1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh diatas normal, yaitu diatas 38°C. Pada prinsipnya demam dapat menguntungkan dan dapat pula merugikan. Pada tingkat tertentu demam merupakan bagian dari pertahanan tubuh yang bermanfaat karena timbul dan menetap sebagai respon terhadap suatu penyakit. Namun suhu tubuh yang terlalu tinggi juga akan berbahaya. Saat ini, demam dianggap sebagai suatu kondisi sakit yang umum. Demam merupakan keadaan yang sering diderita oleh anak-anak. Hampir setiap anak pasti pernah merasakan demam (Amarilla Riandita, 2012). Berdasarkan pengkajian pada An. A dengan kasus Demam di ruang F RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya pada tanggal 20 Januari 2013 terdapat keluhan utama klien badan terasa panas, kurang nafsu makan, dengan keadaan umum wajah terlihat merah, kulit terasa panas, dan anak terlihat rewel dengan suhu 37,7°C Persentase pasien febris terbesar adalah kelompok umur 17–60 tahun (63,28%) dengan diagnosis akhir febris (29,58%) penggunaan antibiotika sebesar 86,00 % (21 jenis) dan terbanyak pefloksasin (17,19%) dan non febris (70,42%) di antaranya infeksi virus (17,16%), DHF (8,28%), DF (7,10%) dan ISPA (5,92%). Sebesar 79,62% diterapi dengan antibiotika (29 jenis
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh diatas normal, yaitu diatas
38°C. Pada prinsipnya demam dapat menguntungkan dan dapat pula merugikan.
Pada tingkat tertentu demam merupakan bagian dari pertahanan tubuh yang
bermanfaat karena timbul dan menetap sebagai respon terhadap suatu penyakit.
Namun suhu tubuh yang terlalu tinggi juga akan berbahaya. Saat ini, demam
dianggap sebagai suatu kondisi sakit yang umum. Demam merupakan keadaan
yang sering diderita oleh anak-anak. Hampir setiap anak pasti pernah merasakan
demam (Amarilla Riandita, 2012). Berdasarkan pengkajian pada An. A dengan
kasus Demam di ruang F RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya pada tanggal 20
Januari 2013 terdapat keluhan utama klien badan terasa panas, kurang nafsu
makan, dengan keadaan umum wajah terlihat merah, kulit terasa panas, dan anak
terlihat rewel dengan suhu 37,7°C
Persentase pasien febris terbesar adalah kelompok umur 17–60 tahun
(63,28%) dengan diagnosis akhir febris (29,58%) penggunaan antibiotika sebesar
86,00 % (21 jenis) dan terbanyak pefloksasin (17,19%) dan non febris (70,42%)
di antaranya infeksi virus (17,16%), DHF (8,28%), DF (7,10%) dan ISPA
(5,92%). Sebesar 79,62% diterapi dengan antibiotika (29 jenis antibiotika) dan
terbanyak adalah pefloksasin (13,42%) (Aris Widayati, 2008).
Apabila tidak ditangani dengan cepat akan terjadi, seperti: dehidrasi
(kekurangan cairan tubuh), kekurangan oksigen, kerusakan neurologis (saraf), dan
resiko kejang demam (febrile konvulsi). Ketika mengalami demam, terjadi
peningkatan penguapan cairan tubuh sehingga anak bisa kekurangan cairan. Anak
yang demam dengan penyakit paru-paru atau penyakit jantung, dan kelainan
pembuluh darah bisa mengalami kekurangan oksigen sehingga panyakit paru-paru
atau kelainan jantungnya semakin berat. Selain itu demam di atas 42ºC bisa
menyebabkan kerusakan neurologis (saraf), meskipun sangat jarang terjadi. Pada
anak di bawah usia 5 tahun (balita), terutama pada umur di antara 6 bulan sampai
3 tahun, berada dalam resiko kejang demam (febrile convulsion), khususnya pada
temperatur rektal di atas 40ºC. kejang demam biasanya hilang dengan sendirinya,
1
2
dan tidak menyebabkan gangguan neurologis (kerusakan saraf) (Aris Widayati,
2008).
Pada dasarnya, terdapat dua kondisi demam yang memerlukan pengelolaan
yang berbeda. Pertama adalah demam yang tidak boleh terlalu cepat diturunkan
karena merupakan respon terhadap infeksi ringan. Kedua adalah demam yang
membutuhkan pengelolaan segera karena merupakan tanda infeksi serius dan
mengancam jiwa seperti pneumonia, meningitis, dan sepsis. Oleh karena itu,
pemahaman mengenai pengelolaan demam pada anak yang baik menjadi sesuatu
yang penting untuk dipahami. Pengelolaan demam dapat di lakukan secara self
management dan non self management. Self management dapat dilakukan melalui
terapi fisik, terapi obat-obatan maupun kombinasi keduanya. Terapi secara fisik
yang dilakukan antara lain menempatkan anak dalam ruangan bersuhu normal,
memberikan minum yang banyak, dan melakukan kompres. Terapi obat-obatan
yang dilakukan dengan memberi antipiretik. Sedangkan non self management
tindakan yang mengandalkan pengobatan pada tenaga medis (Amarilla Riandita,
2012). Saya tertarik untuk mengambil kasus ini untuk studi kasus agar kebih
mengoptimalkan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah demam.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana cara melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan Demam
Di Ruang F RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya ?
1.3 Tujuan Studi Kasus
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu ............... menyajikan dan menerapkan asuhan
keperawatan pada klien dengan Demam Di Ruang F RSUD Dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien
dengan masalah Demam.
1.3.2.2 Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien
dengan masalah Demam.
1.3.2.3 Mahasiswa mampu membuat intervensi keperawatan pada klien dengan
masalah Demam.
3
1.3.2.4 Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan yang sudah
direncanakan pada klien dengan masalah Demam.
1.3.2.5 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah
dilakukan.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Teoritis
Studi Kasus ini diharapkan dapat memberi sumbangan ilmu bagi
keperawatan untuk menambah pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan pada
klien dengan Demam Ruang F RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya serta
memperkuat teori yang sudah ada.
1.4.2 Praktis
1.4.2.1 Bagi Penulis
1) Sebagai suatu syarat kelulusan.
2) Sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan tentang Asuhan
Keperawatan pada klien dengan Demam, serta aplikasinya.
3) Memperoleh pengalaman dalam membuat Laporan Studi Kasus di bidang
keperawatan dan memberikan informasi sebagai bahan masukan Laporan
Studi Kasus yang akan datang.
1.4.2.2 Bagi Pihak Rumah Sakit
Manfaat Laporan Studi Kasus ini bagi RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya, khususnya perawat di ruang F adalah sebagai bahan masukan dalam upaya
meningkatkan mutu pelaksaan dan bahan evaluasi dalam perbaikan asuhan
keperawatan.
1.4.2.3 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan laporan ini dapat menjadi sumber informasi, bacaan dan bahan
masukan untuk menambah wawasan bagi mahasiswa khususnya yang terkait
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan demam.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar
2.1.1 Definisi
Menurut Lynda Juall C. (2009), demam adalah keadaan ketika individu
mengalami atau beresiko mengalami peningkatan suhu tubuh yang terus-menerus
lebih tinggi dari 37,8°C secara oral atau 38,8°C secara rektal yang disebabkan
oleh berbagai faktor eksternal.
2.1.2 Tipe Demam
Menurut Suriadi (2001), demam adalah meningkatnya temperatur suhu
tubuh secara abnormal. Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain:
2.1.2.1 Demam Septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari
dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan
menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang
normal dinamakan juga demam hektik.
2.1.2.2 Demam Remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan
normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan
tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
2.1.2.3 Demam Intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu
hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila
terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
2.1.2.4 Demam Kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
2.1.2.5 Demam Siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh
kenaikan suhu seperti semula.
4
5
2.1.3 Etiologi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam
dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit
metabolik maupun penyakit lain. Penyebab demam selain infeksi juga dapat
disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian
obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak,
koma). Situasi lingkungan juga bdapat menyebabkan demam, seperti: pajanan
terhadap panas/sinar matahari, berpakaian yang tidak tepat dengan kondisi iklim,
tidak mempunyai alat pendingin udara (Julia, 2000).
2.1.4 Manifestasi Klinis
Menurut Julia (2000), tanda dan gejala demam antara lain:
1) Anak terlihat rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8° C-40°C).
2) Kulit terlihat kemerahan.
3) Hangat pada sentuhan.
4) Peningkatan frekuensi pernapasan.
5) Menggigil.
6) Dehidrasi.
7) Kehilangan nafsu makan.
2.1.5 Patofisiologi
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi
ada peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak
disertai peningkatan set point. Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan
tubuh (respon imun) anak terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam
tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem
pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab
demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh
(pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau
merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (non infeksi) (Julia, 2000).
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang
terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus.
Reaksi menaikan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan
menghambat sekresi kelenjar keringat pengeluaran panas menurun, terjadilah
ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas. Inilah yang
6
menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsang aktivitas
tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi zat asing tersebut
dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan
dalam pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh (Julia, 2000).
Demam
Mekanisme Pertahanan Tubuh
Pirogen dilepaskan (zat penyebab demam)
Reseptor Hipotalamus
Menaikan suhu tubuh dengan
menyempitkan pembuluh darah
Menghambat sekresi kelenjar keringat
Ketidakseimbangan pembentukan dan
pengeluaran panas
Demam
Bagan 2.1 Patofisiologi Demam
7
2.1.6 Komplikasi
2.1.6.1 Kejang
Kejang adalah gangguan sistem saraf pusat lokal atau sistemik sehingga
kejang bukan merupakan suatu penyakit, kejang merupakan tanda paling penting
akan adanya suatu penyakit lain. Kejang juga bisa diartikan sebagai gerakan otot
tubuh secara mendadak yang tidak disadari tanpa disertai hilangnya kesadaran.
2.1.6.2 Resiko persisten bakterimia atau infeksi bakteri.
2.1.6.3 Resiko meningitis
Meningitis adalah radang membran pelindung sistem syaraf pusat. Penyakit
ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme, luka fisik, kanker, atau obat-obatan
tertentu. Meningitis adalah penyakit serius karena letaknya dekat otak dan tulang
belakang, sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran, bahkan
kematian (Julia, 2000).
2.1.7 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besaran
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur
dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang, (cm, meter), umur
tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium, nitrogen tubuh).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya
proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem
organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masisng-masing dapat
memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan
tingkah laku hasil interaksi dengan lingkuangannya (Soetjiningsih, 1995).
Pertumbuhan dan perkembangan pada tahun kedua pada anak akan
mengalami beberapa perlambatan dalam pertumbuhan fisik, dimana pada tahun
kedua anak akan mengalami kenaikan berat badan sekitar 1,5-2,5 kg dan panjang
badan 6-10 cm, kemudian pertumbuhan otak juga akan mengalami perlambatan
yaitu kenaikan lingkar kepala hanya 2 cm, untuk pertumbuhan gigi terdapat
tambahan 8 buah gigi susu termasuk gigi geraham pertama, dan gigi taring
sehingga seluruhnya 14-16 buah (A. Aziz Alimul Hidayat, 2009).
8
Dalam perkembangan motorik kasar anak sudah mampu melangkah dan
berjalan dengan tegak, pada sekitar umur 18 bulan anak mampus menaiki tangga
dengan cara satu tangan dipegang dan pada akhir tahun kedua sudah mampu
berlari-lari kecil, menendang bola dan mulai mencoba melompat. Perkembangan
motorik halus mampu mencoba menyusun atau membuat menara pada kubus.
Kemampuan bahasa pada anak sudah mulai ditunjukan dengan anak mampu
memiliki sepuluh perbendaharaan kata, kemampuan meniru dan mengenal serta
responsif terhadap orang lain sangat tinggi, mampu menunjukan dua gambar,
mampu mengkombinasikan kata-kata, mulai mampu menunjukan lambaian
anggota badan. Pada perkembangan adaptasi sosial mulai membantu kegiatan di
rumah, menyuapi boneka, mulai menggosok gigi serta mencoba memakai baju (A.
Aziz Alimul Hidayat, 2009).
9
Tabel: 3.1 Pertumbuhan dan perkembangan selama masa bayiUsia
1) Penambahan berat badan 150 sampai 210 g setiap minggu selama 6 bulan pertama.
Penambahan tinggi badan 2,5 cm setiap bulan selama 6 bulan pertama.
Peningkatan lingkar kepala sebesar 1,5 cm setiap buan selama 6 bulan pertama.
Ada reflek primitif dan kuat.
Reflek mata boneka dan reflex dansa menghilang.
Pernapasan hidung harus terjadi (pada kebanyakan bayi).
Memilih posisi fleksi dengan pelvis tinggi tetapi lutut tidak di bawah abdomen bila telungkup (pada saat lahir, lutut fleksi di bawah abdomen).
Dapat memutar kepala dari satu sisi ke sisi lain bila telungkup; mengangkat kepala sebentar dari tempat tidur.
Mengalami head lag yang nyata, khususnya bilamenarik kepala dari posisi berbaring keposisi duduk.
Menahan kepala sebentar secara paralel dan dalam garis tengah dan tertahan dalam posisi telungkup.
Menunjukkan posisi refleks leher tonik asimetris bila telentang.
Tangan tertutup secara umum.
Reflek menggenggam kuat.
Tangan mengatup pada kontak dengan mainan.
Mampu memfiksasi objek bergerak dalam rentang 45 derajat bila digendong pada jarak 20 sampai 25 cm.
Menangis untuk mengekspresikan ketidaksenangan.
Membuat bunyi kecil dengan suara tenggorok.
Membuat bunyi tenang selama makan.
Ada dalam fase sensori motorik-tahap I penggunaan reflex-refleks, (lahir sampai 1 bulan), dan tahap II, reaksi sirkular utama (1 sampai 4 bulan).
Memandang wajah orangtua secara terus menerus saat mereka bicara pada bayi.
9
10
Bila menahan dalam posisi berdiri, rubuh lemas pada lurut dan panggul.
Pada posisi duduk, punggung memutar bersamaan, tidak ada kontrol kepala
2) Fontanel posterior menutup.
Refleks merangkak hilang.
Menunjukkan posisi yang kurang fleksi bila telungkup)—panggul datar, kaki terekstensi, lengan fleksi, kepala ke satu sisi.
Head lag berkurang bila menariknya ke posisi duduk.
Dapat mempertahankan kepala dalam dalam kesejajaran yang sama dengan posisi rubuh yang Iain ketika ditahan dalam suspensi ventral.
Bila telungkup, dapat mengangkat kepala hampir 45 derajat dari meja.
Tangan sering terbuka.
Refleks menggenggam menghilang.
Mulai memfiksasi binokular dan konvergen pada objek dekat.
Bila telentang, mengikuti mainan yang tergantung dari satu sisi ke titik di garis tengah. Secara visual mencari untuk melokalisasi bunyi.
Memutar kepala ke satu sisi bila bunyi dibuat pada ketinggian telinga.
Bersuara, berbeda dari menangis.
Tangisan menjadi berbeda.
Mendekut.
Bersuara pada wajah yang dikenal.
Menunjukkan senyum sosial sebagai respons terhadap berbagai stimulus.
10
11
Bila digendong dalam posisi duduk, kepala ditahan ke atas tetapi menunduk ke depan.Menunjukkan posisi refleks leher tonik asi-metris secara intermiten.
3) Refleks primitif menghilang.
Mampu menahan kepala lebih tegak bila duduk tetapi masih menunduk ke depan.
Hanya sedikit mengalami head lag yaitu bil amenarik kepala ke posisi duduk.
Mendapatkan posisi tubuh simetrik.
Mampu mengangkat kepala dan bahu dari po-sisi telungkup sampai sudut 45-90 derajat dari meja; menahan beban berat badan pada lengan bawah.
Bila digendong pada posisi berdiri, mampu menahan sedikit fraksi beban badan pada kakinya.
Secara aktif memegang mainan tetapi tidak akan menggapai mainan itu.
Refleks menggenggam tidak ada.
Tangan tetap tertutup rapat.
Menggenggam tangan sendiri, mearik selimut atau pakaian.
Mengikuti objek ke perifer (180 derajat).
Melokalisasi bunyi dengan memalingkan kepala ke samping dan melihat ke arah yang sama.
Mulai mempunyai kemampuan untuk mengkoordinasikan rangsang dari berbagai organ indera.
Menjerit keras untuk menunjukkan kesenangan' Mendekut, menggumam, tertawa.
Bersuara bila tersenyum. "Bicara" banyak hal bila diajak berbicara.
Menangis berkurang selama periode terbangun.
Menunjukkan minat yang dapat diper- timbangkan terhadap sekitarnya.
Berhenti menangis bila orangtua memasuki ruangan.
Dapat mengenali wajah dan objek yang dikenal, seperti botol minum.
Menunjukkan kewaspadaan terhadap situasi asing.
11
12
Memegang tangan sendiri.
4) Mulai merangkak.
Refleks Moro, tonik leher, dan rooting telah menghilang.
Hampir tidak mengalami head lag ketikamenariknya ke posisi duduk.
Keseimbangan kepala pada posisi duduk baik.
Pungung sedikit melengkung, lengkung hanya dalam area lumbal.
Mampu duduk tegak bila disangga. Mampu mengangkat kepala dan dada dari permukaan sampai sudut 90 derajat.
Mengambil posisi simetris utama Berguling dari telungkup ke sisi lain.
Melihat dan memainkan tangan; menarik pakaian atau selimut ke atas wajah untuk bermain.
Mencoba meraih objek de-ngan tangan tetapi me-lampaui.
Menggenggam objek dengan kedua tangan.
Bermain dengan mainan yang ditempatkan di; tangan, mencarinya, tetapi tidak dapat mengambilnya bila dijatuhkan.
Dapat memasukkan objek ke mulut.
Mampu mengakomodasi objek dekat.
Penglihatan binocular cukup baik terbentuk.
Dapat memfokuskan pada blok yang berada pada jarak 1,25 cm.
Dimulainya koordinasi mata-tangan.
Membuat bunyi konsonan n, k, g, p, h.
Tertawa keras.
Suara berubah sesuai alam perasaan.
Ada dalam tahap III, rekasi sirkular sekunder.Menuntut perhatian dengan rewel, menjadi bosan bila ditinggal sendirian.
Menikmati interaksi social dengan orang.
Mengantisipasi pemberian makan bila melihat botol atau ibu bila menyusui dengan asi.
Menunjukkan kesenangan dengan seluruh tubuh, menjerit, bernapas dengan keras.
Menunjukkan minat dalam rangsang kuat.
Mulai menunjukkan
13
memori.5) Memulai tanda-tanda
pertumbuhan gigi.
Berat badan ahir menjadi dua kali lipat.
Tidak ada head lag ketiak menarik kepala untuk posisi duduk.Bila duduk, mampu menahan kepala tegak dan mantap.Mampu duduk untuk periode yang lebih lama bila punggungdisokong dengan baik.
Punggung tegak.
Bila telungkup, menunjukkan posisi simetris dengan lengan ekstensi.
Dapat membalik dari posisi telungkup ke telentang.
Bila telentang, menempatkan kaki ke mulut.
Mampu menggenggam objek secara volunteer.Menggunakan genggamart telapak, pendekatan bidextrou.s
Memainkan jari-jari kaki.
Mengambil objek secara langsung ke mulut.
Memegang satu kotak, sementara memperhatikan kotak yang lain.
Secara visual mengikuti objek yang dijatuhkan.Mampu menunjukkan inspeksi visual terhadap suatu objek.Dapat melokasilisasi bunyi yang dibuat di bawah telinga.
Menjerit.
Membuat bunyi gumanam vokal yang diselingi dengan bunyi konsonan misalnya ah-goo.
Tersenyum pada bayangan dicermin.
Memegang botol atau payudara dengan kedua tangan.
Lebih antusias bermain, tetapi mungkin mengalami perubahan alam perasaan yang cepat.
Mampu membedakan ketidaksenangan bila objek diambil.
Menemukan bagian-bagian tubuh.
1213
14
6) Laju pertumbuhan mulai menurun.
Penambahan berat badan 90 sampai 150 g setiap minggu selama 6 bulan berikutnya.
Penambahan tinggi badan 1,25 cm setiap bulan se-lama 6 bulan berikutnya.
Gigi geligi mulai dengan pertumbuhan dua gigi ins is i sentral bawah.
Mengunyah dan menggigit mulai terjadi.
Bila telungkup, dapat mengangkat dada dan abdomen bagian atas dari atas meja, mem-bebankan berat badan pada tangan.
Bila akan menarik untuk posisi duduk, mengangkat kepala.
Duduk pada kursi tinggi dengan punggung tegak.
Berguling dari telungkup ke telentang.
Bila digendong dalam posisi berdiri, membebankan hampir semua berat badan.
Memegang tangan tidak ada lagi.
Mengamankan objek yang jatuh.
Menjatuhkan satu kotak bila kotak lainnya diberikan.
Menggenggam dan memanipulasi objek kecil.
Memegang botol.
Menggenggam kaki dan menarik ke mulut.
Menyesuaikan postur untuk melihat objek.
Lebih menyukai rangsang visual yang kompleks.
Dapat melokalisasi bunyi yang dibuat di atas telinga.
Akan memalingkan kepala pada sisi, kemudian melihat ke bawah.
Mulai mengikuti bunyi-bunyian.
Mengoceh menyerupai ungkapan satu suku kata-ma, mu, da, di , hi.
Memvokalisasi terhadap mainan, bayangan cermin.
Menikmati mendengarkan suara sendiri (penguatan diri).
Mengenali orang tua, mulai takut pada orang asing.
Memegang tangan untuk mengambil.
Mempunyai kesukaan dan ketidaksukaan pasti.
Mulai meniru (batuk, menjulurkan lidah).
Senang mendengarkan langkah kaki.
Tertawa bila kepala disembunyikan di handuk.
Mencari sejenak objek yag dijtuhkan (mulai menetapkan objek).
Sering berubah alam perasaan-dari menangis menjadi tertawa dengan sedikit atau tanpa
15
provokasi.
7) Pertumbuhan gigi insisi tengah atas.
Bila telentang, secara spontan mengangkat kepala dari meja.
Duduk,menyandar ke depan dengan kedua tangan.
Bila telungkup, membebankan berat badan pada satu tangan.
Duduk tegak sebentar.
Membebankan seluruh berat badan pada kaki.
Bila digendongdalam posisi berdiri, meloncat secara aktif.
Memindahkan objek dari satu tangan ke tangan yang lain.
Mempunyai pendekatan unidextrous dan menggenggam.
Memegang kedua kotak lebih dari sebentar.
Membanting kotak ke meja.
Menggaruk pada objek kecil.
Dapat memfiksasi objek yang sangat kecil.
Berespons terhadap nama sendiri.
Melokalisasi bunyi dengan memalingkan kepala pada lengkungan.
Mulai menyadari kedalaman dan ruang.
Mempunyai kesukaan rasa.
Menghasilkan bunyi vokal dan menggabungkan suku kata-baba, dada, kaka.
Melokalisasi empat bunyi vokal berbeda.
Bicara bila orang lain bicara.
Meningkatkan rasa takut pada orang asing menunjukkan tanda kekuatiran bila orang tua menghilang.
Meniru tindakan dan bunyi sederhana.
Mencoba untuk mencari perhatian dengan batuk atau mendengkur.
Bermain cilukba.
Menunjukkan ketidaksukaan makanan dengan mempertahankannya bibir tetap tertutup.
Menunjukkan keagresifan oral dalam menggigit dan mengunyah.
14
16
Menunjukkan harapan dalam respons terhadap pengulangan rangsang.
8) Mulai menunjukkan pola yang teratur dalam eliminasi kandung kemih dan defekasi.
Refleks parasut muncul.
Duduk dengan mantap tanpa sokongan.
Membebankan berat badan pada aki dengan segera bila disokong, dapat berdiri berpegangan pada perabot.
Menyesuaikan postur untuk meraih objek.
Mulai menggenggam dengan menggunakan jari telunjuk, jari keempat, dan kelima terhadap bagian tungkai bawah.
Melepaskan objek sesuai keinginan.
Membunyikan bel dengan tujuan.
Memegang dua kotak dan menginginkan kotak ketiga.
Mengamankan objek dengan menarik.
Membuat bunyi konsonan t, d, dan w.
Mendengarkan secara selektif kata-kata yang dikenalnya.
Mengungkakan tanda penekanan dan emosi.
Menggabungkan suku kata, seperti dada, tetapi tidak menunjukkan artinya.
Meningkatkan ansietas terhadap kehilangan orangtua, terutama ibu dan rasa takut pada orang asing.
Berespons terhadap kata tidak..
Tidak menyukai pakaian, penggantian popok.
15
17
Meraih secara mantap mainan yang berada di luar jangkauan.
9) Pertumbuhan gigi incisor lateral atas mulai terjadi merangkak pada tangan dan lutut.
Creeps on hands and kness.
Duduk dengan mantap di lantaiuntuk waktu lama (10 menit).
Mengatasi keseimbangan bila bersandar ke depan tetapi tidak dapat melakukannya bila bersandar ke samping.
Menarik badan ke posisi berdiri dan berdiri berpegangan pada perabot.
Menggunakan ibu jari dan jari telunjuk dalam menggenggam kasar.
Menyukai menggunakan tangan yang dominan mulai terlihat.Menggenggam kotak ketiga.
Membandingkan dua kotak membawanya.
Melokalisasi bunyi dengan memalingkan kepala secara diagnonal dan secara langsung terhadapbunyi.
Persepsi dalam meningkat.
Berespons terhadap perintah verbal sederhana.
Memahami”no-no”.
Orangtua (biasanya ibu) makin penting untuk pencariannya.
Menunjukkan peningkatan minat dalam menyenangkan orang tua.
Mulai menunjukkan ras takut terhadap pergi tidur dan menjadi sendiri.
Menempatkan tangan di depan wajah untuk menghindari dicuci wajahnya.
16
18
10) Refleks labyrinth rihgting paling kuat bila bayi pada posisi telungkup atau telentang, mampu mengangkat kepala.
Mengubah telungkup menjadi duduk.
Berdiri sementara memegang perabot, duduk dengan menjatuhkan diri.
Melakukan keseimbangan dengan mudah pada saat duduk.
Saat berdiri, mengangkkat salah satu kaki untuk melangkah.
Pelepasan sederhana terhadap suatu objek mulai.
Menggenggam objek dengan tangan.
Mengatakan “da-da” “ma-ma ” dengan makna.
Memahami “dag-dag”.
Dapat mengatakan satu kata (misal hai, daag, tidak).
Menghambat perilaku untuk perintah verbal dari tidak atau nama sendiri.
Meniru ekspresi wajah, melambaikan untuk ‘daag-daag’.
Menunjukkan mainan pada orang lain tetapi tidak akan memberikannya.
Membangun objek permainan.
Mengulangi tindakan yang menarik perhatian dan menyebabkan tertawa.
Menarik pakaian orang lain untuk menarik perhatian.
Memainkan per mainan menarik seperti tepuk ami-
17
19
ami.
Bereaski terhadap kemarahan orang dewasa seperti menangis bila dimarahi.
Menunjukkan kemandirian dalam berpakaian, makan, keterampilan lokomotif, dan menguji orang tua.
Melihat dan mengikuti gambar dalam buku.
11) Munculnya gigi incisor lateral bawah.
Bila duduk, berputar untuk meraih objek.
Meluncur atau berjalan memegang perabot atay dengan kedua tangan di pegang.
Menjelajahi objek lebih seksama (misal genta di dalam bel).
Memiliki genggaman lebih erat.
Menjatuhkan objek dengan sengaja untuk mengambilnya.Menempatkan suatu objek setelah objek
Meniru bunyi bicara pasti.
Mengalami kesenangan dan kepuasaan bila tugas dikuasai.
Bertindak terhadap pembatasan dengan frustasi.
Menggelindingkan bola pada orang lain sesuai permintaan.
Mengantisipasi gerak tubuh bila
18
20
lain di dalam suatu wadah (permainan sekuensial).
Mampu memanipulasi onjek untuk memindahkannya dari penjepitan paha yang erat.
irama pengasuh dikenal atay cerita diceritakan (misal, menggengam ibu jari dan jari kaki dalam berespons terhadap “babi kecil ini pergi ke supermarket”).
Memainkan permainan ke atas-bawah, besar atau cilukba.
Menggelengkan kepala untuk “tidak”.
12) Tiga kali berat badan lahir.
Panjang lahir meningkat 50%.
Lingkar kepala dan lingkar dada sama (lingkar kepala 46,5 cm).Mempunyai total gigi enam sampai delapan.
Fontanel anterior hampir menutup.
Berjalan dengan satu tangan dipegang.
Meluncur dengan baik.
Dapat berusaha untuk berdiri sendiri sejenak; dapat berusaha melangkah pertama sendiri.
Dapat duduk dari posisi berdiri tanpa bantuan.
Melepaskan kotak ke dalam cangkir.
Berusaha untuk membangun dua blok menara tapi gagal.
Mencoba untuk memasukkan butir-butir ke dalam leher botol yang sempit tetapi gagal.Dapat membalikkan halaman buku,
Mendiskriminasikan bentuk geometrik sederhana (mis., melingkar).
Ambliobia dapat terjadi dengan kurang binokularitas.
Dapat mengikuti objekbergerak dengan cepat.
Mengontrol dan menyesuaikan respon
Mengatakan tiga sampai lima kata di samping “dada,” “mama”.
Memahami makna beberapa kata (pemahaman selalu mendahului verbalisasi).
Mengenali objek berdasarkan nama.Meniru bunyi binatang.
Menunjukkan emosi seperti cemburu, perasaan (dapat memberikan pelukan atau ciuman sesuai permintaan), marah, takut.
Menikmati lingkungan yang di kenal dan menggali dari orang tua.Rasa takut dalam situasi asing;
19
21
Reflex Lantau berkurang.
Reflex Babinski menghilang.
Kurva lumbar terbentun, lordosis terlihat selama berjalan.