ASUHAN KEPERAWATAN PEMFIGUS VULGARIS
ASUHAN KEPERAWATANPEMFIGUS VULGARISI.KONSEP
DASARA.PENGERTIAN1.Pemfigus berasal dari kata Yunani pemphix yang
berarti gelembung atau melepuh. Pemfigus menggambarkan sekelompok
penyakir bulosa kronis yang awalnya diseskripsian oleh Wichman
tahun 1791. Pemfigus Vulgaris merupakan penyakit serius pada kulit
yang ditandai timbulnya bula (lepuh) dengan berbagai ukuran pada
kulit yang tampak normal dan membran mukosa (misalnya : mulut,
vagina). (Arif Mutakin, 2011, hal:104).2.Pemfigus adalah kumpulan
penyakit kulit autoimun terbuka kronik, menyerang kulit dan membran
mukosa yang secara histologik ditandai dengan bula intra spidermal
akibat proses ukontolisis (pemisahan sel-sel intra sel) dan secara
imunopatologi ditemukan antibody terhadap komponen dermosom pada
permukaan keratinosis jenis Ig G, baik terikat mupun beredar dalam
sirkulasi darah ( Djuanda 2001, hal :186)3.Pemfigus adalah penyakit
kulit yang ditandai dengan timbulnya sebaran gelembung secara
berturut-turut yang mengering dengan meninggalkan bercak-bercak
berwarna gelap, dapat diiringi dengan rasa gatal atau tidak dan
umumnya mempengaruhi keadaan umum si penderita. (Laksman, 1999,
hal:261).A.ETIOLOGI1.Genetik2.Penyakit autoimun3.Obat-obatan
(Penisilin dan kaptopril)4.Sebagai penyakit penyerta seperti
neoplasma.(Smeltzer dan Bare, 2002, hal:1879).B.PATOFISIOLOGIBukti
yang ada menunjukan bahwa pemfigus merupakan penyakit autoiun yang
melibatkan IgG, suatu immunoglobin. Diperkirakan bahwa antibodi
pemfigus ditujukan langsung kepada antigen permukaan sel yang
spesifik dalam sel-sel epidermis. Bula terbentuk akibat reaksi
antigen-antibodi. Kadar antibodi dalam serum merupakan petunjuk
untuk memprediksikan intenstas penyakit. Faktor-faktor genetik
dapat memainkan peranan dalam perkembangan penyakit. Kelainan ini
biasanya terjadi pada laki-lak dan wanita usia pertengahan, serta
akhir usia dewasa.Komplikasi yang paling sering pada pemfigus
vulgaris terjadi ketika proses penyakit tersebut menyebar luas.
Sebelum ditemukan kortikosteroid dan terapi immunosupresif, pasien
sangat rentan terhadap infeksi bakteri sekunde. Bakteri kulit
relatif mudah mencapai bula karena bula mengalami perembesan
cairan, pecah, dan meninggalkan daerah-daerah terkelupas yang
terbuka terhadap lingkungan.Gangguan keseimbangan cairan
danelektrolit terjadi akibat kehilangan cairan, serta protein
ketika bula mengalami ruptur. Hipoalbuminema lazim dijumpai kalau
proses penyakitnya mencakup daerahpermukaan kulit tubuh dan membran
mukosa luas.Adanya kerusakan jaringan kulit pada pemfigus vulgaris
memberikan manifestasi pada berbagai masalah keperawatan. (Arif
Mutakin, 2011, hal:105).
MANIFESTASI KLINIK1.Pemfigus Vulgarisa.Kulit berlepuh, 1-10 cm,
bula kendur, mudah pecah, nyeri pada kulit yang terkelupas,
erosib.Krusta bertahan lama, hiperpigmentasic.Tanda nikolsky
adad.Kelamin, mukosa mulut 60%e.Biasanya usia 30-60 tahunf.Bau
specifik2.Pemfigus eritematosusa.Biasanya pada usia 60-70
tahunb.Lesi awal : daerah wajah, kulit kepala, punggung, seluruh
tubuh berupa bercak, eritematosa batas tegas ( seperti kupu-kupu
pada wajah) , krusta sifatnya kronis residifc.Dinding bula kendur,
mudah pecah, erosif yang dikelilingi dasar eritematosa, krusta dan
skuama krusta basah, bau khasd.Tanda nikolsky adae.Mukosa mulut
terkena3.Pemfigus bullosaa.Biasanya usia 50-70 tahunb.Dinding bula
tegang berisi cairan jernih/ hemoragic diatas kulit yang tampak
normal atau eritemac.Diameter bula bervariasid.Lesi mulut /
genitalis ( 20 40 %)e.Tidak ada tanda nikolsky4.Pemfigus
vegetansa.pada usia lebih muda dibandingkan dengan pemfigus
vulgarisb.lesi awal dimukosa mulut berbulan-bulanc.lesi kulit :
lokasi inter triginose, wajah, kepala, hidung, extremitas, selluruh
tubuh berupa bula kendur, mudah pecah, erosi vegetans, bau amis,
hiperpigmentasid.tanda nikolsky ada.(Mansjoer,1999)
C.KOMPLIKASI1.Secondary infectionSalah satunya mungkin
disebabkan oleh sistemik atau lokal pada kulit. Mungkin terjadi
karena penggunaan immunosupresant dan adanya multiple erosion.
Infeksi cutaneus memperlambat penyembuhan luka dan meningkatkan
resiko timbulnya scar.2.Malignansi dari penggunaan
imunosupresifBiasanya ditemukan pada pasien yang mendapat terapi
immunosupresif.3.Growth retardationDitemukan pada anak yang
menggunakan immunosupresan dan kortikosteroid.4.Supresi sumsum
tulangDilaporkan pada pasien yang menerima imunosupresant. Insiden
leukemia dan lymphoma meningkat pada penggunaan imunosupresif
jangka lama.5.OsteoporosisTerjadi dengan penggunaan kortikosteroid
sistemik6.Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolitErosi kulit
yang luas, kehilangan cairan serta protein ketika bulla mengalami
rupture akan menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit. Kehilangan cairan dan natrium klorida ini merupakan
penyebab terbanyak gejala sistemik yang berkaitan dengan penyakit
dan harus diatasi dengan pemberian infuse larutan salin.
Hipoalbuminemia lazim dijumpai kalau proses mencapai kulit tubuh
dan membrane mukosa yang luas. (Price,
2002).D.PENATALAKSANAAN1.Pemfigus vulgarisa.Umum1)Perbaiki keadaan
umum2)Atasi keseimbangan cairan ( input atau output ), elektrolit,
tanda-tanda vitalb.Sistemik1)Kortikosteroid : Prednison 60-150
mg/hr ( tergantung berat ringannya penyakit2)Tapering off
disesuaikan dengan kondisi klinis dan kadar IgG dalam darah sampai
dosis pemeliharaan3)Dapat dikombinasikan kortikosteroid dan
sitostatika (Azotlapin 1-3 mg/kg BB ) untuk sparing
efek.4)Antibiotika bila ada infeksi sekunder5)KCL 3x500 mg/
hari6)Anabolik ( Anabolene 1x1 tablet/ hari )c.Topikal1)Eksudatif :
kompres2)Darah erosif : - Silver sulfadiazine-Krim antibiotik bila
ada infeksi3)Kortikosteroid lemah untuk lesi yang tidah
eksudatif2.Pemfigus eritematosusa.Umum1)Pengawasan keadaan umum,
tanda vital, input atau output cairan dan elektrolit2)Diet lunak,
TKTP, rendah garamb.Sistemik1)Kortikosteroid : prednison 60-100
mg/hr ( tergantung berat ringannya penyakit)2)Kombinasi
kortikosteroid dan azatioprin (1-2 mg/kg BB)3)Antibiotik : bila
terdapat infeksi sekunder4)Anabolene 1x1 tb/ haric.Topikal1)Untuk
lesi basah : kompres2)Untuk lesi erosif : mupirocin3)Untuk lesi
berskuama : kompres hidrokortison 2,5 %, lanalcin 10 %, vaselin
albumin 1003.Pemfigus bulosaa.Umum1)Pengawasan keadaan umum, tanda
vital2)Diet TKTP3)Hindari infeksi sekunder (K/P) infus untuk
mengantisipasi gangguan cairan dan elektrolit
b.Sistemik1)Prednison 40-80 mg/hr, bila tampak perbaikan
tapering off2)DDS (Diamino Diphenyl Suffone) 200-300 mg/hari3)Dapat
diberikan gabungan prednison dengan imunosupresan lain4)Metrotaxate
(MTX) 20-30 mg/ minggu interval 12 jam diberikan saat prednison
dosis 400 mg5)Azatioprin 50-150 mg/hr setelah 3-4 minggu kemudian
dilakukan alternate day6)Anabolik bila ada infeksi sekunder7)CTM
3x1 tablet sehari ( bila gatal)a.Topikal1)Untuk lesi basah :
kompres rivanol2)Untuk lesi erosi kering : kortikosteroid
topikal3)Antibiotik topikal4)Bula besar : aspirasi4.Pemfigus
vegetansa.Umum1)Pengawasan keadaan umum, tanda vital, input output
cairan dan elektrolit2)Diet lunak, TKTP, rendah
garamb.Sistemik1)Prednison 60-150 mg/hr, tapering off sesuai dengan
kondisi klinis sampai dosis pemeliharaan2)Antibiotik bila ada
infeksi sekunder3)Alternate dapseon 100-200 mg/hari4)KCL 2x500 mg
(k/p)5)Anabolik (anabolene 1x1 tablet sehari)c.Topikal1)Betadine
gargle untuk kumur2)Bibir kenalog in arabase3)Garamicin krim atau
fucidine krim 2xsehari untuk daerah erosif4)Untuk krusta : kompres
salep antibiotik5)Larutan PKsebanyak 1% yang dilarutkan dalam air
mandi(Smelltzer, 2002, hal: 188).
E.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKPemfigus vulgaris biasanya terjadi pada
usia lanjut dan disertai dengan keadaan umum yang lemah. Selain itu
diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan:1.Gambaran klinis yang khas
dan tanda dari nikolsky positip2.Tes tzanck positip. Pemeriksaan
cairan dari bulla (melepuh) untuk mencari sel tzanckdengan membuat
apusan dari dasar bula dan dicat dengan giemsa, akan terlihat sel
tzanck atau sel akantolitik yang berasal dari spinosum berbentuk
agak bulat dan berinti besar dengan dikelilingi sitoplasma jernih
(halo).3.Pemeriksaan histopatogenik: terlihat gambar yang khas,
yaitu bula yang terletak suprabasal dan adanya
akontolisis.4.Pemeriksaan imunofluorensi.a.Immunofluorescen
langsungMenunjukan endapan antibodi IgG, C3, di substansi
interselluler epidermisb.Immunofluorescen tidak langsung Serum :
dideteksi sirkulasi antibodi IgG interseluler, terdapat pada 80-90%
penderita.(Harahap, 2000, hal : 136)
II.KONSEP ASUHAN KEPERAWATANB.PENGKAJIAN FOKUS1.BiodataUmur :
biasanya pada usia pertengahan sampai dewasa muda2.Riwayat
kesehatanKeluhan utama : nyeri karena adanya pembentukan bula dan
erosi3.Riwayat penyakit dahulu : Riwayat alergi obat, riwayat
penyakit keganasan (neoplasma ), riwayat penyakit lain, Riwayat
hipertensi4.Pola kesehatan fungsional Gordon yang terkaita.Pola
Nutrisi dan MetabolikKehilangan cairan dan elektrolit akibat
kehilangan cairan dan protein ketika bula mengalami rupturb.Pola
persepsi sensori dan kognitifNyeri akibat pembentukan bula dan
erosic.Pola hubungan dengan orang lainTerjadinya perubahan dalam
berhubungan dengan orang lain karena adanya bula atau bekas pecahan
bula yang meninggalkan erosi yang lebard.Pola persepsi dan konsep
diriTerjadinya gangguan body image karena adanya bula/ bula pecah
meninggalkan erosi yang lebar serta bau yang menusuk5.Pemeriksaan
Fisika.Keadaan Umum : Baikb.Tingkat kesadaran : Composmentisc.Tanda
tanda vital :1)TD : Dapat meningkat/ menurun2)N : Dapat meningkat/
menurun3)RR : Dapat meningkat/ menurun4)S : Dapat meningkat/
menurund.Kepala : Kadang ditemukan bulae.Dada : Kadang ditemukan
bulaf.Punggung : Kadang ditemukan bula dan luka
dekubitusg.Ekstremitas : Kadang ditemukan bula dan luka
dekubitus
6.Pemeriksaan penunjanga.Klinis anamnesis dan pemeriksaan kulit
: ditemukan bulab.Laborat darah : hipoalbuminc.Biopsi kulit :
mengetahui kemungkinan malignad.Test imunofluorssen : didapat
penurunan imunoglobulin(Harnowo, 2002, hal: 29)
C.DIAGNOSA KEPERAWATAN1.Resiko tinggi ketidakseimbangan cairan
dan elektolit b.d hilangnya cairan pada jaringan, penurunan intake
cairan, pengeluaran cairan berlebih dengan peningkatan terbentuknya
bula dan ruptur bula.2.Resiko tinggi infeksi b.d penurunan
imunitas, adanya port de entree pada lesi.3.Nyeri b.d kerusakan
jaringan lunak erosi jaringan lunak.4.Kerusakan integritas kulit
b.d lesi dan raksi inflamasi lokal.5.Defisit perawatan diri b.d
kelemahan fisik, penurunan kemampuan aktivitas umum sekunder dari
adanya nyeri, kerusakan luas kulit.6.Kecemasan b.d kondisi
penyakit, kerusakan luas pada jaringan kulit.D.INTERVENSIResiko
tinggi ketidakseimbangan cairan dan elektolit b.d hilangnya cairan
pada jaringan, penurunan intake cairan, pengeluaran cairan berlebih
dengan peningkatan terbentuknya bula dan ruptur bula.
Tujuan :dalam waktu 1 x 24 jam tidak terjadi syok
hipovolemik.Kriteria evaluasi :-Tidak terdapat tanda-tanda syok :
pasien tidak mengeluh pusing, TTV dalam batas normal, kesadaran
optimal, urine >600 ml/hari.-Membran mukosa lembab, turgor kulit
normal, CRT >3detik.-Laboratorium : nilai elektrolit normal,
nilai hematokrit dan protein serum meningkat, BUN/ kreatinin
meurun.
IntervensiRasional
Intervensi pemenuhan cairan :Identifikasi faktor penyebab,
awitan (onset), spesifikasi usia dan adanya riwayat penyakit
lain.
Kolaborasi skor dehidrasi0-2 : dehidrasi ringan, 3-6 : dehidrasi
sedang, >7 : dehidrasi berat(skor Maurice King)Lakukan dehidrasi
oral
1.Beri cairan secara oral
2.Jelaskan tentang dehidrasi oral
3.Berikan cairan oral sedikit demi sedikit
Lakukan pemasanganintravenus fluid drops(IVFD)
Dokumentasi dengan akurat tentang input output cairan
Bantu pasien apabila muntahParameter dalam menentukan intervensi
kedaruratan. Adanya usia anak atau lanjut usia memberikan tingkat
keparahan dari kondisi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Menentukan jumlah cairan yang akan diberikan sesuai derajat
dehidrasidari individu (2,5-5% : derajat ringan; 5-10% : derajat
sedang; >10% : derajat berat).Pemberian cairan oral dapat
diberikan apabila tingkat toleransi pasien masih baik.WHO
memberikan rekomendasi tentang cairan oral yang berisikan 90 mEq/L
Na+, 20 mEq/L K+, 80 mEq/L Cl, 20 g/L glukosa; osmolaritas 310;
CHO:Na = 1,2:1; diberikan 250 mL setiap 15 menit sampai
keseimbangan cairan terpenuhi dengan tanda klinik yang optimal atau
pemberian 11/2liter air pada setiap 1 liter feses
(Diskin,2009).Penting perawat disampaikan pada pasien dan keluarga
bahwa dehidraasi oral tidak menurunkan durasi dan volume
diare.Pembrian cairan oral sedikit demi sedikit untuk mencegah
terjadinya muntah apabila diberikan secara stimultan.
Apabila kondisi diare dan muntah berlanjut, maka lakukan
pemasangan IVFD. Pemberian cairan intravena disesuaikan dengan
derajat dehidrasi.Pemberian 1-2 L cairan RL secara tetesan cepat
sebagai kompensasi awal hidrasi cairan diberikan untuk mencegah
syok hipovolemik (lihat intervensi kedaruratan syok
hipovolemik).
Sebagai evaluasi penting dari intervensi hidrasi dan mencegah
terjadinya over hidrasi.
Aspirasi muntah dapat terjadi terutama pada usia lanjut dengan
perubahan kesadaran. Perawat mendekatkan tempat muntah dan
memberikan masase ringan pada pundak untuk membantu menurunkan
respons nyeri dari muntah
Intervensi pada penurunan kadar elektrolit :Evaluasi kadar
elektrolit serum.
Dokumentasi perubahan klinik dan laporkan dengan tim medis
Anjurkan pasien untuk minum dan makan makanan yang banyak
mengandung natrium seperti susu, telur, daging , dsb.
Monitor khusus ketidakseimbangan elektrolit pada lansiaUntuk
mendeteksi adanya kondisi hiponatremi dan hipokalemi sekunder dari
hilangnya elektrolit dari plasma.Perubahan klinik seperti penurunan
output urine secara akut perlu diberitahu tim medis untuk
mendapatkan intervensi selanjutnya dan menurunkan risiko terjadinya
asidosis metabolik.Pemberian cairan dan makanan tinggi natrium
dilakukan sesuai dengan tingkat toleransi. Meskipun kekurangan
natrium menyebabkan gejala serius yang perlu pemberian intravenus
segera, pasien dianjurkan juga untuk mencoba intake natrium peroral
dan hindari pembatasan garam.Individu lansia dapat dengan cepat
mengalami dehidrasi dan menderita kadar kalium rendah (hipokalemia)
sebagai akibat dari ruptur bulla. Individu lansia yang menggunakan
digitalis harus waspada terhadap cepatnya dehidrasi dan hipokalemia
pada penurunan cairan pada pemfigus. Individu ini juga dintruksikan
untuk mengenali tanda-tanda hipokalemia karena kadar kalium rendah
dapat memperberat kerja digitalis yang dapat menimbulkan toksisitas
digitalis.
Resiko tinggi infeksi b.d penurunan imunitas, adanya port de
entree pada lesi.
Tujuan :Dalam waktu 7 x 24 jam tidak terjadi infeksi, terjadi
perbaikan pada integritas jaringan lunak.Kriteria evaluasi :-Lesi
akan menutup pada hari ke 7 tanpa adanya tanda-tanda infeksi dan
peradangan pada area lesi.-Leukosit dalam btas normal, TTV dalam
batas normal.
IntervensiRasional
Kaji kondisi lesi, banyak dan besarnya bula, serta apakah adanya
order khusus dari tim dokter dalam melakukan perawatan
luka.Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari tujuan yang
diharapkan.
Buat kondisi balutan dalam keadaan bersih dan kering.Kondisi
bersih dan kering akan menghindari kontaminasi komensal, serta akan
menyebabkan respons inflamasi lokal dan akan memperlambat
penyembuhan luka.
Lakukan perawatan luka :Lakukan perawatan luka steril setiap
hari.
Bersihkan luka dan drainase dengan cairan Nacl 0,9% atau
antiseptik jenis iodine providum dengan caraswabbingdari arah dalam
ke luar.
Bersihkan bekas sisa iodine providum dengan normal saline dengan
caraswabbingdari arah dalam keluar.
Tutup luka dengan kassa steril dan jangan menggunakan dengan
plester adhesifPerawatan luka sebaiknya dilakukan setiap hari untuk
membersihkan debris dan menurunkan kontak kuman masuk kedalam lesi.
Intervensi dilakukan dalam kondisi steril sehingga mencegah
kontaminasi kuman ke lesi pemfigus.Pembersihan debris (sisa
fagosit, jaringan ati) dan kuman sekitar luka dengan mengoptimalkan
kelebihan dari iodine providum sebagai antisepti dengan arah dari
dalam keluar dapat mencegah kontaminasi kuman ke jaringan
luka.Antiseptik iodine providum mempunyai kelemahan dalam
menurunkan pro epitelisasi jaringan sehingga memperlambat
pertumbuhan luka, maka harus dibersihkan dengan alkohol atau normal
saline.Penutupan secara menyeluruh dapat menghindari kontaminasi
dari benda atau udara yang bersentuhan dengan lesi pemfigus.
Kolaborasi penggunaan anibiotikAnibiotik injeksi diberikan untuk
mencegah aktivasi kuman yang bisa masuk. Peran perawat mengkaji
adanya reaksi dan riwayat alergi antibiotik, serta memberikan
antibiotik sesuai pesanan dokter.
Nyeri b.d kerusakan jaringan lunak erosi jaringan lunak.
Tujuan :Dalam waktu 1 x 24 jam nyeri berkurang/ hilang atau
teradaptasiKriteria evaluasi :-Secara subjektif melaporkn nyeri
berkurang atau dapat diadaptasi. Skala nyeri 0-1 (0-4)-Dapat
mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan
nyeri.-Pasien tidak gelisah.
IntervensiRasional
Kaji pendekatan PQRSTMenjadi parameter dasar untuk mengetahui
sejauh mana intervensi yang diperlukan dan sebagai evaluasi
keberhasilan dari intervensi manajemen nyeri keperawatan
Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri
nonfarmakologi dan noninvasif.Pendekatan dengan menggunakan
relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukan keefektifan
dalam mengurangi nyeri.
Lakukan manajemen nyeri keperawatan :Atur posisi fisiologis.
Lakukan perawatan higiene oral.
Istirahatkan klien
Bila perlu premedikasi sebelum melakukan perawatan luka.
Manajemen lingkungan : lingkungan tenang dan batasi
pengunjung.
Ajarkan teknik relaksasi pernafasan dalam.
Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri.
Lakukan manajemen sentuhan
Akan meningkatan asupan O2ke jaringan yang mengalami peradangan
subkutan. Pengaturan posisi idealnya adalah pada arah yang
berlawanan dengan letak lesi pemfigus.Bagian tubuh yang mengalami
inflamasi lkal dilakukan imobilisasi untuk menurunkan respons
peradangan dan meningkatkan kesembuhan.Keseluruhan rongga mulut
pasien dapat terkena erosi dan permukaan terbuka. Jaringan nekrotik
dapat terbentuk didaerah ini sehingga menambah penderitaan pasien
dan mengganggu asupan makanan. Penurunan berat badan dan
hipoproteinemia dapat terjadi. Perawatan higiene oral yang teliti
sangat penting untuk menjaga agar mukosa pral tetap bersih dan
memungkinkan terjadina regenerasi epitel. Kumur mulut yang sering
harus dilakukan untuk membersihkan mulut dari debris dan menguragi
nyeri didaerah ulerasi. Obat kumur mulut yang dijual bebas harus
dihindari. Bibir dijaga agar tetap basah dengan cara mengoleskan
lanolin, vaselin, atau pelembab bibir.Istirahat diperlukan selama
fase akut. Kondisi ini akan meningkatkan suplai darah pada jaringan
yang mengalami peradangan.Kompres yang basah dan sejuk atau terapi
rendaman merupakan tindakan protektif yang dapat mengurangi rasa
nyeri. Pasien dengan lesi yang luas dan nyeri harus mendapatkan
premedikasi terlebih dahulu dengan preparat analgesik sebelum
perawatan kulitnya mulai dilakukan.Lingkungan tenang akan
menurunkan stimulus nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung akan
membantu meningkatkan kondisi O2ruangan yang akan berkurang apabila
banyak pengunjung yang berada diruangan.Meningkatkan asupan
O2sehingga menurunkan nyeri sekunder dari peradangan.
Distraksi dapat menurunkan stmulus internal dengan mekanisme
peningkatan produksi endorfin dan enkefalin yang memblok reseptor
nyeri untuk tidak dikirmkan ke korteks serebri sehingga menurunkan
presepsi nyeri.
Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa sentuhan dukungan
psikologis dapat membantu menurunkan nyeri.Masase ringan dapat
meningkatkan aliran darah dan dengan otomatis membantu suplai darah
dan oksigen ke area nyeri, serta menurunkan sensasi nyeri.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik.Analgetik
memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik.Terapi
antibiotik sistemik yang dipilih berdasarkan pemeriksaan
sensitivitas umumnya diperlukan. Preparat oral penisilin dan
eritromisin juga efektif untuk mengatasi selulitis
Kerusakan integritas jaringan kulit b.d nekrosis local sekunder
dari akumulasi pus pada jaringan folikel rambut
Tujuan: Dalam 5 x 24 jam integritas kulit membaik secara
optimal.Kriteria evaluasi:Pertumbuhan jaringan meningkat, keadaan
luka membaik, pengeluaran pus pada luka tidak ada lagi, luka
menutup.
IntervensiRasional
Kaji kerusakan jaringan lunak yang terjadi pada klien.Menjadi
data dasar untuk memberikan informasi intervensi perawatan luka,
alat apa yang akan dipakai, dan jenis larutan apa yang akan
digunakan.
Lakukan perawatan bula.Pasien dengan daerah bula yang luas
memiliki bau yang khas yang akan berkurang setelah infeksi sekunder
terkendali. Sesudah kulit pasien dimandikan, kulit tersebut
dikeringkan dengan hati-hati dan ditaburi bedak yang tidak iritatif
agar pasien dapat bergerak lebih bebas ditempat tidurnya. Jumlah
bedak yang cukup banyak mungkin diperlukan untuk menjaga agar kulit
pasien tidak lengket pada seprei. Plester sama sekali tidak boleh
digunakan pada kulit karena dapat menimbulkan lebih banyak bullae .
hipotermi sering terjadi dan tindakan untuk menjaga agar pasien
tetap hangat serta nyaman merupakan prioritas dalam aktivitas
keperawatan.
Lakukan perawatan luka:Lakukan perawatan luka dengan teknik
steril.
Kaji keadaan luka dengan teknik membuka balutan dengan
mengurangi stimulus nyeri. Bila melekat kuat, kasa diguyur dengan
NaCl.Lakukan pembilasan luka dari arah dalam keluar dengan cairan
NaCl.Tutup luka dengan kasa antimikroba steril dan dikompres dengan
NaCl.
Lakukan nekrotomi.Perawatan luka dengan teknik steril dapat
mengurangi kontaminasi kuman langsung ke area luka.Manajemen
membuka luka dengan mengguyur larutan NaCl ke kasa dapat mengurangi
stimulus nyeri.
Teknik membuang jaringan dan kuman di area luka dan diharapkan
keluar dari area luka.NaCl merupakan larutan fisiologis yang lebih
mudah diabsorpsi oleh jaringan dibandingkan dengan larutan
antiseptic, serta dengan dicampur antibiotic dapat mempercepat
penyembuhan luka.Jaringan nekrotik pada luka furunkel akan
memperlambat proses epitelisasi jaringan luka sehingga memperlambat
perbaikan jaringan.
Tingkatkan asupan nutrisi.Diet TKTP diperlukan untuk
meningkatkan asupan dari kebutuhan jaringan.
Evaluasi kerusakan jaringan dan perkembangan pertumbuhan
jaringan.Apabila masih belum mencapai dari kriteria evaluasi
15x24jam, maka perlu dikaji ulang factor-faktor yang dapat
menghambat pertumbuhan luka
Defisit perawatan diri b.d kelemahan fisik, penurunan kemampuan
aktivitas umum efek sekunder dari adanya nyeri, kerusakan luas
kulit
Tujuan: Dalam waktu 3 x 24 jam kemampuan perawatan diri klien
meningkat.Kriteria evaluasi:-Pelaksanaan intervensi perawatan diri
dilakukan setelah fase akut.-Tidak terjadi komplikasi sekunder,
seperti kejang dan peningkatan agitasi.
IntervensiRasional
Kaji perubahan pada sistem saraf pusat.Identifikasi terhadap
kondisi penurunan tingkat kesadaran.
Tinggikan sedikit kepala pasien dengan hati-hati. Cegah gerakan
yang tiba-tiba dan tidak perlu dari kepala dan leher, hindari
fleksi leher.Untuk mengurangi tekanan intrakranial.
Bantu seluruh aktivitas dan gerakan-gerakan pasien. Beri
petunjuk untuk BAB (jangan enema). Anjurkan pasien untuk
menghembuskan napas dalam bila miring dan bergerak di tempat tidur.
Cegah posisi fleksi pada dan lutut.Untuk mencegah keregangan otot
yang dapat menimbulkan resiko peningkatan stimulus
nikotinik-muskarinik pada system saraf pusat.
Waktu prosedur-prosedur perawatan disesuaikan dan diatur tepat
waktu dengan periode relaksasi; hindari rangsangan lingkungan yang
tidak perlu.Untuk mencegah eksitasi yang merangsang otak yang sudah
iritasi dan dapat menimbulkan kejang.
Beri penjelasan kepada keadaan lingkungan pada pasien.Untuk
mengurangi disorientasi dan untuk klasifikasi persepsi sensoris
yang terganggu.
Kecemasan b.d kondisi penyakit, kerusakan luas pada jaringan
kulit.
Tujuan:Dalam waktu 1 x 24 jam kecemasan pasien
berkurang.Kriteria evaluasi:-Pasien menyatakan kecemasan
berkurang-Pasien mengenal perasaannya dan dapat mengidentifikasi
penyebab atau faktor yang memengaruhinya-Pasien kooperatif terhadap
tindakan, wajah rileks.
IntervensiRasional
Kaji tanda verbal dan nonverbal kecemasan, dampingi pasien dan
lakukan tindakan bila menunjukkan perilaku merusak.Reaksi
verbal/nonverbal dapat menunjukkan rasa agitasi, marah, dan
gelisah.
Hindari konfrontasi.Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah,
menurunkan kerjasama, dan mungkin memeperlambat penyembuhan.
Mulai melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan. Beri
lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat.Mengurangi
rangsangan eksternal yang tidak perlu.
Bina hubungan saling percaya.Hal yang kritis dalam
penatalaksanaan keperawatan pasien pemfigus adalah terciptanya
hubungan saling percaya antara pasien dan perawat. Hal ini mencakup
cara perawat mendengarkan, berinteraksi, dan memperlihatkan sikap
yang hangat, serta penuh perhatian. Pasien memiliki keprihatinan
yang dapat dibenarkan dan keprihatinan ini dapat dikurangi apabila
tim kesehatan menunjukkan reaksi yang tepat. Pasien harus didorong
untuk mengekspresikan perasaan cemas, gangguan kenyamanan, dan
perasaan keputusasaannya secara bebas. Semua ini diperlukan agar
upaya untuk menenteramkan perasaan perasaan pasien terlaksana
paling efektif.Perhatian kepada kebutuhan psikologis pasien
menuntut kehadiran perawat saat diperlukan, pemberian pelayanan
keperawatan yang profesional dan pelaksanaan penyuluhan bagi psien
beserta keluarganya.
Orientasikan pasien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang
diharapkan.Orientasi dapat menurunkan kecemasan.
Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan
ansietasnya.Dapat menghilangkan ketegangan terhadap kekhawatiran
yang tidak diekspresi.
Berikan privasi untuk pasien dan orang terdekat.Memberi waktu
untuk mengekpresikan perasaan, menghilangkan cemas dan perilaku
adaptasi.Adanya keluarga dan teman-teman yang dipilih pasien
melayani aktivitas dan pengalihan (misalnya membaca) akan
menurunkan perasaan terisolasi.Pengaturan agar anggota keuarga dan
setiap teman dekatnya untuk lebih banyak mencurahkan waktu mereka
bersama pasien karena dapat menjadi upaya yang bersifat
suportif.
Kolaborasi:-Berikan anticemas sesuai indikasi contohnya
diazepam.Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan.
(Arif Mutakin, 2011, hal.107).E.EVALUASI1.Tidak terjadi syok
hipovolemik.2.Tidak terjadi infeksi.3.Terjadi penurunan respons
nyeri.4.Peningkatan integritas jaringan kulit.5.Perawatan aktivitas
dapat terlaksana.6.Tingkat kecemasan berkurang.(Arif Mutakin, 2011,
hal.111).
DAFTAR PUSTAKAMutakin, Arif. 2011.Asuhan Keperawatan Gangguan
Sistem Integumen. Jakarta : Salemba MedikaMansjoer, Arif, Dkk.
1999.Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Medikal AesculapisSylvia,
A. Price. 2002.Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC :
Jakarta.Harahap, Marwali. 2000.Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta:
Hipokretes.
A. PENGERTIAN PEMFIGUS VULGARISPemfigus ialah kumpulan penyakit
berbula kronik (lepuh) dengan berbagai ukuran (mis: 1-10 cm) pada
kulit yang tampak normal dan membran mukosa (mis; mulut,vagina),
berdinding kendur, terletak intra epidermal, dan dapat
mengakibatkan fatal.Pemfigus Vulgaris merupakan salah satu dari
empat jenis pemfigus yang termasuk jenis kelainan dermatitis
vesikobulosa kronik yang ditandai terutama oleh adanya vesikel dan
bula.Menurut letak celah pemfigus dibagi menjadi dua :1).
Disuperbasal ialah pemfigus vulgaris dan variannya pemfigus
vegetans.2). Di stratum granulosum ialah pemfigus foliaseus dan
variannya pemfigus eritematosus.B. EPIDEMIOLOGIPemfigus vulgaris
(P.V) merupakan bentuk yang paling sering dijumpai (80 % semua
kasus).penyakit ini tersebar diseluruh dunia dan dapat mengenai
semua bangsa dan ras. frekuensinya pada kedua jenis kelamin dama.
umumnya mengenai umur pertengahan (decade ke-4 dan ke-5), tetapi
dapat juga mengenai semua umur, termasuk juga anak.C.
ETIOLOGIEtiologi yang pasti semua penyakit pemfigus masih belum
diketahui. Akhir-akhir ini D-penisilamin telah disebutkan sebagai
faktor etiologi yang dapat menginduksikan pemfigus pada penderita
yang mendapatkan obat ini. Penemuan auto-antibody didalam serum
penderita pemfigus telah membuktikan bahwa penyakit ini mempunyai
hubungan dengan autoimunitas. Juga dapat ditemukan bersama-sama
dengan penyakit autoimun lainnya, misalnya lupus eritematosus
sistemik, pemfigoid bulosa, miastenia gravis, timoma, dan anemia
pernisiosa. penderita pemfigus vulgaris memperlihatkan peningkatan
insidens fenotif H.L.A. A 10 dan H.L.A. Bw 13.D. PATOGENESISSemua
bentuk Pemfigus mempunyai sifat yang sangat khas, yaitu :1.
Hilangnya kohesi sel-sel epidermis (akan tolisis)2. adanya antibody
igG terhadap antibody determinan yang ada pada permukaan
keratonosit yang sedang berdiferensiasi.Mekanisme sebenarnya
pembentukan autoantibody ini masih belum jelas, penyelidikan
mutakhir telah memberikan petunjuk adanya hubungan sebab akibat
antara antibody Pemfigus dan proses akantosisi, pada kultur sel
efidermis manusia.E. GEJALA KLINISKeadaan umum penderita biasanya
buruk. penyakit dapat mulai sebagai lesi dikulit kepala yang
berambut atau rongga mulut kira-kira pada 60 % kasusu, berupa erosi
yang disertai pembentukan krusta, sehingga sering salah didiagnosa
sebagai pioderma pada kulit kepala yang berambut atau dermatitia
dengan infeksi skunder. lesi di tempat tersebut bisa berbulan-bulan
sebelum timbul bula generalisata.Semua penyakit tesebut memberi
gejala yang khas, yaitu ;1. Pembentukan bula yang kendur pada kulit
yang umumnya terlihat normal dan mudah pecah.2. Pada penekanan,
bula tersebut meluas (tanda nikolsky positif)3. Akantolisis selalu
positif.4. Adanya antibody tipe IgG terhadap antigen interselular
di epidermis yang dapat ditemukan dalam serum, maupun terikat
diefidermisSemua selaput lendir dengan epitel skuama dapat
diserang, yakni selaput lender konjungtiva, hidung, farings,
larings, esofaringF. KOMPLIKASIKomplikasi yang paling sering pada
Pemfigus Vulgaris terjadi ketika proses penyakit tersebut menyebar
luas. Sebelum ditemukannya kostikosteroid dan terapi imunosupresif.
Pasien sangat rentan terhadap infeksi bakteri sekunder. Bakteri
kulit relative mudah mencapai bula karma bula mengalami perembesen
cairan, pecah, dan meningggalkan daerah yang terkelupas terbuka
terhadap lingkungan.Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
terjadi akibat kehilangan cairan serta protein ketika bula mengenai
rupture. Hipoalbuminemia lazim dijumpai kalau proses penyakitnya
mencakup daerah kulit tubuh dan membran mukosa yang luas.G.
EVALUASI DIAGNOSTIKSpesimen dari bula dari kulit sekitarnya akan
memperlihatkan akantolisis (pemisahan sel-sel epidermis satu dengan
yang lainnya karena kerusakan atau abnormalitas substansi
intrasel). Antibodi yang beredar (antibody pemfigus) dapat
dideteksi lewat imunosupresan terhadap serum pasien.H.
PENATALAKSANAANTujuan terapi adalah mengendalikan secepat mungkin,
mencegah hilangnya serum serta terjadinya infeksi sekunder, dan
meningkatkan pembentukan epitel kulit (pembaruan jaringan
epitel).Kortikosteroid diberikan dalam dosis tinggi untuk
mengendalikan penyakit dan menjaga agar kulit bebas dari bula.
Kadar dosis yang tinggi dipertahankan sampai kesembuhan terlihat
jelas. Pada sebagian kasus terapi ini, harus dipoertahankan seumur
hidup penderitanya.Kortikosteroid diberikan bersama makanan taua
segera setekah makan, dan dapat disertai dengan pemberian antacid
sebagai pemberian profilaksis untuk mencegah komplikasi lambung.
Yang penting pada penatalaksanaan tyerapetik adalah evaluasi berat
badan, tekanan darah, kadar glukosa darah, dan keseimbvangan cairan
setiap hari.Preparat Immunosupresif (azatriopi, siklofosfomid)
dapat diresepkan dokter untuk mengendalikan penyakit dan mengurangi
takaran kortikosteroid. Plasma feresis (pertukaran plasma) secara
temporer akan menurunkan kdar anti bodi serum.I. PENGKAJIAN1.
Biodataa. Data demografi1) Usia , penting karena perubahan system
integument berkaitan dengan perubahan usia (aging proses)2) Suku
bangsa, penting beberapa variasi penampilan kulit dimanifestasikan
sesuai dengan suku dan bangsa dan bisa abnormal untuk suku dan
bangsa yang lain dan normal bagi suku bangsa itu sendiri.3)
Pekerjaan, hobi dapat memberikan informasi tentang paparan sinar
matahari atau zat kimia, iritasi, zat / substansi yang abrasive,
dan lingkunan yang menjadi masalah bagi kulit.b. Identitas
Penanggung jawab2. Riwayat kesehatan :a. keluhan utama : keluhan
yang paling dirasakan oleh klien1) Gatal2). Adakah lesi3). Nyeri4).
Adakah bercak5). dan panasb. Riwayat kesehatan sekarang :
dikembangkan dengan PQRST1) Kapan klien pertama kali mendapatkan
masalah kulit ?2) Bagian tubuh mana yang pertama kali kena3) Apakah
masalah menjadi lebih baik atau buruk4) Apakah sebelumnya mempunyai
kondisi yang sama ? jika ya, dapatkah klien menggambarkan
penyebabnya yang spesifik dan bagaimana menggambarkan
penatalaksanaannya.5) Apakah masalah yang dialami disertai masalah
lain misalnya : panas, gatal, rasa terbakar, muntak, nyeri
tenggorokan, dingin dan kaku.c. Riwayat kesehatan masa lalu :1)
Apakah klien mempunyai masalah medis baik saat ini maupun
sebelumnya ?2) Apakah klien alergi sistemik atau mendapatkan
pengobatan topical, jika ya, dapatkah klien menggambarkan reaksinya
?3) Obata apa yang diberikan saat itu, berapa dosisnya,
frekwensinya, dan kapan terakhir minum obat ?4) Apakah klien ada
alergi terhadap kosmetik ?5) Apakah klien mempunyai alergi makanan
? jika ya, sebutkan jenis makanannya !d. Riwayat kesehatan keluarga
:1) Apakah ada keluarga yang mempunyai riwayat alergi ?2) Apakah
ada anggota keluarga yang saat ini mempunyai masalah kulit ? jika
ada kapan mulai terserang ? sudah berobat atau belum ?e. Genogram1)
Perlu untuk mengetahui apakah dikeluarga ada yang mempunyai
penyakit keturunan ?2) Untuk mengetahui apakah dikeluarga ada yang
menderita penyakit kulit yang menular ?3. Pemeriksaan FisikDalam
pemeriksaan fisik pada pengkajian system integument teknik yang
digunakan yaitu : inspeksi dan palpasi, yaitu untuk memperoleh
informasi : warna kulit, skin temperature, sensasi, kelembaban,
tekstur, turgor, skin integritas, kebersihan serta kuantitas dan
kualitas.a. Warna kulitTeknik yang digunakan adalah inspeksi
bagaimana warna kulitnya ? kecoklatan, kebiruan, kemerahan,
kekuning-kuningan atau pucat. kulit yang normal bahan dasarnya :
melanin, keratin, HB. Jika ditemukan kulit yang pucat disebabkan
oleh :1) Anoreksia berat sehingga meningkatkan Heart rate2)
Anoreksia berat disertai menurunnya Heart rate3) Sianosis mungkin
karena kekurangan O24) Joundice mungkin adanya peningkatan kadar
bilirubin.Ispeksi mengenai vaskularisasi dan perdarahan atau luka
pada kulit, jika ada lesi maka identifikasi mengenai :1) Warna2)
Tipe dari gangguan : macula , papula, vesikula, borok / tukak,
ukuran.3) Konfigurasi / gronjangInspeksi untuk warna dan pigmentasi
: ras harusdiperhatikan.Pucat:Anemia sehubungan dengan menurunnya
aliran darah pada area tersebut yang diakibatkan oleh perdarahan.
Dapat dilihat dari :conjungtoiva, membran mukosa, kuku, telapak
tangan,. jika ada kemerahan mungkin ada peningkatan aliran darah
pada daerah tersebut karena ada peradanganb. Skin temperatureUntuk
mengkaji temperature kulit maka yang dapat kita lakukan adalah
dengan cara palpasi.Dengan mengkaji temperature kulit kita dapat
mengetahui :1) Indikasi yang menunjukan keadaan sirkulasi darah dan
suhu tubuh .2) Menurunnya temperature dapat diakibatkan oleh
menurunnya aliran darah yang disebabkan oleh aterosklerosis oleh
karena thrombus.3) Meningkatnya temperatur oleh factor internalc.
SensasiSalah satu fungsi kulit adalah sebagai perasa, maka kita
harus mengkaji sensasi tersebut apakah kilit klien peka terhadap
nyeri, sentuhan dan rasa gatal. Tekhnik yang digunakan adalah
dengan memeberikam rangsangan pada kulit klien, rangsangan yang
diberikan bisa halus atau kasar.d. KelembabanUntuk melihat
kelembaban kita menggunakan teknik inspeksi dan palpasi,Apakah
kulitnya basah tau berminyak? Bagaimana keadaanya didaerah telapak
tangan, kaki dan muka. Kelembaban kulit tregantung pada : aktifits,
temperature, status emosi, usia, latihan, demam, lingkungan,
kecemasan,. Kulit berminyak memudahkan timbulnya jerawat,
seborrhea. Kulit yang pecah-pecah timbul karena kulit kering.e.
Tekstur kulitKelembutan dan kekasaran kulit dapat dilihat melalui
inspeksi, palpasi. Kekasaran dan ketebalan kulit dapat terjadi
karena tekanan, friksi dan iritasi.Adanya perubahan tekstur dan
ketebalan kulit menunjukan adanya penyakit, misalnya ; kulit kering
dan kasar karena hipotyroidism dan kulit lembut serta halus karena
hyperthyroidism.f. Turgor kulitDapat dikaji dengan cara observasi
dan palpasi, apabila turgor kulit dinilai jelek makamenunjukan
adanya :1) Kurang cairan dan menurunnya jaringan lemak subkutan.2)
Berat badannya menurun dan aging menyebabkan kuliut tidak elastis,
untuk mengetahui turgor kulit dilakukan dengan cara kita mencubit
kulit tersebut ( pada area tertentu ). Normal : Jika segera
kembali. Abnormal : Lambat, tidak kembali menunjukanadanya
dehidrasi Edema : Dipalpasi terdapat lekukan.Sedangkan jika terjadi
suatu edema pada kulit klien, jika dipalpasi maka kita dapat
mengklasifikasikan tingkatan oedema sebagai berikut :1) Barlry
Detektable (1+).2) Identasion of les than 5 mm (2+) kurang dari 5
mm.3) Identasion of 5 than 10 mm (3+) diantara 5 sampai 10 mm4)
identason of more than 1 cm (4+) lebih dari 4 cm.Bila ada edema
maka kulit akan terlihat mengkilat dan tegangg. Integritas
kulitUntuk mengkaji atau melihat integritas kulit(keutuhan kulit)
dilakukan dengan cara inspeksi dan palpasi yang dikaji adalah
apakah lesi atau tidak jika ada bagaimana lokasi, warna, ukuran
konfigurasi, morfologi dan perubahan lainnya.h. RambutUntuk
mengkaji kebersihan rambut, kita menggunakan teknik inspeksi dan
palpasi. warna rambut , kebersihan rambut merupakan reaksi dari
konsep diri, kebudayaan dan kebisaan.Apakah terdapat pedikulus atau
tidak? berketombe/tidak? kaji mengenai tekstur dan kualitas rambut,
apakah tekstur rambut berubah, bila berubah menandakan adanya
penyakit, misalnya; kulit kering dan kasar karena hipotyroidism dan
kulit lembut serta halus karena hyperthyroidism. Dan rambut mudah
dicabut adanya malnutrisi. Kuantitas dan warna rambut menandakan
status gizi seseorang.i. KukuArea yang dikaji pada kuku adalah:
warna, contour, konsistensi, kelekatan, palpasi untuk mengetahui
CRT (Capillary Refilling Time) pada daerah kuku, normalnya kembali
< 3 detik. Kaji ketebalan kuku, karena ketebalan kuku dapat
dipengaruhi oleh trauma, inspeksi dan nutrisi.4. Pola aktivitas
sehari-hari1). Kaji tentang kebiasaan makan klien sebelum sakit,
mengenai jenis makanan yang sering dimakan,dan minuman yang sering
diminum.2). Tanyakan apakah ada makanan yang menimbulkan alergi.3).
Kaji apakah klien pernah melakukan diet ketat4). Tanyakan pada
klien tentang kebiasaan mandi, penggunaan air dan jenis sabun yang
biasa digunakan5). Kaji kebiasaan klien apakah suka olahraga. jika
ya, tanyakan jenis olahraganya6). Berapa kali klien keramas dalam
seminggu7). Apakah klien suka rutin menggunting kuku8). Berapa kali
klien ganti baju5. Riwayat Psikososial1). Apa pekerjaan klien?2).
Bagaimana kegiatan rekreasinya?3). Dimana klien tinggal, bagaimana
lingkungan rumahnya?4). Kaji tentang gaya hidup, suka merokok atau
minum alcohol?6. Data PenunjangDermatologi merupakan keahlian yang
orientasinya visual, disamping mendapatkan pasien, pemeriksa juga
dapat melakukan pemeriksaan terhadap lesi primer dan sekunder, dan
konfigurasi dan kontribusi lesi. prosedur diagnostic tertentu dapat
pula digunakan untuk mengenali kelainan kulit, prosedur yang
biasanya digunakan yaitu :1) Biopsya). Punch BiopsyProsedur
sederhana untuk mendapatkan jaringan guna pemeriksaan
histopatologis. dipilah lesi yang dewasa tumbuh sempurna, pilih
lesi paling awal, dan atap usahakan utuh.b). Shave BiopsyMengambil
bagian kulit yang menonjol atau meninggi bermanfaat untuk biopsy
berbagai tumor epidermis.c). Biopsy eksisi cirurgisUntuk
mendapatkan jaringan yang meliputi tebalnya kulit misalnya eritema
, nodusum.2) KuretCara sederhana untuk pengambilan lesi kulit yang
benigna seperti kutil.3) Usapan sitologiBermanfaat dalam diagnosa
penyakit bulosa, erupsi virus yang solid maupun yang vesikuler.4)
Kerokan dan biakan jamurKonfirmasi segera terhadap adanya infeksi
jamur dengan penemuan organisme secara mikroskopis pada lesi
berskuama, dari kulit kepala, sudut mulut, aksila, pantat, dan
lain-lain.5) Pemeriksaan dengan sinar woodUntuk menemukan infeksi
jamur :a). Mengontrol dan menemukan jamur kulit kepalamikrosporum
audovini dan mikrosporum canis akan berfluorsensi hijau kebiruan
cerah.b). Penemuan infeksi jamur lainTinea vesikolor dapat
berfluorsensi kuning emas. perubahan pigemn yang menyertai dapt
terlihat jelas.c). Penemuan infeksi jamurd). Penentuan kelainan
pigmenSinar ulsi akan berfluorsensi putih kebiruan, digunakan dalam
pemeriksaan penderita vertiligo, albilisme, lepra, dan
hiperpigmentasi lainnyae). Penentuan obat6) Patch testingDigunakan
untuk membuktikan dan menegakkan diagnosa sensitifitas alergi.Hasil
yang dinilai adalah sebagai berikut :1 + : Hanya eritema2 + :
Ertema dan papula3 + : Eritem dan papula, vesikula kecil4 + : Semua
diatas dan vesikulor besar, bulae dan ulserasi