4 Universitas Indonesia BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mengkudu 2.1.1 Sejarah Asal-usul mengkudu tidak terlepas dengan keberadaan bangsa Polinesia yang menetap di kepulauan Samudera Pasifik. Bangsa Polinesia dipercaya berasal dari Asia Tenggara. Pada tahun 100 SM, bangsa yang terkenal berani ini mengembara. Tanpa sebab yang jelas mereka menyeberangi lautan meninggalkan tanah air mereka. Ada kesan para pengembara itu dikecewakan oleh suatu hal dan bermaksud menjauhkan diri dari kehidupan sebelumnya. Setelah lama mengembara, mereka sampai di sekitar Polinesia, yaitu kepulauan di sekitar Pasifik Selatan. Para petualang tersebut langsung jatuh hati saat melihat indahnya pemandangan, kondisi pantai, dan pulaunya. 21 Uniknya, mereka seakan telah mempersiapkan diri untuk berpindah ke pulau lain. Hal ini bisa dibuktikan dari adanya sejumlah tumbuhan dan hewan yang ikut dibawa karena dianggap penting untuk mempertahankan hidup. Beberapa tumbuhan asli seperti pisang, talas, ubi jalar, sukun, tebu, dan mengkudu dibawanya. Di antara tumbuhan yang dibawa itu, masih ada yang berupa stek dan tunas. 21 Salah satu tumbuhan itu, yakni mengkudu, dianggap barang keramat. Sejak 1500 tahun lalu penduduk kepulauan yang kini disebut Hawaii itu mengenal mengkudu dengan sebutan noni. Mereka menduga tumbuhan bernama latin Morinda citrifolia tersebut memiliki banyak manfaat. Mereka memandangnya sebagai Hawaii magic plant, karena buah ini dipercaya bisa mengobati berbagai macam penyakit. Barangkali, karena selalu mengonsumsi mengkudu, mereka merasa selalu sehat sepanjang waktu tanpa terganggu oleh penyakit yang berarti. 21 Mengkudu (Morinda citrifolia) untuk bahan pengobatan tradisional sangat populer di kawasan Asia Tenggara, Kepulauan Pasifik, dan Karibia. Semua bagian mengkudu digunakan secara luas untuk obat sejak zaman purba, terutama di Vietnam, Thailand, Malaysia, Indonesia, Polinesia, Hawaii, dan Samoa. Bahkan para tabib di Kepulauan Pasifik menganggap mengkudu sebagai tanaman suci. Hal itu disebabkan khasiat obat yang dimilikinya. Bangsa-bangsa di kawasan Kandungan fenol ..., Anita Rahmawati, FK UI., 2009
31
Embed
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mengkudu 2.1.1 Sejarah 2.1 Mengkudu 2.1.1 Sejarah Asal-usul mengkudu tidak terlepas dengan keberadaan bangsa Polinesia yang menetap di kepulauan Samudera
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
4 Universitas Indonesia
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mengkudu
2.1.1 Sejarah
Asal-usul mengkudu tidak terlepas dengan keberadaan bangsa Polinesia
yang menetap di kepulauan Samudera Pasifik. Bangsa Polinesia dipercaya berasal
dari Asia Tenggara. Pada tahun 100 SM, bangsa yang terkenal berani ini
mengembara. Tanpa sebab yang jelas mereka menyeberangi lautan meninggalkan
tanah air mereka. Ada kesan para pengembara itu dikecewakan oleh suatu hal dan
bermaksud menjauhkan diri dari kehidupan sebelumnya. Setelah lama
mengembara, mereka sampai di sekitar Polinesia, yaitu kepulauan di sekitar
Pasifik Selatan. Para petualang tersebut langsung jatuh hati saat melihat indahnya
pemandangan, kondisi pantai, dan pulaunya.21
Uniknya, mereka seakan telah mempersiapkan diri untuk berpindah ke
pulau lain. Hal ini bisa dibuktikan dari adanya sejumlah tumbuhan dan hewan
yang ikut dibawa karena dianggap penting untuk mempertahankan hidup.
Beberapa tumbuhan asli seperti pisang, talas, ubi jalar, sukun, tebu, dan
mengkudu dibawanya. Di antara tumbuhan yang dibawa itu, masih ada yang
berupa stek dan tunas.21
Salah satu tumbuhan itu, yakni mengkudu, dianggap barang keramat.
Sejak 1500 tahun lalu penduduk kepulauan yang kini disebut Hawaii itu mengenal
mengkudu dengan sebutan noni. Mereka menduga tumbuhan bernama latin
Morinda citrifolia tersebut memiliki banyak manfaat. Mereka memandangnya
sebagai Hawaii magic plant, karena buah ini dipercaya bisa mengobati berbagai
macam penyakit. Barangkali, karena selalu mengonsumsi mengkudu, mereka
merasa selalu sehat sepanjang waktu tanpa terganggu oleh penyakit yang berarti.21
Mengkudu (Morinda citrifolia) untuk bahan pengobatan tradisional sangat
populer di kawasan Asia Tenggara, Kepulauan Pasifik, dan Karibia. Semua
bagian mengkudu digunakan secara luas untuk obat sejak zaman purba, terutama
di Vietnam, Thailand, Malaysia, Indonesia, Polinesia, Hawaii, dan Samoa.
Bahkan para tabib di Kepulauan Pasifik menganggap mengkudu sebagai tanaman
suci. Hal itu disebabkan khasiat obat yang dimilikinya. Bangsa-bangsa di kawasan
Kandungan fenol ..., Anita Rahmawati, FK UI., 2009
5
Universitas Indonesia
Asia Tenggara dan Kepulauan Samudera Pasifik memanfaatkan mengkudu untuk
mengobati berbagai jenis penyakit. Khasiat mengkudu secara medis belum
dibuktikan, tapi secara empiris sudah banyak orang merasakan manfaatnya bagi
kesehatan.21
Seluruh bagian tanaman mengkudu seperti akar, kulit batang, daun, dan
buah, berkhasiat untuk obat. Akar mengkudu dimanfaatkan untuk mengobati
kejang-kejang dan tetanus, juga untuk menormalkan tekanan darah, obat demam,
dan tonikum. Pepagan (kulit batang) mengkudu digunakan sebagai tonikum,
antiseptik pada pembengkakan kulit, borok, dan luka. Daun mengkudu
dimanfaatkan untuk mengobati disentri, kejang usus, pusing-pusing, muntah-
muntah, dan demam. Buah mengkudu untuk obat peluruh kemih, urus-urus,
konsentrasi, stres, masalah buah pinggang, meningkatkan perasaan sehat fisik dan
pikiran, meningkatkan kecerdasan berpikir, membantu membina otot, artritis,
hipertensi, dan meningkatkan daya seksual. Mereka yang berhasil tertolong
setelah mengonsumsi mengkudu berdasarkan hasil penelitiannya bervariasi antara
58-91%.20,31
Kandungan fenol ..., Anita Rahmawati, FK UI., 2009
21
Universitas Indonesia
Tahun 1993, Helen Sim melaporkan tesis masternya yang berjudul The
Isolation and Characterization of A Fluorescent Compound from The Fruit of
Morinda citrifolia: Studies on 5-th Receptor System. Ia melaporkan adanya zat-zat
di dalam buah mengkudu yang tidak dikenal. Sebagian besar zat itu berhubungan
dengan kesehatan dan dibuktikan hanya terdapat dalam buah mengkudu.31
2.1.7 Studi Farmakokinetik Mengkudu
Farmakokinetik mengkudu telah dipelajari pada tikus setelah pemberian
dosis 1 mL jus mengkudu mengkudu per 100 g berat badan. Komponen utama
yang diketahui pada mengkudu (skopoletin) dipilih sebagai penanda dan
dimonitor dalam plasma dan organ yang berbeda sepanjang waktu dengan analisis
high performance liquid chromatography (HPLC). Konsentrasi plasma mencapai
puncak pada waktu dua jam setelah pemberian mengkudu secara oral. Kadar
puncak skopoletin menurun menjadi 50% dalam waktu 4 jam. Hanya 12%
skopoletin yang tertinggal di plasma pada 12 jam dan hanya 2% tersisa setelah 24
jam. Absorpsinya cepat, dengan 50% konsentrasi puncak tercapai hanya dalam 30
menit. Untuk mempertahankan kadar skopoletin yang tinggi dalam darah, jus
mengjudu harus dikonsumsi setiap 2-4 jam. Konsentrasi skopoletin di berbagai
organ mengindikasikan bahwa mengkudu diserap ke dalam jaringan yang berbeda
kira-kira satu jam setelah pemberian. Konsentrasi puncak pada beberapa jaringan
terjadi pada 3 jam setelah mengonsumsi, dengan penurunan yang cepat.20
2.2 Antioksidan
2.2.1 Definisi Antioksidan dan Radikal Bebas
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda atau menghambat
proses oksidasi lipid atau molekul lain melalui inhibisi proses inisiasi atau
propagasi reaksi rantai oksidatif.7,12 Menurut Halliwell, antioksidan adalah
substansi yang ketika pada konsentrasi rendah dibandingkan terhadap substrat
yang bisa dioksidasi, secara signifikan akan memperlambat atau mencegah
oksidasi substrat tersebut.37 Oksidasi adalah reaksi kimia yang mentransfer
elektron dari suatu substansi kepada agen pengoksidasi. Reaksi oksidasi bisa
melibatkan produksi radikal bebas yang bisa membentuk rantai reaksi yang
Kandungan fenol ..., Anita Rahmawati, FK UI., 2009
22
Universitas Indonesia
membahayakan.12 Antioksidan bersifat menangkal radikal bebas dan bisa
menterminasi rantai reaksi yang membahayakan tersebut dengan cara
mengeliminasi intermediet radikal serta bisa menghambat reaksi oksidasi lain
dengan membiarkan dirinya sendiri teroksidasi.12,13 Oleh sebab itu, antioksidan
biasanya adalah agen pereduksi misalnya tiol atau fenol.13
Gambar 2.3. Langkah-Langkah Oksidasi Lipid
Holliday DL. Phhenolic compound and antioxidant activity of oat bran by various extraction methods. Louisiana State University and Agricultural and Mechanical College, 2006. Thesis.
Radikal bebas atau spesies oksigen reaktif merupakan suatu molekul
oksigen dengan atom yang pada orbit terluarnya memiliki elektron yang tidak
berpasangan. Itu sebabnya, molekul ini akan selalu mencari pasangan elektronnya
dari molekul atau sel lain dengan bergerak liar, tidak stabil, dan radikal. Akibat
lebih jauhnya, sel tersebut menjadi mati atau bermutasi dan memicu terjadinya
penyakit degeneratif.13 Patut diketahui, radikal bebas ini juga dihasilkan dari
dalam tubuh kita sendiri yakni hasil dari proses metabolisme tubuh. Di samping
itu, faktor luar tubuh pun berperan besar, seperti polusi udara, paparan sinar
matahari yang tinggi, merokok, ataupun mengonsumsi makanan yang
mengandung bahan pengawet. Radikal bebas yang berlebihan pada tubuh itulah
yang pada akhirnya mengganggu kesehatan tubuh dan menyebabkan stres
oksidatif.13,39
Antioksidan bisa ditemui pada buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian dalam
bentuk vitamin, mineral, karotenoid, dan polifenol.13,14 Senyawa antioksidan
seperti asam fenolat, polifenol, dan flavonoid meredam radikal bebas, seperti
Kandungan fenol ..., Anita Rahmawati, FK UI., 2009
23
Universitas Indonesia
peroksida atau peroksil lipid dan oleh karena itu dapat menghambat mekanisme
yang menyebabkan penyakit degeneratif.15
2.2.2 Antioksidan Fitokimia
Fitokimia adalah senyawa kimia yang diekstraksi dari tanaman. Senyawa
kimia ini diklasifikasikan sebagai konstituen primer atau sekunder, bergantung
akan peranannya dalam metabolisme tanaman. Konstituen primer meliputi gula
umum, asam amino, protein, purin dan pirimidin asam nukleat, klorofil, dan
sebagainya. Sementara itu, konstituen sekunder merupakan zat kimia tanaman
yang tersisa atau residu, misalnya alkaloid (berasal dari asam amino), terpen
(gugus lipid), dan fenolik (berasal dari karbohidrat).39
Antioksidan fitokimia merupakan konstituen sekunder atau metabolit yang
ditemukan secara alami di dalam tanaman seperti buah-buahan dan sayur-sayuran.
Secara sederhana istilah antioksidan didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat
menghambat atau mencegah oksidasi substrat yang rentan. Tumbuh-tumbuhan
memproduksi senyawa antioksidan yang mengesankan meliputi karotenoid,
flavonoid, asam askorbat, asam sinamat, asam benzoat, asam folat, tokoferol, dan
tokotrienol yang mencegah oksidasi substrat yang rentan. Antioksidan yang
umum, misalnya vitamin A, vitamin C, vitamin E, dan senyawa tertentu yang
disebut karotenoid (seperti lutein dan betakaroten). Konsumsi antioksidan
berbasis tanaman dipercaya memiliki peran penting dalam memelihara kesehatan
manusia karena antioksidan endogen manusia memberikan proteksi yang tidak
mencukupi untuk melawan spesies oksigen reaktif atau oksidan yang terus-
menerus ada dan tidak bisa dihindari.39
Produksi radikal bebas atau spesies oksigen reaktif selama metabolisme
dan aktivitas lain yang melebihi kapasitas antioksidan sistem biologi akan
menimbulkan stres oksidatif. Stres oksidatif memainkan peranan dalam penyakit
kardiovaskular, malaria, penyakit neurodegeneratif, AIDS, kanker, dan proses
penuaan. Konsep ini didukung adanya fakta bahwa kerusakan oksidatif
memainkan peran dalam perkembangan penyakit kronik degeneratif. Antioksidan
yang dikonsumsi dari makanan akan melawan proses itu dan menurunkan risiko
penyakit tersebut.39
Kandungan fenol ..., Anita Rahmawati, FK UI., 2009
24
Universitas Indonesia
2.2.3 Antioksidan pada Mengkudu
Banyak ilmuwan percaya bahwa buah-buahan dan sayur-sayuran adalah
sumber utama antioksidan. Mengkudu merupakan tanaman obat yang memiliki
aktivitas antioksidan yang bisa melindungi individu dari oksigen radikal bebas
dan peroksidasi lipid. Secara in vitro, jus mengkudu menunjukkan inhibisi
peroksidasi lipid dan radikal anion superoksida yang bersifat tergantung dosis.
Aktivitas meredam radikal anion superoksida dari jus mengkudu dibandingkan
dengan tiga macam antioksidan yang telah dikenal, yaitu vitamin C, bubuk biji
anggur, dan piknogenol sesuai dosis yang direkomendasikan. Berdasarkan kondisi
penelitian tersebut, aktivitas meredam radikal anion superoksida dari jus
mengkudu adalah 2,8 kali vitamin C, 1,4 kali piknogenol, dan 1,1 kali bubuk biji
anggur. Neolignan dan americanin A merupakan antioksidan yang poten dalam
mengkudu.35 Aktivitas antioksidan mengkudu bisa juga merupakan kontribusi dari
flavonoid yang dikandungnya.36 Oleh sebab itu, jus mengkudu memiliki potensi
meredam oksigen radikal bebas.20
Sejumlah aktivitas biologi in vitro mengkudu telah dilaporkan, seperti
inhibisi angiogenesis, antioksidan, inhisisi cyclooxigenases-1 dan -2, dan inhibisi
tirosin kinase. Sebagian besar studi tersebut menggunakan ekstrak atau fraksi M.
citrifolia.14 Konstituen kimia utama yang terdapat dalam tanaman mengkudu yang
telah ditemukan antara lain antrakuinon, glikosida flavonol, glikosida iridoid,
glikosida lipid, dan triterpenoid.14,31,33
Dari ekstrak metanol M. citrifolia ditemukan bahwa ekstrak tersebut
memiliki aktivitas antioksidan sedang pada pemeriksaan radikal bebas 2,2-
diphenyl picryl hydrazyl (DPPH). Setelah dimurnikan melalui metode
kromatografi berulang, akhirnya isolat senyawa tersebut diperoleh, yaitu suatu
glikosida iridoid 6α-hidroksiadoksosida dan 6β,7β-epoksi-8-epi-splendosida serta
glikosida iridoid lainnya. Neolignan dan americanin A memiliki aktivitas
antioksidan yang signifikan pada pemeriksaan antioksidan yang dilakukan.14
Glikosida iridoid merupakan suatu glikosida flavon, sedangkan neolignan dan
Kandungan fenol ..., Anita Rahmawati, FK UI., 2009
25
Universitas Indonesia
americanin A merupakan suatu lignan.33 Lignan dan glikosida flavon merupakan
suatu senyawa fenolik.40
Glikosida flavonol lainnya, yaitu narcissosida terbukti menunjukkan
aktivitas meredam radikal ONOO- otentik dan SIN-1-derived ONOO-. Namun,
glikosida flavonol lainnya yang secara struktural mirip, yaitu nicotiflorosida
ternyata tidak memiliki aktivitas antioksidan.14
Kandungan xeronase dan selenium dalam mengkudu dianggap berperan
sebagai antioksidan yang poten pula.29 Selain itu, beta sitosterol juga merupakan
komponen antioksidan dalam mengkudu yang berperan untuk mencegah diabetes
dan penuaan.39
Gambar 2.4. Senyawa Antioksidan pada Mengkudu
Su BN, Pawlus AD, Jung HA, Keller WJ, McLaughlin JL, Kinghorn AD. Chemical constituents of the fruits of Morinda Citrifolia (noni) and their antioxidant activity. J Nat Prod 2005;68:592-5.
Kandungan fenol ..., Anita Rahmawati, FK UI., 2009
26
Universitas Indonesia
2.3 Senyawa Fenol
2.3.1 Definisi
Senyawa fenol adalah senyawa yang memiliki satu atau lebih gugus
hidroksil yang terikat secara langsung ke sebuah cincin aromatik. Fenol
(C6H5OH), seperti gambar di bawah ini, merupakan struktur yang mendasari
seluruh kelompok senyawa ini dengan cincin aromatik, benzena.40
Gambar 2.5. Struktur Kimia Fenol
Vermerris W, Nicholson R. Phenolic compound biochemistry. Springer, 2006.
Fenol dalam banyak hal mirip dengan alkohol dengan struktur alifatik di
mana gugus hidroksil terikat pada rantai karbon. Gugus hidroksil fenolik
dipengaruhi adanya cincin aromatik. Karena adanya cincin aromatik, hidrogen
dari hidroksil fenolik bersifat labil yang menyebabkan fenol bersifat sebagai asam
lemah.40-42
Polifenol adalah senyawa yang memiliki lebih dari satu gugup hidroksil
fenolik yang terikat pada satu atau lebih cincin benzena. Istilah tersebut sering
dikacaukan oleh anggapan polifenol sebagai polimer dari beberapa molekul fenol.
Senyawa fenol khas terdapat pada tanaman dan sebagai suatu gugus biasanya
ditemukan dalam bentuk ester atau glikosida dibandingkan senyawa bebas. Hal
tersebut perlu diingat jika melakukan ekstraksi fenol dari jaringan tumbuhan.40
2.3.2 Klasifikasi
Senyawa fenol bisa diklasifikasikan melalui beberapa cara. Harborne dan
Simmonds mengklasifikasikan senyawa ini ke dalam kelompok berdasarkan
jumlah atom karbon di dalam suatu molekul.40
Kandungan fenol ..., Anita Rahmawati, FK UI., 2009
27
Universitas Indonesia
Tabel 2.2. Klasifikasi Senyawa Fenol
Vermerris W, Nicholson R. Phenolic compound biochemistry. Springer, 2006.
Klasifikasi alternatif digunakan oleh Swain dan Bate-Smith. Mereka
mengelompokkan fenol ke dalam kategori “common” dan “less common”.
Ribereau-Gayon mengelompokkan fenol ke dalam tiga famili sebagai berikut:
1. fenol yang terdistribusi secara luas, terdapat banyak di tanaman,
2. fenol yang kurang terdistribusi secara luas, senyawa yang telah diketahui
terdapat dalam jumlah terbatas, dan konstituen fenolik yang terdapat
dalam bentuk polimer.40
2.3.3 Bioavailabilitas
Struktur kimia polifenol akan mempengaruhi properti biologinya, seperti
bioavailabilitasnya, aktivitas antioksidan, dan interaksi spesifik dengan reseptor
sel dan enzim.42 Studi mengenai bioavailabilitas antioksidan fenolik masih
terbatas.42,43 Absorpsi dan bioavailabilitas senyawa fenol pada manusia masih
kontroversial sehingga memerlukan penelitian lebih ekstensif mengenai
absorpsinya pada saluran pencernaan dan metabolismenya.43
Kandungan fenol ..., Anita Rahmawati, FK UI., 2009
28
Universitas Indonesia
Meskipun riset mengenai bioavailabilitas senyawa fenol masih terbatas,
ada beberapa pemikiran mengenai kemungkinan rute metabolisme untuk
konsumsi fenol di manusia. Polifenol dari makanan pertama kali ditranspor ke
usus halus. Polifenol kemudian bisa mengikuti satu dari dua jalur atau lintasan.
Senyawa tersebut bisa dikirim ke hati dan ditranspor ke ginjal kemudian
diekskresikan ke dalam urin atau senyawa tersebut bisa ditranspor ke jaringan dari
hati, kemudian ditranspor ke ginjal dan diekskresikan lewat urin. Rute lain yang
mungkin adalah transpor dari usus halus ke kolon dan diekskresikan lewat feses.
Polifenol bisa juga ditranspor dari kolon ke hati, kemudian ke jaringan atau ginjal
dan diekskresikan lewat urin.42
Gambar 2.6. Bioavailabilitas Polifenol: Jalur Yang Mungkin untuk Konsumsi
Fenolik pada Manusia
Dansby MY. Evaluation of the antioxidant and biological properties of muscadine grape seed extracts. Graduate Faculty of North Carolina State University, 2006. Thesis.
2.3.4 Aktivitas Antioksidan Senyawa Fenolik
Sebagai bagian dari metabolisme normal, radikal bebas selalu dihasilkan.
Radikal bebas merupakan senyawa dengan elektron bebas atau tidak berpasangan.
Kandungan fenol ..., Anita Rahmawati, FK UI., 2009
29
Universitas Indonesia
Radikal bebas bersifat sangat reaktif dan jika tidak diredam, dapat menyebabkan
kerusakan oksidatif pada molekul-molekul di dalam sel sehingga memberikan
dampak negatif terhadap metabolisme selular. Berlebihnya radikal bisa
menyebabkan suatu stres oksidatif.41
Fitokimia adalah senyawa nonnutrien bioaktif yang ditemukan dalam
tanaman. Senyawa tersebut banyak terdapat pada jenis berri dan sayur-sayuran.
Kelas fitokimia yang paling penting adalah kelompok senyawa fenol. Telah
diketahui sejak lama bahwa senyawa fenolik adalah antioksidan yang efektif.
Kemampuan senyawa fenol untuk menghentikan radikal bebas disebabkan oleh
keasamannya (kemampuan untuk mendonasikan proton) dan adanya elektron π
yang terdelokalisasi (kemampuan mentransfer elektron, namun tetap relatif stabil)
yang merupakan karakteristik cincin benzena. Elektron yang terdelokalisasi dan
mudah mengalami ionisasi mungkin berperan dalam memberi warna cerah pada
buah dan sayur yang mengandung senyawa fenol. Ada ribuan fitokimia fenolik,
namun secara garis besar dibagi menjadi dua kelompok, yaitu polifenol dan
flavonoid.41
Senyawa yang bisa meredam radikal bebas juga disebut sebagai
antioksidan. Antioksidan terbaik yang telah banyak diketahui adalah vitamin C
dan vitamin E. Vitamin C adalah L-askorbat, agen pereduksi yang baik dan bisa
mencegah oksidasi molekul lain. Vitamin E merupakan campuran dari α-, β-, γ-,
dan δ-tokoferol. Dari empat senyawa tersebut, α-tokoferol merupakan yang paling
efektif. Vitamin E bersifat larut dalam lipid dan memiliki kemampuan memutus
rantai reaksi selama peroksidasi lipid.40 Vitamin E merupakan contoh antioksidan
fenolik yang banyak dikenal. Radikal bebas bisa dengan mudah menangkap
hydrogen dari gugus hidroksil fenol sehingga menyebabkan terbentuknya radikal
vitamin E. reaksi spontan hanya terjadi jika ΔG negatif. Sementara itu, reaksi
radikal vitamin E dengan lipid lainnya memiliki ΔG positif untuk bisa
melanjutkan reaksi berantai sehingga secara energetika kurang disukai. Oleh
sebab itu, radikal vitamin E menstabilkan dirinya dengan berubah menjadi kuinon
(sikloheksandiendion). Konversi menjadi kuinon akan menyebabkan terminasi
reaksi berantai dan melindungi lipid sekitar dari oksidasi.41
Kandungan fenol ..., Anita Rahmawati, FK UI., 2009
30
Universitas Indonesia
Gambar 2.7. Struktur Kimia Vitamin E
Vermerris W, Nicholson R. Phenolic compound biochemistry. Springer, 2006.
Polifenol merupakan konstituen yang umum terdapat dalam teh, sereal,
buah-buahan, sayur-sayuran, dan kacang.41 Polifenol memiliki konstituen fenol
multipel.40,41 Senyawa ini berfungsi sebagai peredam radikal bebas yang efisien
dengan cara mendonorkan atom hidrogen alkoholik atau satu elektronnya yang
terdelokalisasi.41
Polifenol bisa melindungi tubuh dari kanker dengan cara memproteksi
DNA dari kerusakan radikal. Selain itu, polifenol juga membantu mencegah
penyakit kardiovaskular dengan cara mencegah oksidasi lipid dan kolesterol.41
Flavonoid sebenarnya merupakan kelompok spesifik dari polifenol.
Flavonoid merupakan kelompok polifenol yang paling banyak sehingga
dikategorikan tersendiri. Umumnya, senyawa ini ditemukan di apel, berri, dan
buah dan sayur yang berwarna cerah. Flavonoid memproteksi lipid dan komponen
sel vital dari kerusakan oksidatif. Flavonoid adalah peredam radikal bebas yang
poten karena mendonasikan atom hidrogen alkoholik kepada radikal bebas.41
Antioksidan fenol menunjukkan aktivitas antiinflamasi dalam proteksi
melawan toksisitas kimia dan kanker. Hal ini ditunjukkan dalam penelitian yang
dilakukan oleh Qiang Ma dan Krista Kinneer-De Fede yang membuktikan bahwa
antioksidan fenolat secara poten menghambat transkripsi tunor necrosis factor
Kandungan fenol ..., Anita Rahmawati, FK UI., 2009
31
Universitas Indonesia
(TNF) α yang diinduksi sinyal. Hal tersebut menjelaskan mekanisme antiinflamasi
antioksidan melalui pengontrolan induksi sitokin selama inflamasi.44
2.3.5 Senyawa Fenol dalam Mengkudu
2.3.5.1 Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa C15 yang semuanya memiliki struktur C6-
C3-C6. Pada tiap flavonoid, dua cincin benzena dihubungkan bersama oleh tiga
atom karbon yang membentuk suatu heterosiklik teroksigenasi.40,42 Susunan
gugus tiga karbon ini yang akan menentukan bagaimana senyawa flavonoid
diklasifikasikan.40 Flavonoid dibagi lagi menjadi enam kelas, yaitu flavon,
flavanon, isoflavon, flavonol, flavanol (katekin dan proantosianidin), dan
antosianin. Flavonoid yang mengandung substituen –OH multipel memiliki
aktivitas antioksidan yang sangat kuat melawan radikal peroksil. Flavonoid
merupakan komponen utama yang berkontribusi untuk kapasitas antioksidan pada
buah-buahan dan sayur-sayuran. Flavonoid bisa membantu mencegah penyakit
yang berhubungan dengan stres oksidatif dan memiliki aktivitas antimikroba,
antikarsinogenik, antiplatelet, antiiskemik, antialergi, dan antiinflamasi.42
Gambar 2.8. Subkelas flavonoid: flavonol, flavon, isoflavon, flavan-3-ol,
flavanon, dan antosianidin
Dansby MY. Evaluation of the antioxidant and biological properties of muscadine grape seed extracts. Graduate Faculty of North Carolina State University, 2006. Thesis.
Kandungan fenol ..., Anita Rahmawati, FK UI., 2009
32
Universitas Indonesia
Gambar 2.9. Struktur Kimia dari Subkelas Flavonoid beserta Contoh Senyawanya
Silva MM, Santos MR, Caroco G, Rocha R, Justino G, Mira L. Structure-antioxidant activity relationships of flavonoids: a re-examination. Free Radical Research 2002;36(11):1219-27.
2.3.5.2 Lignan
Lignan adalah dimer atau oligomer yang dihasilkan dari kopling
monolignol, yaitu p-kumaril alkohol, koniferil alkohol, dan sinapsil alkohol.
Koniferil alkohol adalah monolignol yang paling umum digunakan dalam
biosintesis lignan.40
Biosintesis lignan berasal dari reaksi radikal monolignol. Radikal
monolignol, misalnya p-kumaril alkohol, dihasilkan secara enzimatik melalui
Kandungan fenol ..., Anita Rahmawati, FK UI., 2009
33
Universitas Indonesia
aktivasi peroksidase yang terikat dinding sel yang akan mengeliminasi proton
pada gugus para-hidroksil dari fenol. Elektron radikal bisa terdelokalisasi
sepanjang cincin fenol, namun juga sepanjang ekor propana sehingga karbon pada
posisi 1, 3, dan 5 dari cincin, juga karbon β dari ekor propana akan menjadi
reaktif.40
Gambar 2.10. Monolignol
Vermerris W, Nicholson R. Phenolic compound biochemistry. Springer, 2006.
Keterangan: p-kumaril alkohol (1.68), koniferil alkohol (1.69), dan sinapsil
alkohol (1.70)
Istilah lignan secara tipikal mengacu pada dimer dari monolignol yang
dihubungkan melalui ikatan 8-8′ (β-β′), di mana istilah neolignan mengacu pada
dimer atau oligomer yang mengandung ikatan selain ikatan 8-8′. Sebagian besar
lignan bersifat optis aktif dan biasanya hanya satu enantiomer yang ditemukan di
suatu spesies.40
2.3.6 Isolasi Senyawa Fenol dan Kandungan Fenol Total
Senyawa fenol yang terlarut bisa diisolasi dengan mudah dari jaringan
tanaman melalui ekstraksi dalam metanol atau metanol yang diasamkan dengan
0,1% (v/v) HCl. Karena sebagian besar fenol ada dalam bentuk glikosida, perlu
Kandungan fenol ..., Anita Rahmawati, FK UI., 2009
34
Universitas Indonesia
diperhatikan dalam isolasi harus menghindari terjadinya hidrolisis. Teknik untuk
mencegah hal tersebut meliputi isolasi dalam ruang gelap dan dalam kondisi yang
dingin. Hal ini terutama benar ketika mengisolasi antosianin yang sangat mudah
terhidrolisis.40
Ada beberapa cara untuk mengestimasi jumlah total senyawa fenol yang
ada di jaringan tumbuhan, namun hal penting yang perlu diingat adalah bahwa
tidak ada satu metode pun yang akan mendeteksi semua senyawa fenol. Sebagai
konsekuensinya, sering diperlukan untuk melakukan beberapa analisis.40
Suatu metode yang umum digunakan untuk menentukan kandungan fenol
dikembangkan oleh Folin dan koleganya. Metode ini bergantung akan reduksi