BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang digunakan. Akan dipaparkan secara singkat variabel penelitian, definisi operasional dari variabel, karakterisitik subjek penelitian serta tehnik sampling. Peneliti juga akan menjelaskan tentang alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini beserta validitas dan reliabilitasnya. Terakhir peneliti akan membahas prosedur penelitian yang akan dilakukan serta teknik pengolahan dan analisis data yang didapat. 3.1 Variabel Penelitian 3.1.1 Variabel Penelitan & Definisi Operasional “Variabel adalah suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi atau macam-macam nilai” (Nisfiannoor, 2009 : 7).Variabel dalam penelitian ini adalah disonansi kognitif 3.1.1.1 Disonansi Kognitif Disonansi kognitif adalah besar kecilnya ketidaksesuaian yang terjadi antara dua elemen kognitif yang tidak konsisten yang menyebabkan ketidaknyamanan Psikologis serta memotivasi orang untuk berbuat sesuatu agar disonansi itu dapat dikurangi. Disonansi kognitif memiliki empat sumber, yaitu inkonsistensi logis, nilai-nilai budaya, pendapat umum, dan pengalaman masa lalu. Untuk mengurangi disonansi kognitif,
23
Embed
BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2012-1-00435-PS Bab3001.pdf · Sugiyono (2012), teknik sampling di kelompokkan menjadi dua, yaitu
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang
digunakan. Akan dipaparkan secara singkat variabel penelitian, definisi
operasional dari variabel, karakterisitik subjek penelitian serta tehnik sampling.
Peneliti juga akan menjelaskan tentang alat ukur yang digunakan dalam penelitian
ini beserta validitas dan reliabilitasnya. Terakhir peneliti akan membahas prosedur
penelitian yang akan dilakukan serta teknik pengolahan dan analisis data yang
didapat.
3.1 Variabel Penelitian
3.1.1 Variabel Penelitan & Definisi Operasional
“Variabel adalah suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi atau
macam-macam nilai” (Nisfiannoor, 2009 : 7).Variabel dalam penelitian ini adalah
disonansi kognitif
3.1.1.1 Disonansi Kognitif
Disonansi kognitif adalah besar kecilnya ketidaksesuaian yang
terjadi antara dua elemen kognitif yang tidak konsisten yang menyebabkan
ketidaknyamanan Psikologis serta memotivasi orang untuk berbuat
sesuatu agar disonansi itu dapat dikurangi. Disonansi kognitif memiliki
empat sumber, yaitu inkonsistensi logis, nilai-nilai budaya, pendapat
umum, dan pengalaman masa lalu. Untuk mengurangi disonansi kognitif,
terdapat tiga cara, yaitu mengubah elemen kognitif tingkah laku,
mengubah elemen kongnitif lingkungan, menambah elemen kognitif baru.
3.2 Subjek Penelitian & Tehnik Sampling
3.2.1 Karakteristik Subjek Penelitian
Karakteristik subjek yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
1. Mahasiswa S1. Berdasarkan hasil penelitian dari Rothblum et al.,
1986; Clark dan Hill, 1994; Day et al., 2000; O’Brien, 2002; Ozer,
2005 (dalam Sirin 2011) bahwa prokrastinasi akademik banyak terjadi
di kalangan mahasiswa yang sedang mengenyam pendidikan S1
(undergraduate). Mahasiswa yang dipilih sebagai subjek penelitian
adalah mahasiswa Bina Nusantara, karena berdasarkan hasil survey
yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya, mahasiswa Bina Nusantara
juga banyak melakukan perilaku prokrastinasi akademik.
2. Mahasiswa aktif Universitas Bina Nusantara yang duduk di semester
1, 3, 5, dan 7 (angkatan 2013-2016), peneliti memilih subjek dari 4
semester yang berbeda ini karena di semester-semester inilah
mahasiswa masih terhitung sebagai mahasiswa aktif.
3. Mahasiswa yang pernah melakukan prokrastinasi akademik. Peneliti
melihat prokrastinasi akademik mahasiswa lewat data kontrol yang
dicantumkan dalam kuesioner.
3.2.2 Teknik Sampling
Teknik sampling disebut juga sebagai teknik pengambilan sampel yaitu
suatu cara pengambilan sampel yang representatif dari populasi. Menurut
Sugiyono (2012), teknik sampling di kelompokkan menjadi dua, yaitu probability
sampling dan nonprobability sampling. Probability sampling yaitu tehnik
pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota
populasi, sedangkan nonprobability sampling adalah tehnik pengambilan sampel
yang tidak memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap anggota
populasi (Sugiyono, 2011). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah non probobality berjenis purposive sampling yang merupakan tehnik
sampling yang penentuan sampel dengan pertimbangan atau karakteristik yang
telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti (Sugiyono, 2012). Sampel dalam
penelitian ini berjumlah 150 orang, 20 orang untuk pilot study pertama, 30 org
untuk pilot study kedua, dan 100 orang untuk sampel lapangan.
3.3 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang berbentuk
deskriptif dalam penelitian ini. Menurut Sugiyono (2012) penelitian kuantitatif
merupakan metode yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dan ditambah
dengan metode wawancara untuk memperdalam data.
Menurut Hadi (2006) penelitian dengan metode deskriptif bertujuan untuk
menggambarkan suatu fenomena yang terjadi tanpa bermaksud mengambil
kesimpulan yang berlaku secara umum. Kuantitatif deskriptif atau biasa disebut
dengan statistic deskriptif secara singkat dapat didefinisikan sebagai statistic yang
digunakan untuk menggambarkan karakter suatu kelompok, sample, atau data.
Terdapat dua jenis penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2012), yaitu
penelitian kuantitatif eksperimental dan non-eksperimental. Penelitian non-
eksperimental yaitu penelitan yang dilakukan untuk menemukan penyebab yang
memungkinkan terjadinya perubahan perilaku, gejala atau fenomena yang
disebabkan oleh suatu peristiwa berdasar pada suatu kejadian yang sudah terjadi
(Sugiyono, 2012).
Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana gambaran disonansi
kognitif terhadap perilaku menunda pada mahasiswa universitas Bina Nusantara.
Peneliti juga menggunakan metode wawancara untuk mendapar gambaran dan
informasi yang lebih dari mahasiswa yang melakukan prokrastinasi akademik.
3.4 Alat Ukur Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur berupa
angket/kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan
memberikan seperangkat pertanyaan tertulis kepada subjek (Sugiyono, 2012).
Alat ukur kuesioner juga menurut Sugiyono (2012) dianggap efisien dan cocok
untuk digunakan pada jumlah subjek yang cukup besar dan tersebar di wilayah
yang luas dan sempit. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
kuesioner yaitu kuesioner untuk mengukur disonansi kognitif, kuesioner untuk
mengukur sumber disonansi kognitif terhadap perilaku prokrastinasi dan
kuesioner cara mengurangi disonansi kognitif terhadap perilaku prokrastinasi
akademik mahasiswa. Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala Likert,
yang merupakan skala untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang mengenai fenomena sosial (Sugiyono, 2012). Skala Likert
yang digunakan peneliti dalam analisa kuantitatif adalah skala 5 (SS: Sangat
Setuju, S: Setuju, Ragu-Ragu: TS: Tidak Setuju dan STS: Sangat Tidak Setuju).
Dalam kuesioner penelitian yang disebarkan terdapat beberapa data
kontrol Data kontrol ini berguna dalam membantu peneliti untuk memastikan
bahwa subjek yang mengisi kuesioner sesuai dengan karakteristik peneliti
sekaligus juga dapat menambah informasi tambahan untuk peneliti. Data kontrol
yang diperlukan untuk dilengkapi oleh subjek penelitian, antara lain :
1. Nama, bertujuan untuk mengetahui kosubjek
2. Jurusan, bertujuan untuk mengetahui subjek berasal dari jurusan
Psikologi atau Non-Psikologi
3. Semester, bertujuan untuk mengetahui apakah subjek sesuai dengan
karakteristik subjek yang peneliti cari yaitu mahasiswa aktif (semester
1,3,5,7).
Selain tiga data kontrol diatas, peneliti juga mencantumkan tabel frekuensi
prokrastinasi akademik.
Tabel 3.1 Data Kontrol
Saya orang yang :
Pernah menunda belajar untuk ujian
Sering menunda belajar untuk ujian
Tidak pernah menunda belajar untuk ujian
Pernah menunda mengerjakan tugas perkuliahan individu
Sering menunda mengerjakan tugas perkuliahan individu
Tepat waktu dalam mengerjakan tugas individu
Pernah menunda mengerjakan tugas kelompok
Sering menunda mengerjakan tugas kelompok
Tepat waktu dalam mengerjakan tugas kelompok
Sumber : Data Olahan Peneliti
Tabel diatas bertujuan untuk melihat gambaran umum dari perilaku
prokrastinasi akademik subjek dan sebagai data kontrol untuk menentukan apakah
responden layak atau tidak dijadikan subjek penelitian. Responden yang mengisi
tabel dengan jawaban pernah dan sering menunda akan dimasukkan sebagai
subjek penelitian, sedangkan responden yang menjawab tidak pernah menunda di
semua kategori (belajar untuk ujian, mengerjakan tugas kelompok, dan
mengerjakan tugas individu) tidak akan dijadikan subjek penelitian.
Peneliti mengembangkan sendiri tiga alat ukur disonansi kognitif yang
terdiri dari alat ukur disonansi kognitif, alat ukur sumber disonansi kognitif terkait
perilaku menunda, dan alat ukur cara mengurangi disonansi kognitif terhadap
perilaku menunda berdasarkan teori dari Leon Festinger tahun 1957.
3.4.1 Alat Ukur Disonansi Kognitif
Alat ukur disonansi kognitif menggunakan alat ukur yang peneliti
konstruk sendiri berdasarkan teori disonansi kognitif dari Leon Festinger tahun
1957. Alat ukur ini terdiri dari dua dimensi disonansi kognitif yaitu dimensi
emosional dan dimensi kognitif. Dimensi emosional untuk melihat muncul
tidaknya rasa ketidaknyamanan Psikologis terkait perilaku prokrastinasi
akademik, sedangkan dimensi kognitif digunakan untuk melihat ada tidaknya
pikiran yang tidak membenarkan perilaku prokrastinasi akademik. Variabel
disonansi kognitif ini awalnya dituangkan dalam bentuk skala disonansi kognitif
dalam bentuk kuesioner. Alat ukur ini terdiri dari 27 item yang terbagi atas 18
item favorable dan 9 item unfavorable. Setelah item-item selesai dirancang,
peneliti selanjutnya melakukan pilot study dengan memberikan kuesioner ini
kepada 20 orang subjek penelitian, akan tetapi setelah melakukan pilot study,
didapat reliabilitas alat ukur sebesar 0,116 yang bermakna bahwa alat ukur ini
tidak reliable. Oleh karena itu, peneliti mengkonstruk kembali alat ukur disonansi
kognitif dengan membagi alat ukur menjadi dua bagian yaitu bagian pertama
berisi tentang perasaan dan persepsi individu terhadap prokrastinasi akademik
sedangkan bagian kedua berisi tentang sumber dari disonansi kognitif terhadap
perilaku prokrastinasi akademik itu sendiri kemudian peneliti kembali melakukan
pilot study. Dimensi dan indikator dari alat ukur disonansi kognitif pada Pilot
Study 2 dapat dilihat lampiran. Peneliti kembali melakukan uji coba alat ukur
mempertimbangkan reliabilitas yang masih belum dapat diterima setelah
melakukan dua kali uji coba alat ukur. Setelah uji coba alat ukur ketiga didapat
alat ukur yang sudah baik dan dapat dilanjutkan ke penelitian lapangan. Dimensi
dan indikator dari alat ukur disonansi kognitif pada penelitian lapangan / Field
Study dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.2 Dimensi dan Indikator Disonansi Kognitif saat Field Study
Variabel Dimensi Indikator Jumlah Item
Disonansi kognitif
Emosional Muncul perasaan tidak nyaman saat menunda belajar untuk ujian
1 item
Muncul perasaan tidak nyaman saat menunda tugas individu
4 item
Muncul perasaan tidak nyaman saat menunda tugas kelompok
4 item
Kognitif Ada pikiran yang tidak membenarkan perilaku menunda belajar untuk ujian
1 item
Ada pikiran yang tidak membenarkan perilaku menunda tugas individu
4 item
Ada pikiran yang tidak membenarkan perilaku menunda tugas kelompok
4 item
Total 18 item Sumber : Diolah oleh peneliti
3.4.2 Alat Ukur Sumber Disonansi Kognitif
Alat ukur ini peneliti konstruk sendiri setelah melakukan pilot
study pertama dengan hasil reliabilitas yang buruk. Alat ukur sumber
disonansi kognitif ini untuk melihat sumber disonansi kognitif apa yang
dialami mahasiswa ketika mereka melakukan prokrastinasi akademik.
Dimensi dalam alat ukur ini terdiri dari empat dimensi, yaitu inkonsistensi
logis, nilai-nilai budaya, pendapat umum dan pengalaman masa lalu.
Jumlah item yang digunakan untuk uji coba alat ukur kedua sebanyak 17
item. Peneliti kemudian melakukan kembali uji coba alat ukur ketiga
dengan item berjumlah 14 item. Penjabaran dimensi, indikator dan jumlah
item saat Field Study dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.3 Dimensi dan Indikator Sumber Disonansi Kognitif Field Study
Variabel Dimensi Indikator Jumlah item
Sumber disonansi kognitif
Inkonsistensi Logis
Perilaku tidak sesuai dengan keyakinan atau hal logis yang ada
3 item
Nilai-nilai budaya
Perilaku dan keyakinan tidak sejalan dengan kebiasaan yang dianut orang
banyak
3 item
Pendapat umum
Pendapat pribadi dan perilaku tidak sesuai dengan pendapat yang
dipercayai orang banyak
4 item
Pengalaman masa lalu
Pengalaman dan pengetahuan masa lalu tidak konsisten dengan yang
dimiliki sekarang
3 item
Total 14 item
3.4.3 Alat Ukur Cara Mengurangi Disonansi Kognitif
Alat ukur ini juga peneliti konstruk sendiri berdasarkan teori Disonansi
Kognitif dari Festinger tahun 1957. Alat ukur ini terdiri dari 3 dimensi yaitu
Mengubah Elemen Kognitif Perilaku, Mengubah Elemen Kognitif Lingkungan,
dan Menambah Elemen Kognitif Baru. Jumlah item dalam alat ukur ini awalnya
sebanyak 41 item. Setelah melakukan pilot study pertama didapatkan hasil
reliabilitas sebesar 0,454 yang bermakna alat ukur ini berada pada kategori sedang
sesuai dengan nilai reliabilitas Guilford. Berdasarkan hasil reliabilitas yang
sedang tersebut peneliti memutuskan untuk mengkonstruk kembali alat ukur ini
dengan cara mempersingkat kalimat tiap item dan mengurangi item menjadi 24
item saja, setelah item selesai diperbaiki, peneliti kembali melakukan pilot study
kepada 30 orang responden. Peneliti kemudian melakukan uji coba alat ukur
kembali. Penjabaran dimensi, indikator dan jumlah item saat Field Study dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.4 Dimensi dan Indikator Cara Mengurangi Disonansi Kognitif
Field Study
Variabel Dimensi Indikator Jumlah Item
Cara Mengurangi Disonansi Kognitif
Mengubah Elemen Kognitif Tingkah Laku
Mengubah perilaku prokrastinasi 5 item
Mengubah Elemen Kognitif Lingkungan
Mengubah lingkungan agar sesuai dengan perilaku
prokrastinasi
6 item
Menambah Elemen Kognitif Baru
Menambah informasi yang mendukung prokrastinasi
6 item
Total 17 item Sumber :Data Olahan Peneliti
3.4.4 Validitas & Reliabilitas Alat Ukur
Pada penelitian ini, digunakan validitas isi (content validity) untuk
mengukur validitas dari alat ukur disonansi kognitif, yaitu berupa uji keterbacaan
dan expert judgment oleh dua dosen yang memiliki latar belakang pendidikan
yang sesuai. Dosen yang memberikan expert judgement pada tiga alat ukur dalam
penelitian ini adalah Raymond Godwin, S.Psi., M.Si dan Juneman, S.Psi., M.Si.
Pengujian pada butir item menggunakan metode Corrected item-total correlation.
Metode ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item
dengan skor total item dan melakukan koreksi terhadap nilai koefisien korelasi
yang overestimasi atau memiliki estimasi nilai yang lebih tinggi dari yang
sebenarnya (Priyatno, 2011).
3.4.3.1 Validitas Alat Ukur Disonansi Kognitif
Alat ukur disonansi kognitif pada awalnya terdiri dari 27 item yang
disediakan untuk uji coba. Setelah data uji coba sebanyak 20 kuesioner
terkumpul, peneliti melakukan Corrected Item-Total Correlation
kemudian terlihat hampir semua item yang hasilnya tidak valid (<0.2 dan
minus). Menurut Nisfianoor (2009), item-item yang bernilai kurang dari
0.2 berarti tidak valid, sebaliknya bila angka korelasinya di atas 0.2 berarti
dinyatakan valid. Berdasarkan hasil validitas alat ukur disonansi kognitif
yang buruk tersebut, peneliti melakukan kembali uji coba alat ukur dengan
mengumpulkan 30 data kuesioner. Alat ukur disonansi kognitif pada pilot
study kedua ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu alat ukur disonansi
kognitif dan alat ukur sumber disonansi kognitif. Hasil uji coba alat ukur
kedua ini (rincian dapat dilihat di lampiran) terdapat 6 pasangan atau 12
item yang tidak valid. Nomor item yang tidak valid tersebut dihapus untuk
meningkatkan nilai reliabilitas alat ukur. Peneliti kembali melakukan uji
coba alat ukur karena setelah melakukan uji coba kedua, masih ada
beberapa item yang tidak valid. Di bawah ini, adalah rincian item-item
dalam alat ukur disonansi kognitif, beserta dengan perubahannya ketika uji
coba alat ukur ketiga.
Tabel 3.5 Gambaran Jumlah Item Disonansi Kognitif Saat Pilot Study 3 dan
Field Study
Sumber : Data Olahan Peneliti
Tabel 3.6 Gambaran Pasangan Item DK Saat Pilot Study 3 dan Field Study