Page 1
i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU
OBSTRUKSI KRONIS (PPOK) DALAM PEMENUHAN
KEBUTUHAN OKSIGENASI DI RSUD BAHTERAMAS
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
KARYA TULIS ILMIAH
Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan
program pendidikan Diploma III Keperawatan
OLEH:
MUH. ARIF HASANUDDIN
P00320015032
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
T.A 2018
Page 2
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Muh. Arif Hasanuddin
NIM : P00320015032
Institusi Pendidikan : Jurusan Keperawatan
Judul Proposal Penelitian : ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS
(PPOK) DALAM PEMENUHAN
KEBUTUHAN OKSIGENASI DI RSUD
BAHTERAMAS PROVINSI SULAWESI
TENGGARA
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Kendari, 28 Mei 2018
Yang Membuat Pernyataan.
Muh. Arif Hasanuddin
Page 4
iv
RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS
1. Nama Lengkap : Muh. Arif Hasanuddin
2. Tempat/Tanggal Lahir : Tridana Mulya, 19 Desember 1997
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Agama : Islam
5. Suku/Bangsa : Jawa Bugis/Indonesia
6. Alamat : BTN. Multi Graha
II. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SDN 1 Landono, Tamat Tahun 2009
2. SMPN 1 Landono, Tamat Tahun 2012
3. SMK Kesehatan Tunas Husada Kendari, Tamat Tahun 2015
4. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan Periode 2015-2018
Page 5
v
MOTTO
Hidup adalah pembelajaran. Mengapa?
Karena dalam setiap detik nafas kehidupan yang kita jalani
Banyak hal-hal yang tak terduga terjadi dalam hidup kita
Baik itu hal yang kita inginkan maupun yang tidak kita inginkan
Dari situlah diri kita mampu memetik sebuah pembelajaran
Dimana allah mengajarkan kita untuk selalu menerima pembelajaran hidup
tersebut dengan ikhlas dan penuh rasa syukur
Karena allah tahu apa yang kita butuhkan dalam hidup ini, bukan apa yang kita
inginkan.
Page 6
vi
ABSTRAK
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK)
Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Di RSUD. Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara
Muh. Arif Hasanuddin1 (2018)2
DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kendari
Muhaimin Saranani, S.Kep., Ns., M.Sc 3, Sahmad, S.Kep., Ns., M.Kep 4
Penyakit paru obstruksi kronis adalah penyakit yang ditandai dengan pengurangan
aliran udara yang terus-menerus.(WHO,2017). Data hasil riskesdas menempatkan
Sulawesi Tenggara pada peringkat 10 dengan penderita penyakit PPOK sebesar
4,9% dari 33 provinsi di Indonesia. (Riskesdas,2013). RSUD. Bahteramas Prov.
Sultra mencatat bahwa penderita PPOK pada tahun 2015 : laki laki 84,6%,
perempuan15,4%, pada tahun 2016 : laki laki 74,5%, perempuan 25,5%, dan pada
tahun 2017 : laki laki 84,5%, perempuan 15,5%. Tujuan: menggambarkan asuhan
keperawatan pada pasien PPOK dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
Metode: penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif yaitu dengan studi
kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, melihat
catatan rekam medic pasien, dan tindakan keperawatan. Hasil: setelah dilakukan
asuhan keperawatan 3x24 jam didapatkan hasil ketidakefektifan bersihan jalan
napas sebagian teratasi. Kesimpulan: pemberian posisi semi fowler, batuk efektif,
dan kelola pengobatan aerosol dapat mengatasi sebagian keluhan.
Kata Kunci: Asuhan keperawatan PPOK, posisi semi fowler, batuk efektif, dan
kelola pengobatan aerosol.
1 Mahasiswa 2 Tahun Lulus Ujian KTI 3 Pembimbing I 4 Pembimbing II
Page 7
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat
dan karunia-nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis
(PPOK) Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Di RSUD. Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, saya banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini saya mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada yang
terhormat :
1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kendari.
2. Bapak Indriono Hadi, S.Kep, Ns, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kendari.
3. Ibu Reni Devianti Usman, M.Kep, Sp.KMB, selaku Sekretaris Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kendari.
4. Bapak Muhaimin Saranani, S.Kep., Ns., M.Sc dan Bapak Sahmad, S.Kep, Ns,
M.Kep selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah membimbing saya
dengan sebaik-baiknya demi tercapainya Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Bapak Indriono Hadi, S.Kep., Ns., M.Kes, Ibu Fitri Wijayati, S.Kep, Ns,
M.Kep, dan Ibu Dian Yuniar SR, SKM, M.Kep, selaku dosen penguji I,
penguji II, dan penguji III yang telah membimbing saya dan memberikan
Page 8
viii
masukan-masukan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat berjalan dengan
sebaik-baiknya.
6. Semua Dosen dan Staf Program Studi DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kendari yang telah membantu dan memberikan bimbingan dengan sabar dan
wawasannya serta ilmu yang bermanfaat kepeda penulis selama kuliah.
7. Kepada Kantor Badan Riset Sulawesi Tenggara yang telah memberikan izin
penelitian kepada penulis.
8. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas Prov. Sultra yang telah
memberikan izin penelitian di Ruang Laika Waraka Interna.
9. Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas Prov. Sultra.
10. Ayahku yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan bimbingan semangat
untuk menyelesaikan pendidikan, dan kupersembahkan karya tulis ilmiah ini
untuk almarhumah ibuku.
11. Teruntuk teman - temanku, Trisandi Prabowo Barapadang, Febyana Sesa
Purwaningrum, Muh. Irfan Saputra, Meriyanti, Megasari, Mirasantika, Hera
Yulianingsih Triputri, Hilya Mahzura, Nurul Alfi Syahra, Apriandi,
Abdurrahman At Tin, Indar Asmarani, serta rekan - rekan angkatan 2015
khususnya kelas III A dan III B.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat dan semoga amal baik
yang telah disumbangkan dari semua pihak selama penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini kiranya mendapat balasan dari Allah SWT, Amin.
Kendari, 12 Agustus 2018
Penulis.
Page 9
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i
KEASLIAN PENELITIAN ................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................iii
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................iv
MOTTO ..............................................................................................................v
ABSTRAK ..........................................................................................................vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................ix
DAFTAR TABEL ...............................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................3
C. Tujuan Studi Kasus .................................................................................3
D. Manfaat Studi Kasus ...............................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) ................5
1. Pengertian Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) .......................5
2. Klasifikasi .........................................................................................5
3. Etiologi ..............................................................................................6
4. Patofisiologi ......................................................................................6
5. Manifestasi Klinis .............................................................................7
6. Komplikasi ........................................................................................8
7. Derajat PPOK ....................................................................................8
Page 10
x
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Secara Umum .........................9
1. Pengkajian Keperawatan ...................................................................9
2. Diagnosa Keperawatan......................................................................10
3. Intervensi/Perencanaan Keperawatan ...............................................12
4. Implementasi Keperawatan ...............................................................12
5. Evaluasi Keperawatan .......................................................................13
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan
Oksigenasi ..............................................................................................14
1. Pengkajian .........................................................................................14
2. Diagnosa Keperawatan......................................................................21
3. Intervensi Keperawatan .....................................................................26
4. Implementasi Keperawatan ...............................................................28
5. Evaluasi .............................................................................................33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
1. Rancangan Studi Kasus .............................................................................35
2. Subyek Studi Kasus ..................................................................................36
3. Fokus Studi Kasus .....................................................................................36
4. Definisi Operasional..................................................................................37
5. Tempat dan Waktu ....................................................................................40
6. Pengumpulan Data ....................................................................................40
7. Penyajian Data ..........................................................................................41
8. Etika Studi Kasus ......................................................................................42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Studi Kasus ......................................................................................44
B. Pembahasan Studi Kasus ...........................................................................63
C. Keterbatasan Studi Kasus ..........................................................................68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................................69
B. Saran .........................................................................................................70
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................71
LAMPIRAN .......................................................................................................73
Page 11
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Analisa Data
Tabel 2. Intervensi Keperawatan
Tabel 3. Implementasi Keperawatan
Page 12
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Genogram
Page 13
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan
Lampiran 2. Instrumen Studi Kasus
Lampiran 3. Format Pengkajian
Lampiran 4. Surat Izin Penelitian
Lampiran 5. Informed Consent
Lampiran 6. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 7. Dokumentasi
Lampiran 8. Surat Bebas Administrasi
Lampiran 9. Surat Bebas Pustaka
Page 14
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) bukan satu penyakit tunggal
namun merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan
penyakit paru-paru kronis yang menyebabkan keterbatasan aliran udara di
paru-paru. Istilah yang lebih dikenal seperti 'bronkitis kronis' dan
'emphysema' tidak lagi digunakan, namun sekarang termasuk dalam diagnosis
PPOK. Gejala COPD/PPOK yang paling umum adalah sesak napas, atau
kebutuhan akan udara, produksi sputum berlebihan, dan batuk kronis.
Namun, PPOK bukan hanya sekedar "batuk perokok", tapi penyakit paru
yang kurang terdiagnosis dan mengancam jiwa yang dapat menyebabkan
kematian secara progresif. (WHO, 2017)
Penyakit paru obstruksi kronis adalah penyakit yang ditandai dengan
pengurangan aliran udara yang terus-menerus. Gejala COPD/PPOK semakin
memburuk dan sesak napas terus-menerus pada pengerahan tenaga, akhirnya
menyebabkan sesak napas saat istirahat. Ini cenderung kurang di diagnosis
dan bisa mengancam nyawa. Istilah yang lebih dikenal "bronkitis kronis" dan
"emphysema" sering digunakan sebagai label untuk kondisinya.(WHO, 2017)
Riskesdas 2013 berhasil mengunjungi 11.986 blok sensus (BS) dari 12.000
BS yang di targetkan (99,9%), 294.959 dari 300.000 RT (98,3%) dan
1.027.763 anggota RT (93,0%). Data hasil riskesdas tersebut menempatkan
Sulawesi Tenggara pada peringkat 10 dengan penderita penyakit PPOK
sebesar 4,9% dari 33 provinsi di Indonesia. (Riskesdas,2013).
Page 15
2
Menurut data dari dinas kesehatan provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2016
diketahui bahwa penderita penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) adalah
sebesar: TBC paru BTA (+) 267 orang, tersangka TBC paru 1927 orang,
pneumonia 247 orang, TB BTA (-) RO (+) 37 orang, ISPA bukan pneumonia
25473 orang. Dari data tersebut diketahui bahwasannya penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK) termasuk kedalam 38 besar kasus kesehatan
terbanyak/tertinggi seSulawesi Tenggara.
Berdasarkan pengambilan data awal, peneliti berhasil mendapatkan data
pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) untuk di Rumah Sakit Umum
Daerah Bahtreamas Prov. Sultra dengan presentase sebesar pada tahun 2015 :
laki laki 84,6%, perempuan15,4%, pada tahun 2016 : laki laki 74,5%,
perempuan 25,5%, dan pada tahun 2017 : laki laki 84,5%, perempuan 15,5%.
Dari data diatas peneliti mengetahui bahwa penyakit paru obstruksi kronis
(PPOK) termasuk kedalam 10 besar penyakit terbanyak/tertinggi di RSUD.
Bahteramas Prov. Sultra.
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan
hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Sistem tubuh yang berperan
dalam kebutuhan oksigenasi yaitu saluran pernapasan bagian atas, bagian
bawah, dan paru (Hidayat, 2006).
Untuk mencegah agar tidak terjadi seperti halnya yang telah diuraikan
diatas maka perlunya penanganan masalah PPOK secara maksimal salah
satunya adalah dengan cara pemberian asuhan keperawatan kepada penderita
Page 16
3
PPOK, oleh karena penderita cenderung mengakibatkan terjadinya gangguan
pemunuhan kebutuhan oksigenasi yang mana keaadan tersebut dapat
mengancam kehidupan penderita sehingga pemberian asuhan keperawatan
yang cepat, tepat dan efesien dapat membantu menekan angka kejadian dan
kematian Penderita PPOK.
Keadaan ini mendorong minat peneliti untuk meneliti penerapan
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis
(PPOK) Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di RSUD
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk
mengangkat judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru
Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di
RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara”.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus penyakit dalam dan mampu menerapkan asuhan
keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan
yang komprehensif pada penderita PPOK di Rumah Sakit Umum
Daerah Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.
Page 17
4
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien PPOK.
b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien PPOK.
c. Menetapkan intervensi keperawatan pada pasien PPOK.
d. Melakukan implementasi keperawatan pada pasien PPOK.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien PPOK.
D. MANFAAT
a. Bagi penulis
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas riset
keperawatan dan sebagai pengalaman yang berharga bagi penulis
dalam rangka menambah wawasan pengetahuan serta pengambangan
diri.
b. Bagi masyarakat/pasien
Keluarga pasien mengetahui tentang tindakan pertama dan dapat
melakukan perawatan tahap pertama terhadap penyakit PPOK.
c. Bagi institusi/pendidikan
Merupakan sumbangan Ilmu bagi dunia pendidikan dan dapat
menjadi referensi untuk penyusunan studi kasus selanjutnya.
Page 18
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK)
1. Pengertian
Penyakit paru-paru obstruksi kronis (PPOK) merupakan suatu
istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru paru
yang berlangsung lama (Grace & Borlay, 2011) yang ditandai oleh
adanya respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang
berbahaya (Padila, 2012). Adapun pendapat lain mengenai PPOK
adalah kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas
dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru (Smeltzer &
Bare, 2006) yang ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran
udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya (Edward. 2012).
2. Klasifikasi
Klasifikasi Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) menurut
Jackson,(2014) :
a. Asma
b. Bronkitis kronic
c. Emfisema
Page 19
6
3. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit Paru Obstruksi Kronik
(PPOK) menurut Mansjoer (2008) dan Ovedoff (2006) adalah :
a. Kebiasaan merokok, polusi udara, paparan debu, asap dan gas-
gas kimiawi.
b. Faktor Usia dan jenis kelamin sehingga mengakibatkan
berkurangnya fungsi paru-paru, bahkan pada saat gejala
penyakit tidak dirasakan.
c. Infeksi sistem pernafasan akut, seperti peunomia, bronkitis, dan
asmaorang dengan kondisi ini berisiko mendapat PPOK.
d. Kurangnya alfa anti tripsin. Ini merupakan kekurangan suatu
enzim yang normalnya melindungi paru-paru dari kerusakan
peradangan orang yang kekurangan enzim ini dapat terkena
empisema pada usia yang relatif muda, walau pun tidak
merokok.
4. Patofisiologi
Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen
komponen asap rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil
mukus bronkus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami
kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan pada sel-sel
penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem eskalator
mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam
Page 20
7
jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas. Mukus berfungsi
sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan
menjadi sangat purulen. Proses ventilasi terutama ekspirasi terhambat.
Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit
dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan. (Jackson,
2014). Komponen-komponen asap rokok juga merangsang terjadinya
peradangan kronik pada paru. Mediator-mediator peradangan secara
progresif merusak strukturstruktur penunjang di paru. Akibat hilangnya
elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus, maka ventilasi
berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena
ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif
setelah inspirasi. Dengan demikian apabila tidak terjadi recoil pasif,
maka udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara kolaps.
(Grece & Borley, 2011).
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis menurut Reeves (2006) dan Mansjoer (2008)
pasien dengan penyakit paru obstruksi kronis adalah perkembangan
gejala-gejala yang merupakan ciri dari PPOK yaitu : malfungsi kronis
pada sistem pernafasan yang manifestasi awalnya ditandai dengan
batukbatuk dan produksi dahak khususnya yang muncul di pagi hari.
Napas pendek sedang yang berkembang menjadi nafas pendek akut.
Page 21
8
6. Komplikasi
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) menurut Grece & Borley
(2011), Jackson (2014) dan Padila (2012):
a. Gagal napas akut atau Acute Respiratory Failure (ARF).
b. Corpulmonal
c. Pneumothoraks
7. Derajat PPOK
Klasifikasi derajat PPOK menurut Global initiative for chronic
Obstritif Lung Disiase (GOLD) 2011.
a. Derajat I (PPOK Ringan) : Gejala batuk kronik dan produksi
sputum ada tetapi tidak sering. Pada derajat ini pasien sering tidak
menyadari bahwa menderita PPOK.
b. Derajat II (PPOK Sedang) : Gejala sesak mulai dirasakan saat
aktivitas dan kadang ditemukan gejala batuk dan produksi sputum.
Pada derajat ini biasanya pasien mulai memeriksakan kesehatannya.
c. Derajat III (PPOK Berat) : Gejala sesak lebih berat, penurunan
aktivitas, rasa lelah dan serangan eksasernasi semakin sering dan
berdampak pada kualitas hidup pasien.
Page 22
9
d. Derajat IV (PPOK Sangat Berat) : Gejala di atas ditambah tanda-
tanda gagal napas atau gagal jantung kanan dan ketergantungan
oksigen. Pada derajat ini kualitas hidup pasien memburuk dan jika
eksaserbasi dapat mengancam jiwa biasanya disertai gagal napas
kronik.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Secara Umum
Proses keperawatan merupakan suatu panduan untuk memberikan
asuhan keperawatan profesional, baik untuk individu, kelompok,
keluarga,dan komunitas ( Kozier,2011).
Menurut Craven dan Hirnle,proses keperawatan memiliki enam
fase,yaitu pengkajian,diagnosis,tujuan,rencana tindakan,implementasi,dan
evaluasi.
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses
keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber data untu mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian keperawatan
adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Iyer,et.al.,1995).
Berikut ini data yang diperoleh ketika melakukan pengkajian pada
klien :
Page 23
10
a. Data Dasar
Data dasar adalah seluruh informasi tentang status kesehatan
klien.Data dasar ini meliputi data umum,data demografi,riwayat
keperawatan,pola fungsi kesehatan,dan pemeriksaan.
b. Data Fokus
Data fokus adalah informasi tentang status kesehatan klien
yang menyimpang dari keadaan normal. Data fokus dapat berupa
ungkapan klien maupun hasil pemeriksaan langsung sebagai
seorang perawat.
c. Data Subjektif
Data yang merupakan ungkapan keluhan klien secara langsung
dari klien maupun tidak langsung melalui orang lain yang
mengetahui keadaan klien secara langsung dan menyampaikan
masalah yang terjadi kepada perawat berdasarkan keadaan yang
terjadi pada klien.
d. Data Objektif
Data yang diperoleh secara langsung melalui observasi dan
pemeriksaan pada klien.Data objektif harus dapat diukur dan
diobservasi,bukan merupakan interpretasi atau asumsi dari
perawat.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pertanyaan yang
menggambarkam respons manusia (keadaan sehat atau perubahan pola
interaksi aktual atau potensial) dari individu atau kelompok tempat kita
Page 24
11
secara legal mengidentifikasi dan kita dapat memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau untuk
mengurangi,menyingkirkan,atau mencegah perubahan.Dengan kata
lain diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respons
individu,keluarga,atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau
proses kehidupan aktual ataupun potensial sebagai dasar pemilihan
intervensi keperawatan untuk mencapai hasil tempat perawat
bertanggung jawab. Tujuan diagnosis keperawatan adalah
memungkinkan kita sebagai perawat untuk menganalisis dan
menyintesis data yang telah dikelompokkan.
Tipe diagnosis keperawatan
a. Diagnosis Keperawatan Aktual
Diagnosis yang menjelaskan masalah yang nyata terjadi saat ini.
b. Diagnosis Keperawatan Risiko/Risiko Tinggi
Diagnosis keputusan klinis bahwa individu dan keluarga atau
komunitas sangat rentan untuk mengalami masalah pada situasi
yang sama atau hampir sama.
c. Diagnosis Keperawatan Kemungkinan
Diagnosis pertanyaan tentang masalah yang diduga akan terjadi
atau masih memerlukan data tambahan.
d. Diagnosis Keperawatan Sindrom
Diagnosis yang terdiri atas kelompok diagnosis keperawatan aktual
atau risiko/risiko tinggi yang diperkirakan akan muncul karena
suatu kejadian atau situasi tertentu.
Page 25
12
e. Diagnosis Keperawatan sejahtera
Diagnosis keputusan klinis yang divalidasi oleh ungkapan yang
subjektif yang positif ketika pola fungsi dalam keadaan afektif.
3. Tujuan Keperawatan
a. Tujuan Adsministrasi
Adsministrasi mengidentifikasi fokus keperawatan.Fokus
intervensi keperawatan dapat diidentifikasi melalui rencan
keperawatan yang disusun.
b. Tujuan Klinik
Merupakan penunjuk dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
4. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk
mencegah,mengurangi,dan megatasi masalah-masalah yang telah
diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan.Kegiatan dalam tahap
perencanaan adalah sebagai berikut :
a. Menentukan Prioritas Masalah Keperawatan.
b. Menetapkan Tujuan Dan Kriteria Hasil.
c. Menetapkan Kriteria Hasil.
d. Merumuskan Rencana Tindakan Keperawatan.
e. Menetapkan Rasional Rencana Tindakan Keperawatan.
5. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan,mengobservasi respons klien selama
Page 26
13
dan sesudah pelaksanaan tindakan,serta menilai data yang
baru.Keterampilan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan antara lain
sebagai berikut :
a. Keterampilan Kognitif
Keterampilan kognitif mencakup pengetahuan keperawatan yang
menyeluruh.
b. Keterampilam Interpersonal
Keterampilan interpersonal penting untuk tindakan keperawatan
yang efektifseperti berkomunikasi pada klien,keluarga,dan anggota
tim keperawatan kesehatan lainnya.
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil
yang di buat pada tahap perencanaan.
Tujuan evaluasi antara lain mengakhiri rencana tindakan
keperawatan, memodifikasi rencana tindakan keperawatan, serta
meneruskan rencana tindakan keperawatan.
Macam-macam evaluasi
a. Evaluasi Proses (Formatif)
Evaluasi yang dilakukan setelah selesai tindakan,berorientasi pada
etiologi,dilakukan secara terus menerus sampai tujuan yang telah
ditentukan tercapai.
Page 27
14
b. Evaluasi Hasil (Sumatif)
Evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan eperawatan secara
paripurna. Berorientasi pada masalah keperawatan, menjelaskan
keberhasilan/tidak berhasilan, rekapitulasi, dan kesimpulan status
kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan.
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan
Oksigenasi
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Riwayat Keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan
oksigenasi meliputi: ada atau tidak adanya riwayat gangguan pernapasan
(gangguan hidung dan tenggorokan), seperti epitaksis (kondisi akibat
luka/kecelakaan,penyakit rematik akut, sinusitis akut, hipertensi,
gangguan pada system peredaran darah, dan kanker), obstruksi nasal
(kondisi akibat polip, hipertropi tulang hidung, tumor, dan influenza),
dan keadaan lain yang menyebabkan gangguan pernpasan. Pada tahap
pengkajian keluhan atau gejala, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
infeksi kronis dari hidung, sakit pada daerah sinus, otitis media, keluhan
nyeri pada tenggorokan, kenaikan suhu tubuh hingga 38,5 derajat celcius,
sakit kepala, lemas, sakit perut hingga muntah-muntah (pada anak-anak),
faring berwarna merah, dan adanya edema.
Page 28
15
b. Pengkajian Fisik
a. Inspeksi
Pengkajian ini meliputi:
1. Pertama; penentuan tipe jalan napas, seperti menilai apakah
napas spontan melalui hidung, mulut, oral, nasal, atau
menggunakan selang endotrakeal atau tracheostomi, kemudian
menentukan status kondisi seperti kebersihan, ada atau
tidaknya secret, perdarahan, bengkak, atau obstruksi mekanik;
2. Kedua; penghitungan frekuensi pernapasan dalam waktu satu
menit (umumnya, wanita bernapas sedikit lebih cepat. Apabila
kurang dari 10 kali per menit pada orang dewasa, kurang dari
20 kali per menit pada anak-anak, atau kurang dari 30 kali per
menit pada bayi, maka disebut sebagai bradipnea atau
pernapasan lambat. Gejala ini juga dijumpai pada keracunan
obat golongan barbiturat, uremia, koma diabetes, miksedema,
dan proses sesak ruang intrakranium. Bila lebih dari 20 kali per
menit pada orang dewasa, kurang dari 30 kali per menit pada
anak-anak, atau kurang dari 50 kali per menit pada bayi, maka
disebut sebagai takhipnea atau pernapasan cepat
3. Ketiga; pemeriksaan sifat pernapasan, yaitu torakal, abnormal,
atau kombinasi keduanya (pernapasn torakal atau dada adalah
mengembang dan pengempisannya rongga toraks sesuai
dengan irama inspirasi dan ekspirasi. Pernapasan abdominal
Page 29
16
atau perut adalah seirama inspirasi dengan mengembanganya
perut dan ekspirasinya dengan mengempisnya perut. Selain
itu, mengembang dan mengempisnya paru juga diatur oleh
pergerakan diagfagma. Pernapasan pada laki-laki adalah
neonates, sedangkan pada anak adalah abdominal atau
tarokoabdominal, karena otot interkostal pada neontus masih
lemah, untuk kemudian berkembang. Pada wanita pernapasan
yang umum adalah pernapasan torakal.
4. Keempat; pengkajian irama pernapasan, yaitu dengan
menelaah masa inspirasi dan ekspirasi (pada orang dewasa
sehat, irama pernapasannya teratur dan menjadi cepat jika
terjadi pengeluaran tenaga dalam keadaan terangsang atau
emosi, kemudian yang perlu diperhatikan pada irama
pernapasan adalah perbandingan antara inspirasi dan
ekspirasi. Pada keadaan normal, ekspirasi lebih lama dari pada
orang yang mengalami sesak napas. Keadaan normal,
perbandingan antara frekuensi pernapasan dengan frekuensi
nadi adalah 1:1, sedangkan pada keracunan obat golongan
barbiturate perbandingannya 1:6. Penyimpanan irama
pernapasan, seperti pernapasan kusmaul, dijumpai pada
keracunan alcohol, obat bius, koma diabetes, uremia, dan
proses desak ruang instranium. Pernapasan biot ditemukan
pada pasien keruskn otak. Pernapasan cheyne stoke dapat
ditemui pada pasien keracunan obat bius, penyakit jantung,
Page 30
17
penyakit paru, penyakit ginjal kronis, dan perdarahan pada
susunan saraf pusat.
5. Kelima; pengkajian terhadap dalam/dangkalnya pernapasan
(pada pernapasan yang dangkal, dinding toraks tampak
hamper tidak bergerak. Gejala ini timbul jika terdapat
empisema atau pergerakan dinding toraks terjadi proses desak
ruang, seperti penimbunan cairan dalam rongga pleura dan
pericardium serta konsolidasi yang dangkal dan lambat.
b. Palpasi
Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi kelainan, seperti
nyeri tekan yang dapat timbul akibat luka, peradangan setempat,
metastasis tumor ganas, pleuritis, atau pembengkakan dan
benjolan pada dada. Palpasi dilakukan untuk menentukan besar,
konsistensi, suhu, apakah dapat atau tidak dipergerakan dari
dasarnya. Melalui palpasi dapat diteliti gerakan dinding toraks
pada saat inspirasi dan ekspirasi terjadi. Cara ini juga dpat
dilakukan dari belakang dengan meletakan kedua tangan pada
kedua sisi tulang belakang. Jika pada puncak paru terdapat
fibrosis, proses tuberculosis, atau suatu tumor, maka tidak akan
ditemukan pengembangan bagian atas pada toraks. Kelainan pada
paru, seperti getaran suara atau fremitu vocal, dapat dideteksi bila
terdapat getaran sewaktu pemeriksa meletakkan tangannya pada
dada pasien ketika ia berbicara. Fremitus vocal yang jelas
mengeras dapat disebabkan oaleh konsolidari paru seperti pada
Page 31
18
pneumonia lobaris, tuberculosis kaseosa pulmonum, tumor paru,
atelektasis, atau kolaps paru dengan bronkus yang utuh dan tidak
tersumbat, kavitasi yang letaknya dekat permukaan paru.
Fremitus vocal menjadi lemah tau hilang sama sekali jika rongga
pleura berisi air, darah, nanah atau udara, bahkan jaringan pleura
menjadi tebal, bronkus tersumbat, jaringan paru tidak lagi elastis
(emfisema), paru menjadi fibrosis, dan terdapat kaverna dalam
paru yang letaknya jauh dari permukaan. Getaran yang terasa oleh
tangan pemeriksa dapat juga ditimbulkan oleh dahak dalam
bronkus yang bergetar pada waktu inspirasi dan ekspirasi atau
oleh pergeseran antara kedu membran pleura pada pleuritis.
c. Perkusi
Pengkajian ini bertujuan untuk menilai normal atau
tidaknya suara perkusi paru. Suara perkusi normal dalah suara
perkusi sonor, yang bunyinya seperti kata “dug-dug”. Suara
perkusi lain yang dianggap tidak normal adalah redup, seperti
pada infiltrate, konsolidasi, dan efusi pleura. Pekak, seperti suara
yang terdengar bila kita memperkusi paha kita, terdapat pada
rongga pleura yang terisi oleh cairan nanah, tumor pada
permukaan paru, atau fibrosis paru dengan penebalan pleura.
Hipersonor, bila udara relative lebih padat, ditemukan pada
enfisema, kavitas besar yang letaknya perifer, dan pneumotoraks.
Timpani, bunyinya seperti “dang-dang-dang”. Suara ini
menunjukkan bahwa di bawah tempat yang diperkusi terdapat
Page 32
19
penimbunan udara, seperti pada pneumotoraks dan kavitas dekat
dengan permukaan paru. Batas atas paru dapat ditentukan dengan
perkusi pada supraklavikularis kedua sisi. Bila didapat suara
perkusi yang kurang sonor, maka kita harus menafsirkan bahwa
bagian atas paru tidak berfungsi lagi dan berarti batas paru yang
sehat terletak lebih bawah dari biasa. Pada umumnya, hal ini
menunjukkan proses tuberculosis di puncak paru. Dari belakang,
apeks paru dapat diperkusi di daerah otot trpezius antara otot
leher dan pergelangan bahu yang akan memperdengarkan seperti
sonor. Batas bawah paru dapat ditentukan dengan perkusi, dimana
suara sonor pada orang sehat dapat didengar sampai iga keenam
garis midaksilaris, iga kedelapan garis mid aksilaris, dan iga
kesepuluh garis skapularis. Batas bawah paru pada orang tua agak
lebih rendah, sedangkan pada anak-anak agak lebih tinggi. Batas
bahwa meninggi pada proses fibrosis paru, konsolidasi, efusi
pleura dan asites tumor ina abdominal. Turunnya batas bawah
paru didapati pada emfisema dan pneumotoraks.
d. Auskultasi
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai adanya suara
napas, di antaranya suara napas dasar dan suara napas tambahan.
Suara napas dasar adalah suara napas pada orang dengan paru
yang sehat, seperti;
Page 33
20
1. Pertama; suara vasikuler, ketika suara inspirasi lebih keras
dan lebih tinggi nadanya. Bunyi napas vasikuler yang
disertai ekspirasi memanjang terjadi pada emfisema. Suara
vesikuler dapat didengar pada bagian paru-pru
2. Kedua; suara bronchial, yaitu suara yang bisa kita dengar
pada waktu inspirasi dan ekspirasi, bunyinya bisa sama
atau lebih panjang, antara inspirasi dan ekspirasi terdengar
jarak pause (jeda) yang jelas. Suara bronchial terdengar
didaerah trakea dekat bronkus, dalam keadaan tidak
normal bisa terdengar seluruh area paru
3. Ketiga; bronkovasikular, yaitu suara yang terdengar antara
vesikuler dan bronchial, ketika ekspirasi menjadi lebih
panjang, hingga hampir menyamai inspirasi. Suara ini
lebih jelas terdengar pada manubrium sterni. Pada keadaan
tidak normal juga terdengar pada daerah lain dari paru.
Suara napas tambahan, yaitu suara yang terdengar pada
dinding toraks berasal dari kelainan dalam paru, termasuk
bronkus, alveoli, dan pleura. Suara napas tambahan seperti suara
ronkhi, yaitu suara yang terjadi dalam bronkhi karena
penyempitan lumen bronkus. Sura mengi (wheezing), yaitu
ronkhi kering yang tinggi, terputus nadanya, dan panjang, terjadi
pada asma. Suara ronkhi basah, yaitu suara berisik yang terputus
akibat aliran udara yang melewati cairan (ronkhi basah, halus
sedang, atau ksar tergantung pada besarnya bronkusyang terkena
Page 34
21
pada umumnya terdengar pada inspirasi). Sedangkan suara
krepitasi adalah suara seperti hujan rintik-rintik yang berasal dari
bronkus, alveoli, atau kavitas yang mengandung cairan. Suara ini
dapat ditiru dengan jalan menggeser-geserkan rambut dengan ibu
jari dan telunjuk dekat telinga. Krepitasi halus menandakan
adanya eksudat dalam alveoli yang membuat alveoli saling
berkaitan, misalnya pada stadium dini pneumonia. Krepitasi
kasar, terdengar seperti suara yang timbul bila kita meniup dalam
air. Suara ini terdengar selama inspirasi dan ekspirasi. Gejala ini
dijumpai pada bronchitis (Alimul, 2009).
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan masalah
kebutuhan oksigenasi di antaranya adalah:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Definisi: Kondisi dimana pasien tidak mampu membersihkan sekret
sehingga menimbulkan obstruksi saluran pernapasan dengan tujuan
mempertahankan saluran pernapasan.
Kemungkinan berhubungan dengan:
1. Menurunnya energi dan kelelahan.
2. Infeksi trakeobronkial.
3. Trauma.
4. Bedah thoraks.
Page 35
22
Kemungkinan data yang di temukan:
1. Suara napas tidak normal.
2. Perubahan jumlah pernapasan.
3. Batuk.
4. Sianosis.
5. Demam.
6. Kesulitan bernapas (dispnea).
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:
1. Sindrom gagal napas akut, cystic fibrosis.
2. Pneumonia, injuri dada.
3. Kanker paru, gangguan neuromuskular.
4. Penyakit obstruksi pernapasan kronis.
Tujuan yang di harapkan:
1. Saluran pernapasan pasien menjadi bersih.
2. Pasien dapat mengeluarkan sekret.
3. Suara napas dan keadaan kulit menjadi normal.
b. Ketidakefektifan pola napas
Definisi: Kondisi dimana pasien tidak mampu mempertahankan pola
inhalasi dan ekshalasi karena adanya gangguan fungsi paru.
Kemungkinan berhubungan dengan:
1. Obstruksi trakeal.
2. Perdarahan aktif.
3. Menurun nya ekspansi paru.
Page 36
23
4. Infeksi paru.
5. Depresi pusat pernapasan.
6. Kelemahan otot pernapasan.
Kemungkinan data yang di temukan:
1. Perubahan irama pernapasan dan jumlah pernapasan.
2. Dispnea.
3. Penggunaan otot tambahan pernapasan.
4. Suara pernapasan tidak normal.
5. Batuk di sertai dahak.
6. Menurun nya kapasitas vital.
7. Kecemasan.
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:
1. Penyakit kanker, infeksi pada dada.
2. Penggunaan obat dan keracunan alkohol.
3. Trauma dada.
4. Myasthenia gravis, guillian barre syndrome.
Tujuan yang di harapkan:
1. Pasien dapat mendemostrasiakan pola pernapasan yang efektif.
2. Data objektif menunjukkan pola pernapasan yang efektif.
3. Pasien merasa lebih nyaman dalam bernapas.
Page 37
24
c. Penurunan perfusi jaringan tubuh
Definisi: Kondisi dimana tidak adekuatnya pasokan oksigen akibat
menurunya nutrisi dan oksigen pada tingkat seluler.
Kemungkinan berhubungan dengan:
1. Vasokonstrinsik.
2. Hipovolemia.
3. Trombosis vena.
4. Menurunnya aliran darah.
5. Edema.
6. Perdarahan.
7. Imobilisasi.
Kemungkinan data yang ditemukan:
1. Edema.
2. Pulsasi perifer kecil.
3. Pengisian kapiler (capillary refill) lambat.
4. Perubahan warna kulit/pucat.
5. Menurunnya sensasi.
6. Penyembuhan luka lama.
7. Sianosis.
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:
1. Gagal jantung.
2. Infark miokardial.
3. Peradangan pada jantung.
Page 38
25
4. Hipertensi.
5. Syok.
6. Penyakit obtruksi pernapasan kronis.
Tujuan yang diharapkan:
1. Menurun nya insufisiensi jantung.
2. Suara pernapasan dalam keadaan normal.
d. Gangguan pertukaran gas
Definisi: Suatu kondisi dimana pasien mengalami penurunan
pengiriman oksigen dan karbon dioksida di antara alveoli paru dan
sistem vaskuler.
Kemungkinan berhubungan dengan:
1. Penumpukan cairan dalam paru.
2. Gangguan pasokan oksigen.
3. Obstruksi saluran pernapasan.
4. Bronkospasme.
5. Atelektasis.
6. Edema paru.
7. Pembedahan paru.
Kemungkinan data yang ditemukan:
1. Sesak napas.
2. Penurunann kesadaran.
Page 39
26
3. Nilai AGD tidak normal.
4. Perubahan tanda vital.
5. Sianosis/takikardia.
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:
1. Penyakit obstruksi pernapsan kronis.
2. Gagal jantung.
3. Asma.
4. Pneumonia.
Tujuan yang diharapkan:
1. Dapat menurunkan tanda dan gejala gangguan pertukaran gas.
2. Pasien dapat menunjukkan peningkatan perubahan pertukaran gas
seperti: tanda vital, nilai AGD, dan ekspresi wajah.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan:
1. Mempertahankan jalan napas agar efektif.
2. Mempertahankan pola pemapasan agar kembali efektif.
3. Mempertahankan pertukaran gas.
4. Memperbaiki perfusi jaringan.
Page 40
27
Rencana Tindakan:
1. Mempertahankan jalan napas agar efektif.
a. Awasi perubahan status jalan napas dengan memonitor jumlah,
bunyi, atau status kebersihannya.
b. Berikan humidifier (pelembab).
c. Lakukan tindakan pembersihan jalan napas dengan fibrasi,
clapping, atau postural drainase (jika perlu dilakukan suction).
d. Ajarkan teknik batuk yang efektif dan cara menghindari alergen.
e. Pertahankan jalan napas agar tetap terbuka dengan memasang jalan
napas buatan, seperti oropharyngeal/nasopharyngeal airway,
intubasi endotrakea, atau trankheostomi sesuai dengan indikasi.
f. Kerja sama dengan tim medis dalam memberikan obat
bronkhodilator.
2. Mempertahankan pola pernapasan kembali efektif.
a. Awasi perubahan status pola pernapsan.
b. Atur posisi sesuai dengan kebutuhan (semifowler)
c. Berikan oksigenasi.
d. Ajarkan teknik bernapas dan relaksasi yanag benar.
3. Mempertahankan pertukaran gas.
a. Awasi perubahan status pernapasan.
b. Atur posisi sesuai dengan kebutuhan (semifowler),
c. Berikan oksigenasi.
Page 41
28
d. Lakukan suction bila memungkinkan.
e. Berikan nutrisi tinggi protein dan rendah lemak.
f. Ajarkan teknik bernapas dan relaksasi yang benar.
g. Pertahankan berkembangnya paru dengan memasang ventilasi
mekanis,chest tube, dan chest drainase sesuai dengan indikasi.
4.Memperbaiki perfusi jaringan
a. Kaji perubahan tingkat perfusi jaringan (capillary refill time)
b. Berikan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan
c. Pertahankan asupan dan pengeluaran
d. Cegah adanya perdarahan
e. Hindari terjadi nya valsava manuver seperti mengedan, menahan
napas dan batuk
f. Pertahankan perfuasi dengan tranfusi sesuai dengan indikasi.
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
a. Latihan Napas Dalam
Latihan napas dalam merupakan cara bernapas untuk
memperbaiki ventilasi alveoli atau memelihara pertukaran gas,
mencegah atelektaksis, meningkatkan efisiensi batuk, dan megurangi
stress.
Page 42
29
Prosedur Kerja:
a. cuci tangan
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c. Atur posisi duduk atau tidur telentang
d. Anjurkan untuk mulai latihan dengan cara menarik napas
melalui hidung dengan mulut tertutup
e. Anjurkan untuk menahan napas selama 1-1,5 detik,
kemudian disusul dengan menghembuskan napas melalui
bibir dengan bentuk mulut mencucu atau seperti orang
meniup
f. Catat respons yang terjadi
g. Cuci tangan.
b. Latihan Batuk Efektif
Latihan batuk efektif merupakan cara untuk melatih pasien yang
tidak memiliki kemampuan batuk secara efektif dengan tuyuan untuk
membersihkan laring, trakea, dan bronkiolun dari sekret atau benda
asing di jalan napas.
Prosedur Kerja:
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c. Atur posisi pasien dengan duduk di tepi tempat tidur
membungkuk ke depan
Page 43
30
d. Anjurkan untuk menarik napas secam nelan dan dalam
dengan menggunakan pernapasan diafragma
e. Setelah itu tahan napas kurang lebih 2 detik
f. Batukkan 2 kali dengan mulut terbuka
g. Tarik napas dengan ringan
h. Istirahat
i. Catat respon yang terjadi
j. Cuci tangan.
c. Pemberian oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan cara
memberikan oksigen ke dalam paru melalul saluran pemapasan dengan
menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat
dilakukan melalui tiga cara,yaitu melalui kanula, nasal, dan masker
dengan tujuan memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya
hipoksia.
Alat dan bahan:
1. Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier.
2. Nasal kateter, kanula, atau masker.
3. Vaselin/jeli.
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
Page 44
31
3. Cek flowmeter dan humidifier.
4. Hidupkan tabung oksigen.
5. Atur pasien pada posisi semifowler atau sesuai dengan kondisi
pasien.
6. Berikan oksigen melalui kanula atau masker
7. Apabila menggunakan kateter, terlebih dulu ukur jarak hidung
dengan telinga,setelah itu beri jeli dan masukkan.
8.Catat pemberian dan lakukan obsevasi.
9.Cuci tangan.
d. Fisioterapi Dada
Fisioterapi merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan
postural dada gangguan sistem drainase, clapping, dan vibrating pada
pasien dengan efisiensi pola pernapasan. Tindakan ini dilakukan dengan
tujuan meningkatkan pernapasan dan membersihkan jalan napas.
Alat dan Bahan:
1. Pot sputum berisi desinfektan.
2. Kertas tisu.
3. Dua balok tempat tidur drainase.
4. satu (untuk postural bantal (untuk postural drainase)
Prosedur Kerja:
a. Postural Drainase
1. Cuci tangan.
2. Jclaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
3. Miringkan pasien arah membersihkan paru bagian kanan
Page 45
32
4. Miringkan tubuh pasien ke arah kanan (untuk membersihkan paru
bagian kiri).
5. Miringkan tubuh pasien ke kiri dan tubuh bagian belakangkanan
disokong dengan satu bantal (untuk membersihkan bagian lobus
tengah).
6. Lakukan postural drainase kurang lebih 10-15 menit.
7. Observasi tanda vital selama prosedur.
8. Setelah pelaksanaan postural drainase, lakukan clapping, vibrating,
dan suction.
9. Lakukan hingga lendir bersih.
10. Catat respons yang teriadi.
11. Cuci tangan.
b. Clapping:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
3. Atur posisi pasien sesuai dengan kondisinya.
4. Lakukan clapping dengan cara kedua tangan perawat menepuk
punggung pasien secara bergantian untuk merangsang terjadinya
batuk.
5. Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk mena
pada pot sputum.
6. Lakukan hingga lendir bersih.
7. Catat respons yang terjadi.
8. Cuci tangan.
Page 46
33
c. Vibrating:
1. cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
3. Atur posisi pasien sesuai dengan kondisi.
4. Lakukan vibrating dengan cara anjurkan pasien untuk menarik napas
dalam dan mengeluarkannya secara perlahan. Kedua tangan perawat
diletakkan dibagian atas samping depan cekungan iga, kemudian
getarkan secara perlahan, dan lakukan berkali-kali hingga pasien
terbatuk.
5. EVALUASI
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan oksigenasi secara umum dapat
dinilai dari adanya kemampuan dalam:
1. Mempertahankan jalan napas secara efekttif yang ditunjukkan dengan
adanya kemampuan untuk bernapas, jalan napas bersih, tidak ada sumbatan,
frekuensi, irama, dan kedalaman napas normal, serta tidak ditemukan
adanya tanda hiposia.
2. Mempertahankan pola pernapasan secara efektif yang ditunjukkan dengan
adanya kemampuan untuk bernapas, frekuensi, irama, dan kedalam napas
normal, tidak ditemukan adanya tanda hipoksia, serta kemampuan paru
berkembang dengan baik.
Page 47
34
3. Mempertahankan pertukaran gas secara efektif yang ditunjukkan
denganadanya kemampuan untuk bernapas, tidak ditemukan dispnea pada
usaha napas, inspirasi, dan ekspirasi dalam batas normal, serta siturasi
oksigen dan pCO2 dalam keadaan normal.
4. Meningkatkan perfusi jaringan yang ditunjukkan dengan adanya kemampua
pengisian kapiler, frekuensi, irama, kekuatan nadi dalam batas normal, dan
status hidrasi normal (Alimul, 2009).
Page 48
35
BAB III
METODE PENELITIAN
1) Rancangan Studi Kasus
Rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat
memperoleh jawaban dari pertanyaan penelitian. Desain penelitian mengacu
pada jenis atau macam penelitian yang dipilih untuk mencapai tujuan
penelitian, serta berperan sebagai alat dan pedoman untuk mencapai tujuan
tersebut (Setiadi, 2013). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode observasional deskriptif studi kasus yaitu suatu pengamatan terhadap
prosedur tindakan yang dilakukan orang lain dan atau peneliti yang dilaporkan
secara lengkap tentang keadaan atau kondisi yang menjadi fokus studi
(Arikunto, 2006).
Sedangkan jenis desain pada penelitian ini adalah penelitian studi kasus.
Studi kasus adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan cara
meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal.
Unit tunggal disini dapat berarti satu orang, sekelompok penduduk yang
terkena suatu masalah, sekelompok masyarakat di suatu daerah. Unit yang
menjadi kasus tersebut secara mendalam dianalisis baik dari segi yang
berhubungan dengan keadaan kasus itu sendiri, faktor-faktor yang
mempengaruhi, kejadian-kejadian khusus yang muncul sehubungan dengan
kasus, maupun tindakan dan reaksi kasus terhadap suatu perlakuan atau
pemaparan tertentu. Meskipun di dalam studi kasus ini yang diteliti hanya
berbentuk unit tunggal, namun dianalisis secara mendalam (Notoatmodjo,
Page 49
36
2010). Dalam studi kasus ini informasi yang diperoleh dan dieksplorasi adalah
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis
(PPOK) Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di RSUD Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara”
2) Subyek Studi Kasus
Subyek penelitian meliputi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi
merupakan kriteria dimana subyek penelitian dalam sampel penelitian
memenuhi syarat sebagai sampel atau sesuai dengan ciri-ciri yang perlu
dipenuhi setiap sampel. Kriteria eksklusi merupakan suatu kriteria atau ciri-ciri
dimana subyek tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi kriteria
sebagai sampel penelitian (Notoatmodjo, 2010).
Pada penelitian ini peneliti mengambil 1 subyek penelitian, adapun
kriterianya yaitu kriteria inklusi:
a) Penderita PPOK berusia 18 tahun ke atas.
b) Penderita PPOK yang berobat di ruang rawat inap RSUD. Bahtramas Prov.
Sultra.
c) Subyek penelitian bersedia menjadi responden dan kooperatif.
3) Fokus Studi
Fokus studi adalah karakteristik yang diamati yang mempunyai variasi
nilai dan merupakan operasionalisasi dari suatu konsep agar dapat diteliti
secara empiris atau ditentukan tingkatannya (Setiadi, 2013). Fokus studi dalam
Page 50
37
penelitian ini adalah “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru
Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di
RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara”
4) Definisi Operasional
Definisi operasional diartikan sebagai penjelasan semua variabel dan
istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga
akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian
(Setiadi, 2007).
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:
a. Penyakit paru-paru obstruksi kronis (PPOK) merupakan suatu istilah yang
sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru paru yang berlangsung
lama (Grace & Borlay, 2011) yang ditandai oleh adanya respons inflamasi
paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya (Padila, 2012).
b. Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan
hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Sistem tubuh yang berperan
dalam kebutuhan oksigenasi yaitu saluran pernapasan bagian atas, bagian
bawah, dan paru (Hidayat, 2006).
c. Asuhan keperawatan merupakan proses pemberian pelaksanaan
keperawatan secara langsung yang terdiri dari:
1. Pengkajian riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan oksigenasi
meliputi: ada atau tidak adanya riwayat gangguan pernapasan
(gangguan hidung dan tenggorokan), seperti epitaksis (kondisi akibat
Page 51
38
luka/kecelakaan,penyakit rematik akut, sinusitis akut, hipertensi,
gangguan pada system peredaran darah, dan kanker), obstruksi nasal
(kondisi akibat polip, hipertropi tulang hidung, tumor, dan influenza),
dan keadaan lain yang menyebabkan gangguan pernpasan.
2. Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang
menggambarkan respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola
interaksi aktual/potensial) dari individu atau kelompok tempat anda
secara legal mengidentifikasikan dan anda dapat memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga status kesehatan untuk mengurangi,
menyingkirkan, atau mencegah perubahan.
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada diagnosa
keperawatan: Ketidakefektifan bersihan jalan napas.
Definisi: Kondisi dimana pasien tidak mampu membersihkan sekret
sehingga menimbulkan obstruksi saluran pernapasan dengan tujuan
mempertahankan saluran pernapasan.
3. Perencanaan merupakan langkah kegiatan dalam proses keperawatan
yang membutuhkan berbagai pengetahuan dan keterampilan,
diantaranya pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan dari pasien,
nilai dan kepercayaan pasien, batasan praktik keperawatan, peran dari
tenaga kesehatan lainnya, kemampuan dalam memecahkan masalah,
mengambil keputusan, menulis tujuan, serta memilih tujuan, menulis
instruksi keperawatan, dan bekerja sama dengan tingkat kesehatan
lainnnya.
Page 52
39
4. Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Didalam
kegiatannya terdapat pengumpulan data yang berkelanjutan dan
melakukan observasi pada pasien sebelum atau sesudah melakukan
tindakan.
5. Evaluasi keperawatan adalah suatu penilaian dengan membandingkan
perubahan keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
dibuat. Dalam studi kasus ini akan melakukan evaluasi terhadap data
keluhan pasien dilakukan observasi sebelum dan setelah melakukan
tindakan apakah mengalami perubahan atau tidak.
d. Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan asuhan keperawatan pada
pasien PPOK selama 3 x 24 jam dan untuk tindakan peneliti akan
melakukannya kurang lebih 10 - 20 menit dengan NOC : Status
Pernapasan dengan kriteria hasil :
1. Frekuensi pernapasan (5)
2. Irama pernapasan (5)
3. Kedalaman inspirasi (5)
4. Kepatenan jalan napas (5)
Dalam melakukan pengkajian sampai dengan evaluasi dibutuhkan alat
ukur untuk melihat bagaimana intensitas yang dirasakan pasien dan tingkat
keberhasilan suatu intervensi terhadap masalah yang dialami pasien,
dengan menggunakan kriteria objektif.
Page 53
40
1. Sangat terganggu (1)
2. Banyak terganggu (2)
3. Cukup terganggu (3)
4. Sedikit terganggu (4)
5. Tidak terganggu (5)
NIC : Manajemen jalan napas :
1. Monitor status pernapasan dan oksigenasi
2. Posisikan pasien (semi fowler)
3. Ajarkan/instruksikan batuk efektif
4. Kolaboratif : Kelola pengobatan aerosol.
5) Tempat dan waktu
Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap RSUD. Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara Waktu Penelitian ini dilakukan selama 3 x 24 jam.
6) Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini diurutkan melalui tahap
tahap yaitu:
1. Prosedur administrasi.
a. Peneliti mengajukan permohonan studi kasus pendahuluan ke Poltekkes
Kemenkes Kendari Jurusan DIII Keperawatan yang ditujukan ke
RSUD. Bahtramas Prov. Sultra.
Page 54
41
b. Peneliti diberikan surat pengambilan data dari Poltekkes Kemenkes
Kendari Jurusan DIII Keperawatan yang ditujukan kepada RSUD.
Bahtramas Prov. Sultra.
2. Tahap pelaksanaan.
a. Peneliti mendata pasien PPOK di RSUD. Bahtramas Prov. Sultra.
b. Peneliti memberikan penjelasan kepada pasien tentang gambaran umum,
tujuan, manfaat, dan kerugian yang dapat ditimbulkan.
c. Peneliti menjelaskan SOP kepada pasien.
d. Setelah menjelaskan, peneliti meminta persetujuan kepada subyek
penelitian secara tertulis dengan memberikan lembar informed consent.
e. Kegiatan pengambilan data dilakukan 3 kali selama kurang lebih 3 hari
dan dilakukan dalam waktu 10 - 20 menit pada saat tidak terjadi
serangan.
f. Peneliti melakukan intervensi sesuai dengan SOP.
7) Penyajian data
Penyajian data dalam penelitian ini yaitu dalam bentuk tesktular atau
narasi disertai dengan ungkapan verbal dari subjek studi kasus yang merupakan
data pendukungnya.
Page 55
42
8) Etika Studi Kasus
Secara umum prinsip etika dalam penelitian/pengumpulan data dapat
dibedakan menjadi tiga bagian sebagai berikut (Nursalam, 2008):
1. Prinsip Manfaat
a. Bebas dari penderitaan Penelitian dilaksanakan tanpa mengakibatkan
penderitaan kepada subyek penelitian, khususnya jika menggunakan
tindakan khusus.
b. Bebas dari eksploitasi Partisipasi subyek dalam penelitian harus dihindarkan
dari keadaan yang tidak menguntungkan.
c. Resiko Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan keuntungan
yang akan berakibat kepada subyek pada setiap tindakan.
2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)
a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self determination). Subyek
harus diperlakukan secara manusiawi. Subyek mempunyai hak memutuskan
apakah mereka bersedia menjadi subyek atau tidak, tanpa adanya sangsi
apapun atau akan berakibat terhadap kesembuhannya, jika mereka seorang
klien.
b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right to full
disclosure). Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci serta
bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subyek.
Page 56
43
c. Informed Consent Subyek harus mendapatkan informasi secara lengkap
tentang tujuan penelitian yang telah dilaksanakan, mempunyai hak untuk
bebas berpartisipasi atau menolak menjadi subyek penelitian. Pada informed
consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya
dipergunakan untuk pengembangan ilmu.
Page 57
44
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
A. Hasil Studi Kasus
1. Pengkajian Keperawatan
FORMAT PENGKAJIAN
Hari tanggal : 25 Agustus 2018
Ruang / Kelas : Laika Waraka Interna B
No. Register : 53-26-26
Diagnosa Medis : PPOK
DATA DEMOGRAFI
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. M
Umur : 62 tahun
Jenis kelamin : L
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Bugis
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Status perkawinan : Menikah
Alamat : Jln. Tupai
Page 58
45
II. IDENTITAS PENAGGUNG JAWAB
Nama orang tua / istri / suami : Ny. J
Umur : 27 tahun
Jenis Kelamin : P
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Bugis
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jln. Tupai
Sumber biaya : -
RIWAYAT KESEHATAN
Alasan pasien masuk RS : Pasien mengatakan sesak, batuk dan terdapat
lendir/sekret pada jalan napas.
I. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kronologis keluhan : Pasien mengatakan keluhan/penyakitnya sudah terjadi
sejak beberapa bulan lalu, sekarang pasien mengatakan
masih batuk dan terdapat lendir/sekret pada jalan napas,
tetapi pasien mengatakan sudah tidak begitu sesak.
Page 59
46
II. Riwayat Penyakit Masa Lalu
Penyakit yang pernah diderita : Hipertensi
Pada masa kapan : Beberapa tahun lalu
Kecelakaan / trauma : -
Pernah dirawat di RS : Ya
Penyakit lain : Hipertensi
III. Riwayat Imunisasi
Imunisasi yang pernah didapat : -
IV. Riwayat Alergi
Faktor resiko (obat, makanan, minuman, binatang, dll): -
Reaksi terhadap tubuh : -
Pengobatan / perawatan : -
V. Pola Hidup / Kebiasaan (yang mempengaruhi kesehatan klien)
Merokok : Ya
Jenis (filter, kretek, dll) : Tidak menentu
Frekuensi : Tidak menentu
Jumlah : Tidak menentu
Sejak kapan : Sejak masih muda
Minuman keras : Tidak
Jenis : -
Page 60
47
Frekuensi : -
Jumlah : -
Sejak kapan : -
Alasan : -
Ketergantungan obat : Tidak
Jenis : -
Frekuensi : -
Jumlah : -
Sejak kapan : -
Alasan : -
VI. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mempunyai penyakit keturunan : Tidak
Mempunyai penyakit menular : Tidak
Perawatan / pengobatan : -
Page 61
48
Genogram :
Gambar 1
Genogram
Keterangan : 1. = Laki laki
2. = Perempuan
3. = Meniggal
4. = Pasien
5. ? = Umur tidak diketahui
? ?
27
77
7
Page 62
49
VII. Riwayat Psikologis
Status mental emosional pasien saat sakit: Baik
Mekanisme koping yang efektif digunakan pasien: -
Keyakinan / harapan menjalani perawatan / pengobatan: Ingin segera lekas
sembuh.
Penerimaan / perolokan pasien: -
Kemampuan pasien mendiskusikan masalah kesehatan: Baik
VIII. Riwayat Sosial
Pola komunikasi; verbal / non verbal / kombinasi: Baik
Orang terdekat klien / sumber pendukung utama: Keluarga
Interaksi dengan lingkungan (Orang/tempat/waktu): Baik
Hubungan dengan keluarga: Baik
Penyakit / perawatan di RS mengancam pekerjaan pasien: Tidak
Kepatuhan terhadap terapi yang ada: Baik
IX. Spiritual
Ibadah setelah sakit teratur / terganggu: Terganggu
Ibadah lain yang dilakukan: -
Keyakinan yang bertentantangan dengan perawatan atau pengobatan: ...
Tidak ada.
Page 63
50
PENGKAJIAN FISIK
1. Keadaan Umum
a. Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 140/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Nafas : 24 x/menit
Suhu : 36,3°C
b. TB : -
BB : -
2. Sistem Pernafasan / Kebutuhan Oksigenasi
a. Jalan nafas = bersih ( ), tidak bersih (+), dengan aktifitas (+), tanpa aktifitas
( )
b. Menggunakan otot-otot pernafasan = Tidak
c. Kedalaman = dalam (+), dangkal ( ).
d. Irama = teratur (+), tidak teratur ( ).
e. Batuk = Ya (+), tidak ( ), produktif ( ), non produktif (+).
f. Sputum = putih (+), kuning ( ), hijau ( ).
g. Konsistensi = kental (+), encer ( ), ada darah ( ).
h. Suara nafas = normal ( ), ronchi (+), wheezing ( ), gurgling ( ).
Page 64
51
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Glukosa = 142 (70-180 mg/dl)
2. Ureum = 61 (P = 15-40 mg/dl)
3. Creatinine = 0,6 (P = 0,5-1,0 mg/dl)
4. SGOT/AST = 40 (L = < 45 U/L)
5. SGPT/ALT = 64 (L = < 41 gr/dl)
PENATALAKSANAAN
1. Aminufilin 1 gram/18 jam.
2. Ceftriaxon 1 gram/12 jam.
3. mp 125 1 gram/12 jam.
4. Asetil sistein 3x1.
Page 65
52
Klasifikasi Data
DS : 1. Pasien mengatakan batuk.
2. Pasien mengatakan terdapat lendir/sekret pada jalan napas.
3. Pasien mengatakan sudah tidak begitu sesak.
DO : 1. Pasien nampak batuk.
2. Terdapat lendir/sekret pada jalan napas.
3. Pasien nampak tidak menggunakan otot bantu pernapasan.
4. Irama pernapasan teratur.
5. Sputum putih dan kental.
6. Suara napas ronchi.
7. Tanda - tanda vital :
a. Tekanan darah = 140/70 mmHg
b. Nadi = 88 x/menit
c. Pernapasan = 24 x/menit
d. Suhu = 36,3°C
8. Pemeriksaan penunjang :
a. Glukosa = 142 (70-180 mg/dl)
b. Ureum = 61 (P = 15-40 mg/dl)
c. Creatinine = 0,6 (P = 0,5-1,0 mg/dl)
d. SGOT/AST = 40 (L = < 45 U/L)
e. SGPT/ALT = 64 (L = < 41 gr/dl)
Page 66
53
9. Terapi :
a. Aminufilin 1 gram/18 jam.
b. Ceftriaxon 1 gram/12 jam.
c. mp 125 1 gram/12 jam.
d. Asetil sistein 3x1.
Analisa Data
Tabel 1
Analisa Data
No. Data Etiologi Problem
1. DS :
1. Pasien mengatakan batuk.
2. Pasien mengatakan terdapat
lendir/sekret pada jalan napas.
3. Pasien mengatakan sudah
tidak begitu sesak.
DO :
1. Pasien nampak batuk.
2. Terdapat lendir/sekret pada
jalan napas.
3. Pasien nampak tidak
menggunakan otot bantu
pernapasan.
4. Irama pernapasan teratur.
5. Sputum putih dan kental.
6. Suara napas ronchi.
Obstruksi
jalan napas :
mukus/sekret
berlebih.
Ketidakefektifan
bersihan jalan
napas.
Page 67
54
7. Tanda - tanda vital :
a. Tekanan darah =
140/70 mmHg
b. Nadi = 88 x/m
c. Pernapsan = 24 x/m
d. Suhu = 36,3°C
8. Pemeriksaan penunjang :
a. Glukosa = 142 (70-
180 mg/dl)
b. Ureum = 61 (P = 15-
40 mg/dl)
c. Creatinine = 0,6 (P =
0,5-1,0 mg/dl)
d. SGOT/AST = 40 (L =
<45 U/L)
e. SGPT/ALT = 64 (L =
<41 gr/dl)
9. Terapi :
a. Aminufilin 1 gram/18
jam
b. Ceftriaxon 1 gram/12
jam
c. mp 125 1 gram/12 jam
d. Asetil sistein 3x1.
Page 68
55
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi jalan napas :
mukus/sekret berlebih. Ditandai dengan :
DS : 1. Pasien mengatakan batuk.
2. Pasien mengatakan terdapat lendir/sekret pada jalan
napas.
3. Pasien mengatakan sudah tidak begitu sesak.
DO : 1. Pasien nampak batuk.
2. Terdapat lendir/sekret pada jalan napas.
3. Pasien nampak tidak menggunakan otot bantu
pernapasan.
4. Irama pernapasan teratur.
5. Sputum putih dan kental.
6. Suara napas ronchi.
7. Tanda - tanda vital :
a. Tekanan darah = 140/70 mmHg
b. Nadi = 88 x/menit
c. Pernapasan = 24 x/menit
d. Suhu = 36,3°C
Page 69
56
8. Pemeriksaan penunjang :
a. Glukosa = 142 (70-180 mg/dl)
b. Ureum = 61 (P = 15-40 mg/dl)
c. Creatinine = 0,6 (P = 0,5-1,0 mg/dl)
d. SGOT/AST = 40 (L = < 45 U/L)
e. SGPT/ALT = 64 (L = < 41 gr/dl)
9. Terapi :
a. Aminufilin 1 gram/18 jam.
b. Ceftriaxon 1 gram/12 jam.
c. mp 125 1 gram/12 jam.
d. Asetil sistein 3x1.
Page 70
57
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 2
Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan
Tujuan &
kriteria hasil
(NOC :
Status
pernapasan)
Intervensi
Keperwatan
(NIC :
Manajemen
jalan napas)
Rasional
1. Ketidakefektifan bersihan jalan
napas b.d Obstruksi jalan napas
: mukus/sekret berlebih.
Ditandai dengan:
DS :
1. Pasien mengatakan
batuk.
2. Pasien mengatakan
terdapat lendir/sekret
pada jalan napas.
3. Pasien mengatakan
sudah tidak begitu
sesak.
DO :
1. Pasien nampak batuk.
2. Terdapat lendir/sekret
pada jalan napas.
3. Pasien nampak tidak
menggunakan otot
bantu pernapasan.
4. Irama pernapasan
Setelah
diberikan
asuhan
keperawat
an 3×24
jam, di
harapkan
keluhan
pasien
dapat
teratasi
dengan
Kriteria
Hasil :
1) Frekue
nsi
pernap
asan
(5)
2) Irama
pernap
a. Monitor
status
pernapasan
dan
oksigenasi.
b. Posisikan
pasien
(semi
fowler).
c. Ajarkan/in
struksikan
batuk
efektif.
a. Meng
etahui
status
pernap
san
dan
oksige
nasi
pasien
b. Memb
antu
sirkula
si
oksige
n
pasien
c. Memb
antu
pengel
uaran
mukus
Page 71
58
teratur.
5. Sputum putih dan
kental.
6. Suara napas ronchi.
7. Tanda - tanda vital :
a. Tekanan darah
= 140/70 mmHg
b. Nadi = 88 x/m
c. Pernapsan = 24
x/m
d. Suhu = 36,3°C
8. Pemeriksaan
penunjang:
a. Glukosa = 142
(70-180 mg/dl)
b. Ureum = 61 (P
= 15-40 mg/dl)
c. Creatinine = 0,6
(P = 0,5-1,0
mg/dl)
d. SGOT/AST =
40 (L = <45
U/L)
e. SGPT/ALT =
64 (L = <41
gr/dl)
asan
(5)
3) Kedala
man
inspira
su (5)
4) Kepate
nan
jalan
napas
(5)
d. Kolaborati
f: Kelola
pengobata
n aerosol.
/sekret
berleb
ih.
d. Merin
ganka
n
keluha
n
klien.
Page 72
59
9. Terapi :
a. Aminufilin 1
gram/18 jam
b. Ceftriaxon 1
gram/12 jam
c. mp 125 1
gram/12 jam
d. Asetil sistein
3x1.
4. Implementasi Keperawatan
Tabel 3
Implementasi keperawatan
No. Hari/
tgl
Diagnosa
Keperawatan Jam
Implementasi
keperawatan Evaluasi
1. Rabu/
25 Juli
2018
Ketidakefektif
an bersihan
jalan napas b.d
Obstruksi jalan
napas :
mukus/sekret
berlebih.
14.00
1. Melakukan monitor
status pernapasan
dan oksigenasi.
Hasil :
a. Pernapasan
= 24
x/menit.
b. Irama
teratur.
c. Terdapat
lendir/sekret
pada jalan
napas.
d. Kedalaman
inspirasi
baik.
S:
1. Pasien
mengata
kan
masih
batuk.
2. Pasien
mengata
kan
masih
terdapat
lendir/se
kret pada
jalan
napas.
Page 73
60
14.05
14.15
14.25
2. Memposisikan
pasien (semi
fowler)
Hasil : Pasien
mengatakan merasa
lebih baik.
3. Mengajarkan/meng
instruksikan batuk
efektif.
Hasil : Pasien
nampak kooperatif,
mampu mengikuti,
dan mampu
mempraktekan.
4. Melakukan
kolaboratif:
Mengelola
pengobatan aerosol.
Hasil : Pasien
nampak kooperatif
dan menerima
pengobatan.
O:
1. Pasien
nampak
masih
batuk.
2.
Nampak
masih
ada
lendir/se
kret pada
jalan
napas.
A:
Masalah
belum
teratasi.
P:
Interven
si
dilanjutk
an.
2. Kamis/
26 Juli
2018
14.00
14.10
1. Melakukan monitor
status pernapasan
dan oksigenasi.
Hasil :
a. Pernapasan
= 26
x/menit.
b. Irama
teratur.
c. Terdapat
lendir/sekret
pada jalan
napas.
d. Kedalaman
inspirasi
baik.
2. Memposisikan
pasien (semi fowler)
Hasil : Pasien
mengatakan merasa
lebih baik.
S:
1. Pasien
mengata
kan
masih
batuk.
2. Pasien
mengata
kan
masih
terdapat
lendir/se
kret pada
jalan
napas.
O:
1. Pasien
nampak
masih
batuk.
2.
Nampak
Page 74
61
14.20
14.30
3. Mengajarkan/mengi
nstruksikan batuk
efektif.
Hasil : Pasien
nampak kooperatif,
mampu mengikuti,
dan mampu
mempraktekan.
4. Melakukan
kolaboratif:
Mengelola
pengobatan aerosol.
Hasil : Pasien
nampak kooperatif
dan menerima
pengobatan.
1. m
o
n
i
t
o
r
s
t
a
t
u
s
p
e
r
n
a
n
M
masih
ada
lendir/se
kret pada
jalan
napas.
A:
Masalah
belum
teratasi.
P:
Interven
si
dilanjutk
an.
Page 75
62
3. Jumat/
27 Juli
2018
14.00
14.05
14.15
14.25
1. Melakukan monitor
status pernapasan
dan oksigenasi.
Hasil :
a. Pernapasan
= 22
x/menit.
b. Irama
teratur.
c. Terdapat
lendir/sekret
pada jalan
napas.
d. Kedalaman
inspirasi
baik.
2. Memposisikan
pasien (semi fowler)
Hasil : Pasien
mengatakan merasa
lebih baik.
3. Mengajarkan/mengi
nstruksikan batuk
efektif.
Hasil : Pasien
nampak kooperatif,
mampu mengikuti,
dan mampu
mempraktekan.
4. Melakukan
kolaboratif:
Mengelola
pengobatan aerosol.
Hasil : Pasien
nampak kooperatif
dan menerima
pengobatan.
S:
1. Pasien
mengata
kan
masih
batuk.
2. Pasien
mengata
kan
masih
terdapat
lendir/se
kret pada
jalan
napas.
O:
1. Pasien
nampak
masih
batuk.
2.
Nampak
masih
ada
lendir/se
kret pada
jalan
napas.
A:
Masalah
belum
teratasi.
P:
Interven
si
dilanjutk
an.
Page 76
63
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan setiap hari selama Tn. M dirawat, pada hari ke 3
dirawat Tn. M menunjukkan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan
jalan napas sebagian teratasi, dengan kriteria hasil frekuensi pernapasan tidak
terganggu (5), irama pernapsan tidak terganggu (5), kedalaman inspirasi
tidak terganggu (5), dan kepatenan jalan napas cukup terganggu (3).
B. Pembahasan Studi Kasus
Penulis akan membahas mengenai hasil dari studi kasus yang telah
dilakukan dengan teori yang telah disajikan sebelumnya untuk mengetahui
apakah terdapat kesenjangan antara hasil yang ditemukan penulis dengan teori.
Untuk memudahkan dalam mengetahui apakah terdapat kesenjangan seperti
yang dimaksudkan di atas, maka penulis membahas dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan. Selama penulis melakukan asuhan
keperawatan pada pasien tersebut, penulis mengacu pada pendekatan
keperawatan yang meliputi: pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.
Page 77
64
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan merupakan pendekatan sistematik dari
pengumpulan, verifikasi dan komunikasi tentang data pasien. Fase proses
keperawatan ini terdiri dari dua bagian, yaitu data primer (pasien) , dan sumber
sekunder (keluarga pasien dan tenaga kesehatan) dan penggunaan analisis data
sebagai dasar untuk penentuan diagnosa keperawatan, sehingga dengan adanya
pengkajian yang tepat dapat menentukan langkah berikutnya. (Wilkinson,
2014)
Secara umum data yang ditemukan pada Tn. M tidak jauh berbeda dengan
data fokus dalam teori. Namun masih ada beberapa data yang tidak sama
dengan teori. Pembahasannya adalah sebagai berikut : Keluhan utama Pada Tn.
M, ditemukan pasien mengalami dispnea. Menurut Smeltzer & bare (2008)
pasien dengan PPOK biasanya ditemukan dispnea yang disebabkan oleh
sumbatan jalan napas karena penumpukan sekret. Riwayat Penyakit
Dahulu/masa lalu Pada Tn. M ditemukan bahwa pasien dulu pernah menderita
sakit hipertensi, tekanan darah 140/70 mmHg. Pasien mengatakan dahulu
perokok aktif. Hal ini dibenarkan oleh Jackson (2014) karena pola hidup yang
tidak sehat dapat menjadi penyebab terjadinya PPOK yaitu salah satunya
merokok. PPOK yang diderita pasien merupakan PPOK tipe II yaitu PPOK
yang disebabkan oleh pola hidup atau gaya hidup yang tidak sehat dan terjadi
dispnea saat beraktivitas (GOLD 2011).
Page 78
65
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan
objektif yang telah diperoleh melalui pengkajian. Diagnosa keperawatan ini
dapat digunakan sebagai keputusan klinik yang mencakup respon klien,
keluarga dan komunitas terhadap sesuatu yang berpotensi sebagai masalah
kesehatan.
Pada studi kasus ini penulis mengangkat diagnosa keperawatan
ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi jalan napas : mukus/sekret
berlebih. Pada Tn. M penulis menemukan pasien mengalami batuk disertai
sekret. Menurut Wilkinson (2013) hal ini biasanya terjadi pada pasien PPOK
karena adanya peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif,
kelelahan/berkurangnya tenaga dan infeksi bronkopulmonal.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dilakukan untuk perilaku
spesifik dari tindakan yang akan dilakukan oleh perawat. Dari diagnosa yang
muncul, selanjutnya dibuat rencana keperawatan sebagai langkah untuk
melakukan tindakan pemecahan masalah keperawatan berdasarkan diagnosa
keperawatan.
Menurut Nursing Interventions Clasification (2016), intervensi yang dapat
diberikan pada diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas
adalah manajemen jalan napas, dengan tindakan: monitor status pernapasan,
posisikan pasien dengan posisi semi fowler, ajarkan/instruksikan batuk efektif,
dan kolaboratif: kelola pengobatan aerosol.
Page 79
66
Dalam penelitian ini, intervensi keperawatan yang diberikan pada Tn. M
adalah: monitor status pernapasan, posisikan pasien dengan posisi semi fowler,
ajarkan/instruksikan batuk efektif, dan kolaboratif: kelola pengobatan aerosol.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan kepada pasien
sesuai dengan inervensi keperawatan yang telah ditetapkan, sehingga
kebutuhan pasien tersebut dapat terpenuhi. Implementasi keperawatan adalah
langkah keempat dalam proses asuhan keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang telah ditentukan.
Menurut Yasir Rahmadi (2015), dalam naskah publikasinya yang berjudul
" Asuhan Keperawatan Pada Tn. W Dengan Gangguan Sistem Pernapasan :
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Di Ruang Anggrek Bougenvile
RSUD Pandan Arang Boyolali." untuk mengatasi masalah keperawatan yang
berhubungan dengan kebutuhan oksigenasi khususnya ketidakefektifan
bersihan jalan napas peneliti melakukan memonitoring TTV, memberikan
posisi semi fowler, memonitoring pemberian terapi O2, mengajarkan napas
dalam dan batuk efektif, memotivasi minum air hangat, memotivasi pasien
untuk sering melakukan napas dalam dan batuk efektif, kolaborasi pemberian
terapi obat ventolin melalui nebulizer.
Dalam penelitian ini tindakan keperawatan yang diberikan pada Tn. M
adalah memonitoring status pernapasan, melakukan pemberian posisi semi
fowler, mengajarkan/menginstruksikan batuk efektif, dan melakukan
kolaboratif: mengelola pengobatan aerosol.
Page 80
67
5. Evaluasi Keperawatan
Diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
obstruksi jalan napas: sekret/mukus berlebih. Berdasarkan respon
perkembangan yang ditunjukkan oleh pasien masalah keperawatan dapat
teratasi sebagian dengan terpenuhinya sebagian kriteria hasil yang ada yaitu
frekuensi pernapasan tidak terganggu (5), irama pernapsan tidak
terganggu (5), kedalaman inspirasi tidak terganggu (5), dan kepatenan jalan
napas cukup terganggu (3). Untuk itu penulis memotivasi pasien untuk
menghindari penyebab-penyebab terjadinya gangguan jalan napas dengan
menerapkan batuk efektif yang telah diajarkan untuk mengeluarkan
sputum/mukus berlebih (Wilkinson, 2013).
Page 81
68
C. Keterbatasan Studi Kasus
Prosedur penelitian studi kasus ini telah dilaksanakan sesuai dengan
prosedur ilmiah, namum demikian masih memiliki keterbatasan dan
menghambat proses penelitian yaitu:
1. Pengurusan surat izin peneltian di Rumah Sakit Umum Daerah
Bahteramas Prov. Sultra menggunakan waktu yang lama.
2. Keterbatasan kedua, diantaranya dari segi sumber referensi atau informasi
yang diperoleh dari buku, dimana buku yang tersedia mengenai penyakit
PPOK ini memiliki tahun terbit yang sudah hampir tidak dapat digunakan
lagi dalam pustaka KTI, sehingga teori-teori yang dijelaskan dalam studi
kasus ini pun masih sangat terbatas.
3. Keterbatasan yang ketiga yaitu mengenai referensi dalam pembuatan studi
kasus, dimana studi kasus ini pertama kali diterapkan, sehingga peneliti
yang melakukan studi kasus ini masih belum terlalu menguasai dalam
pembuatan hasil, akibat referensi yang masih sangat terbatas.
Page 82
69
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian studi kasus dengan menggunakan asuhan
keperawatan di ruang Laika Waraka Interna RSUD. Bahteramas Prov. Sultra
pada tanggal 25 Juli sampai dengan 27 Juli 2018, maka penulis menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian dilakukan dengan menggunakan format pengkajian kebutuhan
oksigenasi/sistem pernapasan sehingga ditemukan data tentang keluhan
ketidakefektifan bersihan jalan napas pada klien sesuai dengan pengkajian
tersebut.
2. Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan data yang didapatkan pada
pengkajian yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan
dengan obstruksi jalan napas: mukus/sekret berlebih.
3. Intervensi keperawatan yang direncanakan adalah monitor status
pernapasan, posisikan pasien (semi fowler), ajarkan/instruksikan batuk
efektif, dan kolaboratif: kelola pengobatan aerosol.
4. Implementasi keperawatan dilakukan sejak hari pertama setelah
pengkajian sampai dengan hari ketiga.
5. Evaluasi keperawatan ini dilakukan dengan menggunakan dua tipe
evaluasi yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil, dan juga menggunakan
kriteria objektif.
Page 83
70
B. Saran
1. Dapat memberikan pengetahuan pada pasien PPOK, khusunya yang
mengalami ketidakefektifan bersihan jalan napas sehingga mampu
menerapkan teknik batuk efektif baik secara mandiri maupun dengan
bimbingan.
2. Bagi tenaga kesehatan untuk lebih membantu dalam menerapkan dan
mengajarkan serta menjelaskan manfaat batuk efektif pada pasien yang
mengalami PPOK khusunya yang mengalami ketidakefektifan bersihan
jalan napas.
3. Bagi peneliti lain agar dapat mengambil studi kasus yang berhubungan
dengan penyakit PPOK, dengan gangguan kebutuhan yang lainnya.
Page 84
71
DAFTAR PUSTAKA
Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. 2016. Jumlah Penyakit Sistem
Pernapasan.
Data Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. 2018.
Jumlah Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
Depkes RI. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Diakses
tanggal 23 Maret 2018 pukul 21.18 WITA.
Edward Ringel. 2012. “Buku Saku Hitam Kedokteran Paru”. Jakarta : Permata
Puri Media.
Global initiative for chronic Obstruktif Lung Disease (GOLD). (2011). Inc.
Pocket Guide to COPD Diagnosis, Management, and Prevention.
http://www.goldcopd.com.
Grace A. Pierce, Borley R. Nier. (2011). Ata Glace Ilmu Bedah Edisi 3. Pt Gelora
Aksara Pratama.
Hidayat, A.A.A. 2009. Buku 2 : Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi
Konsep Dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Jackson, D. (2014). Keperawatan Medikal Bedah edisi 1. Yogyakarta: Rapha
Pubising.
Kozier B., Erb G. 2009. Buku Ajar Praktek Klinik Keperawatan : Konsep, Proses,
Praktik. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC Buku
Kedokteran.
Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
Mosby. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) edisi 6. Elsevier Inc.
Page 85
72
Mosby. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) edisi 5. Elsevier Inc.
Nursalam. 2013. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Padila. 2012. Buku ajar : Keperawatan Medical Bedah. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Smeltzer, S. C. and Bare, B. G. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8 Volume 2. Alih Bahasa H. Y. Kuncara,
Monica Ester, Yasmin Asih, Jakarta : EGC.
Rahmadi, Y. 2015. Asuhan Keperawatan Pada Tn. W Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan : Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Di Ruang Anggrek
Bougenvile RSUD Pandan Arang Boyolali. Hal : 4-7. Surakarta :
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diunduh tanggal 26 Maret 2018,
pukul 11.48 WITA.
Tarwoto dan Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses
Keperawatan Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.
Wilkinson, Judith M. 2016. Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA-I,
Intervensi NIC, Hasil NOC edisi 10. Jakarta: EGC.
World Health Organization (WHO). 2017. Data Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK). Diakses tanggal 23 Maret 2018 pukul 20.46 WITA.
Page 86
73
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Jadwal Kegiatan
JADWAL KEGIATAN
A. Alat dan Bahan
Alat penelitian yang di gunakan yaitu alat tulis, alat perekam dan kamera.
Sedangkan bahan penelitian yang digunakan lembar pedoman wawancara.
B. Cara Kerja
1. Tahap persiapan
Tahap ini dilakukan penyusunan proposal dan mengurus surat izin
atau pengantar dari Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Keperawatan yang
ditunjukan oleh pihak Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara untuk mendapatkan izin penelitian ditempat tersebut.
2. Tahap Penelitian
a. Melakukan peninjauan langsung ke objek penelitian
b. Memberikan informend consent untuk ditanda tangan oleh subyek yang
akan di teliti
c. Melakukan Asuhan keperawatan kepada pasien penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK) dengan diagnosa keperawatan ketidak efektifan bersihan
jalan napas diruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara.
3. Tahap pengolahan data
Melakukan analisa berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Kemudian
menyajikan data tersebut untuk memberikan pelaksanaan tentang asuhan
keperawatan pada pasien PPOK dalam pemenuha kebutuhan oksigenasi.
Page 87
74
Lampiran 2 : Instrumen Studi Kasus
INSTRUMEN STUDI KASUS
Instrument penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmojo, 2010). Instrument penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu:
1. Alat tulis dan buku
Alat tulis dan buku digunakan untuk menuliskan informasi yang
didapatkan dari narasumber.
2. Lembar Wawancara
Lembar wawancara ini berisi pertanyaan seputar keadaan pasien
PPOK.
3. Kamera
Kamera digunakan ketika peneliti melakukan observasi untuk
mendokumentasikan gambar.
Page 88
75
Lampiran 3 : Format Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN
Hari tanggal :
Ruang / Kelas :
No. Register :
Diagnosa Medis :
DATA DEMOGRAFI
I. IDENTITAS KLIEN
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Suku / Bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Status perkawinan :
Alamat :
II. IDENTITAS PENAGGUNG JAWAB
Nama orang tua / istri / suami :
Umur :
Jenis Kelamin :
Agama :
Suku / Bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Sumber biaya :
RIWAYAT KESEHATAN
I. Keluhan Utama
Alasan pasien masuk RS :
II. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kronologis keluhan :
Sesuai pola PQRST
Page 89
76
III. Riwayat Penyakit Sekarang
Penyakit yang pernah diderita :
Pada masa kapan :
Kecelakaan / trauma :
Pernah dirawat di RS :
Penyakit lain :
IV. Riwayat Imunisasi
Imunisasi yang pernah didapat :
V. Riwayat Alergi
Faktor resiko (obat, makanan, minuman, binatang, dll):
Reaksi terhadap tubuh :
Pengobatan / perawatan :
VI. Pola Hidup / Kebiasaan (yang mempengaruhi kesehatan klien)
Merokok :
Jenis (filter, kretek, dll) : ...........................................................
Frekuensi : ...........................................................
Jumlah : ...........................................................
Sejak kapan : ...........................................................
Minuman keras :
Jenis : ...........................................................
Frekuensi : ...........................................................
Jumlah : ...........................................................
Sejak kapan : ...........................................................
Alasan : ...........................................................
Ketergantungan obat :
Jenis : ...........................................................
Frekuensi : ...........................................................
Jumlah : ...........................................................
Sejak kapan : ...........................................................
Alasan : ...........................................................
VII. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mempunyai penyakit keturunan :
Mempunyai penyakit menular :
Perawatan / pengobatan :
Genogram :
Page 90
77
VIII. Riwayat Psikologis
Status mental emosional klien saat sakit:............................................
Mekanisme koping yang efektif digunakan klien:..............................
Keyakinan / harapan menjalani perawatan / pengobatan:……………
Penerimaan / perolokan klien:............................................................
Kemampuan klien mendiskusikan masalah kesehatan:……………..
IX. Riwayat Sosial
Pola komunikasi; verbal / non verbal / kombinasi:
Orang terdekat klien / sumber pendukung utama:
Interaksi dengan lingkungan (Orang/tempat/waktu):
Hubungan dengan keluarga:
Penyakit / perawatan di RS mengancam pekerjaan klien:
Kepatuhan terhadap terapi yang ada:
X. Spiritual
Ibadah setelah sakit teratur / terganggu:................................................................
Ibadah lain yang dilakukan :................................................................................
Keyakinan yang bertentantangan dengan perawatan atau pengobatan
:..............
PENGKAJIAN FISIK
1. Keadaan Umum
a. Tanda-tanda vital
Tekanan Darah :
Nadi :
Nafas :
Suhu :
b. TB :
BB :
2. Sistem Pernafasan / Kebutuhan Oksigenasi
a. Jalan nafas = bersih ( ), tidak bersih ( ), dengan aktifitas ( ), tanpa aktifitas
( )
b. Menggunakan otot-otot pernafasan ...............................
c. Kedalaman = dalam ( ), dangkal ( ).
d. Irama = teratur ( ), tidak teratur ( ).
e. Batuk = Ya ( ), tidak ( ), produktif ( ), non produktif ( ).
f. Sputum = putih ( ), kuning ( ), hijau ( ).
g. Konsistensi = kental ( ), encer ( ), ada darah ( ).
h. Suara nafas = normal ( ), ronchi ( ), wheezing ( ), gurgling ( ).
Page 91
78
PEMERIKSAAN PENUNJANG
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...........................
PENATALAKSANAAN
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
.............
Page 92
79
Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian
Page 96
83
Lampiran 5 : Informed Consent
Page 97
84
Lampiran 6 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Page 98
85
Lampiran 7 : Dokumentasi
Page 99
86
Lampiran 8 : Surat Bebas Administrasi
Page 100
87
Lampiran 9 : Surat Bebas Pustaka