Top Banner
 BAB5 METODE KONSER VA SI TANAH DAN AIR Tujuan utama konservasi tanah adalah untuk mendapatkan tingkat keberlanjutan produksi lahan dengan menjaga laju kehilangan tanah tetap dibawah ambang batas yang diperkenankan, yang secara teoritis dapat dikatakan bahwa laju erosi harus lebih kecil atau sama dengan laju pembentukan tanah. Karena erosi merupakan proses alam yang tidak dapat dihindari sama sekali atau nol erosi, khususnya untuk lahan pertanian, maka yang dapat dilakukan adalah mengurangi laju erosi sampai batas yang dapat diterima (maximum acceptable limit). Batas maksimum laju erosi atau tingkat toleransi kehilangan tanah bukanlah hal yang mudah untuk ditentukan, karena menyangkut keseimbangan antara laju erosi dan laju pembentukan tanah yang secara praktis tidak mungkin dapat ditentukan. Adalah hal yang sangat sulit untuk mengenali kapan kondisi keseimbangan itu tercapai, walaupun laju kehilangan tanah dapat diukur, laju pembentukan tanah berlangsung sangat lambat dan tidak mudah untuk menentukannya. Secara global, Buol, Hole, dan McCracken (1973) mengemukakan bahwa laju pembentukan tanah berkisar antara 0,01 7,7 mmlth, dengan rata-rata 0,1 mmlth (Zachar, 1982). Laju pembentukan tanah 0,1 mnith ekivalen dengan 0,12 kg/m2/th atau 1,2 t/halth, dengan menganggap rapat massa tanah 1 tIm3. Laju sebesar itu masih lebih kecil dibanding laju kehilangan tanah rata-rata lahan pertanian. Oleb karena itu, secara praktis Morgan (1986) menyatakan bahwa tingkat toleransi kehilangan tanah dapat didefinisikan sebagai nilai dimana kesuburan tanah dapat dipertahankan 20 sampai 25 tahun. Dengan demikian tiap-tiap jenis tanah perlu dinilai dan diketahui besamya tingkat toleransi kehilangan tanah sebagai dasar untuk memformulasikan intensitas tataguna dan perlakuan (lihat Tabel 4.1). Gambar 5.1 memperlihatkan strategi penyusunan rencana konservasi tanah dan air.
12

Bab 5

Jul 15, 2015

Download

Documents

Sultan Hamka
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Bab 5

5/12/2018 Bab 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-5-55a74f4b97810 1/12

BAB5

METODE KONSER VA SI TANAH DAN AIR

Tujuan utama konservasi tanah adalah untuk mendapatkan tingkat keberlanjutan

produksi lahan dengan menjaga laju kehilangan tanah tetap dibawah ambang batas yang

diperkenankan, yang secara teoritis dapat dikatakan bahwa laju erosi harus lebih kecil atau

sama dengan laju pembentukan tanah. Karena erosi merupakan proses alam yang tidak

dapat dihindari sama sekali atau nol erosi, khususnya untuk lahan pertanian, maka yang

dapat dilakukan adalah mengurangi laju erosi sampai batas yang dapat diterima (maximum

acceptable limit).

Batas maksimum laju erosi atau tingkat toleransi kehilangan tanah bukanlah hal

yang mudah untuk ditentukan, karena menyangkut keseimbangan antara laju erosi dan laju

pembentukan tanah yang secara praktis tidak mungkin dapat ditentukan. Adalah hal yang

sangat sulit untuk mengenali kapan kondisi keseimbangan itu tercapai, walaupun laju

kehilangan tanah dapat diukur, laju pembentukan tanah berlangsung sangat lambat dan

tidak mudah untuk menentukannya. Secara global, Buol, Hole, dan McCracken (1973)

mengemukakan bahwa laju pembentukan tanah berkisar antara 0,01 7,7 mmlth, dengan

rata-rata 0,1 mmlth (Zachar, 1982).

Laju pembentukan tanah 0,1 mnith ekivalen dengan 0,12 kg/m2/th atau 1,2

t/halth, dengan menganggap rapat massa tanah 1 tIm3. Laju sebesar itu masih lebih kecil

dibanding laju kehilangan tanah rata-rata lahan pertanian. Oleb karena itu, secara praktis

Morgan (1986) menyatakan bahwa tingkat toleransi kehilangan tanah dapat didefinisikan

sebagai nilai dimana kesuburan tanah dapat dipertahankan 20 sampai 25 tahun. Dengan

demikian tiap-tiap jenis tanah perlu dinilai dan diketahui besamya tingkat toleransi

kehilangan tanah sebagai dasar untuk memformulasikan intensitas tataguna dan perlakuan

(lihat Tabel 4.1). Gambar 5.1 memperlihatkan strategi penyusunan rencana konservasi

tanah dan air.

Page 2: Bab 5

5/12/2018 Bab 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-5-55a74f4b97810 2/12

 

Gambar 5-1 Urutan strategi perencanaan konservasi tanah dan air (setelah

Parrens and Trustuin, 1984)

Sebagaimana telah disinggung dalam Bab 2 tentang mekanisme terjadinya erosi

tanah oleb hujan dan aliran permukaan, maka strategi konservasi tanah harus mengarah

pada (i) melindungai tanah dan hantaman air hujan dengan penutup permukaan tanah, (ii)

mengurangi aliran permukaan dengan meningkatkan kapasitas infiltrasi, (iii) meningkatkan

stabilitas agregat tanah, dan (iv) mengurangi kecepatan aliran permukaan dengan

meningkatkan kekasaran permukaan lahan. Secara garis besar metode konservasi tanah

dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan utam, yaitu (1) secara agronomis, (2) secara

inekanis, dan (3) secara kimia.

Metode agronomis atau biologi adalah memanfaatkan vegetasi untub. membantu

menurunkan erosi lahan. Metode mekanis atau fisik adalah konserv

yang berkonsentrasi pada penyiapan tanah supaya dapat ditumbuhi vegetasi yang

lebat, dan cara memanipulasi topografi mikro untuk mengendalikan aliran air dan angin.

Sedangkan metode kimia adalah usaha konservasi yang ditujukan untuk memperbaiki

struktur tanah sehingga lebih tahan terhadap erosi. Atau secara singkat dapat dikatakan

Page 3: Bab 5

5/12/2018 Bab 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-5-55a74f4b97810 3/12

metode agronomis ini merupakan 1saha untuk melindungi tanah, mekanis untuk

mengendalikan energi aliran permuaan yang erosif, dan metode kimia untuk meningkatkan

daya tahan tanah.

Metode agronomis dikombinasikan dengan manajemen tanah yang haik dapat

mempengaruhi baik terhadap pelepasan maupun pengangkutan dalam proses erosi,sementara itu metode mekanis dapat mengendalikan secara efektifpada tahap

pengangkutan, namun tidak berfungsi mencegah pelepasan material tanah (Tabel 5-1).

5.1 Konservasi Secara Agronomis

Konservasi tanah dan air secara vegetatif adalah penggunaan tanaman atau

tumbuhan dan sisa tanaman dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi laju

erosi dengan cara mengurangi daya rusak hujan yang jatuh dan jumlah daya rusak aliran

permukaan. Konservasi tanah dan air secara egetatif iw menjalankan fungsinya melalui:

1)  Pengurangan daya perusak butiran hujan yang jatuh akibat intersepsi butiran hujan

oleh dedaunan tanaman atau tajuk tanaman.

2)  Pengurangan volume aliran permukaan akibat meningkatkan kapasitas infiltrasi oleh

aktifitas perakaran tanaman dan penainbahan bahan organik.

3)  Peningkatan kehilangan air tanah akibat meningkatnya evapotranspirai, sehingga

tanah cepat lapar air.

4)  Memperlambat aliran permukaan akibat meningkatnya panjang lintasan aliran

permukaan oleh keberadaan batang-batang tanaman.

5)  Pengurangan daya rusak aliran permukaan sebagai akibat pengurangan volumealiran permukaan. dan kecepatan aliran permukaan akibat meningkatnya panjang

lintasan dan kekasaran permukaan.

Page 4: Bab 5

5/12/2018 Bab 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-5-55a74f4b97810 4/12

 

Morgan (1986) mengemukakan bahwa efektifitas tanaman penutup dalam

mengurangi erosi dan aliran pennukaan dipengaruhi oleh tinggi tanaman dan kontinuitas

dedaunan sebagai kanopi, kerapatan tanaman, dan kerapatan sistem perakaran. Seperti

diketahui bahwa inakin tinggi tempat jatuh butiran hujan makin tinggi kecepatannya pada

saat mencapai permukaan tanah, dengan demikian makin tinggi pula energi kinetiknya. Olehkarena itu ketinggian tanaman (kanopi) berperan sangat penting, karena semakin tinggi

tanaman akan semakin besar energi kinetik butiran air hujan yang jatuh dan tanaman

tersebut. Morgan (1986) menyatakan bahwa butiran air yang jatuh dan ketinggian 7 in

dapat mencapai kecepatan 90% kecepatan maksimumnya, sehingga tinggi tanaman yang

melebihi ketinggian ini tidak efektif sebagai tanaman konservasi. Disamping itu, butiran

hujan yang terintersepsi oleh tanainan dapat saling menyatu untuk membentuk butiran

yang lebih besar sehingga lebih erosif. Dengan demikian tanaman rendah berdaun kecil

memberi dampak lebih efektif dalam mengurangi energi kinetik butiran hujan dibanding

tanaman tinggi dan berdaun lebar. Sebab daun lebar akan berfungsi sebagai cawan

pengumpul butiran air hujan.

Kerapatan tanaman akan mempengaruhi panjang lintasan aliran permukaan dan

luasan lahan yang tertutup. Pada tanah gundul, aliran permukaan akan melintas relatif lurus

kearah kemiringan lahan, sementara pada lahan bertanaman, khususnya pada Pertanaman

acak, maka lintasan aliran permukaan akan berbentuk zig-zag, sehingga lintasan lebih

Page 5: Bab 5

5/12/2018 Bab 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-5-55a74f4b97810 5/12

panjang. Dengan beda tinggi yang sama, akan dihasilkan kemiringan yang lebih landai

sehingga kecepatan aliran permukaan lebih kecil, dan energi perusaknyajuga makin kecil.

Kerapatan tanaman juga mempengaruhi1 luasan lahan yang tertutup tanaman,

semakin rapat tanaman yang ada di permu1aan lahan semakin kecil energi hujan yang

sanipai ke tanah, sehingga semakin kecil kemungkinan terjadinya erosi. Penelitian yangdilakukan Foumier (1972), Elwell dan Stocking (1976), dan Evans (1976) menunjukkan

bahwa untuk memberikan perlindungan yang cukup terhadap erosi paling sedikit 70% dan

permukaan tanah hams tertutup tanaman. Tabel 5.2 memperlihatkan pengaruh jenis dan

kerapatan tanaman terhadap persentase hujan yang mencapai tanah.

Kerapatan sistem perakaran tanaman menentukan efektifitas tanaman dalam

membantu pemantapan agregat, yang berarti pula meningkatkan porositas tanah. Porositas

tanah merupakan faktor yang menentukan besar kecilnya laju dan kapasitas infiltrasi,

sehingga ineningkatnya porositas tanah dapat mengurangi energi perusak aliran permukaan

akibat pengurangan volume aliran pennukaan. Tabel 5.3 berikut menunjukkan pengaruh

akar tanaman terhadap terjadinya erosi.

Konservasi tanah dan air secara vegetatif dapat dilakukan dengan berbagai macam

cara, yaitu:

1) 

Pertanaman tanaman atau tumbuhan penutup tanah secara terus-menerus(permanent plant cover)

2)  Pertanaman dalam strip (strip cropping)

3)  Pertanaman berganda (multiple cropping)

4)  Pertanaman bergilir (rotation cropping)

5)  Pemanfaatan mulsa (residue management)

6)  Sistem pertanian hutan (agroforestry)

Page 6: Bab 5

5/12/2018 Bab 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-5-55a74f4b97810 6/12

5.1.1 Tanaman Penutup Tanah

Pada dasamya semua jenis tanaman yang dapat menutup tanah dengan baik dapat

dikatakan scbagai tanaman penutup tanah, namun demikian dalam arti yang k.husus yang

dimaksud dengan tanaman penutup taiah adalah tanaman yang memang sengaja ditanain

untuk melindungi tanah dan erosi, menamhah bahan organik tanah, dan sekaligusmeningkatkan produktivitas tanah. Tanaman penutup tanah dapat ditanam tersendiri, atau

dtanam bersama-sama dengan tanaman pokok, atau bahkan sebagai pelindung tanaman

pokok. Berdasarkan habitus pertumbuhannya, Ochse at al.. 1961 (dalam Seta. AK., 1991)

mengelompokkan tananian penutup menjadi lima golongan, yaitu:

1)  Tanaman penutup tanah rendah, jenis rumputrumputan dan tumbuhan

merambat atau menjalar:

a.  Dipergunakan pada pola pertanaman rapat.

b.  Dipergunakan dalam barisan.

c. 

Dipergunakan untuk keperluan k.husus dalam perlindungan tebing, taludteras, dinding saluran inigasi maupun drainase.

2)  Tanaman penutup tanah sedang, berupa semak.

a.  Dipergunakan dalam pola pertanaman teratur diantara barisan tanaman

pokok.

b.  Dipergunakan dalam barisan pagar.

c.  Ditanam di luar tanaman pokok dan merupakan sumber mulsa atau pupuk

hijau.

3)  Tanaman penutup tanah tinggi.

a.  Dipergunakan dalam pola pertanaman teratur diantara barisan tanaman

pokok.

b.  Ditanam dalam barisan.

c.  Dipergunakan khusus untuk melindungi tebing ngarai dan penghutanan

kembali (reboisasi).

4)  Tumbuhan rendah alami (semak belukar), dan

5)  Tumbuhan yang tidak disukai (rumput pengganggu).

Page 7: Bab 5

5/12/2018 Bab 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-5-55a74f4b97810 7/12

 

5.1.2 Pertanaman dalam Strip

Pertanaman dalam strip (strip cropping) adalah cara cocok tanam dengan beberapa

 jenis tananian ditanam berselang-seling dalam strip-strip pada sebidang tanah dan disusun

memotong lereng atau garis kontur. Tanaman yang ditanam biasanya tanaman pangan atau

tanaman semusim diselingi dengan strip-strip tanaman penutup tanah yang tumbuh cepat,

dan rapat untuk pupuk hijau. Dalam sistem ini semua pekerjaan pengolahan tanah dan

Page 8: Bab 5

5/12/2018 Bab 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-5-55a74f4b97810 8/12

pertanaman dilakukan memotong arah lereng. Untuk hasil yang lebih baik, dianjurkan

sistem ini dikombinasikan dengan pergiliran tanaman dan penggunaan mulsa. Pertanaman

dalam strip cocok untuk tanah dengati drainase bagus, karena sistem ini dppat menurunkan

kecepatan aliran, sehingga jika diterapkan pada lahan dengan drainase jelek dan laju

infiltrasi rendah akan berakibat terjadinya pengisian air tanah yang berlebihan

(waterlogging).

Sistem Pertanaman dalam strip dapat dikelompokkan kedalam tiga tipe (Troeh,

Hobbs, dan Donahue, 1980), yaitu:

a.  Pertanaman dalam strip menurut garis kontur (contour strip cropping)

b.  Pertanaman dalam strip lapangan (field strip cropping)

c.  Pertanaman dalam strip berpenyangga (baffer strip cropping)

Pertanaman dalam strip menurut kontur susunan strip-strip harus tepat sejajar

dengan garis kontur dengan urutan pergiliraniyang tepat pula. Oleh karena itu sistem ini

hanya cocok untuk lahan yang Ierengnya panjang dan rata atau seragam (Gambar 5.2a).

Pertanaman dalam strip lapangan terdiri dan strip-strip tanaman yang tidak perlu

persis sejajar. namun lebamya seragam dan disusun melintang/ memotong arah lereng

(Gambar 5.2b). Sistem ini dapat diterapkan pada lahan kelerengan tidak teratur, akan lebih

baikjika dilengkapi dengan saluran bertanaman penutup (grassed iiateris ay).

Pertanaman dalam strip berpenyangga terdiri dan strip-strip rumput atau

liguminosa (tanaman penyangga) yang dibuat diantara strip-strip tanaman pokok. Strip-strip

dapat sragam atau tidak seragam Iebamya, strip ruinput ditempatkan lereng yang kritis.

Sistem ini dilakukan untuk mengatasi lahan yang mempunyai kelerengan sangat tidakteratur (Gambr 5.2c).

Pertanaman dalam strip hanya efektif untuk tujuan konservasi lahan pada

kemiringan kurang dan 8,5° (Morgan, 1986). Namun pada daerah-daerah tertentu, karena

keadaan, Pertanaman dalam strip juga dilakukan pada lahan dengan kiasifikasi tanah Kelas

II, bahkan kadang-kadang pada tanah Kelas III, dan Kelas IV dengan kemiringan 6 15%

(Arsyad, 1989; Seta, 1991).

Lebar strip tergantung pada curah hujan, keadaan tanah, topografi, danjenis

tanaman yang akan ditanam. Makin sering terjadi hujan lebat, atau makin curam lereng,

atau makin peka tanah terhadap erosi, makin sempit strip yang dipergunakan. Namun

secara umuni lebar strip berkisar antara 15 45 m, dan lebar strip penyangga 2 4 m

(Morgan, 1986). Penentuan lebar strip dan rencana tata letak strip biasanya berdasarkan

pengalaman praktis, namun dapat juga diperkirakan dengan rumus Wischmeier dan Smith

(1965) sebagai berikut:

Page 9: Bab 5

5/12/2018 Bab 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-5-55a74f4b97810 9/12

Dimana L adalah lebar strip dalam meter, dan S adalah kemiringan lahan dalam

persen.

Cara lain untuk menentukan lebar strip adalab menggunakan pedoman dan FAQ 

(1965), dan Cooke dan Doomkamp (1974) seperti dalam Tabel 5.5 berikut.

5.1.3 Pertanaman Berganda

Pertanaman berganda (Multiple cropping) berguna untuk meningkatkan

produktifitas lahan sambil inenyediakan proteksi terhadap tanah dan erosi. Sistem ini dapat

dilakukan baik dengan cara Pertanaman beruntun (squential cropping); tumpang sari (inter

cropping); atau tumpang gilir (relay cropping).

Pertanaman beruntun ( squential cropping )

Pertanaman beruntun adalah sistem bercocok tanam dengan menggunakan dua

atau lebib jenis tanaman pada sebidang tanah, dimana tanaman kedua dan berikutnya

ditanam bersamaan dengan pemanenan anaman pertama. Sistem ini bertujuan untuk

Page 10: Bab 5

5/12/2018 Bab 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-5-55a74f4b97810 10/12

meningkatkan intensitas penggunaa lahan. Berdasarkan jumlah tanaman, sistem ini

dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu double cropping (menggunakan dua jenis tanaman),

triple cropping (menggunakan tiga jenis tanaman), dan quadriple cropping ( menggunakan

empat Jenis tanaman),

Tumpang Sari (Inter Cropping)

Tumpang sari adalah sistem bercocok tanam dengan menggunakan dua atau lebih

  jenis tanaman yang ditanam serentak (bersamaan) pada sebidang tanah baik secara

campuran (mixed intercropping) maupun secara terpisah-pisah dalam basis- baris yang

teratur (row intercropping)

Penelitian yang dilakukan oleh Aina et al  (1977) pada berbagai macam kemiringan

lahan terbukti bahwa tumpangsani antara ketela pohon (Cassava) dan jagung mampu

menekan laju erosi dan aliran permukaan dibanding sistem monokultur ketela pohon (Table

5.6).

Tumpang gilir (relay cropping)

Tumpang gilir adalah sistem bercocok tanam dengan menggunakan dua atau lebih

  jenis tanania.n pada sebidang tanah, dimana tanaman kedua atau berikutnya ditanam

setelab tanaman pertaina berbunga, sehingga pada waktu tanaman pertama dipanen

tanaman kedua!berikutnya sudah mulai tumbuh. Sistem ini bertujuan untuk meningkatkan

intensitas penggunaan lahan sekaligus meningkatkan frekuensi tanam.

Pertanaman Lorong (Allay Cropping)

Pertanaman lorong adalah suatu bentuk bercocok tanam dengan menggunakan

dua atau lebih jenis tanaman pada sebidang tanah, dimana salah satu jenis tanaman yang

ditanam adalah tanaman non pangan. Jadi tanaman pokok (tanaman pangan) ditanam di

lorong atau gang yang ada diantara tanaman non pangan sebagai pagar. Tanaman pagar

harus dijaga ketinggiannya dengan memangkas selama tanaman pokok belum dipanen,

sehingga tidak temaungi dan mengurangi kompetisi terhadap air dan unsur hara. Selama

tidak ada tanaman semusim, tanaman pagar dibiarkan meninggi supaya menutup tanah.

Sistem pertanaman lorong sangat cocok untuk tanah tegalan, untuk lahan berlereng

Page 11: Bab 5

5/12/2018 Bab 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-5-55a74f4b97810 11/12

sebaiknya tananman pangan ditanam mengikuti garis kontur agar fungsinya sebagai

penahan erosi berjalan baik. Fungsi tanaman pagar dalam sistem pertanaman lorong adalah

sebagai berikut:

a.  Sumber pupuk hijau atau mulsa bagi tanaman pangan;

b.  Pada tanah berlereng dan ditanam mengikuti garis kontur dapat mengurangi erosi;c.  Jika digunakan tanaman legunilnosa, hash pangkasannya merupakan sumber

Nitrogen bagi tanaman pangan, dan dapat memperbaiki struktur tanah.;

d.  Sumber kayu bakar bagi petani;

e.  Sumber makanan ternak.

Untuk memperoleh hasil yang baik, tanaman pagar atau lunaniun leguminosa yang

digunakan mempunyai persyaratan sebagai berikut:

a.  mudah diperbanyak, sebaiknya dengan biji;

b.  sistem perakarannya cukup baik untuk mengikat tanah tapi tidak mengganggu

tanaman pokok;

c.  Dapat hidup pada tanah yang kurang subur;

d.  Tumbuh cepat dan banyak menghasilkan bahan organik;

e.  Mempunyai toleransi terhadap pemangkasan;

f.  Tahan hama dan penyakit, serta kekeringan;

g.  Mampu menahan pertumbuhan tanaman pengganggu;

h.  Tidak menyebabkan gangguan terhadap pelaksanaan pengerjaan tanah, misalnya

berduri,

i. 

Mudah diberantas jika sudah tidak digunakan lagi.

Dan uraian diatas, dapat diketahui bahwa sistern pertanaman berganda

mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan dengan sistem Pertanaman tunggal

(monokultur), yaitu antara lain:

a.  Permukaan tanah akan selalu tertutup oleh vegetasi sehingga tanah terlindung

dan energi air hujan.

b.  Pengolahan tanah dapat diminirnalkan dengan tanpa mengurangi kondisi

tanah, bahkan akan menjadi lebih baik karena ketersediaan mulsa yang cukup.

c.  Mampu menekan populasi hama dan penyakit serta tumbuhan pengganggu.

d.  Meningkatkan intensitas penggunaan lahan, dan mengurangi penggunaan

sarana produksi (pupuk, insektisida) sebingga memperbaiki pendapatan petani.

e.  Dapat mengurangi pengangguran musiman.

Page 12: Bab 5

5/12/2018 Bab 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-5-55a74f4b97810 12/12

5.1.4 Penggunaan Mulsa

Mulsa adalah sisa-sisa tanaman (crop residues) yang ditebarkan diatas permukaan

tanah. Sedangkan sisa-sisa tanaman tersebut ditanam dibawah permukaan tanah

dinamakan pupuk hij au. Jika sisa-sisa tanaman tersebut ditumpuk terlebih dahulu di suatu

tempat sehingga mengalami proses humifikasi dinamakan kompos.

Sampai saat ini masih banyak kita jumpai di lapangan bahwa para petani kita

kurang bisa inengelola limbah pertanian yang melimpah. Sisa-sisa tanaman biasanya dibakar

begitu saja, atau dikeluarkan dan lahan pertanian untuk berbagai kepentingan, sebelum

melakukan pengolahan tanah untuk masa tanam berikutnya. Hal mi jika berlangsung terus-

menerus akan mengurangi kandungan bahan organik tanah, dan pada akhirnya akan

menurunkan produktifitas lahan. Oieh karena itu kebiasaan mi hams segera dihentikan.

Dan segi konservasi tanah, penggunaan mulsa mempunyai beberapa keuntungan,

yaitu:

a.  Memberi pelindung terhadap permukaan tanali dan hantaman air hujan

sehingga mengurangi laju erosi,

b.  Mengurangi volume dan kecepatan aiiran permukaan,

c.  Memeiihara temperatur dan keiemhahan tanah,

d.  Meningkatkan kemantapan struktur tanah,

e.  Meningkatkan kandunganbahan organik tanah, dan

f.  Mengendalikan tanaman pengganggu (weeds).

Efektifitas penggunaan mulsa dalam mengendahkan erosi telah didemonstrasikan

dengan percobaan lapangan oleb Borst dan Woodburn (1942) pada tanah slit-loam dengankemiringan lahan 7°. Hasil serupa diperoleb Lal (1976) pada tanah alfisol dengan kemiringan

6°. Disamping pengaruh mulsa terhadap laju erosi, Lal (1980) juga mengamati pengaruh

mulsa terhadap aliran permukaan pada lahan berkemiringan lahan 9°. Hasil studi mereka

disajikan dalam Tabel 5.7.