Top Banner
REFERAT Atresia Duodenum Disusun oleh : Nicholas Hartanto P. 08700081 Pembimbing : dr. Made Dewi Kristiawati, Sp. Rad
28

Atresia Fix

Jul 21, 2016

Download

Documents

Nicholas Ndutty

atresia
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Atresia Fix

REFERAT

Atresia Duodenum

Disusun oleh :

Nicholas Hartanto P.

08700081

Pembimbing :

dr. Made Dewi Kristiawati, Sp. Rad

SUB DEPARTEMEN RADIOLOGI

SMF ILMU RADIOLOGI

RS TK. II dr.SOEPRAOEN – MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA PERIODE 2013-2014

Page 2: Atresia Fix

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Atresia duodenum adalah penyakit bayi baru lahir. Kasus stenosis duodenal atau

duodenal web dengan perforasi jarang tidak terdiagnosis hingga masa kanak-kanak atau

remaja.Penggunaan USG telah memungkinkan banyak bayi dengan obstruksi duodenum

teridentifikasi sebelum kelahiran. Pada penelitian cohort besar untuk 18 macam malformasi

kongenital di 11 negara Eropa, 52% bayi dengan obstruksi duodenum diidentifikasi sejak in

utero. Obstruksi duodenum ditandai khas oleh gambaran double-bubble (gelembung ganda)

pada USG prenatal. Gelembung pertama mengacu pada lambung, dan gelembung kedua

mengacu pada loop duodenal postpilorik dan prestenotik yang terdilatasi. Diagnosis prenatal

memungkinkan ibu mendapat konseling prenatal dan mempertimbangkan untuk melahirkan

di sarana kesehaan yang memiliki fasilitas yang mampu merawat bayi dengan anomali

saluran cerna.

Insiden atresia duodenum di Amerika Serikat adalah 1 per 6000 kelahiran. Obstruksi

duodenum kongenital intrinsik merupakan dua pertiga dari keseluruhan obstruksi duodenal

kongenital (atresia duodenal 40-60%, duodenal web 35-45%, pankreas anular 10-30%,

stenosis duodenum 7-20%). Insiden obstruksi kongenital di Finlandia (intrinsik, ekstrinsik,

dan campuran) adalah 1 per 3400 kelahiran hidup. Tidak terdapat predileksi rasial dan gender

pada penyakit ini.

Jika atresia duodenum atau stenosis duodenum signifikan tidak ditangani, kondisinya

akan segera menjadi fatal sebagai akibat gangguan cairan dan elektrolit. Sekitar setengah dari

neonatus yang menderita atresia atau stenosis duodenum lahir prematur. Hidramnion terjadi

pada sekitar 40% kasus obstruksi duodenum. Atresia atau stenosis duodenum paling sering

dikaitkan dengan trisomi 21. Sekitar 22-30% pasien obstruksi duodenum menderita trisomi

21.

 

Page 3: Atresia Fix

DEFINISI

Atresia adalah tidak terbentukknya atau tersumbatnya suatu saluran dari organ-organ. 

Atresia Duodenum adalah tidak terbentuknya atau tersumbatnya duodenum (bagian

terkecil dari usus halus) sehingga tidak dapat dilalui makanan yang akan ke usus.  Atresia

duodenum merupakan suatu kondisi dimana duodenum (bagian pertama dari usus halus)

tidak berkembang dengan baik, sehingga tidak berupa saluran terbuka dari lambung yang

tidak memungkinkan perjalanan makanan dari lambung ke usus. 

Atresia Duodenum adalah obstruksi lumen usus oleh membran utuh, tali fibrosa yang

menghubungkan dua ujung kantong duodenum yang buntu pendek, atau suatu celah antara

ujung-ujung duodenum yang tidak bersambung. Atresia Duodenum adalah buntunya saluran

pada duedenum yang biasanya terjadi pada ampula arteri

Page 4: Atresia Fix

Klasifikasi Atresia duodenum 

Tipe 1 :kelainan yang terbanyak pada atresia duodenum dimana terdapat membrandiafragma (atresia) dengan dinding duodenum yang masih ada

Page 5: Atresia Fix

 Tipe 2 :kelainan “two end atresia”, dimana antara ujung atresia dihubungkan dengan jaringan fibrous.

 

Tipe 3 : jarang ditemukan, merupakan kelainan berupa pemisahan komplit antara duaujung dari atresia duodenum.

Page 6: Atresia Fix

EPIDEMIOLOGI

Atresia duodenum merupakan salah satu abnormalitas usus yang biasa didalam ahli

bedah pediatric. Atresia duodenum ini dijumpai satu diantara 300-4.500 kelahiran hidup.

Lebih dari 40% dari kasus kelainan ini ditemukan pada bayi dengan sindrom down. Jika

atresia duodenum atau stenosis duodenum signifikan tidak ditangani, kondisinya akan segera

menjadi fatal sebagai akibat gangguan cairan dan elektrolit. Sekitar setengah dari neonatus

yang menderita atresia atau stenosis duodenum lahir prematur. Hidramnion terjadi pada

sekitar 40% kasus obstruksi duodenum. Atresia atau stenosis duodenum paling sering

dikaitkan dengan trisomi 21. Sekitar 22-30% pasien obstruksi duodenum menderita trisomi

21,jantung, ginjal, CNS, dan musculoskeletal

ETIOLOGIPenyebab dari atresia duodenum merupakan kelainan bawaan yang penyebabnya

belum diketahui secara jelas. Namun kerusakan pada duodenum terjadi karena suplay darah

yang rendah pada masa kehamilan sehingga duodenum mengalami penyempitan dan menjadi

obstruksi. Akan tetapi dilhat dari jenis kelainan, atresia duodenal ini merupakan kelainan

pengembangan embrionik saat masih dalam kehamilan.

 Seringnya ditemukan keterkaitan atresia atau stenosis deodenum dengan malformasi

neonatal lainnya menunjukkan bahwa anomali ini disebabkan oleh gangguan perkembangan

pada masa awal kehamilan. Atresia deodenum berbeda dari atresia usus lainnya, yang

merupakan anomali terisolasi disebabkan oleh gangguan pembuluh darah mesenterik pada

perkembangan selanjutnya. Tidak ada faktor resiko maternal sebagai predisposisi yang

ditemukan hingga saat ini. Meskipun hingga sepertiga pasien dengan atresia deodenum

menderita pula trisomi 21 (sindrom Down), namun hal ini bukanlah faktor resiko independen

dalam perkembangan atresia deodenum.

Penyebab yang mendasari terjadinya atresia duodenum masih belum diketahui, tapi

ada beberapa yang bisa menyebabkan atresia duodenum :

a.       Gangguan perkembangan pada awal masa kehamilan (minggu ke-4 dan ke-5 ).

b.      Gangguan pembuluh darah.

c.       Banyak terjadi pada bayi prematur.

d.      Banyak ditemukan pada bayi sindrom down.

Page 7: Atresia Fix

e.       Suplay darah yang rendah pada masa kehamilan sehingga duodenum mengalami

penyempitan dan menjadi obstruksi.

Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa

lubang dubur

2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan

3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum

bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai

keenam usia kehamilan.

PATOFISIOLOGIGangguan perkembangan duodenum terjadi akibat proliferasi endodermal yang

tidak adekuat (elongasi saluran cerna melebihi proliferasinya) atau kegagalanrekanalisasi pita

padat epithelial (kegagalan proses vakuolisasi). Banyak peneliti telah menunjukkan bahwa

epitel duodenum berproliferasi dalam usia kehamilan 30-60 hari lalu akan terhubung ke

lumen duodenal secara sempurna. Proses selanjutnya yang dinamakan vakuolisasi terjadi saat

duodenum padat mengalami rekanalisasi. Vakuolisasi dipercaya terjadi melalui proses

apoptosis, atau kematian sel terprogram, yang timbul selama perkembangan normal di antara

lumen duodenum.

Kadang-kadang, atresia duodenum berkaitan dengan pankreas anular (jaringan

pankreatik yang mengelilingi sekeliling duodenum). Hal ini sepertinya lebih akibat gangguan

perkembangan duodenal daripada suatu perkembangan dan/atau berlebihan dari pancreatic

buds. Pada tingkat seluler, traktus digestivus berkembang dari embryonic gut, yang tersusun

atas epitel yang merupakan perkembangan dari endoderm, dikelilingi sel yang berasal dari

mesoderm. Pensinyalan sel antara kedua lapisan embrionik ini tampaknya memainkan

peranan sangat penting dalam mengkoordinasikan pembentukan pola dan organogenesis dari

duodenum.

Muntah dimulai setelah segera lahir dan secara berkembang menjadi buruk dengan

pemberian makanan. Feses akan terlihat seperti mekonium normal, tetapi pada pemeriksaan,

tidak mengandung sel epitelium berlapis. Adanya sel epitel menunjukkan keutuhan usus.

Dengan meningkatnya dedikasi akan timbul demam. Suatu suhu tubuh 39° C merupakan

Page 8: Atresia Fix

indikasi peritonitis akibat ruptur dari atresia. Kelainan sering kali ditemukan pada bayi

sindrom  down.

MANIFESTASI KLINIS

   Bayi dengan penyakit atresia deodenum menunjukkan tanda dan gejala klinis

sebagai berikut. Penderita akan muntah-muntah tidak akan berisi empedu apabila atresia

deodeanum terjadi proximal dari ampula vateri jadi seorang pasien yang atresia deodenum

dapat tetap sehat selama beberapa bulan, bahkan kadang-kadang deodenum kronis yang

berhubungan dengan malformasi baru ditemukan secara kebetulan.

Atresia duodenum pada bayi baru lahir harus dicurigai bila bayi tersebut muntah

segera setelah lahir dan secara progesif menjadi buruk dengan pemberian makanan. Feces

akan terlihat seperti mikonium normal, tetapi pada pemeriksaan tidak mengandung sel

epitelium berlapis. Adanya sel epitel menunjukkan keutuhan atau kenormalan usus tersebut.

Dengan adanya peningkatan dehidrasi, maka dapat menimbulkan demam, yaitu bersuhu 39o

C yang merupakan indikasi peritonitis akibat ruktur dari atresia. Kelainan ini seringkali

ditemukan sindrom down.

Tanda dan gejala yang ada adalah akibat dari obstruksi intestinal tinggi.Atresia

duodenum ditandai dengan onset muntah dalam beberapa jam pertama setelah lahir.

Seringkali muntahan tampak biliosa, namun dapat pula non-biliosa karena 15% kelainan ini

terjadi proksimal dari ampula Vaterii. Jarang sekali, bayi dengan stenosis duodenum

melewati deteksi abnormalitas saluran cerna dan bertumbuh hingga anak-anak, atau lebih

jarang lagi hingga dewasa tanpa diketahui mengalami obstruksi parsial. Sebaiknya pada anak

yang muntah dengan tampilan biliosa harus dianggap mengalami obstruksi saluran cerna

proksimal hingga terbukti sebaliknya, dan harus segera dilakukan pemeriksaan menyeluruh.

Setelah dilahirkan, bayi dengan atresia duodenal khas memiliki abdomen skafoid.

Kadang dapat dijumpai epigastrik yang penuh akibat dari dilatasi lambung dan duodenum

proksimal. Pengeluaran mekonium dalam 24 jam pertama kehidupan biasanya tidak

terganggu. Dehidrasi, penurunan berat badan, ketidakseimbangan elektrolit segera terjadi

kecuali kehilangan cairan dan elektrolit yang terjadi segera diganti. Jika hidrasi intravena

belum dimulai, maka timbullah alkalosis metabolik hipokalemi/hipokloremi dengan asiduria

paradoksikal, sama seperti pada obstruksi gastrointestinal tinggi lainnya. Tuba orogastrik

Page 9: Atresia Fix

pada bayi dengan suspek obstruksi duodenal khas mengalirkan cairan berwarna empedu

(biliosa) dalam jumlah bermakna.

a. Perutnya menggelembung (kembung) di daerah epigastrum pada 24 jam atau

sesudahnya.

b.      Muntah segera setelah lahir berwarna kehijau – hijauan karena empedu(biliosa).

c.       Muntah terus – menerus meskipun bayi dipuasakan selama beberapa jam.

d.      Bayi muntah tanpa disertai distensi abdomen.

e.       Tidak kencing setelah disusui.

f.       Tidak ada gerakan usus setelah pengeluaran mekonium.

g.      Pembengkakan abdomen pada bagian atas.

h.      Hilangnya bising usus setelah beberapa kali buang air besar mekonium.

i.        Berat badan menurun atau sukar bertambah.

j.        Polihidramnion terlihat pada 50 % dengan atresia duodenal.

k.      Ikterik.

L.      BAB hijau

Page 10: Atresia Fix

DIAGNOSISMenegakkan diagnosis

a. Anamnesis didapatkan bilious vomiting (85%) beberapa jam setelah lahir pada atresia

duode-num, sedangkan pada stenosis muntah terjadi beberapa minggu atau bulan

yang bersifatmuntah berulang, yang diikuti dengan gagal tumbuh kembang pada anak.

b. Pemeriksaan fisik dapat dijumpai suatu massa di epigastrium yang merupakan gaster

yang berdi-latasi. Aspirasi cairan gaster melalui NGT lebih dari 20 cc menandakan

suatu obstruksi intestinal

Pemeriksaan penunjang USG prenatal dan foto polos abdomen

Radiografi polos yang menunjukkan gambaran double-bubble tanpa gas pada

distalnya adalah gambaran khas atresia duodenal. Adanya gas pada usus distal

mengindikasikan stenosis duodenum, web duodenum, atau anomali duktus hepatopankreas.

Kadang kala perlu dilakukan pengambilan radiograf dengan posisi pasien tegak atau posisi

dekubitus. Jika dijumpai kombinasi atresia esofageal dan atresia duodenum, disarankan untuk

melakukan pemeriksaan ultrasonografi.

Atresia duodenum adalah penyakit pada bayi baru lahir. Kasus stenosis duodenal atau

duodenal web dengan perforasi jarang tidak terdiagnosis hingga masa kanak-kanak atau

remaja. Dikonfirmasi dengan pemeriksaan x-ray abdomen. Sebuah foto upright abdomen

menunjukkan gambaran klasik “double bubble”. Pemeriksaan dengan kontras tidak

diperlukan.

a. Bila udara terlihat pada usus distal dari duodenum, obstruksinya incomplete,

mengarahkan pada stenosis duodenal atau malrotasi

b. Malrotasi dengan volvulus harus dicurigai (dan disingkirkan) bila abdomen tidak

berbentuk scaphoid setelah pemasangan nasogastric tube

Page 11: Atresia Fix

USG

Page 12: Atresia Fix

Penggunaan USG telah memungkinkan banyak bayi dengan obstruksi duodenum

teridentifikasi sebelum kelahiran. Pada penelitian cohort besar untuk 18 macam malformasi

kongenital di 11 negara Eropa, 52% bayi dengan obstruksi duodenum diidentifikasi sejak in

utero. Obstruksi duodenum ditandai khas oleh gambaran double-bubble (gelembung ganda)

pada USG prenatal. Gelembung pertama mengacu pada lambung, dan gelembung kedua

mengacu pada loop duodenal postpilorik dan prestenotik yang terdilatasi. Diagnosis prenatal

memungkinkan ibu mendapat konseling prenatal dan mempertimbangkan untuk melahirkan

di sarana kesehaan yang memiliki fasilitas yang mampu merawat bayi dengan anomali

saluran cerna.

1. Dengan X-ray abdomen memperlihatkan pola gelembung ganda jika obstruksi tidak

lengkap dapat ditemukan sejumlah kecil udara dalam usus bagian bawah.

2. Suatu enema barium dapat diperlihatkan berasosiasi dengan keadaan malrotasi.

3. Dapat ditegakkan dengan foto polos abdomen 3 posisi, secara klasik akan terlihat suatu

gelembung ganda pada film tegak yang merupakan udara dalam deodenum yang

mengembung naik ke puncak. Selain itu isi deodenum dapat membentuk satu garis batas

permukaan saluran udara. Pada atresia yang sempurna tidak akan terlihat udara dibagian

abdomen.

Page 13: Atresia Fix

MRI dapat digunakan untuk menilai kelainan struktural dan penilaian lebih lanjut dari usus.

Digambarkan (kanan) adalah MRI janin dengan atresia duodenum. Tanda "double bubble"

ditandai dengan panah. Peningkatan cairan ketuban juga terlihat, dan itu konsisten dengan

polihidramnion dan obstruksi usus.

DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding untuk atresia dan stenosis duodenum pada neonatus mencakup:

•    Atresia esofagus

•    Malrotasi dengan volvulus midgut

•    Stenosis pilorus

•    Pankreas anular

•    Vena portal preduodenal

•    Atresia usus

•    Duplikasi duodenal

•    Obstruksi benda asing

•    Penyakit Hirschsprung

•    Refluks gastroesofageal

Page 14: Atresia Fix

PENATALAKSANAAN

Pada penderita atresia duodenum ini belum ditemukan obatnya. Jalan satu-satunya hanya

dengan pembedahan.

1.      Pemberian terapi cairan intravena

2.      Dilakukan tindakan duodenaduodenostomi

Tuba orogastrik dipasang untuk mendekompresi lambung. Dehidrasi dan

ketidakseimbangan elektrolit dikoreksi dengan memberikan cairan dan elektrolit melalui

infus intravena. Lakukan juga evaluasi anomali kongenital lainnya. Masalah terkait (misalnya

sindrom Down) juga harus ditangani.

Pembedahan untuk mengoreksi kebuntuan duodenum perlu dilakukan namun tidak

darurat. Pendekatan bedah tergantung pada sifat abnormalitas. Prosedur operatif standar saat

ini berupa duodenoduodenostomi melalui insisi pada kuadran kanan atas, meskipun dengan

perkembangan yang ada telah dimungkinkan untuk melakukan koreksi atresia duodenum

dengan cara yang minimal invasif.

Indikasi operasi : Kecuali bila ada kondisi yang mengancam jiwa, operasi diindikasikan

untuk semua bayi yang mengalami kondis ini, karena malformasi ini dapat diperbaiki dengan

sempurna

Komplikasi apabila tidak ditangani dapat ditemukan kelainan kongenital lainnya. Mudah

terjadi dehidrasi, terutama bila tidak terpasang line intravena. Setelah pembedahan, dapat

terjadi komplikasi lanjut seperti pembengkakan duodenum (megaduodenum), gangguan

motilitas usus, atau refluks gastroesofageal.

Prinsip terapi :

1.      Perawatan pra bedah :

a)      Perawatan prabedah neonatus rutin

b)      Koreksi dehidrasi yang biasanya tidak pearah karena diagnosa dibuat secara

dini.

c)      Tuba naso gastric dengan drainase bebas dan penyedotan setiap jam

Page 15: Atresia Fix

2.      Pembedahan

Pembedahan suatu duodena-duodenostomi mengurangi penyempitan obstruksi dan

sisa ususdiperiksa karena sering kali ditemukan obstruksi lanjut.

3.      Perawatan pasca bedah.

a)      Perawatan pasca bedah neonatorum rutin.

b)      Aspirasi setiap jam dari tuba gastrostomi yang mengalami drainase bebas

c)      Cairan intravena dilanjutkan sampai diberikan makanan melalui tuba.

Pemberian makanan transa nastomik yang berlanjut dengan kecepatan maksimun 1 ml

per menit dimulai dalam 24 jam pasca bedah dimulai dengan dektrose dan secara berangsur-

angsur diubahdalam jumlah dan konsistensinya hingga pada sekitar 7 hari pasca bedah

dimana diberikan susudengan kekuatan penuh. Untuk menjaga keseimbangan cairan dan

elektrolit aspirat lambungdapat diganti melalui transanastomik dan ini dapat meniadakan

kebutuhan untuk melanjutkan terapi intravena.

Tidak jarang diperoleh volume aspirat yang besar dalam beberapa waktu

pasca bedah, sampai beberapa minggu dalam beberapa kasus. Karena lambung yang

berdilatasi danduodenum bagian proksimal membutuhkan waktu untuk kembali pada fungsi

yang normal. Jika hal ini menurun maka penyedotan gastromi tidak dilakukan terlalu sering

dan makanan alternatif diberikan kedalam lambung selama 24 jam. Pemberian makanan

peroral dapat dilakukan secara berangsur-angsur sebelum pengangkatan tuba gastromi berat

badan bayi dimonitor secaraseksama

  

Page 16: Atresia Fix

Persiapan operasia)      Prinsip umum persiapan terapi pada neonatus.

b)      Koreksi cairan dan elektrolit.

c)      Pertimbangan khusus diberikan pada atresia duodenum : koreksi emergensi tidak

dibutuhkan kecuali diduga ada malrotasi- pada obstruksi parsial yang lama, malnutrisi

biasanya berat. Koreksi melalui TPN selama seminggu atau lebih sebelum operasi.

Perawatan Operasia)      End-to-end anastomosis, juga bisa side-to-side

b)      Annulare pancreas terbaik dilakukan by pass anastomosis dari duodenum ke

jejunum.Pankreas sendiri tidak diincisi.

c)      Eksisi merupakan pilihan tepat bagi atresia duodenum yang berbentuk

diafragmatik, setelah identifikasi ampula vateri.

d)     Deformitas “windsock” harus disangkakan dan dicari bagi semua pasien dengan

atresia duodenum yang berkelanjutan. Kateter dimasukkan dari proksimal sampai

distal untuk memastikan patensinya.

e)      Gastrostomy dilakukan jika gejalanya menetap serta perbaikan dini tidak terjadi.

f)       Akses pada vena sentral tatau transanastomosis tube ke dalam jejunum

diindikasikan baginutrisi pasca operasi pada pasien yang berat.

Page 17: Atresia Fix

Tehnik Operasi Duodenodudenostomy

Pasien dalam keadaan narkose dan dilakukan intubasi endotrakeal. Posisi pasien

supine dan dilakukan pemasangan NGT untuk dekompresi lambung. Dilakukan insisi

transverse supra umbilical(2 cm diatas umbilicus) di abdomen right upper quadrant, otot dan

peritoneum kemudian dibukasecara tajam. Identifikasi duodenum dan jenis atresia, gaster

dan duodenum pars I biasanya dila-tasi. Duodenum kemudian dimobilisasi dari perlekatan

retroperitoneum dengan Kocher manu-veur. Lakukan side to side duodenoduodenostomy

atau Diamond-shaped duodenoduodenostomydengan jahitan single layer anastomosis secara

interrupted dengan vicril 5.0 atau 6.0. Sebelumanastomosis diselesaikan, masukkan NGT

feeding silicone 5F melewati daerah anastomosis kearah jejunum. Abdomen kemudian

ditutp secara mass closure dengan secara continous dengan benang long absorbable 3.0, kulit

dijahit secara subcuticular.

Lokasi insisi

Page 18: Atresia Fix

  

Page 19: Atresia Fix

Perawatan pasca operasia)      Dekompresi gaster dilakukan sampai duodenum benar-benar kosong, selanjutnya

dimulai feeding. Sebagian pasien dapat diberi makan dalam seminggu setelah

operasi.

b)      TPN atau makanan melalui jejunum terkadang dibutuhkan.

c)      Antibiotik tidak diindikasikan jika operasi dilakukan steril dan tidak ada gangguan

vaskuler.

KomplikasiDapat ditemukan kelainan kongenital lainnya. Mudah terjadi dehidrasi, terutama bila

tidak terpasang line intravena. Setelah pembedahan, dapat terjadi komplikasi lanjut seperti

pembengkakan duodenum (megaduodenum), gangguan motilitas usus, atau refluks

gastroesofageal

Prognosis

Angka kematian keseluruhan untuk bayi dengan atresia duodenum adalah 33% dalam

serangkaian besar berita yang diterbitkan pada tahun 1967. Saat ini, tingkat kematian dini

terkait dengan kondisi ini telah menurun menjadi sekitar 3%. Sebagian besar kematian terjadi

dalam hubungan dengan atresia duodenum yang dikaitkan dengan kehadiran beberapa

anomali (cacat jantung biasanya kompleks). Peningkatan tingkat kelangsungan hidup

kemungkinan besar hasil dari kemajuan dalam perawatan neonatal seperti bantun pernapasan,

suplemen surfaktan, dukungan nutrisi, anestesi pediatrik, dan bedah jantung yang sudah

maju. Angka Kelangsungan hidup menjadi sangat baik dengan harga yang dilaporkan antara

86% dan 90%.

Page 20: Atresia Fix

PENUTUP

Kesimpulan

1. Atresia duodenum adalah kondisi dimana duodenum (bagian pertama dari usus halus)

tidak berkembang dengan baik, sehingga tidak berupa saluran terbuka dari lambung

yang tidak memungkinkan perjalanan makanan dari lambung ke usus.

2. Penyebab atresia duodenum :

Kegagalan rekanalisasi lumen usus selama masa kehamilan minggu ke-4 dan ke-5

3. Gejala atresia duodenum:

-   Bisa ditemukan pembengkakan abdomen bagian atas

- Muntah banyak segera setelah lahir, berwarna kehijauan akibat adanya empedu

(biliosa)

- Muntah terus-menerus meskipun bayi dipuasakan selama beberapa jam

- Tidak memproduksi urin setelah beberapa kali buang air kecil

- Hilangnya bising usus setelah beberapa kali buang air besar meconium

4. Diagnosis dikonfirmasi dengan pemeriksaan x-ray abdomen. Sebuah foto upright

abdomen menunjukkan gambaran klasik “double bubble” atau dumbbell shape

appearance yang disebakan oleh bayangan 2 gelembung udar a da lam lambung dan

duodenum yang melebar.

5.  Masalah

- Dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit

- Prematuritas

-  Anomaly yang berhubungan : trisomi 21 ( 33 % ), jantung, ginjal, CNS, dan

musculoskeletal

6. Penatalaksanaan

- Pemberian terapi cairan intravena

- Dilakukan tindakan operatif duodenostomi