Top Banner

of 21

Bab 2 Puspita (1)Skripsweet

Oct 16, 2015

Download

Documents

Muhammad Fauzi

ok
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangObesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama dengan penyebab penyakit utama kematian-penyakit kardiovaskular dan kanker. Obesitas telah ditandai dengan onset yang cepat meningkat dalam 20 tahun dengan kesempatan yang sama pada setiap gender dan usia (Gabriella G.Gosman, 2006).Obesitas didefinisikan sebagai keadaan patologis sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh, dengan peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan skeletal dan fisik (Dorland, 2002). Ghrelin dan leptin adalah hormon yang mengatur nafsu makan dan proses metabolisme (M. Konopko-Zubrzycka, 2009).Leptin adalah salah-satu faktor genetik yang menyebabkan terjadinya kegemukan. Leptin adalah protein yang dihasilkan oleh sel adipose. Leptin yang dihasilkan ini dialirkan ke dalam darah menuju hipotalamus untuk mengontrol penyimpanan lemak atau bekerja dalam hal keseimbangan energi (Wiseman, 2002). Leptin, suatu produk protein dari adipocytes, memainkan peran penting dalam berat badan, fungsi kekebalan tubuh, perkembangan pubertas dan kesuburan (Pamela FischerPosovszky, 2010).

1Leptin gen yang berperan pada bentuk umum dari obesitas dan yang berhubungan dengan obesitas adalah hipertensi dan kardiovaskular (Maki Shinthani, 2002).

Obesitas, penyakit multifaktorial yang disebabkan oleh interaksi faktor genetik dengan lingkungan, sebagian besar poligenik. Beberapa mutasi pada gen ini, seperti di leptin (Ruth Branson, 2003). Hormon leptin adipocyte penting dalam mengatur homeostasis energi. Karena lipodistrofi berat dikaitkan dengan kekurangan leptin, resistensi insulin, hipertrigliseridemia dan hati steatosis (Elif Arioglu Ora, 2002).Kegemukan terjadi karena ketidak seimbangan antara asupan energi yangrelatif berlebih ataupun karena asupan lemak yang berlebih. Diet tinggi lemak biasanya padat energi dan memberikan rasa yang lezat, maka diet dengan mengonsumsi makanan yang relatif banyak mengandung lemak biasanya akan menimbulkan peningkatan pasif asupan energi (Gibney et al. 2004).Masalah yang dibawa obesitas bukan saja merupakan masalah kesehatan namun juga merupakan masalah beban ekonomi. Hal ini diakibatkan meningkatnya biaya medis, seperti jasa dokter, biaya pemeriksaan laboratorium, rawat inap dan obat-obatan (Turk, 2009). Dampak dari obesitas pada kondisi kesehatan, ekonomi dan usia harapan hidup sangatlah besar (Byles, 2009). Sekarang ini telah banyak ditujukan perhatian untuk mencari suatu strategi untuk mencegah kenaikan berat badan dan penumpukan lemak tubuh, baik lewat intervensi medis, olahraga, nutrisi dan suplementasi (Wilborn, 2005; Turk, 2009).

Islam telah mengajarkan kepada umatnya untuk tidak berlebih-lebihan dalam masalah apapun termasuk makan, minum dan berpakaian (Yusuf qardhawi, 2003). Allah melaknat orang yang mengubah ciptaan-Nya (As-Sayyid ABM. 2006).

1.2 Permasalahan1. Apakah pengaruh leptin pada obesitas ?2. Bagaimana stres dapat mempengaruhi obesitas?3. Bagamana efek terapi hormon leptin ?4. Bagaimana pandangan Islam tentang mengubah sesuatu ciptaan-Nya?5. Bagaimana pandangan islam tentang sesuatu yang berlebih-lebihan ?

1.3 TujuanA. Tujuan UmumMemahami dan mampu menjelaskan peran hormon leptin untuk terapi obesitas ditinjau dari segi Kedokteran dan Islam.B. Tujuan Khusus1. Memahami dan mampu menjelaskan pengaruh leptin terhadap obesitas.2. Memahami dan mampu menjelaskan stress dapat mengakibatkan obesitas.3. Memahami dan mampu menjelaskan efek terapi hormon leptin terhadap obesitas.

4. Memahami dan mampu menjelaskan pandangan Islam tentang sesuatu yang berlebihan.5. Memahami dan mampu menjelaskan padangan islam tentang mengubah sesuatu ciptaan-Nya.

1.4 Manfaat1. Diharapkan bagi penulis skripsi ini dapat menambah pengetahuan peran hormon leptin untuk terapi obesitas ditinjau dari Kedokteran dan Islam, serta menambah pengalaman dalam menyusun skripsi yang baik dan benar.2. Diharapkan bagi Universitas YARSI skripsi ini dapat bermanfaat sebagai masukan dan sumber informasi bagi civitas akademika Universitas YARSI, tentang peran hormon leptin untuk terapi obesitas ditinjau dari Kedokteran dan Islam.3. Diharapkan bagi masyarakat skripsi ini dapat menambah pengetahuan masyarakat mengenai peran hormon leptin untuk terapi obesitas, ditinjau dari Kedokteran dan Islam.

BAB IIPERAN HORMON LEPTIN UNTUK TERAPI OBESITAS DITINJAU DARI SEGI KEDOKTERAN DAN ISLAM

2.1 Peran hormon leptin dalam obesitas2.1.1 Definisi obesitas dan hormon leptinObesitas adalah akumulasi lemak tubuh berlebih, yang ditandai dengan kelebihan berat badan. Obesitas merupakan gangguan multi-faktorial yang sering berhubungan dengan beberapa penyakit lainnya, seperti penyakit diabetes melitus tipe-2 dan kardioaskular (WHO, 2000). Leptin merupakan hormon peptida, yang disekresi oleh jaringan lemak dan diekspresikan oleh gen ob (Whitney, 2005 ).Penderita obesitas akan mengalami peningkatan kadar leptin di plasma, akibat gangguan-gangguan sensitifitas reseptor leptin pada susunan saraf pusat dan organ perifer (Richard, 2007). Leptin merupakan polipeptida 16 kDa yang terdiri dari 146 asam amino dan dihasilkan oleh sel lemak. Leptin berperan sebagai mediator sumbu hipotalamus dan jaringan lemak (Zang, 1994).Menurut (K. Mulligan, April 2009) pengobatan dengan mengunakan hormon leptin dikaitkan dengan perbaikkan pada dislipidemia, yaitu tingkat kolestrol dan trigliserid yang tidak normal di dalam darah serta resistensi insulin. University of Buckingham, Inggris mengatakan bahwa kadar hormon leptin yang rendah justru mendorong seseorang untuk makan lebih banyak. Hormon leptin diproduksi secara alami oleh sel lemak dalam tubuh yang berasal dari makanan sehari-hari.2.1.2. Etiologi obesitasObesitas merupakan hasil dari ketidakseimbangan asupan energi (dalam bentuk makanan) dan keluaran energi seseorang, sehingga kelebihan asupan energi akan disimpan dalam tubuh dalam bentuk jaringan lemak (jaringan adiposa). Keseimbangan energi diatur oleh sistem tubuh liposta, yang dapat mendeteksi kuantitas energi yang ada di jaringan lemak. Gen yang berhubungan dengan obesitas adalah gen komponen molekular dari sistem fisiologis yang mengatur keseimbangan energi. Gen yang berperan penting dalam homeostatis energi adalah gen LEP dan produinya leptin. Leptin yang disekresikan adiposit mengatur kedua proses keseimbangan energi (asupan dan keluaran). Efek leptin sendiri adalah untuk mengurangi asupan energi (makanan) dan meningkatkan keluaran energi (Kumar V at al, 2010).Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang dibutuhkan tubuh. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori. Faktor-faktor penyebab obesitas :1. Faktor genetikObesitas cenderung diturunkan, sehingga memeliki penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen,tetapi juga makanan dan gaya hidup yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Sering kali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dan faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.2. Faktor lingkunganGen merupakan faktor penting dalam bebagai kasus obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang sangat berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapakali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya.3. Faktor psikisApa yang ada dalam pikiran seseorang dapat mempengaruhi pola makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi emosinya dengan makan. Salah satu gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif. Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada wanita muda yang menderita obesitas dan dapat menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang kegemukan dan rasa tidak nyaman dalam pergaulan.Terdapat dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas yaitu makan dalam jumlah sangat banyak (binge) dan makan pada malam hari (sindrom makan dimalam hari). Kedua pola makan ini biasa dipicu oleh stres dan kekecewaan. Binge mirip dengan Bulimia nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah sangat banyak. Berbeda dengan binge yang tidak diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang dimakan, sehingga kalori yang dimasukkan sangat banyak.Sindroma makan pada malam hari adalah makan yang berlebihan, agitasi dan insomnia pada malam hari, sedangkan pada pagi hari tingkat nafsu makan akan berkurang.4. Faktor kesehatanBeberapa penyakit yang dapat menyebabkan obesitas adalah :- Hipotiroidisme- Sindroma chusing- Sindroma prader-willi- Beberapa kelaianan saraf yang bisa menyebabkan banyak makan.5. Faktor obat-obatanObat-obat tertentu yang dapat menyebabkan obesitas (misalnya steroid dan anti depresan).6. Faktor perkembanganPenambahan ukuran atau penambahan jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang ada di dalam tubuh. Penderita obesitas menjadi gemuk pada masa anak-anak, bisa memiliki sel lemak sampai lima kali lebih banyak dibandingkan orang dengan berat badan normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak dalam setiap sel.7. Aktivitas fisikKurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas ditengah masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi maknan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik akan mengalami obesitas (WHO Obesity, 2011).

2.1.3. Kriteria obesitas menurut WHOPengukuran berat badan menurut WHO (2010), dapat dilakukan dengan membagi berat badan dengan tinggi badan kuadrat. Hal ini dinamakan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT).Tabel 1. Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index, BMI) menurut WHO BMIKlasifikasi

< 18.5Berat badan dibawah normal

18.5-24.9Normal

25.0-29.9Normal tinggi

30.0-34.9Obesitas tingkat 1

35.0-39.9Obesitas tingkat 2

>40.0Obesitas tingkat 3

BMI merupakan suatu pengukuran yang menghubungkan (membandingkan) berat badan dengan tinggi badan. Walaupun dinamakan "indeks", BMI sebenarnya adalah rasio yang dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Seseorang dikatakan mengalami obesitas jika memeiliki BMI 30 atau lebih.Kekurangan dari tabel BMI adalah tabel ini tidak membedakan antara kelebihan lemak dan kelebihan otot. Dilihat dari tabel, seseorang yang berotot bisa tampak gemuk padahal sesungguhnya tidak gemuk.

2.1.4. Pengaruh hormon leptin terhadap obesitasGherlin merupakan hormon yang meningkatkan manusia untuk makan, sedangkan leptin adalah hormon yang menyuruh manusia untuk berhenti makan. Kelebihan gherlin dan kekurangan leptin memberikan kesempatan bertambahnya berat badan (John hopkins university, 2013).Leptin adalah salah satu faktor genetik yang menyebabkan terjadinya kegemukkan. Leptin yang dihasilkan oleh sel adipose akan dialirkan dalam darah menuju hipotalamus untuk mengontrol penyimpanan lemak atau bekerja dalam keseimbangan energi (Wiseman, 2002). Apabila leptin dalam darah meningkat, maka kadar insulin menurun sehingga akan mengurangi nafsu makan. Orang yang obesitas kadar leptin dalam darah sangat rendah sekali (Stewart &Mann, 2007 ).Seseorang yang mengalami kelebihan berat badan, kadar leptin dalam tubuhnya akan meningkat, tetapi fungsinya terhambat. Penderita obesitas dengan kadar leptin yang meningkat seiring dengan meningkatnya kadar insulin, hal ini yang membuat para peniliti percaya bahwa resistensi leptin memicu resistensi insulin.Leptin merupakan homon yang berhubungan dengan gen obesitas. Leptin mempengaruhi kerja hipotalamus dalam mengatur jumlah lemak dalam tubuh, kemampuan membakar lemak menjadi energi dan rasa kenyang. Leptin juga turut membantu kerja hormon insulin, yaitu hormon yang berfungsi merangsang sel-sel tubuh untuk menurunkan kadar gula dalam darah (D'adamo, 2009).Penelitian terkini menunjukkan bahwa leptin juga diproduksi oleh jaringan lain seperti plasenta, organ pencernaan, otot skeletal, otak dan kelenjar pitutiari. Leptin juga memiliki peran fisiologis lain selain memberi efek pada sistem syaraf pusat, yaitu mengatur metabolik lemak, hematopoiesis, termogenesis, sistem kerja ovarium, sistem kerja tulang dan gangiogenesis (Ide S,2011).Leptin dihasilkan oleh sel lemak,terutama lemak gluteofemoral (panggul) dan terdapat bukti bahwa lemak gluteofemoral secara signifikan banyak memproduksi leptin dari pada lemak bagian atas tubuh seperti lemak abdomen dan lengan atas. Lingkar panggul merupakan prediktor signifikan terhadap kadar leptin serum (Lassek WD danGaulin SJ, 2007 ).Proses terjadinya obesitas dimulai dengan penimbunan lemak dalam sel lemak sehingga terjadi hipertropi sel tersebut. Apabila hipertropi sel lemak (adipositas) ini mencapai tingkat tertentu akan terjadi rangsangan pembentukkan sel lemak baru dari bakal sel lemak (preadiposit), sehingga terjadi perbanyakkan atau hiperplasia. Belum diketahui secara tepat faktor yang merangsang terjadinya diferensiensi preadiposit menjadi adipositas. Proterin tertentu yang diproduksi reticulum endoplasma sel lemak yaitu Adipose Diferentiation Related Protein(ADRP) dan perilipin diduga berperan dalam diferensiasi adipositas (Soegih R, 2009).

2.1.5. Jaringan adiposaSecara fungsi biologis jaringan adiposa dibagi menjadi dua yaitu: jaringan adiposa putih dan jatingan lemak coklat dan yang di maksud dengan lemak adalah jaringan adiposa putih yang merupakan cadangan terbesar dalam tubuh dan ditemukan pada daerah subkutan dan visera. Hasil penelitian terakhir menemukan bahwa jaringan adiposa juga berperan sebagai jaringan endokrin yang mensekresin hormon leptin yang di harapkan dapat digunakannuntuk terapi obesitas karena kadar leptin dapat menggambarkan jumlah cadangan lemak tubuh,tetapi juga sebagain prediktor ketidakseimbangan energi dalam tubuh (Soegih, 2009).Pada tahun 1994 Fredman dkk menemukan temuan besar ketikan mereka mengidentifikasi gen obes. Gen obes ini mengkode leptin, suatu peptida 16 KD yang ditoleransikan oleh sel lemak. Tempat kerja utama leptin adalah di hipotalamus untuk menghambat asupan makanan dan meningkatkan penggunaan energi (Soegih,2009).Lipid di dalam tubuh terdiri dari kolestrol dan trigliserida (tiga asam lemak yang menempel terhadap satu trigliserol). Kolestrol memiliki beberapa fungsi penting dalam tubuh antara lain yaitu sebagai komponen struktural dari membran sel, prekursor sintesis steroid dan digunakan untuk pembentukkan asam empedu. Fungsi utama trigliserida adalah sebagai penyimpanan energi (dalam bentuk lemak) dan sebagai pengguna energi (asam lemak yang bebas diambil oleh otot saat puasa dan olah raga dan atau pembentukan keton) (Brunzell, 2002).

2.1.6. LeptinLeptin berasal dari bahasa yunani yang berarti kurus, ditemukan 1994. Leptin merupakan hormon yang diproduksi sebagian besar oleh jaringan adiposa. Leptin bekerja sebagai suatu sensor lemak sebagai bagian dari suatu umpan balik yang menjaga simpanan lemak tubuh. Konsentrasi leptin dalam sirkulasi bersifat paralel terhadap indeks masa tubuh, presentase lemak tubuh dan berat lemak tubuh tota dan kadarnya lebih tinggi secara signifikan pada obesitas. Fungsi utama leptin yaitu untuk menyediakan sinyal simpanan energi (adiposa) yang ada dalam pada sistem saraf pusat sehingga otak dapat melakukan penyesuaian yang dibutuhkan untuk menyeimbangkan asupan dan pengeluaran energi. Sebagian besar individu obesitas memiliki kadar leptin yang tinggi,namun tidak merangsang hilangnya masa lemak yang diharapkan (Matarese G, 2002).Leptin mempengaruhi sejumlah besar fungsi biologis antara lain metabolisme lipid dan glukosa,sintesis glukokortikoid,insulin dan proliferasi CD4 + (Matarese G,2002).

2.1.7. Reseptor dan pensinyalan leptinReseptor leptin merupakan suatu protein membran tunggal dengan struktur yang memiliki kemiripan dengan keluarga reseptor sitokin tipe 1 . Reseptor leptin (ObR) memiliki beberapa isoform dengan domain intraseluler yang khas. Isoform-isoform ini diklasifikasikan berdasarkan panjang domain intraseluler menjadi pendek atau panjang. Isoform pendek ( ObRa,ObRb,ObRc,ObRd,ObRe,ObRf) memiliki kapasitas persinyalan terbatas sedangkan isoform ObRb panjang di percaya menjadi bentuk persinyalan primer dari reseptor. ObRa dan ObRc diekspresikan pada kadar tinggi di mikrovena serebri yang berada pada sawar darah otak dan berperan penting terhadap transport leptin ke dalam susunan syaraf pusat (Oswal A, 2010).

2.1.8. Resistensi leptinResistensi leptin diawali oleh suatu ide bahwa keadaan biomolekuler tubuh menurunkan sensitivitas keseluruhan kerja leptin menjadi normal atau peningkatan produksi leptin menyebabkan respon yang tidak adekuat (defisiensi leptin relatif). Konsep ini didukung oleh pengamatan bahwa hampir sebagian individu obesitas tidak berada dalam keadaan defisiensi leptin bahkan memiliki kosentrasi serum leptin meningkat (Martin SS, 2008).Mekanisme terjadinya resistensi leptin antara lain :1. Mutasi genetikResistensi leptin dapat diturunkan. Menurut hukum pensinyalan umpan balik, mutasi gen ob menyebabkan produksi leptin namun tidak efektif terhadap persinyalan sehingga terjadi hiperleptinemia dan resistensi leptin. Hal serupa juga terjadi pada muatasi reseptor leptin.2. Gangguan transport leptin melewati sawar darah otakPenelitian-Penelitian menunjukkan sawar darah otak merupakan tempat penting terjadinya resistensi leptin. Pada masa molekular sebesar 16 kDa, leptin terlalu besar untuk menjalani difusi transmembran dan ditransport ke dalam otak melalui sistem transport saturasi. Walaupun leptin secara luas ditransport melalui SSP, region yang paling intensif yaitu hipotalamus. Beberapa faktor telah diidentifikasi untuk mempengaruhi kecepatan-kecepatan transport leptin ke SSP.Hipertrigliserida umumnya terjadi pada saat kelaparan lama dan diduga kemampuan trigliserida untuk menghambat transport leptin sebagian mekanisme untuk melawan propagasi sinyal anoreksia selama kekurangan makanan. Sebaliknya, hipertrigliseridemia berhubungan dengan obesitas dan sebagian bertanggung jawab atas gangguan transport leptin yang diamati pada individu obesitas (Oswal, 2010).

2.2. Pengaruh Stres Terhadap Obesitas2.2.1. Pengertian stresKetidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental,fisik,emosional dan spiritual manusia,yang suatu saat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut (National safety council, 2004).

2.2.2. Mekenisme fisiologis tubuh terhadap stresKarena respon tubuh terhadap stres akan terangsang sistem syaraf simpatis, sering dikatakan bahwa tujuan sistem simpatis adalah untuk mengadakan penggiatan tambahan dari tubuh dalam keadaan stres. Sistem simpatis juga sangat digiatkan dalam banyak keadaan emosional. Misalnya dalam keadaan marah, yang terutama ditimbulkan oleh perangsangan hipotalamus. Secara fisiologis sistem saraf simpatis akan meningkatkan kegiatan metabolisme dalam tubuh (Guyton and Hall, 2007).Faktor psikologis mungkin ada koneksi fisik antara depresi dan obesitas. Individu yang kesepian,makan puas atau depresi bisa menjadi pelipur lara. Stres dan berat badan ketika berhadapan dengan situasi stres, otak kita sinyal respon langsung yang menyebabkan kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon yang disebut kortisol dan melepaskan bahan kimia di otak yang bernama neuropeptidadan norepinefrin. Ketika tingkat kortisol meningkat sebagai respon terhadap stres, kadar gula darah diubah menjadi glukosa untuk melayani sebagai bahan bakar tambahan. Glukosa tidak terpakai berakhir disimpan sebagai lemak, saat stres berakhir sehingga meningkatkan berat badan (ACCP, 2011).Michel at al (2003) meneliti pengaruh stres tehadap berat badan yang secara genetik rentan terhadap peningkatan berat badan akibat makanan.Peningkatan berat badan yang disebabkan oleh stres mungkin diperantarai oleh beberapa faktor diantaranya adalah kekurangan tidur akibat stres, remodelling hipokampus, resistensi leptin, peningkatan reuptake serotonin dan anti stres dari makan.Dr. Marie Pierre Onge stres dan kurang tidur dapat mengakibatkan rendahnya hormon leptin. Karena hormon leptin diproduksi pada saat tidur.Menurut Norman Pecararo, CaliforniaUniversity, San Francisco, AS (2009) saat kita sedang stres atau tertekan, tubuh kita melepaskan hormon kortisol yang akan diteruskan ke otak dan oleh otak akan diartikan tubuh perlu pelampiasan. Sehingga makan-makanan manis dan berelemak menjadi nikmat. Makanan itu akan dikenali oleh otak sebagai jawaban atas emosi yang kita alami.Menurut Papalia, Olds, Feldman dan Rice (dalam Wulandari, 2007) terdapat tiga faktor penyebab obesitas yaitu faktor fisiologis, faktor psikologis dan faktor kecelakaan yang menyebabkan kerusakan pada sistem saraf pusat yang mengatur rasa lapar. Stress dapat menyebabkan perubahan dalam neuropeptida,suatu neurotransmiter otak yang berpengaruh terhada perilaku. Neuropeptida merangsang nafsu makan dan dapat menginduksi pembentukan dan pertumbuhan sel lemak.Stres juga dapat menyebabkan modifikasi gen keturunan, yang meningkatkan aktivitas neuropeptida Y dan pada gilirannyaakan meningkatkan jumlah sel-sel lemak dalam tubuh (Experimental biologi,2011).

2.3. Efek Terapi Hormon Leptin- Setelah menggunakan pengobatan dengan leptin,lemak viseral turun sebanyak 32%, namun tidak ada perubahan yang di amati pada lemak perifer tungkai.- Berat tubuh dapat menurun rata-rata 2 kg,sebagian besar karena penurunan masa tubuh tanpa lemak dan lemak di paha.- Ada penurunan bermakna pada jumlah kolestrol puasa (sebanyak 15%), kolestrol LDL langsung (sebanyak 20%) dan kolestrol non HDL (sebanyak 19%). Sebaliknya kolestrol HDL meningkat sebanyak (23%).- Tingkat trigliserid, lipolisis seluruh tubuh dan tingkat asam lemak menurun selama puasa dan saat hiperinsulinemia,menyediakan bukti tentang perbaikan sensitivitas insulin di hati.- Terapi leptin secara keseluruhan dapat dikatakan baik.- Tidak ada laporandampak buruk secara klinis atau laboratorium, termasuk perubahan enzim hati.Pengobatan leptin dikaitkan dengan yang bermakna pada dislipidemia. Sensitivitas insulin dihati membaik dan lipolisis menurun. Lemak viseral menurun tanpa memperburuk lipoatrofi perifer (K Mulligan,2009). Hormon leptin yang diproduksi oleh sel lemak yang berperan dalam metabolisme, selera makan dan pengatur tenaga dapat memperbaiki gejala yang berhubungan dengan lipodistropi (Liz highleyman, 2009).Ahli endokrin dan ahli gizi merancang program khusus untuk pasien dengan kadar plasma tertinggi leptin dan gherlin tingkat terendah sebelum mereka memulai diet hypocaloric dan pasien akan mendapatkan berat badannya seperti semula (Liz highleyman, 2009). Leptin sangat efektif pada pasien dengan lipodystrophies yang memiliki kemampuan mengurangi lemak tubuh dan baru baru ini leptin terapi telah membantu meningkatkan pengendalian gula darah pada diabetes tipe-1 (Roger unger, 2010).Richard Atkinson, MD, (2007) pakar endokrinologi dari Virginia Commonwealth University, adalah orang yang pertama kali mendeklarasikan pemberian leptin pada mereka pengidap resistensi leptin akan menjadi jalan keluar bagi obesitas. Itu mengapa bagi Atkinson, obesitas bukanlah karena seseorang tak bisa membuat mulut mereka berhenti mengunyah tapi lebih disebabkan kondisi hormon yang tidak normal.Tapi ternyata hipotesis Atkinson tak berjalan mulus. Sebab tak semua kasus obesitas disebabkan oleh resistensi insulin. Artinya sangat jarang sekali menemukan orang dengan resisten leptin dan jika semua obesitas ditangani dengan suntikan atau suplemen mengandung leptin, yang terjadi mereka justru akan bertambah gemuk. Itu mengapa suplementasi leptin tak pernah menjadi rekomendasi utama untuk menyusutkan berat badan, Lustig (2007).

2.3.1.Penanganan Obesitas Cara yang paling sehat untuk menurunkan berat badan menurut Duffy MacKay, ND,(2006) dokter naturopatik pada Council for Responsible Nutrition, adalah dengan mengonsumsi lebih banyak serat. Sebab serat adalah bahan baku utama bagi metabolisme tubuh untuk mengirimkan signal pada otak bahwa mereka bekerja dalam status cukup energi.MacKay juga menegaskan, tidak pernah ada pil ajaib yang bisa menggantikan kerja alami tubuh. Maka sangat penting bagi kita untuk memahami terlebih dahulu bagaimana mekanisme tubuh bekerja. Setelah itu, MacKay menyarankan, agar kita mengevaluasi gaya hidup kita. Apakah ada makanan atau aktivitas yang justru mendukung penumpukan lemak.Maka secara logika, menurut MacKay, resisten insulin akan menciptakan situasi resisten leptin. Dan yang dapat kita lakukan untuk mengatasinya adalah menurunkan kadar insulin. Logika yang dipakai agar insulin tidak naik adalah dengan menjauhi makanan-makanan berkadar gula yang tinggi. Secara otomatis cara ini diyakini MacKay akan mengecilkan lingkar pinggang kita.Selain menekan kadar insulin, hal logis yang berkaitan langsung dengan menjaga hormon leptin tetap stabil menurut Lustig (2007) adalah dengan menjaga trigliserida tetap normal. Sebab trigliserida yang tinggi akan mengcaukan distribusi leptin hingga sampai ke otak. Alhasil, otak tak dapat membaca dengan jelas apakah produksi hormon leptin masih dalam batas wajar atau sudah berlebihan.

Itu mengapa keduanya menyarankan agar kita memperbaiki pola makan untuk mengoptimalkan kerja hormon leptin sebagai pengirim signal pada otak, bahwa tubuh sudah cukup berenergi untuk melakukan segala fungsinya. Dengan demikian, bentuk tubuh proporsional akan kita miliki sebagai reward membuat tubuh bekerja dengan normal.

http://www.annualreviews.org/doi/pdf/10.1146/annurev.physiol.68.040104.124723

21