Top Banner
i ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS (PPOK) DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DI RSUD BAHTERAMAS PROVINSI SULAWESI TENGGARA KARYA TULIS ILMIAH Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan program pendidikan Diploma III Keperawatan OLEH: MUH. ARIF HASANUDDIN P00320015032 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEPERAWATAN T.A 2018
100

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

Apr 18, 2019

Download

Documents

leminh@
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

i

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU

OBSTRUKSI KRONIS (PPOK) DALAM PEMENUHAN

KEBUTUHAN OKSIGENASI DI RSUD BAHTERAMAS

PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KARYA TULIS ILMIAH

Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan

program pendidikan Diploma III Keperawatan

OLEH:

MUH. ARIF HASANUDDIN

P00320015032

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN KEPERAWATAN

T.A 2018

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Muh. Arif Hasanuddin

NIM : P00320015032

Institusi Pendidikan : Jurusan Keperawatan

Judul Proposal Penelitian : ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS

(PPOK) DALAM PEMENUHAN

KEBUTUHAN OKSIGENASI DI RSUD

BAHTERAMAS PROVINSI SULAWESI

TENGGARA

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini

benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan

atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Kendari, 28 Mei 2018

Yang Membuat Pernyataan.

Muh. Arif Hasanuddin

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

iii

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

iv

RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS

1. Nama Lengkap : Muh. Arif Hasanuddin

2. Tempat/Tanggal Lahir : Tridana Mulya, 19 Desember 1997

3. Jenis Kelamin : Laki-Laki

4. Agama : Islam

5. Suku/Bangsa : Jawa Bugis/Indonesia

6. Alamat : BTN. Multi Graha

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SDN 1 Landono, Tamat Tahun 2009

2. SMPN 1 Landono, Tamat Tahun 2012

3. SMK Kesehatan Tunas Husada Kendari, Tamat Tahun 2015

4. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan Periode 2015-2018

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

v

MOTTO

Hidup adalah pembelajaran. Mengapa?

Karena dalam setiap detik nafas kehidupan yang kita jalani

Banyak hal-hal yang tak terduga terjadi dalam hidup kita

Baik itu hal yang kita inginkan maupun yang tidak kita inginkan

Dari situlah diri kita mampu memetik sebuah pembelajaran

Dimana allah mengajarkan kita untuk selalu menerima pembelajaran hidup

tersebut dengan ikhlas dan penuh rasa syukur

Karena allah tahu apa yang kita butuhkan dalam hidup ini, bukan apa yang kita

inginkan.

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

vi

ABSTRAK

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK)

Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Di RSUD. Bahteramas Provinsi

Sulawesi Tenggara

Muh. Arif Hasanuddin1 (2018)2

DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kendari

Muhaimin Saranani, S.Kep., Ns., M.Sc 3, Sahmad, S.Kep., Ns., M.Kep 4

Penyakit paru obstruksi kronis adalah penyakit yang ditandai dengan pengurangan

aliran udara yang terus-menerus.(WHO,2017). Data hasil riskesdas menempatkan

Sulawesi Tenggara pada peringkat 10 dengan penderita penyakit PPOK sebesar

4,9% dari 33 provinsi di Indonesia. (Riskesdas,2013). RSUD. Bahteramas Prov.

Sultra mencatat bahwa penderita PPOK pada tahun 2015 : laki laki 84,6%,

perempuan15,4%, pada tahun 2016 : laki laki 74,5%, perempuan 25,5%, dan pada

tahun 2017 : laki laki 84,5%, perempuan 15,5%. Tujuan: menggambarkan asuhan

keperawatan pada pasien PPOK dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi.

Metode: penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif yaitu dengan studi

kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, melihat

catatan rekam medic pasien, dan tindakan keperawatan. Hasil: setelah dilakukan

asuhan keperawatan 3x24 jam didapatkan hasil ketidakefektifan bersihan jalan

napas sebagian teratasi. Kesimpulan: pemberian posisi semi fowler, batuk efektif,

dan kelola pengobatan aerosol dapat mengatasi sebagian keluhan.

Kata Kunci: Asuhan keperawatan PPOK, posisi semi fowler, batuk efektif, dan

kelola pengobatan aerosol.

1 Mahasiswa 2 Tahun Lulus Ujian KTI 3 Pembimbing I 4 Pembimbing II

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat

dan karunia-nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis

(PPOK) Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Di RSUD. Bahteramas

Provinsi Sulawesi Tenggara”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, saya banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan

ini saya mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada yang

terhormat :

1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kendari.

2. Bapak Indriono Hadi, S.Kep, Ns, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kendari.

3. Ibu Reni Devianti Usman, M.Kep, Sp.KMB, selaku Sekretaris Jurusan

Keperawatan Politeknik Kesehatan Kendari.

4. Bapak Muhaimin Saranani, S.Kep., Ns., M.Sc dan Bapak Sahmad, S.Kep, Ns,

M.Kep selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah membimbing saya

dengan sebaik-baiknya demi tercapainya Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Bapak Indriono Hadi, S.Kep., Ns., M.Kes, Ibu Fitri Wijayati, S.Kep, Ns,

M.Kep, dan Ibu Dian Yuniar SR, SKM, M.Kep, selaku dosen penguji I,

penguji II, dan penguji III yang telah membimbing saya dan memberikan

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

viii

masukan-masukan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat berjalan dengan

sebaik-baiknya.

6. Semua Dosen dan Staf Program Studi DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan

Kendari yang telah membantu dan memberikan bimbingan dengan sabar dan

wawasannya serta ilmu yang bermanfaat kepeda penulis selama kuliah.

7. Kepada Kantor Badan Riset Sulawesi Tenggara yang telah memberikan izin

penelitian kepada penulis.

8. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas Prov. Sultra yang telah

memberikan izin penelitian di Ruang Laika Waraka Interna.

9. Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas Prov. Sultra.

10. Ayahku yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan bimbingan semangat

untuk menyelesaikan pendidikan, dan kupersembahkan karya tulis ilmiah ini

untuk almarhumah ibuku.

11. Teruntuk teman - temanku, Trisandi Prabowo Barapadang, Febyana Sesa

Purwaningrum, Muh. Irfan Saputra, Meriyanti, Megasari, Mirasantika, Hera

Yulianingsih Triputri, Hilya Mahzura, Nurul Alfi Syahra, Apriandi,

Abdurrahman At Tin, Indar Asmarani, serta rekan - rekan angkatan 2015

khususnya kelas III A dan III B.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat dan semoga amal baik

yang telah disumbangkan dari semua pihak selama penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini kiranya mendapat balasan dari Allah SWT, Amin.

Kendari, 12 Agustus 2018

Penulis.

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i

KEASLIAN PENELITIAN ................................................................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................iii

RIWAYAT HIDUP .............................................................................................iv

MOTTO ..............................................................................................................v

ABSTRAK ..........................................................................................................vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................ix

DAFTAR TABEL ...............................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................3

C. Tujuan Studi Kasus .................................................................................3

D. Manfaat Studi Kasus ...............................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) ................5

1. Pengertian Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) .......................5

2. Klasifikasi .........................................................................................5

3. Etiologi ..............................................................................................6

4. Patofisiologi ......................................................................................6

5. Manifestasi Klinis .............................................................................7

6. Komplikasi ........................................................................................8

7. Derajat PPOK ....................................................................................8

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

x

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Secara Umum .........................9

1. Pengkajian Keperawatan ...................................................................9

2. Diagnosa Keperawatan......................................................................10

3. Intervensi/Perencanaan Keperawatan ...............................................12

4. Implementasi Keperawatan ...............................................................12

5. Evaluasi Keperawatan .......................................................................13

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan

Oksigenasi ..............................................................................................14

1. Pengkajian .........................................................................................14

2. Diagnosa Keperawatan......................................................................21

3. Intervensi Keperawatan .....................................................................26

4. Implementasi Keperawatan ...............................................................28

5. Evaluasi .............................................................................................33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1. Rancangan Studi Kasus .............................................................................35

2. Subyek Studi Kasus ..................................................................................36

3. Fokus Studi Kasus .....................................................................................36

4. Definisi Operasional..................................................................................37

5. Tempat dan Waktu ....................................................................................40

6. Pengumpulan Data ....................................................................................40

7. Penyajian Data ..........................................................................................41

8. Etika Studi Kasus ......................................................................................42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus ......................................................................................44

B. Pembahasan Studi Kasus ...........................................................................63

C. Keterbatasan Studi Kasus ..........................................................................68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................................69

B. Saran .........................................................................................................70

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................71

LAMPIRAN .......................................................................................................73

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Analisa Data

Tabel 2. Intervensi Keperawatan

Tabel 3. Implementasi Keperawatan

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Genogram

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan

Lampiran 2. Instrumen Studi Kasus

Lampiran 3. Format Pengkajian

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian

Lampiran 5. Informed Consent

Lampiran 6. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 7. Dokumentasi

Lampiran 8. Surat Bebas Administrasi

Lampiran 9. Surat Bebas Pustaka

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) bukan satu penyakit tunggal

namun merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan

penyakit paru-paru kronis yang menyebabkan keterbatasan aliran udara di

paru-paru. Istilah yang lebih dikenal seperti 'bronkitis kronis' dan

'emphysema' tidak lagi digunakan, namun sekarang termasuk dalam diagnosis

PPOK. Gejala COPD/PPOK yang paling umum adalah sesak napas, atau

kebutuhan akan udara, produksi sputum berlebihan, dan batuk kronis.

Namun, PPOK bukan hanya sekedar "batuk perokok", tapi penyakit paru

yang kurang terdiagnosis dan mengancam jiwa yang dapat menyebabkan

kematian secara progresif. (WHO, 2017)

Penyakit paru obstruksi kronis adalah penyakit yang ditandai dengan

pengurangan aliran udara yang terus-menerus. Gejala COPD/PPOK semakin

memburuk dan sesak napas terus-menerus pada pengerahan tenaga, akhirnya

menyebabkan sesak napas saat istirahat. Ini cenderung kurang di diagnosis

dan bisa mengancam nyawa. Istilah yang lebih dikenal "bronkitis kronis" dan

"emphysema" sering digunakan sebagai label untuk kondisinya.(WHO, 2017)

Riskesdas 2013 berhasil mengunjungi 11.986 blok sensus (BS) dari 12.000

BS yang di targetkan (99,9%), 294.959 dari 300.000 RT (98,3%) dan

1.027.763 anggota RT (93,0%). Data hasil riskesdas tersebut menempatkan

Sulawesi Tenggara pada peringkat 10 dengan penderita penyakit PPOK

sebesar 4,9% dari 33 provinsi di Indonesia. (Riskesdas,2013).

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

2

Menurut data dari dinas kesehatan provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2016

diketahui bahwa penderita penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) adalah

sebesar: TBC paru BTA (+) 267 orang, tersangka TBC paru 1927 orang,

pneumonia 247 orang, TB BTA (-) RO (+) 37 orang, ISPA bukan pneumonia

25473 orang. Dari data tersebut diketahui bahwasannya penyakit paru

obstruktif kronik (PPOK) termasuk kedalam 38 besar kasus kesehatan

terbanyak/tertinggi seSulawesi Tenggara.

Berdasarkan pengambilan data awal, peneliti berhasil mendapatkan data

pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) untuk di Rumah Sakit Umum

Daerah Bahtreamas Prov. Sultra dengan presentase sebesar pada tahun 2015 :

laki laki 84,6%, perempuan15,4%, pada tahun 2016 : laki laki 74,5%,

perempuan 25,5%, dan pada tahun 2017 : laki laki 84,5%, perempuan 15,5%.

Dari data diatas peneliti mengetahui bahwa penyakit paru obstruksi kronis

(PPOK) termasuk kedalam 10 besar penyakit terbanyak/tertinggi di RSUD.

Bahteramas Prov. Sultra.

Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang

digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan

hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Sistem tubuh yang berperan

dalam kebutuhan oksigenasi yaitu saluran pernapasan bagian atas, bagian

bawah, dan paru (Hidayat, 2006).

Untuk mencegah agar tidak terjadi seperti halnya yang telah diuraikan

diatas maka perlunya penanganan masalah PPOK secara maksimal salah

satunya adalah dengan cara pemberian asuhan keperawatan kepada penderita

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

3

PPOK, oleh karena penderita cenderung mengakibatkan terjadinya gangguan

pemunuhan kebutuhan oksigenasi yang mana keaadan tersebut dapat

mengancam kehidupan penderita sehingga pemberian asuhan keperawatan

yang cepat, tepat dan efesien dapat membantu menekan angka kejadian dan

kematian Penderita PPOK.

Keadaan ini mendorong minat peneliti untuk meneliti penerapan

“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis

(PPOK) Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di RSUD

Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk

mengangkat judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru

Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di

RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara”.

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Melaporkan kasus penyakit dalam dan mampu menerapkan asuhan

keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan

yang komprehensif pada penderita PPOK di Rumah Sakit Umum

Daerah Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

4

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien PPOK.

b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien PPOK.

c. Menetapkan intervensi keperawatan pada pasien PPOK.

d. Melakukan implementasi keperawatan pada pasien PPOK.

e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien PPOK.

D. MANFAAT

a. Bagi penulis

Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas riset

keperawatan dan sebagai pengalaman yang berharga bagi penulis

dalam rangka menambah wawasan pengetahuan serta pengambangan

diri.

b. Bagi masyarakat/pasien

Keluarga pasien mengetahui tentang tindakan pertama dan dapat

melakukan perawatan tahap pertama terhadap penyakit PPOK.

c. Bagi institusi/pendidikan

Merupakan sumbangan Ilmu bagi dunia pendidikan dan dapat

menjadi referensi untuk penyusunan studi kasus selanjutnya.

Page 18: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK)

1. Pengertian

Penyakit paru-paru obstruksi kronis (PPOK) merupakan suatu

istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru paru

yang berlangsung lama (Grace & Borlay, 2011) yang ditandai oleh

adanya respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang

berbahaya (Padila, 2012). Adapun pendapat lain mengenai PPOK

adalah kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas

dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru (Smeltzer &

Bare, 2006) yang ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran

udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya (Edward. 2012).

2. Klasifikasi

Klasifikasi Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) menurut

Jackson,(2014) :

a. Asma

b. Bronkitis kronic

c. Emfisema

Page 19: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

6

3. Etiologi

Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit Paru Obstruksi Kronik

(PPOK) menurut Mansjoer (2008) dan Ovedoff (2006) adalah :

a. Kebiasaan merokok, polusi udara, paparan debu, asap dan gas-

gas kimiawi.

b. Faktor Usia dan jenis kelamin sehingga mengakibatkan

berkurangnya fungsi paru-paru, bahkan pada saat gejala

penyakit tidak dirasakan.

c. Infeksi sistem pernafasan akut, seperti peunomia, bronkitis, dan

asmaorang dengan kondisi ini berisiko mendapat PPOK.

d. Kurangnya alfa anti tripsin. Ini merupakan kekurangan suatu

enzim yang normalnya melindungi paru-paru dari kerusakan

peradangan orang yang kekurangan enzim ini dapat terkena

empisema pada usia yang relatif muda, walau pun tidak

merokok.

4. Patofisiologi

Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen

komponen asap rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil

mukus bronkus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami

kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan pada sel-sel

penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem eskalator

mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam

Page 20: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

7

jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas. Mukus berfungsi

sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan

menjadi sangat purulen. Proses ventilasi terutama ekspirasi terhambat.

Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit

dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan. (Jackson,

2014). Komponen-komponen asap rokok juga merangsang terjadinya

peradangan kronik pada paru. Mediator-mediator peradangan secara

progresif merusak strukturstruktur penunjang di paru. Akibat hilangnya

elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus, maka ventilasi

berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena

ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif

setelah inspirasi. Dengan demikian apabila tidak terjadi recoil pasif,

maka udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara kolaps.

(Grece & Borley, 2011).

5. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis menurut Reeves (2006) dan Mansjoer (2008)

pasien dengan penyakit paru obstruksi kronis adalah perkembangan

gejala-gejala yang merupakan ciri dari PPOK yaitu : malfungsi kronis

pada sistem pernafasan yang manifestasi awalnya ditandai dengan

batukbatuk dan produksi dahak khususnya yang muncul di pagi hari.

Napas pendek sedang yang berkembang menjadi nafas pendek akut.

Page 21: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

8

6. Komplikasi

Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) menurut Grece & Borley

(2011), Jackson (2014) dan Padila (2012):

a. Gagal napas akut atau Acute Respiratory Failure (ARF).

b. Corpulmonal

c. Pneumothoraks

7. Derajat PPOK

Klasifikasi derajat PPOK menurut Global initiative for chronic

Obstritif Lung Disiase (GOLD) 2011.

a. Derajat I (PPOK Ringan) : Gejala batuk kronik dan produksi

sputum ada tetapi tidak sering. Pada derajat ini pasien sering tidak

menyadari bahwa menderita PPOK.

b. Derajat II (PPOK Sedang) : Gejala sesak mulai dirasakan saat

aktivitas dan kadang ditemukan gejala batuk dan produksi sputum.

Pada derajat ini biasanya pasien mulai memeriksakan kesehatannya.

c. Derajat III (PPOK Berat) : Gejala sesak lebih berat, penurunan

aktivitas, rasa lelah dan serangan eksasernasi semakin sering dan

berdampak pada kualitas hidup pasien.

Page 22: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

9

d. Derajat IV (PPOK Sangat Berat) : Gejala di atas ditambah tanda-

tanda gagal napas atau gagal jantung kanan dan ketergantungan

oksigen. Pada derajat ini kualitas hidup pasien memburuk dan jika

eksaserbasi dapat mengancam jiwa biasanya disertai gagal napas

kronik.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Secara Umum

Proses keperawatan merupakan suatu panduan untuk memberikan

asuhan keperawatan profesional, baik untuk individu, kelompok,

keluarga,dan komunitas ( Kozier,2011).

Menurut Craven dan Hirnle,proses keperawatan memiliki enam

fase,yaitu pengkajian,diagnosis,tujuan,rencana tindakan,implementasi,dan

evaluasi.

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses

keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam

pengumpulan data dari berbagai sumber data untu mengevaluasi dan

mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian keperawatan

adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses

sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien

(Iyer,et.al.,1995).

Berikut ini data yang diperoleh ketika melakukan pengkajian pada

klien :

Page 23: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

10

a. Data Dasar

Data dasar adalah seluruh informasi tentang status kesehatan

klien.Data dasar ini meliputi data umum,data demografi,riwayat

keperawatan,pola fungsi kesehatan,dan pemeriksaan.

b. Data Fokus

Data fokus adalah informasi tentang status kesehatan klien

yang menyimpang dari keadaan normal. Data fokus dapat berupa

ungkapan klien maupun hasil pemeriksaan langsung sebagai

seorang perawat.

c. Data Subjektif

Data yang merupakan ungkapan keluhan klien secara langsung

dari klien maupun tidak langsung melalui orang lain yang

mengetahui keadaan klien secara langsung dan menyampaikan

masalah yang terjadi kepada perawat berdasarkan keadaan yang

terjadi pada klien.

d. Data Objektif

Data yang diperoleh secara langsung melalui observasi dan

pemeriksaan pada klien.Data objektif harus dapat diukur dan

diobservasi,bukan merupakan interpretasi atau asumsi dari

perawat.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu pertanyaan yang

menggambarkam respons manusia (keadaan sehat atau perubahan pola

interaksi aktual atau potensial) dari individu atau kelompok tempat kita

Page 24: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

11

secara legal mengidentifikasi dan kita dapat memberikan intervensi

secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau untuk

mengurangi,menyingkirkan,atau mencegah perubahan.Dengan kata

lain diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respons

individu,keluarga,atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau

proses kehidupan aktual ataupun potensial sebagai dasar pemilihan

intervensi keperawatan untuk mencapai hasil tempat perawat

bertanggung jawab. Tujuan diagnosis keperawatan adalah

memungkinkan kita sebagai perawat untuk menganalisis dan

menyintesis data yang telah dikelompokkan.

Tipe diagnosis keperawatan

a. Diagnosis Keperawatan Aktual

Diagnosis yang menjelaskan masalah yang nyata terjadi saat ini.

b. Diagnosis Keperawatan Risiko/Risiko Tinggi

Diagnosis keputusan klinis bahwa individu dan keluarga atau

komunitas sangat rentan untuk mengalami masalah pada situasi

yang sama atau hampir sama.

c. Diagnosis Keperawatan Kemungkinan

Diagnosis pertanyaan tentang masalah yang diduga akan terjadi

atau masih memerlukan data tambahan.

d. Diagnosis Keperawatan Sindrom

Diagnosis yang terdiri atas kelompok diagnosis keperawatan aktual

atau risiko/risiko tinggi yang diperkirakan akan muncul karena

suatu kejadian atau situasi tertentu.

Page 25: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

12

e. Diagnosis Keperawatan sejahtera

Diagnosis keputusan klinis yang divalidasi oleh ungkapan yang

subjektif yang positif ketika pola fungsi dalam keadaan afektif.

3. Tujuan Keperawatan

a. Tujuan Adsministrasi

Adsministrasi mengidentifikasi fokus keperawatan.Fokus

intervensi keperawatan dapat diidentifikasi melalui rencan

keperawatan yang disusun.

b. Tujuan Klinik

Merupakan penunjuk dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.

4. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk

mencegah,mengurangi,dan megatasi masalah-masalah yang telah

diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan.Kegiatan dalam tahap

perencanaan adalah sebagai berikut :

a. Menentukan Prioritas Masalah Keperawatan.

b. Menetapkan Tujuan Dan Kriteria Hasil.

c. Menetapkan Kriteria Hasil.

d. Merumuskan Rencana Tindakan Keperawatan.

e. Menetapkan Rasional Rencana Tindakan Keperawatan.

5. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi

pengumpulan data berkelanjutan,mengobservasi respons klien selama

Page 26: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

13

dan sesudah pelaksanaan tindakan,serta menilai data yang

baru.Keterampilan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan antara lain

sebagai berikut :

a. Keterampilan Kognitif

Keterampilan kognitif mencakup pengetahuan keperawatan yang

menyeluruh.

b. Keterampilam Interpersonal

Keterampilan interpersonal penting untuk tindakan keperawatan

yang efektifseperti berkomunikasi pada klien,keluarga,dan anggota

tim keperawatan kesehatan lainnya.

6. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan

keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil

yang di buat pada tahap perencanaan.

Tujuan evaluasi antara lain mengakhiri rencana tindakan

keperawatan, memodifikasi rencana tindakan keperawatan, serta

meneruskan rencana tindakan keperawatan.

Macam-macam evaluasi

a. Evaluasi Proses (Formatif)

Evaluasi yang dilakukan setelah selesai tindakan,berorientasi pada

etiologi,dilakukan secara terus menerus sampai tujuan yang telah

ditentukan tercapai.

Page 27: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

14

b. Evaluasi Hasil (Sumatif)

Evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan eperawatan secara

paripurna. Berorientasi pada masalah keperawatan, menjelaskan

keberhasilan/tidak berhasilan, rekapitulasi, dan kesimpulan status

kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan.

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan

Oksigenasi

1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

a. Riwayat Keperawatan

Pengkajian riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan

oksigenasi meliputi: ada atau tidak adanya riwayat gangguan pernapasan

(gangguan hidung dan tenggorokan), seperti epitaksis (kondisi akibat

luka/kecelakaan,penyakit rematik akut, sinusitis akut, hipertensi,

gangguan pada system peredaran darah, dan kanker), obstruksi nasal

(kondisi akibat polip, hipertropi tulang hidung, tumor, dan influenza),

dan keadaan lain yang menyebabkan gangguan pernpasan. Pada tahap

pengkajian keluhan atau gejala, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah

infeksi kronis dari hidung, sakit pada daerah sinus, otitis media, keluhan

nyeri pada tenggorokan, kenaikan suhu tubuh hingga 38,5 derajat celcius,

sakit kepala, lemas, sakit perut hingga muntah-muntah (pada anak-anak),

faring berwarna merah, dan adanya edema.

Page 28: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

15

b. Pengkajian Fisik

a. Inspeksi

Pengkajian ini meliputi:

1. Pertama; penentuan tipe jalan napas, seperti menilai apakah

napas spontan melalui hidung, mulut, oral, nasal, atau

menggunakan selang endotrakeal atau tracheostomi, kemudian

menentukan status kondisi seperti kebersihan, ada atau

tidaknya secret, perdarahan, bengkak, atau obstruksi mekanik;

2. Kedua; penghitungan frekuensi pernapasan dalam waktu satu

menit (umumnya, wanita bernapas sedikit lebih cepat. Apabila

kurang dari 10 kali per menit pada orang dewasa, kurang dari

20 kali per menit pada anak-anak, atau kurang dari 30 kali per

menit pada bayi, maka disebut sebagai bradipnea atau

pernapasan lambat. Gejala ini juga dijumpai pada keracunan

obat golongan barbiturat, uremia, koma diabetes, miksedema,

dan proses sesak ruang intrakranium. Bila lebih dari 20 kali per

menit pada orang dewasa, kurang dari 30 kali per menit pada

anak-anak, atau kurang dari 50 kali per menit pada bayi, maka

disebut sebagai takhipnea atau pernapasan cepat

3. Ketiga; pemeriksaan sifat pernapasan, yaitu torakal, abnormal,

atau kombinasi keduanya (pernapasn torakal atau dada adalah

mengembang dan pengempisannya rongga toraks sesuai

dengan irama inspirasi dan ekspirasi. Pernapasan abdominal

Page 29: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

16

atau perut adalah seirama inspirasi dengan mengembanganya

perut dan ekspirasinya dengan mengempisnya perut. Selain

itu, mengembang dan mengempisnya paru juga diatur oleh

pergerakan diagfagma. Pernapasan pada laki-laki adalah

neonates, sedangkan pada anak adalah abdominal atau

tarokoabdominal, karena otot interkostal pada neontus masih

lemah, untuk kemudian berkembang. Pada wanita pernapasan

yang umum adalah pernapasan torakal.

4. Keempat; pengkajian irama pernapasan, yaitu dengan

menelaah masa inspirasi dan ekspirasi (pada orang dewasa

sehat, irama pernapasannya teratur dan menjadi cepat jika

terjadi pengeluaran tenaga dalam keadaan terangsang atau

emosi, kemudian yang perlu diperhatikan pada irama

pernapasan adalah perbandingan antara inspirasi dan

ekspirasi. Pada keadaan normal, ekspirasi lebih lama dari pada

orang yang mengalami sesak napas. Keadaan normal,

perbandingan antara frekuensi pernapasan dengan frekuensi

nadi adalah 1:1, sedangkan pada keracunan obat golongan

barbiturate perbandingannya 1:6. Penyimpanan irama

pernapasan, seperti pernapasan kusmaul, dijumpai pada

keracunan alcohol, obat bius, koma diabetes, uremia, dan

proses desak ruang instranium. Pernapasan biot ditemukan

pada pasien keruskn otak. Pernapasan cheyne stoke dapat

ditemui pada pasien keracunan obat bius, penyakit jantung,

Page 30: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

17

penyakit paru, penyakit ginjal kronis, dan perdarahan pada

susunan saraf pusat.

5. Kelima; pengkajian terhadap dalam/dangkalnya pernapasan

(pada pernapasan yang dangkal, dinding toraks tampak

hamper tidak bergerak. Gejala ini timbul jika terdapat

empisema atau pergerakan dinding toraks terjadi proses desak

ruang, seperti penimbunan cairan dalam rongga pleura dan

pericardium serta konsolidasi yang dangkal dan lambat.

b. Palpasi

Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi kelainan, seperti

nyeri tekan yang dapat timbul akibat luka, peradangan setempat,

metastasis tumor ganas, pleuritis, atau pembengkakan dan

benjolan pada dada. Palpasi dilakukan untuk menentukan besar,

konsistensi, suhu, apakah dapat atau tidak dipergerakan dari

dasarnya. Melalui palpasi dapat diteliti gerakan dinding toraks

pada saat inspirasi dan ekspirasi terjadi. Cara ini juga dpat

dilakukan dari belakang dengan meletakan kedua tangan pada

kedua sisi tulang belakang. Jika pada puncak paru terdapat

fibrosis, proses tuberculosis, atau suatu tumor, maka tidak akan

ditemukan pengembangan bagian atas pada toraks. Kelainan pada

paru, seperti getaran suara atau fremitu vocal, dapat dideteksi bila

terdapat getaran sewaktu pemeriksa meletakkan tangannya pada

dada pasien ketika ia berbicara. Fremitus vocal yang jelas

mengeras dapat disebabkan oaleh konsolidari paru seperti pada

Page 31: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

18

pneumonia lobaris, tuberculosis kaseosa pulmonum, tumor paru,

atelektasis, atau kolaps paru dengan bronkus yang utuh dan tidak

tersumbat, kavitasi yang letaknya dekat permukaan paru.

Fremitus vocal menjadi lemah tau hilang sama sekali jika rongga

pleura berisi air, darah, nanah atau udara, bahkan jaringan pleura

menjadi tebal, bronkus tersumbat, jaringan paru tidak lagi elastis

(emfisema), paru menjadi fibrosis, dan terdapat kaverna dalam

paru yang letaknya jauh dari permukaan. Getaran yang terasa oleh

tangan pemeriksa dapat juga ditimbulkan oleh dahak dalam

bronkus yang bergetar pada waktu inspirasi dan ekspirasi atau

oleh pergeseran antara kedu membran pleura pada pleuritis.

c. Perkusi

Pengkajian ini bertujuan untuk menilai normal atau

tidaknya suara perkusi paru. Suara perkusi normal dalah suara

perkusi sonor, yang bunyinya seperti kata “dug-dug”. Suara

perkusi lain yang dianggap tidak normal adalah redup, seperti

pada infiltrate, konsolidasi, dan efusi pleura. Pekak, seperti suara

yang terdengar bila kita memperkusi paha kita, terdapat pada

rongga pleura yang terisi oleh cairan nanah, tumor pada

permukaan paru, atau fibrosis paru dengan penebalan pleura.

Hipersonor, bila udara relative lebih padat, ditemukan pada

enfisema, kavitas besar yang letaknya perifer, dan pneumotoraks.

Timpani, bunyinya seperti “dang-dang-dang”. Suara ini

menunjukkan bahwa di bawah tempat yang diperkusi terdapat

Page 32: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

19

penimbunan udara, seperti pada pneumotoraks dan kavitas dekat

dengan permukaan paru. Batas atas paru dapat ditentukan dengan

perkusi pada supraklavikularis kedua sisi. Bila didapat suara

perkusi yang kurang sonor, maka kita harus menafsirkan bahwa

bagian atas paru tidak berfungsi lagi dan berarti batas paru yang

sehat terletak lebih bawah dari biasa. Pada umumnya, hal ini

menunjukkan proses tuberculosis di puncak paru. Dari belakang,

apeks paru dapat diperkusi di daerah otot trpezius antara otot

leher dan pergelangan bahu yang akan memperdengarkan seperti

sonor. Batas bawah paru dapat ditentukan dengan perkusi, dimana

suara sonor pada orang sehat dapat didengar sampai iga keenam

garis midaksilaris, iga kedelapan garis mid aksilaris, dan iga

kesepuluh garis skapularis. Batas bawah paru pada orang tua agak

lebih rendah, sedangkan pada anak-anak agak lebih tinggi. Batas

bahwa meninggi pada proses fibrosis paru, konsolidasi, efusi

pleura dan asites tumor ina abdominal. Turunnya batas bawah

paru didapati pada emfisema dan pneumotoraks.

d. Auskultasi

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai adanya suara

napas, di antaranya suara napas dasar dan suara napas tambahan.

Suara napas dasar adalah suara napas pada orang dengan paru

yang sehat, seperti;

Page 33: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

20

1. Pertama; suara vasikuler, ketika suara inspirasi lebih keras

dan lebih tinggi nadanya. Bunyi napas vasikuler yang

disertai ekspirasi memanjang terjadi pada emfisema. Suara

vesikuler dapat didengar pada bagian paru-pru

2. Kedua; suara bronchial, yaitu suara yang bisa kita dengar

pada waktu inspirasi dan ekspirasi, bunyinya bisa sama

atau lebih panjang, antara inspirasi dan ekspirasi terdengar

jarak pause (jeda) yang jelas. Suara bronchial terdengar

didaerah trakea dekat bronkus, dalam keadaan tidak

normal bisa terdengar seluruh area paru

3. Ketiga; bronkovasikular, yaitu suara yang terdengar antara

vesikuler dan bronchial, ketika ekspirasi menjadi lebih

panjang, hingga hampir menyamai inspirasi. Suara ini

lebih jelas terdengar pada manubrium sterni. Pada keadaan

tidak normal juga terdengar pada daerah lain dari paru.

Suara napas tambahan, yaitu suara yang terdengar pada

dinding toraks berasal dari kelainan dalam paru, termasuk

bronkus, alveoli, dan pleura. Suara napas tambahan seperti suara

ronkhi, yaitu suara yang terjadi dalam bronkhi karena

penyempitan lumen bronkus. Sura mengi (wheezing), yaitu

ronkhi kering yang tinggi, terputus nadanya, dan panjang, terjadi

pada asma. Suara ronkhi basah, yaitu suara berisik yang terputus

akibat aliran udara yang melewati cairan (ronkhi basah, halus

sedang, atau ksar tergantung pada besarnya bronkusyang terkena

Page 34: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

21

pada umumnya terdengar pada inspirasi). Sedangkan suara

krepitasi adalah suara seperti hujan rintik-rintik yang berasal dari

bronkus, alveoli, atau kavitas yang mengandung cairan. Suara ini

dapat ditiru dengan jalan menggeser-geserkan rambut dengan ibu

jari dan telunjuk dekat telinga. Krepitasi halus menandakan

adanya eksudat dalam alveoli yang membuat alveoli saling

berkaitan, misalnya pada stadium dini pneumonia. Krepitasi

kasar, terdengar seperti suara yang timbul bila kita meniup dalam

air. Suara ini terdengar selama inspirasi dan ekspirasi. Gejala ini

dijumpai pada bronchitis (Alimul, 2009).

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan masalah

kebutuhan oksigenasi di antaranya adalah:

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas

Definisi: Kondisi dimana pasien tidak mampu membersihkan sekret

sehingga menimbulkan obstruksi saluran pernapasan dengan tujuan

mempertahankan saluran pernapasan.

Kemungkinan berhubungan dengan:

1. Menurunnya energi dan kelelahan.

2. Infeksi trakeobronkial.

3. Trauma.

4. Bedah thoraks.

Page 35: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

22

Kemungkinan data yang di temukan:

1. Suara napas tidak normal.

2. Perubahan jumlah pernapasan.

3. Batuk.

4. Sianosis.

5. Demam.

6. Kesulitan bernapas (dispnea).

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:

1. Sindrom gagal napas akut, cystic fibrosis.

2. Pneumonia, injuri dada.

3. Kanker paru, gangguan neuromuskular.

4. Penyakit obstruksi pernapasan kronis.

Tujuan yang di harapkan:

1. Saluran pernapasan pasien menjadi bersih.

2. Pasien dapat mengeluarkan sekret.

3. Suara napas dan keadaan kulit menjadi normal.

b. Ketidakefektifan pola napas

Definisi: Kondisi dimana pasien tidak mampu mempertahankan pola

inhalasi dan ekshalasi karena adanya gangguan fungsi paru.

Kemungkinan berhubungan dengan:

1. Obstruksi trakeal.

2. Perdarahan aktif.

3. Menurun nya ekspansi paru.

Page 36: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

23

4. Infeksi paru.

5. Depresi pusat pernapasan.

6. Kelemahan otot pernapasan.

Kemungkinan data yang di temukan:

1. Perubahan irama pernapasan dan jumlah pernapasan.

2. Dispnea.

3. Penggunaan otot tambahan pernapasan.

4. Suara pernapasan tidak normal.

5. Batuk di sertai dahak.

6. Menurun nya kapasitas vital.

7. Kecemasan.

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:

1. Penyakit kanker, infeksi pada dada.

2. Penggunaan obat dan keracunan alkohol.

3. Trauma dada.

4. Myasthenia gravis, guillian barre syndrome.

Tujuan yang di harapkan:

1. Pasien dapat mendemostrasiakan pola pernapasan yang efektif.

2. Data objektif menunjukkan pola pernapasan yang efektif.

3. Pasien merasa lebih nyaman dalam bernapas.

Page 37: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

24

c. Penurunan perfusi jaringan tubuh

Definisi: Kondisi dimana tidak adekuatnya pasokan oksigen akibat

menurunya nutrisi dan oksigen pada tingkat seluler.

Kemungkinan berhubungan dengan:

1. Vasokonstrinsik.

2. Hipovolemia.

3. Trombosis vena.

4. Menurunnya aliran darah.

5. Edema.

6. Perdarahan.

7. Imobilisasi.

Kemungkinan data yang ditemukan:

1. Edema.

2. Pulsasi perifer kecil.

3. Pengisian kapiler (capillary refill) lambat.

4. Perubahan warna kulit/pucat.

5. Menurunnya sensasi.

6. Penyembuhan luka lama.

7. Sianosis.

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:

1. Gagal jantung.

2. Infark miokardial.

3. Peradangan pada jantung.

Page 38: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

25

4. Hipertensi.

5. Syok.

6. Penyakit obtruksi pernapasan kronis.

Tujuan yang diharapkan:

1. Menurun nya insufisiensi jantung.

2. Suara pernapasan dalam keadaan normal.

d. Gangguan pertukaran gas

Definisi: Suatu kondisi dimana pasien mengalami penurunan

pengiriman oksigen dan karbon dioksida di antara alveoli paru dan

sistem vaskuler.

Kemungkinan berhubungan dengan:

1. Penumpukan cairan dalam paru.

2. Gangguan pasokan oksigen.

3. Obstruksi saluran pernapasan.

4. Bronkospasme.

5. Atelektasis.

6. Edema paru.

7. Pembedahan paru.

Kemungkinan data yang ditemukan:

1. Sesak napas.

2. Penurunann kesadaran.

Page 39: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

26

3. Nilai AGD tidak normal.

4. Perubahan tanda vital.

5. Sianosis/takikardia.

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:

1. Penyakit obstruksi pernapsan kronis.

2. Gagal jantung.

3. Asma.

4. Pneumonia.

Tujuan yang diharapkan:

1. Dapat menurunkan tanda dan gejala gangguan pertukaran gas.

2. Pasien dapat menunjukkan peningkatan perubahan pertukaran gas

seperti: tanda vital, nilai AGD, dan ekspresi wajah.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

Tujuan:

1. Mempertahankan jalan napas agar efektif.

2. Mempertahankan pola pemapasan agar kembali efektif.

3. Mempertahankan pertukaran gas.

4. Memperbaiki perfusi jaringan.

Page 40: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

27

Rencana Tindakan:

1. Mempertahankan jalan napas agar efektif.

a. Awasi perubahan status jalan napas dengan memonitor jumlah,

bunyi, atau status kebersihannya.

b. Berikan humidifier (pelembab).

c. Lakukan tindakan pembersihan jalan napas dengan fibrasi,

clapping, atau postural drainase (jika perlu dilakukan suction).

d. Ajarkan teknik batuk yang efektif dan cara menghindari alergen.

e. Pertahankan jalan napas agar tetap terbuka dengan memasang jalan

napas buatan, seperti oropharyngeal/nasopharyngeal airway,

intubasi endotrakea, atau trankheostomi sesuai dengan indikasi.

f. Kerja sama dengan tim medis dalam memberikan obat

bronkhodilator.

2. Mempertahankan pola pernapasan kembali efektif.

a. Awasi perubahan status pola pernapsan.

b. Atur posisi sesuai dengan kebutuhan (semifowler)

c. Berikan oksigenasi.

d. Ajarkan teknik bernapas dan relaksasi yanag benar.

3. Mempertahankan pertukaran gas.

a. Awasi perubahan status pernapasan.

b. Atur posisi sesuai dengan kebutuhan (semifowler),

c. Berikan oksigenasi.

Page 41: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

28

d. Lakukan suction bila memungkinkan.

e. Berikan nutrisi tinggi protein dan rendah lemak.

f. Ajarkan teknik bernapas dan relaksasi yang benar.

g. Pertahankan berkembangnya paru dengan memasang ventilasi

mekanis,chest tube, dan chest drainase sesuai dengan indikasi.

4.Memperbaiki perfusi jaringan

a. Kaji perubahan tingkat perfusi jaringan (capillary refill time)

b. Berikan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan

c. Pertahankan asupan dan pengeluaran

d. Cegah adanya perdarahan

e. Hindari terjadi nya valsava manuver seperti mengedan, menahan

napas dan batuk

f. Pertahankan perfuasi dengan tranfusi sesuai dengan indikasi.

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

a. Latihan Napas Dalam

Latihan napas dalam merupakan cara bernapas untuk

memperbaiki ventilasi alveoli atau memelihara pertukaran gas,

mencegah atelektaksis, meningkatkan efisiensi batuk, dan megurangi

stress.

Page 42: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

29

Prosedur Kerja:

a. cuci tangan

b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

c. Atur posisi duduk atau tidur telentang

d. Anjurkan untuk mulai latihan dengan cara menarik napas

melalui hidung dengan mulut tertutup

e. Anjurkan untuk menahan napas selama 1-1,5 detik,

kemudian disusul dengan menghembuskan napas melalui

bibir dengan bentuk mulut mencucu atau seperti orang

meniup

f. Catat respons yang terjadi

g. Cuci tangan.

b. Latihan Batuk Efektif

Latihan batuk efektif merupakan cara untuk melatih pasien yang

tidak memiliki kemampuan batuk secara efektif dengan tuyuan untuk

membersihkan laring, trakea, dan bronkiolun dari sekret atau benda

asing di jalan napas.

Prosedur Kerja:

a. Cuci tangan

b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

c. Atur posisi pasien dengan duduk di tepi tempat tidur

membungkuk ke depan

Page 43: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

30

d. Anjurkan untuk menarik napas secam nelan dan dalam

dengan menggunakan pernapasan diafragma

e. Setelah itu tahan napas kurang lebih 2 detik

f. Batukkan 2 kali dengan mulut terbuka

g. Tarik napas dengan ringan

h. Istirahat

i. Catat respon yang terjadi

j. Cuci tangan.

c. Pemberian oksigen

Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan cara

memberikan oksigen ke dalam paru melalul saluran pemapasan dengan

menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat

dilakukan melalui tiga cara,yaitu melalui kanula, nasal, dan masker

dengan tujuan memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya

hipoksia.

Alat dan bahan:

1. Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier.

2. Nasal kateter, kanula, atau masker.

3. Vaselin/jeli.

Prosedur Kerja:

1. Cuci tangan

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

Page 44: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

31

3. Cek flowmeter dan humidifier.

4. Hidupkan tabung oksigen.

5. Atur pasien pada posisi semifowler atau sesuai dengan kondisi

pasien.

6. Berikan oksigen melalui kanula atau masker

7. Apabila menggunakan kateter, terlebih dulu ukur jarak hidung

dengan telinga,setelah itu beri jeli dan masukkan.

8.Catat pemberian dan lakukan obsevasi.

9.Cuci tangan.

d. Fisioterapi Dada

Fisioterapi merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan

postural dada gangguan sistem drainase, clapping, dan vibrating pada

pasien dengan efisiensi pola pernapasan. Tindakan ini dilakukan dengan

tujuan meningkatkan pernapasan dan membersihkan jalan napas.

Alat dan Bahan:

1. Pot sputum berisi desinfektan.

2. Kertas tisu.

3. Dua balok tempat tidur drainase.

4. satu (untuk postural bantal (untuk postural drainase)

Prosedur Kerja:

a. Postural Drainase

1. Cuci tangan.

2. Jclaskan prosedur yang akan dilaksanakan.

3. Miringkan pasien arah membersihkan paru bagian kanan

Page 45: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

32

4. Miringkan tubuh pasien ke arah kanan (untuk membersihkan paru

bagian kiri).

5. Miringkan tubuh pasien ke kiri dan tubuh bagian belakangkanan

disokong dengan satu bantal (untuk membersihkan bagian lobus

tengah).

6. Lakukan postural drainase kurang lebih 10-15 menit.

7. Observasi tanda vital selama prosedur.

8. Setelah pelaksanaan postural drainase, lakukan clapping, vibrating,

dan suction.

9. Lakukan hingga lendir bersih.

10. Catat respons yang teriadi.

11. Cuci tangan.

b. Clapping:

1. Cuci tangan

2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.

3. Atur posisi pasien sesuai dengan kondisinya.

4. Lakukan clapping dengan cara kedua tangan perawat menepuk

punggung pasien secara bergantian untuk merangsang terjadinya

batuk.

5. Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk mena

pada pot sputum.

6. Lakukan hingga lendir bersih.

7. Catat respons yang terjadi.

8. Cuci tangan.

Page 46: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

33

c. Vibrating:

1. cuci tangan.

2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.

3. Atur posisi pasien sesuai dengan kondisi.

4. Lakukan vibrating dengan cara anjurkan pasien untuk menarik napas

dalam dan mengeluarkannya secara perlahan. Kedua tangan perawat

diletakkan dibagian atas samping depan cekungan iga, kemudian

getarkan secara perlahan, dan lakukan berkali-kali hingga pasien

terbatuk.

5. EVALUASI

Evaluasi terhadap masalah kebutuhan oksigenasi secara umum dapat

dinilai dari adanya kemampuan dalam:

1. Mempertahankan jalan napas secara efekttif yang ditunjukkan dengan

adanya kemampuan untuk bernapas, jalan napas bersih, tidak ada sumbatan,

frekuensi, irama, dan kedalaman napas normal, serta tidak ditemukan

adanya tanda hiposia.

2. Mempertahankan pola pernapasan secara efektif yang ditunjukkan dengan

adanya kemampuan untuk bernapas, frekuensi, irama, dan kedalam napas

normal, tidak ditemukan adanya tanda hipoksia, serta kemampuan paru

berkembang dengan baik.

Page 47: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

34

3. Mempertahankan pertukaran gas secara efektif yang ditunjukkan

denganadanya kemampuan untuk bernapas, tidak ditemukan dispnea pada

usaha napas, inspirasi, dan ekspirasi dalam batas normal, serta siturasi

oksigen dan pCO2 dalam keadaan normal.

4. Meningkatkan perfusi jaringan yang ditunjukkan dengan adanya kemampua

pengisian kapiler, frekuensi, irama, kekuatan nadi dalam batas normal, dan

status hidrasi normal (Alimul, 2009).

Page 48: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

35

BAB III

METODE PENELITIAN

1) Rancangan Studi Kasus

Rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat

memperoleh jawaban dari pertanyaan penelitian. Desain penelitian mengacu

pada jenis atau macam penelitian yang dipilih untuk mencapai tujuan

penelitian, serta berperan sebagai alat dan pedoman untuk mencapai tujuan

tersebut (Setiadi, 2013). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode observasional deskriptif studi kasus yaitu suatu pengamatan terhadap

prosedur tindakan yang dilakukan orang lain dan atau peneliti yang dilaporkan

secara lengkap tentang keadaan atau kondisi yang menjadi fokus studi

(Arikunto, 2006).

Sedangkan jenis desain pada penelitian ini adalah penelitian studi kasus.

Studi kasus adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan cara

meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal.

Unit tunggal disini dapat berarti satu orang, sekelompok penduduk yang

terkena suatu masalah, sekelompok masyarakat di suatu daerah. Unit yang

menjadi kasus tersebut secara mendalam dianalisis baik dari segi yang

berhubungan dengan keadaan kasus itu sendiri, faktor-faktor yang

mempengaruhi, kejadian-kejadian khusus yang muncul sehubungan dengan

kasus, maupun tindakan dan reaksi kasus terhadap suatu perlakuan atau

pemaparan tertentu. Meskipun di dalam studi kasus ini yang diteliti hanya

berbentuk unit tunggal, namun dianalisis secara mendalam (Notoatmodjo,

Page 49: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

36

2010). Dalam studi kasus ini informasi yang diperoleh dan dieksplorasi adalah

“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis

(PPOK) Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di RSUD Bahteramas

Provinsi Sulawesi Tenggara”

2) Subyek Studi Kasus

Subyek penelitian meliputi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi

merupakan kriteria dimana subyek penelitian dalam sampel penelitian

memenuhi syarat sebagai sampel atau sesuai dengan ciri-ciri yang perlu

dipenuhi setiap sampel. Kriteria eksklusi merupakan suatu kriteria atau ciri-ciri

dimana subyek tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi kriteria

sebagai sampel penelitian (Notoatmodjo, 2010).

Pada penelitian ini peneliti mengambil 1 subyek penelitian, adapun

kriterianya yaitu kriteria inklusi:

a) Penderita PPOK berusia 18 tahun ke atas.

b) Penderita PPOK yang berobat di ruang rawat inap RSUD. Bahtramas Prov.

Sultra.

c) Subyek penelitian bersedia menjadi responden dan kooperatif.

3) Fokus Studi

Fokus studi adalah karakteristik yang diamati yang mempunyai variasi

nilai dan merupakan operasionalisasi dari suatu konsep agar dapat diteliti

secara empiris atau ditentukan tingkatannya (Setiadi, 2013). Fokus studi dalam

Page 50: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

37

penelitian ini adalah “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru

Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di

RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara”

4) Definisi Operasional

Definisi operasional diartikan sebagai penjelasan semua variabel dan

istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga

akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian

(Setiadi, 2007).

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

a. Penyakit paru-paru obstruksi kronis (PPOK) merupakan suatu istilah yang

sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru paru yang berlangsung

lama (Grace & Borlay, 2011) yang ditandai oleh adanya respons inflamasi

paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya (Padila, 2012).

b. Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang

digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan

hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Sistem tubuh yang berperan

dalam kebutuhan oksigenasi yaitu saluran pernapasan bagian atas, bagian

bawah, dan paru (Hidayat, 2006).

c. Asuhan keperawatan merupakan proses pemberian pelaksanaan

keperawatan secara langsung yang terdiri dari:

1. Pengkajian riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan oksigenasi

meliputi: ada atau tidak adanya riwayat gangguan pernapasan

(gangguan hidung dan tenggorokan), seperti epitaksis (kondisi akibat

Page 51: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

38

luka/kecelakaan,penyakit rematik akut, sinusitis akut, hipertensi,

gangguan pada system peredaran darah, dan kanker), obstruksi nasal

(kondisi akibat polip, hipertropi tulang hidung, tumor, dan influenza),

dan keadaan lain yang menyebabkan gangguan pernpasan.

2. Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang

menggambarkan respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola

interaksi aktual/potensial) dari individu atau kelompok tempat anda

secara legal mengidentifikasikan dan anda dapat memberikan intervensi

secara pasti untuk menjaga status kesehatan untuk mengurangi,

menyingkirkan, atau mencegah perubahan.

Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada diagnosa

keperawatan: Ketidakefektifan bersihan jalan napas.

Definisi: Kondisi dimana pasien tidak mampu membersihkan sekret

sehingga menimbulkan obstruksi saluran pernapasan dengan tujuan

mempertahankan saluran pernapasan.

3. Perencanaan merupakan langkah kegiatan dalam proses keperawatan

yang membutuhkan berbagai pengetahuan dan keterampilan,

diantaranya pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan dari pasien,

nilai dan kepercayaan pasien, batasan praktik keperawatan, peran dari

tenaga kesehatan lainnya, kemampuan dalam memecahkan masalah,

mengambil keputusan, menulis tujuan, serta memilih tujuan, menulis

instruksi keperawatan, dan bekerja sama dengan tingkat kesehatan

lainnnya.

Page 52: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

39

4. Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari intervensi

keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Didalam

kegiatannya terdapat pengumpulan data yang berkelanjutan dan

melakukan observasi pada pasien sebelum atau sesudah melakukan

tindakan.

5. Evaluasi keperawatan adalah suatu penilaian dengan membandingkan

perubahan keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah

dibuat. Dalam studi kasus ini akan melakukan evaluasi terhadap data

keluhan pasien dilakukan observasi sebelum dan setelah melakukan

tindakan apakah mengalami perubahan atau tidak.

d. Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan asuhan keperawatan pada

pasien PPOK selama 3 x 24 jam dan untuk tindakan peneliti akan

melakukannya kurang lebih 10 - 20 menit dengan NOC : Status

Pernapasan dengan kriteria hasil :

1. Frekuensi pernapasan (5)

2. Irama pernapasan (5)

3. Kedalaman inspirasi (5)

4. Kepatenan jalan napas (5)

Dalam melakukan pengkajian sampai dengan evaluasi dibutuhkan alat

ukur untuk melihat bagaimana intensitas yang dirasakan pasien dan tingkat

keberhasilan suatu intervensi terhadap masalah yang dialami pasien,

dengan menggunakan kriteria objektif.

Page 53: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

40

1. Sangat terganggu (1)

2. Banyak terganggu (2)

3. Cukup terganggu (3)

4. Sedikit terganggu (4)

5. Tidak terganggu (5)

NIC : Manajemen jalan napas :

1. Monitor status pernapasan dan oksigenasi

2. Posisikan pasien (semi fowler)

3. Ajarkan/instruksikan batuk efektif

4. Kolaboratif : Kelola pengobatan aerosol.

5) Tempat dan waktu

Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap RSUD. Bahteramas Provinsi

Sulawesi Tenggara Waktu Penelitian ini dilakukan selama 3 x 24 jam.

6) Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini diurutkan melalui tahap

tahap yaitu:

1. Prosedur administrasi.

a. Peneliti mengajukan permohonan studi kasus pendahuluan ke Poltekkes

Kemenkes Kendari Jurusan DIII Keperawatan yang ditujukan ke

RSUD. Bahtramas Prov. Sultra.

Page 54: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

41

b. Peneliti diberikan surat pengambilan data dari Poltekkes Kemenkes

Kendari Jurusan DIII Keperawatan yang ditujukan kepada RSUD.

Bahtramas Prov. Sultra.

2. Tahap pelaksanaan.

a. Peneliti mendata pasien PPOK di RSUD. Bahtramas Prov. Sultra.

b. Peneliti memberikan penjelasan kepada pasien tentang gambaran umum,

tujuan, manfaat, dan kerugian yang dapat ditimbulkan.

c. Peneliti menjelaskan SOP kepada pasien.

d. Setelah menjelaskan, peneliti meminta persetujuan kepada subyek

penelitian secara tertulis dengan memberikan lembar informed consent.

e. Kegiatan pengambilan data dilakukan 3 kali selama kurang lebih 3 hari

dan dilakukan dalam waktu 10 - 20 menit pada saat tidak terjadi

serangan.

f. Peneliti melakukan intervensi sesuai dengan SOP.

7) Penyajian data

Penyajian data dalam penelitian ini yaitu dalam bentuk tesktular atau

narasi disertai dengan ungkapan verbal dari subjek studi kasus yang merupakan

data pendukungnya.

Page 55: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

42

8) Etika Studi Kasus

Secara umum prinsip etika dalam penelitian/pengumpulan data dapat

dibedakan menjadi tiga bagian sebagai berikut (Nursalam, 2008):

1. Prinsip Manfaat

a. Bebas dari penderitaan Penelitian dilaksanakan tanpa mengakibatkan

penderitaan kepada subyek penelitian, khususnya jika menggunakan

tindakan khusus.

b. Bebas dari eksploitasi Partisipasi subyek dalam penelitian harus dihindarkan

dari keadaan yang tidak menguntungkan.

c. Resiko Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan keuntungan

yang akan berakibat kepada subyek pada setiap tindakan.

2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)

a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self determination). Subyek

harus diperlakukan secara manusiawi. Subyek mempunyai hak memutuskan

apakah mereka bersedia menjadi subyek atau tidak, tanpa adanya sangsi

apapun atau akan berakibat terhadap kesembuhannya, jika mereka seorang

klien.

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right to full

disclosure). Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci serta

bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subyek.

Page 56: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

43

c. Informed Consent Subyek harus mendapatkan informasi secara lengkap

tentang tujuan penelitian yang telah dilaksanakan, mempunyai hak untuk

bebas berpartisipasi atau menolak menjadi subyek penelitian. Pada informed

consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya

dipergunakan untuk pengembangan ilmu.

Page 57: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

44

BAB IV

HASIL & PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus

1. Pengkajian Keperawatan

FORMAT PENGKAJIAN

Hari tanggal : 25 Agustus 2018

Ruang / Kelas : Laika Waraka Interna B

No. Register : 53-26-26

Diagnosa Medis : PPOK

DATA DEMOGRAFI

I. IDENTITAS KLIEN

Nama : Tn. M

Umur : 62 tahun

Jenis kelamin : L

Agama : Islam

Suku / Bangsa : Bugis

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Wiraswasta

Status perkawinan : Menikah

Alamat : Jln. Tupai

Page 58: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

45

II. IDENTITAS PENAGGUNG JAWAB

Nama orang tua / istri / suami : Ny. J

Umur : 27 tahun

Jenis Kelamin : P

Agama : Islam

Suku / Bangsa : Bugis

Pendidikan : S1

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jln. Tupai

Sumber biaya : -

RIWAYAT KESEHATAN

Alasan pasien masuk RS : Pasien mengatakan sesak, batuk dan terdapat

lendir/sekret pada jalan napas.

I. Riwayat Kesehatan Sekarang

Kronologis keluhan : Pasien mengatakan keluhan/penyakitnya sudah terjadi

sejak beberapa bulan lalu, sekarang pasien mengatakan

masih batuk dan terdapat lendir/sekret pada jalan napas,

tetapi pasien mengatakan sudah tidak begitu sesak.

Page 59: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

46

II. Riwayat Penyakit Masa Lalu

Penyakit yang pernah diderita : Hipertensi

Pada masa kapan : Beberapa tahun lalu

Kecelakaan / trauma : -

Pernah dirawat di RS : Ya

Penyakit lain : Hipertensi

III. Riwayat Imunisasi

Imunisasi yang pernah didapat : -

IV. Riwayat Alergi

Faktor resiko (obat, makanan, minuman, binatang, dll): -

Reaksi terhadap tubuh : -

Pengobatan / perawatan : -

V. Pola Hidup / Kebiasaan (yang mempengaruhi kesehatan klien)

Merokok : Ya

Jenis (filter, kretek, dll) : Tidak menentu

Frekuensi : Tidak menentu

Jumlah : Tidak menentu

Sejak kapan : Sejak masih muda

Minuman keras : Tidak

Jenis : -

Page 60: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

47

Frekuensi : -

Jumlah : -

Sejak kapan : -

Alasan : -

Ketergantungan obat : Tidak

Jenis : -

Frekuensi : -

Jumlah : -

Sejak kapan : -

Alasan : -

VI. Riwayat Kesehatan Keluarga

Mempunyai penyakit keturunan : Tidak

Mempunyai penyakit menular : Tidak

Perawatan / pengobatan : -

Page 61: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

48

Genogram :

Gambar 1

Genogram

Keterangan : 1. = Laki laki

2. = Perempuan

3. = Meniggal

4. = Pasien

5. ? = Umur tidak diketahui

? ?

27

77

7

Page 62: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

49

VII. Riwayat Psikologis

Status mental emosional pasien saat sakit: Baik

Mekanisme koping yang efektif digunakan pasien: -

Keyakinan / harapan menjalani perawatan / pengobatan: Ingin segera lekas

sembuh.

Penerimaan / perolokan pasien: -

Kemampuan pasien mendiskusikan masalah kesehatan: Baik

VIII. Riwayat Sosial

Pola komunikasi; verbal / non verbal / kombinasi: Baik

Orang terdekat klien / sumber pendukung utama: Keluarga

Interaksi dengan lingkungan (Orang/tempat/waktu): Baik

Hubungan dengan keluarga: Baik

Penyakit / perawatan di RS mengancam pekerjaan pasien: Tidak

Kepatuhan terhadap terapi yang ada: Baik

IX. Spiritual

Ibadah setelah sakit teratur / terganggu: Terganggu

Ibadah lain yang dilakukan: -

Keyakinan yang bertentantangan dengan perawatan atau pengobatan: ...

Tidak ada.

Page 63: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

50

PENGKAJIAN FISIK

1. Keadaan Umum

a. Tanda-tanda vital

Tekanan Darah : 140/70 mmHg

Nadi : 88 x/menit

Nafas : 24 x/menit

Suhu : 36,3°C

b. TB : -

BB : -

2. Sistem Pernafasan / Kebutuhan Oksigenasi

a. Jalan nafas = bersih ( ), tidak bersih (+), dengan aktifitas (+), tanpa aktifitas

( )

b. Menggunakan otot-otot pernafasan = Tidak

c. Kedalaman = dalam (+), dangkal ( ).

d. Irama = teratur (+), tidak teratur ( ).

e. Batuk = Ya (+), tidak ( ), produktif ( ), non produktif (+).

f. Sputum = putih (+), kuning ( ), hijau ( ).

g. Konsistensi = kental (+), encer ( ), ada darah ( ).

h. Suara nafas = normal ( ), ronchi (+), wheezing ( ), gurgling ( ).

Page 64: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

51

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Glukosa = 142 (70-180 mg/dl)

2. Ureum = 61 (P = 15-40 mg/dl)

3. Creatinine = 0,6 (P = 0,5-1,0 mg/dl)

4. SGOT/AST = 40 (L = < 45 U/L)

5. SGPT/ALT = 64 (L = < 41 gr/dl)

PENATALAKSANAAN

1. Aminufilin 1 gram/18 jam.

2. Ceftriaxon 1 gram/12 jam.

3. mp 125 1 gram/12 jam.

4. Asetil sistein 3x1.

Page 65: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

52

Klasifikasi Data

DS : 1. Pasien mengatakan batuk.

2. Pasien mengatakan terdapat lendir/sekret pada jalan napas.

3. Pasien mengatakan sudah tidak begitu sesak.

DO : 1. Pasien nampak batuk.

2. Terdapat lendir/sekret pada jalan napas.

3. Pasien nampak tidak menggunakan otot bantu pernapasan.

4. Irama pernapasan teratur.

5. Sputum putih dan kental.

6. Suara napas ronchi.

7. Tanda - tanda vital :

a. Tekanan darah = 140/70 mmHg

b. Nadi = 88 x/menit

c. Pernapasan = 24 x/menit

d. Suhu = 36,3°C

8. Pemeriksaan penunjang :

a. Glukosa = 142 (70-180 mg/dl)

b. Ureum = 61 (P = 15-40 mg/dl)

c. Creatinine = 0,6 (P = 0,5-1,0 mg/dl)

d. SGOT/AST = 40 (L = < 45 U/L)

e. SGPT/ALT = 64 (L = < 41 gr/dl)

Page 66: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

53

9. Terapi :

a. Aminufilin 1 gram/18 jam.

b. Ceftriaxon 1 gram/12 jam.

c. mp 125 1 gram/12 jam.

d. Asetil sistein 3x1.

Analisa Data

Tabel 1

Analisa Data

No. Data Etiologi Problem

1. DS :

1. Pasien mengatakan batuk.

2. Pasien mengatakan terdapat

lendir/sekret pada jalan napas.

3. Pasien mengatakan sudah

tidak begitu sesak.

DO :

1. Pasien nampak batuk.

2. Terdapat lendir/sekret pada

jalan napas.

3. Pasien nampak tidak

menggunakan otot bantu

pernapasan.

4. Irama pernapasan teratur.

5. Sputum putih dan kental.

6. Suara napas ronchi.

Obstruksi

jalan napas :

mukus/sekret

berlebih.

Ketidakefektifan

bersihan jalan

napas.

Page 67: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

54

7. Tanda - tanda vital :

a. Tekanan darah =

140/70 mmHg

b. Nadi = 88 x/m

c. Pernapsan = 24 x/m

d. Suhu = 36,3°C

8. Pemeriksaan penunjang :

a. Glukosa = 142 (70-

180 mg/dl)

b. Ureum = 61 (P = 15-

40 mg/dl)

c. Creatinine = 0,6 (P =

0,5-1,0 mg/dl)

d. SGOT/AST = 40 (L =

<45 U/L)

e. SGPT/ALT = 64 (L =

<41 gr/dl)

9. Terapi :

a. Aminufilin 1 gram/18

jam

b. Ceftriaxon 1 gram/12

jam

c. mp 125 1 gram/12 jam

d. Asetil sistein 3x1.

Page 68: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

55

2. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi jalan napas :

mukus/sekret berlebih. Ditandai dengan :

DS : 1. Pasien mengatakan batuk.

2. Pasien mengatakan terdapat lendir/sekret pada jalan

napas.

3. Pasien mengatakan sudah tidak begitu sesak.

DO : 1. Pasien nampak batuk.

2. Terdapat lendir/sekret pada jalan napas.

3. Pasien nampak tidak menggunakan otot bantu

pernapasan.

4. Irama pernapasan teratur.

5. Sputum putih dan kental.

6. Suara napas ronchi.

7. Tanda - tanda vital :

a. Tekanan darah = 140/70 mmHg

b. Nadi = 88 x/menit

c. Pernapasan = 24 x/menit

d. Suhu = 36,3°C

Page 69: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

56

8. Pemeriksaan penunjang :

a. Glukosa = 142 (70-180 mg/dl)

b. Ureum = 61 (P = 15-40 mg/dl)

c. Creatinine = 0,6 (P = 0,5-1,0 mg/dl)

d. SGOT/AST = 40 (L = < 45 U/L)

e. SGPT/ALT = 64 (L = < 41 gr/dl)

9. Terapi :

a. Aminufilin 1 gram/18 jam.

b. Ceftriaxon 1 gram/12 jam.

c. mp 125 1 gram/12 jam.

d. Asetil sistein 3x1.

Page 70: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

57

3. Intervensi Keperawatan

Tabel 2

Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan

Tujuan &

kriteria hasil

(NOC :

Status

pernapasan)

Intervensi

Keperwatan

(NIC :

Manajemen

jalan napas)

Rasional

1. Ketidakefektifan bersihan jalan

napas b.d Obstruksi jalan napas

: mukus/sekret berlebih.

Ditandai dengan:

DS :

1. Pasien mengatakan

batuk.

2. Pasien mengatakan

terdapat lendir/sekret

pada jalan napas.

3. Pasien mengatakan

sudah tidak begitu

sesak.

DO :

1. Pasien nampak batuk.

2. Terdapat lendir/sekret

pada jalan napas.

3. Pasien nampak tidak

menggunakan otot

bantu pernapasan.

4. Irama pernapasan

Setelah

diberikan

asuhan

keperawat

an 3×24

jam, di

harapkan

keluhan

pasien

dapat

teratasi

dengan

Kriteria

Hasil :

1) Frekue

nsi

pernap

asan

(5)

2) Irama

pernap

a. Monitor

status

pernapasan

dan

oksigenasi.

b. Posisikan

pasien

(semi

fowler).

c. Ajarkan/in

struksikan

batuk

efektif.

a. Meng

etahui

status

pernap

san

dan

oksige

nasi

pasien

b. Memb

antu

sirkula

si

oksige

n

pasien

c. Memb

antu

pengel

uaran

mukus

Page 71: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

58

teratur.

5. Sputum putih dan

kental.

6. Suara napas ronchi.

7. Tanda - tanda vital :

a. Tekanan darah

= 140/70 mmHg

b. Nadi = 88 x/m

c. Pernapsan = 24

x/m

d. Suhu = 36,3°C

8. Pemeriksaan

penunjang:

a. Glukosa = 142

(70-180 mg/dl)

b. Ureum = 61 (P

= 15-40 mg/dl)

c. Creatinine = 0,6

(P = 0,5-1,0

mg/dl)

d. SGOT/AST =

40 (L = <45

U/L)

e. SGPT/ALT =

64 (L = <41

gr/dl)

asan

(5)

3) Kedala

man

inspira

su (5)

4) Kepate

nan

jalan

napas

(5)

d. Kolaborati

f: Kelola

pengobata

n aerosol.

/sekret

berleb

ih.

d. Merin

ganka

n

keluha

n

klien.

Page 72: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

59

9. Terapi :

a. Aminufilin 1

gram/18 jam

b. Ceftriaxon 1

gram/12 jam

c. mp 125 1

gram/12 jam

d. Asetil sistein

3x1.

4. Implementasi Keperawatan

Tabel 3

Implementasi keperawatan

No. Hari/

tgl

Diagnosa

Keperawatan Jam

Implementasi

keperawatan Evaluasi

1. Rabu/

25 Juli

2018

Ketidakefektif

an bersihan

jalan napas b.d

Obstruksi jalan

napas :

mukus/sekret

berlebih.

14.00

1. Melakukan monitor

status pernapasan

dan oksigenasi.

Hasil :

a. Pernapasan

= 24

x/menit.

b. Irama

teratur.

c. Terdapat

lendir/sekret

pada jalan

napas.

d. Kedalaman

inspirasi

baik.

S:

1. Pasien

mengata

kan

masih

batuk.

2. Pasien

mengata

kan

masih

terdapat

lendir/se

kret pada

jalan

napas.

Page 73: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

60

14.05

14.15

14.25

2. Memposisikan

pasien (semi

fowler)

Hasil : Pasien

mengatakan merasa

lebih baik.

3. Mengajarkan/meng

instruksikan batuk

efektif.

Hasil : Pasien

nampak kooperatif,

mampu mengikuti,

dan mampu

mempraktekan.

4. Melakukan

kolaboratif:

Mengelola

pengobatan aerosol.

Hasil : Pasien

nampak kooperatif

dan menerima

pengobatan.

O:

1. Pasien

nampak

masih

batuk.

2.

Nampak

masih

ada

lendir/se

kret pada

jalan

napas.

A:

Masalah

belum

teratasi.

P:

Interven

si

dilanjutk

an.

2. Kamis/

26 Juli

2018

14.00

14.10

1. Melakukan monitor

status pernapasan

dan oksigenasi.

Hasil :

a. Pernapasan

= 26

x/menit.

b. Irama

teratur.

c. Terdapat

lendir/sekret

pada jalan

napas.

d. Kedalaman

inspirasi

baik.

2. Memposisikan

pasien (semi fowler)

Hasil : Pasien

mengatakan merasa

lebih baik.

S:

1. Pasien

mengata

kan

masih

batuk.

2. Pasien

mengata

kan

masih

terdapat

lendir/se

kret pada

jalan

napas.

O:

1. Pasien

nampak

masih

batuk.

2.

Nampak

Page 74: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

61

14.20

14.30

3. Mengajarkan/mengi

nstruksikan batuk

efektif.

Hasil : Pasien

nampak kooperatif,

mampu mengikuti,

dan mampu

mempraktekan.

4. Melakukan

kolaboratif:

Mengelola

pengobatan aerosol.

Hasil : Pasien

nampak kooperatif

dan menerima

pengobatan.

1. m

o

n

i

t

o

r

s

t

a

t

u

s

p

e

r

n

a

n

M

masih

ada

lendir/se

kret pada

jalan

napas.

A:

Masalah

belum

teratasi.

P:

Interven

si

dilanjutk

an.

Page 75: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

62

3. Jumat/

27 Juli

2018

14.00

14.05

14.15

14.25

1. Melakukan monitor

status pernapasan

dan oksigenasi.

Hasil :

a. Pernapasan

= 22

x/menit.

b. Irama

teratur.

c. Terdapat

lendir/sekret

pada jalan

napas.

d. Kedalaman

inspirasi

baik.

2. Memposisikan

pasien (semi fowler)

Hasil : Pasien

mengatakan merasa

lebih baik.

3. Mengajarkan/mengi

nstruksikan batuk

efektif.

Hasil : Pasien

nampak kooperatif,

mampu mengikuti,

dan mampu

mempraktekan.

4. Melakukan

kolaboratif:

Mengelola

pengobatan aerosol.

Hasil : Pasien

nampak kooperatif

dan menerima

pengobatan.

S:

1. Pasien

mengata

kan

masih

batuk.

2. Pasien

mengata

kan

masih

terdapat

lendir/se

kret pada

jalan

napas.

O:

1. Pasien

nampak

masih

batuk.

2.

Nampak

masih

ada

lendir/se

kret pada

jalan

napas.

A:

Masalah

belum

teratasi.

P:

Interven

si

dilanjutk

an.

Page 76: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

63

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dilakukan setiap hari selama Tn. M dirawat, pada hari ke 3

dirawat Tn. M menunjukkan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan

jalan napas sebagian teratasi, dengan kriteria hasil frekuensi pernapasan tidak

terganggu (5), irama pernapsan tidak terganggu (5), kedalaman inspirasi

tidak terganggu (5), dan kepatenan jalan napas cukup terganggu (3).

B. Pembahasan Studi Kasus

Penulis akan membahas mengenai hasil dari studi kasus yang telah

dilakukan dengan teori yang telah disajikan sebelumnya untuk mengetahui

apakah terdapat kesenjangan antara hasil yang ditemukan penulis dengan teori.

Untuk memudahkan dalam mengetahui apakah terdapat kesenjangan seperti

yang dimaksudkan di atas, maka penulis membahas dengan menggunakan

pendekatan proses keperawatan. Selama penulis melakukan asuhan

keperawatan pada pasien tersebut, penulis mengacu pada pendekatan

keperawatan yang meliputi: pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,

intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.

Page 77: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

64

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan merupakan pendekatan sistematik dari

pengumpulan, verifikasi dan komunikasi tentang data pasien. Fase proses

keperawatan ini terdiri dari dua bagian, yaitu data primer (pasien) , dan sumber

sekunder (keluarga pasien dan tenaga kesehatan) dan penggunaan analisis data

sebagai dasar untuk penentuan diagnosa keperawatan, sehingga dengan adanya

pengkajian yang tepat dapat menentukan langkah berikutnya. (Wilkinson,

2014)

Secara umum data yang ditemukan pada Tn. M tidak jauh berbeda dengan

data fokus dalam teori. Namun masih ada beberapa data yang tidak sama

dengan teori. Pembahasannya adalah sebagai berikut : Keluhan utama Pada Tn.

M, ditemukan pasien mengalami dispnea. Menurut Smeltzer & bare (2008)

pasien dengan PPOK biasanya ditemukan dispnea yang disebabkan oleh

sumbatan jalan napas karena penumpukan sekret. Riwayat Penyakit

Dahulu/masa lalu Pada Tn. M ditemukan bahwa pasien dulu pernah menderita

sakit hipertensi, tekanan darah 140/70 mmHg. Pasien mengatakan dahulu

perokok aktif. Hal ini dibenarkan oleh Jackson (2014) karena pola hidup yang

tidak sehat dapat menjadi penyebab terjadinya PPOK yaitu salah satunya

merokok. PPOK yang diderita pasien merupakan PPOK tipe II yaitu PPOK

yang disebabkan oleh pola hidup atau gaya hidup yang tidak sehat dan terjadi

dispnea saat beraktivitas (GOLD 2011).

Page 78: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

65

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan

objektif yang telah diperoleh melalui pengkajian. Diagnosa keperawatan ini

dapat digunakan sebagai keputusan klinik yang mencakup respon klien,

keluarga dan komunitas terhadap sesuatu yang berpotensi sebagai masalah

kesehatan.

Pada studi kasus ini penulis mengangkat diagnosa keperawatan

ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi jalan napas : mukus/sekret

berlebih. Pada Tn. M penulis menemukan pasien mengalami batuk disertai

sekret. Menurut Wilkinson (2013) hal ini biasanya terjadi pada pasien PPOK

karena adanya peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif,

kelelahan/berkurangnya tenaga dan infeksi bronkopulmonal.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dilakukan untuk perilaku

spesifik dari tindakan yang akan dilakukan oleh perawat. Dari diagnosa yang

muncul, selanjutnya dibuat rencana keperawatan sebagai langkah untuk

melakukan tindakan pemecahan masalah keperawatan berdasarkan diagnosa

keperawatan.

Menurut Nursing Interventions Clasification (2016), intervensi yang dapat

diberikan pada diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas

adalah manajemen jalan napas, dengan tindakan: monitor status pernapasan,

posisikan pasien dengan posisi semi fowler, ajarkan/instruksikan batuk efektif,

dan kolaboratif: kelola pengobatan aerosol.

Page 79: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

66

Dalam penelitian ini, intervensi keperawatan yang diberikan pada Tn. M

adalah: monitor status pernapasan, posisikan pasien dengan posisi semi fowler,

ajarkan/instruksikan batuk efektif, dan kolaboratif: kelola pengobatan aerosol.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan kepada pasien

sesuai dengan inervensi keperawatan yang telah ditetapkan, sehingga

kebutuhan pasien tersebut dapat terpenuhi. Implementasi keperawatan adalah

langkah keempat dalam proses asuhan keperawatan dimana tindakan yang

diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang telah ditentukan.

Menurut Yasir Rahmadi (2015), dalam naskah publikasinya yang berjudul

" Asuhan Keperawatan Pada Tn. W Dengan Gangguan Sistem Pernapasan :

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Di Ruang Anggrek Bougenvile

RSUD Pandan Arang Boyolali." untuk mengatasi masalah keperawatan yang

berhubungan dengan kebutuhan oksigenasi khususnya ketidakefektifan

bersihan jalan napas peneliti melakukan memonitoring TTV, memberikan

posisi semi fowler, memonitoring pemberian terapi O2, mengajarkan napas

dalam dan batuk efektif, memotivasi minum air hangat, memotivasi pasien

untuk sering melakukan napas dalam dan batuk efektif, kolaborasi pemberian

terapi obat ventolin melalui nebulizer.

Dalam penelitian ini tindakan keperawatan yang diberikan pada Tn. M

adalah memonitoring status pernapasan, melakukan pemberian posisi semi

fowler, mengajarkan/menginstruksikan batuk efektif, dan melakukan

kolaboratif: mengelola pengobatan aerosol.

Page 80: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

67

5. Evaluasi Keperawatan

Diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan

obstruksi jalan napas: sekret/mukus berlebih. Berdasarkan respon

perkembangan yang ditunjukkan oleh pasien masalah keperawatan dapat

teratasi sebagian dengan terpenuhinya sebagian kriteria hasil yang ada yaitu

frekuensi pernapasan tidak terganggu (5), irama pernapsan tidak

terganggu (5), kedalaman inspirasi tidak terganggu (5), dan kepatenan jalan

napas cukup terganggu (3). Untuk itu penulis memotivasi pasien untuk

menghindari penyebab-penyebab terjadinya gangguan jalan napas dengan

menerapkan batuk efektif yang telah diajarkan untuk mengeluarkan

sputum/mukus berlebih (Wilkinson, 2013).

Page 81: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

68

C. Keterbatasan Studi Kasus

Prosedur penelitian studi kasus ini telah dilaksanakan sesuai dengan

prosedur ilmiah, namum demikian masih memiliki keterbatasan dan

menghambat proses penelitian yaitu:

1. Pengurusan surat izin peneltian di Rumah Sakit Umum Daerah

Bahteramas Prov. Sultra menggunakan waktu yang lama.

2. Keterbatasan kedua, diantaranya dari segi sumber referensi atau informasi

yang diperoleh dari buku, dimana buku yang tersedia mengenai penyakit

PPOK ini memiliki tahun terbit yang sudah hampir tidak dapat digunakan

lagi dalam pustaka KTI, sehingga teori-teori yang dijelaskan dalam studi

kasus ini pun masih sangat terbatas.

3. Keterbatasan yang ketiga yaitu mengenai referensi dalam pembuatan studi

kasus, dimana studi kasus ini pertama kali diterapkan, sehingga peneliti

yang melakukan studi kasus ini masih belum terlalu menguasai dalam

pembuatan hasil, akibat referensi yang masih sangat terbatas.

Page 82: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

69

BAB V

KESIMPULAN & SARAN

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian studi kasus dengan menggunakan asuhan

keperawatan di ruang Laika Waraka Interna RSUD. Bahteramas Prov. Sultra

pada tanggal 25 Juli sampai dengan 27 Juli 2018, maka penulis menarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengkajian dilakukan dengan menggunakan format pengkajian kebutuhan

oksigenasi/sistem pernapasan sehingga ditemukan data tentang keluhan

ketidakefektifan bersihan jalan napas pada klien sesuai dengan pengkajian

tersebut.

2. Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan data yang didapatkan pada

pengkajian yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan

dengan obstruksi jalan napas: mukus/sekret berlebih.

3. Intervensi keperawatan yang direncanakan adalah monitor status

pernapasan, posisikan pasien (semi fowler), ajarkan/instruksikan batuk

efektif, dan kolaboratif: kelola pengobatan aerosol.

4. Implementasi keperawatan dilakukan sejak hari pertama setelah

pengkajian sampai dengan hari ketiga.

5. Evaluasi keperawatan ini dilakukan dengan menggunakan dua tipe

evaluasi yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil, dan juga menggunakan

kriteria objektif.

Page 83: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

70

B. Saran

1. Dapat memberikan pengetahuan pada pasien PPOK, khusunya yang

mengalami ketidakefektifan bersihan jalan napas sehingga mampu

menerapkan teknik batuk efektif baik secara mandiri maupun dengan

bimbingan.

2. Bagi tenaga kesehatan untuk lebih membantu dalam menerapkan dan

mengajarkan serta menjelaskan manfaat batuk efektif pada pasien yang

mengalami PPOK khusunya yang mengalami ketidakefektifan bersihan

jalan napas.

3. Bagi peneliti lain agar dapat mengambil studi kasus yang berhubungan

dengan penyakit PPOK, dengan gangguan kebutuhan yang lainnya.

Page 84: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

71

DAFTAR PUSTAKA

Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. 2016. Jumlah Penyakit Sistem

Pernapasan.

Data Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. 2018.

Jumlah Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).

Depkes RI. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Diakses

tanggal 23 Maret 2018 pukul 21.18 WITA.

Edward Ringel. 2012. “Buku Saku Hitam Kedokteran Paru”. Jakarta : Permata

Puri Media.

Global initiative for chronic Obstruktif Lung Disease (GOLD). (2011). Inc.

Pocket Guide to COPD Diagnosis, Management, and Prevention.

http://www.goldcopd.com.

Grace A. Pierce, Borley R. Nier. (2011). Ata Glace Ilmu Bedah Edisi 3. Pt Gelora

Aksara Pratama.

Hidayat, A.A.A. 2009. Buku 2 : Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi

Konsep Dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Jackson, D. (2014). Keperawatan Medikal Bedah edisi 1. Yogyakarta: Rapha

Pubising.

Kozier B., Erb G. 2009. Buku Ajar Praktek Klinik Keperawatan : Konsep, Proses,

Praktik. Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC Buku

Kedokteran.

Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan

Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.

Mosby. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) edisi 6. Elsevier Inc.

Page 85: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

72

Mosby. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) edisi 5. Elsevier Inc.

Nursalam. 2013. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Padila. 2012. Buku ajar : Keperawatan Medical Bedah. Yogyakarta : Nuha

Medika.

Smeltzer, S. C. and Bare, B. G. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Brunner & Suddarth. Edisi 8 Volume 2. Alih Bahasa H. Y. Kuncara,

Monica Ester, Yasmin Asih, Jakarta : EGC.

Rahmadi, Y. 2015. Asuhan Keperawatan Pada Tn. W Dengan Gangguan Sistem

Pernapasan : Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Di Ruang Anggrek

Bougenvile RSUD Pandan Arang Boyolali. Hal : 4-7. Surakarta :

Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diunduh tanggal 26 Maret 2018,

pukul 11.48 WITA.

Tarwoto dan Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses

Keperawatan Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.

Wilkinson, Judith M. 2016. Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA-I,

Intervensi NIC, Hasil NOC edisi 10. Jakarta: EGC.

World Health Organization (WHO). 2017. Data Penyakit Paru Obstruktif Kronik

(PPOK). Diakses tanggal 23 Maret 2018 pukul 20.46 WITA.

Page 86: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

73

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Kegiatan

JADWAL KEGIATAN

A. Alat dan Bahan

Alat penelitian yang di gunakan yaitu alat tulis, alat perekam dan kamera.

Sedangkan bahan penelitian yang digunakan lembar pedoman wawancara.

B. Cara Kerja

1. Tahap persiapan

Tahap ini dilakukan penyusunan proposal dan mengurus surat izin

atau pengantar dari Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Keperawatan yang

ditunjukan oleh pihak Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas Provinsi

Sulawesi Tenggara untuk mendapatkan izin penelitian ditempat tersebut.

2. Tahap Penelitian

a. Melakukan peninjauan langsung ke objek penelitian

b. Memberikan informend consent untuk ditanda tangan oleh subyek yang

akan di teliti

c. Melakukan Asuhan keperawatan kepada pasien penyakit paru obstruktif

kronik (PPOK) dengan diagnosa keperawatan ketidak efektifan bersihan

jalan napas diruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas

Provinsi Sulawesi Tenggara.

3. Tahap pengolahan data

Melakukan analisa berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Kemudian

menyajikan data tersebut untuk memberikan pelaksanaan tentang asuhan

keperawatan pada pasien PPOK dalam pemenuha kebutuhan oksigenasi.

Page 87: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

74

Lampiran 2 : Instrumen Studi Kasus

INSTRUMEN STUDI KASUS

Instrument penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmojo, 2010). Instrument penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu:

1. Alat tulis dan buku

Alat tulis dan buku digunakan untuk menuliskan informasi yang

didapatkan dari narasumber.

2. Lembar Wawancara

Lembar wawancara ini berisi pertanyaan seputar keadaan pasien

PPOK.

3. Kamera

Kamera digunakan ketika peneliti melakukan observasi untuk

mendokumentasikan gambar.

Page 88: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

75

Lampiran 3 : Format Pengkajian

FORMAT PENGKAJIAN

Hari tanggal :

Ruang / Kelas :

No. Register :

Diagnosa Medis :

DATA DEMOGRAFI

I. IDENTITAS KLIEN

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Agama :

Suku / Bangsa :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Status perkawinan :

Alamat :

II. IDENTITAS PENAGGUNG JAWAB

Nama orang tua / istri / suami :

Umur :

Jenis Kelamin :

Agama :

Suku / Bangsa :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat :

Sumber biaya :

RIWAYAT KESEHATAN

I. Keluhan Utama

Alasan pasien masuk RS :

II. Riwayat Kesehatan Sekarang

Kronologis keluhan :

Sesuai pola PQRST

Page 89: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

76

III. Riwayat Penyakit Sekarang

Penyakit yang pernah diderita :

Pada masa kapan :

Kecelakaan / trauma :

Pernah dirawat di RS :

Penyakit lain :

IV. Riwayat Imunisasi

Imunisasi yang pernah didapat :

V. Riwayat Alergi

Faktor resiko (obat, makanan, minuman, binatang, dll):

Reaksi terhadap tubuh :

Pengobatan / perawatan :

VI. Pola Hidup / Kebiasaan (yang mempengaruhi kesehatan klien)

Merokok :

Jenis (filter, kretek, dll) : ...........................................................

Frekuensi : ...........................................................

Jumlah : ...........................................................

Sejak kapan : ...........................................................

Minuman keras :

Jenis : ...........................................................

Frekuensi : ...........................................................

Jumlah : ...........................................................

Sejak kapan : ...........................................................

Alasan : ...........................................................

Ketergantungan obat :

Jenis : ...........................................................

Frekuensi : ...........................................................

Jumlah : ...........................................................

Sejak kapan : ...........................................................

Alasan : ...........................................................

VII. Riwayat Kesehatan Keluarga

Mempunyai penyakit keturunan :

Mempunyai penyakit menular :

Perawatan / pengobatan :

Genogram :

Page 90: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

77

VIII. Riwayat Psikologis

Status mental emosional klien saat sakit:............................................

Mekanisme koping yang efektif digunakan klien:..............................

Keyakinan / harapan menjalani perawatan / pengobatan:……………

Penerimaan / perolokan klien:............................................................

Kemampuan klien mendiskusikan masalah kesehatan:……………..

IX. Riwayat Sosial

Pola komunikasi; verbal / non verbal / kombinasi:

Orang terdekat klien / sumber pendukung utama:

Interaksi dengan lingkungan (Orang/tempat/waktu):

Hubungan dengan keluarga:

Penyakit / perawatan di RS mengancam pekerjaan klien:

Kepatuhan terhadap terapi yang ada:

X. Spiritual

Ibadah setelah sakit teratur / terganggu:................................................................

Ibadah lain yang dilakukan :................................................................................

Keyakinan yang bertentantangan dengan perawatan atau pengobatan

:..............

PENGKAJIAN FISIK

1. Keadaan Umum

a. Tanda-tanda vital

Tekanan Darah :

Nadi :

Nafas :

Suhu :

b. TB :

BB :

2. Sistem Pernafasan / Kebutuhan Oksigenasi

a. Jalan nafas = bersih ( ), tidak bersih ( ), dengan aktifitas ( ), tanpa aktifitas

( )

b. Menggunakan otot-otot pernafasan ...............................

c. Kedalaman = dalam ( ), dangkal ( ).

d. Irama = teratur ( ), tidak teratur ( ).

e. Batuk = Ya ( ), tidak ( ), produktif ( ), non produktif ( ).

f. Sputum = putih ( ), kuning ( ), hijau ( ).

g. Konsistensi = kental ( ), encer ( ), ada darah ( ).

h. Suara nafas = normal ( ), ronchi ( ), wheezing ( ), gurgling ( ).

Page 91: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

78

PEMERIKSAAN PENUNJANG

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

...........................

PENATALAKSANAAN

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

.............

Page 92: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

79

Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian

Page 93: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

80

Page 94: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

81

Page 95: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

82

Page 96: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

83

Lampiran 5 : Informed Consent

Page 97: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

84

Lampiran 6 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Page 98: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

85

Lampiran 7 : Dokumentasi

Page 99: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

86

Lampiran 8 : Surat Bebas Administrasi

Page 100: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU …repository.poltekkes-kdi.ac.id/745/1/MUH. ARIF HASANUDDIN.pdfAsuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam

87

Lampiran 9 : Surat Bebas Pustaka