22
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangTelah diketahui bahwa untuk dapat memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah, dan mengobati
penyakit serta memulihkan kesehatan masyarakat perlulah disediakan
dan diselenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat (public health
services) yang sebaik-baiknya (Kristiawan, 2008).Untuk dapat
menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan tersebut,
banyak yang harus diperhatikan. Yang paling penting adalah
pelayanan masyarakat yang dimaksud harus sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Namun sekalipun terdapat kesesuaian yang seperti ini
telah menjadi kesepakatan semua pihak, namun dalam praktek
sehari-hari tidaklah mudah dalam menyediakan dan menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang dimaksud (Ryadi, 2011).Untuk mengatasinya,
telah diperoleh semacam kesepakatan bahwa perumusan kebutuhan
kesehatan dapat dilakukan jika diketahui masalah kesehatan
dimasyarakat. Dengan kesepakatan yang seperti ini diupayakanlah
menemukan masalah kesehatan yang ada dimasyarakat tersebut.
Demikianlah, berpedoman pada kesepakatan yang seperti ini,
dilakukan berbagai upaya untuk menemukan serta merumuskan masalah
kesehatan dimasyarakat. Upaya tersebut dikaitkan dengan menentukan
frekuensi, penyebaran serta faktor-faktor yang mempengaruhi
frekuansi dan penyebaran disuatu masalah kesehatan dimasyarakat
tercakup dalam suatu cabang ilmu khusus yang disebut dengan nama
Epidemiologi (Kristiawan, 2008).Subjek dan objek epidemiologi
adalah tentang masalah kesehatan. Ditinjau dari sudut epidemiologi,
pemahaman tentang masalah kesehatan berupa penyakit amatlah
penting. Karena sebenarnya berbagai masalah kesehatan yang bukan
penyakit hanya akan mempunyai arti apabila ada hubungannya dengan
soal penyakit. Apabila suatu masalah kesehatan tidak sangkut
pautnya dengan soal penyakit., maka pada lazimnya masalah kesehatan
tersebut tidak terlalu diperioritaskan penanggulangannya (Saracci,
2010).1.2 Rumusan MasalahApakah epidemiologi berperan dalam
menangani permasalahan kesehatan suatu populasi atau penduduk.1.3
Tujuan1. Mengetahui epidemiologi kesehatan masyarakat2. Mengatahui
surveilans epidemiologi 3. Mengetahui pengukuran epidemiologi1.4
Hipotesa epidemiologi berperan dalam menangani permasalahan
kesehatan suatu populasi atau penduduk.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 EpidemiologiBerasal dari bahasa Yunani, yaitu : Epi =
pada/tentang Demos=penduduk Logos=ilmu. Epidemiologi adalah ilmu
yang mempelajari distribusi dan determinan penyakit serta berbagai
masalah kesehatan di dalam masyarakat yang aplikasi nya ditujukan
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Epidemiologi
merupakan salah satu bagian dari Ilmu Kesehatan Masyarakat yang
menekankan perhatianya terhadap masalah kesehatan baik penyakit
maupun non penyakit yang terjadi dalam masyarakat (Maryani, 2010).
Perkembangan saat ini, epidemiologi diartikan sebagai ilmu tentang
frekuensi (jumlah), distribusi (penyebaran), dan determinan (faktor
penentu) masalah kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk
pembuatan perencanaan (development) dan pengambilan keputusan dalam
menanggulangi masalah kesehatan (Maryani, 2010).
2.1.1 Tujuan EpidemiologiMenurut Timmreck 2005, ada tiga tujuan
umum studi epidemiologi. Berikut adalah tiga tujuan epidemiologi
yang sudah diperbaharui :1. Untuk menjelaskan tentang etiologi (
studi tentang penyebab penyakit ) satu penyakit atau sekelompok
penyakit, kondisi, gangguan, defek, ketidakmampuan, sindrom, atau
kematian melalui analisis terhadap data medis dan epidemiologi
dengan menggunakan manajemen informasi sekaligus informasi yang
berasal dari setiap bidang atau disiplin ilmu yang tepat, termasuk
ilmu sosial dan perilaku.2. Untuk menentukan apakah data
epidemiologi yang ada memang konsisten dengan hipotesis yang
diajukan dengan ilmu pengetahuan, ilmu perilaku, dan ilmu biomedis
yang terbaru.3. Untuk memberikan dasar bagi pengembangan
langkah-langkah pengendalian dan prosedur pencegahan bagi kelompok
populasi yang berisiko, dan untuk pengembangan langkah-langkah dan
kegiatan kesehatan masyarakat yang diperlukan. Kesemuanya itu akan
digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan langkah-langkah,
kegiatan, dan program intervensi.
2.1.2 Elemen EpidemiologiDi dalam batasan epidemiologi
sekurang-kurangnya mencakup 3 elemen, yakni :a. Masalah Kesehatan
Epidemiologi mempelajari semua masalah kesehatan termasuk penyakit,
baik penyakit infeksi, seperti TBC, Flu burung, maupun penyakit non
infeksi, seperti kanker. Selain itu epidemiologi juga mempelajari
non penyakit, secara kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan
kerja, sakit jiwa. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi
mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan.b. PopulasiEpidemiologi
memusatkan perhatiannya pada distribusi masalah kesehatan pada
populasi (masyarakat)atau kelompok.c. Pendekatan ekologiPendekatan
ekologi dalam epidemiologi mengkaji frekuensi dan distribusi
masalah kesehatan berdasarkan keseluruhan lingkungan manusia baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal ini karena masalah
kesehatan pada seseorang dikaji dari manusia dan total
lingkungannya (Maryani, 2010).
2.1.3 Jenis-Jenis EpidemiologiEpidemiologi menekankan upaya
menerangkan bagaimana distribusi penyakit dan bagaimana berbagai
komponen menjadi faktor penyebab penyakit tersebut. Untuk
mengungkapkan dan menjawab masalah tersebut, epidemiologi melakukan
berbagai cara yang selanjutnya menjadikan epidemiologi dapat dibagi
dalam beberapa metode. Pada dasarnya metode epidemiologi dibagi 3,
yaitu :
1. Epidemiologi DeskriptifEpidemiologi deskriptif mempelajari
tentang frekuensi dan distribusi suatu masalah kesehatan dalam
masyarakat. Keterangan tentang frekuensi dan distribusi suatu
penyakit atau masalah kesehatan menunjukan tentang besarnya masalah
itu dalam pertanyaan mengenai faktor who (siapa), where
(dimana),dan when (kapan).a. SiapaMerupakan pertanyaan tentang
faktor orang yang akan di jawab dengan mengemukakan perihal mereka
yang terkena masalah. Bisa mengenai variable umur, jenis kelamin,
suku, agama, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Faktor-faktor
ini biasa disebut sebagai variable epidemiologi/demografi. Kelompok
orang yang potensial atau punya peluang untuk menderita sakit atau
mendapatkan resiko, biasanya disebut population at risk (populasi
berisiko).b. DimanaPertanyaan ini mengenai faktor tempat dimana
masyarakat tinggal atau bekerja atau dimana saja ada kemungkinan
mereka menghadapi masalah kesehatan. Faktor tempat ini dapat berupa
kota (urban), dan desa (rural), pantai dan pegunungan, daerah
pertanian, industry, tempat bermukim atau bekerja.c. KapanKapan
kejadian penyakit berhubungan juga dengan waktu. Faktor waktu ini
dapat berupa jam, hari, minggu, bulan, dan tahun, musim hujan dan
musim kering. Contoh :Banyaknya penderita TBC di daerah Sulawesi
selatan adalah 25.000 lelaki pada tahun 1992. 2. Epidemiologi
AnalitikEpidemiologi Analitik berkaitan dengan upaya epidemiologi
untuk menganalisis faktor penyebab (determinant) msalah kesehatan.
Disini diharapkan epidemiologi mampu menjawab pertanyaan kenapa
(why) apa penyebab terjadinya masalah itu.Contoh : setelah
ditemukan secara deskriptif bahwa banyak perokok yang menderita
kanker paru, maka perlu dianalisis lebih lanjut apakah rokok itu
merupakan faktor determinant/penyebab terjadinya kanker paru.3.
Epidemiologi EksperimentalSalah satu hal yang perlu dilakukan
sebagai pembuktian bahwa suatu faktor sebagai penyebab terjadinya
suatu luaran (output = penyakit), adalah diuji kebenaranya dengan
percobaan (eksperimen). Contoh : jika rokok dianggap sebagai
penyebab kanker paru maka perlu dilakukan eksperimen jika rokok
dikurangi maka kanker paru akan menurun atau sebaliknya. Untuk ini
dilakukan perbandingan antara kelompok orang yang merokok dengan
orang yang tidak merokok,kemudian dilihat jumlah penderita penyakit
kanker paru untuk masing-masing kelompok. Dari perbedaan yang ada
dapat disimpulkan ada atau tidaknya pengaruh rokok terhadap
penyakit kanker paru tersebut. Ketiga jenis epidemiologi ini tidak
bisa dipisahkan satu dengan yang lainya saling berkaitan dan
mempunyai peranan masing-masing sesuai tingkat kedalaman pendekatan
epidemiologi yang dihadapi. Secara umum dapat dikatakan bahwa
pengungkapan dan pemecahan masalah epidemiologi dimulai dengan
epidemiologi deskriptif, lalu diperdalam dengan epidemiologi
analitik dan disusul dengan melakukan epidemiologi eksperimental.
Jenis-jenis epidemiologi dapat juga dilihat dari aspek lain
sehingga ditemukan berbagai jenis epidemiologi lainya . misalnya
ada epidemiologi penyakit menular, kependudukan, kesehatan
reproduksi, statistik, farmasi,dll (Ryadi dan Wijayanti,
2011).2.1.4 Ruang Lingkup EpidemiologiRuang Lingkup epidemiologi
dalam masalah kesehatan meliputi 6E berdasarkan Maryani dan Muliani
(2010) :a. EtiologiHal ini berkaitan dengan identifikasi penyebab
penyakit dan masalah kesehatan lain.
b. Efikasi (Efficacy)Hal ini berkaitan dengan efek atau daya
optimal, yang diperoleh dari pemberian interfensi kesehatan.
Efikasi dimaksud untuk melihat hasil atau efek suatu intervensi.c.
Efektifitas (Evectiveeness)Efektifitas adalah besarnya hasil yang
diperoleh dari suatu tindakan (intervensi) dan besarnya perbedaan,
dari suatu tindakan yang satu dengan yang lain. Evektivitas ini
ditunjukan untuk mengetahui efek inteverensi atau pelayanan, dalam
berbagai kondisi lapangan yang sebenarnya yang sangat
berbeda-beda.d. Efisiensi (Efficiency)Efisiensi adalah suatu konsep
ekonomi yang melihat pengaruh yang dapat diperoleh berdasarkan
besarnya biaya yang diberikan, atau yang ditunjukan untuk mngetahui
kegunaan dan hasil yang diperoleh, berdasarkan besarnya pengeluaran
ekonomi atau biaya yang dilakukan.e. EvaluasiEvaluasi merupakan
penilaian secara keseluruhan keberhasilan suatu pengobatan, atau
program kesehatan masyarakat, atau melihat dan member nilai
keberhasilan program seutuhnya.f. EdukasiEdukasi merupakan
intervensi berupa peningkatan pengetahuan, tentang kesehatan
masyarakat sebagai bagian dari upaya preventif penyakit (Maryani
dan Muliani, 2010).2.1.5 Trias EpidemiologiSegitiga epidemiologi
yang sering dikenal dengan istilah trias epidemiologi merupakan
konsep dasar yang memberikan gambaran tentang hubungan antara 3
faktor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit dan masalah
masalah lainnya yaitu host (tuan rumah/ penjamu), agent (faktor
penyebab), dan environment (lingkungan) (Maryani, 2010).
HostLingkunganAgen
Hubungan antara penjamu, agen dan lingkungan ini merupakan suatu
kesatuan yang dinamis yang berada dalam keseimbangan
(disequilibrium) pada seseorang yang sehat. Jika terjadi gangguan
terhadap keseimbangan hubungan segitiga inilah yang akan
menimbulkan status sakit. Hubungan keseimbangan tersebut dapat
dilihat pada gambar berikut (Maryani, 2010):
a.manusia dalam keadaan sehat host agent lingkunganb. manusia
menderita penyakit karena daya tahan tubuh berkuranghost agent
lingkunganl
c. manusia menderita penyakit karena kemampuan bibit penyakit
meningkathost agentlingkungand. manusia menderita penyakit karena
perubahan lingkunganpenjamupenyakitlingkungan
Komponen pada segitiga epidemiologi adalah (Maryani, 2010):a.
Faktor Penjamu (Host atau tuan rumah)Penjamu adalah manusia atau
makhluk hidup lainnya yang menjadi tempat terjadi proses alamiah
perkembangan penyakit. Berikut yang termasuk dalam faktor penjamu
adalah (Maryani, 2010):1. GenetikaFaktor keturunan dapat
mempengaruhi status kesehatan, misalnya buta warna, asma,
hemofilia, sickle cell disease.2. UmurUmur juga mempengaruhi status
kesehatan karena ada kecenderungan penyakit menyerang umur tertentu
misalnya usia balita dan usia lanjut rentan terhadap penyakit
karena usia balita sistem pertahanan tubuhnya belum stabil,
sedangkan usia lanjut sistem pertahanannya sudah menurun.3. Jenis
Kelamin (gender)Jenis kelamin mempengaruhi status kesehatan karena
ada penyakit yang terjadi lebih banyak atau hanya ditemukan mungkin
pada wanita atau hanya pada laki-laki, misalnya pada wanita terjadi
kanker serviks, pada laki-laki kanker prostat.4. Etnis/ ras/ warna
kulitEtnis/ ras mempengaruhi status kesehatan karena terdapat
perbedaan antara ras kulit putih dengan orang kulit hitam, misalnya
ras kulit putih memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker kulit
dibandingkan orang ras kulit hitam.5. Keadaan Fisiologis tubuh
Keadaan Fisiologis tubuh merupakan keadaan tubuh yang berfungsi
normal. Keadaan Fisiologis tubuh mempengaruhi status kesehatan
misalnya kelelahan, kehamilan, pubertas, stress, keadaan gizi.6.
Keadaan ImunologisKeadaan imonologis merupakan keadaan pertahanan
tubuh atau kekebalan tubuh, dimana kekebalan didapat secara aktif
maupun pasif, misalnya kekebalan yang diperoleh karena adanya
infeksi sebelumnya, memperoleh antibodi dari ibu atau pemberian
vaksinasi.7. Perilaku/ kebiasaan;gaya hidup, persional hygiene,
hubungan antar pribadi, rekreasi.8. Penyakit sebelumnya Penyakit
sebelumnya mempengaruhi status kesehatan karena ada penyakit yang
jika sudah pernah terkena maka ketika terjadinya serangan kedua
menimbulkan kondisi yang lebih parah atau ada juga jika penyakit
sebelumnya telah sembuh maka resiko terjadinya kekambuhan relatif
lebih kecil atau tidak terjadi (Maryani, 2010).b. Faktor AgenAgen
(faktor penyebab) adalah suatu unsur, organisme hidup atau kuman
infektif yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit atau masalah
kesehatan lainnya. Berkiut yang termasuk faktor agen adalah
(Maryani, 2010):1. Faktor nutrisi (gizi)Nutrisi dapat menyebabkan
penyakit dalam bentuk kelebihan gizi dan kekurangan gizi. Bentuk
kelebihan gizi misalnya tingginya kadar glukosa, kolesterol,
kelebihan konsumsi vitamin tertentu. Bentuk kekurangan gizi
misalnya keadaan kurang gizi seperti defisiensi lemak, protein,
vitamin.
2. Faktor KimiaDapat menyebabkan penyakit dalam bentuk keracunan
zat-zat berbahaya bagi tubuh, misalnya karbon monoksida, asbes,
kobalt atau zat alergen.3. Faktor Fisik Dapat menyebabkan penyakit
dalam bentuk fisik atau benda yang dapat terlihat oleh mata juga
terdefinisi oleh pikiran, misalnya suhu, debu, radiasi, trauma
mekanik (jatuh, tabrakan, pukulan).4. Faktor Biologis Dapat
menyebabkan penyakit, dimana faktor biologis ini terdiri dari
berbagai jenis, seperti (Maryani, 2010): a. Metazoa, seperti cacing
tambang, cacing gelang, Schistomiasis.b. Protozoa, seperti disentri
amoebae, plasmodium malariae.c. Bakteri, seperti treponema
pallidum, streptococus pneumoniae, mycobacterium tuberculosis.d.
Fungi (jamur), seperti Histoplasma capsulatum, Taeia pedise. Virus,
seperti measels, mumps, smaallpox, polio.Dari segi epidemiologi
selain menggunakan konsep agen sebagai penyebab penyakit juga
menggunakan terminologi faktor resiko. Dimana agen merupakan
penyebab pasti suatu penyakit, sedangkan faktor resiko merupakan
seluruh faktor yang dapat memberikan kemungkinan menyebabkan
terjadinya penyakit. Hal yang termasuk faktor resiko terjadinya
penyakit diantaranya adalah faktor gaya hidup, gangguan gizi,
kemiskinan, perilaku tidak sehat, kurang olah raga, dan lain-lain
(Maryani, 2010).c. Faktor lingkungan Lingkungan adalah semua faktor
di luar individu yang dapat berupa lingkungan fisik, biologis,
sosial dan ekonomi. Berikut yang termasuk faktor lingkungan adalah
(Maryani, 2010):1. Lingkungan fisik, misalnya air, tanah, iklim,
struktur bumi, dan sebagainya.2. Lingkungan biologis, misalnya
orang yang tinggal di lingkungan yang padat, flora (sebagai bahan
makanan) dan fauna (sebagai sumber protein).3. Lingkungan sosial,
misalnya a-sosial, urbanisasi, lingkungan kerja, keadaan perumahan,
keadaan sosial masyarakat (kekacauan, bencana alam, perang,
banjir).4. lingkungan ekonomi, misalnya status ekonomi,
kemakmuran.2.1.6 Pengukuran Sumber Kesehatan a. Ukuran
EpidemiologisUkuran dasar yang digunakan dalam epidemiologi
mencakup angka (rate), rasio dan proporsi. Ketiga bentuk
perhitungan ini digunakan untuk mengukur dan menjelaskan peristiwa
kesakitan, kematian dan nilai statistik vital lainnya. Mislanya
kesakitan bisa diukur dengan angka insidensi, prevalensi, dan angka
serangan, sedangkan kematian bisa diukur dengan angka kematian
(Maryani, 2010).Ukuran epidemiologis selalu dipengaruhi oleh
berbagai faktor, diantaranya faktor person atau orang, yang dinilai
disini adalah dari aspek jumlah atau frekuensi orang yang berkaitan
dengan suatu peristiwa, selain itu faktor place atau tempat adalah
faktor yang berkaitan dengan darimana orang-orang yang mengalami
peristiwa tersebut berasal. Faktor time atau waktu adalah periode
atau waktu kapan oarang-orang tersebut mengalami suatu peristiwa
(Maryani, 2010).b. Angka (Rate)Angka (rate) adalah suatu jumlah
kejadian dihubugkan dengan populasi yang bersangkutan. Peristiwa
yang biasanya diukur dalam bentuk angka diantaranya adalah
kesakitan, dimana yang digunakan untuk perhitungan kasus adalah
insidence rate, prevalence rate (point prevalence rate), periode
prevelence rate, attack rate dan dalam hubungan dengan kematian
akan dibicarakan crude death rate, age specific death rate, cause
disease specific death rate (Maryani, 2010).1. Incidence Rate
(Angka Insidensi)Incidence Rate (Angka Insidensi) adalah jumlah
kasus baru penyakit tertentu yang terjadi di kalangan penduduk pada
suatu jangka waktu tertentu (umumnya satu tahun) dibandingkan
dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru tersebut
pada pertengahan tahun jangka waktu yang bersangkutan dalam persen
atau permil (Maryani, 2010).Rumus:
Untuk pengukuran incidenci diperlukan penentuan waktu atau saat
timbulnya penyakit. Penentuan incidence rate ini tidak begitu sulit
berhubung terjadinya dapat diketahui pasti atau mendekati pasti,
tetapi jika penyakit timbulnya tidak jelas, disini waktu ditegakkan
diagnosis dapat diartikan sebagai waktu mulai penyakit.Kegunaan
incidence rate adalah dapat mempelajari faktor-faktor penyebab dari
penyakit yang akut maupun kronis. Incidence rate adalah suatu
ukuran langsung dari kemungkinan atau probalitas untuk menjadi
sakit (Maryani, 2010).2. 28Attack Rate (Angka Serangan)Angka
serangan adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan
pada satu saat tertentu dibandingkan dengan jumlah penduduk yang
mungkin terkena penyakit tersebut pada saat yang sama dalam persen
atau permil. Angka serangan diterapkan terhadap populasi yang
sempit dan terbatas pada suatu periode, misalnya dalam suatu wabah
(Maryani, 2010).Rumus :
3. Sekunder Attack Rate (Angka Serangan Sekunder)Sekunder Attack
Rate (Angka Serangan Sekunder) adalah jumlah penderita baru suatu
penyakit yang mendapat serangan kedua dibandingkan dengan jumlah
penduduk dikurangi jumlah orang yang telah pernah terkena pada
serangan pertama dalam persen atau permil (Maryani, 2010).Rumus
:
4. Point Prevalence RatePrevalensi adalah gambaran tentang
frekuensi penderita lama dan baru yang ditemukan pada waktu jangka
tertentu disekelompok masyarakat tertentu. Point Prevalence Rate
mengukur jumlah penderita lama dan baru yang ditemukan di
sekelompok masyarakat tertentu pada satu titik waktu tertentu
dibagi dengan jumlah penduduk saat itu dalam persen atau permil.
Point Prevalence Rate biasa juga disebut Prevalence Rate saja
(Maryani, 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi prevalence rate, yaitu (Maryani,
2010):a. Frekuensi orang atau person yang telah sakit pada waktu
yang lalu.b. Frekuensi orang atau person yang sakit yang baru
ditemukanc. Lamanya atau time menderita sakit.Rumus :
5. Periode Prevalence RatePeriode Prevalence Rate adalah jumlah
penderita lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu
waktu jangka tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada
pertengahan jangka waktu yang bersangkutan dalam persen atau
permil. Periode Prevalence terbentuk dari Periode Prevalence Rate
ditambah incidence rate dan kasus-kasus yang kambuh selama periode
observasi (Maryani, 2010).Rumus :
6. Crude Death Rate (Angka Kematian Kasar)Crude Death Rate
(Angka Kematian Kasar) adalah jumlah semua kematian yang ditemukan
pada satu jangka waktu tertentu (satu tahun) dibandingkan dengan
jumlah penduduk pada pertengahan waktu yang bersangkutan dalam
persen atau permil. Crude Death Rate digunakan untuk perbandingan
angka kematian antar berbagai penduduk yang mempunyai susunan umur
yang berbeda-beda tetapi tidak dapat secara langsung melainkan
harus melalui prosedur penyesuaian (adjusment). Crude Death Rate
digunakan secara luas karena sifatnya yang merupakan summary rate
dan dapat dihitung dengan adanya informasi yang minimal (Maryani,
2010).
7. Cause Disease Specific Death Rate (Angka Kematian Penyebab
Khusus)Cause Disease Specific Death Rate adalah jumlah keseluruhan
kematian karena suatu penyebab khusus dalam satu jangka waktu
tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan waktu yang
bersangkutan dalam persen atau permil (Maryani, 2010).Rumus :
8. Age Specific Death Rate (Angka Kematian Pada Umur
Tertentu)Age Specific Death Rate adalah jumlah keseluruhan kematian
pada umur tertentu dalam satu jangka waktu tertentu (satu tahun)
dibagi dengan jumlah penduduk pada umur yang bersangkutan pada
daerah dan tahun yang bersangkutan dalam persen atau permil
(Maryani, 2010).
c. ProporsiProporsi merupakan hubungan antar jumlah kejadian
dalam kelompok data yang mengenai masing-masing kategori dari
kelompok itu atau hubungan antara bagian dari kelompok dengan
keseluruhan kelompok yang dinyatakan dalam persen. Proporsi umumnya
digunakan jika tidak mungkin menghitung angka indensi, karena itu
proporsi tidak dapat menunjukkan perkiraan peluang keterpaparan
atau infeksi, kecuali jika banyaknya orang dimana peristiwa dapat
terjadi adalah sama pada setiap sub kelompok (Maryani, 2010).d.
RasioRasio adalah suatu pernyataan frekuensi perbandingan peristiwa
atau orang yang memiliki perbedaan antara suatu kejadian terhadap
kejadian lainnya. Dalam hal ini pernyataan yang penting dalam
epidemiologi adalah jumlah orang sakit dibandingkan dengan jumlah
orang sehat, misalnya rasio orang sakit kanker dibandingkan dengan
orang sehat (Maryani, 2010).
2.2. SurveilansSurveilans adalah upaya/ sistem/ mekanisme yang
dilakukan secara terus menerus dari suatu kegiatan pengumpulan,
analisi, interpretasi,dari suatu data spesifik yang digunakan untuk
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program ( Manajemen program
kesehatan) (Noor.Nasri, 2008).Surveilans dapat diartikan sebagai
pengawasan secara terus-menerus terhadap faktor penyebab kejadian
dan sebaran penyakit, dan yang berkaitan dengan keadaan sehat atau
sakit. Surveilans ini meliputi pengumpulan, analisis, penafsiran,
dan penyebaran data yang terkait, dan dianggap sangat berguna untuk
penanggulangan dan pencegahan secara efektif. Definisi yang
demikian luas itu mirip dengan surveilans pada sistem informasi
kesehatan rutin, dan karena itu keduanya dapat dianggap berperan
bersama-sama (Noor.Nasri, 2008).Menyangkut sistem pelaporan khusus
yang diadakan untuk menanggulangi masalah kesehatan utama atau
penyakit, misalnya penyebaran penyakit menahun suatu bencana alam.
Sistem surveilans ini sering dikelola dalam jangka waktu yang
terbatas dan terintegrasi secara erat dengan pengelolaan program
intervensi kesehatan. Bila informasi tentang insidens sangat
dibutuhkan dengan segera, sedangkan sistem informasi rutin tidak
dapat diandalkan maka sistem ini dapat digunakan (Noor.Nasri,
2008).
2.2.1 Tujuan Surveilans Secara umum bertujuan a. untuk
pencegahan dan pengendalian penyakit dalam masyarakat sebagai upaya
deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kejadian luar biasa
(KLB),b. memperoleh informasi yg diperlukan bagi perencanaan dalam
hal pencegahan,penanggulangan maupun pemberantasanc. memberikan
informasi tepat waktu tentang masalah kesehatan populasi
(Noor.Nasri, 2008).
2.2.2 Penyelenggaraan Surveilans Jenis Penyelenggaraan
Surveilans terdiri dari tiga macam penyelenggaraan surveilans
epidemiologi yaitu (Noor.Nasri, 2008). : 1. Surveilans pasif2.
Surveilans aktif1. Surveilans Pasif Surveilans pasif adalah
surveilans yang pasif dalam pengumpulan atau pelaporan data
surveilans epidemiologi, bukan pada analisis maupun pada diseminasi
informasi epidemiologinya. 2.2.3 Ciri-ciri : Unit surveilans
epidemiologi membiarkan penderita melaporkan diri pada klinik /
rumah sakit/ init pelayanan yang berfungsi sebagai unit-unit
surveilans terdepan dalam pengumpulan data surveilans. Kedua, unit
surveilans epidemiologi mwmbiarkan klinik / rumah sakit / unit
pelayanan sebagai unit surveilans terdepan melaporkan data
surveilans yang ada ditempatnya.
2. Surveilans Aktif Surveilans yang aktif dalam pengumpulan
data. Data kelengkapan laporan menjadi wajib dilakukan agar
kuantitas dan kualitas datanya tetap terjaga atau terukur.
Kelengkapan yang dimaksud adalah kelengkapan unti sumber data,
bukan pada unit surveilans di kabupaten/kota atau di
provinsi.Ciri-ciri : 1. unit surveilans melakukan skrinning dari
rumah ke rumah, sehingga tidak ada satupun kasus yang lepas dari
pendataan. 2. unit surveilans mendatangi setiap unit sumber data
untuk meminta data surveilansepidemiologi yang dibutuhkan sehingga
tidak ada satupun sumber data yang tidak terekam datanya.
BAB IIICONCEPTUAL MAPPING
PELAYANAN
KESEHATANAKTIFSURVEILANSPASIFANALITIKEKSPERIMENTALDESCRIPTIFJENISEPIDEMIOLOGI
BAB IVPEMBAHASAN
Epidemiologi diartikan sebagai ilmu tentang frekuensi (jumlah),
distribusi (penyebaran) dan determinan (faktor penentu) masalah
kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk pemmbuatan perencanaan
(development) dan pengambilan keputusan dalam menanggulangi masalah
kesehatan (Budioro, 2007). Epidemiologi dibagi menjadi tiga jenis
yaitu, epidemiologi descriptif, epidemiologi analitik dan
epidemiologi ekperimental. Epidemiologi descriptif adalah
penelitian yang mempelajari frekuensi dan distribusi masalah
kesehatan tanpa memandang perlu mendapatkan jawaban tentang faktor
penyebab yang mempengaruhi frekuensi, penyebaran dan munculnya dan
munculnya masalahkesehatan tersebut. Epidemiologi deskriptif ini
hanya menjawab pertanyaan tentang siapa (who), di mana (where), dan
kapan (when) tetapi tidak menjelaskan kenapa (why) timbul masalah
kesehatan tersebut. Epidemiologi analitik adalah penelitian yang
menganalisis faktor penyebab (determinan) masalah kesehatan.
Berarti epidemiologi analitik merupakan pencarian jawaban terhadap
faktor-faktor penyebab yang dimaksud (why) untuk kemudian dianalisa
hubungannya dengan akibat yang ditimbulkan. Epidemiologi
eksperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan melakukan
percobaan atau eksperimen untuk membuktikan bahwa suatu faktor
sebagai penyebab terjadinya penyakit (Gieseche, 2002).
22Dari ketiga jenis epidemiologi yang saling berhubungan ini dan
tahapan yang dicapai dapat membantu petugas surveilans dalam
menjalankan tugasnya. Dimana surveilans yaitu upaya atau sistem
atau mekanisme yang dilakukan secara terus menerus dari suatu
kegiatan pengumpulan, analisis, interpretasi, dari suatu data
spesifik yang digunakan untuk perencanaan, pelaksanaan, dan
evalusasi program. Pelaksanaan Surveilans dapat dilakukan dengan
dua macam pendekatan, yaitu dengan pendekatan pasif dan pendekatan
aktif (Notoadmodjo, 2010).Surveilans pasif memantau penyakit secara
pasif, dengan menggunakan data penyakit yang harus dilaporkan yang
tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan. Surveilans pasif
dilakukan setiap sebulan sekali. Ciri-ciri : Surveilans
epidemiologi membiarkan penderita melaporkan diri pada klinik atau
rumah sakit atau unit pelayanan yang berfungsi sebagai unit-unit
surveilans terdepan dalam pengumpulan data surveilans, Unit
surveilans epidemiologi membiarkan kilinik atau rumah sakit atau
unit pelayan sebagai unit surveilans yang ada di tempatnya (Bustan,
2002).Surveilans aktif menggunakan petugas khusus surveilans untuk
kunjungan berkala ke lapangan, desa-desa, tempat praktik pribadi
dokter dan tenaga medis lainnya, puskesmas, klinik, dan rumah
sakit, dengan tujuan mengidentifikasi kasus baru penyakit atau
kematian, disebut penemuan kasus (case finding) dan konfirmasi
laporan kasus indeks. Surveilans aktif dilakukan setiap satu atau
dua minggu sekali. Ciri-ciri : Unit surveilans melakukan skrining
dari rumah ke rumah, sehingga tidak ada satu pun kasus yang
terlepas dari pendataan, Unit surveilans mendatangi setiap unit
sumberdata untuk meminta data surveilans epidemiologi yang
dibutuhkan sehingga tidak ada satu pun data yang tidak terekam
olehnya. Dengan melakukan metode surveilans dan berdasarkan tahapan
yang dilakukan akan membantu dalam penanganan masalah kesehatan
dalam masyarakat. Masyarakat akan mendapatkan pelayanan kesehatan
yang layak sehingga akan mengurangi akan penyebaran penyakit mapaun
kematian karena suatu penyakit dalam suatu populasi atau kelompok
tertentu (Bustan, 2002).
BAB VPENUTUP
5.1 KesimpulanEpidemilogi dapat meningkatkan kesehatan
masyarakat dengan cara melakukan surveilans epidemiologi yang
dilakukan oleh petugas khusus surveilans baik secara pasif maupun
aktif sehingga diperoleh data dari hasil pengukuran baik
menggunakan angka (rate), rasio dan proporsi tentang keadaan
kesehatan suatu wilayah atau populasi. Dengan adanya data mengenai
masalah kesehatan tersebut dapat menjadi panduan bagi unit-unit
pelayanan kesehatan dalam menanggulangi masalah kesehatan dan
meningkatkan kesehatan masyarakat.5.2 Saran Di harapkan semua
masyarakat mengerti dan memahami akan pentingnya masalah dan
perilaku hidup sehat.
24
DAFTAR PUSTAKA
Bhisma, Murty. 2003. Prinsip Dasar Metode Riset Epidemiology.
Yogyakarta : Gajah Mada Universitas Budiarto, Eko. 2002. Pengantar
Epidemiologi Edisi 2. Jakarta : EGCBudioro, B. 2007. Pengantar
Epidemiologi Edisi 11. Semarang : Badan penerbit UNDIPBusta, Mn.
2002. Pengantar Epidemiologi. Jakrata : Rinaka CiptaGieseche, J.
2002. Modern Infectious Disease Epidemiology. London :
ArnoldGordis, L. 2000. Epidemiologi. Philidelphia PA : WB Saunders
CoNoor, Nasri. 2008. Dasar Epidemiologi. Jakarta : Rinaka
CiptaNotoadmodjo, Soehidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakrata : Rineka Cipta
19