan air secara egetatif iw menjalankan fungsinya melalui:
1) Pengurangan daya perusak butiran hujan yang jatuh akibat intersepsi butiran hujan
oleh dedaunan tanaman atau tajuk tanaman.
2) Pengurangan volume aliran permukaan akibat meningkatkan kapasitas infiltrasi oleh
aktifitas perakaran tanaman dan penainbahan bahan organik.
3) Peningkatan kehilangan air tanah akibat meningkatnya evapotranspirai, sehingga
tanah cepat lapar air.
4) Memperlambat aliran permukaan akibat meningkatnya panjang lintasan aliran
permukaan oleh keberadaan batang-batang tanaman.
5) Pengurangan daya rusak aliran permukaan sebagai akibat pengurangan volumealiran permukaan. dan kecepatan aliran permukaan akibat meningkatnya panjang
Morgan (1986) mengemukakan bahwa efektifitas tanaman penutup dalam
mengurangi erosi dan aliran pennukaan dipengaruhi oleh tinggi tanaman dan kontinuitas
dedaunan sebagai kanopi, kerapatan tanaman, dan kerapatan sistem perakaran. Seperti
diketahui bahwa inakin tinggi tempat jatuh butiran hujan makin tinggi kecepatannya pada
saat mencapai permukaan tanah, dengan demikian makin tinggi pula energi kinetiknya. Olehkarena itu ketinggian tanaman (kanopi) berperan sangat penting, karena semakin tinggi
tanaman akan semakin besar energi kinetik butiran air hujan yang jatuh dan tanaman
tersebut. Morgan (1986) menyatakan bahwa butiran air yang jatuh dan ketinggian 7 in
dapat mencapai kecepatan 90% kecepatan maksimumnya, sehingga tinggi tanaman yang
melebihi ketinggian ini tidak efektif sebagai tanaman konservasi. Disamping itu, butiran
hujan yang terintersepsi oleh tanainan dapat saling menyatu untuk membentuk butiran
yang lebih besar sehingga lebih erosif. Dengan demikian tanaman rendah berdaun kecil
memberi dampak lebih efektif dalam mengurangi energi kinetik butiran hujan dibanding
tanaman tinggi dan berdaun lebar. Sebab daun lebar akan berfungsi sebagai cawan
pengumpul butiran air hujan.
Kerapatan tanaman akan mempengaruhi panjang lintasan aliran permukaan dan
luasan lahan yang tertutup. Pada tanah gundul, aliran permukaan akan melintas relatif lurus
kearah kemiringan lahan, sementara pada lahan bertanaman, khususnya pada Pertanaman
acak, maka lintasan aliran permukaan akan berbentuk zig-zag, sehingga lintasan lebih
panjang. Dengan beda tinggi yang sama, akan dihasilkan kemiringan yang lebih landai
sehingga kecepatan aliran permukaan lebih kecil, dan energi perusaknyajuga makin kecil.
Kerapatan tanaman juga mempengaruhi1 luasan lahan yang tertutup tanaman,
semakin rapat tanaman yang ada di permu1aan lahan semakin kecil energi hujan yang
sanipai ke tanah, sehingga semakin kecil kemungkinan terjadinya erosi. Penelitian yangdilakukan Foumier (1972), Elwell dan Stocking (1976), dan Evans (1976) menunjukkan
bahwa untuk memberikan perlindungan yang cukup terhadap erosi paling sedikit 70% dan
permukaan tanah hams tertutup tanaman. Tabel 5.2 memperlihatkan pengaruh jenis dan
kerapatan tanaman terhadap persentase hujan yang mencapai tanah.
Kerapatan sistem perakaran tanaman menentukan efektifitas tanaman dalam
membantu pemantapan agregat, yang berarti pula meningkatkan porositas tanah. Porositas
tanah merupakan faktor yang menentukan besar kecilnya laju dan kapasitas infiltrasi,
sehingga ineningkatnya porositas tanah dapat mengurangi energi perusak aliran permukaan
akibat pengurangan volume aliran pennukaan. Tabel 5.3 berikut menunjukkan pengaruh
akar tanaman terhadap terjadinya erosi.
Konservasi tanah dan air secara vegetatif dapat dilakukan dengan berbagai macam
cara, yaitu:
1)
Pertanaman tanaman atau tumbuhan penutup tanah secara terus-menerus(permanent plant cover)
Pada dasamya semua jenis tanaman yang dapat menutup tanah dengan baik dapat
dikatakan scbagai tanaman penutup tanah, namun demikian dalam arti yang k.husus yang
dimaksud dengan tanaman penutup taiah adalah tanaman yang memang sengaja ditanain
untuk melindungi tanah dan erosi, menamhah bahan organik tanah, dan sekaligusmeningkatkan produktivitas tanah. Tanaman penutup tanah dapat ditanam tersendiri, atau
dtanam bersama-sama dengan tanaman pokok, atau bahkan sebagai pelindung tanaman
pokok. Berdasarkan habitus pertumbuhannya, Ochse at al.. 1961 (dalam Seta. AK., 1991)
mengelompokkan tananian penutup menjadi lima golongan, yaitu:
1) Tanaman penutup tanah rendah, jenis rumputrumputan dan tumbuhan
merambat atau menjalar:
a. Dipergunakan pada pola pertanaman rapat.
b. Dipergunakan dalam barisan.
c.
Dipergunakan untuk keperluan k.husus dalam perlindungan tebing, taludteras, dinding saluran inigasi maupun drainase.
2) Tanaman penutup tanah sedang, berupa semak.
a. Dipergunakan dalam pola pertanaman teratur diantara barisan tanaman
pokok.
b. Dipergunakan dalam barisan pagar.
c. Ditanam di luar tanaman pokok dan merupakan sumber mulsa atau pupuk
hijau.
3) Tanaman penutup tanah tinggi.
a. Dipergunakan dalam pola pertanaman teratur diantara barisan tanaman
pokok.
b. Ditanam dalam barisan.
c. Dipergunakan khusus untuk melindungi tebing ngarai dan penghutanan
kembali (reboisasi).
4) Tumbuhan rendah alami (semak belukar), dan
5) Tumbuhan yang tidak disukai (rumput pengganggu).
sebaiknya tananman pangan ditanam mengikuti garis kontur agar fungsinya sebagai
penahan erosi berjalan baik. Fungsi tanaman pagar dalam sistem pertanaman lorong adalah
sebagai berikut:
a. Sumber pupuk hijau atau mulsa bagi tanaman pangan;
b. Pada tanah berlereng dan ditanam mengikuti garis kontur dapat mengurangi erosi;c. Jika digunakan tanaman legunilnosa, hash pangkasannya merupakan sumber
Nitrogen bagi tanaman pangan, dan dapat memperbaiki struktur tanah.;
d. Sumber kayu bakar bagi petani;
e. Sumber makanan ternak.
Untuk memperoleh hasil yang baik, tanaman pagar atau lunaniun leguminosa yang
digunakan mempunyai persyaratan sebagai berikut:
a. mudah diperbanyak, sebaiknya dengan biji;
b. sistem perakarannya cukup baik untuk mengikat tanah tapi tidak mengganggu
tanaman pokok;
c. Dapat hidup pada tanah yang kurang subur;
d. Tumbuh cepat dan banyak menghasilkan bahan organik;
e. Mempunyai toleransi terhadap pemangkasan;
f. Tahan hama dan penyakit, serta kekeringan;
g. Mampu menahan pertumbuhan tanaman pengganggu;
h. Tidak menyebabkan gangguan terhadap pelaksanaan pengerjaan tanah, misalnya
berduri,
i.
Mudah diberantas jika sudah tidak digunakan lagi.
Dan uraian diatas, dapat diketahui bahwa sistern pertanaman berganda
mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan dengan sistem Pertanaman tunggal
(monokultur), yaitu antara lain:
a. Permukaan tanah akan selalu tertutup oleh vegetasi sehingga tanah terlindung
dan energi air hujan.
b. Pengolahan tanah dapat diminirnalkan dengan tanpa mengurangi kondisi
tanah, bahkan akan menjadi lebih baik karena ketersediaan mulsa yang cukup.
c. Mampu menekan populasi hama dan penyakit serta tumbuhan pengganggu.
d. Meningkatkan intensitas penggunaan lahan, dan mengurangi penggunaan
sarana produksi (pupuk, insektisida) sebingga memperbaiki pendapatan petani.
Mulsa adalah sisa-sisa tanaman (crop residues) yang ditebarkan diatas permukaan
tanah. Sedangkan sisa-sisa tanaman tersebut ditanam dibawah permukaan tanah
dinamakan pupuk hij au. Jika sisa-sisa tanaman tersebut ditumpuk terlebih dahulu di suatu
tempat sehingga mengalami proses humifikasi dinamakan kompos.
Sampai saat ini masih banyak kita jumpai di lapangan bahwa para petani kita
kurang bisa inengelola limbah pertanian yang melimpah. Sisa-sisa tanaman biasanya dibakar
begitu saja, atau dikeluarkan dan lahan pertanian untuk berbagai kepentingan, sebelum
melakukan pengolahan tanah untuk masa tanam berikutnya. Hal mi jika berlangsung terus-
menerus akan mengurangi kandungan bahan organik tanah, dan pada akhirnya akan
menurunkan produktifitas lahan. Oieh karena itu kebiasaan mi hams segera dihentikan.
Dan segi konservasi tanah, penggunaan mulsa mempunyai beberapa keuntungan,
yaitu:
a. Memberi pelindung terhadap permukaan tanali dan hantaman air hujan
sehingga mengurangi laju erosi,
b. Mengurangi volume dan kecepatan aiiran permukaan,
c. Memeiihara temperatur dan keiemhahan tanah,
d. Meningkatkan kemantapan struktur tanah,
e. Meningkatkan kandunganbahan organik tanah, dan
f. Mengendalikan tanaman pengganggu (weeds).
Efektifitas penggunaan mulsa dalam mengendahkan erosi telah didemonstrasikan
dengan percobaan lapangan oleb Borst dan Woodburn (1942) pada tanah slit-loam dengankemiringan lahan 7°. Hasil serupa diperoleb Lal (1976) pada tanah alfisol dengan kemiringan
6°. Disamping pengaruh mulsa terhadap laju erosi, Lal (1980) juga mengamati pengaruh
mulsa terhadap aliran permukaan pada lahan berkemiringan lahan 9°. Hasil studi mereka