Top Banner
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN TB PARU Posted by sammy in Kesehatan Dec 12th, 2008 | 3 responses X Welcome Googler! If you find this page useful, you might want to subscribe to the RSS feed for updates on this topic. You were searching for "asuhan keperAWATAN TUBERCULOSIS ". See posts relating to your search » Powered by WP Greet Box WordPress Plugin < ![endif]--> < ! /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style- name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle- colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman";} --> < ![endif]-->< ![endif]--> < ![endif]-->1. Pengertian Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tubeculosis. 2. Etiologi Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan
63
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN TB PARUPosted by sammy in KesehatanDec 12th, 2008 | 3 responses

XWelcome Googler! If you find this page useful, you might want to subscribe to the RSS feed for updates on this topic.You were searching for "asuhan keperAWATAN TUBERCULOSIS". See posts relating to your search »

Powered by WP Greet Box WordPress Plugin< ![endif]--> < ! /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman";} -->< ![endif]-->< ![endif]--> < ![endif]-->1. PengertianTuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tubeculosis.2. EtiologiTuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik.Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi penting saluran pernapasan. Basil mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet infection) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya menyebar kekelenjar getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke). keduanya dinamakan tuberkulosis primer, yang dalam perjalanannya sebagian besar akan mengalami penyembuhan. Tuberkulosis paru primer, peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil mikobakterium. Tuberkulosis yang kebanyakan didapatkan pad usia 1-3 tahun. Sedangkan yang disebut tuberkulosis post primer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru oleh karena terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil tersebut.3. Proses

Page 2: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

PenularanTuberkulosis tergolong airborne disease yakni penularan melalui droplet nuclei yang dikeluarkan ke udara oleh individu terinfeksi dalam fase aktif. Setiapkali penderita ini batuk dapat mengeluarkan 3000 droplet nuclei. Penularan umumnya terjadi di dalam ruangan dimana droplet nuclei dapat tinggal di udara dalam waktu lebih lama. Di bawah sinar matahari langsung basil tuberkel mati dengan cepat tetapi dalam ruang yang gelap lembab dapat bertahan sampai beberapa jam. Dua faktor penentu keberhasilan pemaparan Tuberkulosis pada individu baru yakni konsentrasi droplet nuclei dalam udara dan panjang waktu individu bernapas dalam udara yang terkontaminasi tersebut di samping daya tahan tubuh yang bersangkutan.Di samping penularan melalui saluran pernapasan (paling sering), M. tuberculosis juga dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit (lebih jarang).4. InsidenPenyakit tuberkulosis adalah penyakit yang sangat epidemik karena kuman mikrobakterium tuberkulosa telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Program penaggulangan secara terpadu baru dilakkan pada tahun 1995 melalui strategi DOTS (directly observed treatment shortcourse chemoterapy), meskipun sejak tahun 1993 telah dicanangkan kedaruratan global penyakit tuberkulosis. Kegelisahan global ini didasarkan pada fakta bahwa pada sebagian besar negara di dunia, penyakit tuberkulosis tidak terkendali, hal ini disebabkan banyak penderita yang tidak berhasil disembuhkan, terutama penderita menular (BTA positif).Pada tahun 1995, diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar sembilan juta penderita dengan kematian tiga juta orang (WHO, 1997). Di negara-negara berkembang kematian karena penyakit ini merupakan 25 % dari seluruh kematian, yang sebenarnya dapat dicegah. Diperkirakan 95 % penyakit tuberkulosis berada di negara berkembang, 75 % adalah kelompok usia produktif (15-50 tahun). Tuberkulosis juga telah menyebabkan kematian lebih banyak terhadap wanita dibandingkan dengan kasus kematian karena kehamilan, persalinan dan nifas.Di indonesia pada tahun yang sama, hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) menunjukkan bahwa penyakit tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit infeksi saluran pernapasan pada semua kelompok usia, dan nomor satu dari golongan penyakit infeksi. WHO memperkirakan setiap tahun menjadi 583.000 kasus baru tuberkulosis dengan kematian sekitar 140.000. secara kasar diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru tuberkulosis dengan BTA positif.5. Anatomi dan FisiologiSaluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, farinx, larinx trachea, bronkus, dan bronkiolus. Hidung ; Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam. rongga hidung. Saluran-saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum. (rongga) hidung. Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan farinx dan dengan selaput lendir sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam. rongga hidung. Farinx (tekak) ; adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan oesopagus pada

Page 3: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

ketinggian tulang rawan krikoid. Maka ‘letaknya di belakang larinx (larinx-faringeal).Laringx (tenggorok) terletak di depan bagian terendah farinx yang mernisahkan dari columna vertebrata, berjalan dari farinx. sampai ketinggian vertebrata servikals dan masuk ke dalarn trachea di bawahnya. Larynx terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh ligarnen dan membran.Trachea atau batang tenggorok kira-kira 9 cm panjangnya trachea berjalan dari larynx sarnpai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi). Trachea tersusun atas 16 – 20 lingkaran tak- lengkap yang berupan cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh.jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru. Bronckus kanan lebih pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronckus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah.Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih I mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikai. Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa stiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas. Proses fisiologi pernafasan dimana 02 dipindahkan

Page 4: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

dari udara ke dalam jaringan-jaringan, dan C02 dikeluarkan keudara ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama adalah ventilasi yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam dan keluar paru-paru. karena ada selisih tekanan yang terdapat antara atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik dari otot-otot. Stadium kedua, transportasi yang terdiri dan beberapa aspek yaitu : (1) Difusi gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksternal) dan antara darah sistemik dan sel.-sel jaringan (2) Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonal dan penyesuaiannya dengan distribusi udara dalam alveolus. (3) Reaksi kimia dan fisik dari 02 dan C02 dengan darah respimi atau respirasi interna menipak-an stadium akhir dari respirasi, yaitu sel dimana metabolik dioksida untuk- mendapatkan energi, dan C02 terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel dan dikeluarkan oleh paru-paru (4) Transportasi, yaitu. tahap kcdua dari proses pemapasan mencakup proses difusi gas-gas melintasi membran alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 urn). Kekuatan mendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara darah dan fase gas. (5) Perfusi, yaitu pemindahan gas secara efektif antara. alveolus dan kapiler paru-paru membutuhkan distribusi merata dari udara dalam paru-paru dan perfusi (aliran darah) dalam kapiler dengan perkataan lain ventilasi dan perfusi. dari unit pulmonary harus sesuai pada orang normal dengan posisi tegak dan keadaan istirahat maka ventilasi dan perfusi hampir seimbang kecuali pada apeks paru-paru.Secara garis besar bahwa Paru-paru memiliki fungsi sebagai berikut:(1) Terdapat permukaan gas-gas yaitu mengalirkan Oksigen dari udara atmosfer kedarah vena dan mengeluarkan gas carbondioksida dari alveoli keudara atmosfer. (2) menyaring bahan beracun dari sirkulasi (3) reservoir darah (4) fungsi utamanya adalah pertukaran gas-gas5. PatofisiologiPort de’ entri kuman microbaterium tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit, kebanyakan infeksi tuberculosis terjadi melalui udara (air borne), yaitu melalui inhalasi droppet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi terdiri dari satu sampai tiga gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus biasanya di bagian bawah lobus atau paru-paru, atau di bagian atas lobus bawah. Basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bacteria namun tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari-hari pertama maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi mcajadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloit, yang dikelilingi oleh fosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari.6. Manifestasi KlinikTuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala

Page 5: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik.Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala sistemik:1. Gejala respiratorik, meliputi:a. BatukGejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.b. Batuk darahDarah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.c. Sesak napasGejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain.d. Nyeri dadaNyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.2. Gejala sistemik, meliputi:a. DemamMerupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.b. Gejala sistemik lainGejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta malaise.Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.Gejala klinis Haemoptoe:Kita harus memastikan bahwa perdarahan dari nasofaring dengan cara membedakan ciri-ciri sebagai berikut :1. Batuk daraha. Darah dibatukkan dengan rasa panas di tenggorokanb. Darah berbuih bercampur udarac. Darah segar berwarna merah mudad. Darah bersifat alkalise. Anemia kadang-kadang terjadif. Benzidin test negatif2. Muntah daraha. Darah dimuntahkan dengan rasa mualb. Darah bercampur sisa makananc. Darah berwarna hitam karena bercampur asam lambungd. Darah bersifat asame. Anemia seriang terjadif. Benzidin test positif3. Epistaksisa. Darah menetes dari hidungb. Batuk pelan kadang keluarc. Darah berwarna merah segar

Page 6: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

d. Darah bersifat alkalise. Anemia jarang terjadi6. Test DiagnostikFoto thorax PA dengan atau tanpa literal merupakan pemeriksaan radiology standar. Jenis pemeriksaan radiology lain hanya atas indikasi Top foto, oblik, tomogram dan lain-lain.Karakteristik radiology yang menunjang diagnostik antara lain :a. Bayangan lesi radiology yang terletak di lapangan atas paru.b. Bayangan yang berawan (patchy) atau berbercak (noduler)c. Kelainan yang bilateral, terutama bila terdapat di lapangan atas parud. Bayang yang menetap atau relatif menetap setelah beberapa minggue. Bayangan bilierPemeriksaan Bakteriologik (Sputum) ; Ditemukannya kuman micobakterium TBC dari dahak penderita memastikan diagnosis tuberculosis paru.Pemeriksaan biasanya lebih sensitive daripada sediaan apus (mikroskopis). Pengambilan dahak yang benar sangat penting untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Pada pemeriksaan pertama. sebaiknya 3 kali pemeriksaan dahak. Uji resistensi harus dilakukan apabila ada dugaan resistensi terhadap pengobatan.Pemeriksaan sputum adalah diagnostik yang terpenting dalam prograrn pemberantasan TBC paru di Indonesia.8. KlasifikasiKlasifikasi TB Paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik, radiologik dan riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena merupakan salah satu faktor determinan untuk menetapkan strategi terapi.Sesuai dengan program Gerdunas P2TB klasifikasi TB Paru dibagi sebagai berikut:a. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:1. Dengan atau tanpa gejala klinik2. BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali disokong biakan positif satu kali atau disokong radiologik positif 1 kali.3. Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.b. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:1. Gejala klinik dan gambaran radilogik sesuai dengan TB Paru aktif2. BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif.c. Bekas TB Paru dengan kriteria:a. Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatifb. Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.c. Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan serial foto yang tidak berubah.d. Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih mendukung).9. Penanganan MedikTujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk mengobati juga mencegah kematian, mencegsah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta memutuskan mata rantai penularan.Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedang jenis obat tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin +

Page 7: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

Asam Klavulanat, derivat Rifampisin/INH. Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu berdasarkan lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan bakteriologik, hapusan dahak dan riwayat pengobatan sebelumnya. Di samping itu perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly Observed Treatment Short Course (DOTS) yang direkomendasikan oleh WHO yang terdiri dari lima komponen yaitu:Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan dalam penanggulangan TB.

1. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung sedang pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan kultur dapat dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut.

2. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan pertama dimana penderita harus minum obat setiap hari.

3. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup. 4. Pencatatan dan pelaporan yang baku.

B. PROSES KEPERAWATAN1. PengkajianData-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan Tuberkulosis paru (Doengoes, 2000) ialah sebagai berikut :

1. Riwayat PerjalananPenyakita. Pola aktivitas dan istirahatSubjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas pendek), sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari.Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40 -410C) hilang timbul.

b. Pola nutrisiSubjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan.

c. RespirasiSubjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).

d. Rasa nyaman/nyeriSubjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.

Page 8: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

e. Integritas egoSubjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada harapan.Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.

2. Riwayat Penyakit Sebelumnya:a. Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh.b. Pernah berobat tetapi tidak sembuh.c. Pernah berobat tetapi tidak teratur.d. Riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis Paru.e. Daya tahan tubuh yang menurun.f. Riwayat vaksinasi yang tidak teratur.

3. Riwayat Pengobatan Sebelumnya:a. Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya.b. Jenis, warna, dosis obat yang diminum.c. Berapa lama. pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan penyakitnya.d. Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.

4. Riwayat Sosial Ekonomi:a. Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja, jumlah penghasilan.b. Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikisi dengan bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang marnpu, masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus harapan.

5. Faktor Pendukung:a. Riwayat lingkungan.b. Pola hidup.Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur, kebersihan diri.c. Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit, pencegahan, pengobatan dan perawatannya.

6. Pemeriksaan Diagnostik:a. Kultur sputum: Mikobakterium Tuberkulosis positif pada tahap akhir penyakit.b. Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-72 jam).c. Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas ; Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas ; Pada kavitas bayangan, berupa cincin ; Pada kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.d. Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru karena TB paru.e. Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).f. Spirometri: penurunan fuagsi paru dengan kapasitas vital menurun.

3. Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada klien dengan Tuberkulosis paru adalah sebagai berikut:

Page 9: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan: Sekret kental atau sekret darah, Kelemahan, upaya batuk buruk. Edema trakeal/faringeal.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan: Berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis, Kerusakan membran alveolar kapiler, Sekret yang kental, Edema bronchial.

3. Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan: Daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang inenetap, Kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar, Malnutrisi, Terkontaminasi oleh lingkungan, Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman.

4. Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan: Kelelahan, Batuk yang sering, adanya produksi sputum, Dispnea, Anoreksia, Penurunan kemampuan finansial.

5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan dengan: Tidak ada yang menerangkan, Interpretasi yang salah, Informasi yang didapat tidak lengkap/tidak akurat, Terbatasnya pengetahuan/kognitif

4. Rencana KeperawatanAdapun rencana keperawatan yang ditetapkan berdasarkan diagnosis keperawatan yang telah dirumuskan sebagai berikut:

1. Bersihan jalan napas tidak efektifTujuan: Mempertahankan jalan napas pasien. Mengeluarkan sekret tanpa bantuan. Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas. Berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai kondisi. Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan tepat.

Intervensi:a. Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas, kecepatan, imma, kedalaman dan penggunaan otot aksesori.Rasional: Penurunan bunyi napas indikasi atelektasis, ronki indikasi akumulasi secret/ketidakmampuan membersihkan jalan napas sehingga otot aksesori digunakan dan kerja pernapasan meningkat.

b. Catat kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk efektif, catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.Rasional: Pengeluaran sulit bila sekret tebal, sputum berdarah akibat kerusakan paru atau luka bronchial yang memerlukan evaluasi/intervensi lanjut.

c. Berikan pasien posisi semi atau Fowler, Bantu/ajarkan batuk efektif dan latihan napas dalam.Rasional: Meningkatkan ekspansi paru, ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan peningkatan gerakan sekret agar mudah dikeluarkan

Page 10: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

d. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, suction bila perlu.Rasional: Mencegah obstruksi/aspirasi. Suction dilakukan bila pasien tidak mampu mengeluarkan sekret.

e. Pertahankan intake cairan minimal 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi.Rasional: Membantu mengencerkan secret sehingga mudah dikeluarkan

f. Lembabkan udara/oksigen inspirasi.Rasional: Mencegah pengeringan membran mukosa.

g. Berikan obat: agen mukolitik, bronkodilator, kortikosteroid sesuai indikasi.Rasional: Menurunkan kekentalan sekret, lingkaran ukuran lumen trakeabronkial, berguna jika terjadi hipoksemia pada kavitas yang luas.

h. Bantu inkubasi darurat bila perlu.Rasional: Diperlukan pada kasus jarang bronkogenik. dengan edema laring atau perdarahan paru akut.

2. Gangguan pertukaran gasTujuan: Melaporkan tidak terjadi dispnea. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal. Bebas dari gejala distress pernapasan.

Intervensia. Kaji dispnea, takipnea, bunyi pernapasan abnormal. Peningkatan upaya respirasi, keterbatasan ekspansi dada dan kelemahan.Rasional: Tuberkulosis paru dapat rnenyebabkan meluasnya jangkauan dalam paru-pani yang berasal dari bronkopneumonia yang meluas menjadi inflamasi, nekrosis, pleural effusion dan meluasnya fibrosis dengan gejala-gejala respirasi distress.

b. Evaluasi perubahan-tingkat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan perubahan warna kulit, membran mukosa, dan warna kuku.Rasional: Akumulasi secret dapat menggangp oksigenasi di organ vital dan jaringan.

c. Demonstrasikan/anjurkan untuk mengeluarkan napas dengan bibir disiutkan, terutama pada pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim.Rasional: Meningkatnya resistensi aliran udara untuk mencegah kolapsnya jalan napas.

d. Anjurkan untuk bedrest, batasi dan bantu aktivitas sesuai kebutuhan.Rasional: Mengurangi konsumsi oksigen pada periode respirasi.

e. Monitor GDA.Rasional: Menurunnya saturasi oksigen (PaO2) atau meningkatnya PaC02 menunjukkan perlunya penanganan yang lebih. adekuat atau perubahan terapi.

Page 11: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

f. Berikan oksigen sesuai indikasi.Rasional: Membantu mengoreksi hipoksemia yang terjadi sekunder hipoventilasi dan penurunan permukaan alveolar paru.

3. Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksiTujuan: Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko penyebaran infeksi. Menunjukkan/melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang. aman.

Intervensia. Review patologi penyakit fase aktif/tidak aktif, penyebaran infeksi melalui bronkus pada jaringan sekitarnya atau aliran darah atau sistem limfe dan resiko infeksi melalui batuk, bersin, meludah, tertawa., ciuman atau menyanyi.Rasional: Membantu pasien agar mau mengerti dan menerima terapi yang diberikan untuk mencegah komplikasi.

b. Identifikasi orang-orang yang beresiko terkena infeksi seperti anggota keluarga, teman, orang dalam satu perkumpulan.Rasional: Orang-orang yang beresiko perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran infeksi.

c. Anjurkan pasien menutup mulut dan membuang dahak di tempat penampungan yang tertutup jika batuk.Rasional: Kebiasaan ini untuk mencegah terjadinya penularan infeksi.

d. Gunakan masker setiap melakukan tindakan.Rasional: Mengurangi risilio penyebaran infeksi.

e. Monitor temperatur.Rasional: Febris merupakan indikasi terjadinya infeksi.

f. Identifikasi individu yang berisiko tinggi untuk terinfeksi ulang Tuberkulosis paru, seperti: alkoholisme, malnutrisi, operasi bypass intestinal, menggunakan obat penekan imun/ kortikosteroid, adanya diabetes melitus, kanker.Rasional: Pengetahuan tentang faktor-faktor ini membantu pasien untuk mengubah gaya hidup dan menghindari/mengurangi keadaan yang lebih buruk.

g. Tekankan untuk tidak menghentikan terapi yang dijalani.Rasional: Periode menular dapat terjadi hanya 2-3 hari setelah permulaan kemoterapi jika sudah terjadi kavitas, resiko, penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan.

h. Pemberian terapi INH, etambutol, Rifampisin.Rasional: INH adalah obat pilihan bagi penyakit Tuberkulosis primer dikombinasikan dengan obat-obat lainnya. Pengobatan jangka pendek INH dan Rifampisin selama 9 bulan dan Etambutol untuk 2 bulan pertama.

Page 12: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

i. Pemberian terapi Pyrazinamid (PZA)/Aldinamide, para-amino salisik (PAS), sikloserin, streptomisin.Rasional: Obat-obat sekunder diberikan jika obat-obat primer sudah resisten.

j. Monitor sputum BTARasional: Untuk mengawasi keefektifan obat dan efeknya serta respon pasien terhadap terapi.

4. Perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhanTujuan: Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratoriurn normal dan bebas tanda malnutrisi. Melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan mempertahankan berat badan yang tepat.

Intervensi:a. Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat badan, integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat mual/rnuntah atau diare.Rasional: berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan intervensi yang tepat.

b. Kaji pola diet pasien yang disukai/tidak disukai.Rasional: Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet pasien.

c. Monitor intake dan output secara periodik.Rasional: Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan.

d. Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada hubungannya dengan medikasi. Awasi frekuensi, volume, konsistensi Buang Air Besar (BAB).Rasional: Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk meningkatkan intake nutrisi.

e. Anjurkan bedrest.Rasional: Membantu menghemat energi khusus saat demam terjadi peningkatan metabolik.

f. Lakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernapasan.Rasional: Mengurangi rasa tidak enak dari sputum atau obat-obat yang digunakan yang dapat merangsang muntah.

g. Anjurkan makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat.Rasional: Memaksimalkan intake nutrisi dan menurunkan iritasi gaster.

h. Rujuk ke ahli gizi untuk menentukan komposisi diet.Rasional: Memberikan bantuan dalarn perencaaan diet dengan nutrisi adekuat unruk kebutuhan metabolik dan diet.

Page 13: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

i. Konsul dengan tim medis untuk jadwal pengobatan 1-2 jam sebelum/setelah makan.Rasional: Membantu menurunkan insiden mual dan muntah karena efek samping obat.

j. Awasi pemeriksaan laboratorium. (BUN, protein serum, dan albumin).Rasional: Nilai rendah menunjukkan malnutrisi dan perubahan program terapi.

k. Berikan antipiretik tepat.Rasional: Demam meningkatkan kebutuhan metabolik dan konsurnsi kalori.

5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan.Tujuan: Menyatakan pemahaman proses penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan. Melakukan perubahan prilaku dan pola hidup unruk memperbaiki kesehatan umurn dan menurunkan resiko pengaktifan ulang luberkulosis paru. Mengidentifikasi gejala yang mernerlukan evaluasi/intervensi. Menerima perawatan kesehatan adekuat.

Intervensia. Kaji kemampuan belajar pasien misalnya: tingkat kecemasan, perhatian, kelelahan, tingkat partisipasi, lingkungan belajar, tingkat pengetahuan, media, orang dipercaya.Rasional: Kemampuan belajar berkaitan dengan keadaan emosi dan kesiapan fisik. Keberhasilan tergantung pada kemarnpuan pasien.

b. Identifikasi tanda-tanda yang dapat dilaporkan pada dokter misalnya: hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan bernafas, kehilangan pendengaran, vertigo.Rasional: Indikasi perkembangan penyakit atau efek samping obat yang membutuhkan evaluasi secepatnya.

c. Tekankan pentingnya asupan diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) dan intake cairan yang adekuat.Rasional: Mencukupi kebutuhan metabolik, mengurangi kelelahan, intake cairan membantu mengencerkan dahak.

d. Berikan Informasi yang spesifik dalam bentuk tulisan misalnya: jadwal minum obat.Rasional: Informasi tertulis dapat membantu mengingatkan pasien.

e. jelaskan penatalaksanaan obat: dosis, frekuensi, tindakan dan perlunya terapi dalam jangka waktu lama. Ulangi penyuluhan tentang interaksi obat Tuberkulosis dengan obat lain.Rasional: Meningkatkan partisipasi pasien mematuhi aturan terapi dan mencegah putus obat.

f. jelaskan tentang efek samping obat: mulut kering, konstipasi, gangguan penglihatan, sakit kepala, peningkatan tekanan darahRasional: Mencegah keraguan terhadap pengobatan sehingga mampu menjalani terapi.

g. Anjurkan pasien untuk tidak minurn alkohol jika sedang terapi INH.Rasional: Kebiasaan minurn alkohol berkaitan dengan terjadinya hepatitis

Page 14: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

h. Rujuk perneriksaan mata saat mulai dan menjalani terapi etambutol.Rasional: Efek samping etambutol: menurunkan visus, kurang mampu melihat warna hijau.

i. Dorong pasien dan keluarga untuk mengungkapkan kecemasan. Jangan menyangkal.Rasional: Menurunkan kecemasan. Penyangkalan dapat memperburuk mekanisme koping.

j. Berikan gambaran tentang pekerjaan yang berisiko terhadap penyakitnya misalnya: bekerja di pengecoran logam, pertambangan, pengecatan.Rasional: Debu silikon beresiko keracunan silikon yang mengganggu fungsi paru/bronkus.

k. Anjurkan untuk berhenti merokok.Rasional: Merokok tidak menstimulasi kambuhnya Tuberkulosis; tapi gangguan pernapasan/ bronchitis.

l. Review tentang cara penularan Tuberkulosis dan resiko kambuh lagi.Rasional: Pengetahuan yang cukup dapat mengurangi resiko penularan/ kambuh kembali. Komplikasi Tuberkulosis: formasi abses, empisema, pneumotorak, fibrosis, efusi pleura, empierna, bronkiektasis, hernoptisis, u1serasi Gastro, Instestinal (GD, fistula bronkopleural, Tuberkulosis laring, dan penularan kuman.

5. Evaluasia. Keefektifan bersihan jalan napas.b. Fungsi pernapasan adekuat untuk mernenuhi kebutuhan individu.c. Perilaku/pola hidup berubah untuk mencegah penyebaran infeksi.d. Kebutuhan nutrisi adekuat, berat badan meningkat dan tidak terjadi malnutrisi.e. Pemahaman tentang proses penyakit/prognosis dan program pengobatan dan perubahan perilaku untuk memperbaiki kesehatan.

Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan TBC ParuOleh: irmanMay 28, 2008

Proses keperawatan pada pasien dengan Tuberculosa dengan pendekatan 5 langkah proses keperawatan sebagai berikut :

1. Pengkajiana. Bio DataPenyakit Tuberkulosa dapat menyerang dari mulai anak sampai dengan dewasa dengan

Page 15: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

komposisi antara laki-laki dan perempuan yang hampir sama menderita. Biasanya timbul pada lingkungan rumah dengan kepadatan tinggi yang tidak memungkinkan cahaya matahari masuk ke dalam rumah.

TB pada anak dapat terjadi pada usia berapa pun, namun usia paling umum adalah antara 1-4 tahun.. Anak lebih sering mengalami TB luar paru-paru (extrapulmonary) dibanding TB paru-paru dengan perbandingan 3:1.1, TB luar paru-paru dan TB yang berat terutama ditemukan pada usia < 3 tahun. Angka kejadian (prevalensi) TB paru-paru pada usia 5-12 tahun cukup rendah, kemudian meningkat setelah masa remaja di mana TB paru-paru menyerupai kasus pada pasien dewasa (sering disertai lubang/kavitas pada paru-paru).

b. Riwayat KesehatanKeluhan yang sering muncul antara lain :C) hilang timbul.1) Demam : subfebris, febris (40-41 2) Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronchus, batuk ini terjadi untuk membuang/mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai dengan batuk purulen (menghasilkan sputum).3) Sesak nafas : bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru.4) Nyeri dada : ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.5) Malaise : ditemukan berupa anorexia, nafsu makan menurun, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam.6) Pada atelektasis terdapat gejala berupa : cyanosis, sesak nafas, kolaps. Bagian dada klien tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong ke sisi yang sakit. Pada foto thorax tampak pada sisi yang sakit bayangan hitam dan diafragma menonjol ke atas.7) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan penyakit infeksi menular.

c. Pemeriksaan Fisik• Pada tahap dini sulit diketahui.• Ronchi basah, kasar dan nyaring.• Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberikan suara umforik.• Pada keadaan lanjut Atropi dan retraksi interkostal dan fibrosis• Bila mengenai pleura terjadi effusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)

d. Pemeriksaan Tambahan1) Sputum Culture : Positif untuk mycobacterium tuberkulosa pada stadium aktif.2) Ziehl Neelsen (Acid-fast Staind applied to smear of body fluid) : positif untuk BTA3) Skin Test (PPD, Mantoux, Tine, Vollmer Patch) : reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih, timbul 48 – 72 jam setelah injeksi antigen intradermal) mengindikasikan infeksi lama dan adanya antibodi tetapi tidak mengindikasikan penyakit sedang aktif.4) Chest X-Ray : dapat memperlihatkan infiltrasi kecil pada lesi awal di bagian paru-paru bagian atas, deposit kalsium pada lesi primer yang membaik atau cairan pada effusi. Perubahan mengindikasikanTB yang lebih berat dapat mencakup area berlubang dan fibrous.

Page 16: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

Gambar 15 : Foto Rontgen Klien Tuberkulosa Paru

(Sumber : www.fas.org/irp/imint/docs/rst/Intro/Part2_26b.html)

5) Histologi atau Culture jaringan (termasuk kumbah lambung, urine dan CSF, biopsi kulit) : positif untu mycobacterium tuberkulosa.6) Needle Biopsi of Lung Tissue : positif untuk granuloma TB, adanya sel-sel besar yang mengindikasikan nekrosis.7) Elektrolit : mungkin abnormal tergantung dari lokasi dan beratnya infeksi; misalnya hiponatremia mengakibatkan retensi air, mungkin ditemukan pada TB paru kronik lanjut.

ABGs : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan paru.9) Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan paru karena TB.10) Darah : lekositosis, LED meningkat.11) Test Fungsi Paru : VC menurun, Dead Space meningkat, TLC meningkat dan menurunnya saturasi oksigen yang merupakan gejala sekunder dari fibrosis/infiltrasi parenchim paru dan penyakit pleura.

e. PENATALAKSANAAN1) Penyuluhan2) Pencegahan3) Pemberian obat-obatan :a) OAT (Obat Anti Tuberkulosa)b) Bronchodilatorc) Expectorand) OBHe) Vitamin4) Fisioterapi dan rehabilitasi5) Konsultasi secara teratur

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KANKER   LAMBUNG

Oleh :

Page 17: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

Ferdynandus Felix TL., A.Md.Kep.Mahasiswa Prodi S1 KeperawatanSTIK Muhammadiyah Pontianak

1. DefinisiNeopasma ialah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus-menerus secara tak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh.(Patologi, dr. Achmad Tjarta,2002)Karsinoma Gaster ialah suatu neoplasma yang terdapat pada Gaster. (R. Simadibrata,2000)

2. Anatomi FisiologiLambungLambung merupakan sebuah kantung muskuler yang letaknya antara esophagus dan usus halus, sebelah kiri abdomen di bawah diafragma. Lambung merupakan saluran yang dapat mengembang karena adanya gerakan peristaltik, tekanan organ lain, tekanan organ lain dan postur tubuh. Struktur lambung.a. Fundus ventrikuliBagian ini menonjol ke atas, terletak di sebelah kiri osteum kardiakum dan biasanya berisi gas. Pada batas dengan esophagus terdapat katup sfingter kardiak.b. Korpus ventrikuliBagian ini merupakan bagian lambung yang berbentuk tabung dan mempunyai otot yang tebal membentuk sfincter pylorus. Antrum pylorus merupakan muara bagian distal dan berlanjut ke duodenum.c. Antrum pylorusMerupakan bagian lambung yang berbentuk tabung dan mempunyai otot yang tebal membentuk sfincter pylorus. Antrum pylorus merupakan muara distal yang berlanjut ke duodenum.d. Kurvantura minorTerletak di sebelah kanan lambung dan terbentang dari osteum kardiak sampai ke pylorus. Kurvantura minor dihubungkan ke hepar oleh omentum minor. Suatu lipatan ganda dari peritoneum.e. Oesteum kariakumMerupakan tempat esophagus bagian abdomen masuk ke lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pylorus yang tidak mempunyai sfincter khusus, hanya berbentuk cincin yang membuka dan menutup osteum dengan kontraksi dan relaksasi. Osteum dapat tertutup oleh lipatan membran mukosa dan serta otot pada dasar esophagus.Fungsi lambung:Lambung menampung makanan yang masuk melalui esophagus, menghancurkan makanan dengan gerakan peristaltik lambung dan getah lambung. Penghancuran makanan dilakukan dengan dua cara:a. Mekanis : menyimpan, mencampur dengan sekret lambung dan mengeluarkan kimus ke dalam usus. Pendorongan makanan terjadi secara gerakan peristaltik setiap 20 detik.b. Kimiawi : bolus dalam lambung akan dicampur dengan asam lambung dan enzim-enzim tergantung jenis makanan enzim yang dihasilkan antara lain pepsin asam garam,

Page 18: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

renin dan lapisan lambung.1. Pepsin, memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan pepton) agar dapat diabsorbsi di intestinum minor.2. Asam garam (HCl) mengasamkan makanan sebagai antiseptik dan desinfektan yang masuk ke dalam makanan. Disamping itu mengubah pepsinogen menjadi pepsin dalam suasana asam.3. Renin, sebagai ragi pembekuan susu dan membentuk kasein dan kaseinogen dari protein.4. Lapisan lambung memecah lemak menjadi asam lemak untuk merangsang sekresi getah lambung.Sekresi getah lambungSekresi getah lambung mulai terjadi pada awal orang makan apabila melihat, mencium, dan merasakan makanan maka sekresi lambung akan terangsang, karena pengaruh saraf sehingga menimbulkan rangsang kimiawi yang menyebabkan dinding lambung melepaskan hormon yang disebut sekresi getah lambung. Sekresi getah lambung mengalami 3 fase yaitu:a. Fase serebralAntisipasi dari makan menyebabkan stimulus merambat dari otak ke nervus vagus sampai ke lambung yang merupakan kelenjar yang terstimulasi untuk mensekresi hormon gastrin yang disekresi oleh membran mukosa kanalis pylorus yang menghasilkan getah lambung.b. Fase gastricPada fase ini gastrin lebih banyak diproduksi.c. Fase intestinalMasuknya darah ke dalam intestinum menyebabkan sekresi getah lambung membentuk lebih banyak gastrin.

Sfingter pylorus mengendalikan pengosongan lambung walaupun pylorus tetap terbuka. Kontraksi antrum akan diikuti oleh kontraksi pylorus dan duodenum. Apabila suatu gelombang peristaltik kuat sampai di antrum maka tekanan isi antrum naik dan diikuti oleh kontraksi pylorus sehingga mendorong kembali sebagian besar isi antrum yang masih bersifat padat ke korpus lambung, hanya sejumlah kecil yang masuk ke duodenum pada setiap kali kontraksi.

3. KlasifikasiEarly gastric cancer (tumor ganas lambung dini).Berdasarkan hasil pemeriksaan radiologi, gastroskopi dan pemeriksaan histopatologis dapat dibagi atas :Tipe I (pritrured type)Tumor ganas yang menginvasi hanya terbatas pada mukosa dan sub mukosa yang berbentuk polipoid. Bentuknya ireguler permukaan tidak rata, perdarahan dengan atau tanpa ulserasi.Tipe II (superficial type)Dapat dibagi atas 3 sub tipe.II.a. (Elevated type)Tampaknya sedikit elevasi mukosa lambung. Hampir seperti tipe I, terdapat sedikit

Page 19: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

elevasi dan lebih meluas dan melebar.II.b. (Flat type)Tidak terlihat elevasi atau depresi pada mukosa dan hanya terlihat perubahan pada warna mukosa.II.c. (Depressed type)Didapatkan permukaan yang iregular dan pinggir tidak rata (iregular) hiperemik / perdarahan.Type III. (Excavated type) II c. II c dan II a III atau III Menyerupai Bormann II (tumor ganas lanjut) dan sering disertai kombinasi seperti II c

Advanced gastric cancer (tumor ganas lanjut).Menurut klasifikasi Bormann dapat dibagi atas :1. Bormann I.Bentuknya berupa polipoid karsinoma yang sering juga disebut sebagai fungating dan mukosa di sekitar tumor atropik dan iregular.2. Bormann IIMerupakan Non Infiltrating Carsinomatous Ulcer dengan tepi ulkus serta mukosa sekitarnya menonjol dan disertai nodular. Dasar ulkus terlihat nekrotik dengan warna kecoklatan, keabuan dan merah kehitaman. Mukosa sekitar ulkus tampak sangat hiperemik.3. Bormann III.Berupa infiltrating Carsinomatous type, tidak terlihat bats tegas pada dinding dan infiltrasi difus pada seluruh mukosa.4. Bormann IVBerupa bentuk diffuse Infiltrating type, tidak terlihat batas tegas pada dinding dan infiltrasi difus pada seluruh mukosa.

4. PatofisiologiSeperti pada umumnya tumor ganas ditempat lain penyebab tumor gaster juga belum diketahui secara pasti. Faktor yag mempermudah timbulnya tumor ganas gaster adalah perubahan mukosa yang abnormal antara lain seperti gastritis atropik, polip di gaster, dan anemia pernisiosa. Di samping itu juga pengaruh keadaan lingkungan mungkin memegang peran penting terutama pada penyakit gaster seperti dinegara Jepang, Chili, Irlandia, Australia, Rusia dan Skandinavia. Ternyata pada orang jepang yang telah lama meninggalkan jepang, frekuensi tumor ganas gaster lebih rendah.Dapat disimpulkan bahwa kebiasaaan hidup mempunyai peran penting, makanan panas dapat merupakan faktor timbulnya tumor ganas seperti juga makanan yang di asap, ikan asin yang mungkin mempermudah timbuknya tumor ganas gaster.Selain itu faktor lain yang mempengaruhi adalah faktor herediter, dan faktor infeksi H. Pylori.Karsinoma gaster berasal dari pertumbuhan epitel pada membran mukosa gaster. Kabanyakan karsinoma gaster berkembang pada bagian bawah gaster. Sedangkan pada atrofi gaster disapatkan bagian atas gaster dan secara multisenter.Karsinoma gaster terlihat beberapa bentuk.1. Seperempatnya berasal dari propria yang berbentuk fungating yang tumbuh ke lumen

Page 20: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

sebagai massa.2. Seperempatnya berbentuktumor yang berulserasi.3. Massa yang tumbuh melalui dinding menginvasi lapisan otot.4. Penyebarannya melalui dinding yang disemari penyebaran pada permukaan.5. Bentuk linisplastika.6. Sepertiganya karsinoma berbagai bentuk di atas.Prognosis yang baik berhubungan dengan bentuk polipoid dan kemudian berbentuk ulserasi dan yang paling jelek ada bentuk scirrhous. Penyebaran karsinoma gaster sering kehati, arteri hepatika dan celiac, pankreas dan hilus selitar limpa. Dapat juga mengenai tulang, paru, otak dan bagian lain saluran cerna.

5. EtiologiPenyebab dari karsinoma Gaster sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Namun para penyelidik berpendapat bahwa komposisi makanan merupakan faktor penting dalam kejadian karsinoma Gaster. Makanan tersebut seperti ;1. Gastritis kronis.2. Faktor infeksi (oleh kuman H. Pylory).3. Herediter.4. Sering Makan daging hewan dengan cara dipanggang atau dibakar atau diasapkan.5. Sering makan makanan yang terlalu pedas.6. Kurang makanan yang mengandung serat.7. Makan makanan yang memproduksi bahan karsinogenik dan ko-karsinogenik.

6. Tanda dan GejalaTanda dan gejala karsinoma kolo-rektal tergantung dari lokasi dan besarnya tumor :

a. Nyerib. Penurunan Berat badan.c. Muntahd. Anoreksia.e. Disfagia.f. Nausea.g. Kelemahan.h. Hematemasis.i. Regurgitasi.j. Mudah kenyang.k. Asites ( perut membesar).l. Keram abdomen

m. Darah yang nyata atau samar dalam tinjan. Pasien mengeluh rasa tidak enak pada perut terutama sehabis makan.

7. Pemeriksaan Diagnosis1. Pemeriksaan fisis.Pemeriksaan fisis dapat membantu diagnosis berupa berat badan menurun dan anemia. Didaerah epigastrium mungkin ditemukan suatu massa dan jika telah terjadi metastasis ke

Page 21: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

hati, teraba hati yang iregular, dan kadang-kadang kelenjar limfe klavikula teraba.2. Radiologi.Pemeriksaan radiologi yang penting adalah pemeriksaan kontras ganda dengan berbagai posisi seperti telentang. Tengkurap, oblik yang disertai dengan komprsi.3. Gastroskopi dan Biopsi.Pemeriksaan gastroskopi banyak sekali membantu diagnosis untuk melihat adanya tumor gaster. Pada pemeriksaan Okuda (1969) dengan biopsi ditemukan 94 % pasien dengan tumor ganas gaster sedangkan dengan sitologi lavse hanya didapatkan 50 %.4. Pemeriksaan darah pada tinja.Pada tumor ganas sering didapatkan perdarahan dalam tinja (occult blood), untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan tes Benzidin.5. Sitologi.Pemeriksaan Papanicolaou dari cairan lambung dapat memastikan tumor ganas lambung dengan hasil 80 – 90 %. Tentu pemeriksaan ini perlu dilengkapi dengan pemeriksaan gastroskopi dan biopsi.

6. Komplikasi1. PerforasiDapat terjadi perforasi akut dan perforasi kronik.2. Hematemesis.Hematemesis yang masif dan melena dapat terjadi pada tumor ganas lambung sehingga dapat menimbulkan anemia.3. Obstruksi.Dapat terjadi pada bagian bawah lambung dekat daerah pilorus yang disertai keluhan mintah-muntah.4. Adhesi.Jika tumor mengenai dinding lambung dapat terjadi perlengketan dan infiltrasi dengan organ sekitarnya dan menimbulkan keluhan nyeri perut

7. Penatalaksanaan1. Bedahjika penyakit belum menunjukkan tanda penyebaran, pilihan terbaik adalah pembedahan. Walaupun telah terdapat daerah sebar, pembedahab sudah dapat dilakukan sebagai tindakan paliatif. Reaksi kuratif akan berhsil bila tidak ada tanda metastasis di tempat lain, tidak ada sisa Ca pada irisan lambung, reseksi cairan sekitar yang terkena, dari pengambilan kelenjar limfa secukupnya.2. RadiasiPengobatan dengan radiasi memperlihatkan kurang berhasil.3. KemoterapiPada tumor ganas dapat dilakukan pemberian obat secara tunggal atau kombinsi kemoterapi. Di antara obat yang di gunakan adalah 5 FU, trimetrexote, mitonisin C, hidrourea, epirubisin dan karmisetin dengan hasil 18 – 30 %.

B. Konsep Dasar KeperawatanA. Pengkajiana. Persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan

Page 22: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

Apakah ada riwayat kanker pada keluarga Status kesehatan dan penyakit yang diderita, upaya yang dilakukan Lingkungan tempat tinggal klien Tingkat pengetahuan dan kepedulian pasien Hal-hal yang membuat status kesehatan pasien berubah : merokok, alkohol, obat-obatan, polusi, lingkungan, ventilasi.b. Nutrisi metabolik Jenis, frekuensi dan jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari Adanya mual, muntah, anorexia, ketidakmampuan memenuhi kebutuhan nutrisi Adanya kebiasaan merokok, alkohol dan mengkonsumsi obat-obatan tertentu. Ketaatan terhadap diet, kaji diet khusus Jenis makanan yang disukai (pedas, asam, manis, panas, dingin) Adanya makanan tambahan Napsu makan berlebih/kurang Kebersihan makanan yang dikonsumsic. Eliminasi Pola BAK dan BAB: frekuensi, karakteristik, ketidaknyamanan, masalah pengontrolan Adanya mencret bercampur darah Adanya Diare dan konstipasi Warna feses, bentuk feses, dan bau Adanya nyeri waktu BABd. Aktivitas dan latihan Kebiasaan aktivitas sehari hari Kebiasaan olah raga Rasa sakit saat melakukan aktivitase. Tidur dan istirahat Adanya gejala susah tidur/insomnia Kebiasaan tidur per 24 jamf. Persepsi kognitif Gangguan pengenalan (orientasi) terhadap tempat, waktu dan orang Adanya gangguan proses pikir dan daya ingat Cara klien mengatasi rasa tidak nyaman(nyeri) Adanya kesulitan dalam mempelajari sesuatug. Persepsi dan konsep diri Penilaian klien terhadap dirinya sendirih. Peran dan hubungan dengan sesama Klien hidup sendiri/keluarga Klien merasa terisolasi Adanya gangguan klien dalam keluarga dan masyarakati. Reproduksi dan seksualitas Adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas Pengaruh/hubungan penyakit terhadap seksualitasj. Mekanisme koping dan toleransi terhadap stess Adanya perasaan cemas,takut,tidak sabar ataupun marah Mekanisme koping yang biasa digunakan Respon emosional klien terhadap status saat ini

Page 23: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

Orang yang membantu dalam pemecahan masalahk. Sistem kepercayaan Agama yang dianut,apakah kegiatan ibadah terganggu

A. Diagnosa Keperawatana. Pre-Op1. Nyeri berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker2. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah dan tidak nafsu makan4. Intoleransi beraktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

b. Post-Op1. Ketidakefektifan pola nafas b.d adanya pengaruh anastesi.2. Nyeri berhubungan dengan interupsi tubuh sekunder terhadap prosedur invasif atau intervensi operasi.3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status puasa.4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder terhadap prosedur invasive.5. Kecemasan berhubungan dengan ketidakpastian tentang hasil pengobatan kanker.

C. Rencana Keperawatana. Pre-OperasiDp 1. Nyeri berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kankerTujuan : Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan keperawatanHasil yang diharapkan : Nyeri berkurang sampai dengan hilangRencana Tindakan:1. Kaji karakteristik nyeri, lokasi, frekfensiR/ mengtahui tingkat nyeri sebagai evaluasi untuk intervensi selanjutnya2. Kaji faktor penyebab timbul nyeri (takut , marah, cemas)R/ dengan mengetahui faktor penyebab nyeri menentukan tindakan untuk mengurangi nyeri3. Ajarkan tehnik relaksasi tarik nafas dalamR/ tehnik relaksasi dapat mengatsi rasa nyeri4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetikR/ analgetik efektif untuk mengatasi nyeri

Dp 2. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahanTujuan : Kecemasan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan keperawatanHasil yang diharapkan : Kecemasan pasien berkurang

Rencana Tindakan:1. Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasienR/ pasien kooperatif dalam segala tindakan dan mengurangi kecemasan pasien2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan akanketakutannya

Page 24: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

R/ untuk mengurangi kecemasan3. Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang diagnosa medikR/ memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat4. Akui rasatakut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaanR/ dukungan memampukan pasien memulai membuka/ menerima kenyataan penyakit dan pengobatanDp 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah dan tidak nafsu makan.Tujuan : Kebutuhsn nutrisi dapat terpenuhi setelah dilakukan keperawatanHasil yang diharapkan:- Nutrisi klien terpenuhi- Mual berkurang sampai dengan hilang.Rencana tindakan :1. Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat.R/ Makanan yang hangat menambah nafsu makan.2. Kaji kebiasaan makan klien.R/ Jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu makan klien.3. Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam.R/ Tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan mengurangi mual.4. Timbang berat badan bila memungkinkan.R/ Untuk mengetahui kehilangan berat badan.5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitaminR/ Mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut dalam lemak

Dp 4. Intoleransi beraktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.Tujuan : Intoleransi aktivitas teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan.Hasil yang diharapkan:Klien menunjukkan peningkatan toleransi dalam beraktivitas yang ditandai dengan: tidak mengeluh lemas, klien beraktivitas secara bertahap.Rencana Tindakan :1. Sediakan waktu istirahat yang cukup.R/ Istirahat akan memberikan energi yang cukup dan membantu dalam proses penyembuhan.2. Kaji keluhan klien saat beraktivitas.R/ Mengidentifikasi kelainan beraktivitas.3. Kaji kemampuan klien dalam beraktivitas.R/ Menentukan aktivitas yang boleh dilakukan.4. Bantu memenuhi kebutuhan klien.R/ Terpenuhinya kebutuhan klien.

Post-OperasiDp 1. Ketidakefektifan pola nafas b.d adanya pengaruh anastesi.Tujuan : Pola nafas kembali efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan.Hasil yang diharapkan :- Suara nafas vesikuler- Bunyi nafas bersih, tidak ada suara tambahan

Page 25: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

Rencana tindakan :1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas misalnya mengi, krekels, ronchi.R/ Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat/tidak dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius misalnya: penyebaran, krekels basah (bronkitis), bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema) atau tidak adanya bunyi nafas (asma berat).2. Kaji/pantau frekuensi pernafasan, catat radio inspirasi/ekspirasi.R/ Tachipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stress/adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.3. Catat adanya derajat dyspnea misalnya keluhan “lapar udara”, gelisah, ansietas, distress pernafasan, penggunaan otot bantu.R/ Disfungsi pernafasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit. Misalnya infeksi, reaksi alergi.4. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.R/ Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi. Sokongan tangan/kaki dengan meja, bantal, dll membantu menurunkan kelemahan otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada.5. Pertahankan polusi lingkungan minimum misalnya: debu, asap dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu.R/ Pencetus tipe reaksi alergi pernafasan yang dapat, mentriger episode akut.6. Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir.R/ Memberikan pasien-pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dyspnea dan menurunkan jebakan udara.7. Observasi karakteristik batuk misalnya menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk memperbaiki keefektifan upaya batuk.R/ Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya bila pasien lansia, sakit akut atau kelemahan. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala di bawah setelah perkusi dada.8. Tingkatkan masukan cairan antara sebagai pengganti makanan.R/ Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret. Mempermudah pengeluaran. Penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus. Cairan selama makan dapat meningkatkan distensi gaster dan tekanan pada diafragma.

Dp 2. Nyeri berhubungan dengan interupsi tubuh sekunder terhadap prosedur invasif atau intervensi operasi.Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan.Hasil yang diharapkan : Nyeri berkurang sampai dengan hilangRencana Tindakan :1. Kaji karakteristik nyeri, lokasi, frekfensiR/ mengtahui tingkat nyeri sebagai evaluasi untuk intervensi selanjutnya2. Kaji faktor penyebab timbul nyeri (takut , marah, cemas)R/ dengan mengetahui faktor penyebab nyeri menentukan tindakan untuk mengurangi nyeri3. Ajarkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam

Page 26: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

R/ tehnik relaksasi dapat mengatsi rasa nyeri4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetikR/ analgetik efektif untuk mengatasi nyeri

Dp 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status puasa.Tujuan : Nutrisi pasien terpenuhi setelah dilakukan keperawatan.Hasil yang diharapkan :- Nutrisi klien terpenuhi- Mual berkurang sampai dengan hilang.Rencana tindakan :1. Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat.R/ Makanan yang hangat menambah nafsu makan.2. Kaji kebiasaan makan klien.R/ Jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu makan klien.3. Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam.R/ Tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan mengurangi mual.4. Timbang berat badan bila memungkinkan.R/ Untuk mengetahui kehilangan berat badan.5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitaminR/ Mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut dalam lemak

Dp 4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder terhadap prosedur invasive.Tujuan : Infeksi tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan.Hasil yang diharapkan :- Tidak ada tanda-tanda infeksi.- Proses penyembuhan luka tepat waktu.Rencana tindakan:1. Observasi tanda-tanda vital, adanya demam, menggigil, berkeringat.R/ Sebagai indikator adanya infeksi/terjadinya sepsis.2. Observasi daerah luka operasi, adanya rembesan, pus, eritema.R/ Deteksi dini terjadinya proses infeksi.3. Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien/orang terdekat.R/ Pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan dukungan emosi, membantu mengurangi ansietas.4. Kolaborasi dengan medik untuk terapi antibiotik.R/ Membantu menurunkan penyebaran dan pertumbuhan bakteri.

Dp 5. Kecemasan berhubungan dengan ketidakpastian tentang hasil pengobatan kankerTujuan : Kecemasan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan keperawatan.Hasil yang diharapkan : Kecemasan pasien berkurangRencana Tindakan:1. Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasienR/ pasien kooperatif dalam segala tindakan dan mengurangi kecemasan pasien2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan akanketakutannya

Page 27: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

R/ Untuk mengurangi kecemasan3. Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang diagnosa medikR/ Memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat4. Akui rasatakut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaanR/ Dukungan memampukan pasien memulai membuka/ menerima kenyataan penyakit dan pengobatanDp 5. Gangguan konsep diri berhubungan dengan kehilanganTujuan : Gangguan konsep diri teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatanKriteria Hasil : Klien dapat percaya diri dengan keadaan penyakitnya.Rencana tindakan :1. Kaji respon, reaksi keluarga dan pasien terhadap penyakit dan penanganannya.R/ Untuk mempermudah dalam proses pendekatan.2. Kaji hubungan antara pasien dan anggota keluarga dekat.R/ Support keluarga membantu dalam proses penyembuhan.3. Libatkan semua orang terdekat dalam pendidikan dan perencanaan perawatan di rumah.R/ Dapat memudahkan beban terhadap penanganan dan adaptasi di rumah.4. Berikan waktu/dengarkan hal-hal yang menjadi keluhan.R/ Dukungan yang terus menerus akan memudahkan dalam proses adaptasi.

KANKER LAMBUNG: TAK DAPAT DIOPERASI, BAGAIMANA TERAPINYA?

Untuk kanker lambung stadium awal yang hanya terbatas

pada mukosa atau submukosa, operasi hasilnya baik

sekali, angka survival 5 tahun mencapai 80% lebih.

Tapi untuk kanker lambung stadium sedang dan lanjut

progresif, angka survival 5 tahun dengan operasi hanya

11,5%. Dengan kata lain, untuk kanker lambung stadium

sedang dan lanjut terapi operasi belum tentu berguna.

Bagaimana terapi kanker lambung yang tidak dapat atau

tidak sesuai dioperasi? Terutama adalah: (1) kanker

lambung stadium sedang dan lanjut progresif, kanker

sudah menginfiltrasi lapisan otot dinding lambung,

berlekatan atau menginvasi organ sekitarnya, terdapat

Page 28: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

metastasis ke kelenjar limfe regional; (2) walaupun

lesinya kecil, tapi terdapat metastasis jauh; (3)

kekambuhan pasca operasi kanker lambung; (4) kakeksia,

sudah metastasis luas; (5) pasien yang tidak

menghendaki dioperasi.

Terhadap pasien kanker lambung yang tidak dapat atau

tidak ingin dioperasi, selain kemoterapi konvensional,

dapat diambil tindakan berikut:

1. Terapi endoskopik: sering kali dengan endoskopi

disuntikkan obat kemoterapi, atau dengan gelombang

mikro, laser membakar kanker. Obat kemoterapi yang

disuntikkan dapat dipilih FU, MMC, BLM, CCNU, dll.

2. Terapi fotodinamik: untuk sebagian pasien kanker

lambung stadium dini yang karena usia lanjut,

komplikasi penyakit lain hingga tidak dapat atau tidak

ingin dioperasi, metode ini merupakan pilihan pertama.

Dari Jepang dilaporkan 19 pasien diterapi dengan cara

ini, 60% pasien sembuh. Amerika Serikat melaporkan 13

kasus kanker lambung dini diterapi dengan cara ini, 11

kasus (85%) dalam 6 tahun tidak kambuh. Jepang

melaporkan lagi 8 kasus kanker lambung dini dengan

terapi ini, 7 kasus kankernya bersih total. Terhadap

Page 29: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

kanker lambung progresif metode ini juga memiliki

nilai tertentu. 39 kasus kanker lambung yang tidak

dapat dioperasi atau kambuh, setelah diterapi 52%

pasien lesinya mengecil, keluhan membaik.

3. Injeksi obat kemoterapi atau/dan embolisasi ke

dalam arteri gastrika: kateterisasi arteri gastrika

dan injeksi satu atau beberapa jenis obat antitumor,

serta dengan minyak iodisasi mengoklusi arteri pemasok

jaringan kanker, dapat membuat lesi kanker nekrosis.

4. Imunoterapi kanker lambung: pasien kanker lambung

memiliki cacat fungsi imunitas, kemampuan membunuh sel

kanker berkurang, maka kondisi imunitas pasien harus

diperbaiki. Obat yang sering digunakan adalah

interleukin-2, struktur dinding sel aktinomises Rubra

(N-CWS), OK-432, Sizofilan (APG), sediaan filtrat S.

aureus, polisakarid Polystictin, lentinan, polisakarid

Polyporus, levamisol, 汐-interferon, faktor nekrosis

tumor dll. juga dapat menggunakan sel pembunuh yang

diaktivasi limfokin (LAK) dan limfosit infiltrasi

tumor (TIL) untuk imunoterapi sekunder; vaksen tumor

sel dendritik dinilai memiliki prospek yang baik.

5. Herba China: pengalaman empiris membuktikan terapi

Page 30: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

herba China dapat memperpanjang survival pasien. Pakar

China memakai herba yang bersifat &jianpiyiqi*

(penguat limpa dan energi), &fuzhengguben * (penguat

daya tahan tubuh), &qingrejiedu * (pembersih panas

penawar racun), membentuk sediaan &fuzhengkangai*

(penguat ketahanan tubuh antikanker). Herba yang

digunakan mencakup dangshen (radiks Codonopsitis

pilosulae), baizhu (rizoma Atractylodis

macrocephalae), xianhecao (herba Agrimoniae pilosae),

buguzhi (fruktus Psoraleae corylifoliae), shenghuangqi

(radiks Astragali membranaceus), shengmiren (semen

Coicis), sheshicao (herba Hedyotis diffusae), baiying

(herba Solani lyrati), tufuling (sklerotium Poria

cocos), shijianchuan (herba Salviae chinensis), zaoxiu

(rizoma Paridis), gancao (radiks Glycyrrhizae

uralensis), dll. Obat-obatan itu dikombinasikan dengan

kemoterapi untuk terapi 249 pasien kanker lambung

stadium lanjut, 161 di antaranya sudah dioperasi

paliatif, 88 pasien tidak dapat dioperasi. Hasilnya

ternyata pasien yang belum pernah dioperasi setelah

mendapat terapi gabungan medis Barat-China memiliki

angka survival 1, 2, 3 tahun masing-masing 73,33%,

Page 31: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

53,33% dan 23,33%, sedangkan pada kelompok kemoterapi

saja survival 1, 2, 3 tahun adalah masing-masing

40,6%, 23,33% dan 3,33%, maka terapi gabungan medis

Barat-China lebih unggul dari kemoterapi semata.

6. Terapi antiangiogenesis: Avastin dapat menghambat

neovaskularisasi tumor. Kami memakainya mengobati 7

kasus kanker lambung stadium lanjut, 5 kasus efektif,

di antaranya satu kasus dengan metastasis luas ke hati

setelah mendapat terapi sebagian besar tumornya

lenyap.

7. Terapi kombinasi: sesuai kondisi pasien, beberapa

jenis terapi di atas digunakan secara kombinasi,

efektivitas dapat ditingkatkan. Pada pasien kanker

lambung dengan metastasis ke hati, dapat dikerjakan

dulu kemoembolisasi arteri gastrika dan/ atau terapi

fotodinamik, setelah lesi di lambung mengecil barulah

dioperasi. Sedangkan metastasis di hati dapat diterapi

dengan krioablasi argon-helium. Kami telah menggunakan

terapi kombinasi ini atas 12 pasien, 9 pasien hasilnya

memuaskan.

Page 32: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

Pengertian

Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski : 1996).

Asma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996).

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001).

Dari ketiga pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.

Etiologi

Asma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang reversibel yang disebabkan oleh :

1) Kontraksi otot di sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas.

2) Pembengkakan membran bronkus.

3) Terisinya bronkus oleh mukus yang kental.

Patofisiologi

Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu alergi dan psikologis, kedua faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya kontraksi otot-otot polos, meningkatnya sekret abnormal mukus pada bronkiolus dan adanya kontraksi pada trakea serta meningkatnya produksi mukus jalan nafas, sehingga terjadi penyempitan pada jalan

Page 33: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

nafas dan penumpukan udara di terminal oleh berbagai macam sebab maka akan menimbulkan gangguan seperti gangguan ventilasi (hipoventilasi), distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru, gangguan difusi gas di tingkat alveoli.

Tiga kategori asma alergi (asma ekstrinsik) ditemukan pada klien dewasa yaitu yang disebabkan alergi tertentu, selain itu terdapat pula adanya riwayat penyakit atopik seperti eksim, dermatitis, demam tinggi dan klien dengan riwayat asma. Sebaliknya pada klien dengan asma intrinsik (idiopatik) sering ditemukan adanya faktor-faktor pencetus yang tidak jelas, faktor yang spesifik seperti flu, latihan fisik, dan emosi (stress) dapat memacu serangan asma.

Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dyspnoe, dan wheezing.

Pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada, pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.

Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu :

1) Tingkat I :

a) Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.

b) Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun dengan test provokasi bronkial di laboratorium.

2) Tingkat II :

a) Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas.

b) Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.

3) Tingkat III :

a) Tanpa keluhan.

b) Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.

c) Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang kembali.

4) Tingkat IV :

Page 34: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

a) Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.

b) Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.

5) Tingkat V :

a) Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai.

b) Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel.

Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti :

Kontraksi otot-otot pernafasan, sianosis, gangguan kesadaran, penderita tampak letih, takikardi.

Klasifikasi Asma

Asma dibagi atas dua kategori, yaitu ekstrinsik atau alergi yang disebabkan oleh alergi seperti debu, binatang, makanan, asap (rokok) dan obat-obatan. Klien dengan asma alergi biasanya mempunyai riwayat keluarga dengan alergi dan riwayat alergi rhinitis, sedangkan non alergi tidak berhubungan secara spesifik dengan alergen.

Faktor-faktor seperti udara dingin, infeksi saluran pernafasan, latihan fisik, emosi dan lingkungan dengan polusi dapat menyebabkan atau sebagai pencetus terjadinya serangan asma. Jika serangan non alergi asma menjadi lebih berat dan sering dapat menjadi bronkhitis kronik dan emfisema, selain alergi juga dapat terjadi asma campuran yaitu alergi dan non alergi.

Penatalaksanaan

Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronhiale :

a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas

b. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma.

c. Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan maupun penjelasan penyakit.

Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :

a. Pengobatan dengan obat-obatan

Seperti :

Page 35: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

1) Beta agonist (beta adrenergik agent)

2) Methylxanlines (enphy bronkodilator)

3) Anti kolinergik (bronkodilator)

4) Kortikosteroid

5) Mast cell inhibitor (lewat inhalasi)

b. Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :

1) Oksigen 4-6 liter/menit.

2) Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau terbutalin 10 mg) inhalasi nabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap 30 menit-1 jam. Pemberian agonis B2 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dextrose 5% diberikan perlahan.

3) Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jam.

4) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu jika tidak ada respon segera atau klien sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat.

c.Pemeriksaan Penunjang :

Beberapa pemeriksaan penunjang seperti :

a. Spirometri :

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.

b. Tes provokasi :

1) Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.

2) Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes spirometri.

3) Tes provokasi bronkial seperti :

Tes provokasi histamin, metakolin, alergen, kegiatan jasmani, hiperventilasi dengan udara dingin dan inhalasi dengan aqua destilata.

4) Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi Ig E yang spesifik dalam tubuh.

c. Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum.

Page 36: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

d. Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.

e. Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.

f. Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.

g. Pemeriksaan sputum.

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah pneumotoraks, atelektasis, gagal nafas, bronkhitis dan fraktur iga.

Pengkajian

a. Identitas klien

1) Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat keturunan, alergi debu, udara dingin

2) riwayat kesehatan sekarang : keluhan sesak napas, keringat dingin.

3) Status mental : lemas, takut, gelisah

4) Pernapasan : perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan.

5) Gastro intestinal : adanya mual, muntah.

6) Pola aktivitas : kelemahan tubuh, cepat lelah

b. Pemeriksaan fisik

Dada

1) Contour, Confek, tidak ada defresi sternum

2) Diameter antero posterior lebih besar dari diameter transversal

3) Keabnormalan struktur Thorax

4) Contour dada simetris

5) Kulit Thorax ; Hangat, kering, pucat atau tidak, distribusi warna merata

6) RR dan ritme selama satu menit.

Palpasi :

Page 37: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

1) Temperatur kulit

2) Premitus : fibrasi dada

3) Pengembangan dada

4) Krepitasi

5) Massa

6) Edema

Auskultasi

1) Vesikuler

2) Broncho vesikuler

3) Hyper ventilasi

4) Rochi

5) Wheezing

6) Lokasi dan perubahan suara napas serta kapan saat terjadinya.

c. Pemeriksaan penunjang

1) Spirometri :

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.

2) Tes provokasi :

a) Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.

b) Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes spirometri.

c) Tes provokasi bronkial

Untuk menunjang adanya hiperaktivitas bronkus , test provokasi dilakukan bila tidak dilakukan test spirometri. Test provokasi bronchial seperti : Test provokasi histamin, metakolin, alergen, kegiatan jasmani, hiperventilasi dengan udara dingin dan inhalasi dengan aqua destilata.

3) Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi Ig E yang spesifik dalam tubuh.

Page 38: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

4) Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum.

5) Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.

6) Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.

7) Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.

8)  Pemeriksaan sputum.

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa 1 :

Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mukus.

Tujuan :

Jalan nafas kembali efektif.

Kriteria hasil :

Sesak berkurang, batuk berkurang, klien dapat mengeluarkan sputum, wheezing berkurang/hilang, vital dalam batas normal keadaan umum baik.

Intervensi :

a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya : wheezing, ronkhi.

Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas. Bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi (empysema), tak ada fungsi nafas (asma berat).

b. Kaji / pantau frekuensi pernafasan catat rasio inspirasi dan ekspirasi.

Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan selama strest/adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.

c. Kaji pasien untuk posisi yang aman, misalnya : peninggian kepala tidak duduk pada sandaran.

Rasional : Peninggian kepala tidak mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi.

d. Observasi karakteristik batuk, menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk keefektipan memperbaiki upaya batuk.

Page 39: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

Rasional : batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada klien lansia, sakit akut/kelemahan.

e. Berikan air hangat.

Rasional : penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus.

f. Kolaborasi obat sesuai indikasi.

Bronkodilator spiriva 1×1 (inhalasi).

Rasional : Membebaskan spasme jalan nafas, mengi dan produksi mukosa.

Diagnosa 2 :

Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.

Tujuan :

Pola nafas kembali efektif.

Kriteria hasil :

Pola nafas efektif, bunyi nafas normal atau bersih, TTV dalam batas normal, batuk berkurang, ekspansi paru mengembang.

Intervensi :

1. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot bantu pernafasan / pelebaran nasal.

Rasional : kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal nafas. Expansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasis dan atau nyeri dada

2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti krekels, wheezing.

Rasional : ronki dan wheezing menyertai obstruksi jalan nafas / kegagalan pernafasan.

3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.

Rasional : duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan.

4. Observasi pola batuk dan karakter sekret.

Rasional : Kongesti alveolar mengakibatkan batuk sering/iritasi.

Page 40: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

5. Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk.

Rasional : dapat meningkatkan/banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah ketidak nyaman upaya bernafas.

6. Kolaborasi

- Berikan oksigen tambahan

- Berikan humidifikasi tambahan misalnya : nebulizer

Rasional : memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas, memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret.

Diagnosa 3 :

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

Tujuan :

Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.

Kriteria hasil :

Keadaan umum baik, mukosa bibir lembab, nafsu makan baik, tekstur kulit baik, klien menghabiskan porsi makan yang disediakan, bising usus 6-12 kali/menit, berat badan dalam batas normal.

Intervensi :

1. Kaji status nutrisi klien (tekstur kulit, rambut, konjungtiva).

Rasional : menentukan dan membantu dalam intervensi selanjutnya.

2. Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.

Rasional : peningkatan pengetahuan klien dapat menaikan partisipasi bagi klien dalam asuhan keperawatan.

3. Timbang berat badan dan tinggi badan.

Rasional : Penurunan berat badan yang signifikan merupakan indikator kurangnya nutrisi.

4. Anjurkan klien minum air hangat saat makan.

Page 41: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

Rasional : air hangat dapat mengurangi mual.

5. Anjurkan klien makan sedikit-sedikit tapi sering

Rasional : memenuhi kebutuhan nutrisi klien.

6. Kolaborasi

- Konsul dengan tim gizi/tim mendukung nutrisi.

Rasional : menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi dalam pembatasan.

- Berikan obat sesuai indikasi.

- Vitamin B squrb 2×1.

Rasional : defisiensi vitamin dapat terjadi bila protein dibatasi.

- Antiemetik rantis 2×1

Rasional : untuk menghilangkan mual / muntah.

Diagnosa 4 :

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

Tujuan :

Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

Kriteria hasil :

KU klien baik, badan tidak lemas, klien dapat beraktivitas secara mandiri, kekuatan otot terasa pada skala sedang

Intervensi :

1. Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dyspnea peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.

Rasional : menetapkan kebutuhan/kemampuan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.

2. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.

Page 42: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

Rasional : Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan.

3. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan atau tidur.

Rasional : pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi atau menunduk kedepan meja atau bantal.

4. Bantu aktivitas keperawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.

Rasional :meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

5. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.

Rasional : menurunkan stress dan rangsangan berlebihan meningkatkan istirahat.

Diagnosa 5 :

Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi

Tujuan :

Pengetahuan klien tentang proses penyakit menjadi bertambah.

Kriteria hasil :

Mencari tentang proses penyakit :

- Klien mengerti tentang definisi asma

- Klien mengerti tentang penyebab dan pencegahan dari asma

- Klien mengerti komplikasi dari asma

Intervensi :

1. Diskusikan aspek ketidak nyamanan dari penyakit, lamanya penyembuhan, dan harapan kesembuhan.

Rasional : informasi dapat manaikkan koping dan membantu menurunkan ansietas dan masalah berlebihan.

2. Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbal.

Page 43: Asuhan Keperawatan Dengan Tb Paru

Rasional : kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk mangasimilasi informasi atau mengikuti program medik.

3. Tekankan pentingnya melanjutkan batuk efektif atau latihan pernafasan.

Rasional : selama awal 6-8 minggu setelah pulang, pasien beresiko besar untuk kambuh dari penyakitnya.

4. Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan pelaporan pemberi perawatan kesehatan.

Rasional : upaya evaluasi dan intervensi tepat waktu dapat mencegah meminimalkan komplikasi.

5. Buat langkah untuk meningkatkan kesehatan umum dan kesejahteraan, misalnya : istirahat dan aktivitas seimbang, diet baik.

Rasional : menaikan pertahanan alamiah atau imunitas, membatasi terpajan pada patogen.

Evaluasi

a. Jalan nafas kembali efektif.

b. Pola nafas kembali efektif.

c. Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.

d. Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

e. Pengetahuan klien tentang proses penyakit menjadi bertambah.