17 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental dan metode yang digunakan adalah post test only control group design yaitu rancangan penelitian yang hasil penelitiannya diamati setelah perlakuan selesai. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang. Pembuatan jus buah apel dilakukan di Laboratorium Biomedik Universitas Muhammadiyah Malang. Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan, mulai bulan Oktober 2018 sampai dengan Desember 2018. 4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi Populasi pada penelitian ini adalah semua tikus putih jantan (Rattus norvegicus strain wistar). 4.3.2 Sampel Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus putih jantan (Rattus Norvegicus strain wistar) yang diambil dari populasi yang sesuai dengan kriteria inklusi.
15
Embed
BAB 4 METODE PENELITIANeprints.umm.ac.id/46899/5/BAB 4.pdf · 17 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental dan metode
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
17
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental dan metode
yang digunakan adalah post test only control group design yaitu rancangan penelitian
yang hasil penelitiannya diamati setelah perlakuan selesai.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang. Pembuatan jus buah apel dilakukan di
Laboratorium Biomedik Universitas Muhammadiyah Malang. Penelitian ini
dilakukan selama 2 bulan, mulai bulan Oktober 2018 sampai dengan Desember
2018.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua tikus putih jantan (Rattus
norvegicus strain wistar).
4.3.2 Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus putih jantan
(Rattus Norvegicus strain wistar) yang diambil dari populasi yang sesuai dengan
kriteria inklusi.
18
4.3.3 Besar Sampel
Terdapat 5 kelompok perlakuan yaitu kelompok kontrol positif (+), kontrol
negatif (-), dan 3 kelompok perlakuan. yaitu kelompok 1 sebagai kontrol negatif
dengan diberi pakan, kelompok 2 sebagai kontrol positif dengan diberi pakan dan
diinduksi ovalbumin, kelompok 3 diinduksi ovalbumin dan diberi sari buah apel
(Malus sylvestris) sebanyak 3 ml dengan kadar 15% selama 4 minggu, kelompok
4 diinduksi ovalbumin dan diberi sari buah buah apel (Malus sylvestris) sebanyak
3 ml dengan kadar 20% selama 4 minggu, kelompok 5 diinduksi ovalbumin dan
diberi sari buah apel (Malus sylvestris) sebanyak 3 ml dengan kadar 25% selama
4 minggu. Penentuan besar replikasi sampel dalam penelitian ditentukan
menggunakan rumus pada Sample Size Calculation in Animal Studies tahun
2017, yakni sebagai berikut :
Tabel 4.1 Rumus penentuan jumlah sampel
Annova
Design
Application Minimum n/grup Maximum n/grup
One-way
Annova
Group
Comparison
10/k +1 20/k+1
Keterangan :
n : Jumlah subjek tiap kelompok
k : Jumlah kelompok
Sesuai dengan rumus tersebut maka untuk mendapat sampel atau jumlah subjek
tiap kelompoknya dapat dikalkulasikan sebagai berikut :
Jumlah sampel minimum
n = 10/k +1
19
n = 10/5 +1
n = 3
Jumlah sampel maksimum
n = 20/k +1
n = 20/5 +1
n = 5
Sehingga dalam penelitian ini juamlah sampel tiap kelompoknya adalah 4
karena diantara rentang jumlah sampel minimum dan maksimum. Maka jika
dijumlahkan pada peneliatian ini digunakan kurang lebih 20 sampel.
4.3.4 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling
4.3.5 Karakteristik Sampel Penelitian
4.3.5.1 Kriteria Inklusi
a. Tikus Rattus Novergicus Strain Wistar jenis kelamin jantan
b. Umur 2–3 bulan
c. Berat Badan 150 – 200 gram
d. Tikus dalam keadaan sehat, ditandai dengan gerakannya yang
aktif, bulu yang tebal, mata yang jernih
4.3.5.1 Kriteria Eksklusi
a. Tikus yang sudah pernah digunakan dalam penelitian lain
b. Tikus sakit selama proses perlakuan (gerakan tidak aktif, tidak mau
makan, rambut kusam atau rontok atau botak dan keluarnya
eksudat yang tidak normal)
c. Terdapat penurunan berat badan lebih dari 10% setelah masa
20
adaptasi di laboratorium
d. Tikus yang mati selama penelitian
4.3.6 Variabel Penelitian
4.3.6.1 Variabel Bebas
Minuman sari apel
4.3.6.2 Variabel Tergantung
Kadar sel mast pada paru
4.3.7 Definisi operasional
a) Sari apel Malang adalah cairan yang didapat dari buah apel yang di jus dan di
saring sehingga hanya didapatkan airnya saja. Minuman sari apel berupa cairan
kecoklatan dengan hijau kekukningan. Kemudian sari apel dibuat dengan kadar
15%, 20%, 25% dan sari apel diberikan dengan dosis 3ml per oral diberikan pagi
dan sore setiap harinya. Menggunakan skala data kategorik (ordinal).
b) Sel mast adalah sel yan terdapat pada jaringan ikat dan berisi mediator kimia
(histamine, prostaglandin, serotonin, bradikinin). Pewarnaan sel mast untuk
mengetahui kadar sel mast pada paru. Paru yang diambil dari saluran tikus
dilakukan pewarnaan menggunakan methylene blue. Sel mast dengan mikroskop
terlihat berbentuk oval atau bulat, ukuran diameter 10-13m, sitoplasma berisi
granula basofilik. Inti agak keil terletak ditengah, seringkali tertutup oleh granul.
Pada pewarnaan methylene blue, granule sel mast akan tampak metakromasi
berwarna ungu-merah tersebar di seluruh sitoplasma. Kemudian dilakukan
dilakukan perhitungan sel mast secara manual tiap lapang pandang dengan
mikroskop cahaya. Setiap preparat masing-masing diamati sebangyak 3 lapang
pandang.
21
4.4 Alat dan Bahan
4.4.1 Alat
4.4.1.1 Alat Pemeliharaan Tikus
a. Kandang tikus dan penutup
b. Tempat makan dan minum
c. Timbangan analitik
d. Sekam
4.4.1.2 Alat Pembuatan Sari Buah Apel
a. Juicer
b. Pisau
c. Timbangan analitik
d. Pengaduk
e. Plastik
f. Handscoon
g. Tisu
4.4.1.3 Alat Perlakuan
a. Nebulizer
b. Handscoon
c. Tisu
d. Sonde modifikasi
e. Gelas beker
f. Spuit 5cc
g. Neraca berat badan
h. Label
22
4.4.1.4 Alat Pengambilan Darah
a. Jarum
b. Pipet mikro 50μi
4.4.1.5 Alat lain
a. Jaringan paru
b. Formalin 10%
c. Blok parafin
d. Methylene blue
e. Objek glass
f. Cover glass
g. Mikoskop
h. Kamera digital
4.4.2 Bahan
a. Buah apel (Malus sylvestris)
b. Ovalbumin
c. Al(OH)3
d. Normal salin
e. Putih telur ayam
f. Aquades
g. Pakan standar BR-1.
4.5 Prosedur Penelitian
4.5.1 Adaptasi
Proses adaptasi hewan coba dalam kandang dilakukan selama 7 hari dengan
tujuan agar tikus menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang baru. Selama adaptasi,
23
tikus diberikan pakan standar BR-1 yang diberikan 1 kali sehari. Jika ada sisa
makanan, maka sisanya dibuang lalu diganti dengan yang baru. Tikus juga diberi
minum aquades secukupnya. Pada masa aklimatisasi, tikus ditimbang berat badannya.
4.5.2 Pengelompokan Hewan Coba
Tikus yang digunakan sebanyak 20 ekor yang terbagi menjadi 5 kelompok dan
tiap kelompok terdiri dari 4 ekor tikus :
a. Kontrol negatif: Diberi pakan standar BR-1 sebanyak 40 g/hari/tikus
serta minum aquades selama 31 hari. Konrol negatif hanya untuk nilai
normal tanpa dimasukkan dalam statistik.
b. Kontrol positif: Diberi pakan standar BR-1 sebanyak 40 g/hari/tikus
serta minum aquades. Ditambah dengan pemberian ovalbumin 10 µg
dan 2 mg Al(OH)3 dalam 0,2 cc normal salin secara intraperitoneal
pada hari pertama, hari ke-tujuh dan hari ke-empat belas, dan diberi
ovalbumin 1% dalam 10 ml normal salin secara inhalasi dengan
menggunakan nebulizer selama 30 menit pada hari ke- sembilan belas
dan hari ke-dua puluh dua dan digunakan sebagai pembanding.
c. Kelompok III: Diberi pakan standar BR-1 sebanyak 40 g/hari/tikus
serta minum aquades. Ditambah dengan pemberian ovalbumin 10 µg
dan 2 mg Al(OH)3 dalam 0,2 cc normal salin secara intraperitoneal
pada hari pertama, hari ke-tujuh dan hari ke-empat belas, dan diberi
ovalbumin 1% dalam 10 ml normal salin secara inhalasi dengan
menggunakan nebulizer selama 30 menit pada hari ke- sembilan belas
dan hari ke-dua puluh dua. Serta diberikan sari buah apel 3ml dengan
kadar 15 % secara peroral.
24
d. Kelompok IV: Diberi pakan standar BR-1 sebanyak 40 g/hari/tikus
serta minum aquades. Ditambah dengan pemberian ovalbumin 10 µg
dan 2 mg Al(OH)3 dalam 0,2 cc normal salin secara intraperitoneal
pada hari pertama, hari ke-tujuh dan hari ke-empat belas, dan diberi
ovalbumin 1% dalam 10 ml normal salin secara inhalasi dengan
menggunakan nebulizer selama 30 menit pada hari ke- sembilan belas
dan hari ke-dua puluh dua. Serta diberikan sari buah apel 3ml dengan
kadar 20% secara peroral.
e. Kelompok V: Diberi pakan standar BR-1 sebanyak 40 g/hari/tikus
serta minum aquades. Ditambah dengan pemberian ovalbumin 10 µg
dan 2 mg Al(OH)3 dalam 0,2 cc normal salin secara intraperitoneal
pada hari pertama, hari ke-tujuh dan hari ke-empat belas, dan diberi
ovalbumin 1% dalam 10 ml normal salin secara inhalasi dengan
menggunakan nebulizer selama 30 menit pada hari ke- sembilan belas
dan hari ke-dua puluh dua. Serta diberikan sari buah apel 3ml dengan
kadar 20% secara peroral.
Mulai hari pertama perlakuan, tikus kelompok III, IV dan V diberikan
sari apel secara per oral dengan dosis yang berbeda-beda sesuai dengan
kelompoknya. Pada hari pertama, hari ke-tujuh dan hari ke-empat belas
dilakukan sensitisasi dengan pemberian ovalbumin (OVA) 10 µg secara