Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang mendapatkan prioritas program pemberantasan karena tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian. Pada tahun 2008 dilaporkan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare di 15 provinsi di Indonesia dengan jumlah penderita sebanyak 8.443 orang, jumlah kematian sebanyak 209 orang atau Case Fatality Rate (CFR) sebanyak 2,48%. Hal tersebut utamanya disebabkan oleh rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi yang buruk dan perilaku hidup tidak bersih (Armanji, 2008). Menurut teori Lawrence Green, kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor diluar perilaku (non-behaviour causes). Selain itu perilaku manusia ditentukan oleh tiga faktor yaitu pertama faktor predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai. Kedua adalah faktor pendukung yang terwujud dalam fasilitas atau sarana, dan yang ketiga faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan (No1oatmodjo, 2007). 1
66

Bab 1 Pendahuluan Revisi

Jul 14, 2016

Download

Documents

dokumen
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Bab 1 Pendahuluan Revisi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang

mendapatkan prioritas program pemberantasan karena tingginya angka kesakitan

dan menimbulkan banyak kematian. Pada tahun 2008 dilaporkan terjadinya

Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare di 15 provinsi di Indonesia dengan jumlah

penderita sebanyak 8.443 orang, jumlah kematian sebanyak 209 orang atau Case

Fatality Rate (CFR) sebanyak 2,48%. Hal tersebut utamanya disebabkan oleh

rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi yang buruk dan perilaku hidup tidak

bersih (Armanji, 2008).

Menurut teori Lawrence Green, kesehatan seseorang atau masyarakat

dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku (behaviour causes) dan

faktor diluar perilaku (non-behaviour causes). Selain itu perilaku manusia

ditentukan oleh tiga faktor yaitu pertama faktor predisposisi yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai. Kedua adalah faktor

pendukung yang terwujud dalam fasilitas atau sarana, dan yang ketiga faktor

pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan

(No1oatmodjo, 2007).

Menurut data yang diperoleh dari puskesmas Pakis kabupaten Malang,

penyakit diare merupakan masalah kesehatan yang hampir setiap tahun ditemui

dalam jumlah yang cukup tinggi. Pada tahun 2009 angka penyakit diare pada desa

pakis jajar sebanyak 283 penderita, pada tahun 2010 terdapat 305 penderita, dan

angka paling tinggi terjadi pada usia 15-40 tahun. Dari data tersebut terlihat angka

kejadian meningkat semenjak tahun 2009, hingga saat ini penyakit diare masih

menjadi salah satu ancaman masalah kesehatan yang patut diwaspadai oleh

masyarakat di desa Pakis Jajar. Penyakit diare yang tidak diatasi lebih lanjut dapat

menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di dusun Trajeng desa Pakis

Jajar, mayoritas penduduk belum memiliki kesadaran akan pentingnya sanitasi.

1

1

Page 2: Bab 1 Pendahuluan Revisi

Dapat dilihat dari pengelolaan sampah dan keadaan MCK yang belum sesuai

dengan syarat sanitasi yang baik. Pihak puskesmas sudah melakukan usaha untuk

mengatasi kondisi tersebut melalui penyuluhan dan pendekatan langsung kepada

masyarakat tentang pentingnya sanitasi, namun masyarakat belum menunjukkan

adanya perubahan perilaku, hal ini dikarenakan diare tidak dianggap sebagai

penyakit yang membahayakan meskipun angka kejadian cukup tinggi.

Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk mengumpulkan informasi yang

terkait dengan gambaran perilaku, penanganan dan pencegahan penyakit diare

pada dusun Trajeng, desa Pakis Jajar, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang serta

faktor resiko yang akan menjadi dasar program intervensi dalam mengatasi

masalah tersebut. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif karena

belum pernah ada penelitian yang membahas tentang gambaran penyakit diare

pada daerah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas,maka timbul permasalahan

bagaimana gambaran angka kejadian penyakit diare pada warga dusun Trajeng

desa pakis jajar kecamatan Pakis Kabupaten Malang?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

mempelajari gambaran berbagai faktor resiko terhadap angka kejadian penyakit

diare pada warga dusun Trajeng kecamatan Pakis Kabupaten Malang.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui angka kejadian penyakit diare ditinjau dari kondisi lingkungan

tiap rumah penduduk

2. Mengetahui angka kejadian penyakit diare ditinjau dari sumber air yang

dikonsumsi penduduk

2

Page 3: Bab 1 Pendahuluan Revisi

3. Mengetahui angka kejadian penyakit diare ditinjau dari pola makan

penduduk

4. Mengetahui angka kejadian penyakit diare ditinjau dari upaya pencegahan

terhadap penyakit diare

5. Mengetahui angka kejadian penyakit diare ditinjau dari ketersediaan obat –

obatan untuk mengatasi diare

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Dari segi akademis data yang didapat bisa bermanfaat sebagai data acuan

untuk penelitian epidemiologis yang berkaitan dengan angka kejadian penyakit

diare warga dusun Trajeng kecamatan Pakis Kabupaten Malang.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah :

1. Data yang didapat bisa digunakan untuk menetapkan faktor resiko dalam

kaitannya menurunkan angka kejadian diare di dusun Trajeng kecamatan

Pakis Kabupaten Malang.

2. Data yang didapat bisa digunakan untuk meningkatkan kesadaran dan

kewaspadaan masyarakat dusun Trajeng kecamatan Pakis Kabupaten Malang

terhadap penanganan dan pencegahan penyakit diare.

3

Page 4: Bab 1 Pendahuluan Revisi

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diare

Diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang

mendapatkan prioritas program pemberantasan karena tingginya angka kesakitan

dan menimbulkan banyak kematian. Pada tahun 2008 dilaporkan terjadinya

Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare di 15 provinsi di Indonesia dengan jumlah

penderita sebanyak 8.443 orang, jumlah kematian sebanyak 209 orang atau Case

Fatality Rate (CFR) sebanyak 2,48%. Hal tersebut utamanya disebabkan oleh

rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi yang buruk dan perilaku hidup tidak

bersih (Depkes, 2007).

2.1.1 Pengertian Diare

Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi

buang air besar lebih dari tiga kali sehari disertai adanya perubahan bentuk dan

konsistensi tinja penderita (Sutanto 1984; Bambang 1981). Diare merupakan salah

satu masalah kesehatan di Indonesia dan menurut Survei Kesehatan Rumah

Tangga 1986 ternyata diare termasuk dalam 8 penyakit utama di Indonesia

(Budiarso 1986).

2.1.2 Klasifikasi Diare

Diare akut adalah buang air besar lembek/ cair bahkan dapat berupa air

saja yang frekuensinya lebih sering biasanya ( biasanya 3 kali atau lebih dalam

sehari ) dan berlangsung kurang dari 14 hari (DepKes, 2007).

Diare persisten adalah diare akut yang berlanjut sampai 14 hari atau lebih.

Sesuai dengan batasan bahwa diare persisten dapat merupakan kelanjutan diare

akut yang menetap dengan sendirinya etiologi diare sama dengan diare akut

(DepKes, 2007).

4

Page 5: Bab 1 Pendahuluan Revisi

2.1.2 Penyebab Diare

Diare dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus atau parasit. Diare dapat

juga disebabkan oleh malabsorpsi makanan, keracunan makanan, alergi ataupun

karena defisiensi (Bambang, 1981).

Penyakit diare ini dapat terjadi melalui kontaminasi agent (penyebab

penyakit) seperti virus, bakteri dan sebagainya dengan makanan, minuman yang

kemudian dimakan oleh orang sehat. Penyakit ini biasanya juga termasuk dalam

penyakit yang sumber penularannya melalui perantaraan air atau sering disebut

sebagai water borne diseases. Agent penyebab penyakit diare sering dijumpai

pada sumber-sumber air yang sudah terkontaminasi dengan agent penyebab

penyakit, air yang sudah tercemar apabila digunakan oleh orang sehat bisa

membuat orang tersebut terpapar dengan agent penyebab penyakit diare. Bakteri

masuk kedalam tubuh manusia melalui perantaraan makanan atau minuman yang

tercemar oleh bakteri. Apabila jumlah bakteri cukup banyak ada bakteri yang

dapat lolos sampai kedalam usus dan merangsang sekresi cairan yang berlebihan,

sehingga volume cairan bertambah banyak, kemudian menyebabkan usus akan

mengadakan kontraksi sehingga terjadi diare (Hiswani, 2003).

Keadaan gizi yang buruk akan mempengaruhi lamanya diare dan

komplikasinya. Anak dengan status kurang kalori protein akan mengalami

gangguan keseimbangan elektrolit dan diare mempercepat proses ini. Hygiene dan

sanitasi yang buruk mempermudah penularan diare baik melalui makanan, air

minum yang tercemar kuman penyebab diare maupun air sungai. Penduduk dusun

memiliki kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan, memiliki sanitasi yang

buruk, konsumsi makanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan, serta

pengolahan limbah yang tidak baik, faktor-faktor tersebut dapat menjadi

penyebab diare (Richard, 1985; Artini, 1987).

2.1.3 Pengobatan Diare

Bahaya diare terletak pada dehidrasi maka penanggulangannya dengan

cara mencegah timbulnya dehidrasi dan rehidrasi intensif bila telah terjadi

dehidrasi. Rehidrasi adalah upaya menggantikan cairan tubuh yang keluar

5

4

Page 6: Bab 1 Pendahuluan Revisi

bersama tinja dengan cairan yang memadai melalui oral atau parenteral (Richard,

1985; Rubin, 1985).

Cairan rehidrasi oral yang dipakai oleh masyarakat adalah air kelapa, air

tajin, air susu ibu, air teh encer, sup wortel, dan air perasan buah. Pemakaian

cairan ini lebih dititik beratkan pada pencegahan timbulnya dehidrasi. Sedangkan

bila terjadi dehidrasi sedang atau berat sebaiknya diberi minuman Oralit.

(Bromilow 1993; Patra 1992)

a. Mencegah terjanya dehidrasi

Mencegah terjadi nya dehidasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan

memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan

seperti air tajin , kuah sayur, air sup. Macam Cairan yang dapat digunakan akan

tergantung pada kebiasaan setempat dalam mengobati diare, tersedianya cairan

sari makanan yang cocok, jangkauan pelayanan kesehatan, tersedianya oralit. Bila

tidak mungkin memberikan cairan rumah tangga yang diajukan, berikan air

matang (DepKes, 2007).

b. Mengobati dehidrasi

Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa

ke petugas atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan

tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera

diberikan cairan intravena dengan ringer laktat sebelum dilanjutkan terapi oral.

(DepKes, 2007). Terapi intra vena jika diperlukan, cairan normotonik seperti

cairan saline normal atau laktat Ringer harus diberikan dengan suplementasi

kalium sebagaimana panduan kimia darah. Status hidrasi harus dimonitor dengan

baik dengan memperhatikan tanda-tanda vital, pernapasan, dan urin, dan

penyesuaian infus jika diperlukan. Pemberian harus diubah ke cairan rehidrasi oral

sesegera mungkin (Umar,.2004). Pada bayi setelah 1 jam pertama, diberikan 30

mg/kg dan dapat dilanjutkan untuk 5 jam berikutnya 70 mg/kg berat badan. Untuk

anak-anak dan dewasa diberikan Ringer Laktat secara intravena dengan dosis 100

mg/kg berat badan (Greene 1980).

6

Page 7: Bab 1 Pendahuluan Revisi

c. Memberi makanan

Berikan makanan selama diare untuk memberikan gizi pada penderita

terutama pada anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat

badan. Berikan cairan termasuk oralit dan makanan sesuai yang dianjurkan. Anak

yang masih mimun ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak yang minum susu

formula diberikan lebih sering dari biasanya. Anak Usia 6 bulan atau lebih

termasuk bayi yang telah mendapat makanan padat harus diberikan makanan yang

mudah dicerna sedikit sedikit tetapi sering. Setelah diare berhenti pemberian

makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat

badan anak. (DepKes, 2007)

d. Mengobati masalah lain

Apabila diketemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka

diberikan pengobatan sesuai indikasi, dengan tetap mengutamakan rehidrasi.

Tidak ada Obat yang aman dan efektif untuk menghentikan diare (DepKes, 2007).

e. Antibiotik

Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut

infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa

pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada pasien dengan

gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses,

mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan

jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised.

Pemberian antibiotik secara empiris dapat dilakukan, tetapi terapi antibiotik

spesifik diberikan berdasarkan kultur dan resistensi kuman (Umar, 2004)

2.1.4 Pencegahan Diare

Diare dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

Adapun cara pencegehan diare dapat dilakukan dengan cara (Sri, 2009):

7

Page 8: Bab 1 Pendahuluan Revisi

1. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting yaitu:

sebelum makan, setelah buang air besar, sebelum memegang bayi, setelah

menceboki anak ,dan sebelum menyiapkan makanan;

2. Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain dengan cara

merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi;

3. Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga

(lalat, kecoa, kutu, lipas)

4. Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya menggunakan

jamban dengan tangki septik.

5. Pemberian ASI minimal 6 bulan juga penting dilakukan. Sebab, di dalam ASI

terdapat antirotavirus yaitu imunoglobulin.

6. Untuk mencegah diare akibat infeksi rotavirus, bisa diberikan vaksin

rotavirus per-oral (melalui mulut).

2.2 Faktor Resiko

Faktor resiko adalah karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada

penyakit yang diderita induvidu yang mana secara statistic  berhubungan dengan

peningkatan kejadian kasus baru berikutnya (beberapa induvidu lain pada suatu

kelompok masyarakat). Dari faktor resiko yang kemudian dijadikan dasar

penentuan tindakan pencegahan dan penanggulangan (Arsad,2010).

2.2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga adalah upaya

untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu

mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam

gerakan kesehatan di masyarakat (DepKes, 2007).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga dapat dilakukan

dengan cara menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan

sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik nyamuk rumah sekali

seminggu, mengkonsumsi buah dan sayur setiap hari,  melakukan olahraga setiap

hari, tidak merokok di dalam rumah (DepKes, 2007).

8

Page 9: Bab 1 Pendahuluan Revisi

Sebagian besar penduduk desa memiliki kebiasaan tidak mencuci tangan

sebelum makan, selain itu ketersediaan fasilitas dan sarana kesehatan dirasa

masih kurang. Sedangkan berdasarkan observasi yang telah dilakukan, diketahui

bahwa keadaan jamban penduduk dusun masih dikatakan belum memenuhi syarat

jamban sehat. Syarat kamar mandi dan jamban keluarga (Entjang, 1993):

1. Setiap kamar mandi dan jamban paling sedikit salah satu dari dindingnya

yang berlubang ventilasi berhubungan dengan udara luar. Bila tidak

dilengkapi dengan ventilasi mekanis untuk mengeluarkan udara dari kamar

mandi dan jamban tersebut, sehingga tidak mengotori ruangan lain.

2. Pada setiap kamar mandi harus bersih untuk mandi yang cukup jumlahnya.

3. Jamban harus berleher angsa dan 1 jamban tidak boleh dari 7 orang bila

jamban tersembut terpisah dari kamar mandi.

Masyarakat yang tidak memiliki tempat penampungan sampah yang

memadai, mengakibatkan warga membuang sampah di belakang rumah. Sampah

tersebut juga tidak di olah dan dipisahkan, hanya dibakar dengan seadanya.

Ketersediaan tempat sampah berpengaruh langsung dalam menjaga kesehatan,

karena tidak adanya tempat sampah membuat sampah menumpuk mengakibatkan

lalat dan bakteri datang yang mengakibatkan sakit diare (Entjang, 1993).

2.2.2 Fasilitas kesehatan yang bisa diakses oleh warga Dusun Trajeng

Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan sebutan posyandu,

adalah salah satu fasilitas kesehatan yang merupakan wahana kegiatan

keterpaduan KB-kesehatan ditingkat kelurahan atau desa, yang melakukan

kegiatan lima program prioritas yaitu: KB, Gizi, KIA, Imunisasi dan

penanggulangan diare. Pelaksanaan Posyandu dilakukan di awal atau akhir bulan

dan dilakukan bergilir pada tiap RW (Zulkifli, 2003).

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis kesehatan kabupaten atau kota

yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

wilayah kerja (DepKes RI, 2007). Penduduk dusun biasanya berobat ke

Puskesmas. Akses menuju Puskesmas tersebut harus d tempuh dengan kendaraan

bermotor, sedangkan tidak semua penduduk memiliki kendaraan bermotor. Hal ini

9

Page 10: Bab 1 Pendahuluan Revisi

menjadi suatu hambatan bagi penduduk untuk mengakses fasilitas kesehatan

tersebut.

2.2.3. Latar Belakang Pendidikan Formal

Pendidikan formal adalah pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-

sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang

jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan

tinggi. Salah satu tugas pendidikan adalah meningkatkan pengetahuan sehingga

dicapai suatu masyarakat yang berkembang sehingga menuju suatu perubahan

perilaku (Wantikirmanti, 2007).

Latar belakang pendidikan formal mempengaruhi jenis pekerjaan

penduduk dusun Trajeng yang sebagian bekerja sebagai petani tebu, peternak sapi,

dan industri rumah tangga yaitu pengolah tahu dan tempe. Jenis pekerjaan

penduduk berhubungan erat dengan tingkat pendapatan seseorang. pendapatan

adalah hasil berupa uang atau hasil materiil-materiil lainnya yang dicapai daripada

penggunaan kekayaan atau jasa manusia bebas (perusahaan atau individu) dalam

produksi. Jenis pekerjaan tertentu dapat memudahkan seseorang mendapatkan

akses pelayanan kesehatan. Pendapatan yang cukup mempermudah masyarakat

mendapatkan akses kesehatan serta sarana untuk pengadaan tempat sampah.

(Bambang, 1981).

2.2.4 Tingkat Pengetahuan tentang penyakit diare

Berdasarkan ilmu pengetahuan pada saat ini dimana teknologi untuk

pencegahannya sudah cukup dikuasai, akan tetapi permasalahan tentang penyakit

diare dalam masyarakat, sampai saat ini masih merupakan masalah yang relatif

besar yang terjadi pada keluarga pra sejahtera yang mempunyai keterbatasan

dalam pendidikan, pendapatan dan pengetahuan yang benar tentang pencegahan

diare. Hal ini maka dapat disimpulkan bahwa untuk mengatasi penyakit diare

tidak cukup hanya dengan menguasai teknologi pengobatan maupun

pencegahannya saja tetapi dibutuhkan suatu pengetahuan yang cukup tentang

pencegahan diare pada keluarga (Rachmataji, 2010).

10

Page 11: Bab 1 Pendahuluan Revisi

Tingkat pengetahuan diare biasanya kurang, karena di batasi minimnya

fasilitas untuk mengakses pengetahuan melaui berita maupun teknologi,

contohnya internet. Penngetahuan mengenai mencegah terjadinya diare dengan

membuat sanitasi yang baikpun kurang memenuhi standar kesehatan, bahkan

masih ada warga yang menggunakan cangkul untuk mencangkul tanah, kemudian

buang air besar dan menutup kembali tanah tersebut. Pengetahuan mengenai

makanan bergizi dan pencegahan pertama diare yaitu penggunaan oralit belum

semua menerapkan, pengetahuan mengenai mecuci tangan sebelum makan untuk

mencegah masuknya bakteri ke dalam mulut penyebab diare belum dilakukan

semua penduduk (Rachmataji, 2010).

Usia yang masih kurang juga mempengaruhi tingkat pengetahuan. Anak

usia SD biasanya masih kurang pengetahuan mengenai pencegahan dan

pengobatan berbagai macam penyakit, termasuk diare (Iwan, 2011).

2.2.5 Keadaan Sanitasi Lingkungan Yang Dapat Mempengaruhi Kejadian

Diare.

Kesehatan lingkungan merupakan bagian dari dasar–dasar Kesehatan

Masyarakat modern yang meliputi semua aspek manusia dalam hubungannya

dengan lingkungan, yang terikat dalam bermacam–macam ekosistem. Lingkungan

hidup manusia sangat erat kaitannya antara host, agent dan enviroment untuk

timbulnya suatu masalah kesehatan seperti halnya dengan penyakit diare. Menurut

Azwar (1997) lingkungan adalah agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh-

pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan perkembangan suatu organisasi.

Secara umum lingkungan ini dibedakan atas dua macam yaitu lingkungan

fisik dan lingkungan non fisik. Lingkungan fisik ialah lingkungan alam yang

terdapat disekitar manusia, misalnya cuaca, musim, keadaan geografis dan

struktur geologi. Sedangkan lingkungan non-fisik ialah lingkungan yang muncul

sebagai akibat adanya interaksi antar manusia, misalnya termasuk faktor sosial

budaya, norma, dan adat istiadat (Hiswani, 2003).

Peranan lingkungan dalam menyebabkan timbul atau tidaknya penyakit

dapat bermacam- macam. Salah satu diantaranya ialah sebagai reservoir bibit

11

Page 12: Bab 1 Pendahuluan Revisi

penyakit (environmental reservoir). Adapun yang dimaksut dengan reservoir ialah

tempat hidup yang dipandang paling sesuai bagi bibit penyakit lainnya yakni

human reservoir, animal reservoir, dan anthropode rerservoir. Pada reservoir

disini bibit penyakit hidup di dalam tubuh manusia. Timbul atau tidaknya

penyakit pada manusia tersebut tergantung dari sifat-sifat yang dimiliki oleh bibit

penyakit ataupun pejamu. Hubungan antara pejamu, bibit penyakit dan

lingkungan dalam menimbulkan suatu penyakit amat kompleks dan majemuk.

Disebutkan bahwa ketiga faktor ini saling mempengaruhi, dimana pejamu dan

bibit penyakit saling berlomba untuk menarik keuntungan dari lingkungan.

Hubungan antara pejamu, bibit penyakit dan lingkungan ini diibaratkan seperti

timbangan. Disini pejamu dan bibit penyakit berada di ujung masing- masing tuas,

sedangkan lingkungan sebagai penumpangnya. Menurut Sutomo, sanitasi

lingkungan adalah bagian dari kesehatan masyarakat secara umum yang meliputi

prinsip-prinsip usaha untuk meniadakan atau menguasai faktor- faktor lingkungan

yang dapat menimbulkan penyakit melalui kegiatan- kegiatan yang ditujukan

untuk (Hiswani, 2003) :

1. Sanitasi air (Water Sanitasi)

2. Sanitasi Makanan (food Sanitasi)

3. Pembuangan Sampah (Sewage and Excreta disposal).

4. Sanitasi Udara (Air Sanitation)

5. Pengendalian vektor dan binatang mengerat (vektor ang rodent controle).

Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan pada

pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajad

kesehatan manusia, jadi sanitasi itu lebih mengutamakan upaya pencegahan.

Sanitasi lingkungan sebagai jawaban alternatif terhadap dampak lingkungan pada

kesehatan manusia (Hiswani, 2003).

2.2.6 Frekuensi Jajan dan Asupan Gizi Subyek

Asupan makanan yang kurang bergizi dan frekuensi jajan yang tinggi,

seperti mengkonsumsi makanan di luar rumah yang tidak bersih, higienis dan

minim gizi mengakibatkan, dapat mempengaruhi daya tahan tubuh, daya tahan

tubuh yang kurang membuat mudahnya terkena penyakit, contohnya diare. Diare

12

Page 13: Bab 1 Pendahuluan Revisi

merupakan gangguan pencernaan yang biasanya muncul karena banyaknya debu

dan kotoran yang berpotensi menjadi pemicu timbulnya diare. Hal ini juga erat

kaitannya dengan pola konsumsi makan yang kurang baik, misalnya kurang

memperhatikan kebersihan makanan atau minuman yang dikonsumsi. (Iwan,

2011)

Daya tahan tubuh merupakan kemampuan fisik, yang berfungsi untuk

membentengi tubuh dari masuknya kuman. Jika daya tahan tubuh baik, maka

tubuh akan sehat, sebaliknya jika daya tahan tubuh menurun, maka kuman akan

mudah masuk ke dalam tubuh dan tubuh akan lebih mudah terjangkit penyakit

Daya tahan tubuh juga dipengaruhi jenis kelamin, karena wanita biasanya

memiliki daya tahan tubuh yang kurang dibandingkan laki-laki.(Iwan, 2011).

Kondisi daya tahan tubuh dapat mengalami naik-turun. Hal tersebut

dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain oleh pola hidup seperti masukan

gizi/pola makan, pola pikir, dan aktivitas sehari-hari. Apabila proporsi salah satu

faktor tersebut tidak lagi seimbang pada tubuh, akan mengakibatkan menurunnya

daya tahan tubuh. Perkembangan sistem kekebalan tubuh juga dipengaruhi faktor

usia juga. Sistem kekebalan tubuh pada bayi dan balita masih lelah, kemudian

mengalami perkembangan dengan bertambahnya usia, setelah itu mengalami

penurunan kembali pada usia tua (di atas 50 tahun). (Iwan, 2011)

2.3 Profil Desa Pakis Jajar

Desa Pakis Jajar merupakan salah satu desa di kecamatan Pakis,

Kabupaten Malang. Desa Pakis Jajar mempunyai luas wilayah 504.303 Ha,yang

terdiri dari tanah sawah 64.303 Ha, tanah kering 307.765 Ha, tanah pekarangan

60.000 Ha, lain-lain 71.171 Ha.

Desa Pakis Jajar terdiri dari 3 dusun yaitu Dusun Krajan, Dusun Robyong,

Dusun Trajeng dan terdapat 13 RW dan 58 RT. Sebelah utara berbatasan dengan

Desa Sukolilo Jabung, sebelah timur berbatasan dengan Desa Sumber Pasir

Kecamatan Pakis, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pakis Kembar

Kecamatan Pakis, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Bunut Wetan

Kecamatan Pakis.

13

Page 14: Bab 1 Pendahuluan Revisi

Jumlah penduduk Desa Pakis Jajar sebanyak 10.309 jiwa, yang terdiri dari

jumlah kepala keluarga 3114, jumlah laki-laki 5186, jumlah perempuan 5123.

Dari data diatas digambarkan distribusi penduduk berdasarkan usia dan jenis

kelamin Desa Pakis Jajar sebagai berikut :

Tabel 1. Distribusi penduduk Desa Pakis Jajar berdasarkan usia dan jenis kelamin

No Usia (tahun) Jenis Kelamin Jumlah

Laki-Laki Perempuan

1 0-1 91 82 173

2 1-4 298 337 635

3 5-9 246 169 215

4 10-14 830 753 1538

5 15-19 291 280 571

6 20-24 333 371 704

7 25-29 345 268 613

8 30-34 279 312 591

9 35-39 351 317 668

10 40-44 291 225 516

11 45-49 464 412 876

12 50-54 353 449 802

13 55-59 318 416 734

14 60-64 276 334 510

15 65-69 263 260 523

16 70-74 96 80 176

17 75+ 61 58 119

Jumlah 4779 5530 10309

Sumber : Profil Desa Tahun 2010

14

Page 15: Bab 1 Pendahuluan Revisi

Sarana Pendidikan penduduk Desa Pakis Jajar digambarkan dalam tabel berikut :

Tabel 2. Sarana pendidikan penduduk Desa Pakis Jajar

No Pendidikan Jumlah Siswa Jumlah Guru

1 TK Insani 18 2

2 TK Miftahul Huda 101 6

3 TK Muslimat Hj. Maimunah 15 2

4 TK Alkausa RW 5 66 4

5 TK Muslimat Trajeng RW 06/07 57 4

6 TK PGRI III RW 12 34 3

7 SDN Pakis Jajar 1 244 10

8 SDN Pakis Jajar II 257 11

9 MI Al Hasib Trajeng 254 11

10 MI Miftahul Huda Karang Tengah

213 9

Sumber: Profil Desa tahun 2010

Sarana Peribadatan penduduk Desa Pakis Jajar yaitu Masjid 6 buah dan

Mushola 36 buah. Sarana Kesehatan penduduk Desa Pakis Jajar yaitu tenaga

dokter umum 1 orang, tenaga dokter gigi 1 orang, tenaga perawat 6 orang, bidan 4

orang.

2.3.1 Gambaran Dusun Trajeng

Dusun Trajeng merupakan salah satu dusun di Desa Pakis Jajar,

Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang. Dusun Trajeng memiliki 4 rukun warga

(RW) yaitu RW 6 sampai dengan RW 9. Masing-masing RW memiliki 4 Rukun

Tetangga(RT). Adapuin jumlah kepala keluarga (KK) di dusun ini sebanyak 731

KK dengan jumlah penduduk kurang lebih sebanyak 2196 orang.

15

Page 16: Bab 1 Pendahuluan Revisi

Di dusun Trajeng tedapat 2 posyandu di RW 6 dan RW 7. Biasanya

posyandu diadakan sebulan sekali. Adapun kegiatan di posyandu ini adalah

kegiatan rutin mengenai Kesehatan Ibu dan Anak serta posyandu lansia.

Terdapat 1 masjid, 1 MI, 1 MTs, dan 1 Panti Asuhan di Dusun Trajeng.

Sebagian besar penduduk mempunyai latar belakang pendidikan setara SD atau

SMP. Penduduk yang mendiami Dusun Trajeng mayoritas terdiri dari suku

Madura dan Jawa. Sebagian besar warga bermata pencaharian sebagai petani tebu,

sedangkan yang lain ada yang memproduksi tahu dan tempe, dan sebagai pekerja

pabrik. Pada setiap rumah sebagian besar mempunyai binatang ternak seperti sapi.

Penduduk Dusun Trajeng memiliki fasilitas kebersihan yaitu kamar mandi,

tetapi tidak semua rumah memiliki jamban, ada yang menumpang pada tetangga,

bahkan ada yang mencangkul tanah untuk buang air besar kemudian menutup

tanah itu kembali. Sarana pembuangan sampah penduduk Dusun masih kurang,

penduduk hanya menumpuk sampah di lahan kosong di sekitar rumah dan

membakarnya. Penduduk yang memiliki ternak membuang kotoran ternak

bersama sampah di lahan kosaong atau dikumpulkan untuk dijadikan pupuk.

Sumber air bersih yang digunakan berasal dari sumur karena PDAM belum

masuk. Jarak antara septictank dan sumur kurang dari sepuluh meter.

16

Page 17: Bab 1 Pendahuluan Revisi

Pola konsumsi subyek

frekuensi jajan keluarga subyek kebiasaan makan pedas atau asam keluarga subyek

Daya tahan tubuh terhadap penyakit

Ketersediaan obat-obatan untuk mengatasi diare

Angka Kejadian Diare

Penduduk Dusun

Trajeng

Desa Pakis Jajar Sumber air yang dikonsumsi keluarga /

Jarak antara sumur dan septictank

Pengetahuan keluarga subyek tentang cara

mencegah diare

Perilaku pencegahan diare yang menjadi kebiasaan

keluarga subyek

Populasi lalat dalam lingkungan subyek

Sampah dan Limbah

Usia subyek

Informasi kesehatan yang bias

didapatkan dari kader

Pendidikan formal/ non formal penduduk dusun

Trajeng

Jenis pekerjaan KK subyek

Tingkat pendapatan KK

subyek

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

18

Page 18: Bab 1 Pendahuluan Revisi

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di rumah masing-masing subyek penelitian pada tanggal

2 Agustus 2011.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

4.3.1.1 Definisi Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah Kepala Keluarga di Dusun Trajeng,

Desa Pakis Jajar, Kecamatan pakis, Kabupaten Malang, sebesar 731 KK.

4.3.1.2 Kriteria Populasi

Kriteria populasi dalam penelitian ini adalah Kepala Keluarga yang

tercatat dan bertempat tinggal di Dusun Trajeng, Desa Pakis Jajar, Kecamatan

Pakis, Kabupaten Malang.

4.3.2 Sampel

Penarikan sampel pada panelitian ini menggunakan tehnik simple

proporsional random sampling berdasarkan Kepala Keluarga.

Besar sampel pada penelitian ini mengikuti perhitungan rumus

proporsi/prevalensi finit dikarenakan tidak bisa dihitung mean dari data serta

jumlah populasi diketahui. Berikut perhitungannya;

Z ½ α2 . p (1-p) N

d2 (N-1) + Z ½ α2 . p (1-p) n =

dengan : N= Jumlah populasi (731 KK)α= derajad kepercayaan (5%)d= toleransi penyimpangan (10%)p= estimasi proporsi (50%)

20

Page 19: Bab 1 Pendahuluan Revisi

n =

Pencatatan hasil

Menentukan populasi

Melakukan wawancara

Penyajian data

Pengolahan data

Mengambil sampel

Membuat pedoman wawancara Membuat pedoman observasi

Melakukan observasi

1,962 . (0,5)(0,5).781

(0,1)2.(731-1)+ 1,962 .(0,5)(0,5)

750,0724

7,3 +0.9604

750,0724 8,2604

Dari perhitungan rumus di atas maka didapatkan besar sampel minimal

adalah 91 KK. Peneliti menaikkan besar sampel menjadi 100 KK berdasarkan

alasan kemudahan perhitungan. Selain itu dikarenakan semakin besar sampel yang

digunakan maka semakin valid dan representatif penelitian ini.

4.4 Kerangka Operasional Penelitian

n = 90,8 = 91

n =

n =

21

Page 20: Bab 1 Pendahuluan Revisi

4.5 Variabel Penelitian

4.5.1 Efek

Efek pada penelitian ini adalah angka kejadian penyakit diare di Dusun

trajeng, Desa Pakis, Kecamatan pakis, Kabupaten Malang tahun 2011.

4.5.2 Faktor Resiko

1. Latar belakang pendidikan formal warga dusun Trajeng

2. Jenis pekerjaan utama warga dusun trajeng

3. Tingkat pendapatan warga Dusun Trajeng

4. Perilaku mengatasi diare

5. Ketersediaan obat-obatan untuk mengatasi diare keluarga subjek

6. Frekwensi jajan subyek

7. Kebiasaan makan makanan merangsang lambung keluarga subjek

8. Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan warga Dusun Trajeng

9. Ketersediaan sumber air bersih dan mengalir di tiap rumah keluarga subjek

10. Sumber air yang dikonsumsi keluarga subjek

11. Jarak antara septictank dengan sumur

12. Pengolahan sampah dan limbah ternak keluarga subjek

13. Informasi kesehatan yang bisa didapat oleh warga Dusun Trajeng

4.6 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Metode Ukur Kriteria Pengukuran

Hasil Ukur

1 Angka kejadian penyakit diare di Dusun trajeng, Desa pakis jajar, Kecamatan pakis, Kabupaten Malang tahun 2011

Jawaban responden yang menunjukkan frekuensi kejadian tersering diare dari diri sendiri atau di Dusun Trajeng,Desa pakis jajar dalam jangka waktu 7 bulan terakhir dimana apabila responden sama sekali tidak pernah terjangkit diare maka dituliskan 0 pada hasil pengukuran.Diare yang dimaksud adalah buang air besar

Wawancara - Tidak (0)- Ada 1 2 3 4 dst

nominal

22

Page 21: Bab 1 Pendahuluan Revisi

dengan konsistensi encer lebih dari tiga kali sehari.

2 Latar belakang pendidikan formal penduduk dusun Trajeng

Jawaban responden yang menunjukkan lama tahun responden dalam menempuh pendidikan formal hingga dinyatakan dengan ijazah atau rapor. Pendidikan formal adalah segenap bentuk pendidikan atau pelatihan yang diberikan secara terorganisasi dan berjenjang, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus

Wawancara - SD- SMP- >= SMA

Nominal

3 Jenis pekerjaan utama warga dusun trajeng

Jawaban responden yang menunjukkan jenis pekerjaan responden. Pekerjaan adalah mata pencaharian yang dijadikan pokok kehidupan.

Wawancara Petani Peternak Pedagang Lain-lain

Nominal

4 Tingkat pendapatan Warga Dusun Trajeng

Jawaban responden yang menunjukkan besarnya pendapatan per satuan waktu kerja. Per satuan waktu kerja adalah banyaknya rupiah yang dihasilkan selama periode waktu yang disebutkan responden

Wawancara <1.000.000>1.000.000

Nominal

5 Perilaku mengatasi diare keluarga subjek

Jawaban responden yang menunjukkan usaha yang dilakukan untuk mengobati diare

Wawancara -ke puskesmas / dokter- ke dukun- dibiarkan

Nominal

6 Ketersediaan obat-obatan untuk mengatasi diare keluarga subjek

Jawaban responden yang menunjukkan tersedia atau tidaknya obat-obatan untuk mengobati diare

Wawancara - tersedia- tidak tersedia

Nominal

7 Frekuensi jajan keluarga subjek

Jawaban responden yang menunjukkan pola kebiasaan subjek mengkonsumsi jajan sehari-hari.

Jajan yang dimaksud adalah makanan yang

Wawancara - 0- 1- 2- 3- 4Dst

Nominal

23

Page 22: Bab 1 Pendahuluan Revisi

dibeli subjek di luar rumah. Apabila responden sama sekali tidak pernah jajan di luar rumah maka dituliskan 0 pada hasil pengukuran.

8 Kebiasaan makan makanan merangsang lambung keluarga subjek

Jawaban responden yangh menunjukkan kebiasaan makan makanan yang merangsang lambung keluarga subjek.

Makanan yang merangsang lambung adalah makanan yang dapat memicu timbulnya diare seperti pedas atau asam.

Wawancara Ya atau Tidak

Nominal

9 Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan warga Dusun Trajeng

Jawaban responden yang menunjukkan kebiasaan mencuci tangan sebelum makan.

Mencuci tangan yang dimaksud adalah mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan menggunakan sabun.

Wawancara Ya atau Tidak

Nominal

10 Ketersediaan sumber air bersih dan mengalir di tiap rumah keluarga subjek

Jawaban responden yang menunjukkan tersedia atau tidaknya air bersih yang mengalir untuk mencuci tangan dan sayuran

Wawancara+ observasi

- tersedia- tidak tersedia

Nominal

11 Sumber air yang dikonsumsi keluarga subjek

Jawaban responden yang menunjukkan sumber air yang digunakan untuk kebutuhan minum/masak

Wawancara - air sumur- air pdam- air mineral- dll

Nominal

12 Jarak antara septictank dengan

Jawaban responden yang menunjukkan

Wawancara Jauh(>= 10m)

Nominal

24

Page 23: Bab 1 Pendahuluan Revisi

sumur jarak antara septictank dengan sumur

Dekat(< 10m)

13 Pengolahan sampah dan limbah ternak keluarga subjek

Jawaban responden yang menunjukkan cara keluarga dalam mengolah limbah.

Limbah yang dimaksud adalah kotoran ternak.

Wawancara Benar(dimanfaatkan)Salah(tidak dimanfaatkan)

Nominal

14 Informasi kesehatan yang bisa didapat oleh warga Dusun Trajeng

Jawaban responden yang menunjukkan ada atau tidaknya tindakan-tindakan yang telah dilakukan SDM / kader kesehatan dalam pencegahan dan penanganan diare

Wawancara - ada- tidak ada

Nominal

4.7 Instrumen Pengukuran

Penelitian ini menggunakan alat ukur panduan wawancara serta form

observasi berupa check list (sesuai yang tertera pada lampiran).

4.8 Teknik Pengumpulan Data

Tahapan pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi masalah yang ada pada populasi

2. Menentukan prioritas masalah

3. Mengidentifikasi faktor resiko dari masalah

4. Menentukan prioritas faktor resiko

5. Membuat pedoman wawancara dan pedoman observasi

6. Melakukan wawancara dan observasi

7. Mengolah data hasil wawancara dan observasi

8. Penyajian data

25

Page 24: Bab 1 Pendahuluan Revisi

4.9 Analisis Data

Gambaran angka kejadian diare akan dianalisis menurut faktor resikonya

dengan pendekatan tabulasi silang.

26

Page 25: Bab 1 Pendahuluan Revisi

BAB 5

HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

Pengumpulan data dilakukan pada hari selasa tanggal 2 Agustus 2011

mulai pukul 09.00 – 14.00 WIB oleh 13 orang peneliti dengan hasil wawancara

sebanyak 100 sampel yang tinggal di Dusun Trajeng, Desa Pakis Jajar, Kecamatan

Pakis, Kabupaten Malang.

5.1 Deskripsi Subyek penelitian

Berdasarkan data penelitian yang diperoleh dari 100 subyek penelitian

didapatkan berbagai macam latar belakang pendidikan formal, jenis pekerjaan,

dan tingkat pendapatan. Deskripsi data subyek penelitian secara rinci dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 5.1. Penyebaran subyek penelitian penduduk Dusun Trajeng, Desa Pakis Jajar,

Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang menurut jenis pekerjaan subyek penelitian tahun

2011.

Jenis Pekerjaan Frekuensi

Tidak kerja

Kerja

13

87

Total 100

Berdasarkan tabel tersebut didapatkan subyek penelitian terbanyak yang

mempunyai pekerjaan sebanyak 87%, sedangkan yang tidak memiliki pekerjaan

sebanyak 13%.

27

Page 26: Bab 1 Pendahuluan Revisi

Tabel 5.2 Penyebaran subyek penelitian penduduk Dusun Trajeng, Desa Pakis Jajar,

Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang menurut tingkat pendidikan terakhir subyek

penelitian tahun 2011.

Tingkat pendidikan terakhir Frekuensi

SD

SMP

SMA

>SMA

74

18

7

1

Total 100

Berdasarkan tabel tersebut didapatkan subyek penelitian terbanyak

berpendidikan terakhir SD yaitu sebesar 74%, yang berpenidikan terakhir SMP

sebesar 18%, yang berpendidikan terakhir SMA sebesar 7%, dan yang paling

sedikit adalah yang berpendidikan terakhir >SMA sebesar 1%.

Tabel 5.3 Penyebaran subyek penelitian penduduk Dusun Trajeng, Desa Pakis Jajar,

Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang menurut tingkat pendapatan subyek penelitian

tahun 2011.

Tingkat pendapatan Frekuensi

< 1 juta

>1 juta

88

12

Total 100

Berdasarkan tabel tersebut didapatkan subyek penelitian terbanyak

mempunyai pendapatan <1 juta sebesar 88%, yang berpendapatan >1 juta sebesar

12%.

28

Page 27: Bab 1 Pendahuluan Revisi

5.2 Deskripsi efek

Efek dalam penelitian ini adalah angka kejadian diare penduduk dusun

trajeng, desa pakis jajar, kecamatan pakis, kabupaten malang pada tahun 2011

Tabel 5.4 Penyebaran subyek penelitian penduduk Dusun Trajeng, Desa Pakis Jajar,

Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang terhadap angka kejadian diare tahun 2011.

Angka kejadian diare Total responden

Ada

Tidak ada

67

33

Total 100

Berdasarkann tabel diatas, subyek penelitian yang tinggal di Dusun

Trajeng yang terkena diare sebesar 67% dan yang tidak terkena diare sebesar

33% dari total subyek penelitian.

Tabel 5.5 Penyebaran subyek penelitian penduduk Dusun Trajeng, Desa Pakis Jajar,

Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang terhadap perilaku cara mengatasi tahun 2011.

Perilaku penanganan Total responden

Mandiri

Di biarkan

Dukun

Puskesmas

42

27

12

19

total 100

Berdasarkan dari tabel diatas, subyek penelitian yang tinggal di Dusun

Trajeng yang menangani diare secara mandiri sebesar 42% dari total subyek

penelitian. Jumlah subyek yang tidak menangani diare atau yang dibiarkan sebesar

29

Page 28: Bab 1 Pendahuluan Revisi

27% dari total subyek penelitian. Jumlah subyek yang pergi ke dukun untuk

menangani diare sebesar 12% dari total subyek penelitian. Jumlah subyek yang

pergi ke puskesmas sebesar 19% dari total subyek penelitian.

5.3 Deskripsi Efek Menurut Faktor Resiko

Tabel 5.6 Tabulasi silang angka kejadian diare penduduk dusun trajeng, desa pakis jajar,

kecamatan pakis, kabupaten malang pada tahun 2011 dengan cara mengatasi.

Cara mengatasi diare total

ada Tidak ada

Dibiarkan

Dukun

Mandiri

Puskesmas

Jumlah

17

62,9%

7

58,3%

33

78,5%

10

52,6%

67

67%

10

37,1%

5

41,9%

9

21,5%

9

47,4%

33

33%

27

100%

12

100%

42

100%

19

100%

100

100%

P sebesar 0,177 ( p>0,05 ) Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan

angka kejadian diare yang bermakna dengan cara mengatasi.

Tabel 5.7 Tabulasi silang angka kejadian diare penduduk dusun trajeng, desa pakis jajar,

kecamatan pakis, kabupaten malang pada tahun 2011 dengan tersedia obat

Tersedia obat diare total

30

Page 29: Bab 1 Pendahuluan Revisi

ada Tidak ada

Tidak

Ya

Jumlah

51

64,5%

16

76,2%

67

67%

28

35,5%

5

23,8%

33

33%

79

100%

21

100%

100

100%

P sebesar 0,347 ( p>0,05 ) Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan

angka kejadian diare yang bermakna dengan tersedia obat.

Tabel 5.8 Tabulasi silang angka kejadian diare penduduk dusun trajeng, desa pakis jajar,

kecamatan pakis, kabupaten malang pada tahun 2011 dengan jajan.

jajandiare

totalada Tidak ada

Ya

Tidak

Jumlah

44

86,3%

23

46,9%

67

67%

7

13,7%

26

53,1%

33

33%

51

100%

49

100%

100

100%

P sebesar 0,000 ( p<0,05 ) Ho ditolak yang berarti ada perbedaan angka

kejadian diare yang bermakna dengan jajan.

31

Page 30: Bab 1 Pendahuluan Revisi

Tabel 5.9 Tabulasi silang angka kejadian diare penduduk dusun trajeng, desa pakis jajar,

kecamatan pakis, kabupaten malang pada tahun 2011 dengan makanan merangsang.

jajandiare

totalada Tidak ada

Ya

Tidak

Jumlah

49

76,5%

18

50%

67

67%

15

23,5%

18

50%

33

33%

64

100%

36

100%

100

100%

P sebesar 0,007( p<0,05 ) Ho ditolak yang berarti ada perbedaan angka

kejadian diare yang bermakna dengan makanan merangsang.

Tabel 5.10 Tabulasi silang angka kejadian diare penduduk dusun trajeng, desa pakis jajar,

kecamatan pakis, kabupaten malang pada tahun 2011 dengan makanan merangsang.

Makan dengandiare

totalada Tidak ada

Tanpa sendok

Dengan sendok

38

62,3%

29

74,3%

23

37,7%

10

25,7%

61

100%

39

100%

32

Page 31: Bab 1 Pendahuluan Revisi

Jumlah 67

67%

33

33%100

100%

P sebesar 0,211( p>0,05 ) Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan

angka kejadian diare yang bermakna dengan makan dengan.

Tabel 5.11 Tabulasi silang angka kejadian diare penduduk dusun trajeng, desa pakis jajar,

kecamatan pakis, kabupaten malang pada tahun 2011 dengan pernah tangan.

jajandiare

totalada Tidak ada

Ya

Tidak

Jumlah

64

68%

3

50%

67

67%

30

32%

3

50%

33

33%

94

100%

6

100%

100

100%

P sebesar 0,361( p>0,05 ) Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan

angka kejadian diare yang bermakna dengan pernah tangan.

33

Page 32: Bab 1 Pendahuluan Revisi

Tabel 5.12 Tabulasi silang angka kejadian diare penduduk dusun trajeng, desa pakis jajar,

kecamatan pakis, kabupaten malang pada tahun 2011 dengan sabun.

Sabundiare

totalada Tidak ada

Tidak menggunakan sabun

Menggunakan sabun

Jumlah

41

64%

24

72,7%

65

67%

23

36%

9

27,3%

32

33%

64

100%

33

100%

97

100%

P sebesar 0,390( p>0,05 ) Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan

angka kejadian diare yang bermakna dengan sabun.

Tabel 5.13Tabulasi silang angka kejadian diare penduduk dusun trajeng, desa pakis jajar,

kecamatan pakis, kabupaten malang pada tahun 2011 dengan sumber konsumsi

Sumber konsumsidiare

totalada Tidak ada

Lainnya

Sumur

Jumlah

0

0%

67

67,7%

67

1

100%

32

32,3%

33

1

100%

99

100%

100

34

Page 33: Bab 1 Pendahuluan Revisi

67% 33% 100%

P sebesar 0,151( p>0,05 ) Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan

angka kejadian diare yang bermakna dengan sumber konsumsi.

Tabel 5.14 Tabulasi silang angka kejadian diare penduduk dusun trajeng, desa pakis jajar,

kecamatan pakis, kabupaten malang pada tahun 2011 dengan sumber MCK

Sumber MCKdiare

totalada Tidak ada

Lainnya

Sumur

Jumlah

1

50%

66

67,7%

67

67%

1

50%

32

32,3%

33

33%

2

100%

98

100%

100

100%

P sebesar 0,606( p>0,05 ) Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan

angka kejadian diare yang bermakna dengan sumber MCK

Tabel 5.15 Tabulasi silang angka kejadian diare penduduk dusun trajeng, desa pakis jajar,

kecamatan pakis, kabupaten malang pada tahun 2011 dengan jamban

jambandiare

totalada Tidak ada

Tidak ada 10

62,5%

6

37,5%

16

100%

35

Page 34: Bab 1 Pendahuluan Revisi

ada

Jumlah

57

67,8%

67

67%

27

32,2%

33

33%

84

100%

100

100%

P sebesar 0,676( p>0,05 ) Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan

angka kejadian diare yang bermakna dengan jamban.

Table 5.16 tabulasi silang angka kejadian diare penduduk dusun trajeng desa pakis jajar

kecamatan pakis kabupaten malang pada tahun 2011 dengan penyuluhan

PenyuluhanDiare

totalAda Tidak ada

Tidak62

68,13 %

29

31,87 %

91

100 %

Pernah5

55,56 %

4

44,44 %

9

100 %

total67

67 %

33

33 %

100

100 %

P sebesar 0,444 ( p> 0,05) Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan

angka kejadian diare yang bermakna dengan penyuluhan

36

Page 35: Bab 1 Pendahuluan Revisi

Table 5.17 tabulasi silang angka kejadian diare penduduk dusun trajeng desa pakis jajar

kecamatan pakis kabupaten malang pada tahun 2011 dengan Buang limbah

Buang limbahdiare total

ada Tidak ada

Dibiarkan9

100 %

0

0 %

9

100 %

Ditimbun0

0 %

1

100 %

1

100 %

Dikumpulkan

kemudian dibuang

18

60 %

12

40 %

30

100 %

Dibuat pupuk 7

100 %

0

0 %

7

100 %

total34

72, 34 %

13

27, 66 %

47

100 %

P sebesar 0,12 (p>0,05) Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan

angka kejadian diare yang bermakna dengan buang limbah

Table 5.18 tabulasi silang angka kejadian diare penduduk dusun trajeng desa pakis jajar

kecamatan pakis kabupaten malang pada tahun 2011 dengan letak kandang

Letak kandang Diare Total

Ada Tidak ada

Dalam 20 7 27

37

Page 36: Bab 1 Pendahuluan Revisi

74,07 % 25, 93 % 100 %

luar 14

70 %

6

30 %

20

100 %

total 34

72, 34 %

13

27, 66 %

47

100 %

P sebesar 0,758 (p>0,05) Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan

angka kejadian diare yang bermakna dengan letak kandang

Table 5.19 tabulasi silang angka kejadian diare penduduk dusun trajeng desa pakis jajar

kecamatan pakis kabupaten malang pada tahun 2011 dengan ternak

ternakDiare

TotalAda Tidak ada

Ya34

72,34 %

13

27,66 %

47

100 %

tidak33

62,26 %

20

37,74 %

53

100 %

Total67

67 %

33

33 %

100

100 %

P sebesar 0,285 (p>0,05) Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan

angka kejadian diare yang bermakna dengan ternak

38

Page 37: Bab 1 Pendahuluan Revisi

Table 5.20 tabulasi silang angka kejadian diare penduduk Dusun Trajeng Desa Pakis Jajar

kecamatan pakis kabupaten malang pada tahun 2011 dengan olah sampah

Olah sampahDiare

totalAda Tidak ada

Ditimbun21

84 %

4

16 %

25

100 %

Dibakar46

61,33 %

29

39,67 %

75

100 %

total67

67 %

33

33 %

100

100 %

P sebesar 0, 037 (p<0,05) Ho ditolak yang berarti ada perbedaan angka

kejadian diare yang bermakna dengan olah sampah

Table 5.21 tabulasi silang angka kejadian diare penduduk dusun trajeng desa pakis jajar

kecamatan pakis kabupaten malang pada tahun 2011 dengan buang sampah

Buang sampahDiare

totalAda Tidak ada

Jauh19

61,29 %

12

39,71 %

31

100 %

Di lingkungan

rumah

48

69,57 %

21

30,43 %

69

100 %

total 67 33 100

39

Page 38: Bab 1 Pendahuluan Revisi

67 % 33 % 100 %

P sebesar 0,416 (p>0,05) Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan

angka kejadian diare yang bermakna dengan buang sampah

Table 5.22 tabulasi silang angka kejadian diare penduduk dusun trajeng desa pakis jajar

kecamatan pakis kabupaten malang pada tahun 2011 dengan jarak sumur

Jarak sumurDiare

TotalAda Tidak ada

<10m51

71,83 %

20

28,17 %

71

100 %

>= 10m16

55,17 %

13

44,82 %

29

100 %

total67

67 %

33

33 %

100

100 %

P sebesar 0,108 (p>0,05) Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan

angka kejadian diare yang bermakna dengan jarak sumur

Table 5.23 tabulasi silang angka kejadian diare penduduk dusun trajeng desa pakis jajar

kecamatan pakis kabupaten malang pada tahun 2011 dengan letak septictank

Letak septicdiare

totalAda Tidak ada

Luar49

62,82 %

29

37,78 %

78

100 %

40

Page 39: Bab 1 Pendahuluan Revisi

Dalam18

81,82 %

4

18,18 %

22

100 %

Total67

67 %

33

33 %

100

100 %

P sebesar 0,094 (p>0,05) Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan

angka kejadian diare yang bermakna dengan letak septic

Table 5.24 tabulasi silang angka kejadian diare penduduk dusun trajeng desa pakis jajar

kecamatan pakis kabupaten malang pada tahun 2011 dengan letak jamban

Letak jambanDiare

TotalAda Tidak ada

Luar34

65,38 %

18

34,62 %

52

100 %

Dalam33

68,75 %

15

31,25 %

48

100 %

Total67

67 %

33

33 %

100

100 %

P sebesar 0,721 (p>0,05) Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan

angka kejadian diare yang bermakna dengan letak jamban

41

Page 40: Bab 1 Pendahuluan Revisi

BAB 6

PEMBAHASAN

Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi

buang air besar lebih dari tiga kali sehari disertai adanya perubahan bentuk dan

konsistensi tinja penderita (Sutanto 1984; Bambang 1981). Diare merupakan salah

satu masalah kesehatan di Indonesia dan menurut Survei Kesehatan Rumah

Tangga 1986 ternyata diare termasuk dalam 8 penyakit utama di Indonesia

(Budiarso 1986). Pada Dusun Trajeng didapatkan hasil 67% penduduk Dusun

menderita diare dan 33% tidak menderita diare. Tingginya angka diare tersebut

dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.

Diare dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

Adapun cara pencegehan diare dapat dilakukan dengan cara (Sri, 2009) : Mencuci

tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting yaitu: sebelum makan,

setelah buang air besar, sebelum memegang bayi, setelah menceboki anak ,dan

sebelum menyiapkan makanan. Meminum air minum sehat, atau air yang telah

diolah, antara lain dengan cara merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau

proses klorinasi;Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar

serangga (lalat, kecoa, kutu, lipas). Membuang air besar dan air kecil pada

tempatnya, sebaiknya menggunakan jamban dengan tangki septik. Pemberian ASI

minimal 6 bulan juga penting dilakukan. Sebab, di dalam ASI terdapat

antirotavirus yaitu imunoglobulin. Untuk mencegah diare akibat infeksi rotavirus,

bisa diberikan vaksin rotavirus per-oral (melalui mulut).

Menurut data yang didapat melalui wawancara yang dilakukan dengan

warga Dusun Trajeng, didapatkan angka terjadinya diare yang paling tinggi pada

usia anak-anak yaitu 27%. Hal ini membuktikan bahwa perkembangan sistem

kekebalan tubuh juga dipengaruhi faktor usia. Sistem kekebalan tubuh pada bayi

dan balita masih lemah, kemudian mengalami perkembangan dengan

bertambahnya usia, setelah itu mengalami penurunan kembali pada usia tua (di

42

Page 41: Bab 1 Pendahuluan Revisi

atas 50 tahun). Umur merupakan salah satu variabel yang dipakai untuk

memprediksi perbedaan dalam hal penyakit, kondisi dan peristiwa kesehatan

Berdasarkan hasil wawancara didapatkan pendidikan penduduk pada

jenjang SD sebanyak 74%, SMP 18%, SMA 7% dan lebih dari SMA 1 %.

Pendidikan masyarakat yang rendah menjadikan mereka sulit diberi tahu

mengenai pentingnya kebersihan perorangan dan sanitasi lingkungan untuk

mencegah terjangkitnya penyakit menular, yang salah satunya diare (Sander,

2005). Latar belakang pendidikan formal juga mempengaruhi jenis pekerjaan

penduduk dusun Trajeng yang sebagian bekerja sebagai petani tebu, peternak sapi,

dan industri rumah tangga yaitu pengolah tahu dan tempe. Jenis pekerjaan

penduduk berhubungan erat dengan tingkat pendapatan seseorang. Jenis pekerjaan

tertentu dapat memudahkan seseorang mendapatkan akses pelayanan kesehatan.

Pendapatan yang cukup mempermudah masyarakat mendapatkan akses kesehatan

serta sarana untuk pengadaan tempat sampah (Bambang, 1981).

Dari data yang diperoleh pendapatan penduduk yang kurang dari satu juta

rupiah sebanyak 88%, sementara yang berpendapatan lebih dari atau sama dengan

satu juta sebanyak 12%. Hal ini dapat menyebabkan penduduk kesulitan

mendapatkan akses kesehatan berkaitan dengan tingginya biaya kesehatan,

transportasi dan sarana pengadaan tempat sampah (Sander, M. A., 2005)

Penduduk Dusun Trajeng memiliki cara masing-masing untuk

menanggulangi penyakit diare yang sudah jamak terjadi di lingkungan mereka.

27% penduduk membiarkan penyakit tersebut hingga merasa membaik dengan

sendirinya. 12% penduduk memilih pergi ke dukun, sedangkan 42% melakukan

pengobatan mandiri dengan oralit atau obat tradisional yaitu berupa teh pahit.

Sementara hanya 19% yang pergi ke puskesmas atau ke dokter. Hal ini dapat

disebabkan oleh jarak puskesmas yang cukup jauh dan sulit diakses. Pengobatan

mandiri menjadi pilihan utama karena penduduk memiliki tradisi mengobati

penyakit diare dengan menggunakan teh pahit. Tujuh puluh delapan persen

penduduk juga telah memiliki persediaan obat diare di rumah. Dua puluh tujuh

persen penduduk membiarkan penyakit diare karena mereka masih menganggap

penyakit diare bukan merupakan penyakit yang membahayakan.

43

Page 42: Bab 1 Pendahuluan Revisi

Berdasarkan hasil wawancara penduduk, 51% memiliki kebiasaan jajan di

luar rumah, mayoritas jajanan yang dikonsumsi oleh penduduk adalah rujak dan

bakso. Makanan jajanan kemungkinan memiliki tingkat kebersihan yang rendah

sehingga memungkinkan penyebaran bakteri yang dapat menyebabkan diare.

Penduduk Dusun Trajeng sebanyak 64% mengkonsumsi makanan pedas

sehari-hari. Di dalam tubuh, makanan-makanan pedas tersebut bisa memicu

gerakan peristaltik usus sehingga menjadi lebih cepat dan memperparah diare (dr

Helmin, 2011)

Makan tanpa menggunakan sendok juga dapat menjadi faktor resiko yang

berpengaruh terhadap terjadinya penyakit diare. Hal ini dapat dilihat dari 94%

penduduk Dusun Trajeng yang tidak menggunakan sendok. Enam puluh empat

persen penduduk tidak menggunakan sabun untuk mencuci tangan sebelum

makan. Ini dapat dikaitkan dengan angka kejadian diare yang cukup tinggi, karena

bakteri langsung dapat terkontaminasi pada makanan yang dikonsumsi melalui

tangan yang digunakan untuk makan.

Sumur menjadi sumber mata air yang digunakan untuk sehari-hari seperti

mandi, mencuci dan memasak pada penduduk Dusun Trajeng, sebesar 98%.

Sebanyak 72% adalah sumur dalam dan jarak antara sumur dan septictank yang

kurang dari 10 m sebanyak 71%. Jarak minimal antara tangki septic (septic tank)

dan sumur adalah 10 meter. Hal ini dilakukan agar air sumur tidak terkontaminasi

dengan air tangki septic oleh bakteri patogen yang dapat mengganggu kesehatan.

Jarak 10 meter sumur dan tangki septic diawali dari adanya bakteri E-coli patogen

(bersifat anaerob) penyebab diare yang biasanya mempunyai usia harapan hidup

selama tiga hari. Sedangkan kecepatan aliran air dalam tanah berkisar 3 meter per

hari (rata-rata kecepatan aliran air dalam tanah di pulau jawa 3 meter/hari),

sehingga jarak ideal antara tangki septic dengan sumur sejauh 3 meter per hari x 3

hari = 9 meter.Dari hasil perhitungan, jarak tempuh bakteri selama 3 hari hanya 9

meter. Adapun angka 10 meter setelah ditambah satu meter sebagai jarak

pengaman (Sukmara, 2007). Jarak sumur dan septitank pada penduduk Dusun

Trajeng yang kurang dari 10m, membuat penduduk mudah terserang diare.

44

Page 43: Bab 1 Pendahuluan Revisi

Ketersediaan sarana mandi dan jamban di setiap rumah penduduk juga

sebagai faktor resiko terjadinya diare. Sebanyak 84% penduduk memiliki jamban,

tetapi 52% jamban terletak di luar rumah. syarat pembuangan kotoran yang

memenuhi aturan kesehatan adalah tidak mengotori permukaan tanah di

sekitarnya, tidak mengotori air permukaan di sekitarnya, tidak mengotori air

dalam tanah di sekitarnya, dan kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai

sebagai tempat lalat bertelur atau perkembangbiakan vektor penyakit lainnya.

Tinja yang dibuang di tempat terbuka dapat digunakan oleh lalat untuk bertelur

dan berkembang biak. Lalat berperan dalam penularan penyakit melalui tinja

(faecal borne disease), lalat senang menempatkan telurnya pada kotoran manusia

yang terbuka, kemudian lalat tersebut hinggap di kotoran manusia dan hinggap

pada makanan manusia dapat mengakibatkan diare (Soeparman dan Suparmin,

2003).

Penduduk Dusun Trajeng memiliki kebiasaan membuang sampah di

lingkungan rumah seperti halaman depan dan belakang sebanyak 69%, dan

kemudian membakarnya sebanyak 75%. Tidak adanya tempat penampungan

sampah sehingga sampah terbuka dan menumpuk di halaman, membuat lalat

hinggap di sampah dan membawa bakteri penyebab diare. Lalat dapat menjadi

vektor, hinggap di makanan yang dikonsumsi sehingga makanan tersebut

terkontaminasi oleh penyebab diare.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasional, sebanyak 47% Penduduk

Desa Pakis Jajar dusun Trajeng memelihara binatang ternak seperti sapi, ayam

dan bebek. Dari 47% penduduk yang memelihara hewan ternak,lebih dari

separuhnya yaitu 27% penduduk mempunyai kandang hewan ternak di dalam

rumah. Binatang ternak seperti sapi atau kambing sebagian besar dipelihara di

dalam rumah, yaitu diarea dapur dan kamar mandi karen warga takut binatang

ternak tersebut dicuri. Kotoran binatang ternak dikumpulkan oleh warga, ada yang

membuang kotorannya saja dan ada yang menjadikannya sebagai pupuk. Dari

hasil penelitian di dusun Trajeng, 64% dari penduduk yang memiliki hewan

ternak mengolah kotoran tenaknya dengan dikumpulkan saja, sisanya ada yang

dibiarkan, ditimbun,atau dibuat pupuk. Peternak sapi di pada umumnya

45

Page 44: Bab 1 Pendahuluan Revisi

membangun kandang sapinya dekat dengan rumah (<10 m) atau di dalam rumah

dengan alasan faktor keamanan dan mempermudah pemeliharaan. Berdasarkan

penelitian Untari (2002) mengenai pengaruh penempatan kandang sapi di dalam

dan di luar rumah terhadap kepadatan lalat di Desa Tumang Kecamatan Cepogo

Kabupaten Boyolali diketahui bahwa penempatan kandang sapi yang tidak tepat

dapat meningkatkan kepadatan lalat. Survei dari 31 kandang sapi yang ada di

dalam rumah, 75,61% mempunyai tingkat kepadatan lalat yang sedang (3-5 ekor)

dan 17,07% mempunyai tingkat kepadatan lalat yang tinggi (6-20 ekor). Semakin

dekat dengan rumah, kepadatan lalat makin tinggi dan semakin tinggi kepadatan

lalat, makin tinggi pula penyebaran penyakit termasuk diare.

Berdasarkan penelitian Sumiarto, dkk (2005) mengenai epidemiologi

verocytotoxigenic E. coli (VTEC) pada peternakan sapi perah di Propinsi Jawa

Tengah dan Yogyakarta, diketahui bahwa semakin kotor lantai kandang yang

dimiliki peternak, memberikan infeksi VTEC hampir 21 kali lebih besar

dibanding peternak yang mempunyai lantai bersih. Semakin dekat sumber air dari

kandang (<10m) memberikan prevalensi VTEC 24 kali lebih besar dari pada yang

jauh (>10m). Temuan ini menunjukkan sumber air terkontaminasi E. coli hampir

8 kali lebih besar sebagai sumber penyakit VTEC dibanding dengan sumber air

yang tidak terkontaminasi E. coli. Kebersihan pribadi pemilik atau pekerja

memberikan pengaruh 12,3% terhadap prevalensi VTEC. Bakteri E. coli mampu

bertahan hidup di tanah pada temperatur 20-30°C selama 70 hari, sehingga

kemungkinan pencemaran tinja sapi terhadap sumber air ataupun air tanah di

sekitarnya sangat besar terutama pada musim penghujan. Kondisi sanitasi

kandang yang jelek akan dapat memperparah keadaan, dan sangat memungkinkan

timbulnya penyakit diare.

Sutrisna, B., 1994. Pengantar Epidemilogi.  Dian Rakyat,  Jakarta.

46

Page 45: Bab 1 Pendahuluan Revisi

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, angka kejadian diare di Dusun trajeng, desa

pakis jajar, kecamatan pakis, kabupaten malang sebesar 67%. Hal ini dipengaruhi

oleh beberapa faktor resiko seperti sumber air yang dikonsumsi penduduk 99%

dari air sumur, 51% penduduk terbiasa jajan diluar, 64 % penduduk cuci tangan

tanpa sabun, 79 % penduduk tidak tersedia obat-obatan dan 92% penduduk tidak

pernah mendapatkan penyuluhan tentang diare.

7.2 Saran

1. Perlunya penyuluhan tentang pencegahan dan penanganan diare kepada

penduduk dusun trajeng, desa pakis jajar, kecamatan pakis kabupaten malang.

2. Perlunya pengadaan dan penyaringan air bersih penduduk dusun trajeng, desa

pakis jajar, kecamatan pakis kabupaten malang.

3. Perlunya pengadaan kotak obat sebagai penanganan pertama diare penduduk

dusun trajeng, desa pakis jajar, kecamatan pakis kabupaten malang.

47