BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pengertian sehat meliputi kesehatan jasmani, rohani serta social dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan (Dep.Kes R.I, 2000) Indikator dalam mengukur derajat kesehatan masyarakat adalah Crude Death Rate, Malnutrition, Infant Mortality rate, maternal Mortality Rate dan umur harapan hidup. Dari indikator tersebut, subyek yang paling banyak dijadikan ukuran adalah ibu dan anak. Hal ini disebabkan ibu dan anak merupakan kelompok yang mempunyai tingkat kerentanan yang besar terhadap penyakit, cacat dan kematian. Kerentanan ini disebabkan oleh adanya sifat yang khas dari kelompok ini, yaitu adanya peristiwa kehamilan, proses kelahiran dan masa pertumbuhan serta perkembangan. Untuk memberikan perlindungan terhadap kelompok ini diperlukan perhatian khusus terhadap sistim pemberian pelayanan kesehatannya. Perhatian ini juga harus dapat memberikan kemungkinan tentang cara penggunaan secara efisien sumber daya dan sarana yang pada umunya serba terbatas (Morley David, 2003). 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk
hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal. Pengertian sehat meliputi kesehatan jasmani, rohani serta social dan
bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan (Dep.Kes
R.I, 2000)
Indikator dalam mengukur derajat kesehatan masyarakat adalah Crude
Death Rate, Malnutrition, Infant Mortality rate, maternal Mortality Rate dan
umur harapan hidup. Dari indikator tersebut, subyek yang paling banyak dijadikan
ukuran adalah ibu dan anak. Hal ini disebabkan ibu dan anak merupakan
kelompok yang mempunyai tingkat kerentanan yang besar terhadap penyakit,
cacat dan kematian. Kerentanan ini disebabkan oleh adanya sifat yang khas dari
kelompok ini, yaitu adanya peristiwa kehamilan, proses kelahiran dan masa
pertumbuhan serta perkembangan.
Untuk memberikan perlindungan terhadap kelompok ini diperlukan
perhatian khusus terhadap sistim pemberian pelayanan kesehatannya. Perhatian ini
juga harus dapat memberikan kemungkinan tentang cara penggunaan secara
efisien sumber daya dan sarana yang pada umunya serba terbatas (Morley David,
2003).
Usaha yang telah dilakukan oleh pemerinatah pada umumnya telah
memberikan hasil, serta tampak adanya kemajuan. Tetapi sering terlihat bahwa
pola pelayanan terhadap ibu, khususnya ibu bersalin, masih belum mencapai
tingkat yang diharapkan. Dalam hal pencarian pertolongan persalinan, terutama
bagi ibu yang berada di pedesaan, sebagian besar masih mencari pertolongan
persalinan lewat dukun bayi.
Hasil laporan mengenai pertolongan persalinan di Propinsi Banten yang
ditolong tenaga medis terkait erat dengan upaya menurunkan angka kematian bayi
dan kematian ibu. Pertolongan persalinan oleh tenaga medis sebesar 56,6% pada
tahun 2002, meningkat menjadi 62,3% pada tahun 2005. Data tahun
1
2005 menunjukkan bahwa masih terdapat 37,7% persalinan yang ditolong oleh
tenaga non medis atau dukun paraji (Dinas Kesehatan Propinsi Banten, 2002).
Persalinan yang ditolong tenaga medis terkait erat dengan upaya
menurunkan angka kematian bayi dan kematian ibu. Walaupun pergerakannya
lambat namun secara pasti proporsinya menunjukkan peningkatan dibanding yang
ditolong tenaga non medis (seperti dukun bayi). Kisarannya masih bergerak pada
angka 50-60%. Pada tahun 2000 terdapat sebanyak 51,3% bayi yang
persalinannya ditolong tenaga medis (dokter atau bidan) dan sisanya sebesar
48,7% menggunakan jasa tenaga non medis seperti dukun bayi (paraji).
Selanjutnya pada periode tahun 2004 perhatian masyarakat akan pentingnya
pemanfaatan tenaga medis meningkat menjadi 59,7%. (Dinas Kesehatan Propinsi
Banten, 2005)
Dari hasil laporan mengenai pertolongan persalinan di Kabupaten
Tangerang, Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian
besar terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan karena
pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan.
Dalam lima tahun terakhir pertolongan persalinan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan terus meningkat. Pada tahun 2007 sebesar 73,66% dari 94.638
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, gambaran cakupan linakes dari 2005-
2007 adalah sebagai berikut :
Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Kabupaten Tangerang
Tahun 2005-2007
2
(Dinas Kesehatan
Kabupaten Tangerang, 2007)
Puskesmas Pamulang yaitu salah satu puskesmas di Kota Tangerang
Selatan yang dimana wilayah kerjanya mencakup 8 kelurahan yaitu : Pamulang
Barat, Pamulang Timur, Pondok benda, Benda Baru, Bambu Apus, Kedaung,
Pondok Cabe Ilir, dan Pondok Cabe Udik. Puskesmas Pamulang memiliki
beberapa macam fasilitas pelayanan kesehatan salah satu diantaranya adalah
pelayanan pertolongan persalinan.Puskesmas Pamulang telah mencatat jumlah
persalinan pada Januari s/d Desember 2009 yang ditolong oleh nakes di wilayah
kerja Puskesmas Pamulang adalah sebesar 82,85% dan sisanya persalinan
dilakukan oleh non nakes (dukun bayi), dan Puskesmas Pamulang sendiri telah
mencatat persalinan yang dilakukan di Puskesmas Pamulang pada periode
Januari-Desember 2009 sebesar 90,58% dari sasaran ibu hamil yg diperiksa di
Puskesmas Pamulang ( Puskesmas Pamulang, 2009).
Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa Puskesmas Pamulang sebagai salah
satu Puskesmas di Kota Tangerang Selatan yang dulunya juga merupakan bagian
dari Kabupaten Tangerang telah menunjukkan data pertolongan persalinan yang
cukup baik untuk wilayah kerja di Puskesmas Pamulang namun tetap harus
dicermati apakah pelayanan pertolongan persalinan di Puskesmas Pamulang
tersebut sudah memenuhi kebutuhan dan permintaan pelayanan bagi ibu pasangan
usia subur di wilayah kerja puskesmas tersebut.
Untuk mengetahui pelaksanaan pertolongan persalinan yang dapat
diterima masyarakat, perlu diketahui faktor penting yang mempengaruhi seorang
ibu dalam mencari pertolongan persalinan, sehingga dapat digunakan untuk
3
meningkatkan keinginan dan kemauan masyarakat dalam menggunakan
Puskesmas sebagai tempat persalinan.
Sarana pelayanan kesehatan akan digunakan oleh masyarakat bila
masyarakat merasa membutuhkan terhadap pelayanan kesehatan tersebut.
Kebutuhan yang dirasakan seseorang akan membuat seseorang mengambil
keputusan untuk mencari pertolongan atau tidak. Perwujudan felt need tidak selalu
dapat terwujud menjadi penggunaan pelayanan kesehatan (demand atau
permintaan yang efektif), oleh karena adanya faktor lain yang mempengaruhi
seperti faktor sosio kultural, faktor organisasional dan faktor sosio demografi
(Dever G.E. Alan, 2004).
Untuk mengetahui hubungan penggunaan Puskesmas sebagai tempat
persalinan dan faktor determinan yang mempengaruhinya, maka diperlukan kajian
tentang demand pertolongan persalinan di Puskesmas pada ibu yang melahirkan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan diatas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Belum semua kelompok ibu Pasangan Usia Subur yang akan
melahirkan:
a. membutuhkan keberadaan Puskesmas
b. meminta atau menggunakan Puskesmas sebagai tempat
persalinannya
2. Banyak faktor yang mempengaruhi kebutuhan (need) pada kelompok
ibu Pasangan Usia Subur terhadap pertolongan persalinan di
Puskesmas.
3. Banyak faktor yang mempengaruhi permintaan atau penggunaan
(demand) pada kelompok ibu Pasangan Usia Subur terhadap
pertolongan persalinan di Puskesmas.
4. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perubahan kebutuhan
potensial (felt need) menjadi permintaan riil demand pada kelonpok
4
ibu Pasangan Usia Subur terhadap pertolongan persalinan di
Puskesmas.
Di dalam studi ini istilah demand dimaksudkan sebagai permintaan yang
efektif (effective demand) yaitu permintaan yang disertai oleh kemampuan dan
kemauan untuk membeli, dan istilah need dimaksudkan sebagai kebutuhan
potensial. Di dalam penulisan selanjutnya, kata “kebutuhan” tetap digunakan
sebagai pengganti istilah need sedangkan kata “permintaan” dipakai sebagai
pengganti istilah demand.
1.3 Hipotesis
Dalam studi ini akan dipergunakan hipotesis yang dirumuskan sebagai
berikut:
1. Adanya hubungan antara kebutuhan ibu terhadap pertolongan
persalinan di Puskesmas dengan : umur, paritas, pendidikan, pekerjaan,
tingkat pengetahuan, tingkat risiko ibu hamil, suku bangsa, kebiasaan
masyarakat, pengambil keputusan dalam keluarga, dan penghasilan
keluarga.
2. Permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan di Puskesmas
dipengaruhi oleh faktor: kebutuhan ibu, sistim birokrasi, jarak rumah
tempat persalinan, ada tidaknya penyulit dalam persalinan, jumlah
tempat persalinan yang ada, biaya persalinan, dan kepuasan konsumen.
3. Perubahan kebutuhan ibu menjadi permintaan ibu terhadap
pertolongan persalinan Puskesmas dipengaruhi oleh faktor: sistim
birokrasi, jarak rumah ,tempat persalinan, ada tidaknya penyulit dalam
persalinan, jumlah tempat persalinan yang ada, biaya persalinan, dan
kepuasaan konsumen.
1.4 Tujuan Studi
Secara umum studi ini ingin menguraikan dan menilai adanya faktor-
faktor yang mempengaruhi kebutuhan dan permintaan pada kelompok ibu
5
Pasangan Usia Subur terhadap pertolongan persalinan di Puskesmas, serta faktor
yang mempengaruhi perubahan kebutuhan menjadi permintaan pada kelompok
ibu Pasangan Usia Subur terhadap pelayanan pertolongan persalinan di
Puskesmas, khususnya:
1. Mendapatkan gambaran pola :
a. Kebutuhan pada kelompok ibu pengunjung Puskesmas terhadap
pertolongan persalinan di Puskesmas.
b. Permintaan pada kelompok ibu pengunjung Puskesmas terhadap
pertolongan persalinan di Puskesmas.
2. Mempelajari faktor yang mempengaruhi kebutuhan pada kelompok ibu
pengunjung Puskesmas terhadap pertolongan persalinan di Puskesmas.
3. Mempelajari faktor yang mempengaruhi permintaan pada kelompok
ibu pengunjung Puskesmas terhaap pertolongan persalinan di
Puskesmas.
4. Mempelajari faktor yang dapat mempengaruhi perubahan kebutuhan
menjadi permintaan pada kelompok ibu pengunjung Puskesmas
terhadap pertolongan persalinan di Puskesmas.
1.5 Manfaat Studi
1.5.1 Sebagai bahan penulisan riset khususnya untuk kelengkapan data
primer, yang harus dipenuhi dalam rangka penyelesaian Program
Studi Pendidikan Dokter (PSPD) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.5.2 Memberi masukan pada perencanaan dan pengelola program
dapam upaya peningkatan mutu pelayanan Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA), sehingga pelayanan pertolongan persalinan
Puskesmas dapat lebih berdaya guna di masa yang akan datang.
1.5.3 Memberikan informasi pada petugas pelaksana pelayanan
pertolongan persalinan di Puskesmas, sebagai dasar untuk
membuahkan pemikiran-pemikiran secara faktual dalam upaya
meningkatkan jumlah atau cakupan ibu bersalin di Puskesmas.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Kebutuhan
Murray, 1951, mendefinisikan kebutuhan sebagai berikut:
“A need is a construct (a convenient fiction or hypothetical concept) which
stands for a force in the brain region, a force which organizer perception,
apperception, intellection, conation and action in such a way as to transform in a
certain direction an existing unsatisfying situation. A need is sometimes provoked
directly by internal processes of a certain kind. But, more frequently by the
occurrence of one of few commonly effective press (environmental forces). Each
need is characteristically accompanied by a particular feeling or emotion and …
certain may be weak or intense, momentary or enduring. But usually is persist
and gives rise to certain course of overt behavior (or fantacy)”
Kebutuhan adalah suatu konstruk (konsep hipotesis) yang memberikan
suatu kekuatan di dalam otak. Kekuatan yang mengorganisir persepsi, appersepsi,
inteleksi, konasi dan tindakan sedemikian rupa dengan maksud merubah suatu
keadaan tertentu yang ada yaitu sesuatu yang tidak memuaskan. Kebutuhan
kadang-kadang ditimbulkan secara langsung oleh proses internal tetapi lebih
sering ditimbulkan oleh peristiwa yang terjadi dalam lingkungan individu. Adanya
kebutuhan menyebabkan individu beraktivitas dan individu mempertahankan
aktivitas ini sampai kebutuhannya terpenuhi. Beberapa kebutuhan secara
karakteristik disertai oleh perasaan dan emosi. Kebutuhan dapat lemah dan kuat,
sebentar atau seterusnya, tetapi biasanya menetap dan berpengaruh terhadap
timbulnya perilaku yang nyata atau fantasi (Murray,1951).
Maslow, 1970, mengatakan bahwa setiap manusia mempunyai kebutuhan
yang pemunculannya sangat tergantung pada kepentingan individu. Kebutuhan
yang harus dipenuhi merupakan faktor pendorong (motif) yang menyebabkan
seseorang beraktivitas. Manusia tidak hanya bereaksi terhadap satu motif atau
kebutuhan saja, tetapi membuat seleksi terhadap sejumlah motif yang ada dalam
dirinya pada saat yang sama.
7
Kebutuhan itu terjadi secara bertahap (hirarkis) mulai dari kebutuhan yang
paling dasar, yaitu kebutuhan fisiologis. Bila kebutuhan ini sudah terpenuhi baru
mencari kebutuhan pada hirarki yang lebih tinggi yaitu kebutuhan akan rasa
keamanan dan perlindungan. Apabila kebutuhan ini sudah terpenuhi maka akan
muncul hirarki kebutuhan yang lebih tinggi adalah kebutuhan akan aktualisasi
diri. Teori ini dikenal dengan five hierarchy of need dari Maslow (Maslow, 1997).
Tetapi teori mallow di atas mempunyai kelemahan yaitu tidak sesuai
dengan kenyataan yang sebenarnya, karena manusia tidak harus memenuhi
kebutuhan pada hirarki yang lebih rendah baru memikirkan kebutuhan pada
hirarki yang lebih tinggi. Misalkan seseorang yang masih kekurangan kebutuhan
fisiologisnya tetapi dia ternyata sudah mempunyai kebutuhan akan harga diri.
Menurut Robert Moroney (1997), kebutuhan dapat dikelompokkan
menjadi:
1. Kebutuhan normatif (normative need) yaitu kebutuhan
yang timbul pada individu yang pada umumnya banyak dipengaruhi faktor
nilai, lingkungan sosial dan hukum.
Seorang ibu hamil yang selalu mengalami perdarahan selama
kehamilannya, disarankan oleh bidan, untuk selalu periksa ke dokter ahli
kandungan dan melahirkan dengan pertolongan dokter ahli kandungan. Ibu
hamil ini mempunyai kebutuhan normatif (kebutuhan yang sesuai dengan
norma kesehatan yang ada), untuk periksa dan melahirkan melalui
pertolongan dokter ahli kandungan.
2. Kebutuhan yang dirasakan (perceived need) yaitu apa
yang menjadi kebutuhan mereka. Perceived need biasa disebut juga felt
need.
Seorang ibu hamil merasa tidak mempunyai keluhan yang berarti selama
kehamilannya, dan menginginkan suatu proses persalinan yang menurut
dia “aman” serta terjangkau biayanya. Ibu hamil tersebut merencakan
untuk bersalin di Puskesmas, karena kebutuhan yang dirasakan (felt need)
ibu tersebut cocok dengan kondisi Puskesmas. Dapat dikatakan bahwa ibu
hamil tersebut mempunyai felt need pada Puskesmas.
8
3. Kebutuhan yang diekspresikan (expressed need) yaitu
felt need uang beubah menjadi penggunaan pelayanan atau sejumlah orang
yang mendapatkan pelayanan. Expressed need ini biasa disebut demand
atau permintaan yang efektif.
Seorang ibu hamil yang sudah mempunyai rencana untuk melahirkan di
Puskesmas, tiba-tiba merasakan bahwa proses persalinannya sudah dekat,
pada saat malam hari. Keluarganya tidak membawa dia ke Puskesmas
tetapi meminta pertolongan dukun bayi yang berdekatan dengan
rumahnya, untuk membantu persalinan tersebut. Dalam kasus ini,
meskipun felt need ibu hamil tersebut pada Puskesmas tetapi expressed
need atau demand nya pada dukun bayi.
4. Kebutuhan relatif (relative need) yaitu kebutuhan yang
dalam pemenuhannya berbeda antara satu individu dengan individu
lainnya atau antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya. Relative
need ini juga biasa disebut sebagai comparative need.
Beberapa ibu hamil dengan kondisi kesehatan yang relatif sama (tidak
mempunyai keluhan yang berarti selama kehamilannya), akan mempunyai
kebutuhan yang berbeda-beda pada saat dia melahirkan. Ada yang merencakan
untuk bersalin di rumah dengan pertolong dukun bayi, dirumah dengan
pertolongan bidan, di tempat praktek bidan, di Puskesmas atau di Rumah Sakit
dengan pertolongan dokter ahli kandungan. Dalam kasus ini jelas bahwa
kebutahan beberapa ibu hamil tersebut relatif dalam pemenuhannya.
Berdasarkan definisi kebuthan yang dikemukakan oleh Moroney, maka
yang dimaksud need atau kebutuhan dalam penelitian ini adalah felt need: atau
kebutuhan yang dirasakan. Menurut David Mc Clelland (1993), yang telah
memformulasikan konsep kebutuhan untuk keberhasilan (the need to achieve),
orang yang mempunyai kebuthan untuk keberhasilan akan mempunyai keinginan
yang kuat untuk mencapai keberhasilannya tersebut dan mempunyai cirri-ciri
sebagai berikut: (Hick H G & Gullet C R, 1995).
1. Ia menempatkan tujuan yang moderat dan
memperhitungkan risikonya.
9
2. Penempatan tujuan seperti itu karena ia secara pribadi
dapat mempertanggung jawabakan hasilnya.
3. Ia menginginkan arus balik yang tepat mengenai
keberhasilan atau kegagalannya.
4. Ia lebih menyukai para pekerja pembantu yang kompeten
walaupun ada perasaan pribadi tentang mereka.
Teori David Mc Clelland ini lebih dikenal dengan nama Achievement
Motivation Theory, yaitu Seorang ibu hamil merencakan untuk melakukan
persalinan dengan pertolongan bidan. Dalam hal ini, ibu tersebut (1) telah
menempatkan tujuannya sesuai dengan kemampuannya dan telah
memperhitungkan faktor risikonya, (2) dia telah memprediksi akan dapat
melakukan persalinan dengan baik (3) dia mengharapkan bidan dapat memberikan
gambaran tentang proses persalinan yang akan dohadapinya (kemungkinan
hambatan yang akan dihadapi), (4) dia percaya dengan kemampuan bidan dalam
menolong persalinannya dan mengabaikan perasaan pribadi.
Teori kebutuhan yang berhubungan dengan kepuasaan kerja dikemukakan
oleh Frederick Herzberg, yang lebih dikenal dengan teori dua faktor pada
kepuasaan kerja atau konsep faktor motivator – hygience dari Herzberg. Menurut
teori Herzberg (2002), ada dua faktor yang mempengaruhi seseorang dalam
bekerja yaitu (1) faktor yang berperan sebagai motivator yaitu yang mampu
memuaskan dan mendorong orang untuk bekerja baik, dan (2) faktor hygience
yang dapat meimbulkan rasa tidak puas pada pegawai (Hicks H G & Gullet C R,
1995). Faktor yang berperan sebagai motivator adalah:
1. achievement (keberhasilan pelaksanaan)
2. Recognition (Pengakuan)
3. the work it self (pekerjaan itu sendiri)
4. responsibilities (tanggung jawab)
5. Advancement (pengembangan)
Sedangkan faktor hygience terdiri dari:
1. company pokicy and administration (kebijakan dan administrasi
perusahaan)
2. technical supervisor (supervisi)
10
3. interpersonal supervision (hubungan antara pribadi)
4. working condition (kondisi kerja)
5. wages (gaji)
Seorang ibu hamil telah merencanakan untuk melakukan persalinan di
Puskesmas karena dia telah termotivasi oleh (1) keberhasilan proses persalinan
yang ditangani di Puskesmas, (2) merasa mendapat pengakuan dari masyarakat,
dan (3) keyakinan dapat melakukan persalinan dengan lancer. Selain itu dia juga
telah mempertimbangkan faktor 1) birokrasi yang harus dilakukan, (2) fasilitas
yang diberikan dan (3) biaya yang harus dikeluarkan.
2.1.1. Konsep Kebutuhan terhadap Pelayanan Kesehatan
Kebutuhan terhadap pelayanan kesehata, terdiri atas kebutuhan yang
dirasakan oleh konsumen (felt need) dan kebutuhan yang diukur menurut
pendapat provider (evaluated need). Kebutuhan yang dirasakan menurut
konsumen dipengaruhi oleh faktor sosio demograhi dan faktor sosio psikologis
(Dever G A, 1984).
John Cullis dan Peter A. West (1979), mengatakan bahwa kebutuhan yang
dirasakan (felt need) terhadap pelayanan kesehatan, merupakan penjumlahan dari
kebutuhan fisiologis da psikologis individu terhadap suatu pelayanan kesehatan.
Felt need timbul bila individu menginginkan pelayanan kesehatan. Felt need
berhubungan dengan persepsi individu terhadap pelayanan kesehatan.
Sedangkan Kenneth Lee & Anne Mills (1993), menmgemukakan bahwa
kebutuhan akan pelayanan kesehatan terdiri atas kebutuhan yang tidak dirasakan
dan kebutuhan yang dirasakan (felt need). Kebutuhan yang dirasakan (felt need)
membuat individu mengambil keputusan untuk mencari pelayanan kesehatan atau
tidak. Ekspresi dari felt need terhadap pelayanan kesehatan adalah merupakan
penggunaan dari pelayanan kesehatan atau demand dari pelayanan kesehatan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan yang dirasakan
seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor yang berasal dari
individu itu sendiri (faktor intrinstik) misalnya tingkat pengetahuan, umur dan
pekerjaan maupun factor di luar individu (faktor ekstrinsik) misalnya lingkungan
sosial.
11
Seorang ibu yang sedang hamil mungkin sudah mempunyai rencana untuk
melahirkan dengan pertolongan dukun bayi di rumah. Hal ini disebabkan karena
tingkat pengetahuan ibu yang rendah tentang kesehatan dan kebiasaan yang
berlaku di daerah tersebut.
Ibu hamil yang lain mungkin merencanakan untuk bersalin dengan
pertolongan dokter spesialis kandungan, karena ibu ini sudah mengetahui bahwa
dirinya termasuk golongan “kehamilan risiko tinggi” dan untuk itu diperlukan
penanganan tenaga professional.
Ibu hamil yang mungkin merencanakan untuk bersalin dengan pertologan
bidan karena seluruh kerabatnya juga melakukan hal yang sama. Tetapi pada saat
bersalin ibu tersebut mengalami penyulit yang menyebabkan bidan mengambil
keputusan untuk merujuk ibu tersebut ke Rumah Sakit. Ibu tersebut akhirnya
bersalin dengan pertolongan dokter.
Hasil penelitian Indriati Basong (2007), yag menghubungkan kebutuhan
(felt need) ibu dengan penggunaan posyandu, membuktikan bahwa umur,
pengetahuan dan persepsi tentang posyandu ibu mempunyai hubungan yang
bermakna dengan felt need ibu terhadap posyandu.
2.1.2 Teori Permintaan
Di dalam teori ekonomi, konsep permintaan menggambarkan kerangka
sistematis tentang perilaku konsumen. Demand berarti permintaan sejumlah
barang atau jasa yang diinginkan oleh consumen (willingness) dan konsumen
mampu (ability) untuk membeli dalam satu kurun waktu tertentu atau dengan kata
lain demand adalah julmah komoditas total yang dibeli oleh konsumen (Lipsey
RG, Steiner PO, Purvis DD, 1997).
Dari teori di atas dapat dikatakan bahwa permintaan adalah kebutuhan
yang direalisasikan dalam perbuatan. Kebutuhan merupakan suatu permintaan
akan barang atau jasa yang mana konsumen mau (willingness) untuk membeli,
tetapi belum diikuti dengan kenyataan (action) dalam membeli. Sedangkan
permintaan adalah kebutuhan yang telah diikuti dengan kemampuan daya beli
(ability) dan direalisasikan dalam perbuatan (membeli barang atau jasa).
12
Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam konsep ini. Pertama,
jumlah yang diminta merupakan kuantitas yang diinginkan (desired). Ini
menunjukkan berapa banyak “komoditi” yang ingin dibeli oleh rumah tangga, atas
dasar harga komoditi ynag diperhitungkan dengan harga komoditi lainnya,
penghasilan mereka, cita rasa dan selera mereka. Kedua, apa yang diinginkan
tidak merupakan harapan kosong, tetapi merupakan permintaan efektif. Artinya,
merupakan jumlah orang yang bersedia dan mampu membelinya pada harga yang
harus mereka bayar untuk komoditi itu. Ketiga, kuantitas yang diminta merupakan
arus pembelian yang kontinyu artinya pembelian itu akan diikuti dengan